Waspada, Jumat 20 April 2012

Page 22

Aceh

B8

WASPADA Jumat 20 April 2012

Coret-coretan, Budaya Atau Tradisi!

Waspada/Musyawir

SERAT Kayu mirip Lafaz Allah. Foto Direkam Kamis (19/4).

Serat Kayu Mirip Lafaz Allah LHOKNIBONG (Waspada): Muhammad, 23, warga Desa Meunasah Leubok, Kec. Pante Bidari, Aceh Timur, menemukan serat kayu mancang mirip lafaz Allah. Potongan kayu itu kini disimpan sebagai koleksi pribadi karena dinilai unik dan bernilai religius. “Kayu itu ditebang di pekarangan rumah saya dengan Chainsaw, pekan lalu.Uniknya, meski potongan kayu itu tipis, serat yang mirip lafaz Allah, hanya terlihat di satu sisi. Sisi lain biasa saja,” kata Muhammad, Kamis (19/4). Dia mengaku menyimpan potongan kayu itu semata-mata karena meyakini itu tanda kebesaran Yang Maha Esa. “ Tapi saya tidak menganggap kayu ini bisa membawa keberuntungan. Anggapan begitu bisa tergolong syirik atau menduakan Tuhan,” tuturnya.(b19)

Nasrep Siap Bertanding Pemilu 2014 IDI (Waspada): Partai Nasional Republik (Nasrep) Kabupaten Aceh Timur siap bertanding dalam Pemilu 2014 nanti. Upaya mewujudkan hal itu Pengurus DPC Nasrep telah menyiapkan pengurus dalam 24 kecamatan se Aceh Timurm Demikian Mansur, Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Nasrep Aceh Timur dalam jumpa pers Kamis (19/4) di Idi. Menurutnya, menjelang Pemilu 2014 nanti, DPC Nasrep Aceh Timur sejak dini telah mempersiapkan kader-kader Partai Nasrep yang akan diusung untuk menjadi calon legislatif di parlemen. “Setelah Rapimnas di Jakarta baru-baru ini yang dihadiri oleh 33 DPD dan 440 DPC se Indonesia kita di tingkat DPC juga mempersiapkan semua pengurus, meski masih menunggu hasil verifikasi KPU,” katanya. Ditambahkan, dalam waktu dekat ini pihaknya juga menyusun pengurus Partai Nasrep hingga ke tingkat desa. “Kita persiapkan lebih awal, sehingga nantinya saat menghadapi Pemilu 2014 kita benar-benar telah siap dengan kondisi yang matang sebagaimana diharapakan oleh Dewan Pimpinan Pusat Partai Nasrep yaitu Hutomo Mandala Putra alias Tomy Suharto sebagai Pendiri Partai Nasional Repulik,” katanya. (b24)

Rumah Warga Miskin Rusak Tertimpa Pagar Pengusaha PANTONLABU (Waspada): Satu rumah berkonstruksi kayu milik M Jafar Ibrahim, 58, keluarga miskin di Dusun II, Desa Meunasah Panton, Kec. Tanah Jambo Aye, Aceh Utara, rusak tertimpa pagar beton gudang alat berat, yang rubuh saat hujan deras, Rabu (18/4) malam. Gudang itu milik H. Rusli, 50, pengusaha warga Keude Pantonlabu. Tak ada korban jiwa dalam insiden ini, namun seorang cucu M Jafar— Rika,12, kakinya terkilir. Sedangkan rumah korban tak layak huni lagi. Bahkan bagian dapurnya nyaris ambruk total. “Kejadiannya sekitar pukul 20:30. Saat itu, kami, termasuk Rika, sedang golek-golek sambil nonton televisi. Tiba-tiba, dinding rumah dihantam pagar yang rubuh dan kami langsung lari kucarkacir. Rika yang paling dekat dengan dinding, sempat terjepit papan patah hingga kakinya kanannya terkilir,” kata Nursiah, 35, bibi Rika. Pagar gudang yang rubuh sekira 40 meter. Selain merusak rumah M Jafar, reruntuhan pagar juga mengenai rumah janda Ummi Salamah, 30, hingga bagian terasnya rusak ringan. Antara pagar dan rumah korban juga terdapat lorong yang menjadi jalur utama bagi anak-anak ketika pulang-pergi mengaji. “Kalau tidak sedang hujan, mungkin bakal ada korban jiwa. Sebab, lorong ini sangat sering dilalui warga, termasuk anakanak ketika pulang-pergi mengaji,” ujar Nursiah. Dia menduga, pagar itu rubuh lantaran kurang kokoh dan posisinya terlalu tinggi dari permukaan lorong. Kepala Dusun II Desa Meunasah Panton, Muntasir, secara terpisah mengabarkan, pemilik gudang, H Rusli, sudah menemui pihak korban dan berjanji akan bertanggungjawab. “Tanggapan H Rusli, bagus. Dia berjanji akan memperhatikan semua korban yang terkait dengan insiden itu,”tuturnya.(b19)

Waspada/Musyawir

SEJUMLAH warga membersihkan puing pagar beton yang rubuh di Dusun II, Desa Meunasah Panton, Kec. Tanah Jambo Aye, Aceh Utara, Kamis (19/4) pagi.

Kasus Mantan Wali Kota Langsa Tinggal Tunggu Waktu LANGSA (Waspada) : Kasus yang melibatkan mantan Wali Kota Langsa Zulkifli Zainon sebagai tersangka sekarang tinggal menunggu waktu untuk dilimpahkan ke pengadilan. Penyidikannya di Kejari Langsa telah lengkap, p21 dan polisi pun sudah disurati untuk menyerahkan tanggungjawab tersangka dan barang bukti kepada pihak kejaksaan. Demikian keterangan yang disampaikan Kajari Langsa Adonis kepada wartawan di kantornya, Rabu (18/4). Didampingi Kasi Intelijen Adi Tyogunawan, Kajari menjelaskan, pemberitahuan hasil penyidikan atas tersangka Zulkifli Zainon dkk sudah dikirim ke Polres Langsa. Hal tersebut sehubungan dengan penyerahan berkas perkara pidana atas nama tersangka Zulkifli bin Zainon dkk nomor Pol: BP/01/III/12 tanggal 27 Maret lalu, bahwa setelah dilakukan penelitian ternyata hasil penyidikannnya telah lengkap. Dan menurut Kajari, sesuai ketentuan pasal 8 ayat (3) b, 139 ayat (1) dan pasal 139 KUHP, maka pihak kejaksaan sekarang tinggal menunggu penyerahan tersangka dan barang bukti untuk ditentukan apakah perkara tersebut sudah memenuhi persyaratan untuk dapat atau tidak dilimpahkan ke pengadilan. (b20)

USAI shalat dzuhur berkumandang, Kamis (19/4), nampak segerombolan anak sekolah bercelanakan putih abu-abu dengan baju dipenuhi coret-coretan melintasi Jalan AhmadYani Kota Langsa dengan mengendarai sepeda motor berkonvoi. Mereka adalah pelajar SMA/MA Kota Langsa yang baru saja menyelesaikan ujian nasional (UN) terakhirnya. Memang, budaya coretcoretan baju merupakan kegiatan yang sering dilakukan dan sepertinya telah menjadi budaya di kalangan pelajar di Indonesia, juga halnya dengan pelajar SMA/MA di Kota Langsa yang dikenal sebagai kota pelajar. Begitu bel terakhir sekolah berbunyi, tanda berakhirnya ujian, tanpa dikomandoi ratusan pelajar itu pun berkumpul di belakang kantor Dinas Pendidikan Aceh Timur. Mereka bergabung dengan rekan-rekannya dari sekolah lainnya untuk melakukan coretcoretan untuk meluapkan kegembiraan atas berakhirnya ujian nasional. Seperti tahun-tahun sebelumnya, setelah prosesi coratcoret ini ratusan pelajar itupun melakukan konvoi keliling kota dan menuju Lapangan

Merdeka Kota langsa. Selain melakukan coret-coretan baju dengan spi-dol, tak lupa rambut juga dicat warna-warni dengan cat semprot. Sebut saja Dedi, salah satu pelajar di Kota Langsa, bersama rekan-rekannya mengungkapkan sebagai bentuk luapan kegembiraan berakhirnya ujian nasional. “Ini kan cuman sekali-sekali.. bang! Lagian yang dikorbanin baju seragamnya cuman satu dan buat kenang-kenangan kalau kami pernah sekolah. Apalagi yang dicoret-coret ini baju yang udah agak kusam kok. Buat asyik-asyik aja, kalau gak ikutan ntar dibilang kuper, sok alim, sok baik,” sebutnya. Aksi ini bagi sebagian orang bisa dimengerti, karena tidak sedikit yang pernah mengenyam pendidikan di SMA juga pernah melalui keadaan ini. Benar kata orang, masa-masa paling indah adalah masa-masa di sekolah. Terlebih lagi ketika berseragam putih abu-abu. Banyak kenangan yang mungkin terlupakan pada saat itu. Memang budaya corat-coret memiliki kebahagiaan tersendiri bagi siswa. Seolah “Biarkan dunia tahu bahwa ujian nasional telah terlewati…” menjadi sebuah ekspresi dari coretan-coretan di seluruh badan.

Tidak salah memang jika budaya corat-coret baju menjadi sebuah hal yang sering kita temui setelah ujian nasional berakhir. Tapi yang jadi masalah, kadang-kadang budaya corat-coret setelahujian nasional berakhir menjadi sebuah fenomena yang kontroversial. Bahkan tak jarang siswa dilarang merayakan berakhirnya ujian dengan corat-coret. Lantas.., siapa yang mau disalahkan. Siswa, atau budayanya? Yang penting.., asal hal tersebut tidak terlihat negatif/ anarkis, wajar jika mereka semua merayakan kemenangan dengan cara tersebut. Salah atau tidak.., tergantung pribadi masing-masing. Jika ditelaah dari segi agama, budaya coret-coretan atau konvoi di jalanan merupakan perbuatan hura-hura atau yang disebut mubazir yang dilarang oleh agama dengan alasan perbuatan itu.Tidakpantaslahapabilasiswasiswi yang terpelajar melakukan perbuatan-perbuatan itu. Tapi bagaimana membuang tradisi yang sempat menjadi budaya para pelajar ini dibuang, pasca mengikuti Ujian Nasional (UN). Tentu, bukan perbuatan yang mudah. Banyak pihak sekolah yang sudah sejak awal mengantisipasi aksi ini,

Tergilas Bus, Remaja Peusangan Tewas LHOKSEUMAWE (Waspada) : Setelah terserempet sesama sepeda motor, Jufrizal Muhammad, 22, asal Uteun Bunta, Kec. Peusangan, Bireuen, akhirnya tergilas bus Cendrawasih jurusan Bireuen-Lhokseumawe di Blang Naleung Mameh, Kec Muara Satu, Kamis (19/4) sore. Informasi dihimpun, kejadian dipastikan sekitar pukul 15:45. Korban saat itu menuju ke arah Lhokseumawe menggunakan sepeda motor

Satria F bernomor polisi BL 6295 ZF. Dari arah yang sama muncul sepeda motor Mio berwarna putih, akhirnya dua sepeda motor itu terserempet dan keduanya terjatuh. “Tidak ada yang melihat pasti, kenapa terserempet keduanya. Ketika kami lihat keduanya sudah terserempet, dan korban terjatuh ke tengah jalan, sedangkan pengendara Mio jatuh ke parit. Di situlah korban digilas bus KAKUBA, bernopol BL 7439 ZA yang datang dari arah Lhokseumawe,” katanya. “Yang kami marah sekali, pengendara Mio itu malah melarikan diri menuju Lhokseumawe,” ujar Bang Taleb yang dibe-

narkan Syukri. Keduanya saat itu sedang ngopi di Jambo Air Tebu dekat jembatan Blang Naleung Mameh. Remaja berprofesi sebagai siswa sesuai tertulis di KTP itu kemudian dievakuasi warga setempat ke RS PT Arun. “Korban sampai di rumah sakit telah meninggal. Kondisinya, kepala dan dada sebelah kiri peot serta keluar darah dari mulut, hidung dan telinga,” ucap dokter Mimbar di ruang Emergency RS PT Arun. Kata sejumlah anggota kepolisian, sopir dan kernet bus BE telah diamankan ke Mapolsek Muara Satu untuk dimintai keterangan. (cmk)

Kobar-GB Aceh Dukung Kepsek SMA Sukma Bangsa siapa pun yang ingin mempersalahkan kepala sekolah tersebut. Menurut dia, apa yang telah dilakukan Kepsek SMA Sukma Bangsa sudah benar dan patut ditiru oleh Kepsek-Kepsek. “Memang, untuk suatu perubahan butuh keberanian, ketegasan dan pasti akan ada yang jadi korban,” tutur Sayuthi yang didampingi Sekretarisnya Husniati Bantasyam. Kata dia, Sansrisna selaku Kepala SMA Sukma Bangsa telah melaksanakan tugas negara sesuai dengan aturan UN yang dikeluarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan juga aturan yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan setempat. “Karenanya, kami harapkan

namun tetap sana mereka melakukan kegiatan corat-coret ini di tempat lain. Lalu, bagaimana mengantisipasi ini. Benarkah aksi ini

perlu dibudayakan, atau dijadikan tradisi dalam lingkungan pelajar yang konon katanya pelajar didik dengan berkarakter. Kiranya menjadi pekerjaan

rumah (PR), guru, para kepala sekolah maupun Dinas Pendidikan setempat. Dede Juliadi Rendra

Nama Kepala BKPP Aceh Tamiang Dicatut Untuk Lulus CPNS

11 Siswa Menyontek Saat UN

BANDAACEH (Waspada) : Tindakan Kepala SMA Sukma Bangsa, Caleu, Pidie, yang memecat 11 siswanya karena ketahuan menyontek pada hari kedua pelaksanaan Ujian Nasional (UN), Selasa (17/4), di sekolah tersebut, mendapat dukungan dari Koalisi Barisan Guru Bersatu (Kobar-GB) Aceh. “Kami menyambut baik dan mendukung tindakan Kepsek yang secara tegas memberlakukan aturan yang telah disepakati sebelumnya antara siswa, orangtua siswa dan pihak sekolah,” ucap Ketua Kobar-GB Aceh, Sayuthi Aulia, Kamis (19/4). Selain dukungan, kata Sayuthi, Kobar-GB Aceh juga siap berada di garis depan apabila ada tekanan terhadap kepala sekolah, baik dari orangtua atau

Waspada/dede

SEJUMLAH pelajar dari berbagai sekolah melakukan aksi coret-coretan di belakang kantor Dinas Pendidikan Aceh Timur usai mengikuti ujian nasional di sekolahnya masing-masing, Kamis (19/4).

Kadis Pendidikan Aceh dan Kadis Pendidikan Pidie untuk menuntaskan kasus tersebut agar tidak ada lagi pihak yang dirugikan,” papar Sayuthi Aulia. Kepala SMA Sukma Bangsa, Sansrisna membenarkan telah mengeluarkan 11 siswa tersebut usai mereka mengikuti UN. Dari 11 siswa yang dikeluarkan tersebut, 10 di antaranya berasal dari jurusan IPS dan seorang dari jurusan IPA. Menurut dia, tindakan tersebut dilakukan sesuai dengan aturan di sekolah yang dipimpinnya itu. Sejak pertama siswa masuk sekolah Yayasan Sukma bangsasudahadaperjanjianyang ditandatangani siswa dan diketahui orangtua siswa. Dimana salah satu poinnya adalah, siswa dilarang menyontek.(b04)

KUALASIMPANG (Waspada) : Aksi penipuan mulai marak di Kabupaten Aceh Tamiang. Penipu mencatut nama Kepala Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Aceh Tamiang Ahmad As’adi yang seolah-olah menyuruh seseorang untuk meminta sejumlah uang yang besarnya bervariasi antara Rp10 hingga Rp20 juta untuk biaya pengurusan kelulusan menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Kabupaten Bumi Muda Sedia itu. Informasi yang berhasil dihimpun Waspada di Aceh Tamiang, Rabu (18/4), sejumlah Datok Penghulu (kepala desa) di Kec. Bendahara, Rantau, Seruway, Karang Baru, Tenggulun dan Kota Kualasimpang mengaku menerima SMS dari beberapa nomor telepon selular yang mengaku sebagai keluarga Kepala BKPP Aceh Tamiang yang disuruh meminta uang kepada Datok Penghulu dan warga Aceh Tamiang untuk biaya pengurusan kelulusan CPNS . Modus operandinya, pengirim SMS menyatakan Kepala BKPP Aceh Tamiang sedang berada di Banda Aceh dan memerlukan uang untuk biaya pengurusan kelulusan CPNS bagi tenaga honorer yang ingin lulus CPNS. Pengirim SMS tersebut meminta bagi yang ingin lulus CPNS agar menstranfer uang sebesar Rp10 juta, ada juga yang diminta uang Rp20 juta supaya

lulus CPNS. Menurut sumber, karena Datok Penghulu dan warga Aceh Tamiang yang me-nerima SMS tersebut menanyakan langsung kepada Kepala BKPP Aceh Tamiang Ahmad Asadi, ternyata Ahmad Asadi bukan sedang be-rada di Banda Aceh, tetapi berada di Jakarta dan dia menyatakan tidak ada menyuruh sia-papun untuk meminta uang kepada Datok Pe-nghulu untuk biaya pengurusan kelulusan CPNS. Kepala BKPP Aceh Tamiang Ahmad Asadi, Rabu (18/4) sore mengaku sedang berada di Jakarta untuk pengurusan administrasi tenaga honorer kategeri I dan II serta pengurusan tentang kampus Politeknik. “Saya banyak menerima telepon dari Datok Penghulu dan warga Aceh Tamiang yang menanyakan SMS yang berisi permintaan uang untuk biaya pengurusan kelulusan CPNS, saya tidak ada menyuruh siapapun meminta uang dan itu yang mengirim SMS minta uang ditransfer sebagai biaya supaya lulus CPNS itu adalah penipu,” kata Ahmad Asadi. Ahmad mengimbau masyarakat Aceh Tamiang jangan mudah terpedaya dengan ulah orang yang mencatut nama Kepala BKPP Aceh Tamiang yang meminta uang dengan dalih untuk biaya pengurusan kelulusan CPNS. (b23)

Persoalan Anak Yatim Harus Masuk Dalam UUD 1945 LANGSA (Waspada): Banyaknya anak yatim di Indonesia sebagai imbas dari konflik bersenjata yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia harus menjadi perhatian pemerintah. “Guna melindungi masa depan para anak yatim korban konflik, pemerintah dalam hal ini anggota DPR RI dan DPD harus mengupayakan agar anak yatim dapat masuk dalam perubahan kelima UUD 1945 yang sedang digagas saat ini.” Demikian disampaikan Drs, Nabhani salah seorang pemateri pada saat digelar acara focus discussion sarasehan nasional tentang perubahan kelima UUD 1945 yang dilaksanakan oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) RI wilayah pemilihan Aceh serta Universitas Samudra Langsa (Unsam) di Hotel Harmoni, Kota langsa, Rabu (18/4) sore. Lebih jauh dia mengatakan, perubahan UUD 1945 terutama pasal 34 ayat I dengan penambahan anak yatim tersebut sangat penting karena itu aakan menjadi obat pelibur dendam bagi anak-anak korban konflik. Acara sarasehan itu sendiri merupakan acara untuk mengagas serta mencari masukkan dari elemen masyarakat terhadap perubahan UUD 1945 yang kelima, ada sepuluh hal yang menjadi fokus dalam perubahan kelima ini, diantaranya memperkuat sistem presidensial,

memperkuat lembaga perwakilan, memperkuat otonomi daerah, membuka ruang untuk calon presiden perorangan serta penajaman pada bab pendidikan dan perekonomian. Acara yang digagas DPD daerah pemilihan Aceh ini dihadiri oleh puluhan peserta baik dari akdemisi, birokrasi, LSM, para mahasiswa serta praktisi hukum yang ada di Kota Langsa. Menurut HT Bachrum Manyak, salah seorang anggota DPD perubahan kelima UUD 1945 ini penting karena melihat sistem penyelenggaraan negara selama ini belum membawa kondisi bagi peningkatan kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945. “UUD perubahan kempat dipandang masih menyisakan problem aturan main bernegara khususnya tata hubungan antar lembaga penyelenggara sistem pemerintahan penegakkan hukum serta konsep hubungan daerah dan pusat,” ujarnya. Dia menambahkan rumusan perubahan UUD 1945 ini merupakan kristalisasi aspirasi seluruh masyarakat yang selama ini diserap oleh anggota DPD, rumusan perubahan ini juga mendapat dukungan 75 perguruan tinggi serta para pakar ketatanegaraan dan pakar hukum dalam berbagai bidang lainnya, ujar Bacrum.(b22)

Aprianto, Tak Malu Meski Berjualan Kerupuk Jangek WAJAHNYA cukup familiar di kalangan warga Kota Langsa, terutama di jalanan dan emperan toko di Kota Langsa. Siapa yang tak kenal dengan remaja tegap yang memiliki berkulit sawo matang dan selalu melempar senyum kepada semua pelanggannya ini. Dia adalah Aprianto, 20, pelajar SMK Negeri 4 Kota Langsa yang sehari-hari berjualan kerupuk jangek di Kota Langsa. Remaja yang lahir di Padang Pariaman, 9 September 1992 ini hidup sebatang kara di ranah Rencong tanpa memiliki sanak famili. Berbekal ketulusan dan keikhlasannya bekerja, sosok Anto, begitu biasa dia disapa rekan-rekannya di SMKN 4 Langsa, dia bertarung dengan nasib berjualan kerupuk janggek (kerupuk kulit sapi) untuk bisa bertahan hidup sehari-hari sambil bersekolah.

Anto yang ditemui di sekolahnya usai melaksanakan ujian nasional (UN) bercerita dirinya tidak tahu harus ke mana.Waktu itu, ketika duduk di bangku kelas 6 SD, orangtua di Pariaman, Sumatera Barat, menyuruhnya untuk ikut dengan bibi Desny ke Kota Langsa karena orangtuanya kesulitan membiayai kehidupannya kala itu. “Saat itu, aku tidak tahu pergi ke mana dan yang ada dalam pikiran hanya ikut dan patuh kepada bibi. Ternyata, hingga aku beranjak remaja aku baru mengerti kalau berada di sebuah kota yang jauh dari lingkungan dibesarkan,” katanya. Lantas, dalam hatinya bertekad untuk bisa bertahan dan bersekolah serta bagaimana hari ini bisa makan dan melewati semua kehidupan ini sambil berjualan kerupuk janggek. Namun kondisi itu terus ia teku-

Aprianto ni hingga duduk di bangku kelas III Agri Bisnis Perikanan SMK Negeri 4 Langsa. “Walaupun ada sedikit rasa malu berjualan kerupuk jangek, aku tetap harus bisa melewati semua cobaan hidup ini,” paparnya. Dari keadaan itu, ternyata ketika dia beranjak kelas III bibi kembali ke Medan, sedangkan dia masih terus bergelut dengan

dunia yang menciptakannya sebagai pedagang keliling kerupuk janggek berpenghasilan Rp15. 000 per hari dan harus mencari tempat tumpangan baru untuk menyambung hidup. Lalu takdir ternyata berpihak kepada Anto, seorang ibu bernama Am, pemilik warung Lampion di belakang SMAN 3 Kota Langsa memberinya tumpangan. Alhasil, lengkaplah hidupnya sebatang kara di Kota Langsa tanpa sanak famili. Kondisinya itu ternyata tidak membuatnya mundur dalam menatap kehidupan ini, dia mencoba bangkit kembali untuk mengais rezeki di daerah yang terkenal rawan bagi ke-banyakan orang. Ternyata dia berhasil diterima menjadi pekerja sebagai tukang sate milik Kardiman, di kawasan Lapangan Merdeka dengan penghasilan Rp20.000 per hari. Keadaan

itulah yang hingga kini dia tekuni hingga saat ini sampai menyelesaikan pendidikan sekolah menengah kejuruannya. “Di tempat ini aku terpaksa harus kerja ekstra, sehabis sekolah pukul 14:00, aku harus bekerja mempersiapkan jualan sate ini hingga sore hari. Kemudian aku harus melayani para pembeli hingga pukul 02:00 dini hari. Lalu, bersama sepeda yang kumiliki pukul 06:30 bersiapsiap untuk berangkat ke sekolah. Begitulah aktivitas yang aku lalui setiap hari,” katanya sembari mengatakan penghasilan yang didapatnya itu dikirim kepada orangtuanya di Pariaman. Tak heran juga, terkadang dengan kondisi pekerjaannya itu terkadang Anto pun sering telat masuk ke sekolah karena ketiduran. Namun bagi tim kesiswaan SMKN 4 Langsa yakni, Thomas, Ricko Elnova dan Dedi

Irawan, menjadi perhatian dan pembinaan agar tidak telat masuk ke sekolah. Anak sulung dari pasangan Mardiana dan almarhum Sofyan ini, tidak pernah berkecil hati. Bahkan, tidak sedikit orang yang berempati dengan kondisi kehidupannya, tidak saja para guru, kawan-kawannya sekelas maupun kepala SMK Negeri 4 Kota Langsa Bujang SG. Untuk itulah, setiap tahunnya dia selalu mendapat prioritas pertama mendapatkan beasiswa yang diberikan sekolah itu. Di akhir masa pendidikannya di SMKN 4 Kota Langsa, dia bercita-cita menjadi tenaga kesehatan di rumah sakit. “Setelah tamat ini aku ingin melanjutkan pendidikan ke sekolah keperawatan,” katanya. Dede Juliadi Rendra


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.