TRIBUN LAMPUNG - 27 AGUSTUS 2009

Page 9

cmyk

T

TELEPON SEMUA BAGIAN: 0721-704777 (5 LINE) IKLAN: 0721-3585522 SIRKULASI: 0721-3585533, 08127211010 HOTLINE PUBLIC SERVICE: 08127212211

ribun Lampung

www.tribunlampung.co.id

KAMIS, 27 AGUSTUS 2009 | HALAMAN 9

Haram, tapi kok Tambah Banyak? SEDEKAH Seorang pejalan kaki memberikan sedekah kepada seorang pengemis di jembatan penyeberangan Bambu Kuning, Rabu (26/8). Setiap Ramadan, jumlah pengemis di Kota Bandar Lampung meningkat tajam.

TRIBUN LAMPUNG/MARZULI ARIWIBOWO

Pansus Kebut Bahas Tatib BANDAR LAMPUNG, TRIBUN - Rapat perdana panitia khusus (pansus) DPRD Kota Bandar Lampung mengenai pembahasan tata tertib (tatib) DPRD Kota Bandar Lampung, Rabu (26/8), menjadwalkan tatib selesai paling lambat 11 September 2009. “Pansus akan mulai rapat pembahasan Jumat (28/8). Kami akan berusaha menyelesaikannya paling lambat dua minggu. Tetapi, kalau bisa lebih cepat lebih bagus,” kata Septrio Frizo, anggota pansus. Sebelum rapat dimulai Jumat, lanjut Septrio, anggota pansus

telah diberikan Undang-Undang mengenai susunan dan kedudukan (Susduk) tahun 2009 yang baru untuk dipelajari. Sehingga diharapkan, rapat akan berjalan efektif tanpa harus membahas satu persatu pointer. Septrio menjelaskan, pansus akan tetap berdasar kepada UU Susduk tahun 2009 walaupun belum masuk dalam lembaran negara atau belum memiliki nomor. Sementara untuk peraturan turunan di bawah UU, pansus akan menggunakan Per ke halaman 15

BANDAR LAMPUNG, TRIBUN - Seperti sudah menjadi tradisi tahunan, jumlah pengemis di Kota Bandar Lampung meningkat tajam dibandingkan hari-hari biasa. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan mengemis haram ternyata tidak mengubah kondisi tersebut. Pantauan Tribun, Rabu (26/8), di beberapa tempat, pengemis masih banyak berkeliaran di setiap sisi kota meskipun jumlahnya berkurang dibandingkan Ramadan tahun lalu. Beberapa pengemis mengakui mereka hanya meminta-minta kemurahan hati orang lain di bulan Ramadan. Namun tak sedikit pula yang memang sudah menekuni pekerjaan ini bertahun-tahun sampai mempunyai anak yang juga

MENGEMIS pada dasarnya merupakan habit, kebiasaan yang menjadi perilaku dan akhirnya lama-kelamaan tumbuh menjadi culture di masyarakat kita. Terdapat satu kelompok masyarakat yang senang orang lain menganggap dirinya miskin, menciptakan image kepada orang lain bahwa dirinya pantas untuk diberi sedekah, infak, maupun bantuan TRIBUN/ANS lainnya. BARTOVEN VIVIT N Dan paham ini berakar kuat dalam Sosiolog, Kepala Pusat Studi Budaya tubuhnya. Mempunyai pola pikir mendapatkan uang dengan cara instan. Bahkan, Lampung bergenerasi terus melakukan pekerjaan meminta-minta mewariskan ke keturunannya di mana akhirnya menciptakan keadaan bahwa ia terlahir sebagai pengemis.

ke halaman 15

ke halaman 15

news analysis

Sudah Jadi Budaya

Memang Situ Mau Nambahin? PEREMPUAN setengah baya itu berjalan dengan mantap. Sinar matahari yang terik saat umat Islam menjalankan ibadah puasa tampak tidak dirasakannya. Sesaat kemudian, ia membelokkan langkahnya ke sebuah rumah yang pagarnya terbuka.

Rawan Klaim Negara Luar

Hak Paten Budaya Lampung Tersendat

BANDAR LAMPUNG, TRIBUN - Hingga kini belum ada satu pun produk kebudayaan Lampung yang terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Dirjen HKI) Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Hal itu menyebabkan budaya asli daerah ini rentan terhadap pengakuan negara atau pihak lain sebagai milik mereka. Tari Pendet, asal Bali, baru saja digunakan Malaysia untuk mempro-

menjadi pengemis. Rukiyati, misalnya, yang biasa mangkal di jembatan Pasar Tengah-Bambu Kuning. Ia membawa kedua anaknya yang berusia 11 dan empat tahun. Modus yang digunakan Rukiyati cukup unik. Saat akan mengemis, ia berganti baju lebih dulu. Perempuan berusia 40 tahun ini membawa tas berisi perlengkapan mengemis dirinya dan kedua anaknya. Anak pertamanya yang duduk di kelas 5 SD menyusul sang ibu usai pulang sekolah. Rukiyati sudah menyiapkan baju ganti untuk anaknya tersebut. Rukiyati menuturkan, mengemis telah dilakoninya sejak ia

mosikan pariwisata mereka. “Lampung pernah mendaftar ke halaman 15

Hak Kekayaan Intelektual

Hak cipta Merek Hak paten Desain industri Indikasi geografis (suatu tanda tentang asal daerah barang yang karena lingkungan geografisnya (faktor alam atau manusia), membentuk karakter, ciri khas, dan kualitas dari produk tertentu)

cmyk

“Assalamualaikum..! serunya ketika sudah berada di halaman rumah tersebut. Ia akan menanti penghuni rumah merespon salamnya. Jika tidak ada jawaban, ia akan melangkah keluar dan melakukan hal yang sama di rumah lainnya.

Usia Ati--bukan nama sebenarnya--belum masuk kategori sepuh, baru 38 tahun. Tubuhnya pun masih sehat dan tegap. Tetapi, warga Kelurahan Sukarame II ini menafikan segala rasa malu dan meminta belas kasihan orang demi satu atau dua lembar uang

seribu rupiah. Di luar Ramadan, Ati mengais nafkah menjadi buruh cuci dengan penghasilan Rp 100 ribu per bulan. Uang tersebut tentu tak mencukupi kebutuhan hidup ke halaman 15

metropolist

Tak Kurangi Kasih Sayang SUATU ketika pada tahun 1987, Masjid Al Furqan mengadakan acara yang melibatkan sekitar seribu anak yatim piatu. Pasmir Rahman yang saat itu masih kuliah di IAIN Radin Intan kebetulan berada di sana. “Alangkah banyak anak yatim,” Pasmir berucap dalam hati. Momen itu terus terngiang di dalam ke halaman 15

TRIBUN/MARZULI


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.