Warta Muda Edisi April 2012

Page 7

7

Edisi XXV/April 2012

American Batik Design Competition Ajang Eksis Batik Indonesia

Bapak Dino Patti Djalal foto bersama pemenang lomba

A

CARA yang pertama kali digelar 2011 ini merupakan sebuah kompetisi terbuka mendesain batik bagi warga negara AS, dan lebih khusus lagi untuk memberikan peluang bagi para fashion dan graphic designer dalam mendesain batik dengan gaya American Style. ABDC (American Batik Design Competition) merupakan projek yang digagas oleh Duta Besar Republik Indonesia, Dino Patti Djalal, dan KBRI Washington DC. Dalam kompetisi ini, para peserta diminta untuk ngebuat desain kain batik dalam bentuk digital dengan mengikuti pola kain batik Indonesia. Selanjutnya, hasil desain yang bagus dan terpilih akan diolah proses menjadi batik tulis oleh pebatik Indonesia. Ternyata, selidik punya selidik, ABDC ini dapat respon yang positif dan bagus dari para desainer AS, sehingga mendorong para desainer muda serta seniman AS lainnya untuk mempelajari budaya batik Indonesia secara lebih mendalam. Syarat untuk ikut kompetisi ini adalah mereka yang udah berusia 16 tahun ke atas, dan asli warga AS! Dalam pembukaan ABDC, Dino Patti Djalal selaku Dubes RI untuk AS juga

bilang kalo acara ini merupakan cara kreatif yang sangat baru dan bagus untuk mengajak minat masyarakat AS terhadap seni membatik di Indonesia dan juga menjalin hubungan bilateral yang kuat, khusunya di bidang seni budaya, serta untuk mempromosikan batik secara global. Selain Dino, hadir juga 3 pemenang utama kompetisi ini. Yang juara pertama adalah Elizabeth Urabe asal Arizona, AS. Seniman yang satu ini top banget sob! Walaupun di usia yang udah ngga muda lagi, Ia tetap semangat dalam urusan mendesain. Buktinya, ia mampu mendesain batiknya dengan judul Divine Unity. Desain ini bercerita tentang nilai kebebasan dan kemerdekaan, dalam desainnya juga mecampurkan warnawarna natural dan memiliki benang misterius yang punya kemampuan untuk memajukan hubungan dan perdamaian antar negara. Ada Juga Kelly Cobb sebagai juara kedua. Seorang desainer yang meraih gelar S2 University of Florida ini mendesain batik yang ngga kalah menariknya, yaitu batik indigo dengan kode QR yang memiliki pola desain kotak-kotak dari modul-modul hitam yang berlatar belakang putih. Elo pasti udah ngga awam liat desain ini, karena

Foto-foto: Adie Handoyo

desain kode QR ini sekarang udah populer banget di dunia marketing, baik dari model marketing tradisional ataupun interaktif. Dan sebagai pemenang ketiga adalah Joanne Gigliotti, seorang seniman yang ngedesain batik dengan menggunakan simbol-simbol untuk menunjukan nilainilai yang hidup di AS. “Acaranya bagus banget apalagi buat anak muda kaya kami, jadi merasa bangga karena batik udah mendunia dan semoga acara ini ngga hanya terbatas untuk kalangan tertentu aja yang hadir, tapi anak muda bisa lebih banyak yang datang, dan juga promosi acaranya juga lebih banyak lagi,’ kata Wihemina, mahasiswi Universitas Bung Karno, Jakarta. Hal yang sama juga diucapin Mutiara Karina. “Bagus banget acaranya, apalagi para desainer punya semangat yang luar biasa untuk membuat desain batik yang bagus ini, jadi bisa membuat anak-anak muda seperti kami termotivasi atas karyanya,” kata gadis berambut ikal ini. Nah bener banget sob apa kata temen kita di atas. Warga negara asing aja bisa semangat ikut lomba yang bertemakan kebuadayaan tradisional Indonesia. Nah, masa sih kita yang muda dan warga negara Indonesia kalah dengan mereka? (Syanella Istigomah & Adie Handoyo)

Masih Ada Harapan G di Tambora

Foto-foto: Dok YAFI

Kak Rendi menghibur siswa-siswi SD Tambora bernyanyi

MEMANG udah ngga bisa dipungkiri lagi kalo sekarang ini, batik udah jadi salah satu seni kebudayaan tradisional Indonesia yang mulai eksis di beberapa bagian belahan dunia. Sampai-sampai , ada negara tetangga ngaku-ngaku kalo batik berasal dari negaranya. Nah, beberapa waktu yang lalu, negara Amerika Serikat (AS) ngadain kompetisi yang bertajuk ‘American Batik Design Competition’ di Art District Area, Grand Indonesia, Jakarta.

Kakak YAFI berfoto bersama

Batik Indigo Karya Kelly Logg

IMANA sih rasanya, kalau elo liat anak SD kelas 4-5 belum lancar nulis dan kalau baca masih terbata-bata? Sulitnya akses pendidikan seperti itu di sebuah provinsi terpencil di Indonesia tentulah masih bisa dimaklumi. Tapi bagaimana ya, kalau masih ada sekolah di Jakarta yang kondisi muridnya seperti itu? Ironis banget kan guys? Keadaan inilah yang YAFI (Youth’s Acts For Indonesia) temukan pada adik-adik Sekolah Dasar Islam (SDI) Tambora. Sebuah SD yang letaknya di Jakarta, bukan di sekolah yang ada di daerah terpencil kaya di Papua yang memang sulit akan akses pendidikan dan teknologi. Melihat kondisi ini, YAFI --organisasi pemuda yang terdiri dari anak-anak muda dari berbagai kampus se-Jabodetabek-- membuat suatu program bernama ‘Kami Berbakti’. Kegiatan ‘Kami Berbakti’ sendiri merupakan program kegiatan YAFI di bidang pendidikan yang rutin dilakukan setiap dua kali dalam sebulan dan telah berjalan selama tiga bulan semenjak pertengahan Desember 2011 pada siswa kelas 4, 5, dan 6 SDI Tambora, Jakarta Barat. Sebelumnya, program ‘Kami Berbakti’ telah berjalan dalam 5 episode. Episode pertama mengangkat tema ‘Melukis Mimpi’, episode ke dua ‘Melompat Lebih Tinggi’, episode ketiga ‘Melangkah Bersama’, episode keempat ‘Garuda di Tambora’, dan episode kelima ‘Menembus Harapan’ (lebih lengkapnya bisa dibaca di http://www.yafindo. wordpress.com). Nah, pada Sabtu 10 Maret 2012, masih di tempat yang sama, di SDI Tambora, YAFI menggelar kembali rangkaian kegiatan ‘Kami Berbakti’ episode keenam bertema ‘We Found Hope’. Pada kali itu, YAFI kedatangan bintang tamu yang khusus hadir untuk menghibur adik-adik SDI Tambora guys. Dia adalah Rendy Ahmad, pemeran Aray dalam film Sang Pemimpi karya penulis kondang Andrea Hirata. Kehadiran Rendy dalam Episode 6 kali

ini berhasil membuat adik-adik SDI Tambora terpukau. Mereka diajak bernyanyi bersama dan bahkan ada yang sempat duet serta mencuri-curi kesempatan untuk meminta tanda tangan dan berfoto dengan Rendy. Acara diawali dengan pembukaan serta pengarahan oleh Ketua YAFI, Juwairiyah atau yang akrab disapa Way kepada adikadik SDI Tambora mengenai rangkaian kegiatan epiode 6. Selesai acara pembukaan, dilanjutkan dengan perform dari Rendy yang menyanyikan tiga lagu anak-anak dan lagu laskar pelangi. “Saya senang dan terharu bisa menghibur adik-adik SDI Tambora dan bernyanyi bersama mereka, bagi saya ini adalah sebuah dedikasi juga untuk memberikan motivasi kepada anak-anak Indonesia,” ujar Rendy. So pasti, kegembiraan terpancar dari wajah adik-adik SDI Tambora dengan adanya kehadiran Rendy ditambah lagi bisa bernyanyi bersama-sama. “Senang banget kak kita kedatangan artis dan bisa nyanyi bareng kak Rendy,” ujar Vanessa, salah seorang adik SDI Tambora yang bercita-cita menjadi penyanyi. Acara yang ngga kalah seru lainnya adalah fun learning with English. Sistem bimbingan belajar dengan membuat konsep pos-pos yang berisi materi pembelajaran dengan Bahasa Inggris. Pos dibagi jadi dua, yaitu pos menyusun kalimat dengan Bahasa Inggris dan berhitung dengan bahasa Inggris. “Harus makin banyak orang seperti kalian, jangan patah semangat, jangan menyerah, kita harus berjuang untuk Indonesia” ujar Rendy kepada tim YAFI diakhir rangkaian acara. Setuju banget sama pendapat Rendy. Kita para pemuda harus semangat dan jangan pernah menyerah berjuang demi Indonesia yang lebih baik. Sekecil apapun aksinya, namun akan berdampak besar jika kita melakukannya secara konsisten dan penuh komitmen! So, selamat berkarya generasi muda! (Citra Pertiwi)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.