Sistem Memperoleh Informasi Dunia Meliput adalah proses yang melelahkan serta melibatkan penyatuan fakta & pengecekan laporan secara kemas. Wartawan yang baik diartikan sebagai yang mempergunakan semua indera mereka pada tempat stan perkara (TKP) atau dalam mana masalah atau kasus itu tercipta. Karena hal itu wartawan wajib ke TKP. Banyak teladan untuk memperoleh berita yaitu dengan wawancara, observasi, penyelidikan kepustakaan, press release/press conference dan statemant of informan. Sebagian raksasa metode akuisisi berita ialah melalui wawancara. Kini, angka dan kabar kepustakaan juga hal krusial dalam menggali berita. Press conference, berarti terutama bagi memperoleh back ground information untuk hal-hal yang masih sangat segar. Statement of informan tak digunakan guna nara sumber tetapi ragam yang artinya harus dilacak lagi kesahan dan kegunaannya bagi masyarakat (pembaca). Disini berlaku pola cek and ricek.
Sepak-terjang Memperoleh Berita Luwi Ishwara dalam “Jurnalisme Dasar� mengenal sejumlah prosedur membantu wartawan dalam mengumpulkan informasi yaitu observasi sinambung dan tidak langsung, wawancara, pencarian atau penelitian dengan perantara dokumen khalayak serta keterlibatan dalam insiden. Observasi saksama. Wartawan mengombinasikan fakta dengan langsung memeriksa peristiwa oleh karena itu dapat menghasilkan berita menjadi hidup. Masalahnya: wartawan mesti menunggu stan atau kasus. Seandainya tidak ada itu artinya tidak mencatat berita. Si wartawan putar ke ropak-rapik tanpa berita. Guna mengatasi hal ini maka wartawan harus menyebarkan apa yang disebut strategi pra-peristiwa & pasca-peristiwa. Pra-peristiwa adalah mendapatkan informasi utk dikembangkan. Caranya, dengan memprakarsai kembali kritik, dokumentasi, buku atau referensi lainnya. Pasca-peristiwa adalah melengkapi apa yang diperoleh di lapangan dengan tambahan nas jika fenomena yang didapat wartawan amat minim. Tujuannya agar cerita lebih lengkap. Pada konteks yang ada maka pewarta harus pun melakukan persidangan multi-sumber jadi
memberikan kredibilitas pada berita yang dilaporkan. Wawancara. Wawancara yang trampil menjadi pendek bagi semata liputan serta penulisan yang baik. Yang membuat wawancara sedikit luar biasa dengan dialog biasa didefinisikan sebagai bahwa wartawanlah yang menjadikan arah pertanyaan, bukan nara sumber yang diwawancarai. Tersembunyi sedikitnya 10 tahap wawancara. Di antaranya, jelaskan maksud wawancara, melakukan penelitian latar belakang, ajukan biasanya dengan perantara telepon, permufakatan untuk wawancara, rencanakan strategis wawancara Kamu, temui responden Anda, usikan pertanyaan serius Anda yang pertama, lanjutkan menuju inti dari wawancara. Selanjutnya usikan pertanyaanpertanyaan muluk (sensitif dan menyinggung) apabila perlu, pulihkan bila butuh dampak mulai pertanyaan-pertanyaan keras itu serta akhiri serta simpulkan wawancara Anda. Pencarian atau Penelitian bahan melalui dokumen khalayak. Wartawan siap menggali benih berita daripada pencarian dengan perantara nabi dokumen khalayak. Dengan teks publik ini maka pewarta bisa memetakan kembali kasus-kasus yang tidak terungkap. Pastinya menggunakan tambahan kabar yang telah di-up date. Kontribusi. Dalam teknik yang tunggal ini pewarta terlibat pada peristiwa yang tengah berjalanberlaku, berlanjur, berlantas, berproses, terjadi,. Di sini pewarta merasakan apalagi panca inderanya bisa menunjukkan kejadian secara utuh bahkan sedetial agaknya karena dia berada di dalam peristiwa http://www.lagioke.net tersebut. Sistem Beat Di lis metode pencarian berita yang atas, dikenal pula cara memperoleh cerita yakni orde beat. Si wartawan rata-rata mangkal / ngepos tatkala sebuah kantor pemerintah dalam meliput kesigapan di organisasi tersebut. Hal ini pun berlaku saat instansi swasta. Sistem beat biasanya menuju kepada spesialis bidang. Senyampang, bidang keterangan politik, per ekonomian dan bisnis, olahraga dan kepolisian. Komposisi beat berisi sisi positif maupun afirmatif.