Edisi 137 Desember pmd

Page 1


Salam Redaksi Editorial

Menatap IAIN di 2016

T

ahun yang akan menjadi fenomenal baik bagi Indonesia, Sumatera Barat, dan terkhusus IAIN Imam Bonjol Padang, sebab di 2016 IAIN genap berusia 50 tahun. 2016 akan menjadi tahun dimana Indonesia akan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean tentu kualitas negara ini akan menjadi pertaruhan berhasil atau tidaknya Indonesia menjadi aktor di tengah pasar tersebut. Sedangkan untuk Sumatera Barat akan memiliki gubernur baru yang akan menjadi sosok di poros kemajuan Sumatera Barat ke depannya. Sekaligus beberapa kota dan kabupaten dengan periode kepemimpinan yang baru. Hal yang vital terjadi pada intansi tercinta kita ini, tahun ini IAIN Imam Bonjol tidak bisa lagi dipandang sebagai perguruan tinggi pelengkap perguruan tinggi lainnya di Sumatera Barat. 50 tahun IAIN Imam Bonjol harus semakin dalam dengan perannya sebagai perguruan tinggi agama islam tertua di Pulau Sumatera, Hal yang lebih jauh seharusnya kian menjadi catatan bagi IAIN Imam Bonjol Padang, usia setengah abad ini semestinya mampu bergelut di kancah nasional sebagai promotor dalam khazanah kajian keislaman nusantara di Indonesia. Usia 50 tahun harus menjadi monem­ tum bagi IAIN Imam Bonjol untuk kembali menyalakan spirit bangkit dan maju. Ditambah dengan kepemimpinan Eka Putra Wirman yang masih “berbulan madu” dengan jabatannya tentu akan semakin pas untuk melahirkan spirit ke­ IAIN­an. Sebab, Hal yang terjadi sejauh ini hilangnya spirit dan mental ke­IAIN­an itu, baik sivitas, mahasiswa ataupun dosen sangat layu untuk berdiri di dalam dinamika intelektualitas dalam pemban­ gunan daerah. Perjalanan 50 tahun IAIN Imam Bonjol sejauh ini sudah memberikan pengalaman yang berarti untuk meningkatkan dan menatap IAIN Imam Bonjol 50 tahun lagi. Di usia 50 tahunnya, IAIN Imam Bonjol harus sigap berbenah karena masih banyak budaya yang tidak ideal sekali menjalar dan berakar di kampus ini yang sudah setengah abad ini. Kita semua berhak menyimpulkan dan menilai di 50 tahun IAIN Imam Bonjol Padang. Sebab bagi logika tidak ada yang salah.

Celoteh - Kawal langkah gubernur +Kawal agar tidak lengah dan terbelah -Dibelah Oleh Dua Statuta + Dek ndak takawal tabalah jadinyo

Pelindung: Rektor IAIN Imam Bonjol Padang Dr. Eka Putra Wirman, Lc. MA Penanggung Jawab: Wakil Rektor III IAIN Imam Bonjol Padang Dr. Alkendra, M.Ag Kepala Biro AUAK Drs. Dasrizal, MA Pembina: Sultan Zaili Asril, Yulizal Yunus, Sheiful Yazan, Emma Yohanna, Abdullah Khusairi, Muhammad Nasir, Andri El­Faruqi Dewan Redaksi: Arjuna Nusantara, Zulfikar Efendi, Ahmad Bil Wahid, Ridho Permana, Dosfrianto.

Suasana rapat keredaksian terkait penerbitan edisi 137 di tengah mati lampu, (01/12)

Ruang dalam Rasa Mendirikan itu mudah tapi meneruskan itu tidak semudah mendirikan.

H

al tersebut dilontarkan oleh bebera pa pendiri LPM Suara Kampus saat temu ramah keluarga besar Suara Kampus dalam malam puncak perayaan HUT ke 37 tahun. Kebanggan besar dirasa­ kan amat dalam oleh pendiri dan sesepuh (baca: Alumni) saat Suara Kampus masih berkembang dengan buah karya pengasuh­ nya (generasi) yang terus dituai.

CERMINIA

Langit dan Bumi

Aidil Ridwan Daulay Redaktur Suara Kampus

L

Generasi demi generasi silih berganti dengan badai dan buah karya masing­ma­ sing di setiap zamannya.. Di malam tersebut juga lahir karya baru dari Suara Kampus yakni Suara Kampus TV, dalam temu tahunan itu Suara KampusTV tergagas untuk kemudian dikembangkan sebagai sayap kreativitas yang baru bagi Suara Kampus. Seperti halnya Suara Kam­ pus, melanjutkan serta mengembangkan Suara KampusTV tentu lebih besar, sulit dan menantang lagi.

Salam Pers Mahasiswa ! Terima kasih untuk pembaca yang masih setia sedia matanya untuk kami baca. Edisi 137 merupakan edisi terakhir untuk kepen­ gurusan tahun ini, banyak sudah suka duka yang kru kunyah dan pahit manis perjalan­ an yang kru cerna selama berkarya untuk Suara Kampus selama satu tahun ini. Apresiasi tinggi teruntuk seluruh kru yang berjuang hingga titik akhir dan bertah­ an hingga lembaran terkahir ini. Tanpa disa­ dari ujung pelayaran pun sudah di depan mata. Tangis, tawa selalu memeluk kami dalam belajar untuk mampu memeluk balik sang badai, tentu bagi kami ini akan menjadi me­ moar yang teramat indah dan damai untuk dikenang, yang akan menjadi sebuah cerita di hari nanti. Suara kampus adalah ruang kecil yang mengajari kami mengenal kata dengan ber­ bagai makna, ruang kecil yang membuat kami berkeluarga yang tak bisa dijelaskan dalam sedemikian kata. Ruang yang tidak akan bisa dilupakan akan melekat erat dan dalam di sana. Edisi 137 sangat berkesan, mungkin ini bukan yang pertama rapat keredeaksian ter­ kait penerbitan tapi Magrib (01/12) itu, Edisi ini lahir dari pertengkaran ide kala hari hu­ jan badai itu listrik mendadak mati. Di ten­ gah perdebatan tersebut hanya sepotong li­ lin bekas menjadi saksi bisunya. Tentu yang hadir waktu itu bukan kru yang terjebak dalam hujan dan tidak bisa pulang tapi me­ raka adalah orang yang terjebak dalam se­ mangat untuk berkarya dan sudah tau ke­ mana harus pulang. Sekali lagi terima kasih teruntukNya yang telah menjebak kami ke dalam ruang yang mengajari kami memahami rasa men­ jadi generasi dalam menyambung napas Suara Kampus.

angit dan bumi merupakan penome na alam yang menakjubkan, walaupun jarak yang begitu jauh selalu mengisi antara satu sama lain. Tahukah kita bah­ wasanya langit dan bumi dahulunya adalah satu padu, kemudian dipisahkan melalui leda­ kan dahsyat, kajian ini telah dikemukan dalam Alquran dan pada teori Big Beng, ke­ mudian setelah ledakan itu barulah terben­ tuk sistem tata surya. Pada dasarnya langit dan bumi juga me­ miliki dua sisi yang berbeda seperti halnya positif dan negatif, hidup dan mati serta tua dan muda. Sisi inilah yang menjadikan an­ tara langit dan bumi sebagai objek kajian yang unik dan dan terus dikaji sampai men­ dalam, walapun hingga sekarang masih be­ lum diketahui kenapa keduanya diciptakan dan saling membutuhkan. Masing­masing dari keduanya memilki kelebihan, langit mampu mengeluarkan ca­ haya dan mampu memadamkan cahaya tersebut, memiliki keindahan saat ia meng­ hilangkan cahayanya dengan ditimbulkan­ nya bintang­bintang. Langit terdiri dari ban­ yak gas dan udara, kadangkala langit ber­

warna biru, terkadang berwarna merah atau hitam yang ini terjadi akibat pemantauan cahaya. Begitupun halnya bumi merupakan plan­ et yang mempunyai sumber kehidupan yang besar diantara planet­planet lainnya. Gravi­ atsi yang normal membuat bumi menjadi palnet yang sangat teratur dan indah. Diant­ ara keindahan yang ia miliki tidak jauh ber­ beda dengan keindahan yang dimilki langit yaitu menciptakan pemandangan melalui pohon­pohon yang ia tumbuhkan, kemudi­ an ia memiliki laut yang sangat luas dan menyimpan harta yang berlimpah di dalam tanahnya. Dari beberapa kelebihan itu, antara lang­ it dan bumi selalu mengisi satu sama lain, bumi kelelahan, langit memberikan malam, saat bumi bersemangat, langit menimbul­ kan siangnya. Saat bumi kekeringan, langit menurunkan hujannya kepada bumi. Namun kadangkala hujan yang diturunkan langit diiringi dengan gemuruh petir dan kadan­ gkala hujan yang diturunkannya disertai pelangi. Tergantung keadaan bumi yang menerimanya. Dengan air hujan itulah bumi mampu menumbuhkan hutan yang lebat. Bagi bumi kondisi seperti itu harus ia terima guna menjaga sumber kehidupan yang ia miliki tidak punah. Saat hujan di­ iringi petir, bukan berarti hujan yang ditu­ runkan langit tersebut tidak bermanfaat, bahkan petir tersebut mampu membuat bumi itu subur dan mampu menumbuhkan tumbuhan lainnya. Demikian sebaliknnya,

jika hujan itu disertai pelangi, bukan artin­ ya langit memberikan keindahan itu sela­ manya melainkan hanya sesaat saja. Kendati demikian, kadangkala bumi bisa juga memberikan manfaatnya kepada lang­ it, misalnya saja hujan yang diberikan lang­ it itu, bumi selalu mengelolanya sehingga langit bisa menghasilkan hujan lagi, mulai hujan turun, bumi menampung dan meletak­ kannya di laut, di sungai dan di danau. Keti­ ka langit memancarkan cahayanya, bumi senantiasa memadukan dengan air yang te­ lah ia simpan, sehingga menghasilkan uap dan dari uap itu terbentuk awan yang nantin­ ya dari awan itu lah langit mampu menu­ runkan hujan. Sungguh indah hubungan yang ditunjuk­ kan oleh langit dan bumi. Walaupun langit lebih tinggi dari bumi, bukan berarti langit lebih bermanfaat dibanding bumi. Dari sik­ lus tadi, jelas tanpa bumi hujan yang ditu­ runkan oleh langit tidak akan bermanfaat dan tanpa pengelolaan yang dilakukan oleh bumi pula, langit tidak akan mampu menurunkan hujan. Hubungan itu menjadi salah satu ciri khas dari langit dan bumi. Bumi harus men­ erima rahmat hujan yang diturunkan langit, walaupun kadang disertai petir dan pelangi karena dengan ia terus menerima dan mam­ pu mengelola hujan itu, maka bumi akan bermanfaat bagi langit dan sumber kehidu­ pan pada bumi akan terus terjaga sampai siklus itu kembali lagi.

Pemimpin Umum : Yogi Eka Sahputra. Sekretaris Umum : Elvi Safri Dinyyati Rahmatika. Bendahara Umum : Rosi Elvionita. Pemimpin Redaksi : Taufiq Siddiq. Pemimpin Perusahaan : Jeki Pernandos. Pemimpin SDM : Hervina Harbi. Redaktur Pelaksana : Bustin, Eka Putri Oktaridha Ilahi. Redaktur : Aidil Ridwan Daulay, Kanadi Warman, Yandri Novita Sari, Syofli Apri Yanil. Koordinator Liputan : Veni Andriyani. Bidang Perwajahan & Desain Grafis : Mukhtar Syafi’i, Jamal Mirdat. Manager Usaha & EO : Zul Anggara. Manager Iklan & Sirkulasi : Delli Ridha Hayati, Amaliyatul Hamrah. Manager ADM & Umum : Nofri Migo. Kepala Litbang : Rahmadi. Wartawan : Sherly Fitri Yati, Risya Wardani, Friyosmen, Axvel Gion Revo, Silvia Wulandari, Lisa Fauziah, Khairul Nasri, Khairud­ din, Melia Utami Agusrianty, Miftahul Ilmi,Ulvia Rahmi, Cici Yulhendri (Mg), Devi Susanti (Mg), M Iqbal (Mg), Muhammad Harfen (Mg), Naufal (Mg), Siti Sundari (Mg), Dolly Dui Tifa (Mg), Ganti Putra W (Mg), Mulyadi (Mg), Cani Silpina (Mg), Syifa Aulia (Mg).

SUARA KAMPUS.com Twitter: @suara_kampus | Email: lpmsuarakampus@gmail.com | redaksi@gmail.com | Fanpage : Suarakampus.com


Kolom SUARA PEMBACA

“Sensasi Seribu Kucing”

Pergerakan Mahasiswa Dipertanyakan

Oleh Shofwan Karim Dosen Fakultas Ushuluddin/ Salah Seorang Pendiri Suara Kampus

“Berpikir optimis, bukan berarti menafikan masalah besar yang dihadapi”

S

eekor kucing berbulu tebal hi tam­legam berwajah beringas, bermata tajam, dengan gigi ge­ mertak masuk ke sebuah aula luas dan amat besar. Di situ ada seribu petak cermin­kaca. Kepalanya me­ lenggok ke kiri dan ke kanan. Bagai­ kan mencari musuh dan mangsa dengan buas. Tiba­tiba sang kucing terperan­ gah melihat keseribu wajah dalam seribu keping cermin­kaca itu. Be­ tapa ganasnya wajah­wajah yang dilihatnya. Bagaikan petir dan halil­ intar meletus prasangka di dadan­ ya. Seribu wajah beringas siap me­ nerkamnya. Hatinya gaduh, galau dan rusuh. Bagaimana dia melawan wajah­wajah beringas yang seakan siap mencakarnya. Tanpa pikir pan­ jang, sang kucing lari terbirit­birit keluar. Tanpa melengoh ke belakang meninggalkan aula besar yang sepi. Selang beberapa jam kemudian, seekor kucing lain datang. Badannya tidak sebesar kucing sebelumnya. Sang kucing berusia muda, badan berukuran sedang berbulu bersih dengan dua warna putih dan coklat kekuning­kuningan. Kucing ini den­ gan mata bening, wajah ramah, tam­ pang ceria, berlari­kecil, melompat ke kiri dan ke kanan, masuk ke aula besar yang sama. Kepalanya celengak­celenguk ke kiri, ke kanan dengan semu wajah riang dan gembira. Dari seribu keping cermin itu pula wajah seri­ bu ekor kucing yang ceria dan melompa­lompat kecil dengan riang mengajaknya bersenang­senang dan menari­nari. Kucing itu seakan ber­ temu dengan para sahabat lamanya dengan suasana pesta ala kucing. Dia merasa di alam nirwana dan bertah­ an lama di aula besar itu. Ilustrasi ini membuat kening saya berkerenyit dan berpikir keras. Pesan ini dalam untaian kata berbeda tetapi subtansi sama, saya baca di dalam benang wacana salah satu grup media sosial. Seakan se­ buah repleksi diri, ternyata kita

mempersepsikan keadaan lingkun­ gan kita di antaranya karena kon­ sep diri kita sendiri. Bila kita gembira, ceria, berhati senang, memiliki “passion” (ke­ cintaan yang ikhlas) terhadap lingkungan, maka lingkungan yang tercipta akan senang, ceria, kondusif dan optimistik. Itulah yang dilakukan oleh kucing kecil yang kedua tadi. Akan tetapi bila sebaliknya, seperti kucing besar, pada ilustrasi sensasi seribu kuc­ ing di atas, maka lingkungan yang tercipta tidak akan produktif, bah­ kan menakutkan, dan akhirnya kita sendiri meninggalkan medan jua­ ng. Renungan saya terhadap ilustra­ si sketsa sensasi seribu kucing ini cukup relevan dengan keadaan ka­ mpus kita dewasa ini. Melihat tu­ gas­tugas ke depan melanjutkan program yang sudah dirintis pemimpin sebelumnya sangatlah menantang. Berpikir optimis, bu­ kan berarti menafikan masalah be­ sar yang dihadapi. Melahirkan UIN bukanlah sederhana akan tetapi progam besar dengan urusan yang sangat rumit dan besar pula. Pe­ rubahan baru pemerintahan mengikuti mekanisme nasional 5 tahunan ujung tahun lalu, ternyata mempunyai dampak ke implemen­ tasi regulasi kebijakan di beberapa kementerian sekaligus. Otomatis, peroses yang ber­ jalan tehadap suatu rencana dan program di masa pemerintahan se­ belumnya turut disesuaikan. Konon ada proses perbaikan me­ kanisme dan proses yang harus dilakukan secara administratif oleh rektor untuk melanjutkan perjuan­ gan peningkatan status dari insti­ tut menjadi universitas. Sejalan dengan itu upaya mem­ perkokoh meningkatkan kapasitas dan kualifikasi inpra, supra, sara­ na, prasarana fisik, akademik, SDM, akreditasi, prodi, kegairahan, sikap mental, disiplin, etos kerja dan set­

Pasan Punya unek-unek, komentar terhadap keadaan kampus, kirim kegelisahan tersebut ke Pasan Suara Kampus, SMS ke 085278398655, sertakan nama dan fakultas,

0822846837xx WC Mesjid Kampus menampung ribuan mahasiswa dengan minimnya jumlah WC Mesjid yang aktif untuk di­ gunakan. Bagaimana dengan antrian pan­ jang setiap shalat dan kran air yang ban­ yak tidak berfungsi untuk berwudhu dan hanya sebagian kecil juga yang aktif di­ gunakan.

erusnya, tentulah harus terus me­ nerus digesa, disegarkan dan dili­ patgandakan. Lebih dari itu, kohesif, kesamaan cara pandang serta semangat untuk kemajuan mesti tanpa henti di­ gelorakan. Tiga komponen insan akademik: mahasiswa, dosen dan karyawan, selama ini sangat fokus melihat dan berpedoman ke mana arah angin kepemimpinan dan top manajemen. Kepemimpinan itu di­ tangan rektorat dan dekanat dengan seluruh turunannya lembaga, badan, unit sampai ke bagian, sub, dan ket­ ua prodi. Semuanya merupakan rumpun dinamo utama yang diang­ gap jantung kemajuan seluruh hal. Setidaknya itulah yang terasa sela­ ma ini. Kenyataannya di dunia kepemimpinan di berbagai wilayah komunitas sosial, lembaga, organi­ sas, instansi, institusi, kita terpaku kepada dua pilihan. Pertama, berwa­ jah beringas, kokoh dan tegas, teta­ pi menyimpan kelemahan dan se­ benarnya penakut mengambil resi­ ko dan jauh dari kesantunan. Dan kedua, sosok santun, mem­ punyai nurani kemanusiaan yang tinggi namun tegas dalam prinsip dan regulasi, konsisten, konsekuen dan tangguh menghadapi tantangan serta petarung sejati dalam merebut tujuan dan cita­cita institusi. Maka biarlah kita menjadi kuc­ ing yang tidak terlalu besar, tetapi tangguh, kuat, kokoh namun lincah, humanis, optimistik, perhatian, sejuk, persuasif, mampu memupuk solidaritas dan kerjasama diiringi sikap tegas dengan manajemen yang rapih dan kesantunan yang tinggi. Hanya perlu disempurnakan bahwa kepemimpinan sensasi seri­ bu kucing jenis kedua, tidak berarti apa­apa kalau tidak mampu menga­ jak pengikutnya bekerja sepuluh kali lipat, atau paling tidak seperti pidato Rektor Dr.Eka pada HUT RI ke­70 lalu, tiga kali lipat. Yang pal­ ing pokok sesuai dengan status, tu­ gas pokok dan fungsi (tupoksi) yang selalu kita ulang­ulang selama ini, haruslah kita segarkan lagi. Kita berkerja secara terpadu dan menye­ luruh. Mari mengambil inspirasi dan menjadikannya sebagai motivasi, “Katakanlah: “Hai kaumku, beker­ jalah sesuai dengan keadaanmu (sta­ tus, fungsi dan tanggyungajwab), se­ sungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui. (QS, Az­zumar, 39).

Oleh Bustin Mahasiswi Pendidikan Bahasa Arab

T

idak bisa kita pungkiri, mahasiswa adalah tumpuan pem bangunan. Jika mau mengingat sejarah, tak perlu terlalu jauh membuka riwayat pergerakan mahasiswa dalam perannya ini. Lengsernya Soeharto yang hampir jadi presiden seumur hidup, itu karena ‘ulah’ mahasiswa. Aksi turun ke jalan atas nama rakyat, tanpa ditukangi oleh suatu elit tertentu telah membuktikan keber­ hasilan mahasiswa memberikan perubahan. Namun, ironis sekali saat ini, gaung mahasiswa yang berbic­ ara kebenaran hampir tidak terdengar. Mahasiswa nyaris tak ‘ber­ taring’ saat menemukan kebijakan­kebijakan yang tidak lagi ber­ pihak kepada rakyat. Kalau pun ada kabar mahasiswa turun ke jalan menuntut keadilan ini dan itu,selalu tersiar juga kabar bahwa kelompok mahasiswa tersebut ditukangi oleh lembaga tertentu. Ujung­ujungnya politik praktis masuk dalam kelompok maha­ siswa. Belakangan ini, kegemaran demo di kalangan mahasiswa merambah ke dalam kampus. Jika dulunya mahasiswa menggelar demo di luar kampus, di jalanan atau kantor pemerintahan, sekarang ada ‘hobi’ demo di kampus tempat si mahasiswa men­ imba ilmu. Mengapa kondisi ini bisa terjadi? Tentu saja karena ada ketim­ pangan­ketimpangan juga di tubuh kampus yang mereka masuki. Tatkala mahasiswa itu giat mengkritisi hal­hal tentang politik prak­ tis di luar kampus, kadang kasus internal kampus mereka masih banyak yang belum beres. Mulai dari masalah Sektor Pajak Pem­ bangunan (SPP) yang tidak memihak kepada mahasiswa, soal transparansi akademik yang masih jadi ‘bisik­bisik’ dari kantin ke kantin, termasuk juga masalah sarana dan prasarana belajar yang sama sekali tidak layak untuk digunakan. Keseluruhannya yang harusnya mampu dibereskan oleh para mahasiswa. Semakin ironis, ketika protes yang dilancarkan mahasiswa di kampusnya pun terjadi gap­gap politik sehingga jargon “Si fu­ lan orang Rektor, si fulan orang Biro, si fulan orang Dekan dan seterusnya masih kerap terdengar dalam gerakan mahasiswa. Akibatnya, tuntutan mahasiswa kadang macet bahkan putus di tengah jalan, sebelum sampai pada bagian yang dituntut. Inilah gerakan terburuk dalam tubuh mahasiswa. Persatuan yang mere­ ka miliki, sekarang mudah luntur hanya dengan selembar kertas dan janji. Konkretnya, terkadang mereka turun aksi di kampus pun kare­ na ada yang tukangi, ada yang panas­panasi dan semoga belum sampai pada tahap karena ada yang bayari. Memang, hal ini tidak dapat digeneralisasi terhadap semua aksi mahasiswa. Akan teta­ pi, itu terjadi dan kerap sudah menjadi rahasia umum. Belum lagi ketidakadaan cara berpikir logis ketika mahasiswa menggelar aksinya, sehingga terkadang tuntutan mereka itu tidak logis dan cenderung anarkis. Secara ideal, dalam sebuah gebrakan pergerakan, tuntutan di­ usung lebih besar dari pada isu adalah sebuah keniscayaan. Akan tetapi, disayangkan manakala hal ini menjadikan mahasiswa salah kaprah dalam bertindak. Mahasiswa yang notabene adalah sebuah agen yang akan menjadi uswatun hasanah bagi masyarakat, tidak semestinya memberikan contoh karakter lebih buruk dari pe­ merintahan yang sedang digoyangnya. Mahasiswa diharapkan tidak melupakan prinsip tri dharma perguruan tinggi. Untuk menjadi sosok yang berdedikasi pada tanah air, setidaknya dua dari tri dharma perguruan tinggi mesti dipegang erat : penelitian dan pengabdian. Jika mahasiswa ber­ satu dalam sebuah wadah dan memiliki visi dan misi yang jelas untuk membangun kampus dan negeri ini, peradaban sebuah bang­ sa akan terwujud. Jika tidak, siap­siaplah dengan keadaan negeri yang centang perenang.

0823847417xx Genangan Air dimana­mana bahkan banjir kecil­kecilan masih bisa terjadi di kampus IAIN saat hujan lebat , saluran air yang kurang mungkin perlu ada antisipasi tepat.

Padang seharusnya dilaksanakan dengan perencanaan yang matang agar tidak sering terjadi kembalinya dana kenegara akibat kurang matangnya perencanaan. Sehingga terbengkalainya pembangunan dan harus terhenti.

0823813224xx Fasilitas yang diperlukan setiap harin­ ya yaitu WC yang efektif digunakan setiap waktu oleh mahasiswa yang ada disetiap fakultas namun tetap saja kondisinya tidak diinginkan oleh mahasiswa, kurang air, kotor, begitupun dengan banyaknya pintu wc yang rusak bahkan bolong yang mem­ buat wc juga tidak bisa digunakan. Selain itu listrik yang sering mati sekali 5 menit yang sangat mengganggu aktivitas perkuli­ ahan. 0896527582XX Pembangunan di IAIN Imam Bonjol

08537647XXXX IAIN masih standar bhkan bisa dikata­ kan dibwah standar dari segi sarana dan prasarananya. Sistem kurikulum masih kurang, mata kuliah jurusan msih sangat minim. Sistem kalender tdk brjlan dgn baik. Koordinasi antar UKM minim. 08238924XXXX Tolonglah klw dpat mahasiswa itu yang kritis, jgn hanya pandai berkomentar saja tpi tunjukan diri anda melalui perbuatannya. Jgn kita berharap kmpus berubah klw kita tdk berubah. Mari sama2 kritis.

08576656XXXX Assalamualaikum wr.wb. pa kbr kwn semuanya. Semoga sehat saja, ada yang tahu gak bagaimana keadaan wifi IAIN sekarang pa udah bisa diakses pakai jar­ ingan kampus bukan fakultas, klw dah kasi tahu ya agar aku gak pergi ke kam­ pus lain unk cari wifi. 08789508XXXX Kalau saya boleh berkomentar, IAIN merupakan kampus yang penuh dengan isu­isu, saya mewakili mhsiswa smester 5 kcewa akan isu­isu di IAIN, kami dika­ takan KKN bulan januari, namun ada juga yg mengatakan akhir smester 6. Jdi yg mana yg benar isu ini, kasi kami kjlesana kpn kami KKN?


Catatan untuk Gubernur Terpilih K

omisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Sumatera Barat sudah umumkan ha­ sil dari Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2015. Berdasar­ kan hasil rekapitulasi KPU 19 Desember tersebut pasangan Ir­ wan Prayitno dengan Nasrul Abit mendapatkan 1.175.858 suara (58.62%) unggul dari pasangan Muslim Kasim Fauzi Bahar den­ gan 830.131 suara (41.38%). Perubahan ke arah yang lebih baik tentu menjadi harapan besar dengan berlangsungnya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2015, sembari menunggu hasil rekapitulasi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) pilihannya sudah jelas dari pasangan calon yang ikut serta dalam Pilkada Keberlang­ sugan pemerintahan sebelumnya harus menjadi evaluasi bagi pemimpin yang terpilih guna me­ majukan dan mensejahterakan lagi masyarakat. Segala aspek pun harus dicer­ mati oleh pemimpin terpilih terkhususnya di Sumatera Barat, nilai­nilai kental yang sudah mele­ kat pada provinsi ini harus tetap dijaga lalu hal yang terkendala se­ belumnya harus disegerakan un­ tuk ditanggapi dengan baik. Seperti nilai moral dan rele­ giusitas di Provinsi Sumatera Bar­ at yang dipandang oleh Syamsul Bahri Khatip selaku Ketua Majelis Ulama Indonesia. Menurutnya meski terjadi penurunan sejauh ini namun Sumatera Barat masih dikenal den­ gan nilai relegius serta moralnya. Maka "Gubernur terpilih hendak menyempurnakan hal yang sudah melekat pada Sumatera Barat. Itu merupakah hal yang sangat perlu untuk diperhatikan dalam memimpin Sumatera Barat," kata dosen yang kerab dipanggil Khatip ini. Syamsul menambahkan, pe­ merintah harus bisa mengimbangi dalam melakukan pembangunan yang strategis baik itu dalam ben­ tuk fisik, infrasruktur atau mem­ bangun psikologis masyarakat Sumatera Barat. "Untuk pemban­ gunan infrastruktur pemerintah diharapkan lagi untuk mampu menata serta menambah pemba­ ngunan­pembangunan Masjid tempat peribadahan ataupun tem­ pat mengaji," ujarnya. Menurut Syamsul hal tersebut harus juga diimbangi dengan tena­ ga pengajar atau pihak yang terli­ bat nantinya dengan memberikan hak yang layak bagi meraka. "Di­ tingkatkan lagi seperti penataan zakat," paparnya. Syamsul mengatakan, pemer­ intah perlu melakukan pemban­ gunan harus ada sikap preventif bagi pemerintah terhadap prilaku maksiat. "Kita bukan hanya mem­ bangun, tapi pencegahan juga harus dilakukan terhadap tinda­ kan­tindakan maksiat," katanya Peningkatan kasus HIV/AIDS di Sumatera Barat menurut Syam­ sul menjadi data bagi pemerintah jika maksiat semakin menjamur di Sumatera Barat. "Amanah besar bagi pejabat baru untuk mengha­ puskan tempat­tempat kemaksia­ tan dan menyediakan tempat re­ habilitasi bagi mereka agar mau bertaubat,” ujar Syamsul. Syamsul berharap, sebagai pemimpin gubernur terpilih harus amanah atas kepercayaan yang te­

Sumber : KPU Provinsi Sumbar

lah diberikan masyarakat agar pemimpin lebih mudah untuk membawa masyarakat ke arah yang lebih bernilai khususnya nilai relegius. "Harus amanah dan men­ ingkatkan kinerja," kata Syamsul. Tidak jauh berbeda, Zulkarim salah satu tokoh agama di Suma­ tera Barat mengatakan dengan ter­ laksananya Pilkada berarti masyarakat kembali mempunyai harapan untuk hidup lebih baik dan maju. "Dengan Pilkada ini ada pengharapan baju bagi masyarkat untuk menikmati hidup yang leb­ ih baik," katanya. Zulkarim menilia hal yang pernah dikatakan nabi dulu bah­ wa bagaimana pemimpin itu meru­ pakan gambaran dari masyarakat­ nya, maka hal tersebut akan terli­ hat jika kita menuntut untuk pe­ ningkatan hal keagamaan harus dimulai dari masyarakatnya sendi­ ri maka dengan sendirinya hal itu akan tergambar pada pemimpin. "Bagaimana pemimpin itu ter­ gantung bagaimana masyarakat­ nya karena pemimpin merupakan ceriminan rakyatnya," paparnya. Bagi pemimpin lanjut Zulka­ rim dituntut menjadi tauladan bagi masyarakatnya pada setiap sisi baik itu agamanya, moralnya atau­ pun intelektualnya. "Pemimpin harus menjadi contoh dan tauladan bagi rakyatnya," tegas Zulkarim. Menurut Zulkarim gubernur terpilih harus bisa menyelaraskan antar program visi misinya dengan nilai­nilai yang terkandung pada masyarakat Sumatera Barat. "Visi misi yang akan dilakukan harus mengruh dengan nilai­nilai Suma­ tera Barat seperti adat basandi

syarak, syarak basandi kitabul­ lah," kata Zulkarim. "Sebab hal tersebut bukan ha­ nya sebatas nilai bagi Sumatera Barat tapi juga sudah menjadi karakter masyarakat Sumatera Barat," pungkasnya. Zulkarim menambahkan hal yang harus ditingkatkan pemeri­ ntah ke depannya dari segi keber­ agamaan yaitu mensinergikan ul­ ama ulama yang ada di Sumatera Barat serta mengoptimalkan selu­ ruh program yang telah ada sebab waktu lima tahun tersebut masih kurang dan perlu penyempurnaan pada tahun­tahun selanjutnya. Zulkarim menjelaskan, untuk memajukan masyarakat tentu harus disatukan dulu dengan meng­ hilangkan gesekan­gesekan antara masyarakat. "Hal pertama yang efektif untuk mencapai kemajuan adalah dengan menyatukan masyarakat terlebih dahulu agar pemerintah bisa tau potensi yang dimiliki juga oleh masyarakat dan hal tersebut akan membantu masyarakat dalam mencapai ke­ majuan," terangnya. Menurut Zulkarim gubernur terpilih tidak ada kebepihakan dalam memimpin Sumatera Barat Di tempat terpisah, Duski Sa­ mad mantan Dekan Fakultas Tar­ biyah dan Ilmu Keguruan ber­ pendapat bahwa seorang gubernur merupakan sosok yang cerdas baik inteletualnya ataupun emo­ sionalnya. "Gubernur itu harus orang yang cerdas dan berpengala­ man dalam hal memimpin agar tidak diragukan lagi," kata Duski. Terkait pendidikan Sumatera Barat, tambah Duski, di luar pro­ gram kerja yang efektif dalam pen­ ingkatan mutu pendidikan Suma­ tera Barat, pengawasan masya­ rakat diharapkan untuk meng­ kritisi kebijakan­kebijakan pe­ merintah yang keluar dari rule nya. "Pemerintah tentu dituntut untuk memajukan pendidikan, tapi masyarakat juga harus mengam­ bil andil, sikap kita adalah pem­ beri kritik dan masukan," papar Duski. Dikatakan Duski, bebicara

pendidikan Sumatera Barat hanya tertinggal dalam meningkatkan karakter peserta didik dan pela­ jarnya. "Untuk tenaga dinas, fasili­ tas sudah baik tapi belum menye­ luruh," ulas Duski. Duski memaparkan, dalam salah satu penelitian Sumatera Barat masuk 10 besar dengan provinsi dengan anak didik yang tidak jujur, penelitian tersebut membuktikan bahwa pendidikan Sumatera Barat belum berkarak­ ter. "Tapi dari segi komunikasi mereka keok, melihat integritas kejujuran anak didik. Ini data dari Dinas Pendidikan," keluh Duski. "Hal itu berdasarkan maraknya kecurangan­kecurangan yang di­ lakukan oleh peserta didik seperti mencontek, bolos sekolah," kata Duski. Dengan sumber daya manusia yang seperti itu tambah Duski, Sumatera Barat harus melakukan pembenahan di dunia pendidikan. "Peningkatan SDM itu perlu ditam­ bah lagi kita akan mengadapi MEA," ungkap Duski. "Majunya sebuah bangsa ter­ gantung kepada majunya pendi­ dikannya,"pungkas Duski. Duski menambahkan, sema­ ngat pendidikan yang tertera pada UU No 20 2003 terkait peniadaan diskirminasi di dunia pendidikan harus terus dikobarkan. Harus setara antara sekolah umum atau agama baik itu swasta atau negeri. Sebab, "Sifat pendidikan itu tanpa ada diskriminasi," ujarnya. Beberapa poin harus diperha­ tikan terkait peningkatan standar pendidikan papar Duski seperti kurikulum akreditasi, otonom dalam pendidikan, serta kualitas dan sertifikasinya. Duski berharap, gubernur baru bisa mencari kelemahan­kelema­ han Sumatera Barat untuk ditang­ gulangi. "Amat penting dalam me­ majukan Sumatera Barat itu dari dunia pendidikannya," ungkap Duski. Mengembalikan pemahaman masyarakat terhadap adat menja­ di hal yang harus dilakukan dengan segera sebab menurut Musra Das­

rizal, apa artinya masyarakat yang cerdas tanpa adat istiadat. Budayawan yang akrab disapa Mak Katik menilai, secara seder­ hana yang penting itu bagaimana juklas dan juklisnya dalam men­ didik anak nagari, bagaimana kon­ sep meningkatkan kembali adat dan budaya kepada generasi muda.“Di nagari orang sudah mu­ lai tak beradat. Tentu adanya se­ buah teori yang harus dipahami, dengan sebuah resep yang kecil saja, misalnya dilatih agak empat orang dari setiap nagari, kemudi­ an orang tersebut menjadi tutor atu pelatih dan menyebarkannya ke­ pada penduduk yang ada di nagari tersebut," ujarnya. Ia melanjutkan harus adanya sebuah sistem yang dibangun oleh muatan lokal terhadap nagari baik formal maupun non formal. Dan mendekatkan antara orang yang beragama dengan orang yang be­ radat, bisa duduk satu meja dihim­ pun oleh gubernur baru, karena belum ada orang agama yang bisa berpetuah adat. Mak Katik menambahkan, pe­ merintah provinsi harus turun ke­ masyarakat bukan sekadar mem­ beritahu, buat sebuah sistem se­ cara sistematis. Sekarang ada biro nagari apakah mampu menjabar­ kan bagaimana sistem pendidikan dalam nagari yang non formal. "Jika tidak ada sistem apa yang akan dilakukan, jika adanya se­ buah sistem ada dana yang akan mendukung sebuah sistem yang bersifat berkelanjutan," katanya. "Jangan hanya membangun tetapi adanya aksi yang diikuti dengan perbuatan, bukan hanya sekadar bukti kalau bukti jika sudah dikerjakan sekali berarti sudah, harus adanya perbuatan yang berkesinambungan mendid­ ik masyarakat yang bernagari," tegas Mak Katik. Menurutnya, sebuah kebijakan tentang budaya lokal sangatlah penting, bagaimana biro yang ada di gubernur dan biro yang ada di pemerintahan nagari mempunyai kolerasi karena yang dilihat sekarang ini mereka interkonek­ si. "Bagaimana tindakan gubernur terhadap hal itu," lontarnya. Mak Katik menyampaikan, yang harus diutamakan jika meli­ hat dari segi budaya mementing­ kan membangun gedung kebu­ dayaan, di jepang saja yang mem­ punyai adat sedikit membangun sebuah gedung kebuadayaan yang amat mewah, budaya penting dari segalanya. "Untuk apa cerdas teta­ pi tidak beradat," tegasnya. Di sektor pariwisata, lanjut Mak Katik seharusnya pariwisata itu membina tidak menjual, mem­ bina kantong­kantong kebudayaan yang ada di seluruh Nagari. Se­ tidaknya 60 persen membangun fisik dan 40 persen membangun mental untuk membangun mental kebudayaan. Dikatakan Mak Katik memang sangat dibutuhkan sebuah sistem untuk mengkentalkan adat dan bu­ daya di tengah masyarakat. Mak Katik berharap dari segi adat, budaya selama ini kurang, dari seluruh aspek kebudayaan harus dibangun guna mengembali­ kan pemahaman terhadap adat. Taufiq Siddiq Miftahul Ilmi, Melia Utami, Airid Ridwan Daulay, M Iqbal (Mg), Cici Yulhendri (Mg), Siti Sundari (Mg),Naufal (Mg)


Kawal Langkah Gubernur Terpilih

Foto : Doc. Suara Kampus

Aksi |Mahasiswa panjat gedung kantor gubernur, guna tuntut kesejahteraan rakyat

Aplikatif dari segala janji yang sudah ditabur selama fase kampanye menjadi umpan yang harus dijaga dan dikawal oleh mahasiswa yang berperan sebagai kalangan perubahan serta kontrol sosial, tahun 2015 akan melahirkan berbagai pemimpin-pemimpin baru dengan segala gaya dan motif mereka dalam menjalankan amanah yang telah diberikan masyarakat.

M

endapatkan keper cayaan oleh masyarakat merupakan hal utama dan pertama yang harus dilakukan oleh gubernur terpilih hal tersebut disampaikan oleh Rifki Fernanda Ketua Umum Himpunan Maha­ siswa Islam (HMI) kota Padang. “Langkah awal bagi gubernur ter­ pilih itu mengambil kepercayaan rakyat kalau ia memang layak menjadi pemimpin,” kata Rifki kepada Suara Kampus Minggu (14/12). Menurut Rifki, kondisi hari ini adalah masyarakat kehilangan ke­ percayaan terhadap pemerintah dan hal tersebut merupakan ulah dari pemerintah sendiri. “Kembali­ kan kepercayaan masyarakat ter­ kait relasi program kerja gubernur, visi misinya dan pemerintahan­ nya,” papar Rifki. Dikatakan Rifki gubernur ter­ pilih dituntut amanah dengan ke­ menangannya dan jujur dalam menjalankan pemerintahan terse­ but. “Selain itu yang penting adalah memperbaiki revitalisasi mental kepercayaan masyarakat,” ujar Rifki. Tentu harap Rifki gubernur baru bisa mengemban dan menja­ di pemimpin yang baik serta dap­ at menjalankan program yang te­ lah direncanakan. Sebagai mahasiswa, menurut Rifki kita dituntut untuk mengkaw­ al bagaimana gubernur terpilih menjalankan progam dan me­ megang amanah yang telah diberi­ kan. Dikesempatan berbeda Hery Putra Sitohang ketua Perhimpunan Mahasiswa Khatolik Republik In­ donesia (PMKRI) Sumatera Barat menilai, sebagai mahasiswa harus mengkawal kinerja gubernur ter­ pilih. “Kita harus kawal, sebab kita mahassiswa merupakan perpan­ jangan tangan dari masyarakat ke pemerintah,”ujar Hery. Namun sebelum jauh ke situ, lanjut Hery, sebagai mahasiswa jangan hanya sekadar untuk

mengkawal, sikap demokratis dan sadar bernegara harus dibuktikan dengan ikut serta dalam Pilkada. “Pertanyaannya sudahkah seluruh mahasiswa ikut Pilkada,” lontar Hery. Menurut Hery, keberadaan mahasiswa harus juga terlibat dalam proses Pilkada, setidaknya mahasiswa menjadi barisan yang akan mengevaluasi dari seluruh kebijkan pemerintah. “Terkait sistem kita mahasiswa juga harus peduli, seperti Golput yang men­ capai 30 persen pada Pilkada ke­ maren, itu perlu dievaluasi dan kita mahasiswa sebagai barisan pen­ gevaluasinya. Lalu sudah sejauh mana mahasiswa ikut Pemilu,” kata Hery. Hal terpenting menurut Hery adalah ketidakberpihakan maha­ siswa, saat mengkawal gubernur terpilih keberpihakan mahasiswa hanya untuk kepentingan masyarakat. “Peran mahasiswa adalah mengkawal tanpa ada ke­ berpihakkan,” imbau Hery. Hery menambahkan, tingkat kepedulian kita selaku mahasiswa terhadap Pilkada akan merefleksi­ kan bagaimana tingkat kepedulian terhadap masyarakat. Ia berharap, gubernur terpilih nanti bisa lebih baik lagi dalam memajukan masyarkat Sumatera Barat dengan program­program yang telah direncanakan dengan efektif. “Jelas kita berharap guber­ nur baru mampu memajukan masyarakat Sumatera Barat,” kata Hery. Memberikan penyetaraan yang menyeluruh harus dilakukan oleh gubernur sebab kata Hery guber­ nur harus mampu membangun masyarakat yang terpelosok men­ jadi masyarakat mampu bersaing dalam kemajuan dan pemban­ gunan. “Gubernur harus bisa menyeluruh hingga pelosok itu setara,” tegasnya. Hery mengutarakan banyak tantangan yang harus dilakukan oleh gubernur ke depannya seper­

ti keberlangsungan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sebentar lagi. “Pemerintah harus siap dan menyiapkan untuk itu,” pungkas­ nya. Pada dasarnya tambah Hery, gubernur harus tetap bisa menja­ ga komitmen dengan visi misi yang membawanya terpilih dan se­ bagai mahasiswa kita dituntut un­ tuk mejaga komitmen tersebut. “Jika ada sebelumnya program pe­ merintah yang tidak jalan maka hal tersebut karena disebabkan kurangnya antusias mahasiswa dan masyarakat,” ulasnya. Namun lanjut Hery, pemerin­ tah harus cerdas dalam menangga­ pi hal yang terjadi di tengah­ten­ gah masyarakat. “Pemerintah harus bisa membaca itu dan lang­ sung dicari penanganan serta so­ lusinya,” kata Hery. Sedangkan menurut Angga ket­ ua Ikatan Mahasiswa Muhammad­ iyah kota Padang mengatakan, pro­ gram yang belum terlakasana se­ belumnya harus dilaksanakan dan gubernur baru tinggal memper­ baikinya lagi. Angga setuju jika revolusi men­ tal juga harus dikebut di Sumbar sebab hal itu sangat dibutuhkan oleh masyarakat. “Semua lapisan masyarakat membutuhkan revo­ lusi mental dari anak­anak, rema­ ja, dewasa orang tua harus menda­ patkan pembelajaran terkait revo­ lusi mental,” ujar Angga. Menurut Angga menjaga nilai­ nilai kebudayaan harus diperhati­ kan oleh gubernur terpilih. “Guber­ nur baru haruslah menjaga nilai adat istiadat, agar tidak terkontam­ inasi dengan budaya luar,”katanya. Angga berharap gubernur ter­ pilih mampu berada di pihak un­ tuk kesejahteraan masyarakat, jan­ gan ada golongan­golongan yang muncul dari hasil pemilihan terse­ but. Melihat pertimbangan ter­ hadap nilai keislaman menjadi satu hal yang harus diperhatikan oleh gubernur dalam mengambil keputusan, hal tersebut diutarakan ole Zikri ketua Gerakan Maha­ siswa (Gema) Pembebasan IAIN Imam Bonjol Padang. “Gubernur harus bisa membawa nilai keag­ amaan dalam mengambil kebija­ kan,” kata Zikri. Zikri mengatakan, gubernur terpilih harus belajar dari pengala­

man pemimpin yang sudah­sudah agar bisa membawa Sumbar ke arah yang lebih baik lagi. “Dalam islam sendiri sudah dijelaskan bahwa manusia diajarkan untuk lebih baik dari hari ke harinya sebab jika hari selanjutnya kita tidak lebih baik kata islam itu merupakan sebuah kecelakaan,” papar Zikri. Zikri berharap kinerja guber­ nur terpilih harus ditingkatkan dari pemimpin yang sebelumnya. “Jangan sampai lebih buruk lagi,” katanya. Sebagai seorang pemimpin yang telah mendapatkan amanah, haruslah menjaga amanah itu, be­ gitulah yang disampaikan oleh Zikri. Ia memaparkan orang yang akan meminpin Sumatera Barat nantinya haruslah mampu menja­ ga amanah. “Dalam islam jabatan itu merupakan tanggungjawab yang besar, jika salah gunakan maka jabatan itu akan membawa negatif, namun itu akan berubah menjadi positif apabila mereka mampu menjaga amanahnya,” ujarnya. Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan itu menerang­ kan setidaknya ada dua hal yang harus dilakukan oleh pemimpin itu, yang pertama mengurusi amanah tersebut, bertanggung jawab dengan orang yang diurus­ inya, memberikan kesejahteraan dan kenyamanan. Yang ke dua yaitu menyertakan aturan wahyu dalam pemimpin. “Solusi akan se­ mua permasalahan yang ada ad­ alah dalam melakukan sesuatu atau­ pun menghadapi suatu masalah sertakanlah Allah,” ujarnya. Ia berpandangan Gubernur Sumbar nantinya harus bertakwa kepada Allah, taat kepada agama dan mengerjakan sesuatu sesuatu perintahnya dan meninggalkan larangan Allah itu. “Tidak ada masalah yang tidak akan tersele­ saikan ketika kita sudah menyer­ takan Allah dalam setiap perbua­ tan dan itu janji Allah.” tegasnya. “Saya berharap pemimpin ini semakin bertakwa dan berada pada aturan kepada Allah dan Rasulnya. Maka jika ia menjabat sebagai pemimpin, berusahalah dengan ja­ batan itu menegakkan syariat is­ lam sesuai aturan Allah dan Rasul­ nya,” harap Zikri. Miftahul Ilmi, Airid Ridwan Daulay

Langkah awal bagi gubernur terpilih itu mengambil kepercayaan rakyat dalam menjadi pemimpin, Rifki Fernanda Aktivis HMI

“Kita harus kawal, sebab kita maha­ siswa merupakan perpanjangan tangan dari masyarakat ke pemerintah,” Hery Sitohang Aktivis PMKRI

“Dalam islam sendiri sudah dijelaskan bahwa manusia diajarkan untuk lebih baik dari hari ke harinya agar tidak celaka,” Zikri Aktivis Gema Pembahasan

“Gubernur baru haruslah menjaga nilai adat istiadat, agar tidak terkon­ taminasi dengan budaya luar,” Angga Aktivis IMM


Pemangkasan Anggaran di Kementerian Agama menuntut IAIN manfaatkan BLU

Siasat IAIN Mencari Uang

Doc. Suara Kampus

P

emangkasan anggaran yang terjadi pada Kemente rian Agama berhembus hingga IAIN Imam Bonjol Padang. Kondisi ini memaksa IAIN Imam Bonjol Padang untuk lebih cerdas dan jitu dalam mengefesienkan sistem Badang Layanan Umum (BLU) dalam rangka mencari pe­ masukan baru. Firdaus Wakil Rektor II IAIN Imam Bonjol Padang menuturkan pemangkasan anggaran Kemenag yang berimbas pada anggaran IAIN Imam Bonjol Padang. Hal itu akan ditanggulangi dengan pendanaan BLU. Tahun ke tahun, dana yang masuk dari IAIN berjumlah 20 milyar. Dana tersebut berasal dari uang SPP mahasiswa selama dua semester. Tapi, karena IAIN Imam Bonjol Padang telah menerapkan sistem keuangan BLU, maka IAIN Imam Bonjol Padang bertekat me­ nargetkan anggaran BLU tahun 2016 sebesar 26 milyar rupiah. “Dalam realisasinya yang telah kita jalani, dana kita yang masuk 20 milyar rupiah, tapi target ang­ garan kita tahun depan 26 milyar rupiah,” ujarnya. Firdaus semakin optimis menaikkan target anggaran ini karena dukungan sistem keuangan BLU. Penerapan sistem keuangan ini memberi celah dan ruang bagi IAIN Imam Bonjol Padang untuk membuka bisnis sendiri melalui penerapan tarif untuk beberapa layanan yang ada di IAIN Imam Bonjol Padang. Sebelum memakai sistem keuangan BLU, seluruh uang hasil penyewaan atau pemanfaatan laya­ nan di IAIN Imam Bonjol Padang diserahkan kepada kas negara. Akan tetapi, setelah system BLU berlaku, IAIN Imam Bonjol Padang diberi kebebasan untuk mengelo­ la keuangan dari hasil layanan ini sendiri. Namun, kata Firdaus, IAIN Imam Bonjol Padang boleh memu­ ngut uang tersebut dan memasuk­ kan ke kas IAIN apabila telah menyelesaikan penentuan tarif ter­ hadap layanan­layanan tersebut. Rektor IAIN Imam Bonjol Padang Eka Putra Wirman ikut mengami­ ni pernyataan Firdaus ketika dikonfirmasi terkait syarat penye­ lesaian penyusunan tarif layanan ini. Eka Putra Wirman menutur­ kan, setelah tarif ditentukan, selan­ jutnya diajukan ke Kementerian Agama dan dikeluarkan SK­nya oleh Kementerian Agama. “Penga­ juan tarif direncanakan bulan ini (Desember­red),” katanya. Menggunakan sistem ke­ uangan BLU, IAIN bisa menghasil­ kan pendapatan dari pemungutan uang dari sesuatu yang berhubun­ gan dengan layanan di IAIN. Con­ tohnya, kafe, ruangan dan bus. “Dengan BLU semua ini bisa ma­ suk ke keuangan kita,” ujarnya. Meskipun dengan melakukan sistem BLU maka IAIN Imam Bon­ jol Padang diizinkan mengelola anggaran sendiri, tapi dalam pel­ aksanaannya menurut Eka Putra Wirman tetap harus melalui koor­ dinasi dengan Negara dalam pemu­ ngutan biaya pelayanan. Target 26 Milyar BLU IAIN menargetkan anggaran belanja untuk tahun 2016 yang be­ rasal dari Badan Layanan Umum (BLU) sebesar 26 milyar. Penyusu­ nan anggaran tersebut telah dimu­ lai pada Juni dengan melibatkan Dekan dan Wakil Dekan II selingk­ up IAIN Padang serta Kepala Bagi­ an, Kepala Sub Bagian Peren­

Pembangunan Kampus III IAIN Padang di Sungai Bangek

“Pembangunan terbengkalai disebabkan pencairan dana pembangunan terlambat, karena sistem keuangan BNPT” Eka Putra Wirman Rektor IAIN Imam Bonjol Padang canaan, dan pimpinan kampus. Hal tersebut dibenarkan Wakil Rektor II Firdaus. Setelah disusun dan direvisi berulang­ulang kali, hasil penyusunan anggaran selan­ jutnya dibawa ke Kementerian Agama di Jakarta. Sampai di Ke­ menterian Agama, tim penyusun diberi waktu selama lima hari un­ tuk melakukan penyusunan kembali bila ada yang perlu diper­ baiki. Kemudian dilaporkan ke Kementrian Keuangan. Lalu baru disahkan oleh Kementerian Aga­ ma. “Kita sudah laporkan anggaran tersebut,” ujarnya. Target 26 milyar, tapi pada dasarnya dana IAIN yang masuk untuk kampus ini 20 milyar yang terealisasi. Itu sangatlah kurang melihat keadaaan kampus dan banyaknya mahasiswa di IAIN Padang ini. “Anggaran sudah kita targetkan dan biasanya hasilnya meleset dari yang kita anggarkan,” ujar Firdaus. Dana yang berasal dari BLU tersebut diprioritaskan untuk penyelesaian pembangunan ge­ dung rektorat. Sisanya akan di­ gunakan untuk pendukung pelak­ sanaan kuliah. “Kira­kira 7,5 mil­ yar dari BLU kita akan gunakan untuk melanjutkan pembangunan rektorat,” terangnya. Kepala Bagian Perencanaan IAIN Imam Bonjol Padang, Afrizal mengatakan, sistem perumusan anggaran sendiri, pihak kampus mulai menghitung berapa besar lahan, luas tanah, anggaran maha­ siswa, anggaran dosen, aset ber­

gerak maupun aset yang tidak ber­ gerak. Semua itu disatukan untuk menyusun dan mempertimbang­ kan berapa anggaran yang akan diajukan kepada pusat. Termasuk juga kepada biaya perbaikan, bia­ ya pemeliharaan, dan aset­aset ge­ dung. “Anggaran ini dilibatkan hi­ tungannya ke kampus Pascasarja­ na IAIN,” terangnya. Ketika dalam proses peranca­ ngan, pihak pimpinan melakukan revisi sebelum menyerahkan ke­ pada negara. Namun setelah nega­ ra menyerahkan kembali kepada kampus, pihak pimpinan meng­ usahakan agar tidak terjadi pere­ visian. “Karena jika direvisi, maka terlihat jelas jika kita tidak pandai dalam menganggarkan kebutuhan kampus kita ini,” tuturnya. Afrizal juga mengatakan bah­ wa IAIN biasanya menghasilkan anggaran dari SPP mahasiswa sebesar 20 milyar rupiah. Angga­ ran sudah diajukan kepada negara dan saat ini menunggu pengesah­ an dari Direktur Jenderal Pendidi­ kan Islam (Dirjenpendis). Selain BOPTN (rupiah murni) dan BLU, dana anggaran IAIN Imam Bonjol Padang berasal dari dana Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Dananya mencapai angka 89,3 milyar. Dana tersebut secara garis besar dianggarkan untuk sa­ rana dan prasarana, belanja pe­ gawai, sertifikasi dosen, tukin, uang makan, gaji satpam, gaji klin­ ing service, pembayaran listrik, internet, gaji supir, belanja modal seperti ATK, dan juga tunjangan

profesor. Kebutuhan­kebutuhan tersebut, kata Firdaus hanya se­ cara garis besar, sementara masih ada beberapa biaya lain yang lebih kecil. Dari dana RKP tersebut, IAIN Imam Bonjol Padang hanya menda­ pat jatah dana untuk sarana dan prasarana sebesar 3 milyar. Keti­ ka ditanya terkait besar anggaran yang diajukan IAIN Imam Bonjol Padang untuk sarana dan prasara­ na serta kebutuhan di atas, Firdaus enggan untuk memberikan keter­ angan secara ditel dan berdalih bahwa itu masih belum boleh di­ publikasi. Solusi BLU Eka Putra Wirman mengatakan pembangunan terbengkalai dise­ babkan pencairan dana pemba­ ngunan terlambat. IAIN Padang yang menggunakan sistem keuan­ gan Surat Berharga Syariah Nega­ ra (BNPT) sehingga harus me­ nunggu proses pemberian bintang untuk pencairan dana yang dilaku­ kan oleh DPR. Sementara IAIN Padang hanya punya sedikit wak­ tu untuk melakukan pemban­ gunan. Sebelum akhir tahun, pem­ bangunan belum selesai sedang­ kan uang harus dikembalikan ke negara. Akibatnya jadilah pemban­ gunan yang dikejarkan atau ter­ bengkalai. “Dulu itu kita mengenal istilah dana berbintang,” tutur Eka, Rabu (2/12/2015). Kendala lain ialah pengangga­ ran pembangunan yang kurang dari mencukupi. Dalam hal ini terkadang yang salah itu terjadi

pada perencanaaan dana yang tidak sesuai dengan realisasi yang terjadi di lapangan sehingga dana hanya bisa membangun sampai batas dana yang dianggarkan, se­ hingga terjadi terbengkalainya bangunan yang sudah dilaksana­ kan. “Contohnya perpustakaan yang belum selesai itu karena peng­ anggarannya yang kurang dari yang mencukupi,” jelas Eka. Solusi untuk kendala tersebut menurut Eka Putra Wirman ialah dengan mematangkan perencanaan dan dengan adanya sistem keuan­ gan Badan Layanan Umum (BLU). “Dengan BLU ini semoga tidak ada lagi yang tertunda dan menunggu dana yang berbintang,” harapnya. Hal senada juga diharapkan mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang. Salah satunya Esa Anuger­ ah Putra. Pihak­pihak yang ber­ wenang di IAIN agar tetap melak­ sanakan realisasi pembangunan secara tepat, baik akademik mau­ pun non akademik. Alangkah baiknya jika diadakan transparan­ si anggaran dan juga melibatkan mahasiswa dalam pembangunan. “Karena dalam tahapan pem­ bangunan tersebut yang terpenting itu bagaimana pandangan masyarakat kampus dan maha­ siswa yang akan mengecap pelay­ anan pembangunan tersebut,” tu­ tur mahasiswa Tadris IPS ini. Dia mengaku kecewa dengan pembanguan IAIN yang sering molor dan tidak tepat waktu dalam jumlah hari kerja dan cenderung terbengkalai. Hal itu sangat meng­ hambat aktivitas mahasiswa. Menurutnya pembangunan terse­ but terbengkalai karena kurangn­ ya pengawasan dari pimpinan ter­ hadap kontraktor untuk melaksan­ akan tugas secara tepat waktu.”Kontraktor kurang diawa­ si dan seharusnya jika diawasi bisa berjalan secara tepat waktu,” tu­ turnya. “Perencanaan anggaran yang kurang baik dan perealisasian di lapangan yang tidak tepat mem­ buat anggaran yang sudah diran­ cang sering kembali ke Negara,” tambahnya.


Pemangkasan Anggaran di Tahun ‘Perawan’

Suasana Ruangan Bagian Keuangan rektorat IAIN Imam Bonjol Padang

T

ahun 2016 merupakan tahun perdana bagi kepemimpinan Eka Putra Wirman sebagai rektor IAIN Imam Bonjol Padang dalam menjalani anggaran,di tahun yang masih “perawan” ini, IAIN Imam Bonjol mempersiapkan ran­ cangan anggaran belanja mencapai nilai Rp 128 milyar. Jumlah ini jauh lebih sedikit dari anggaran sebelumnya yang berjumlah 163 milyar rupiah. Wakil Rektor Bidang Keuangan IAIN Imam Bonjol Padang, Firdaus membenarkan hal tersebut. Penu­ runan anggaran di tahun 2016 nan­ ti disebabkan karena tidak adanya anggaran Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dari pemerintah, seperti pada tahun 2015. Dana SBSN adalah surat ber­ harga yang diterbitkan oleh pemer­ intah Republik Indonesia berdasar­ kan prinsip syariah. Dana ini tidak didapatkan IAIN tahun ini karena berdasarkan kebijakan Kemente­ rian Agama, ada pergiliran tiap­ tiap perguruan tinggi setiap tahun. “Karena ada petuah, kalau tahun lalu sudah dapat, tahun selanjutnya giliran kampus lain,” ujarnya. Pada tahun 2014, anggaran dana tersebut mencapai angkan 41 mi­ lyar, yang digunakan untuk pem­ bangunan kampus III. “Jadi itulah sebabnya dulu anggaran kita lebih besar dari yang sekarang,” ulas Firdaus. Selain tidak adanya dana SBSN, tahun 2016 dana sarana prasaran IAIN Imam Bonjol Padang dapat jatah sebesar 3 milyar rupiah. Pem­ batasan ini disebabkan keputusan Kementerian Keuangan Pusat un­ tuk melakukan pemotongan dana Kementerian Agama sebesar 4 tri­ liun rupiah. “Pembatasan anggaran ini bu­ kan di kampus kita saja, tetapi se­ luruh PTAIN di Indonesia,” jelasn­ ya kepada Suara Kampus, Rabu

(2/12/2015). Lebih lanjut, Firdaus mengata­ kan dana sebesar 3 milyar ini akan diprioritaskan untuk membeli sa­ rana yang akan ditempatkan di kampus III IAIN Imam Bonjol Padang yang berada di Sungai Bangek. Dana 3 milyar rupiah tersebut, kata Firdaus hanya cuk­ up untuk membeli kursi, meja dan sarana lainnya. Mula­mula pembicaraan ang­ garan ini disusun oleh tim sub per­ encana diminta juga fakultas un­ tuk menyusunnya di fakultas mas­ ing­masing. Selain fakultas, lemba­ ga dan sub bagian yang ada di IAIN Imam Bonjol Padang juga diminta untuk menyusun anggaran mas­ ing­masing. Keseluruhannya di­ kumpulkan dan dibicarakan di tingkat pimpinan, selanjutnya ber­ sama dekan­dekan dan juga kepala sub bagian yang ada di IAIN Imam Bonjol Padang. Setelah disepakati baru diajukan kepada Kementeri­ an Agama. 1 M Lebih untuk Mahasiswa Sejumlah 12,7 milyar rupiah dari 128 milyar dana yang diang­ garkan IAIN Imam Boonjol Padang disebut dengan dana BOPTN atau rupiah murni. Kegiatan yang ang­ garannya diambil dari dana ini ialah kegiatan penelitian dengan besar anggaran mencapai 3,81 milyar rupiah, kegiatan pengabdi­ an dengan besar anggaran menca­ pai 1,27 milyar rupiah dan untuk kegiatan wajib sebesar 444,5 juta rupiah. Keterangan dari Wakil Rektor II IAIN Imam Bonjol Padang, Firdaus menyatakan bahwa keti­ ga kegiatan tersebut merupakan anggaran yang dananya diperoleh dari BOPTN. “Dari 12,7 milyat tadi, 30 persen untuk penelitian, 10 persen untuk pengabdian dan 3,5 persen untuk kegiatan wajib lain­ nya,” papar Firdaus saat ditemui

“Dana mahasiswa itu lebih 20 persen dari sisa anggaran penelitian, pengabdian dan kegiatan wajib Firdaus Wakil Rektor II

di ruangan kerjanya. Kegiatan penelitian dan peng­ abdian tersebut, ujar Firdaus, khusus untuk dosen. Akan tetapi untuk tahun berikutnya pihaknya mewacanakan untuk mengikut sertakan mahasiswa saat dosen melakukan penelitian dan pengab­ dian. “Sebenarnya dana penelitian dan pengabdian itu untuk khusus dosen, tapi kita menganjurkan agar mengikut sertakan mahasiswa. Gunanya agar bias juga menambah wawsan dan pengalaman maha­ siswa kita,” tutur mantan Dekan Fakultas Adab dan Humaniora IAIN Imam Bonjol Padang ini. Selain ketiga hal tersebut, dana kegiatan mahasiswa juga diper­ oleh dari BOPTN. Anggaran untuk kegiatan mahasiswa mencapai angka 1.435 milyar rupiah. Angka ini diperoleh dari hasil kali 20 per­ sen dari dana BOPTN setelah dikurangi dengan dana penelitian, pengabdian dan kegiatan wajib. “Dana mahasiswa itu lebih 20 persen dari sisa anggaran peneli­ tian, pengabdian dan kegiatan wa­ jib,” ungkapnya kepada Suara Ka­

mpus. Lebih lanjut, Firdaus menutur­ kan anggaran IAIN Imam Bonjol Padang selanjutnya yang dananya berasal dari Badan Layanan Umum (BLU). Tahun ke tahun, dana yang masuk dari IAIN berjumlah 20 milyar. Dana tersebut berasal dari uang SPP mahasiswa selama dua semester. Tapi, karena IAIN Imam Bonjol Padang telah menerapkan sistem keuangan BLU, maka IAIN Imam Bonjol Padang bertekat me­ nargetkan anggaran BLU tahun 2016 sebesar 26 milyar rupiah. “Dalam realisasinya yang telah kita jalani, dana kita yang masuk 20 milyar rupiah, tapi target ang­ garan kita tahun depan 26 milyar rupiah,” ujarnya. Firdaus semakin optimis menaikkan target anggaran ini karena dukungan sistem keuangan BLU. Penerapan sistem keuangan ini memberi celah dan ruang bagi IAIN Imam Bonjol Padang untuk membuka bisnis sendiri melalui penerapan tarif untuk beberapa layanan yang ada di IAIN Imam Bonjol Padang. Bukan hanya instansi saja yang

akan was­was dengan pe­ mangkasan tersebut, hal yang sama dikhawatirkan oleh bebera­ pa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Seperti yang disampaikan oleh Ade ketua UKM Musik Kam­ pus, menurutnya jika dana yang telah dianggarkan sebelumnya dikurangi maka itu akan menyebabkan fakumnya kegiatan mahasiswa. “Jika benar dana IAIN yang te­ lah dianggarkan itu dikurangi, maka tidak tertutup kemungkinan lembaga mahasiswa akan sulit berkreatifitas karena tanpa dana. Kreatifitas tersebut tidak akan berjalan dengan maksimal,” terang Ade kepada Suara Kampus. Terkait pendanaan Ade meng­ utarakan, IAIN tidak mengalami peningkatan sebab dari tahun ke tahun prosedur dan pencaraiannya masih belum bersahabat dengan mahasiswa. “Setiap kami menga­ nggarkan dana, maka untuk menunggu cairnya dana tersebut sangatlah lamban sampai­sampai kami harus berulang kali pergi ke Akademik Mahasiswa Institut, guna menanyakan keadaan angga­ ran tersebut,” terang mahasiswa Fakultas Ushuluddin itu. “Dulu saja anggaran tersebut sudah tidak teratur , mangkanya untuk mengatasi masalah angga­ ran yang tidak kunjung sampai, kami bekerjasama dengan berb­ agai untuk membatu pendanaan panitia yang menyelenggarakan acara itu,” terang Ade. Sedangkan menurut Bayu Ko­ mandan UKM KSR PMI mengata­ kan pemotongan yang akan terja­ di tentu akan berpengaruh ter­ hadap realisasi dari program yang sudah dicanangkan. "Saya rasa itu yang akan terjadi," kata Bayu. Bayu menambahkan untuk tahun 2016 KSR PMI menganggar­ kan sekitar 12 juta rupiah. Ia berharap supaya IAIN mam­ pu memperbaiki rancangan ang­ garannya agar bisa terealisasi den­ gan baik. “Mudah­mudahan dana tersebut tidak berkurang melain­ kan dapat bertambah karena keg­ iatan yang dilakukan UKM juga membawa nama baik IAIN," papar Bayu. Hal yang sama juga diutarakan oleh Yoki ketua UKM Teater Imam Bonjol, menurutnya IAIN Imam Bonjol belum berbenah diri kare­ na sampai sekarang proses pencairan dana UKM masih ter­ hambat. “IAIN belum ada melaku­ kan pembenahan diri,” katanya. Yoki menilai, jika pe­ mangkasan tersebut terjadi maka semakin krisislah mahasiswa IAIN Imam Bonjol dalam berkreativitas. Kekecewaan juga dirasakan oleh Rahmad Komandan UKM Menwa, ia menyampaikan, Bagi UKM saat mengangkat suatu keg­ iatan, hal yang paling harus ada adalah pendanaan, kalau tidak keg­ iatan tersebut akan sulit terealisa­ si. Rahmad menginginkan pihak kampus memberikan kemudahan dalam pendanaan. Rahmad menambahkan, jika hal tersebut terjadi ia berharap rektorat sudah memiliki solusin­ ya agar program dari UKM tidak terganggu dan bisa terlaksana den­ gan lancar.

Bustin, Lisa Fauziah, Airid Ridwan Daulay, Cani Silpina (Mg), Syifa Aulia (Mg).


Rektor XV IAIN Imam Bonjol Padang

Tidak Ada Kata Gagal Data Diri

M

enjadi rektor, apalagi di usia muda tidak pernah terbayang sebelumnya. Begitulah pengakuan pria yang per­ nah menjadi Ketua Alumni Timur Tengah Sumatera Barat tersebut kepada Suara Kampus, Selasa (8/ 12). Hanya satu yang memotivas­ inya untuk menerima tawaran men­ jadi pemilik kursi nomor satu di IAIN Imam Bonjol. Ia ingin menja­ di pemimpin umat. “Di setiap doa saya senantiasa melantunkan doa, Allahumma ja’alni lilmuttaqiina imaama. Do­ rongan yang membuat saya men­ erima tawaran sebagai rektor. Mu­ ngkin ini salah satu jalannya,” tutur penulis buku Islam Menghadapi Globalisasi ini. Meskipun tidak menyangka akan jadi rektor, Eka Putra Wirman berupaya menjadi pemimpin yang baik. Pemimpin yang membawa komunitas dari keadaan yang tidak baik menjadi baik, tidak ideal men­ jadi ideal, tidak teratur menjadi ter­ atur. “Mindset inilah yang selalu saya bangun,” ujar mantan Pen­ gasuh Rubrik Konsultasi Agama Koran Padek ini. “Ibarat kapal, nahkoda harus meyakinkan semua penumpang terhadap pulau yang menjadi tujuan pelayaran. Tujuan IAIN Padang ten­ tunya melahirkan produk yang berkualitas,” kata pria yang telah berkiprah selama 13 tahun di IAIN Imam Bonjol Padang ini. Strategi kepemimpinan harus dipersiapkan, yaitu merangkul se­ luruh potensi tanpa membeda­be­ dakan latar belakang, caranya bekerja sama dengan pihak luar IAIN Padang membuka diri dan menjelaskan kepada pemerintah bahwa IAIN bukanlah persoalan IAIN sendiri. Tetapi persoalan ber­ sama. Kemajuan IAIN ialah kema­ juan bersama, begitu sebaliknya. Kualitas pendidikan IAIN Padang yang baik, akan mendorong orang luar untuk melanjutkan pendidikan di IAIN Padang. Pemasukan daerah tentu akan baik. “IAIN membangun sikap holis­ tik, artinya tidak hanya mengurus dan mementingkan diri sendiri, tetapi juga memikirkan orang lain. Sebab memikirkn diri sendiri itu wajib, namun jangan sampai orang lain teraniaya akibat kita lebih memikirkan diri sendiri,” tegas mantan Pengawas BAZNAS Kota Padang ini. “Jadi pemimpin jangan pura­ pura. Pura­pura bekerja dan pura­ pura memperhatikan,” tuturnya. Berprestasi & Tak Kenal Gagal Sejak menamatkan pendidikan di Sekolah Dasar, Eka Putra Wir­ man melanjutkan pendidikan jauh dari kampung dan keluarga. Atas keinginan orang tua, pria kelahiran 29 Oktober 1969 ini melanjutkan pendidikan ke Pesantren Gontor di Ponorogo. Banyaknya tamatan Gontor yang kuliah di luar negeri menjadi daya dorongan bagi Eka untuk giat belajar. Ia ingin kuliah di Pakistan. Mengapa Pakistan? Karena di antara sekian banyak pi­ lihan, Pakistan yang paling dekat dari Indonesia, meskipun tidak me­

mungkiri ia juga ingin kuliah di Al­ Azhar, Kairo, Mesir. “Saya hanya anak guru SD. Jadi saya pikir tidak mungkin cukup membiayai saya kuliah seperti di Al­Azhar,” tutur Eka Allah berkehendaknya sendiri. Kesempatan untuk kuliah di Al­ Azhar Dia bukakan selebar­lebarn­ ya untuk Eka. Kementeran Agama waktu itu melakukan seleksi santri yang ingin melanjutkan pendidikan ke Al­Azhar dan Eka lulus dan pen­ didikannya dibiayai pemerintah. Eka Putra Wirman menjalani perkuliahan di Fakultas Ushulud­ din. Saat tamat salah satu syarat tamatnya ialah hafal al­Quran se­ banyak 8 juz. Tahun 1993 pendidi­ kan di Al­Azhar ia tamatkan dengan predikat jayyid. Setamatnya di Al­Azhar, Eka sempat mengabdi di Pondok Mus­ lim Cina di Jakarta. Kemudian melanjutkan pendidikan S2 di Uni­ versitas Karawiyin, Maroko. Ku­ liah di Maroko ini pun, kata Eka bukanlah prediksinya sejak awal. Ia justru mempersiapkan per­ syaratan untuk melanjutkan pen­ didikan ke Pakistan. Setelah mendapat gelar Doktor, berbagai karier pun menghampiri Eka. Bernaung dalam motto hidup Bekerja dan Berguna, Eka Putra Wirman selalu menikmati setiap tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Perjalanan kariernya pun seakan tiada terpu­ tus. Mulai dari dosen, Ketua Kon­ sentrasi Pemikiran Islam Pascasar­ jana IAIN Imam Bonjol Padang, Ketua Unit Peningkatan Mutu Aka­ demik (UPMA) IAIN Padang, Wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin, Ke­ tua Lembaga Penjaminan Mutu IAIN Imam Bonjol Padang. Belum habis masa jabatannya, Eka Putra Wirman terpilih menjadi rektor. Menjalani berbagai aktivitas tentu punya tantangan dan rintanan­ nya masing­masing. Tapi, Eka mengatakan tidak pernah merasa­ kan kegagalan. Karena tujuan hidup baginya ialah berbuat. Selama sese­ orang terus berbuat, ia tidak akan mendapati yang namanya ke­ gagalan. Apapun hasilnya, teruslah berbuat dan berbuat lagi. Karena tidak ada yang namanya gagal sela­ ma seseorang terus berbuat. Tidak berhasil menjadi seorang rektor, misalnya, itu bukan berarti itu ke­ gagalan. Hanya saja kesempatan un­ tuk berbuat dengan kapasitas se­ orang rektor itu belum ada. Mu­ ngkin kesempatan berbuat untuk kapasitas lain dulu. “Asalkan kita terus berbuat se­ suai dengan kapasitas kita saat ini, itu artinya kita tidak gagal,” tutur penggagas Mazhab Keilmuan Mi­ nangkabau ini. Kesuksesan sebaliknya. Sukses itu ketika seseorang mampu ber­ buat sesuai dengan profesi dan ka­ pasitasnya. Ketika seseorang men­ jabat sebagai presiden, belum bisa dikatakan ia sukses. Ia sukses bila mampu berbuat sesuai dengan ja­ batan kepresidenannya. Begitu pula dengan seorang rektor, ketika men­ jabat sebagai rektor tapi perbuatan­ nya sama dengan kapasitas bawa­ hannya, berarti ia tidak sukses. Eka menyarankan agar mema­ hami sukses dan gagal itu seharus­ nya lebih pada aspek substansin­ ya. Bukan pada simbol­simbol. Eka menganalogikan keadaan ini dengan seseorang yang menda­ patkan SIM dan sekaligus memili­ ki mobil.“Ketika ia belum bisa ber­ buat dengan mobil dan SIM yang ia pegang, itu belum sukses naman­

ya. Sukses itu ketika seseorang menggunakan SIM itu untuk menge­ mudikan mobilnya,” katanya. Bersahabat & Haus Kritikan Di mata keluarga Eka Putra Wir­ man menggambarkan sosok sua­ minya. Eka sosok yang menjadi panutan keluarga. Dia dikenal te­ gas, humanity dan sosiality. “Bap­ ak juga dekat dengan keluarganya, solid, kompak dan bisa jadi teman anak bermain. Di sisi lain, bapak orangnya keras, tapi kalau marah mudah memaafkan,” tutur Erwi Sabtu (5/12) di Rumah Sakit M. Jamil, Padang.. Kalau di rumah, lanjutnya, Eka untuk keluarga dan lebih mement­ ingkan keluarga. “Yang jemput antar anak itu ya Bapak, karena Ibu dinas di rumah sakit tentara yang dinasnya itu dari pagi sampai pagi lagi,” terang ibu dari tiga anak ini. Erwi juga tidak menyangka ke­ tika suaminya terpilih menjadi re­ ktor. Karena jalurnya tidak diduga­ duga dan tidak ada pengalaman dalam struktural, walau sebelumn­ ya Eka punya jabatan. Erwi mengharapkan Eka men­ jadi manusia yang baik dan benar. Sebagai rektor, Eka harus amanah terhadap kepercayaan dan tanggung jawab serta berhati­hati. Sebab tu­ gas rektor itu berat. Di mata bawahannya, Eka dike­ nal sebagai sosok yang mampu bergaul dengan semua kalangan, bijak dan cerdas. Walaupun masih muda, ia memiliki kriteria sebagai pemimpin. Mardius selaku Kepala Bagian Rumah Tangga IAIN Imam Bonjol Padang mengatakan kinerja Eka bagus, beberapa program te­ lah ia jalankan, pergantian dekan, wakil dekan, ketua jurusan, dan ten­ tunya melanjutkan program dari re­ ktor sebelumnya. Kalangan mahasiswa pun mengakui hal yang sama. Salah seorang mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Budi menyata­ kan, kinerja rektor muda ini sudah membawa perubahan walau masih banyak yang belum dibenahi. Ia mengharapkan agar re­ ktor tegas dan konsisten den­ gan program yang talah diran­ cang. “Harapan saya yaitu agar Bapak Rektor amanah dan melakukan hal­hal yang memba­ wa kemajuan terhadap kampus kita ini,” tuturnya. “Karena masih baru jadi menu­ rut saya belum nampak pembena­ han,” tutur Hermisafrisan, maha­ siswi Fakultas Ushuluddin ini. Kritikan, bagi Eka Putra Wir­ man ialah bukti kepedulian. Mencari kritikan sebanyak­ banyaknya salah satu prinsip hidupnya. Dia suka bila maha­ siswa mau mengkritik pimpi­ nan, Berdemo artinya maha­ siswa masih mempedulikan kekurangan dan mau meng­ ingatkan yang lupa dan yang lalai. Demo juga pendidikan agar mahasiswa mampu berpikir kritis

Bustin, Lisa Fauziah, Agusrianty, Devi Susanti (Mg).

Nama / Tgl/Lahir : Dr. Eka Putra Wirman, MA—Padang, 29 Oktober 1969. Alamat : Mara Palam Indah IV No. 6 Kecamatan Padang Timur-Kota Padang- Sumbar Pendidikan Alumni SDN No. 17 Simpang Pagang Naggalo Padang tamat 1981 Setelah itu melanjutkan studi ke Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo tamat tahun 1988 Universitas Al Azhar Kairo Mesir tamat tahun 1993 (S,1) Universitas Qarawiyin Maroko tamat tahun 1997 (S,2) Universitas Qarawiyin Maroko tamat tahun 2003 (S,3) Pengalaman Jabatan Ketua Konsentrasi Pemikiran Islam Pascasarjana IAIN “IB” Padang pada tahun 2004 Ketua Program Internasional Class Fak. Ushuluddin IAIN “IB” Padang tahun 2008 Ketua Unit Peningkatan Mutu Akademik (UPMA) IAIN “IB” 2005 Pembantu Dekan I Fak. Ushuluddin IAIN “IB” Padang periode 20082012 Ketua Lembaga Penjaminan Mutu IAIN “IB” Padang periode 20132017 Pengurus ICMI Orwil Sumbar s/d 2014 Pengurus MUI Sumbar s/d 2014 Pengurus DDII Sumbar s/d 2014 Pengawas BAZNAS kota Padang s/d 2014 Wakil Ketua Yayasan Padang Dr. Abdullah Ahmad Padang s/d tahun 2019 Ketua Alumni Timur Tengah Sumatera Barat s/d 2014 Ketua Alumni Pondok Modern Gontor Sumatera Barat 2013 s/d 2018 Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Pengembangan Ilmu al-Qur’an (STAIPIQ) Sumatera Barat tahun 2012-2013 Pengasuh Rubrik Konsultasi Agama Koran Padek sampai tahun2014. Karya Buku Muslim di Antara Halal dan Riba, Terjemah , Jakarta: Cendikia (2002) Malaikat Langit dan Bumi Terjemah , Jakarta: Cendikia (2000) Islam Menghadapi Globalisasi (Editor) al-Bayan Padang (2006) Adat Minangkabau di Era Global (Editor) PPIM Padang (2005) Pedoman Penulisan Karya Ilmiah IAIN “IB” Padang (2007) Sistem Jaminan Mutu Akademik IAIN “IB” Padang (2007) Filsafat Akhlaq, Hayfa Padang (2008) Kekuatan Ahlussunnah, Balitbang Depag RI Jakarta (2009) Hamka wa Falsafat al-Akhlaq, Puslit Press IAIN “IB” Padang (2011) Filsafat Ketuhanan Puslit Press IAIN “IB” Padang (2011) Restorasi Teologi, Nuansa Aulia Bandung (2013) Menggagas Mazhab Keilmuan Minangkabau (IAIN “IB” Padang (2013)

Ilustrasi : Taufiq Siddiq

Tak banyak yang berkesempatan menjadi rektor di usia muda, seperti yang dialami Eka Putra Wirman, Rektor IAIN Imam Bonjol Padang periode 20152019. Dibanding rektor IAIN Padang beberapa periode sebelumnya, Eka Putra Wirman yang termuda. Ia terpilih sebagai rektor di usia 46 tahun.

Eka Putra Wirman Rektor IAIN Imam Bonjol


H

idup tanpa orang tua, ia jalani semen jak sekolah di Madrasah Tsanawiyah (MTs). Kesunyian tanpa orang tua tidak membuatnya berputus asa. Bahkan ia mampu membiayai pendidikannya hingga MAN, dengan uang hasil kejuaraannya di berbagai perlombaan yang ia menangkan waktu itu. Kehilangan orang tua tidak mem­ buatnya kehilangan semangat untuk ber­ prestasi. Hingga ia mendapat beasiswa bela­ jar di Amerika. Dia Khairani Aulida, Mahasiswi Program Khusus Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang. Salah seorang mahasiswa yang terpilih mengikuti pro­ gram Young Southeast Asian Leaders Initia­ tive (YSEALI), beasiswa belajar selama satu bulan ke Amerika Serikat. Hingga di jenjang perkuliahan, biaya kuliah ia bayar dengan beasiswa yang didapatkannya. “Waktu MAN, Ulid sekolah dengan uang hasil perlombaan dan sekarang dengan bea­ siswa bidikmisi yang diterima,” tutur gadis yang kerap disapa Ulid ini, Jumat (4/12). Saat ini Ulid tinggal bersama nenek di Bukittinggi. Sehingga yang pertama kali tahu kalau Ulid mendapat beasiswa belajar di Amerika ialah neneknya. “Ini kado istime­ wa untuk nenek. Nenek berdoa semoga Ulid selamat diperjalanan,” ujar gadis kelahiran 26 Maret 1996 ini Hidup tanpa kehadiran orang tua tidak memudarkan semangat Ulid. Terbukti dengan berbagai prestasi yang sering ia raih dalam perlombaan, di antaranya perlombaan pida­ to bahasa Arab dan Inggris di tingkat kabu­ paten maupun provinsi. Ulid lebih banyak berprestasi di bidang bahasa karena berawal dari motivasi lingkungan. Ulid yang berkampung hala­ mannya terbiasa dengan tetangga yang berd­ arah Italia, Jerman dan Belanda. Hal yang sangat memotivasi Ulid ialah, orang asing itu sangat mengapresiasi ketika Ulid mam­ pu menggunakan dan berprestasi dalam ba­ hasa mereka. “Bagi yang nilai bahasa Inggrisnya ting­ gi maka orang­orang itu memberikan uang dan makanan dari luar,” kenang Ulid. Sering menonton siaran dalam bahasa asing juga menjadi pendukung kemahiran Ulid dalam berbahasa asing. Tambah lagi saat sekolah di MAN, pihak sekolah mewajibkan siswa/siswi untuk berbahasa Arab atau ber­ bahasa Inggris. Di samping itu, Ulid juga suka membaca bacaan asing di kotak makanan atau obat. Buah Kerja Keras Suatu keberuntungan yang luar biasa bag­ inya ketika berkesempatan menjadi peserta dalam program Young Southeast Asian Lead­ ers Initiative (YSEALI), beasiswa belajar se­ lama satu bulan ke Amerika Serikat. Ketekunan, hobi dan cita­citanya terwujud sudah. Begitulah pengakuan Khairani Aulida.Bisa pergi ke Amerika, tak pernah ia banyangkan sebelumnya. Hari itu, tepatnya sebelum Hari Raya Idul Adha, mahasiswi yang kerap disapa Ulid ini mendapat infor­ masi di Fakultasnya. Ia berminat dan rela tidak pulang kampung untuk melengkapi per­ syaratan, berupa formulir, esai yang berkenaan dengan religious pluralism, mo­ tivation letter, personal letter, TOEFL, reko­ mendasi dari Dekan Ushuluddin dan salah seorang dosen bernama Syofwan Karim. Paling sulit kata Ulid ialah membuat esai tentang keberagaman beragama. Hal ini sedi­ kit sensitif untuk dikaji makanya, butuh waktu yang lama dalam penulisannya. Se­ lain itu, dia belum punya pengalaman mengikuti ajang ini. Penyelesaian esai ini ia mengandalkan beberapa data yang diambil dari internet. Esainya lebih menegaskan pada toleransi beragama. “Ulid membuat esai itu selama dua ming­ gu karena susah dalam pembuatannya. Per­ syaratan itu yang paling lama dibuat daripa­ da yang lainnya. Memikirkan kata­kata yang bagus, sehingga tidak melenceng dari agama Islam,” tuturnya. “Berkas pendaftaran tersebut dikirim tanggal 30 September,” ujar mahasiswi asal Kota Bukittinggi ini. Setelah berkas tersebut dikirim. Ulid

Khairani Aulida

Ade Irwansyah

n a k g n i d n a b m Me m a S n a m a P a Agam Ade Irwansyah & Khairani Aulida Terpilih dalam Studi Pularims Region di USA

harus mengikuti tiga kali wawancara. “Ada tiga konsulat yang akan menseleksi, yaitu Medan, Surabaya dan Jakarta. Kalau sudah lengkap data yang di Medan lalu dikirim ke Surabaya setelah itu langsung diberikan ke Jakarta. Jika sudah sampai di Jakarta maka pihak Jakarta yang mewawancarai kemba­ li,” paparnya. Berbagai macam seleksi dilalui, Ulid hingga terpilih sebagai salah satu dari dua mahasiswa yang terpilih sebagai peserta program YSEALI. Ia mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantunya dalam proses pendaftaran, penyeleksian maupun persiapan ke Ameri­ ka. Ia berharap agar apa yag ia raih saat ini juga bisa diraih oleh mahasiswa lainnya. “Buat yang sudah menolong Ulid, terima kasih sebanyak banyaknya,” tuturnya. Berbagai pandangan positif terhadap Ulid pun diutarakan Ketua jurusan Program Khusus Tafsir Hadist PKTH Guswandi. Ia mengatakan Ulid anak yang baik, rajin, sa­ ngat lincah dalam bahasa Arab maupun ba­ hasa Inggris. Khairani juga mahasiswi yang taat atu­ ran. Guswandi berharap keberhasilan Ulid mampu menjadi motivasi bagi teman­te­ mannya. “Semoga mahasiswa yang ada di IAIN dapat termotivasi olehnya,” harap Guswandi saat diwawancarai Suara Kam­ pus. Hal senada juga diutarakan teman de­ kat Ulid, Ririn Kartika Fitri menuturkan, bahwa Ulid memiliki jiwa sosial yang ting­ gi dan tidak mudah putus asa. Ulid juga sosok yang rajin belajar dan aktif saat dis­ kusi. “Dia terus berusaha mewujudkan apa yang dia inginkan. Kalau di kampus, dia suka belajar bersama­sama, kalau di luar kampus suka sendiri,” ungkap Ririn Bukan hanya Ririn yang menilai Ulid seperti itu. Hanifatul Husna mengakui hal yang sama. “Kalau kita ajak untuk diskusi, dia mau. Selama diskusi orangnya aktif bertanya dan menanggapi,” paparnya.

Cemas dan pasrah campur aduk dalam se­ bongkah pikirannya. Kala itu, ketika Ade Irwan­ syah menunggu pengumuman hasil seleksi peserta Young Southeast Asian Leaders Initia­ tive (YSEALI) untuk belajar selama satu bulan di Negara Paman Sam (Amerika Serikat). Se­ bagai persyaratan, ia sudah menyerahkan se­ buah esai berbahasa Inggris dengan tema ke­ beragaman agama di Amerika, dengan panjang 550 kata serta ia mengikuti wawancara. Berbekal ilmu cara kepenulisan ilmiah dan beberapa materi keberagaman agama, Maha­ siswa Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang ini me­ milih tema Pluralisme di Amerika sebagai tema esainya. Dia juga memanfaatkan bahan­bahan internet sebagai tambahan. Pertama­tama esai dibuat dalam bahasa Indonesia. Setelah yakin dengan tema dan pembahasan yang dibuat, barulah Ade memindahkannya ke dalam bahasa Inggris. Selama dua minggu ia berusaha meram­ pungkan tulisan itu. Pada hari pengumpulan tulisan, Ade beru­ paya untuk menyerahkan tulisannya kepada dosen yang ia percaya. Akan tetapi dosen ber­ sangkutan memiliki halangan dan tidak bisa memeriksa kebenaran penulisan Ade tersebut. Dosen itu kemudian merekomendasikan dosen lain, dan bisa. Dosen itu mengatakan bahwa grammer yang Ade gunakan banyak yang salah. “Dua jam sebelum dikumpul, saya periksa­ kan tulisan pada bapak Zaim Rais. Beliau bi­ lang tulisan saya banyak yang salah. Beliau tidak punya waktu dua jam mendatang untuk memeriksa tulisan itu,” tutur Ade kepada Suara Kampus. Komentar sang editor pun awalnya mem­ buat Ade putus asa. Ia bahkan hampir mengubur niatnya untuk menjadi peserta. Tapi, setelah ia pikirkan lagi, karena sudah kepalang tanggung, Ade mencari jalan lain dengan memeriksa sendi­ ri tulisannya. Bermodal kamus bahasa Inggris dan aturan penyusunan kata dan kalimat dalam bahasa Inggris, Ade memeriksa satu persatu kata. Waktu yang singkat tidak lagi ia hiraukan. “Saya rasa selagi masih ada waktu, saya akan

terus berupaya. Kan masih ada dua jam lagi,” terang mahasiswa semester VII ini. Esai pun selesai ia perbaiki, selanjutnya dimintai tanda tangan pengesahan. Kabar bu­ ruknya, dosen yang harus menandatangani tidak berada di kampus. Ade memutuskan untuk ke rumah dosen tersebut. Memakai motor, akhirnya Ade sampai dan tanda tangan pun ia dapatkan. Tanpa berlama­lama, Ade kembali ke kampus untuk menyerahkan esai tersebut. “Pengumuman pun menunggu wa­ ktu. Saya sudah berusaha, tinggal berdoa saja agar terpilih,” ujarnya. Tuhan ternyata mengabulkan permintaan Ade. Tepat tanggal 9 November diumumkan bahwa dari sepuluh orang yang mendaftar, ia salah satu dari dua orang terpilih sebagai pe­ serta YSEALI. “Sesaat itu pula saya memper­ cayai bahwa sesingkat apapun waktu, kita tidak boleh menyerah. Kalau saja dua jam se­ belum itu, saya menyerah, saya mungkin tidak terpilih,” paparnya, Jumat (04/12). Ade mendapatkan informasi YSEALI dari seorang dosen bernama Sofwan Karim, do­ sen Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang. Hati mahasiswa asal Jambi Kabupa­ ten Bungo yang memang bertekad untuk da­ pat belajar di luar Negeri pun tergerak. Ade mengisi formulir yang disediakan dan men­ girimnya melalui e­mail. Ade juga melewati beberapa wawancara. Serta mengirim esai yang membuat harapannya terwujud. Sebelum berangkat ke Amerika, Ade giat mempersiakan mental fisik dan materi yang dibutuhkan saat berkegiatan di Amerika. Pa­ ling utama ialah pemahaman terhadap tema yang akan dibahas. Tidak kalah penting ialah persiapan biaya. Ade yang bukan dari kala­ ngan berada berusaha untuk mengurus pro­ posal beasiswa di kampungnya. “Saya men­ yerakan hari­hari dengan belajar bahasa Ing­ gris,” katanya. Ade termasuk mahasiswa yang suka ber­ organisasi. Ia pernah bergabung dengan be­ berapa organisasi seperti Imam Bonjol Lan­ guage Comunity (IBLC), LPM Suara Kampus, Fun English Club (FEC), Himpunan Maha­ siswa Jurusan (HMJ), Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). “Ini pula yang menjadi men­ dukung saya bisa tahu dengan kegiatan ini. Sebab, proses penyeleksian tidak menuntut IP dan TOEFL,” tutur Ade. Aktif dan Pendiam Ade dikenal sebagai sosok yang baik, sopan dan sangat bisa diandalkan. Setidak­ nya itulah yang diutarakan Ketua Jurusan Per­ bandingan Agama, Maksus. “Dalam hal aka­ demik dibandingkan dengan mahasiswa yang lain, Ade termasuk berprestasi dan rajin,” ter­ angnya. Ade juga termasuk mahasiswa yang aktif dalam hal apapun, seperti mencari informa­ si yang berkaitan dengan bahasa Inggris ter­ baru. “Ia bisa menjadi contoh atau tauladan oleh junior­juniornya sebagai motivasi su­ paya mereka mau belajar lebih keras, supaya mendapatkan beasiswa ke luar negeri untuk menambah wawasan lebih baik lagi,”katanya. Teman satu jurusan Ade memberi penda­ pat berbeda. Riri Dona mengatakan, Ade o­ rang yang baik, tapi cuek kalau bertemu di jalan. “Tergantung waktunya untuk bisa di­ ajak berbicara,” ungkapnya, Senin (07/12). Masa kegiatan perkuliahan, Ade lebih suka membaca dari pada mendengar. Dia juga mahasiswa yang rajin. “Semoga keberhasi­ lan Ade ini dapat mermotivasi kita semua. Saya saja ingin sepertinya yang bisa ke luar negeri,” terang mahasiswi Jurusan Perban­ dingan Agama ini. Dekan Fakultas Ushuhuluddin Widia Fithri memberikan apresiasi atas prestasi Ade. Ia berharap Ade mengikuti kegiatan itu dengan semaksimal mungkin. Widia ber­ harap, selanjutnya akan ada lagi mahasiswa­ mahasiswa lain yang akan mengikuti jejak mereka yang sudah berkesempatan belajar di luar negeri. “Kita harus berusaha terus, mahasiswa serta dosen juga ikut untuk mem­ berikan petunjuk serta arahan,” pungkasnya. Sherly Fitri Yati, Khairul Nasri, Khairuddin, Axvel Gion Revo.


Foto : Taufiq Siddiq

D

alam sebuah lembaga, pemimpin merupakan simbol dari sebuah kekua­ saan. Akhir masa kepengurusan, memang patut pemilihan kepen­ gurusan baru pada lembaga terse­ but harus segera dilaksanakan. Namun ada hal yang mesti diper­ hatikan yaitu pemilihan yang di­ laksanakan harus sesuai dengan aturan yang ada. Hal inilah yang terjadi pada perguruan tinggi islam IAIN Imam Bonjol Padang. Lam­ bannya pergantian kepenguruan Dewan Mahasiswa (Dema) yang saat itu diamanahkan kepada kepengurusan Dema sebelumnya berimbas kepada pemilihan Dema yang baru. Musyawarah Maha­ siswa Institut (Musmi) yang ker­ ing tertunda. Pernah terlaksana, namun pembahasan Musmi itu hanya sampai sidang pleno II. Melihat IAIN IB Padang yang saat itu tidak memiliki Ketua Dema, saat itu para pimpinan ka­ mpus juga usai melaksanakan alih tangan pejabat baru (Usai melak­ sanakan pemilihan dan pelantikan Rektor dan Wakil Rektor), akhirn­ ya pimpinan kampus berinisiatif membentuk panitia baru untuk melaksanakan Musmi yang tertun­ da dan akhirnya menetapkan dari beberapa calon, Hafizul Fahmi, mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah (KPI) dan Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam (FDIK) diangkat menjadi Ketua Dema. Dari sinilah berawal konflik antara mahasiswa dengan pimpi­ nan kampus. Dilantiknya ketua Dema baru IAIN IB Padang bukan berarti permasalahan terselesai­ kan, melainkan masih ada pihak­ pihak yang mempertanyakan akan konsistensi lembaga Institut ter­ hadap aturan yang digunakan dalam pengangkatan pejabat di lembaga kemahasiswaan. Hal ini dipicu karena buramnya prosedur yang dilaksanakan pada saat pe­ milihan Dema. Aturan yang Tidak Jelas Sebagian mahasiswa mulai mempertanyakan apakah pemili­ han Dema tersebut telah sesuai dengan aturan yang terdapat pada AD/ART Dema yaitu meng­ gunakan aturan Organisasi Kema­ hasiswaan (Okma). Namun sete­ lah minilik lebih jauh ternyata Okma tidak dipakai lagi dan meng­ gunakan aturan baru yaitu SK Dirjen 2013. Aturan tersebut­pun tidak sepenuhnya digunakan me­ lainkan menggabungkan antara kedua aturan itu. Hal ini dibenar­ kan langsung oleh Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Alkhen­ dra. Ia menyatakan, prosedur pen­ gangkatan Dema beberapa waktu lalu masih belum sepenuhnya mengikuti aturan yang sudah ada pada SK Dirjen 2013 sepenuhnya.

Dibelah oleh Dua Statuta Pelantikan Dewan Mahasiswa oleh Eka Putra Wirman yang di SK-kan hingga Maret 2016

“Saya tidak mengerti kenapa sampai sekarang masih sulit untuk menerapkannya, karena seharusnya semenjak tahun 2013 tersebut sudah direalisasikan sampai sekarang dalam urusan apapun itu,” Alkhendra Wakil Rektor III “Pada pelantikan kemaren, kita masih belum menerapkan aturan yang ada di SK Dirjen 2013 sepenu­ hnya, dan untuk pengangkatan Dema tahun berikutnya harus mengacu kepada aturan yang sudah disepakati oleh Institut,” jelasnya saat dihubungi lewat se­ luler. Dia menambahkan bahwa IAIN IB akan lakukan penyempur­ naan aturan yang akan diterapkan agar tidak terjadi lagi ketimpangan dalam pelaksanaannya. SK Dirjen 2013 akan lebih diperjelas dengan berbagai tahapan yang mesti di­ lakukan. “Kita akan membahas semuan­ ya dengan seluruh Wakil Dekan (WD) III yang ada di IAIN ini, dan mengundang para aktivis serta para dosen dan pihak­pihak yang dirasa perlu untuk diikut sertakan dalam perumusan aturan nantin­ ya,” tambahan mantan Dekan FDIK itu. Salah seorang mahasiswa Ju­ rusan Ahwalul Syahsiyah (AS) Fakultas Syariah Rui Martin men­ gatakan bahwa pimpinan kampus harus bertindak tegas mengenai aturan mana yang dipakai dalam pemilihan pejabat kampus, kare­ na dalam pemilihat pejabat kam­ pus tidak bisa memakai dua atu­ ran, melainkan hanya memakai salah satunya saja. “Baru tahun ini kejadian seperti ini terjadi, tidak mungkin dua aturan dipakai sekaligus, jika dipakai maka harus merata dan disosialisasikan lagi kepada jurusan masing­masing,” pendapatnya. SK Dirjen 2013 atau Okma?

Pada saat dihubungi, Alkhen­ dra memberitahukan bahwa dian­ tara kedua aturan tersebut yang leb­ ih unggul adalah SK Dirjen, meli­ hat kelengkapan aturan yang diba­ has, tetapi walaupun demikian masih juga terdapat kekurangan baik dari segi aturan maupun pen­ erapannya. “Sebenarnya SK Dirjen itu lebih unggul dibandinkan Okma IAIN, melihat kelengkapan isinya, saya tidak mengerti kena­ pa sampai sekarang masih sulit untuk menerapkannya, karena se­ harusnya semenjak tahun 2013 tersebut sudah direalisasikan sampai sekarang dalam urusan apapun itu,” ungkapnya. Mengenai perbedaan antara kedua aturan ini, Alkhendra men­ jelaskan bahwa dia kurang menge­ tahui, yang pada intinya dalam SK Dirjen, semua lembaga yang ter­ kait, mekanisme akan lebih diper­ jelas. “Saya juga belum tahu persis perbedaannya, nanti kita bahas dan lebih memperjelas aturan tersebut, dan jika nanti terdapat aturan lain seperti Okma IAIN yang tidak ber­ benturan dengan SK Dirjen terse­ but, saya rasa itu tidak ber­ masalah,” jelas Alkhendra. Melihat kondisi kampus, set­ iap diadakannya pergantian jaba­ tan lembaga kemahasiswaan, akan terdapat kericuhan dan ketidakse­ suaian dengan aturan yang di­ gunakan. Alhkhendra mengingin­ kan bahwa untuk pemilihan selan­ jutnya agar tidak ada lagi aksi atau kericuhan atas pemilihan yang di­ lakukan, hal ini tidak akan terjadi jika rujukan aturan kita jelas dan tidak adanya tumpah tindih antara

aturan yang diberlukan baik ant­ ara SK Dirjen ataupun itu aturan yang ada dalam Okma IAIN. Alkhendra berharap agar se­ lanjutnya aturan sudah ada semua dan siap pakai tanpa diper­ masalahkan lagi, dengan demikian IAIN akan mengacu pada aturan itu secara keseluruhan. “Kita harapa­ kan besok semua atura sudah jelas, kita akan mengacu pada atu­ ran itu secara keseluruhan,” ujar Alkhendra. “Kedepannya semua bentuk pe­ milihan lembaga harus mengacu pada SK Dirjen, yang nanti akan diselesaikan oleh seluruh WD III dengan jelas,” dia menambahkan penjelasannya. Pada kondisi yang berbeda, Hafizul Fahmi, selaku Dema yang baru dilantik beberapa waktu lalu mengungkapkan, antara aturan Okma dan SK Dirjen 2013 sama­ sama memiliki keunggulan, menu­ rutnya pihak Dema tidak bisa lang­ sung memutuskan aturan mana yang tepat untuk dipakai sebagai acuan aturan pejabat mahasiswa. “Kita tidak bisa menentukan ini yang lebih baik, karena itu kita akan mensosialisasikan terkait aturan tersebut untuk dibahas se­ cara bersama dengan mengundang pejabat­pejabat mahasiswa lain­ nya,” ungkapnya. Lanjut atau Berhenti Menilik kembali beberapa waktu yang lalu, yang mana sebagi­ an mahasiswa melakukan aksi demo tuntut pimpinan kampus ter­ kait kejelasan pemilihan Dema. Dalam hal ini Hafizul Fahmi berkomentar bahwa dirinya akan

terus melanjutkan programnya walaupun sebahagian mahasiswa menganggapnya sebagai Dema yang tidak sah dikarenakan aturan pemilihannya yang tidak jelas. Menurutnya, terkait aturan tersebut, Dema akan berusaha mensosialisasikannya kepada se­ luruh mahasiswa. “Dalam pro­ gram kerja Dema salah satunya kita masukkan yaitu terkait pem­ bahasan kejelasan aturan pejabat mahasiswa yaitu antara Okma dengan SK Dirjen 2013,” jelas ma­ hasiswa semester sembilan itu. “Kita berharap masyarakat ka­ mpus membantu kami dalam men­ jalankan program dan kita harus menjaga kekompakan sebagai ma­ hasiswa IAIN Padang. Berbeda pendapat itu bagus, namun ketika telah ditetapkan, maka percaya­ kanlah pada kami,” harap Fahmi. Pandangan dan Harapan Martin memaparkan bahwa dia tidak mengetahui sama sekali mengenai pemilihan Dema tahun ini, biasanya pemilihan Dema di­ sosialisasikan ke lokal­lokal. “Pada waktu itu diumumkan ke lokal dan semua mahasiswa di lokal menge­ tahui, namun tahun ini saya tidak tahu prosedurnya,” katanya maha­ siswa semester tujuh itu. Menurut Martin dalam pemili­ han pejabat mahasiswa tahun ini banyak memakai politik dan par­ tai, Martin berharap jangan semua masalah dihadapi dengan politik dan pergunakanlah hati nurani. Mahasiswi jurusan Jinayah Si­ yasah Yuliana juga berharap dalam pemilihan Dema kedepannya harus terbuka dan jelas aturan dan sistem yang digunakan dalam pe­ milihan tersebut. Yuliana meng­ inginkan pemilihan Dema sama dengan pemilihan presiden Nega­ ra dengan cara pemilu, semua ma­ hasiswa harus ikut memilih. “Pe­ milihan Dema tahun ini hanya diketahui oleh segelintir maha­ siswa saja dan mahasiswa yang aktif dalam organisasi, sedangkan Dema bertujuan untuk memimpin semua mahasiswa bukan yang berorganisasi saja,” Ujarnya. Friyosmen, Melia Utami, Silvia Wulandari, Dolly Dui Tifa (Mg)


Kasus Kampus III Pembangunan kampus III IAIN Imam Bonjol Padang yang sudah digarap sejak 2011, akhirnya menyandung kasus, indikasi penyalahan anggaran negara tercium oleh Kejaksaan Tinggi (Kejati) Provinsi Sumbar dalam pembangunan di Sungai Bangek tersebut. Tidak main­main, dalam konfersi pers Kejati rilis kerugian negara dari kasus tersebut sampai menyentuh angka Rp. 15 M. Kasus ini terbongkar saat Kejati meliris kasus yang ditangani oleh Kejati dalam konfersi 22 Juli lalu. Dalam kesem­ patan, Kejati menetapkan dua tersangka dalam kasus kampus III, dengan inisial S (Petinggi IAIN Imam Bonjol) dan E. S dan E ditetapkan sebagai tersangka usai Kejati melakukan penyelidikan serta penyidikan, dengan memeriksa 14 saksi. Indikasi yang ditemukan Kejati adanya tanah yang anggarannya dikerucutkan bahkan ada tanah yang tidak ada tapi sertifikatnya ada. Ikhwan Ratsudy selaku kepala seksi penerangan hukum sekaligus juru bicara Kejati Sumbar saat ditemui Suara Kampus Senin (18/08) di kantor Kejati Sumbar menuturkan, usai penetapan dua tersang­ ka oleh Kejati dengan Inisial S dan E, tahap penyidikan masih terus berjalan. "Sekarang kita masih penyidikan, sebel­ umnya penyelidikan hingga menetapkan dua tersangka terkait pembangunan kampus III IAIN Imam Bonjol Padang," papar Ikhwan. Ikhwan menjelaskan, tidak menutup kemungkinan akan ada tersangka lain terkait kasus ini, menurutnya perkemban­ gan dan kemungkinan lain tersebut akan terungkap selama penyidikan masih berlangsung. "Tidak menutup kemungki­ nan tersangka lain, jika ditemukan dalam penyidikan tergantung pada perkemban­ gan proses penyidikannya," lontar Ikwan. Terkait temuan kerugian negara yang mencapai Rp. 15 M, tambah Ikhwan, itu berdasarakan temuan oleh penyidik tentu berdasarkan data dan bukti yang ditemu­ kan di lapangan. "Rp. 15 M berdasarkan hitungan pemeriksaan dan bukti lain," Ikhwan menambahkan, penyidkan ini berawal dari laporan masyarakat, yang menduga ada penyalahan anggaran oleh IAIN dalam pengadaan lahan kampus III. "Ini berdasarkan laporan masyarakat pada tahun 2014, bulannya saya lupa," kata Ikhwan. Lanjut Ikhwan, setalah dilakukan penyelidikan ternyata temukan indikasi korupsi lalu kita langsung lakukan penyidikan. "Setelah ditelaah, diselidiki ternyata kita temukan indikasi korupsi.

Panggung Pemilihan Rektor Sebelum menjadi rektor, pelbagai po­ lemik warnai proses Pemilihan Rektor (Pil­ rek), Eka Putra Wirman sempat dilaporkan ke Mapolresta Padang oleh mantan Rektor IAIN Imam Bonjol Makmur Syarif dengan kasus pencemaran nama baik. Kasus tersebut hampir mengeluarkan Eka dalam Pilrek dengan mengacu pada Per­ aturan Menteri Agama No 11 tahun 2014 Pasal 4 No 9 tentang syarat­syarat calon re­ ktor, menyatakan bahwa salah satu syarat calon rektor tidak pernah menjalani huku­ man pidana. Jika Eka terbukti bersalah, maka berdasarkan PMA tersebut Eka tidak memenuhi syarat menjadi kandidat rektor. Pengganti Sementara (PgS) Rektor IAIN

Imam Bonjol waktu itu Asasriwarni men­ gatakan tidak bisa mengomentari persoalan ini, dengan alasan ini masalah pribadi kan­ didat. “Itu urusan pribadi, jadi saya tidak bisa banyak bicara,” tegas Asas. Sebelumnya, Makmur ketika dimintai keterangan mengatakan dirinya disebut menghalang­halangi pelaksanaan Pilrek dalam pesan elektronik yang beredar di Ke­ menag. Hasil pelacakan nomor pengirim, pesan berasal dari nomor telepon Eka.”Saya merasa dilecehkan oleh SMS Eka,” ujar Mak­ mur saat dihubungi Suara Kampus, Jumat (29/05) pagi. Ketika itu saat Suara Kampus meminta keterangan Eka Putra Wirman terkait per­

Pembebatusgasan Makmur Syarif Akhirnya, terhitung 09 Maret 2015, Ke­ mentrian Agama Republik Indonesia resmi tunjuk Asasriwarni menjadi Pegawai Se­ mentara (PgS) Rektor IAIN Imam Bonjol Padang melalui SK Mentri Nomor B.II/3/ PDJ/00991/2015 yang sebelumnya Mak­ mur Syarif rektor periode 2011­2015 dibe­ bastugaskan oleh Menteri Agama berdasar­ kan SK Mentri Agama No. Nomor B.II/3/ PDJ/00991/2015. Hal itu sontak gegerkan civitas IAIN Imam Bonjol Padang, pasalnya satu hari je­ lang serah terima jabatan antara Makmur Syarif dan Asasriwarni, salah satu media lokal puplis pemberitaan terkait pemecat­ an beberapa petinggi IAIN. “Yang dibuat media lokal terebut tidak benar, yang dibe­ bastugaskan hanya rektor, sedangkan pet­ inggi yang diberitakan itu salah,” tepis Afri­ nal Kabag Humas IAIN Imam Bonjol Padang Kamis (16/03).

“Secara umum, ini murni persoalan menajemen yang keliru seperti membuka lokal jauh,” ungkap Afrinal. Lanjut Afrinal, untuk lokal jauh tersebut merupakan kasus 2013 dan telah ditindak lanjuti kasus tersebut. “Lokal jauh tersebut sudah ditutup sesuai peraturan dan perun­ dang­undangan yang berlaku,” pungkasnya. Menurut Afrinal, civitas IAIN Imam Bon­ jol Padang mau tidak mau harus menerima keputusan terserbut. Afrinal menyangkal jika pengadaan tanah kampus III Sungai Bangek masuk dalam kasus dari pemberhentian Makmur Syarif sebagai rektor. “Tuduhan karena pen­ gadaan tanah kampus III itu tidak benar,” tepis Afrinal. Dikesempatan yang sama, Dasrizal Ke­ pala BIRO AUAK IAIN Imam Bonjol Padang kepada Suarakampus menjelaskan, untuk pembebastugasan Makmur Syarif sebagai

soalan ini, Eka hanya melayangkan pesan singkat yang menyatakan dirinya belum bisa memberikan klarifikasi dan konfirma­ si persoalan tersebut. Sebelumnya dalam rapat senat tersebut Eka unggul telak dengan 23 suara dan disus­ ul oleh Duski Samad dengan 5 suara, Armai Arif 1 suara, Yasrul Huda 0 suara dan terda­ pat 5 suara abstain. Pada 9 Juli pun Eka dilantik oleh Ment­ eri Agama menjadi rektor dan 21 Agustus Eka kukuhkan kabinetnya dengan WR Ikh­ wan Matondang, WR II Firdaus, WR III Alkhendra dan Edi Syafri untuk Direktur Pascasarjana. Rektor IAIN Imam Bonjol Padang tidak ada unsur pidana dan korupsi, menurutnya, pemberhentian tersebut murni karena menajemen yang lemah. “Ini tidak ada un­ sur pidana apalagi korupsi,” ungkapnya. 19 Maret 2015 Asasriwarni menanda­ tangani SK sebagai Pegawai Sementara (PgS) Rektor IAIN Imam Bonjol Padang, melanjut­ kan kepemim­pinan Makmur Syarif. Bagi Makmur Syarif, ini Risiko, sebagai pemimpin yang harus dihadapinya. Makmur Syarif menyampaikan, segala keputusan yang telah ditetapkan dengan ber­ landasan hukum diterimanya. “Dalam per­ jalanan kepemimpinan yang diemban ada beberapa kekeliruan yang membuat saya harus mendapatkan hukuman. Itu saya ter­ ima,” ungkapnya Menurut Makmur Syarif, kekeliruan yang dibuat oleh rekan ataupun bawahanya selama menjabat merupakan kekeliruan saya juga sebagai rektor. Makmur menyatakan, yang diberhenti­ kan itu hanya ia sedangkan petinggi yang diberitakan di salah satu media lokal itu tidak benar, “Saya sendiri. Tidak ada yang lain, ini risiko pemimpin,” kata Makmur.

Ujung Dilema Dema Konspirasi yang terjadi dalam pemili­ han ketua Dewan Mahasiswa (Dema) IAIN Imam Bonjol Padang berunjung diskresi untuk meng­SK­kan Dema selama empat bulan. Jumat (20/11). Hal tersebut diputuskan berdasarkan kesepakatan pimpinan untum mengambil jalan tepat untuk kelanjutan Dema. "Dalam hukum itu ada diskresi dimana pengambil kebijakan boleh memutuskan sesuatu un­ tuk kepentingan bersama," ujar Ikhwan Matondang Wakil Rektor I. Dikatakan Ikhwan, diskresi merupakan keputusan yang diambil oleh pemimpin

untuk mengatasi pergolakan politik. "Dis­ kresi ini karena pergolakan politik," kata Ikhwan. Hal yang sama disampaikan oleh Alkhendra WR III saat membacakan SK Dema. "Masa Dema sampai Maret 2016, karena diskresi," ujar Alkhendra. Eka Putra Wirman Rektor menyampai­ kan periode Dema yang di­SK­kan hingga Maret 2016. "Keputusan ini karena kondisi yang tidak ideal, baik proses atau Dema yang terpilih," ujar Eka. Eka menyadari ketidakidealan pemili­ han Dema tidak diterima oleh sebagian ele­

men mahasiswa, maka Dema di SK­kan han­ ya empat bulan. Sebelumnya Musmi tidak kunjung sele­ sai dengan berbagai polemik sejak ketua Dema sebelumnya Ferdi Ferdian Dema kisruh dalam soal penyelenggaraan Musmi, panitia pertama dibentuk dan Musmi pun sudah dibuka pada Januari 2015, lantaran libur semester dan panitia beserta peserta Musmi dtidak kondusif Musmi diskor hing­ ga tidak ada kejelsan sampai Wakil Rektor III mengambil sikap untuk membentuk pan­ itia Musmi yang baru pada September 2015.


Foto : Aidil Ridwan Daulay

Wisata Air Terjun Ngungun Saok

Layaknya lukisan, Tuhan bayar tuntas penat perjalanan menuju air terjun Ngungun Saok dengan melihat mahakarya Tuhan tersebut keindahan yang hadir dari keberantakan alam. Berada di tengah alam liar, pesnona Nguwun Saok tak kalah liar.

Foto : Aidil Ridwan Daulay

Hanya mengeluarkan uang Rp. 3000, kita sudah bisa masuk ke tempat wisata terse­ but, namun sebelumnya kita harus menem­ puh jalan menurun sekitar 200 meter menu­ ju air terjun ini. Pengunjung dapat terus jalan ke bawah dan sekitar beberapa menit ber­ jalan pengunjung akan melewati sebuah jem­ batan, yang terbuat dari sebatang pohon kayu yang sangat besar. Ketika melewatinya kita akan menemukan sensasi keindahan yang lain. Terus berjalan, kita akan menemukan air terjun yang membuat rasa lelah kita sedi­ kit hilang, berjalan lagi menelusuri ke bawah, kita akan melihat sungai yang san­ gat jernih. Dan disinilah awal keindahan dari perjalanan yang melelahkan. Bagi yang be­ lum terbiasa berpetualang haruslah berhati­ hati. Wisata ini sebelumnya adalah tanah pel­ adangan, namun dijadikan wisata karena melihat tempatnya yang sangat indah. Win, selaku pemilik tempat ini mengatakan, be­ berapa bulan lalu, Win berencana ingin mem­ buka lahan ini untuk dijadikan peladangan, namun rencana awal tersebut berubah halu­ an menjadi tempat objek wisata karena sa­

Foto : Siti Sundari (Mg)

S

epak terjang Sumatera Barat dalam menghadirkan wisata­wisata alam yang mempesona tidak diragukan lagi. Setiap daerah yang ada di provinsi ini me­ miliki keindahan alam yang sangat menarik untuk dikunjungi. Kota Padang salah satu daerah Sumatera Barat yang menyimpan sejuta pesona alam yang masih asri. Walau­ pun daerah ini menjadi Ibukota Sumatera Barat, namun masih memiliki wisata alam yang belum pernah terkontaminasi oleh perkembangan jaman salah satunya wisata Ngungun Saok. Ngungun Saok merupakan wisata air ter­ jun yang terletak di Lubuk Minturun Keca­ matan Koxxxto Tangah Padang Sumatera Bar­ at. Untuk menuju wisata ini tidaklah mudah, medan yang terdapat tidak sepenuhnya ber­ jalan aspal, kurang lebih dua kilometer kita harus menempuh jalan yang bergelombang dan penuh bebatuan. Jalan yang mendaki dan menurun menjadi tantangan tersendiri bagi wisatan yang berjiwa petualang. Sesampai dilokasi, wisatawan yang pergi meng­ gunakan kendaraan harus memarkirkan ter­ lebih dahulu kendaraannya.

Foto : Aidil Ridwan Daulay

Di Balik Pesona Nan Tasaok

ran dari temannya ,karena tempat ini ber­ potensi jika dijadikan objek wisata. “Saat itu kami sedang membuka lahan untuk ber­ ladang, namun teman saya menyarankan leb­ ih baik lahan ini dijadikan tempat wisata karena ada air terjunnya ,” katanya. Akhirnya, pada bulan Oktober kemarin Pak Win membuka lahan tersebut menjadi tempat wisata. Ia mengeluarkan dana sam­ pai 150 Juta untuk membuka akses jalan menuju air terjun. “Kalau mengerjakannya sendirian saya tidak sanggup, jadi saya me­ manggil empat orang pemuda untuk mem­ bantu membuat jalan dan mereka saya gaji,” terang Win. Ngungun soak, begitu Win menyebut­ nya. Nama yang didapatkan dari para tetua kampung tersebut, ia menceritakan, Ngun­ gun Saok berasal dari kata Ngungun yang berarti “Mendengung” dan Saok yang berarti “Terhimpit”, jadi kata ngungun Saok itu mempunyai arti suara yang berdengung dari himpitan dua batu. Tidak hanya air terjun dan sungai yang indah saja yang ada disini, Ngungun Saok juga menawarkan objek lain seperti goa. Untuk pergi ke goa tersebut adalah dengan cara menyeberangi sungai, dan kita harus melewati jalan yang dibilang cukup ekstrim dan menantang, sembari berjalan kita akan melewati hutan dengan akar­akar pohon yang menjalar yang membuat kita terkagum kagum. Tak lama menempuh perjalanan, kita akan melihat pemandangan yang tak kalah mempesona dari tempat sebelumnya. Disini kita akan melihat goa yang dibata­ si dengan batu, diatasnya kita akan melihat ada batu yang di apit, dari situ lah bunyi den­ gungan berasal, seperti yang diceritakan Win tadi. Disini kita juga akan menemukan batu yang menyerupai wajah manusia yang

menghadap kelangit disini juga ada akar po­ hon yang bisa di jadikan permainan dengan cara kita bisa bergelantungan dan siap untuk meluncur. Keindahan yang begitu menakjubkan membuat para wisatawan tidak bosan un­ tuk terus terusan mengunjungi wisata ini walaupun perjalanan menuju tempat ini san­ gat menantang dan menguras tenaga. Desya, salah seorang wisatawan yang telah dua kali ke tempat ini, ia mengatakan wisata ini tidak hanya menyediakan air terjun saja melain­ kan juga pemandian yang lain yang masih alami. Walau demikian yang paling mem­ buatnya tertarik akan wisata ini sampai dua kali mengunjunginya yaitu air terjunnya yang tinggi, kemudian tempat jatuh airnya pun sangat menarik. “Saya berharap wisata ini dikolola dengan baik dan kalau dapat ada dibuat wahana lainnya seperti arun jeram dan lainnya,” harap Desya. Selain pengunjung dalam negeri, wisatawan yang berasal dari luar negeri pun mulai datang menyaksikan keindahan wisa­ ta ini salah satunya tren, ia adalah wisatawan yang berasal dari Amerika Serikat. Menurut­ nya, Ngungun Saok sangat bagus, segar dan menyenangkan serta cantik. Keindahan tem­ pat ini terlihat dari asrinya pemandangan yang ada disekitar pemandian. “Bukit bar­ isan yang ada menambah keindahan tempat ini, kalau dapat tempat ini memiliki pon­ dok­pondok kecil namun tidak banyak agar alaminya tempat ini masih terlihat. Saya in­ gin kembali lagi berkunjung ke tempat ini bersama pasangan saya,” ujar wisatawan dengan logat bahasa. Rahmadi, Airid Ridwan Daulay, Cici Yulhendri (Mg), Muhammad Harfen (Mg), Siti Sundari (Mg).




Usia Remaja Akhir, Populasi Terbanyak Penderita HIV/AIDS Lokasi tempat ditemukannya penyebab penularan penyakit ini dimana? Khusus di Kota Padang kita memetakan dari tanggal 21 Juli sampai 01 Agustus 2010, ada 92 titik tempat yang menjadi populasi berkembangnya penyakit HIV ini, biasanya itu ada di warung­warung malam, salon, bar, kafe dan kos­kosan. Menurut anda, di Kota Padang sendiri, bagaimana pencegahan yang dilakukan pemerintah agar peningkatan populasi virus ini dapat diminimalisir? Saat ini di Sumatera Barat, terdapat dua wilayah yang sudah mempunyai penataan KPA yaitu Kota Padang dan Bukittinggi. Dengan penataan ini, kita akan melihat sejauh mana peningkatan populasi virus ini, baru kemudian kita lakukan evaluasi. Menilik perkembangan virus HIV/AIDS di Sumatera Barat, daerah mana yang paling tinggi populasi virusnya? Dari data yang kami catat, populasi virus HIV yang paling tinggi di Sumatera Barat ini adalah Kota Padang dengan jumlah persentasi 37,3 persen, kemudian disusul Bukittinggi dengan jumlah 15,1 persen, setelah itu Pariaman yang berjumlah 4,16 persen. Selanjutnya daerah Pesisir Selatan berjumlah 4,7 persen dan posisi paling terendah diantara seluruh daerah yang ada di provinsi ini adalah Pulau Mentawai dengan jumlah persentasi 0,5 persen. Kalau melihat berdasarkan sukunya, di Sumatera Barat itu dari orang Minang ada 289 orang yang terkena, kalau dipersenkan ada 91 persen, kemudian Jawa ada 16 orang atau lima persen, setelah itu Batak ada enam orang atau 1,9 persen dan terakhir melayu itu ada dua orang atau setara 0,6 persen. Saya harap pemerintah bisa berbenah diri. Dr. H. Armen Ahmad Diagnoso dan Tata Laksana HIV

A

khir­akhir ini penyakit HIV/AIDS marak diperbincangkan, di media cetak maupun elektronik. Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Padang ter catat sekitar 995 masyarakat Kota Padang terinfeksi penyakit HIV. Mengingat jum­ lahnya yang lumayan banyak, maka perlu adanya antisipasi agar penyakit ini tidak se­ makin menyebar. Terkait hal ini, Suara Kampus berkesempatan wawancara dengan Diag­ noso dan Tata Laksana HIV Dr. H. Armen Ahmad. Berikut hasil wawancaranya. Bagaimana pandangan Bapak dengan bertambahnya HIV/AIDS di Kota Padang? Mayoritas masyarakat Kota Padang yang terkena penyakit HIV/AIDS adalah masyarakat melakukan hubungan antar lawan jenis tidak memiliki ilmu. Kalau menurut agama, jika hendak melakukan hubungan tersebut, laki­laki dan perempuan itu harus melangsungkan pernikahan terlebih dahulu, kemudian kalau tidak sanggup maka berpua­ salah untuk menahan nafsu tersebut. Sudah berapa persen penyebaran HIV/AIDS di Sumatera Barat? Menurut estimasi saya, di Sumatera Barat ada 3500 kasus penyebaran HIV. Terhi­ tung dari tahun 2013 ada sebanyak 1.875 kasus HIV dan menjadi penyebaran peringkat 10 dari 33 Provinsi yang ada di Indonesia. Kebanyakan mereka yang terkena penyakit HIV tersebut dikarenakan hubungan seksual dan memakai narkoba. Mayoritas masyarakat yang terinfeksi penyakit HIV/AIDS dari kalangan mana? Kebanyakan penyakit tersebut diderita oleh kalangan pemuda yang berusia 20 hingga 40 tahun. Berdasarkan data yang kami peroleh dari tahun 2006 sampai 2014, ada tiga persen masyarakat yang berumur kurang 20 tahun yang terkena HIV, sekitar 66 persen masyarakat yang berumur 20 sampai 30 tahun yang terinfeksi penyakit HIV, ada 28 persen dari kalangan masyarakat yang berumur 31 sampai 40 tahun. Selebihnya dari kalangan yang berumur 41 tahun keatas. Saat sekarang ini, sudah sejauh mana penyebaran HIV di Kota Padang? Menurut data yang kami kumpulkan dari rumah sakit M Jamil Padang, pada bulan Juli kemarin ada 1135 orang yang terkena penyakit HIV diantaranya dari kalangan laki­laki dewasa ada 844 orang, dari kalangan wanita dewasa ada 292 orang dan dari kalangan anak­ anak ada 11 orang. Mereka yang terserang penyakit ini mulai dari mahasiswa, sopir, RT, PNS, polisi, narapidana dan lainnya. Menurut anda, bagaimana proses penularan HIV/AIDS tersebut yang terjadi di Kota Padang? Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, penularan virus HIV yang terjadi di Kota Padang itu disebabkan hubungan seksual antara laki­laki dengan laki­laki yang dalam hal ini sering kita sebut dengan homoseksual. Selain itu juga ada yang dari hubun­ gan seksual antara laki­laki dan perempuan, narkoba, transpusi darah dan ibu kandungn­ ya yang telah memiliki penyakit tersebut. Inti dari permasalahan ini adalah industri berkembang, pelacur banyak terselubung. Dapat kita simpulkan sekitar 21 persen penularannya melalui kontak seksual, 61 persen melalui jarum suntik , 16 persen melalui hubungan seksual dengan waria dan tiga persen lagi itu melalui penularan sang ibu kepada anak yang dilahirkannya. Kesalahan dokter dalam menyuntik pasiennya juga berakibat pada penyebaran virus HIV ini.Lokasi­

Bagaimana kita bisa mengetahui bahwa seseorang itu memang terkena penyakit HIV/AIDS? Terlihat atau tidaknya gejala dari virus ini sangat sulit untuk ditebak, orang yang telah terinfeksi virus HIV tidak bisa dipastikan secara langsung bagaimana kondisi fisiknya, terkadang ia sama saja yaitu terlihat sehat. Jadi untuk, orang tersebut harus melakukan tes terlebih dahulu. Untuk pola progresi penyakit ini akan terlihat rasa sakitnya itu tidak menentu, ada sebagian orang setelah tiga tahun baru terlihat infeksinya, ada juga tujuh sampai sepuluh tahun dan bahkan ada sampai 15 tahun baru terlihat infeksinya. Ketika telah sampai masanya itu, maka akan timbul beberapa gejala diantaranya mual, muntal, diare, nyeri otot, ruam kulit, penurunan berat badan, batuk kering, demam, dan perubahan pada kutu. Apakah orang yang terkena penyakit HIV/AIDS bisa disembuhkan? Sampai saat ini, para dokter atau ahli medis lainnya masih belum menemukan obat untuk menyembuhkan orang yang kerkena virus ini. Namun kita telah menemukan cara untuk meminimalisir pertumbuhan dari penyakit ini di dalam tubuh orang yang telah terinfeksi yaitu dengan cara pasien melakukan konseling dengan konselor terkait penya­ kit yang dialaminya, kemudian melakukan diagnosis tes dan terapi ARV yaitu terapi untuk memperhambat perbanyakan virus. Walaupun demikian tetap virus tersebut akan terus ada di dalam tubuh seorang itu. Jadi pergunakanlah kesehatan yang anda miliki untuk berbuat baik, orang pasti akan mati, namun seseorang itu harus berusaha sebelum mati. Bagaimana mencegah penyakit ini datang kepada masyarakat? Yang harus dilakukan untuk mencegah seseorang terkena penyakit HIV ini yaitu dengan melakukan beberapa hal diantaranya yang pertama melakukan hubungan seksual yang aman yaitu menikah terlebih dahulu dan anda harus setia. Yang kedua adalah hindari hubungan seksual bebas baik dengan perempuan mana saja. Ketiga yaitu jika pasangan anda sudah terbukti mengidap penyakit HIV, maka sebaiknya anda menggunakan kon­ dom dalam melakukan hubungan seksual dengan istri anda. Yang keempat salah satu penyebab penyakit HIV adalah transfusi darah, jadi sebaiknya hindari transfusi darah. Kemudian yang ke lima hindari menkonsumsi obat­obat terlarang, alat suntik, tatto ataupun tindik. Dan yang terakhir adalah untuk ibu yang positif menderita penyakit HIV, maka sebaiknya untuk tidak hamil untuk menghambat terjadinya penularan pada bayin­ ya nanti. Walapun demikian untuk ibu tersebut para ahli medis sedang mencari solusi untuk meminimalisir penyakit HIV turun ke bayinya. Apakah yang harus kita lakukan jika bertemu orang yang terkena penyakit HIV/ AIDS? Hendaknya seorang teman atau keluarga membimbing orang tersebut dan tidak men­ jauhinya karena dalam dunia medis virus tersebut tidak akan tertular melalui keringat, air mata dan air ludah. Jadi jangan pernah menyisihkan mereka yang telah tertular peny­ akit tersebut karena jika mereka tersisihkan mungkin saja akan lebih bahaya akibatnya. Jadi tidak ada alasan untuk menjauhi mereka ataupun untuk tidak bergaul dengan mereka, apalagi kita sama­sama makhluk tuhan pastilah mempunyai kekurangan, maka tutupilah kekurangan seseorang itu dengan kelebihan kita. Apa harapan anda untuk masyarakat Kota Padang khususnya? Sekarang era modern, orang bisa melakukan apa saja dengan mudah dan ini merupa­ kan salah satu pemicu terjadinya perilaku yang senjang seperti seks bebas dan lainnya, jadi saya berharap masyarakat tahu bagaiamana bahaya dari HIV ini dan menjaga keluar­ ganya agar terhidar dari perbuatan buruk. Jika sudah ingin untuk melakukan hubungan dengan orang yang disukai, maka laku­ kanlah dengan cara yang sah yaitu menikah terlebih dahulu. Kemudian jika kita memiliki masa lalu yang tidak baik, ceritakanlah kepada pasangannya agar keterbukaan itu dapat terjalin demi kebaikan bersama. Airid Ridwan Daulay, Taufiq Siddiq.


Jadi Pemimpin di Usia Muda

A

danya minat mahasiswa untuk jadi pemimpin di ka langannya, suatu hal yang patut untuk diapresiasi. Namun minat saja tentu tidak cukup. Se­ bagai orang yang akan mengem­ ban amanah tertinggi, harus me­ menuhi kriteria sebagai pemimpin. Seorang pemimpin maha­ siswa harus mampu mengkondis­ ikan orang yang dipimpinnya ke arah yang lebih baik. Kemampuan mengkondikan itu harus pula di­ gandeng dengan beberapa keung­ gulan di bidang kepribadian seor­ ang calon pemimpin. Begitulah pemaparan Wakil Rektor III IAIN Imam Bonjol Padang Alkhendra saat ditemui Suara Kampus di ru­ angannya. “Seorang pemimpin ideal itu punya wawasan yang luas, etika, santun, sistematis, supel, mampu melakukan lobi­lobi dan tidak arogan,” ungkap Alkhendra. Calon pemimpin harus memi­ liki wawasan tentang kepemimpi­ nan. Terlatih bagaimana cara mengkondisikan anggota, terlatih bagaimana cara mengambil kepu­ tusan dalam setiap pilihan saat menjalankan program organisas­ inya. Wawasan itu bisa diperoleh melalui pelatihan, bisa pula mela­ lui pengalaman organisasi sebel­ umnya. “Sebaiknya yang akan menja­ di pemimpin mahasiswa itu yang sudah punya pernah bergabung dan berkegiatan di organisasi ma­ hasiswa,” jelasnya. Alkhendra prihatin dengan kondisi lembaga mahasiwa saat ini, terutama lembaga mahasiswa dengan program kerja yang ter­ bengkalai dan bahkan mandek, atau terancam vakum. Apalagi ke­ mandekan itu disebabkan dana re­ ktorat yang belum cair. Pemimpin ideal ialah yang bisa keluar dari problem, seperti problem keuan­ gan. Pemimpin ideal harus bisa mencari dana sendiri, tanpa menunggu dana dari kampus. Car­ anya ialah dengan membuat pro­ posal, mencari donatur dan juga dengan membuka usaha kecil­ kecilan. “Kalau bisa, pemimpin itu yang mengajak anggotanya dan ikut mengupayakan keuangan lembaga,” ujarnya. Selain keunggulan di bidang kepribadian, Mantan Rektor Uni­ versitas Muhammadiyah Sumat­

era Barat (UMSB) Sofwan Karim mengatakan, pemimpin ideal harus mempunyai Indeks Presta­ si (IP) yang tinggi dan juga mem­ punyai prestasi di luar kampus. Ia mampu menjadi pembimbing dan pendorong bagi yang dipimp­ innya. Pemimpin adalah membimb­ ing, mengarahkan, merencanakan, mengorganisasikan, dan mengev­ aluasi suatu kegiatan yang harus dilaksanakan. Pemimpin ialah pendorong, pekerja, pengambil keputusan dari suatu kelompok untuk mencapai tujuan. “Kepemimpinan seseorang juga ditentukan oleh lingkungan, pengikut, situasi, komuniksi dan interaksi antara yang memimpin dan yang dipimpin,” tuturnya. “Setiap orang adalah pemimpin sesuai dengan kelom­ poknya terutama memimpin di­ rinya. Kalau di kalangan Maha­ siswa itu ada pemimpin Him­ punan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Senat Mahasiswa Fakultas mau­ pun Dewan Mahasiswa itu semua adalah bentuk latihan sarana un­ tuk membina diri,” katanya. Pemimpin di kalangan maha­ siswa dilihat dari apa yang dilaku­ kannya, untuk menjadi pemimpin dalam suatu tatanan organisasi tentu harus memenuhi syarat ad­ minstrasi dan terpenting mempu­ nyai watak kepemimpinan seperti Rasulullah Saw yang cerdas, ber­ kata benar dan komunikatif serta memberi solusi dan penengah dalam setiap masalah. Bukan Perkara Usia Jauh berjalan banyak yang di­ lihat, lama hidup banyak yang dirasa. Ungkapan ini menimbul­ kan asumsi bahwa seseorang yang berumur lebih tua tentu me­ miliki pengalaman yang lebih ban­ yak, begitu pula dengan pengala­ man kepemimpinan. Akan tetapi kenyataannya tidak melulu seperti itu. Menjadi pemimpin tidak mesti tua dulu, pemimpin muda juga tidak boleh dianggap remeh. Sekretaris jurusan Psikologi Islam, Subhan Ajrin mengungkap­ kan, usia pemimpin yang masih muda tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerjanya. Kesiapan mental dan motivasi un­ tuk membawa perubahan itulah yang diutamakan. Kesiapan itu bisa didapatkan melalui pelatihan kepemimpinan. “Tidak masalah tua atau muda

“Kepemimpinan seseorang juga ditentukan oleh lingkungan, pengikut, situasi, komunikasi dan interaksi antara yang memimpin dan yang dipimpin” Alkhendra Wakil Rektor III yang menjadi pemimpin, yang penting kinerjanya,” paparnya. Dia menambahkan, justru den­ gan semakin tingginya keinginan untuk menjadi pemimpin di usia muda, krisis kepercayaan masya­ rakat terhadap pemimpin yang lahir dari politisi semakin rendah. Alasannya, seorang pemimpin muda tentu lebih mampu memba­ wa perubahan dengan pemikiran yang masih kekinian dan mau me­ nerima perubahan. “Daya penggerak motivasi harus ada dalam diri seorang den­ gan diberikan kesempatan dan kepercayaan karakter seseorang itu akan muncul, dengan kesem­ patan yang diberikan sesorang akan merasa dipercaya dan dihar­ gai,” ujarnya. Berkaitan dengan hal itu, salah seorang mantan aktivi kampus, Muhammad Abrar mengutarakan bahwa tidak ada batasan umur untuk menjadi seorang pemimpin. Syaratnya ialah mam­ pu mengatur waktu untuk kegia­ tan­kegiatan yang berorentasi

pada masalah­masalah ke­ masyarakatan dan dalam kontek kampus ialah berkaitan dengan kemahasiswaan. Pemimpin mahasiswa harus memiliki karakter yang berbeda. Mereka adalah orang­orang yang rasional, kritis, pembaharu, kare­ na mereka tidak diikat oleh di­ mensi lain. “Mahasiswa punya kekuatan dan mereka adalah or­ ang­orang yang bebas berpikir karena mereka tidak terkotamina­ si oleh golongan­golongan terten­ tu,” jelasnya, Jumat (11/12). Dia mengharapkan, pemim­ pin mahasiswa mampu keluar dari mainstream yang ada. Mesti­ nya setiap lembaga mahasiswa bisa menghasilkan satu jurnal se­ cara kontiniu dalam berkegiatan, membina suatu masyarakat, men­ datangkan orang penting untuk lembaga, bisa bekerjasama dengan fakultas, bahkan universitas lain. “Sangat disayangkan pada re­ alitanya, lembaga­lembaga di ka­ mpus ini saja sudah banyak yang vakum,” pungkas Dosen Fakultas Syariah IAIN Imam Bonjol Padang. Memenuhi Tiga Kriteria Berbicara mengenai karakter­ istik calon pemimpin muda di sebuah organisasi, Demisioneris Dema 2013/2014 IAIN Imam Bonjol Padang Ferdi Ferdian mengemukakan tiga kriteria yang harus ada, yaitu, akademis, men­ cipta dan mengabdi. Pemimpin muda harus mem­ punyai pola pikir yang diasah. Caranya dengan memperbanyak berdiskusi. Kita sebagai manusia memiliki dua potensi, potensi jas­ mani dan potensi rohani. Jasmani itu contohnya kita butuh makan. Potensi rohani kita yaitu berpikir, meramu, menterjemahkan inter­ pretasi yang ada. Mengenai hal akademis, me­ mang tidak hanya hafal teori­teor­ inya saja. Tapi harus mampu mela­ hirkan teori­teori baru, selagi tidak bertentangan dengan kaedah­ kaedah prinsip yang ada. “Kalau IP atau IPKnya masih rendah, bagaimana mau jadi pemimpin. Karena hari ini standar ukur IPK masih disepakati bersama se­ bagai standar ukur tingginya aka­ demis seseorang,” ujarnya. “Kalau IP nya dibawah tiga mau jadi pemimpin, bagi dirinya saja belum selesai. Bagaimana se­ orang pemimpin itu memberikan inspirasi, jadi panutan, dan con­

toh kalau pendidikan saja beran­ takan,” pungkasnya. Kriteria kedua menurut Ferdi ialah mencipta. Pemimpin muda harus mampu berkarya. Akade­ misnya melahirkan teori­teori untuk dipraktekkan. Pemimpin muda harus mampu berinovasi. Ketika seseorang hanya mengan­ dalkan akademik, tanpa berkarya inilah yang menyebabkan bany­ aknya pengangguran dari golon­ gan akademis. “Kenapa dia tidak mampu, dan kenapa pengangguran semakin hari semakin tinggi, karena mere­ ka tidak mampu berkarya, men­ ciptakan dan tidak melihat ruang­ ruang terbuka yang sudah diham­ parkan tuhan ini di alam, dia tidak mampu berinovasi,” tuturnya. Kriteria yang ke tiga menurut Ferdi ialah mengabdi, artinya karya­karya yang ia miliki, ilmu­ ilmu yang ia miliki memang un­ tuk pengabdian. Hal itu sesuai dengan tuntunan tuhan, “Wama kholaqtul jinni wal ins illaa liya’ budun”.Itu untuk hal peribadatan. “Jadi kita berilmu, kita berkarya, memang untuk pengabdian,” pungkasnya. Memilih pemimpin, kata Fer­ di, harus mengikuti aturan­aturan yang ada, karena peraturan terse­ but diramu oleh orang yang sudah matang pemikirannya. Sama hal­ nya dengan seorang imam, syarat sah jadi imam itu sudah ada, dia tidak baligh dan dia juga tidak be­ rakal, serta bacaannya salah juga, maka tidak seharusnya dipilih mennjadi imam. “Begitu juga dengan pemimpin atau imam sebuah lembaga organ­ isasi, kalau pemimpinnya sudah salah, kenapa masih diikuti, ka­ lau diiukuti juga maka yang akan rusak lembaga itu sendiri,” pung­ kas Ferdi. Mahasiswa adalah orang­or­ ang pengampu Tri Darma Pergu­ ruan Tinggi yaitunya pendidikan, penelitian, serta pengabdian. “Dan kita harus bisa mengintegralkan antara ketiganya pendidikan ke penelitian, dan akhirnya ber­ muara kepada pengabdian. Orang yang menyanggupi inilah yang bisa dikatakan pemimpin maha­ siswa yang ideal,” ujarnya. Dari pemaparan di atas jelaslah bahwa sosok pemimpin ideal sangat su­ lit ditemukan. Bahkan nyaris hanya ada di ujung bibir

Silvia Wulandari, Risya Wardani, Mulyadi (Mg).


Foto : Doli Dui Tifa (Mg)

FEBI di 49 tahun IAIN Imam Bonjol Padang

Rektor bersama Dekan FEBI dalam peresmian FEBI sebagai fakultas baru IAIN

Suara Kampus TV Tayang di Ekspo 2015 Suara Kampus Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Suara Kampus kenalkan Suara Kampus TV dalam Ekspo Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) 2015, selain itu Suara Ka­ mpus juga adakan lomba karika­ tur dengan tema “ibu” antar UKM, bertempat di Auditorium Mah­ mud Yunus IAIN Imam Bonjol Padang, Jumat 18/12. Yogi Eka Sahputra Pemimpin Umum Suara Kampus mengata­ kan, penampilan Suara Kampus TV bertujuan untuk memeperke­ nalkan serta mempromosikan kepada mahasiswa dan sivitas terkait Suara Kampus TV. “Ini untuk memperkenalkan Suara kampus TV,’ ujar Yogi Yogi menegaskan, dengan adanya Suara Kampus TV maka Suara Kampus kini tidak hanya

berbentuk tabloid dan portal saja. “Suara kampus akan ada produk­ si baru yaitu Suara Kampus TV” gagasnya. Dalam Ekspo tersebut Suara Kampus menayangkan beberapa video yang sudah dipersiapkan sebelumnya. “Kita tayangkan vid­ eo yang sudah dalam produk karya Suara Kampus TV, dua buah,” kata Yogi. Yogi menambahkan, selain memperkenalkan Suara Kampus TV, panitia juga sudah memper­ siapkan lomba membuat karika­ tur dengan tema Hari Ibu yang per­ sertanya merupakan antar UKM. Yogi menambahkan untuk menjalin ikatan silaturrahmi dan solidaritas antar sesama UKM, Suara kampus memperkenalkan pengurus dan anggotanya. “Jika

terjadi sesuatu dengan anggota SK UKM lain bisa juga lebih memper­ hatikannya dan bisa saling meng­ ingatkan,” tambahnya. Khairul Nasri ketua panitia menuturkan pada Jumat (18/12) Suara Kampus mendapat kesem­ patan untuk tampil, dan hari ini Suara Kampus memperkenalkan Suara Kampus TV dan beberapa video yang telah dirangkum oleh tim Suara Kampus. “Ada juga pe­ mutaran video HUT Suara Kam­ pus ke­37 beberapa waktu yang lalu”, jelasnya. “Tidak hanya memperkenal­ kan Suara Kampus TV saja tetapi Suara Kampus juga mengadakan lomba karikatur antar UKM” te­ gasnya. Miftahul Ilmi

Suara Kampus­ Mesti sudah disahkan sejak pertengahan 2015, Fakultas Ekonomi Bisnis Islam diresmikan menjadi fakultas baru IAIN Imam Bonjol Padang di 49 tahun IAIN Imam Bonjol Padang berlansung di Aula Bank Indone­ sia Sumatera Barat, Selasa (01/ 12). Peresmian Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) menjadi salah satu rangkaian acara Dies­ natalis IAIN Imam Bonjol Padang yang ke 49 tahun di Aula Bank In­ donesia (BI), Selasa (1/12). Rektor IAIN Imam Bonjol Padang, Eka Putra Wirman men­ gatakan, peresmian FEBI ini me­ mang diagendakan dalam men­ yambut Dies Natalis ke 49. "Ini merupakan rangkain Dies Natal­ is, selain rapat senat dan beberap kegiatan lainnya," ujar Eka dalam sambutannya. Eka menyampaikan, pen­ ingkatan mahasiswa FEBI men­ dorong jurusan yang berada di bawah naungan fakultas Syariah

sebelumnya otonom menjadi fakultas tersendiri. "Kini FEBI menjadi fakultas yang favorit," ungkap Eka. Maka, lanjut Eka, FEBI harus menjadi pusat studi kajian dari ekonomi islam serta menjadi penggerak dari pembangunan ekonomi di Sumatera Barat. "Jum­ lah mahasiswa FEBI sudah bany­ ak dengan itu harus mampu men­ gambil posisi," katanya. Untuk itu Eka mendorong agar FEBI segera melakukan berbagai kerja sama dengan pihak manapun yang akan membawa FEBI ke arah maju. "Kembangkan sayap FEBI dengan menjalin kerja sama den­ gan berbagai pihak," imbau rek­ tor. Ahmad Wira Dekan FEBI bertekad akan memperlihatkan kemajuan eksistensi FEBI baik se­ bagai fakultas baru atau sebagai pusat kajian dari perekonomian di Sumatera Barat.

KSR PMI Adakan Tes HIV/AIDS

“Terlaksananya kegiatan ini atas kerja sama UKM­KSR dengan Yayasan Lentera Minangkabau,” jelas mahasiswa jurusan Bimbin­ gan Konseling Islam tersebut. Munculnya inisiatif untuk melakukan kegiatan ini tidak ter­ lepas karena maraknya kabar warga Kota Padang terkena HIV/ AIDS. Untuk membantu maha­ siswa meyakinkan diri mereka tidak terkena HIV/AIDS. “Sebab jika ada, agar cepat ditindak lanju­ ti agar tidak tersebar,” jelasnya. Petugas Lapangan dari Ya­ yasan Lentera Minangkabau Dju­ hermon mengatakan, pemerik­ saan dilakukan dengan cara pen­ gambilan darah dengan meng­ gunakan jarum suntik ditambah dengan pengisian data diri. Selan­ jutnya, darah yang diambil itu dikirim ke pusat Yayasan Lentera Minangkabau untuk diperiksa. “Data diri tersebut bertujuan un­ tuk lebih mudah berkomunikasi dengan partisipan, seandainya

Suara Kampus­ Mengembang­ kan kreativitas dan kualitas, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kops Suka Rela – Palang Merah Indone­ sia (KSR­PMI) mengadakan pe­ meriksaan HIV/AIDS kepada set­ iap pengunjung Ekspo UKM IAIN Imam Bonjol Padang, di Audito­ rium M Yunus, Selasa (15/12). Komandan KSR­PMI Adri Bayu mengatakan, kegiatan ini pertama kali diadakan di IAIN Imam Bonjol Padang dan dibuka khusus untuk acara Ekspo sesuai dengan tema Ekspo “Kualitas, Le­ galitas dan Berkreativitas”. Pemer­ iksaan ini dibuka gratis untuk se­ luruh mahasiswa IAIN Padang. Buka dari Senin sampai Sabtu (14­ 15/12) jam 12.30 WIB­16.00WIB.

Membaca Esensi dari Waktu Suara Kampus­ Mengupas es­ ensi dari waktu memaknai evalu­ asi dari setiap hal yang telah ber­ lalu agar bisa memaknai waktu yang sesungguhnya. Hal tersebut ide dari pementasan Teater Imam Bonjol Padang di Ekspo UKM 2015, Rabu (16/12) di Auditrium M Yunus Padang. Yoki Surya Widana ketua UKM TIB mengatakan, tema yang diam­ bil dalam pemetasan ini adalah manusia yang masih menyia­ny­ iakan waktunya. "Banyak orang yang menyiakan waktunya," ujar Yoki. Hal yang sama disampaikan oleh Renda Hakimi Sadri salah saru aktor TIB, menurutnya salah satu pesan dari penampilan terse­ but adalah mengupas esensi dari memanfaatkan waktu. “Waktu sebenarnya adalah masa depan yang akan kita hada­ pi, sedangkan hal yang telah ber­ lalu bukan lagi sebuah waktu, tapi kenangan,” pungkas Re. Di tempat yang sama Jihad sutradara dari pementasan terse­

but mengatakan, pesan yang dis­ ampaikan dalam pementasan ini adalah mengajak orang­orang un­ tuk memenfaatkan waktunya. "Setiap waktu memberikan per­ sitiwa lalu bagaimana peristiwa tersebut tidak berlalu begitu saja menjadi waktu yang sia­sia," kata Jihad. Jihad memaparkan, ada beber­ apa tokoh dalam pementasan tersebut, seperti penggerak dari poros waktu, orang yang sudah tua yang menyimbolkan manusia di masa tuanya, orang yang menyesal dan peran yang tersesat diperankan dengan sosok wanita pria yang tersesat dalam me­ maknai waktunya. Menurut Jihad pementasan tersebut memang tidak gamblang dalam menyampaikan pesan se­ cara langsung. "Jika menyaksis­ kan dari awal penonton harus berpikir untuk menangkap pesan dari pementasan itu," kata Jihad. Ganti Putra W (Mg).

Cici Yulhendri (Mg), Dolly Dui Tifa (Mg).

Cani Silpina (Mg).


Pilkada; Sebuah Ironi Kaum Pelacur Intelektual Oleh : Zulfikar*

P

emilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang dilaksana kan pada tanggal 9 Desem­ ber 2015 merupakan pintu ger­ bang untuk mewujudkan suatu pe­ merintahan yang mendapat legiti­ masi luas dari masyarakat. Hendaknya Pilkada dilaksanakan secara demokratis, adil, jujur lang­ sung dan rahasia. Untuk mewujud­ kan Pilkada yang berkualitas san­ gat tergantung bagaimana tahapan­tahapan penyelenggaraan yang dilaksanakan dengan baik. Tahapan tersebut meliputi: mandiri, jujur, adil, kepastian hu­ kum, keterbukaan, proporsional, profesional, akuntabilitas, efesiensi, efektivitas dan aksesib­ ilatas. (PKPU Nomor 7 tahun 2015) Seiring dengan semangat penyelenggaraan Pilkada yang demokratis, maka suatu kemes­ tian bagi lembaga yang sangat vi­ tal dalam menegakkan demokrasi untuk memperjuangkannya. Suatu pemilihan yang bebas berarti bahwa rakyat akan mendapat kesempatan untuk menyatakan hasratnya terhadap hak­hak poli­ tiknya yang ditampung oleh Nega­ ra. Termasuk mahasiswa. Karena mahasiswa sebagai kaum intele­ ktual sekaligus sebagai pemilih pemula memiliki peran yang srat­ egis dalam menentukan calon pemimpin kedepan. Sejatinya Pilkada diselenggar­ akan untuk menghindari terjadin­ ya kekuasaan yang terpusat pada sekelompok orang tanpa mekan­ isme konstitusi yang jelas, sehing­ ga ada kompetisi rasional, obyek­ tif, siap menang dan siap kalah. Oleh karena itu, Pilkada merupa­ kan salah satu sarana yang harus diadakan dalam Negara demokra­ si. Untuk itu (harapannya) Pilka­ da tidak boleh mengakibatkan ru­ saknya sendi­sendi demokrasi atau menimbulkan penderitaan rakyat, melainkan harus men­ jamin suksesnya untuk menegak­ kan demokrasi tersebut.Dengan kesimpulan bahwa Pilkada yang demokratis pada prinsipnya harus mencerminkan aspirasi serta ke­ pentingan masyarakat umum bu­ kan untuk kepentingan beberapa kelompok. Tanggung Jawab Moral Maha­ siswa Ada banyak kredo suci yang begitu melekat pada identitas se­ orang mahasiswa. Dalam istilah­ nya agent of change, agent of social control, and iron stock den­ gan gamblang menunjukkan tugas historis mahasiswa sebagai agen yang mewakili masyarakat untuk mengontrol dan mengawasi ber­ bagai kebijakan pemerintah, pelopor terwujudnya perubahan sosial yang lebih baik, serta se­ bagai calon penerus generasi pemimpin bangsa ini untuk masa mendatang. Bagaimanapun mahasiswa adalah kelompok sosial yang is­ timewa di tengah masyarakat. Mereka dianggap memiliki peran­

an historis yang signifikan dalam sejarah bangsa ini, idealnya mere­ ka merupakan penyambung lidah rakyat yang dipercaya masih be­ gitu jujur, idealis, dan bersih dari tunggangan kepentingan golongan (sekarang entahlah). Ketimbang para elit politikus yang sudah ter­ lalu sering membohongi mereka. Namun, ternyata di tengah golon­ gan masyarakat intelektual ini wacana apatisme terhadap pros­ es politik semacam Pilkada sam­ pai hari ini masih amburadul, jauh dari yang diharapkan. Seper­ ti banyaknya para pemilih yang tidak mau menjatuhkan pilihan­ nya (Golput). Terlepas apakah yang akan dipilih tersebut baik atau tidak baik. Ini bisa dilihat saat Pemilihan Gubernur (Pilgub) lang­sung per­ dana digelar di Sumatera Barat tahun 2005 lalu, partisipasi pe­milih mencapai 63,72 persen. Saat itu, Padang menjadi wilayah dengan partisipasi pemilih paling rendah, yakni hanya 52,62 dan Kabupaten Limapuluh Kota de­ngan tingkat partisipasi pemi­ lih paling tinggi, yakni 74,44 per­ sen. Padahal, pada Pemilu Legis­ latif (Pileg) dan Pemilihan Pres­ iden (Pilpres) yang digelar tahun sebelumnya, partisipasi pemilih mencapai 75,56 persen dan 71,23 – 65,54 persen untuk Pilpres put­ aran I dan II. Di periode berikut­ nya, yakni di Pilgub 2010, parti­ sipasi pemi­lih melorot sedikit dibanding tahun 2005. Saat Pilgub dimana pasangan Irwan Prayitno­ Muslim Kasim mengalahkan pe­ tahana Marlis Rahman­Aristo Munan­dar ketika itu, pemilih hanya mencapai 63,62 persen saja. Jumlah ini, juga menurun jika dibandingkan de­ngan Pemilihan Legistalif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009. Pada ajang ini, pemilih di Sumbar men­ capai 70,46 persen dan 71,10 per­ sen. (kpu­sum­barprov.go.id) Sikap Politik Mahasiswa Sudah tidak dapat kita pungki­ ri, saat ini idealisme seorang ma­ hasiswa sedang diuji. Pilkada ser­ entak yang dilaksanakan pada tahun ini seakan­akan menjadi suatu masa yang menjadi kepent­ ingan politik bagi penguasa dan mahasiswa menjadi lumbung suara yang menggiurkan bagi se­ tiap Pasangan Calon (Paslon) yang sedang bertarung pada bulan Desember. Mahasiswa sebagai satu “pilar” penegak demokrasi yang juga bagian dari pemilih dan memiliki nalar intelektual tinggi, justru sangat mudah untuk mem­ pengaruhi masyarakat banyak. Seharusnya mahasiswa dapat memberikan pemahaman demokrasi kepada masyarakat melalui sebuah proses yang dina­ makan Pilkada. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan partisipasi pemilih dan kualitas para pemil­ ih sendiri ketika menentukan pil­ ihannya nanti. Sebab jika kita melihat dari data KPU Provinsi Sumbar, tingkat

partisipasi pemilih kian menurun sejak dimulainya Pemilihan Ke­ pala Daerah langsung pasca refor­ masi dan bisa diprediksikan bah­ wa tingkat partisipasi masyarakat pada Pilkada serentak tahun ini bisa kurang dari tahun sebelumn­ ya, tetapi sayang proses memberi­ kan pemahaman demokrasi yang baik dan benar itu disalahgunakan oleh mahasiswa itu sendiri. Kita merasa miris melihat fenomena yang terjadi selama ini. Tak sedikit dari kalangan maha­ siswa yang mau menjadi bagian dari penyuksesan kampanye sang calon. Memang pilihan untuk ter­ libat dalam partai atau menjadi gerakan partisan dari sebuah par­ tai adalah hak prerogatif setiap orang termasuk mahasiswa. Na­ mun akan muncul banyak perde­ batan ketika kita menilai hal ini, apakah wajar sebagai pribadi kaum intelegensia mau “melacur­ kan” nalar intelektaualnya dibawah “kemunafikan” sang ca­ lon? Setidaknya, ada tiga tipe kel­ ompok mahasiswa yang dapat kita klasifikasikan ketika dekat dengan Pemilihan; Pertama, ada kelompok maha­ siswa yang tahu dirinya di­ gunakan sebagai alat dari Paslon, artinya mahasiswa tipe ini sebe­ narnya mengetahui bahwa Paslon mau mempengengaruhi maha­ siswa untuk dapat memilihnya dan kesempatan tersebut diambil mereka dengan mengharapkan materi atau nantinya muncul kepamoran mahasiswa dihada­ pan para Paslon. Kedua, ada golongan maha­ siswa yang memang tidak tahu bahwa kepentingan dirinya se­ bagai mahasiswa sedang ditung­ gangi, kelompok ini biasanya ada pada mahasiswa­mahasiswa baru, pola pikir yang belum begitu me­ mahami akan kepentingan pen­ guasa dianggap hal yang wajar dan sepele padahal secara tidak langsung mereka sudah digiring untuk mempercayai hal tersebut. Ketiga, kelompok mahasiswa yang tahu namun pura­pura tidak tahu bahwa dirinya sedang ditung­ gai. Mahasiswa tipe ini adalah ma­ hasiswa yang tidak memiliki kekuatan untuk mengungkapkan akan kebohongan dibalik semua tingkah laku Paslon, mereka tidak berani untuk mengungkapkan ke­ benaran, hal ini didasari lemah­ nya pengaruh mahasiswa terse­ but atau bahkan muncul raso sagan-manyagan sebab calon terse­ but berasal dari kelompok maha­ siswa itu sendiri. Dari kasus ini mahasiswa yang kelompok pertama sebe­ narnya sudah mengetahui bahwa akan ada kampanye terselubung, namun dia tetap memberikan kesempatan apakah mahasiswa ini mendapatkan imbalan dari sang calon? Hanya kelompok tersebut yang dapat menjawabn­ ya. Yang jelas tindakan yang sep­ erti ini dapat kita katakan sebagai membohongi idealismenya demi

materi. Kelompok kedua hanya bisa mendengarkan bahwa hal ini baik­baik saja. Toh, yang didis­ kusikan seputar daerahnya dan in­ tegritas sang calon, yang lain tidak di utarakan pada publik. Sedang­ kan kelompok ketiga justru han­ ya diam mendengarkan petuah sang calon tanpa mengkritik, se­ harusnya sebagai mahasiswa kita harus mengambil sikap akan fenomena ini dan memposisikan diri kita sebagai agen perubahan serta agen sosial untuk tidak mudah tergiur akan tawaran me­ teri, apalagi mengadakan kam­ panye terselubung dan terlibat dalam politik praktis di kampus. Mahasiswa yang notabenenya sebagai agent of social control benar­ benar harus menjaga ideal­ isnya sebagai mahasiswa. Men­ gontrol suatu kebijakan elit dan mengkritisi kebijakan pemerintah yang tidak pro kepada rakyat. Se­ jarah mencatat bahwa pilkada ser­ entak gelombang pertama ini merupakan pesta demokrasi ter­ besar yang pertama kali, karena dilaksanakan di 269 Kabupaten/ Kota dan 9 Provinsi. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang ikut pilkada pada Desember ini, tentu ini akan menyedot perhatian mahasiswa sebagai suatu kesempatan emas dalam mendekati para calon yang ikut bertarung. Idealisme maha­ siswa di pertaruhkan dengan mengikutsertakan dirinya sebagai tim sukses maupun tim relawan para Paslon tersebut. Ini hal yang sangat memalukan karena maha­ siswa sebagai lapisan masyarakat yang harusnya bersikap netral dan harus menempatkan dirinya di luar sistem. Pilkada merupakan momen dimana sebagian orang dengan profesi yang berbeda­beda akan mengeruk keuntungan, mulai dari tukang sablon sampai souvenir. Mereka jelas ada sesuatu yang mereka jual demi memenuhi ke­ butuhan hidup mereka. Tetapi apa yang di jual oleh seorang maha­ siswa dalam mencari keuntungan dari momen ini? Selain idealis mungkin air liur mereka. Ironis­ nya yang mereka bela adalah Paslon yang nanti (katanya) mem­ bela rakyat kecil, dan objeknya rakyat kecil, ini sudah menjadi ra­ hasia umum. Mahasiswa yang benar­ benar idealis dan memega­ ng teguh komitmennya untuk memperjuangkan nasib rakyat kecil sudah jarang, mereka hanya mencari keuntungan semata saja dan mampu mempergunakan kesempatan dengan sebaik­ baikn­ ya. Kepada para para mahasiswa yang sudah menjadi bagian “kor­ ban” dari para calon kembalilah bersikap objektif. Sebab maha­ siswa sebagai sasaran empuk sang calon dalam membantunya untuk “membodohi rakyat.” Sebagai mahasiswa seharus­ nya kita dapat memposisikan diri dalam menghadapi situasi yang seperti ini secara demokrasi dan

memberi yang terbaik bagi masyarakat. Pola pikir yang kri­ tis dengan paradigma yang baik harus dikedepankan agar tidak mengarah kepada pragmatis, se­ bagai benteng pengawal demokra­ si kita harus dapat bersikap ne­ tral saat ini bukan condong kepa­ da para calon yang mendekati kita. Sungguh sangat disayangkan bila kita mau melacurkan idealisme hanya dengan mengharapkan ma­ trialiastik yang menggiurkan. Ini adalah penipuan yang sangat amoral bagi identitas mahasiswa dan parahnya lagi jika banyak dari pemimpin mahasiswa yang mau menggadaikan organisasinya un­ tuk mengelabui mahasiswa lain yang tidak tahu demi kepentingan materi semata. Beban moral sebagai maha­ siswa harus dapat dipikul dengan rasa idealisme murni yang tujua­ nnya adalah memperjuangkan agar rakyat ini sejahtera. Tinda­ kan masuk ke dalam dunia poli­ tik praktis tidak perlu dilakukan saat ini, sebab hal itu jika dilaku­ kan sekarang akan memunculkan kekecewaan dari harapan masyarakat sebagai generasi yang senantiasa membela kepentingan rakyat. Sangat disayangkan jika mahasiswa masuk kedalam kel­ ompok­kelompok yang tidak “ber­etika”, melihat permasalah­ an politik praktis sudah masuk ke kampus. Alangkah bobroknya negeri kita ini jika kelompok in­ telektual seperti mahasiswa, mudah tergoda dan tergoyahkan idealismenya dengan iming­iming uang. Jika “pelacur idealisme” sep­ erti ini kian tak terbendung, bagaimana kelak ketika ia menja­ di pemimpin Negeri ini? Dari beberapa Paslon yang bermunculan tahun ini dengan berbagai janji mereka mengatakan akan amanah dan siap memaju­ kan Nagari, ini patut kita pertim­ bangkan. Setiap mahasiswa tentu bebas menentukan pilihannya. Tetapi yang urgen hari ini adalah partisipasi dalam bentuk hal apa yang telah dilakukan pada pilka­ da serentak gelombang pertama ini? Mungkin, sebagian maha­ siswa sudah ambil andil dalam alek demokrasi tahun ini. Untuk pilkada serentak gelombang ked­ ua yang akan dilaksanakan pada Februari tahun 2016 sejatinya ada banyak peranan teknis yang bisa dilakukan agar Pilkada ini ber­ langsung sesuai harapan, semis­ al menjadi bagian dari tim penga­ was, panitia penyelenggara, kam­ panye pemilih cerdas, dan masih banyak lagi yang lain. Prinsipn­ ya, apapun sikap politik yang kita ambil haruslah rasional dan dap­ at dipertanggungjawabkan. Se­ moga !

*Penulis adalah Ketua Asosisasi Mahasiswa Ar-Rasuli (AMR) Kota Padang.


TANAH MAKAM

T

Oleh Firman Nofeki*

Ilustrasi : Taufiq Siddiq

elah memasuki hari kedua tersiar kabar kematian anaknya di kota. Namun Wan Pito masih sempat melaku­ kan aktifitasnya seperti biasa. Set­ elah selesai menyabitkan rumput untuk kerbau­kerbau nya, ia masih sempat turun kesawah siang ini. Memanen padi juragan Tohang yang dititipkan tempo hari. Begi­ tu pula dengan istrinya, Sulastri. Se­ menjak ayam berkokok tadi pagi, ia telah sibuk meneteng sayuran kepasar. Bukan karena kedua or­ ang tua itu tidak punya uang untuk berangkat ke kota, sekedar me­ layat dan mengurus jenazah anak laki­laki semata wayangnya itu. Apalagi untuk membawa jenazah­ nya pulang untuk di makamkan di tanah dimana ia dulu dilahirkan, seperti yang diminta Salsabila, menantunya, yang tiada lain istri dari anak laki­lakinya yang sekarang telah meninggalkan du­ nia. sungguh tidak mungkin. Ada semacam peristiwa kelam masa lalu yang menelan bulat­bulat hati kedua orang tua itu untuk memba­ wa jenazah anak laki­laki nya pu­ lang kekampung halaman. * Angin berdesau lembut petang itu. Satu persatu para pelayat telah meninggalkan rumah Salsabila. perlahan, suara mulut yang berde­ cak membicarakan jenazah sua­ minya tidak lagi terdengar, seiring dengan melenyapnya suara lang­ kah­langkah kaki di halaman. Na­ mun pro dan kontra atas jenazah Samiri, suaminya, masih meletup­ letup seperti hendak meledak saja. Tidak sedikit yang menggulirkan komentar­komentar miring. ‘’Kasihan ya Samiri. Hidup sudah di uji, matipun di uji juga’’ ‘’la, itu teh wajar atuh, nikah saja tidak direstui orang tua, ma­ suk ke negeri orang tidak mematu­ hi peruman adat pula. Itu sudah hukuman dari roh leluhur karena ia masuk kekampung ini tidak melakukan pemurnian darah ter­ lebih dahulu’’. Pemurnian darah yang mere­ ka maksud adalah seorang laki­ laki baru bisa dikatakan bebas dari tuntutan peruman adat jika ia telah melakukan ikatan darah dengan gadis dikampung tersebut, alias ia harus menikah dengan kadis dika­ mpung itu, kampung Rejo. Kalau tidak, maka ketika ia telah me­ ninggal dunia maka jenazahnya harus kembali dipulangkan ke tanah asalnya. Tapi bagaimana mungkin ia sebagai gadis minang, yang telah mati­matian memper­ tahankan cinta mereka sampai harus terusir dari kampung hala­ man begitu saja merelakan sua­ minya bermadu dihadapannya. Namun, ingin rasanaya Sal­ sabila menyumpal mulut orang­ orang yang berkomentar miring seperti itu. Kalau saja ia tidak ingat sedang berada dihadapan peti jenazah suaminya, mungkin jari­ jari tangannya telah beralih men­ cakar muka orang­orang tersebut. Tapi tentu ia masih orang yang punya rasa malu dan harga diri. Tidak ingin ia merendahkan diri­ nya dihadapan jenazah suaminya. Diantara yang lain, ada juga yang menyuguhkan komentar positif dan ikut memberikan so­ lusi jalan keluar. ‘’Sabar ya Bil! ini ujian dari Al­ lah. Nanti kami akan coba mem­ bantu berunding dengan tetua adat agar suamimu bisa diizinkan di­ makamkan dikampung kita ini’’ . Salsabila hanya tersenyum ti­ pis. Sekalipun ia juga berharap demikian, namun disisi lain hati terdalamnya ia mengeluh,’’itu tak akan mungkin terjadi. Ada juga yang mengusulkan jenazah suaminya dikubur dipe­

makaman umum saja. Tapi ia sadar biaya membeli sepetak tanah makam dipemakaman umum bisa mencapai puluhan juta. Tentu ia tidak mempunyai uang untuk itu. Apalagi yang letaknya jauh kepusat kota, tentu membu­ tuhkan proses yang rumit dan pan­ jang. * Sekarang jenazah ditengah ru­ mah itu benar­benar telah kehila­ ngan pelayatnya. Cuma air mata Salsabila dan suara bacaan Yasin­ nya yang setia melayat. Dibela­ kang, ada Poniem, teman baiknya yang setia membantu menyiapkan segala sesuatu keperluannya. Po­ niem yang awalnya bukan siapa­ siapa telah dianggap malaikat oleh Salsabila. Ia dan suaminya semula tidak punya tempat tingal dikota, lewat Poniem lah rumah petak kecil yang semula ruko ini dikon­ trakkan untuk mereka. ‘’Sudah kau coba hubungi lagi keluarga di kampung bil?’’ Poniem yang sedari tadi dibe­ lakang tiba­tiba saja sudah berada disamping Salsabila. ‘’sudah kak’’. ‘’lalu apa tanggapan mereka?’’ Usai poniem bertanya demikian ada yang berubah dengan reaksi Salsabila. Cuma gelengan pelan yang ia berikan sebagai jawaban. Poniem yang sangat mengerti den­ gan maksud gelengan itu tidak be­ rani lagi melanjutkan pertanyaan. Sunyi yang sedari tadi pias berganti sedu sedan. Salsabila merunduk. Kedua tangan ia tangkupkan kewa­ jah. Seolah ia tidak lagi punya muka untuk dihadapkan kepada jasad suaminya. ‘’Aku tahu, hukum adat terka­ dang memang kejam , Bil’’. Bah­ kan mampu bertahta di atas hu­ kum agama. Berdo’alah ! semoga tetua adat dan orang­orang kam­ pung ini dibukakan hati mereka’’, ujar Poniem sambil terus setia ta­ ngannya mengelus punggung sa­ habatnya itu. Namun kesedihan yang sa’at ini ia alami telah membasahi pun­ cak kesabarannya. Tak ia peduli­ kan lagi keadaan yang sekarang memukulnya. Tak ia hiraukan jenazah Samir yang terbujur kaku dihadapannya ‘’ini salahku, kak ! kalau saja dulu aku tak memaksa­ nya untuk mengawiniku, kalau saja dulu aku tak memenuhi keingi­ nan untuk kawin lari bersamanya, tentu akan banyak tanah makam yang setia menjadi tempat peris­ tirahatan terakhirnya’’. Seluruh kalimat yang terlontar berpadu sedu sedan dan air mata. Ditepis­ kannya pelukan poniem dari bahu­ nya, dan berlari ke kamar. Poniem yang tidak menyang­

ka akan begitu reaksi Sal­ sabila berusaha mengikutinya. Suara pintu yang dibanting memo­ tong langkahnya, ia hanya berdiri di depan pintu kamar yang sudah dikunci dari dalam. ‘’Bil, bukan air mata dan sesal yang diharapkan suamimu, namun kesabaran dan ketegaran hatimu yang ia butuhkan’’. Poniem men­ coba menasehati. Namun sia­sia. Salsabila telah membawa rasa sesal dan kesedihan itu kembali kemasa lalunya. * Tepat 10 tahun silam, bibit­bi­ bit cinta itu telah menemukan ladang nya, dan bersemi. Namun bagi masyarakat kampung, teru­ tama ayah salsabila sebagai peng­ hulu adat, cinta mereka adalah musibah. ‘’Bagaimana ini bisa terjadi ? adat diletakkan sebagai hukum uta­ ma. Tetua adat selalu meng­ gunakan hukum adat untuk meng­ hantam warga pelarian seperti di­ rinya. Diminang ataupun disini sama saja. Adat digunakan sebagai pelarian dari hukum syari’at.’’, ujarnya dalam hati. Masih kental di iingatan Sal­ sabila bagaimana ayahnya yang seorang pemimpin adat bercekok lidah dengan keluarga Samiri sebab keinginan mereka untuk menikah. Terus terang ayahnya yang se­ orang pemimpin adat begitu me­ nentang, dan mencap pernikahan mereka akan menjadi kutukan bagi generasi berikutnya. Kecuali kalau Samiri mampu menyemblih seekor kerbau putih, yang darah­ nya dianggap sebagai pemurni hukum dan penebus kutukan bagi keturunan. Sejak zaman nenek moyang sampai sekarang perkaw­ inan sesuku adalah hal yang san­ gat dilarang di minangkabau. Dikampungnya ada sebuah cerita yang sangat popular. Cerita tentang sumiran dan saritem yang berani menikah sesuku. Sehingga setiap kali Saritem melahirkan anaknya selalu tewas menggenas­ kan . kata orang tua tua dimangsa Situah, harimau jadi­jadian yang amat popular di Minangkabau. Namun angin­angin cinta yang berhembus mesra dari sepasang hati dua sejoli itu sudah tidak da­ pat ditepiskan kedatangannya. A­ ngin itu juga yang bisa menggugur­ kan titah adat diladang cinta mere­ ka. Dan angin itu jua yang melem­ parkan dua sejoli itu ke kampung

Rejo. Sebuah kam­ pung di pedalaman pulau jawa yang begitu tinggi men­ junjung nilai­nilai estetika klasik titah nenek moyang yang masqul dihukum­hukum adat. Salsabila mau tidak mau harus melepaskan keanggotaannya se­ bagai putri tunggal Datuk Bandaro Basa. Keputusannya untuk kawin lari dengan Samiri telah menyisa­ kan dendam tersendiri dihati abah­ nya terhadap keluarga Samiri. Dendam pemimpin adat adalah dendam turunan. Ia memakai tan­ gan adat untuk melampiaskannya kepada keluarga Samiri yang telah membawa kabur putri tunggalnya. Dendam untuk tidak menerima ke­ hadiran Samiri kembali di kam­ pung ini. Sampai ia telah mati sekalipun. * Ternyata perundingan dengan Empu Kromo hanya menghasilkan keputusan, bahwa jenazah suami­ nya itu harus segera dibawa pu­ lang ke kampung halaman. Ia mem­ berikan waktu tenggang satu hari lagi untuk prosesi. Salsabila sudah memohon agar titah adat dapat diputihkan sehingga jenazah sua­ minya dikubur dikampung Rejo ini saja. Namun Empu Kromo tidak menyahut. ‘’Saya tidak bisa seenaknya merubah aturan yang sudah ber­ laku. Ini sudah peruman adat. Salah suamimu sendiri kenapa dulu tidak mematuhi aturan adat kampung ini,’’ ujar Empu Kromo dengan nada tidak senang kepada Salsabila. Perkataan Empu Kromo itu seperti hendak menyuntikkan amarah dilubuk hatinya. Bagai­ mana mungkin dulu ia mengizin­ kan suami yang begitu dicintain­ ya menikah lagi dengan perem­ puan kampung ini hanya untuk sebuah alasan yang ia anggap be­ gitu tidak penting. Hanya untuk sebuah ritual pemurnian hukum adat. Salsabila merasa percuma be­ runding dengan orang seperti Empu Kromo. Seharusnya sebagai tetua adat tidak menjadi matoritas yang menekan kelompok minori­ tas seperti dirinya. *** Dan Ini tepat hari ke tiga ke­ matian samiri. Pertanyaan risih tentang kapan jenazahnya akan dikuburkan terus berdecakan dari mulut­mulut warga. Pertanyaan yang menambah lilitan­lilitan masalah difikirannya. Sebagai warga pelarian, Salsabila berfiki­ ran adatlah yang selama ini men­ jadi pemusnah tatanan sosial ke­

hidupan. Bagaimana mungkin sese­ orang yang tidak lagi bernyawa ter­ us diikat raganya dengan hukum­ hukum tersebut. Sanksi yang telah memperlakukan suaminya secara hina. Sanksi yang seharusnya tidak lagi pantas ditegakkan pada jasad yang tidak lagi terikat dengan ke­ hidupan dunia. Diluar, rinai menghantarkan suasana makin cepat jadi gelap. Salsabila hanya terdiam, tak kuasa lagi menjawab suara­suara putus asa dari hatinya. Kepalanya mulai terasa berdenyut. Ia beristighfar dalam hati. Rasa sedih dan dendam menelan bulat­bulat hatinya. Tan­ pa sadar tangannya telah memeluk peti mati dihadapannya. Dalam peti itu sesosok tubuh kaku sedang menunggu nasib. Menatap rohnya yang terkatung­katung dipintu lan­ git. Dari tempat itu ia tentu maih bisa mendengar tangis penyesalan Salsabila. ‘’kasihan dirimu bang, kalau saja waktu serupa dalam dongeng­ dongeng yang dibacakan orang tua kepada anak­anak mereka sebelum tidur, tentu aku akan meminta un­ tuk kembali kemasa sebelum kau menikahiku. Akan kupersiapkan terlebih dahulu sepetak tanah makam untukmu, untukku dan anak­anak kita’’. *** Malam itu. Purnama menangkap langkah seorang wanita yang ber­ jalan mengendap menelusuri pe­ karangan masjid Babussalam. Ke­ rudung putihnya menari diterpa an­ gin. Cahaya purnama membingkai hitam bayang­bayang tubuhnya. sekilas orang­orang akan berpiki­ ran kalau seseorang yang berjalan tengah malam kearah masjid adalah mereka yang hendak melaksanakan Qiyamullail. Namun tidak sedikit­ pun terlihat pertanda bahwa pe­ rempuan itu hendak memasuki masjid. Ia memutar langkah ke arah belakang masjid. Menelusuri rum­ put­rumput liar yang menjulang hingga mata kaki. Langkahnya ber­ henti diatas sebidang kecil tanah kosong. Pandangan matanya tertu­ ju pada cangkul dan sebuah bungkusan besar yang dari awal sudah berada disana. Dari penutup bungkusan itu menjulur sebuah benda. Tangan manusia. *** Keesokan paginya warga desa Rejo digegerkan dengan peristiwa yang mereka anggap paling keji sepanjang manusia menghuni desa mereka. Dari ba’da subuh warga terus berdatangan memenuhi area masjid yang sudah diberi jalur kun­ ing oleh polisi. Berawal dari lapo­ ran seorang jama’ah kepada Engku Kromo, berkenaan dengan bau busuk yang bersumber dari pe­ karangan di belakang masjid. Sep­ erti bau bangkai. Pekarangan kosong dibelakang masjid itu telah berubah sebuah gundukan. Beberapa batang kam­ boja ditancapkan disana. Tampak­ nya belum terlalu lama ditanam. Daun­daunnya pun tanpak layu dan berguguran ditanah. Beberapa orang polisi mulai menggali. Diduga dari gundukan tanah itulah bau busuk dan menyengat itu berasal. Belum terlalu dalam menggali mata cangkul meraka menyentuh sebuah benda yang di­ bungkus rapat. Setalah diangkat bau busuk itu makin menyengat. Perla­ han pengikat bungkusan itu dibu­ ka. Terdengarlah suara mulut ber­ decakan menyebut nama Salsabila. Empu Kromo terlihat begitu marah dan mengutuk. Ia memerin­ tahkan kepada polisi untuk menangkap wanita yang telah me­ nebarkan bau busuk sekaligus ku­ tukan bagi desa mereka. *Penulis Mahasiswa Fakultas Adab & Humaniora


Essai

Puisi

Mahasiswa, Ideologi dan Doktrin Setengah Hati

Oleh: Ocky Anugrah Mahesa

M

eminjam kalimat WS Rendra dalam puisi Sajak Pertemuan Mahasiswa, “Kita ini dididik untuk memihak yang mana? Ilmu­ilmu yang diajarkan di sini akan menjadi alat pembebasan, ataukah alat penin­ dasan ?”, tanpa diawali dengan sebuah salam pembuka, saya ingin menyampakan semacam krisis yang terjadi dalam dunia kemahasiswaan. Kenapa saya sebut krisis? Karna hari ini sebutan kata Maha yang disambut dengan gelar Siswa setelahnya hanya bersisa lambang, lambang keagungan kaum pelajar saat Soe Hok Gie atau Hariman Siregar merebut perhatian Pemerintah dengan sebuah per­ lawanan masif. Pada puisi Rendra, ia menyampaikan dilema mahasiswa saat bersentuhan dengan praktek ideolog. Sebuah proses doktrin yang bersinggungan langsung dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Rendra menyebut “Ilmu­ilmu yang dia­ jarkan disini akan menjadi alat pembebasan ataukah alat penindasan?”. Secara tidak langsung ia mencoba menelaah sebuah ancaman krisis identitas kaum pelajar ketika sudah tidak mampu mengaplikasikan nilai­nilai Tri Dharma. Dimulai dari sejarah, mahasiswa memiliki peranan penting dalam perkembangan Republik Indonesia. Beraw­ al sejak tahun 1908, Boedi Oetomo, adalah suatu wadah perjuangan yang pertama kali memiliki struktur pengor­ ganisasian modern. Didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh pemuda­pelajar­mahasiswa dari lembaga pendidikan STOVIA, wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual terlepas dari primordialisme Jawa yang ditampilkannya. Pada kongres yang pertama di Yogyakarta, pada tanggal 5 Oktober 1908 organisasi ini menetapkan tujuan perkum­ pulan : Kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa, ter­ utama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peterna­ kan dan dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan. Kemudian adalah Kelompok Studi Indonesia (Indone­ sische Studie­club) yang dibentuk di Surabaya pada tang­ gal 29 Oktober 1924 oleh Soetomo. Lalu, Kelompok Studi Umum (Algemeene Studie­club) direalisasikan oleh para nasionalis dan mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik di Band­ ung yang dimotori oleh Soekarno pada tanggal 11 Juli 1925, dua kelompok mahasiswa ini akhirnya mempelopori Sumpah Pemuda pada tahun 1928, sumpah itu sendiri di­ lahirkan atas diskursus politik Indonesia yang pada masan­ ya masih diduduki penjajah. Termasuk pula Chaerul Saleh dan Sukarni yang mem­ pelopori gerakan bawah tanah kaum pelajar untuk mere­ but kemerdekaan Republik Indonesia, mereka menculik Soekarno dan Hatta lalu membawanya ke Rengasdengklok untuk segera memproklamirkan kemerdekaan. Mungkin juga pernah singgah dalam ingatan tentang Peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari) adalah peristiwa demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974. Peristiwa itu terjadi saat Perdana Menteri (PM) Jepang Tanaka Kakuei sedang berkunjung ke Jakarta (14­17 Janu­ ari 1974). Aksi yang ditokohi oleh Hariman Siregar ini merencanakan menyambut kedatangannya dengan ber­ demonstrasi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Karena dijaga ketat, rombongan mahasiswa tidak berhasil menerobos masuk pangkalan udara. Tanggal 17 Januari 1974 pukul 08.00, PM Jepang itu berangkat dari Istana tidak dengan mobil, tetapi diantar Presiden Soeharto dengan he­ likopter dari Bina Graha ke pangkalan udara. Kedatangan Ketua Inter­Governmental Group on Indo­ nesia (IGGI), Jan P. Pronk dijadikan momentum untuk demonstrasi antimodal asing. Klimaksnya, kedatangan PM Jepang, Januari 1974, disertai demonstrasi dan kerusuhan. Aksi besar serupa juga berulang pada masa Orde Baru, tahun 1998 lalu gerakan mahasiswa berbuntut pada penggulin­ gan Soeharto dan telah mengantarkan Republik ini pada

reformasi. Berdasarkan sejarah panjang diatas dapat saya tarik kes­ impulan bahwa pendidikan kampus, penanaman ideologi dan doktrin nilai­nilai Tri Dharma sangat melekat erat pada perkembangan bangsa. Namun jika melirik pada kondisi kekinian, mahasiswa seakan terlena dengan gelar intelektual itu. Kampus sebagai sarana penanaman Ideologi gagal men­ doktrin kaidah ilmu pada kaum terpelajar ini. Ideologi yang berkembang juga tidak sepenuhnya memposisikan maha­ siswa sebagai benteng terakhir pertahanan rakyat, bangku kuliah dengan seabrek materi keilmuan hanya melahirkan paham­paham praktis bagaimana mendapatkan nilai serta mengejar tahta dengan selembar ijazah. Proses doktrin Tri Dharma Perguruan Tinggi terkesan setengah hati jika dilihat pada aspek praktek, buktinya pada 5 tahun belakangan tidak banyak mahasiswa yang benar­ benar paham tentang langkah apa yang harus ditempuh sete­ lah kuliah. Ini adalah sebuah kesalahan, tidak hanya pada mahasiswa saja, pemerintah dengan sistem Uang Kuliah Tunggalnya secara tidak langsung membuat mahasiswa ber­ pikir praktis, pendidikan tinggi dirubah menjadi ajang ko­ mersialisasi ilmu sehingga menjadi penyumbang angka pen­ gangguran di negara ini. (Data BPS Tahun 2014, angka pen­ gangguran di Indonesia mencapai 7.240.000). Praktek komersialisasi inilah yang menjadi faktor menu­ runnya daya kritis dan fakir aplikasi ilmu, memaksa kaum pelajar ini masuk ke dalam jurang kemiskinan ideologi, apalagi perjuangan. Mutu pendidikan juga membawa mahasiswa menjadi gagal paham, primodial dan apatis, sangat sarkas memang namun itulah fakta. Negara dalam konteks ini juga ‘sengaja’ menekan kepe­ kaan mahasiswa, pada tanggal 13 Juli 2012, pemerintah mengesahkan sebuah UU yang mengatur pengelolaan pen­ didikan tinggi di Indonesia: UU Nomor 12 Tahun 2012 ten­ tang Pendidikan Tinggi ini akhirnya disahkan, walau meng­ hadapi berbagai penolakan publik, terutama dari civitas per­ guruan tinggi. Pemerintah mengklaim bahwa UU Pendidikan Tinggi dibuat untuk ‘memulihkan kondisi perguruan tinggi, teruta­ ma perguruan tinggi yang telah memiliki otonomi.’ Dalam naskah akademik Rancangan UU tersebut, pemerintah men­ yatakan bahwa untuk meningkatkan daya saing dalam inter­ aksi global, perlu adanya perguruan tinggi yang sehat, ber­ mutu, otonom, dan maju. Untuk itulah, UU Pendidikan Tinggi diperlukan agar pendidikan tinggi dapat memenuhi keingi­ nan pemerintah sebagai ‘sumber inovasi dan solusi bagi pertumbuhan dan pengembangan bangsa.’ Melalui tulisan ini saya mencoba untuk memberikan ra­ sionalisasi mengapa mahasiswa harus bergerak untuk melakukan perlawanan dan tetap kritis dengan kondisi lingkungan. Berkaca pada gerakan mahasiswa di Indonesia beberapa tahun terakhir, sudah saatnya perlawanan maha­ siswa lebih dipertajam pada konsep pendidikan yang akan mencetak lulusan calon ‘pekerja’ di era kapitalisme global ini. Kapitalisme pendidikan, saya menyebutkan demikian, mahasiswa dipaksa belajar, bukan berfikir sehingga pem­ bungkaman daya juang mahasiswa lebih kentara bermula di kampus. Namun jerat kapitalisme pendidikan ini juga ditampil­ kan melalui sebuah wacana yang cukup ‘menyilaukan’ bagi kampus. Kampus seakan berlomba mengadopsi wacana ini dalam pengelolaan perguruan tinggi. Lalu kemudian kondisi sosial mahasiswa dan penerapan nilai Tri Dharma Perguru­ an Tinggi patut dipertanyakan. Kembali pada proses doktrin setengah hati, saya menilai ilmu kejuruan telah terkooptasi kesalahan yang dibenarkan, civitas akademik seperti yang dituntut dalam UU itu melupa­ kan langkah doktrin yang sesuai dengan konsep pengabdian yang dibutuhkan lingkungan sosial. Belajar untuk bekerja dan mencetak generas ikut­ikutan bukan mencipta. Dengan kata lain, mahasiswa saat ini berada dalam dis­ lokasi dan tarik­ulur konsepsi pembangunan karakter dalam pendidikan tinggi. Konsekuensi dari hal ini adalah menjadi­ kan kampus sebagai ladang ilmu yang bersaing untuk mela­ hirkan tenaga kerja yang ujung­ujungnya rela dieksploitasi, alih­alih mencetak intelektual yang terlibat aktif dalam produksi pengetahuan dan negara dalam semua level profesi yang digeluti setelah kuliah. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa saat ini keberadaan mahasiswa tidak lagi menjadi alat reproduksi intelektualitas atas ketimpangan sosial, ilmu yang didapatkan cenderung digunakan sebagai alat untuk menindas, lemah daya kritis, krisis ideologi, dan miskin aplikasi ilmu, senada dengan kere­ sahan Rendra dalam Sajak Pertemuan Mahasiswa­nya. Mahasiswa angkatan 2010 Komunikasi Penyiaran Islam (Konsentrasi Jurnalistik) Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang.

Kumpulan Puis Rendi hakimi sadry*

SEMBAHYANG AMAK Riak rinduku menjadi badai kepada amak Dalam puisi aku mengucap ampun Matahari lahat diliang senja Tajak dan tali patanam padi lapuk dikusut pasai, Sudah sansai ditinjau larai, mak biar ku-urut tapak amak… Di bawah kelok-kelok itu Maninjau kejam meragang kisah Lihat Bujang Sambilan mati di palung danau Sementara di bukik apik kutukkannya menyalanyala pulanglah mak, Sisakan esok untuk merumput upah Sisakan kaki untukku memohon… Diriak tarian danau maninjau nan lunglai Malam di ngarai tak menyisakan badai Pulanglah mak Sudah lama kaki di lumpur.

KEMBANG SEPATU Kita maha dan siswa Sesekali berliur mahal juga Lihat, lokal sesak dan deodoran merangsang apa saja Kecuali kecerdasan Sepatu baruku dibeli dengan gaji guru Yang lama sudah berbunga dan ingin wisuda Malam kian resah, mimpi didera nyeri Toga-toga rengkah dikoyak awam Aku yang setiap hari melumat dahaga Punah, kering hulu batin Sudah kukirim kawat masalah Namun berada ditumpukkan masalah lain Entahlah, aku ditolak Kata mereka ini puisi bukan skripsi Ah, nasibku enggan bercerai linu Berurat lagi di sini Hei ho, pendidik jawab berangku Percayakah kalian pada guru? MEMBADAI Pandang aku dengan hati Buang raut bakal gaduh Kini kita tengah diusung badai rindu Di wajahmu ada ombak Di wajahku ada gelombang Lihat kedepan, jangan berucap Genggam erat tanganku dengan jemarimu Tepi laut ini tempat kita bermuara Perahu kita punggung yang bersilangan Samuderanya tenggelam sudah di matamu Tiada lagi tompang yang tangguh Karang bakal rapuh Terkasih Aku penangis bila kita dijarak rindu Sementara badai diam-diam menjadi aku dan kamu *Pegiat seni di ukm teater imam bonjol Mahasiswa managemen dakwah


Di Balik Lensa Mata Najwa D

ewasa ini, bergam talk show bertemakan politik bermunculan, dengan cara dan kemasannya tersendiri. Hal ini membuat sedikit perubahan di dunia pertelevisian Indonesia. Se­ hingga talkshow politik sidah di­ minati oleh sebahagian besar kaum muda Indonesia. Salah satu­ nya talkshow Mata Najwa yang di­ sirkan setiap Rabu malam di Metro Tv. Berbagai topic mengelitik te­ lah disuguhkan talkshow yang sudah membius puluhan ribu masyarakat tanah air ini. Mata Najwa merupakan salah satu talkshow yang selau ditunggu oleh masyarakat zamrud khatulistiwa ini. Selain dengan isu politik ter­ baru, talkshow ini juga membahas kisah penuh motivasi dan inspira­ si yang menjadikan talkshow ini memiliki cirri khas tersendiri. Tak main­main, tim Mata Na­ jwa berusaha keras mendatangkan narasumber yang tidak sembaran­ gan. Mulai dari tokoh politik tingkat daerah hingga tokoh poli­ tik nasional sekelas presiden dan wakil presiden. Talkshow ini mampu memberikan siaran live dari berbagai department yang ada di negeri ini. Tak hanya live, se­ menjak 21 Desember 2012, tepat­ nya di Universitas Hasanuddin, Makassar, Mata Najwa On Stage dimulai. Tidak hanya Mahasiswa di Makassar, dibeberapa kota lain di Indonesia seperti, Bandung, Med­ an, Surabaya, Bogor, Malang, Solo, Yogya, Padang hingga Banda Aceh. Sangat antusias dalam menyambut acara Mata Najwa On Stage terse­ but. Hal ini membuktikan, ke­ masan politik yang dicetuskan tim Mata Najwa tidak monoton dan

sangat menarik. Salah satu pem­ bahasan yang paling menarik dan mendapatkan anugerah talkshow terbaik versi Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) 2014 adalah epi­ sode” Penebar Inspirasi”. Tayangan perdana tersebut berjudul “ Dunia Dalam Kotak Ajaib”. Yang memiliki pesan san­ gat luar biasa, kalau mau mengkritisi, berkacalah dari diri sendri. “Jangan nonton TV dengan kedua mata saja. Pakai juga mata akal dan mati hati anda. Itulah sebabnya ada Mata Najwa, cara beda menikmatti berita,” kata Na­ jwa Shihab kala itu. Setiap Minggu, talkshow poli­ tik selau memberikan pilihan yang sulit, mengangkat peristiwa terhangat atau yang memantik kontroversi. Sejak awal pendirian program ini, Najwa memberikan istilah, bukan debat yang noise, asal berisik, melainkan membawa voice, suara.” Sikap inilah yang selalu menjadi pegangan seluruh tim Mata Najwa. Dari hari ke hari episode Mata Najwa semakin digemari oleh pe­ nontonnya, berbagai judu telah di­ angkatkan ke layar kaca penonton setianya. Mulai dari Mafia Angka yang mendatangkan Wa Ode Nurhayati, Komandan Koboi den­ gan narasumber Tri Rismaharini, yang tersaji dalam Inspirasi Anak Negeri. Iniah salah satu momen paling menghibur dari episode” Belajar Dari Habibie” yang ditayangkan pada Rabu, 10 September 2014. On Stage berlanjut ke Padang pada 24 Oktober 2014, Najwa Shihab den­ gan episode “ Onde Mande Pare­ men”. Dalam tayangan kali ini, poitisi muda seperti Akbar Faisal, Fadli zon Meutya Hafid dan Budi­ man Sudjatmiko menjadi nara­

sumber yang memamcing seman­ gat perubahan kaum muda Mi­ nangkabau. Menuju ketujuh, pembahasan yang dibahas dalam Bab ini Epi­ sode Pecah di Solo, Apa kata Mega dan mendadak Capres, saat itu bagaimana Nana mengajukan ber­ bagai pertanyaan kepada si Raja dangdut Rhoma Irama, hingga bagaimana Nana membuly Farhat abbas yang katanya juga siap Nyapres. Pada akhirnya di per­ ayaan 5tahun Mata Najwa dengan episode “Merayakan Indonesia” yang sangat luar biasa meriahnya, bagaimana usaha dan kerja keras tim di uji dalam episode kali ini. Sebahagian besar politisi Indone­ sia hadir dalam HUT Mata Najwa yang ke­ 5 tersebut pada 22 No­ vember 2014. Mulai dari Presiden dan wakil Presiden nyang baru di lantik Jokowi dan Jusuf Kala, Mantan wakil presiden Boediono, para menteri hingga. Yang tak kalah mengejutkan dari kerja keras tim adalah, saat bagaimana santainya mantan wakil presiden dan wakil presiden terpiih berdiskusi lepas, kemudian bagaimana gaya khas­ nya Ahok yang menggantikan Nana mewawancarai Megawati Soekarno Putri. Kelebihan dari Mata Najwa Mantra Layar Kaca ini adalah, pem­ bahasanya yang lengkap dan ko­ mplit, membuat pembacanya ket­ agihan dan semakin penasaran dari halaman ke halaman lainnya. Ba­ hasa buku ini pun sesuai dengan lugas dan tegasnya bahasa nana di program unggulannya Mata Najwa. Tak hanya itu buku ini dilengkapi dengan dokumentasi dari setiap daerah di mana Mata Najwa

Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal Resensiator

: Mata Najwa Mantra Layar Kaca : Fenty Effendy : Media Indonesia Publishing : Pertama, April 2015 : 328 halaman : Rosi Elvionita

melakukan On Stage, sehingga mampu mengiangatkan kembali episode per episodenya Mata Na­ jwa. Tak hanya itu, dengan mem­ baca buku ini, pecinta Mata Najwa yang tidak sempat menyaksikan tayangan Mata Najwa di beberapa episode, bisa mengetahuinya, gaya bahasa di dalam buku ini pun seolah­oah membuat kita sedang menonton Livenya Mata Najwa. Namun sedikit masukan untuk

penulis, karena per episode yang dibahas didalam buku ini, tidak berurutan, kadang ada pembahasan yang di campur dengan pem­ bahasan episode lain. Sehinnga sesekali membuat pembaca sedi­ kit kebingungan. Satu hal lainnya yang membuat kebinguangan ad­ alah dengan adanya beberapa tu­ lisan yang terkesan lebih beropini tentang seorang narasumber yang pernah menjadi Tamu Najwa.

Pergolakan Hati Seorang Istri “Aku telah merampas sesuatu yang paling berharga dari hidupnya. Dan sangat wajar jika perempuan ini datang dengan segunung lahar api. Hm… Koreksi. Aku tidak merampas apa pun, aku hanya memaksanya berbagi.” Mei Rose. “Jika cinta bisa membuat seorang perempuan setia pada satu lelaki, kenapa cinta tidak bisa membuat lelaki bertahan dengan satu perempuan?” Arini. Mungkin, dongeng seorang perempuan harus mati, agar dongeng perempuan lain mendapatkan kehidupan.

M

Judul Buku Penulis Penerbit Cetakan ISBN Resensiator

: Surga yang Tak Dirindukan : Asma Nadia : AsmaNadia Publishing House : Juni 2015 978-602-9055-21-4 : Siti Sundari

encapai keharmonisan daam keluarga, sebuah impian terbesar bagi se­ orang perempuan. Bahagia bersa­ ma sang pangeran hati dan malaikat­malaikat kecil, bagaikan hidup di istana surga. Kebahagiaan itu telah Arini dapatkan dalam usianya yang masih muda. Arini sosok wanita yang selalu dimanja. Ia selalu membayangkan hidupn­ ya seperti kisah cinderella, yang bertemu pangeran dan bahagia hingga akhir hayat. Kisahnya pun dimulai saat Ari­ ni bertemu dengan seorang lelaki yang memikat hatinya, bernama Prasetya. Mimpinya pun menjadi kenyataan ketika sang pangeran impian, Pras datang untuk melama­ rnya. Bahkan bukan hanya lama­

ran, Pras langsung melaksanakan pernikahan dengan Arini hari itu juga. Betapa terkejutnya Arini kare­ na tanpa ia sadari ia telah dipersat­ ukan dalam akad pernikahan yang tidak ia ketahui sebelumnya. Tiga bulan pernikahan akhirn­ ya Arini hamil anak perta­ ma,kemudia disusul anak kedua dan ketiga yang cerdas dan begitu luar biasa. Kini, surga Arini terasa begitu sempurna,ketika ia punya pangeran yang selalu ada di samp­ ingnya dan malaikat malaikat cil­ ik Nadia, Adam dan si bungsu Pu­ tri yang selalu menguatkannya. Malangnya, dalam sekejap tan­ pa Arini sadari, surga Arini runtuh seperti kepingan kepingan kaca yang menusuk relung batinnya. Ada suara Nyonya Prasetya yang lain yang menggema penuh yakin di gagang teleponnya. Seketika hat­ inya luluh lantak. Begitu banyak tanya yang berlari saling berpaju dalam pikiranya,namun itu hanya akan menjadi tanya sebelum ia berani mengungkap Arini mencoba untuk mencari tah sendiri. Bukti yang men­ guatkan sang pangeran Pras telah membagi cintanya terungkap satu persatu. Istana Arini seakan se­ makin runtuh dalam ketakutan, takut akan cinta sang pangeran ter­ bang bersama hati yang lain. Terungkap sudah nama wanita yang merebut kebahagiaan Arini itu Mey Rose. Seorang gadis ketu­

runan cina yang perjalanan hidup­ nya sangat mengharukan. Ia ting­ gal bersama bibinya yang selalu menjadikannya babu. Ketika ia beranjak dewasa karena kesunggu­ hannya dalam bekerja akhirnya ia mampu menjajaki karir yang be­ gitu luar biasa. Namun, nasibnya sangat malang. Dua kali ia berke­ nalan dengan lelaki, kedua­duanya berhasil mencelakakan Mey den­ gan cara merebut kesuciannya dan meninggalkannya di hari pernika­ han. Mey Rose putus asa dan ingin bunuh diri. Di saat inilah Mey Rose dipertemukan denga Pras. Perte­ muan ini yang menyeret Pras dalam dilema yang merusak surg­ anya bersama Arini. Buku ini sangat menarik dan bagus dibaca untuk semua kala­ ngan,apalagi bagi generasi muda yang akan menjajaki biduk rumah tangga,buku dan kisah ini dapat dijadikan sebagai pedoman nantinya.Dengan tata bahasa yang begitu menarik dan mampu meng­ hipnotis para pembaca masuk kedalam cerita tersebut,namun alur cerita yang tidak sejalan mem­ buat pembaca harus fokus dalam membaca,disisi lain terlalu bany­ ak bagian yang tidak begitu ber­ kaitan dimasukkan dalam buku ini dan juga akhir cerita ini terbuka tanpa ada kejelasan yang membuat imajinasi pembaca sendiri yang menyimpulkanya.


SUARA KAMPUS TV di Dirgahayu 37 Tahun

Kebersamaan Keluarga Besar Suara Kampus dalam temu ramah dalam malam puncak perayaan HUT 37 tahun, Sabtu (05/12/2015)

M

enginjak usia ke 37 tahun, Suara Kampus kembangkan sayap kreat ifnya dengan menggagas Suara Ka­ mpus TV (SK TV). Penggagasan tersebut lahir dalam temu ramah Keluarga Besar Suara Kampus di malam puncak perayaan HUT 37 Tahun. SK TV memang menjadi agenda utama dalam malam itu. Yogi Eka Sahputra Pemimpin Umum Suara Kampus langsung memimpin disku­ si tersebut dalam prolognya Yogi mengata­ kan, SK TV lahir sebagai wadah selanjutnya bagi Suara Kampus untuk berkreativitas. "Ini tuntutan bagi kita untuk mengembang­ kan wadah kreativitas bagi Suara Kampus," kata Yogi. Dikatakan Yogi, SK TV merupakan pro­ gram kerja Suara Kampus tahun ini, selain diskusi malam ini Suara Kampus sudah memulia berbagai langkah dalam mewujud­ kan SK TV. "SK TV memang proker kepen­ gurusan tahun ini,"ujarnya. Sebelumnya, jelas Yogi Suara Kampus sudah lakukan beberapa penjajakan seper­ ti kunjungan ke media yang sudah memili­ ki produk tvnya dan melakukan diskusi ter­ kait perencanaanya. "Langkah awal kita dulu adalah perombakan portal berita Suarakampus.com, sebab portal hari ini belum menyediakan kanal dan space khusus untuk SK TV, maka kita perlu per­ ombakan," papar Yogi. Eka Putra Wirman rektor IAIN Imam Bonjol Padang yang hadir pada malam itu menyambut gagasan tersebut dengan baik, menurutnya jika SK TV tersebut bisa di Launching tahun depan acara tersebut bisa menjadi salah satu rangkaian dari ulang tahun emas IAIN Imam Bonjol Padang ke 50 Tahun di 2016. "Lauching Suara Kam­ pus TV akan kita agendakan dalam rang­ kaain ulang tahun emas IAIN Imam Bonjol ke 50 tahun,” kata Eka. Shofwan Karim salah satu pendiri Suara Kampus mengatakan, mengenai dana kita tidak perlu dicemaskan sebab Suara Kam­ pus memilki beberapa pendiri serta alum­ ni yang telah berkiprah di masyarakat, den­ gan adanya itu kita harus bisa mengajak seluruhnya untuk berpartisipasi untuk menyukseskan SK TV ini. "Hal yang ter­ penting, kepengurusan harus komitmen SK TV ini mampu secepatnya terwujud dan kalau bisa Januari 2016 nanti sudah ada kejelasannya bagaimana konsep untuk mengorbitkan Suara Kampus TV ,"papar Mantan Rektor UMSB itu.. Di tempat yang sama Adri El Faruqi mantan Pemimpin Umum Suara Kampus 2009 menyampaikan bahwa yang terpent­ ing dari pendanaan itu adalah konsep dari SKTV, sebab itu yang akan menetukan pros­ es kreativitas dan berkarya. “Jangan sam­ pai gara­gara uang daya berkreativitas atau berkarya berkurang,” imbau wartawan Tempo tersebut.

Dikusi Panel 49 tahun IAIN untuk Ranah Minang. Menyambut 49 tahun IAIN Imam Bon­ jol Padang, Suara Kampus mengadakan dis­ kusi panel terkait peran yang sudah diam­ bil oleh IAIN Imam Bonjol untuk ranah Mi­ nang. Tentu dalam perjalanan usia tersebut banyak hal yang sudah diberikan kepada Sumatera Barat, namun sudah keberadaan IAIN selama ini berefek positif dalam nilai­ nilai kebudayaan. Dalam diskusi tersebut Suara Kampus mendatangkan Mak Katik sebagai tokoh kebudayaan di Suamtera Barat, selain itu turut hadir biro provinsi mewakili Moenek Pelaksana Tugas Gubernur Sumbar dan ha­ dir Emma Yohanna perwakilan alumni IAIN serta Ikhwan Matondang Wakil Rektor I mewakili rektor yang berhalang hadir. Mak Katik menilai, peran dan perubah­ an akan terasa saat perubahan itu lahir dari dalam, jika IAIN Imam Bonjol belum melakukan perubahan jangan kira peruba­ han tersebut akan diberikan ke ranah mi­ nag. “Seperti yang kita ketahui bahwa yang mengubah nasib itu diri kita sendiri, maka yang bisa mengubah IAIN jelas IAIN sendi­ ri,” kata Mak Katik. Emma Yohanna melihat prospek dari kemajuan IAIN sendiri belum terasa hal itu akan berimbas terhadap peran yang akan diberikan ke ranah Minang. “Dulu saya sudah kritik beberapa hal yang sangat vital di kampus saya ini, tapi hal itu belum juga terrealisasi,” papar anggota Dewan Perwak­ ilan Daerah pusat ini. Goal dari diskusi tersebut adalah mengkoreksi lagi keberadaan IAIN selama 49 tahun ini Seminar Dewan Pers Keberadaan jurnalisme warga semakin menjadi gaya hidup bagi publik hari ini, berbagai karya jurnalisme warga sudah ter­ siar dibeberapa program di pertelevisian. Kendati itu, hal tersebut tak bisa dipadang sebelah mata sebab, pers profesional pun dikawal dengan aturan dan kode etik. Dalam seminar ini, Suara Kampus meng­ gandeng Dewan Pers sebagai pembicara, Nezar Patria hadir memberikan materi yang terkaitjurnalisme warga. Nezar Patria menuturkan, jurnalisme warga termasuk ke dalam jurnalisme amat­ ir, yang ada sebatas hobi. Penyampaian dan penyebaran informasi harus tetap diper­ hatikan. “Jurnalisme ini biasa disebut jur­ nalisme sukarela,” ujarnya. Seseorang jurnalisme sebagai profesi­ nya, kata Nezar tidak bisa lagi disebut se­ bagai jurnalisme warga, melainkan sudah disebut sebagai jurnalisme profesional. Ju­ rnalisme profesional tidak lagi sekadar menyampaikan informasi, tetapi bertang­ gung jawab terhadap profesionalitasnya. Ulvia Rahmi

Diskusi panel 49 tahun IAIN Imam Bonjol di Auditorium Prof. Mahmud Yunus, Sabtu (28/11/2015)

Foto bersama usai berbagi cerita dengan salah satu pendiri Suara Kampus, Minggu (29/11/2015)

Seminar Nasional bersama Dewan Persdan info Sumbar, Sabtu (05/12/2015)




Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.