Edisi 135

Page 1


EDITORIAL

SALAM REDAKSI

Kasatrasa foto: Taufiq Siddiq/suarakampus

Awas, Gelar Palsu

I

jazah palsu memang berbahaya kare na gelar diberikan dengan asal. Asal ada uang gelar bisa diraih. Sungguh ini kriminalisasi terhadap dunia pendidikan, terkhusus perguruan tinggi. Tindakan ini mencoreng tri dharma perguruan tinggi yang harus diaduk berbarengan dengan proses akademik dan intelektual untuk mendapatkan ijazah. Namun, beberapa oknum tak menyadari akan penting proses tersebut. Di balik berbahayanya ijazah palsu, ada hal yang lebih bahaya dari sebatas kertas pengabsah gelar tersebut, yaitu gelar palsu. Ijazah palsu mudah diidentifikasi. Cukup melacak izin dari instansi penerbitnya. Jika dikeluarkan oleh kampus tak berizin maka itu palsu. Sedangkan gelar palsu adalah sarjana yang diwisuda oleh perguruan tinggi yang berizin atau tidak berizin, yang kurang matang dalam keilmuannya. Siapa yang tahu gelar yang disandang sudah tepat dari segi tuannya gelar atau waktunya. Gelar ibarat sebuah pisau, benar dalam sebuah ungkapan bahwa pisau itu tidak membunuh, meski tajam ataupun tumpul pisau tidak akan bisa membunuh, namun tuannya, baik pisau maja atau tajam pun jika tuannya tidak bisa dalam memahami pisau, maka pisau tersebut bisa saja membunuh. Meski pisau tumpul jika dipegang oleh tuan yang paham dengan pisau, hal itu akan bernilai, beda hal dengan orang yang yang tidak paham dengan pisau, setajam apapun pisau ia tidak bisa membuat pisau itu bernilai. Gelar seperti itu juga, bagaimana tuan memahami gelarnya dilihat bagaimana ia memberikan nilai pada gelarnya. Gelar yang tidak bisa dipahami tuannya seperti pisau tajam yang dipegang oleh bayi, jika lengah pisau mampu membunuh bayi itu sendiri Pengangguran adalah klu yang kongkrit, betapa bahayanya gelar palsu, para sarajana lulus tanpa ada proses yang komplit dari akademik bahkan intelektual sulit memberikan nilai terhadap gelarnya dengan mencari pekerjaan. Jika menanggulangi ijazah palsu dengan mengidentifikasi izin perguruan tinggi, maka gelar palsu diidentifikasi dengan proses dalam perguruan tinggi. Kampus tanpa proses akademik dan intelektual yang sinerji dengan Tri Dharma Perguruan tinggi akan menghasilkan sarjana yang sewaktuwaktu akan dibunuh oleh gelarnya sendiri. []

Ciloteh +Ijazah yang Tumpul. -Pangasahnyo lah bakarek, ba a ndak ka tumpul... +Pilrek Kusut Hingga Ujung - Managakkan banang basah kaleee + IAIN Kembali ke Bank Nagari - Trus, bank sabalah bapo caro eeee

Simak Diskusi bersama Fachrul Rasyid, di Redaksi Suara Kampus, Jumat (29/05)

B

ila kasatmata adalah segala sesuatu yang tampak oleh mata, maka kasa trasa adalah hal yang bisa dirasakan, perumpamaan ini muncul saat diskusi kru Suara Kampus bersama salah satu pendiri Suara Kampus Fachrul Rasyid akhir Mei lalu. Berawal dari realita wanita dalam menutup aurat, pasalnya banyak wanita yang tidak menutup aurat dengan benar, karena masih kasatmata bagaimana bentuk auratnya, gurau Fachrul Rasyid gaya seperti itu lebih

CERMINIA

B

ulunya bagus dan halus. Warnanya hi tam mengkilat. Penampilan fisik Mu rai Batu memang tak diragukan. Bak primadona, ia menyita ruang mata yang menyaksikan kewibawaannya. Serta merta mulut mendecak kagum ketika melihatnya. Murai Batu paling suka bertengger dari satu dahan ke dahan yang lain. Ia juga sangat gemar berkicau. Tanpa jemu-jemu. Di mana bertengger, di sana ia sibuk berkicau. Ini pula yang membuatnya sangat mudah dikenal dan terkenal di lingkungan tempat tinggalnya. Begitulah Murai Batu mengisi hariharinya. Murai Batu sangat terobsesi untuk mendapatkan pujian dan kedudukan di antara yang lain. Untuk mendapatkan kedudukan tersebut, biasanya Murai Batu menyediakan waktu khusus untuk bisa mengitari hutan. Siapa saja yang ia jumpai di hutan tersebut, ia manjakan dengan kicauan yang dimilikinya, menjanjikan kemakmuran dan kebaikan untuk hutan. Ia ingin siapapun mendengarkan kemerduan kicauannya. Maka, siapapun yang mendengarkan, sekilas akan langsung terperangkap dengan kicauan yang diutarakan Murai Batu. Murai Batu pun sibuk menyetel kicauannya, untuk menarik simpati dan memikat siapapun yang berada di sekitarnya. Usahanya ini kerap kali berbuah manis. Apalagi kalau yang mendengarkan kicauannya itu tidak jeli dan mudah terpengaruh. Maka dengan mudah, kedudukan akan diperoleh oleh Murai Batu. Murai Batu saat mendapat kedudukan, ia pandai benar memperlihatkan rasa terima kasihnya, caranya tidak lain tidak bukan melalui kicauannya. Siapapun yang

menutup urat dari pada aurat, meski kasatmata tapi kasatrasa, memang tidak terlihat tapi rasanya terlihat. Artinya, sesuatu yang dilakukan tanpa melihat nilai dan subtansinya itu hanya omong kosong, ibarat aurat wanita ditutup iya, tapi terlihat masih tampak karena nilai dan subtansi dari menutup aurat itu tidak ada. Hari ini kian banyak hal yang tidak kasatrasa, berbagai sebab menjadi dalih untuk melakukan hal melampui rasa, moral

Murai Batu

Bustin Redaktur Pelaksana tidak kritis, akan berpikir betapa beruntungnya mereka dipimpin oleh Murai Batu. Karena dari kicauan itu Murai Batu selalu terkesan pintar, kepeduliannya tinggi dan memiliki banyaknya ide. Kicauan telah menjadi kebanggaan Murai Batu bila berhadapan dengan yang lain. Di awal jabatannya, Murai Batu akan gencar berkicau di hadapan siapapun. Dalam kicauan itu, Murai Batu selalu menjanjikan akan melakukan ini, akan memperbaiki itu, akan memberikan ini dan akan mengganti itu. Ia berjanji akan memperbaiki beberapa pohon yang roboh dan menutupi sungai tempat minum. Karena sibuk berkicau, Murai Batu tidak sempat memikirkan kesanggupan yang dimilikinya. Ia tidak menyadari bahwa kemampuannya tidak setara dengan kicauannya. Hari pertama, kedua dan ketiga mungkin belum ada yang menyadari. Murai Batu masih saja dipuji dan dipuja dengan janji-janjinya. Tapi, lama-kelamaan watak asli Murai Batu terungkap juga. Janjinya untuk segera memperbaiki pohon yang baru saja roboh, tak kunjung menampakkan perubahan. Padahal pohon itu sudah sekian lama menu-

misalnya dari pendidikan dengan memalsukan ijazah hingga kekuasan mengalahkan rasa kekeluargaan, rasa dibabat habis oleh kepentingan-kepentingan yang fanaisme, hingga hal yang foadamental dimunafikan dengan meleburnya rasa tanpa ada nilai. Tak lupa, selamat menikmati pembaca setia Suara Kampus, Edisi kali ini kru harus berjibaku dengan iklim akademik yang membadai dengan jadwal perkuliahan yang kejar tayang, demi mengelakkan proses akademik yang berlangsung di bulan Ramadan. Tentu terima kasih kepada seluruh kru yang rela berjibaku untuk memberikan sajian terbaik untuk seluruh pembaca. Edisi 135 ini di rubrik Suara Utama, Suara Kampus mengulas tentang ijazah palsu karena tidak berizin, lalu ijazah IAIN Imam Bonjol yang berizin tapi disangka palsu sebab tidak terdaftar di Pangkalan Data Perguruan Tinggi, hingga salah satu alumni IAIN Imam Bonjol gagal dalam mendapatkan pekerjaan. Sedangkan di rubrik Suara Khusus kru menyorot carut marut Pemilihan Rektor yang kusut dengan polemiknya. Di rubrik Wawancara Khusus, kami berkesempatan mampir ke kediaman Walikota Padang, terkait strategi Pemerintahan Kota dalam menyambut bulan Ramadan. Selanjutnya Marhaban ya Ramadan, kepada semua pembaca tabloid Suara Kampus, dari seluruh jajaran Suara Kampus mohon maaf lahir dan batin atas kesalahan kami sebagai space information, semoga kita menjadi jiwa yang akan di sucikan oleh bulan ibu segala bulan tahun ini.

tupi sungai yang menjadi sumber minum utama di lingkungannya. Janjinya akan memberikan pelayanan yang baik untuk rakyatnya, hanya berjalan dua hari saja, setelah itu tidak lagi. Wajar memang semua itu terjadi. Karena dari awal, Murai Batu hanya bisa mengandalkan kicauannya. Kekerdilan jiwa Murai Batu mulai terlihat ketika ia tak sanggup berurusan dengan jenis burung lain seperti Murai Nias. Sebab, Murai Batu memiliki tekanan mental bila berjumpa dengan jenis burung lain. Murai Batu akan langsung ciut dan lebih memilih diam. Kalau pun mendesak dibutuhkan, Murai Batu akan mencari pendamping agar bisa memberikan tiruan kicauan yang dibutuhkannya. Ketika di bawa ke luar daerah kekuasaannya, Murai Batu sangat sulit beradaptasi. Karena hanya di daerah kekuasaannya saja ia berani berkicau. Bila di bawa ke luar daerahnya, Murai Batu butuh beberapa waktu untuk sekadar mengatur apa saja yang akan dijadikan bahan kicauan, agar hewan lain terhanyut mendengarnya. Dari sini ketahuanlah bahwa Murai Batu sebenarnya bukanlah jenis burung yang mandiri. Murai Batu yang mengandalkan penampilan, selalu ingin dimanja. Murai Batu sebenarnya sulit untuk mengurus, tetapi masih perlu untuk diurus. Walaupun demikian, Murai Batu paling tidak suka direndahkan. Murai Batu juga tidak suka dengan perubahan. Lebih nyaman dengan lingkungan dan kondisi yang sama. Sayang memang jika ada hutan yang memiliki banyak potensi, tetapi selalu jatuh ke tangan Murai Batu, yang banyak omong tapi kosong.

Pemimpin Umum : Yogi Eka Sahputra. Sekretaris Umum : Elvi Safri Dinyyati Rahmatika. Bendahara Umum : Rosi Elvionita. Pemimpin Redaksi : Taufiq Siddiq. Pemimpin Perusahaan : Jeki Pernandos. Pemimpin SDM : Hervina Harbi. Redaktur Pelaksana : Bustin, Eka Putri Oktaridha Ilahi. Redaktur : Aidil Ridwan Daulay, Kanadi Warman, Yandri Novita Sari, Syofli Apri Yanil. Koordinator Liputan : Veni Andriyani. Bidang Perwajahan & Desain Grafis : Mukhtar Syafi’i, Jamal Mirdat. Manager Usaha & EO : Zul Anggara. Manager Iklan & Sirkulasi : Delli Ridha Hayati, Amaliyatul Hamrah. Manager ADM & Umum : Nofri Migo. Pelindung: Kepala Litbang : Rahmadi. PgS. Rektor IAIN Imam Bonjol Padang Prof. Dr. H. Asasriwarni, MH Wartawan : Friyosmen, Rahmi Yati, Sherly Fitri Yanti, Rahmi Jumita, Risya Wardani, Silvia Wulandari, Titi Rahma Sari, Axvel Gion Penanggung Jawab: Revo, Destiwi Zurima, Neneng Isnaniyah (Mg), Lisa Fauzia (Mg), Khairuddin (Mg), Muhammad Iqbal (Mg), Meilia Utami (Mg), Wakil Rektor III IAIN Imam Bonjol Padang Audia Meliza (Mg). Prof. Dr. H. Asasriwarni, MH Percetakan : PT GENTA SINGGALANG PRESS (Isi di luar tanggung jawab pencetak) Kepala Biro AUAK Drs. Dasrizal, MA Pembina: Sutan Zaili Asril, Yulizal Yunus Sheiful Yazan, Emma Yohana, Abdullah Khusairi, Muhammad Nasir, Andri El Faruqi Dewan Redaksi: Arjuna Nusantara, Zulfikar Efendi, Ahmad Bil Wahid, Ridho Permana, Dosfrianto Twitter: @suara_kampus | Email: lpmsuarakampus@gmail.com | redaksi@gmail.com | Fanpage : Suarakampus.com

SUARA KAMPUS.com


KOLOM

SUARA PEMBACA

Palsu Tapi Asli atau Asli Tapi Palsu

Re-eksistensi Agent of Change

Wacana Hukum atau Wacana Pendidikan?

Oleh Elvi Safri Dinyyati Rahmatika Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam Prosesi pemilihan calon rektor untuk menentukan pemimpin empat tahun ke depan telah usai, namun belum juga menemukan titik terang terkait legalitas terhadap rektor itu sendiri. Dalam situasi kemelut itu, justru kita tak melihat puncak hidung mahasiswa yang katanya sebagai agent of change (pembawa perubahan). Bahkan induk mahasiswa atau posisi tertinggi di jajaran kemahasiswaan Dewan Mahasiswa (Dema) tidak jelas. Setelah tiga kali Musyawarah Senat Mahasiswa Institut (Musmi) dilaksanakan tak menemukan hasil. Wacana mahasiswa selalu menarik perhatian sejatinya dianggap sebagai kaum akademis selalu berpikir ilmiah, kritis, objektif dan berpihak pada kebenaran yang diperlukan implementasi nyata. Terkadang kita dibingungkan oleh kata agent of change yang dilegalitaskan kepada mahasiswa. Kenyataan yang kita hadapi saat ini malah sebaliknya pembawa perubahan tersebut tak tampak di ufuk Timur melainkan hanya tenggelam di ufuk Barat. Beberapa alibi pun dibuat untuk menutupi kelemahan mahasiswa jika adu argumentasi sebagai “agent of change”. Pergerakan mahasiswa sangat menentukan masa depan bangsa. Sementara kegagalan masa depan akan terlihat jelas ketika generasi bangsa ini dipertanyakan perannya. Keberadaan mahasiswa saat ini kian memudur dari legalitasnya karena disibukkan dengan tumpukan-tumpukan tugas akademis. Tampak jelas terlihat pada pemilihan rektor dan DEMA yang sumbangsih dari orientasi mahasiswa itu sendiri kian membisu menerima apa yang ditetapkan. Jika waktu diputar kembali melihat keberadaan gerakan revolusi mahasiswa tahun 1998 misalnya mampu menggeserkan dan mengubah arah kepemimpinan bangsa. Menjadi sebuah hasrat yang terbuhul dalam benak ditunggu akan kehadiran masa itu terulang kembali. Jika ditanya dimana eksistensi mahasiswa saat ini? Apakah hanya memilih apatis daripada menjadi aktivis yang banyak memiliki waktu dan perhatian untuk menyikapi suatu permasalahan. Atau dikarenakan “mumet” dengan kondisi politik negeri kita yang tidak ada lagi kepercayaan pada pelaku politik melakukan perubahan yang lebih matang. Sehingga tradisi intelektual bahkan sikap kritis yang seharusnya ada dalam lingkungan kampus semakin hari kian menipis. Jika hal tersebut menjadi tolak ukur mahasiswa bersikap acuh terhadap persoalan yang melintang di tengah-tengah kehidupannya. Dimana keberadaan idealisme mahasiswa tersebut singgah dan Tri Dharma Perguruan Tinggi? Apakah keberadaan mahasiswa masih ada realita dalam perannya? Keberadaan mahasiswa hari ini harus kembali disadarkan betapa penting peran dan fungsinya. Sebagai perubahan dan kontrol sosial bahwa mahasiswa memiliki kemampuan dalam berpikir, tanggap dalam berbagai kondisi dan cerdas. Juga mampu memberikan perubahan secara signifikan dan memberikan kontribusi pada lingkungan kampusnya sendiri. Keberadaan mahasiswa menjadi kekuatan yang selalu dipertimbangkan oleh berbagai kelompok kepentingan terutama pengambil kebijakan. Disamping itu ada dua bentuk sumber daya yang dimiliki mahasiswa dan dijadikan energi pendorong gerakan. Sikap apatis ternyata bukan hanya faktor fasilitas kampus. Internal diri mahasiswa ternyata berpengaruh besar dalam orientasinya kuliah. Selain itu sikap ketidakpedulian menjadi faktor utama melihat kondisi mereka. Bagi sebagian mahasiswa nongkrong di mall lebih asyik dibanding diskusi memikirkan kondisi di lingkungannya. Ketika saluran kepekaan terhadap mahasiswa sudah dibuka, mereka masih berdiam dalam zona nyamannya. Akhirnya pergerakan zaman yang akan menggerus mereka dalam perubahan pasca dunia kampus. Mereka akan kebingungan dan terkejut dengan realitas masyarakat yang ada. Maka perlulah memulai proses transformasi arah pergerakan intelektual. Hanya perlu didekatkan dengan mahasiswa sebagai calon inisiator perubahan. Bahkan pencitraan yang dibangun pun, seorang aktivis pergerakan bukan saja mereka yang turun ke jalan. Tapi mahasiswa yang juga aktif di organisasi, akademisnya baik serta berprestasi. Karakter mahasiswa seperti inilah yang nantinya akan bisa menjawab tantangan global. Menjawab solusi dari permasalahan masyarakat. Konsep mahasiswa seperti itulah yang diharapkan lahir dari transformasi arah pergerakan mahasiswa.

Pasan Punya unek-unek, komentar terhadap keadaan kampus, kirim kegelisahan tersebut ke Pasan Suara Kampus, SMS ke 085278398655, sertakan nama dan fakultas, 08779189XXXX Kurang.a fasilitas kampus wc, papan tlis, infocus, kipas angin, listrik, kurang.a pnjagaan n keamanan kampus.. 08238579XXXX Assalamualaikum pak, gmana kampus ktaini? Listriknya kok mati2 trus pak..tlong listriknya jangan sampai mti lgi.. kasian kmi kpnsan klw kuliahnya siang hari,..lngkpi fasilitas kmi pak..percuma klw jdi uin tpi nggak sperti universitas

A

khir-akhir ini, “palsu tapi asli atau asl i tapi palsu” menjadi wacana hangat di setiap kalangan seantereo negeri ini, mulai dari kalangan pengambil kebijakan, akademisi, politikus, penjaja jasa, sampai kepada para peminta-minta. Bahkan, nuansa media massa dalam kurun terakhir ini lebih dipadati oleh berita atau obrolan terkait dengan “palsu, memalsukan, dan pemalsuan”. Secara leksikal, ketiga kata tersebut memiliki konotasi makna yang negatif. Makna tersebut dapat diketahui dengan merujuk kepada KBB I(2014). Kata palsu merupakan jenis kata sifat yang memiliki makna “1 tidak tulen; tidak sah; lancung (tt ijazah, surat keterangan, uang, dsb); 2 tiruan (tt gigi, kunci, dsb); 3 gadungan (tt polisi, tentara, wartawan, dsb); 4 curang; tidak jujur (tt permainan dsb); 5 sumbang (tt suara dsb).” Kata memalsukan merupakan jenis kata kerja yang bermakna “membuat sesuatu yg palsu; melancungkan: ~ ijazah; ~ tanda tangan; ~ uang, sedangkan kata pemalsuan adalah jenis kata noun memiliki makna pemalsuan/pe·mal·su·an/ n proses, cara, perbuatan memalsu;~ ijazah upaya atau tindakan memalsukan ijazah dng meniru bentuk aslinya...” Uraian ketiga makna di atas, pada asasnya menggiring pemahaman kepada jenis bentuk dan upaya sadar dari pelakunya untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan niat dan kebutuhan tanpa memperhatikan etika dan prosedur yang berlaku dalam meraih atau memperolehnya. Bentuk dan upaya yang demikian tercermin melalui wacana yang akhir-akhir ini marak ditelusuri, diperbincangkan, dan dipublikasikan, terutama terkait dengan ijazah palsu. J ik a di ru n u t pe r i s ti w a yang terjadi pada masa lampau, sebenarnya persoalan ijazah palsu bukanlah merupakan isu yang terkini, mengingat kasuskasus itu juga sudah sering terungkap pada masa-masa sebelu mnya , seperti dalam proses pencalonan wakil-wakil rakyat. Namun, yang terjadi pada masa lampau lebih ditilik sebagai kasus individual atau orang yang bersangkutan. Berbeda dengan apa yang terjadi pada masa dulu, kini ijazah palsu lebih dipandang sebagai kasus kejahatan yang terorganisir dan berdampak secara sistemik, terutama dalam konteks dunia

Hetti Waluati Triana Dosen Fakultas Adab dan Humaniora

akademik. Bahkan, dalam beberapa kali pemberitaan dan diskusi disebutkan bahwa kasus ijazah palsu mencoreng wajah pendidikan tinggi Indonesia. Bagaimana tidak, karena kasus tersebut sudah seperti dunia orbit yang telah menggelinding dan menyeret banyak pihak—mulai dari instansi resmi sampai kepada oknumoknum yang bermain, baik pihak yang memberikan jasa layanan ijazah palsu, pihak yang membutuhkan ijazah palsu, maupun pihak yang menerima orang yang berijazah palsu. Maksudnya, kasus ijazah palsu tidak dapat disamakan dengan kasus pemalsuan lainnya (seperti uang palsu dan emas palsu) karena kasus ijazah palsu sudah berputar mengikut orbitnya dan berdampak luas bagi dunia kehidupan hari ini. Dapat dibayangkan, jika ijazah palsu itu dipakai untuk melamar menjadi guru dan dosen. Jadilah guru palsu atau dosen palsu. Jika pelaku pembelajarannya palsu, bagaimana dengan output-nya? Bagaimana mungkin lembaga pendidikan dapat menumbuhkembangkan pendidikan yang berkarakter jika yang mendesain dan yang membentuknya tidak berkarakter atau berkarakter menyimpang? Bagaimana kualitas pendidikan tidak akan tergadai? Bagaimana bisa orang-orang yang tidak lurus jalannya menempati posisi sebagai pendidik, politikus, wakil rakyat, atau jabatan fungsional dan struktural lainnya? Bagaimana mungkin orang percaya diri sebagai sarjana, jika diri sendiri saja masih be-

08789592XXXX Fasilitas di IAIN masih kurang, cth listrik hdup mati hdup,,,hdupx 10 menit, matinya 2 jam!! Pelayanan di akademik msh sngat mngecewakan, sa’at kta ada perlu atw bth bntuan ntu ga trlalu dihiraukan,, 08238745XXXX Pak, pembangunan rektorat kok kayak bayar cicilan kredit motor ya, pke angsuran sgala. Trus Mhon perhatianya pak thdp gsg, biar kmi yg ngadain acara/sminar bsa nyaman, dang k perlu sewa tempat diluar0831813188xxUnek2 d kampus salah satux tolong adakan sp (semester pendek), mobil kampus, fasilitas kampus, t4 parkiran, kamar mandi, wc msjid kampus, kurang adanya wifi, kmudian mndaftar ulang utk urg yg tggal jauah. 0853750657xx- assalamualaikum wr.wb. yang saya rasakan selama kuliah di IAIN ini.. saya merasa bnyaknya hal2 yang harus di perbaiki di kampus kita in... pertama, dg sistem

lum punya bekal? Sungguh naif, namun itulah kenyataan di negeri ini. Sebagai anekdot, di sini dikutip cerita dari Menristek Dikti, M. Nasir usai meninjau pelaksanaan SBMPTN di kampus UI pada hari Selasa (9/6/2015). Mantan Rektor Universitas Diponegoro (Undip) itu mengungkapkan salah satu kasus ijazah palsu dari pejabat yang menyandang gelar S.Sos atau Sarjana Sosial berikut: “Ditanya media saat itu, ‘Lho, Bapak itu S-1 ya?’ Pejabat ini menjawab, ‘Bukan. Saya bukan S-1. Saya adalah S.Sos.’ Dia malah enggak tahu. Lalu ditanya lagi, ‘Lho, Bapak itu pakai ijazah palsu ya?’ Anggota dewan itu menjawab lagi, ‘Saya bukan membeli palsu. Saya belinya yang asli.” Kasus di atas menggambarkan betapa “oonnya” seorang yang berijazah palsu. Bagaimana bisa terpilih menjadi wakil rakyat? Akan tetapi, itulah faktanya dan _kasus ini semakin marak terungkap, seperti di Medan, Aceh dan di Indonesia bagian Timur. Sehubungan dengan itu, kasus ijazah palsu jangan hanya disel idiki sebatas kepentingan mengetahui unsur pelanggaran dan siapa yang akan dikenakan sanksi pidana, melainkan juga perlu ditindaklanjuti guna mencegah menularnya virus ini ke generasi berikutnya. Justru itu, perlu upaya yang serius dari pihak yang berkompeten untuk bisa menindaklanjuti kasus tersebut dengan tepat, sehingga diharapkan dapat diungkap modus, transaksi, dan para oknum pemalsuan ijazah tersebut. Selain itu, juga diperlukan partisipasi dari semua pihak, termasuk keluarga sebagai madrasah pertama yang harus menumbuhkembangkan pendidikan berkarakter pada setiap anak. Oleh karena itu, kasus ijazah palsu bukan semata-mata kasus kejahatan dan hukum, tetapi juga cermin dari keruntuhan moral dan kerendahan maruah diri. Hal berarti bahwa kasus ijazah palsu tidak hanya berhenti di ranah hukum atau pengadilan, tetapi juga harus ditindaklanjuti di ranah pendidikan, baik formal, nonformal, maupun informal sehingga setiap warga negara di negeri ini memiliki kesadaran bahwa pendidikan adalah yang utama dan ijazah bukan segalanya, apalagi jika diperoleh dengan cara-cara yang menyimpang.

yang saya rasa masih perlu untuk diperbaiki.. kdua, saya merasa masih ada di kampus kita yang belum profesional dalam mengajar.. dan fasilitas 2 kampus yg harus di perhatikan... mungkin hanya itu unek2 yg bisa saya sampaikan.. 0857662541xxMsh bxyk yg perlu diperbaiki, yg plg mencolok adalah mslh busana, msh bxy d antara mahasiswa, dosen, pegawai maupun BHL yg tdk mencrminkan pkaian keislaman, wallahuta’ala a’la wa a’alam 0853723596xxKampus iain tu bagus.. tapi fasilitasnya kurang lengkap.. tapi ilmu agamanya banyak loch.. 08527231xxxx Kepada bpak Pgs rektor, kapan sebenarnya rektor baru kita putuskan, sasya ingin sekali melihat bapak baru di kampus ini.


Peredaran Ijazah Palsu

Pendidikan Tanpa “Ruh” Kejujuran Ilustrasi/Taufiq Siddiq

Ijazah palsu, kasus lama ini kembali mencoreng dunia pendidikan Indonesia. Obsesi gelar dan motif uang menjadi hal fundamental dari pemalsuan surat pengabsah gelar. Tidak satu dua Perguruan Tinggi yang diciduk sebagai institusi asal dalam menerbitkan ijazah, dan tidak satu ataupun dua pajabat negara terjaring dalam pemburu gelar ini.

K

asus kembali mencuat dari sidak Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Republik Indonesia ke University of Berkley Michigan America, Jakarta, dan STIE Adhy Niaga, Bekasi. Dari sidak itu, beberapa kampus tidak bisa menunjukan proses akademik yang diikuti oleh mahasiwanya. Menurut pakar pendidikan Z. Mawardi Efendi mantan rektor Universitas Negeri Padang melihat kasus lama ini bukti pemerintah masih lemah dalam melakukan pengawasan. “Ini kan bukan kasus baru, jika hal ini kembali terjadi itu karena pengawasaan kita masih lemah, terkhusus pada perguruan tinggi,” ujar Mawardi Rabu (03/ 05). Mawardi menilai, hal tersebut berawal dari pemerintah juga, dengan memberikan izin yang mudah dalam mendirikan sebuah perguruan tinggi, menurutnya Indonesia memiliki 4.000 lebih perguruan tinggi negeri dan swasta, hal ini yang dinilai Mawardi menjadi celah dari lemahnya pengawasan pemerintah hingga kasus yang lama ini kembali terjadi. “Jumlah perguruan tinggi di Indonesia terlalu banyak, wajar jika pengawasan masih lemah,” paparnya. Dilansir dari Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDPT) tercatat 363 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dengan 70 Universitas, 30 Institut, 77 Sekolah Tinggi, 96 Politeknik, 87 Akademik dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) 3.919. Terdiri dari 440 Universitas, 94 Institut, 2.243 Sekolah Tinggi, 1.010 Akademik dan 132 Polteknik. Maka tertanggal 10 Juni 2015 Indonesia memiliki 4.282 Perguruan Tinggi. Mawardi berpendapat, pemerintah perlu melihat kembali kelayakan perguruan tinggi. Cukup mengacu pada Undang Undang Perguruan Tinggi, pandang Mawardi, perguruan tinggi yang tidak memenuhi standar tersebut tutup saja. “Kampus yang tidak memenuhi standar dalam undang-undang tutup saja,” katanya. Mawardi mengatakan, cukup mengacu pada standar umum, seperti bobot perkuliahan, persentasi dosen mahasiswa serta fasilitas perguruan tinggi, jika pemerintah tinjau hal tersebut dengan standar UU Perguruan Tinggi akan banyak kita temui perguruan tinggi yang belum terstandar. Tapi, hari ini PTS ada yang bagus, malahan lebih dari PTN yang ada. Mawardi berharap, Dikti meningkatkan pantauannya terhadap perguruan tinggi yang ada, meski bersangkutan dengan Hak Azazi Manusia, menurut Mawardi jika tidak memenuhi standar Perguruan Tinggi harus ditutup. “Kan sekarang semua didalihkan dengan HAM, jika kampusnya ditutup lalu mahasiswanya bagaimana, ditambah pendirian kampus guna mencerdaskan kehidupan bangsa,” katanya.

Prof. Ganefri Kepala Kopertis Wil. X Selain itu, tambah Mawardi, mudahnya izin untuk membuka perguruan tinggi berdampak pada banyaknya perguruan tinggi di Indonesia, berimbas pada kontrol pemerintah yang lemah. “Izin mendirikan perguruan tinggi begitu mudah,” ujarnya. Dikatakan Mawardi, banyak kampus-kampus yang bisa mengeluarkan ijazah tanpa harus mengikuti proses akademik. “Banyak itu, kampus yang tanpa kuliah tapi dapat ijazah, dulu sempat muncul anekdot di Jawa setiap pemberhentian kereta itu ada kampus,” tambahnya. Menurut Mawardi, sangat dibutuhkan sekali pemantauan oleh Dikti, khusus pada proses akademiknya. “Baik kampus memang ada izin, atau bahkan yang tidak ada izin,” jelas Mawardi Mawardi mendukung dengan penerapan Pangkal Data Perguruan Tinggi (PDPT) oleh Dikti, ia menilai PDPT akan menjadi acuan dalam menyeleksi apakah ijazah ini terdaftar, jika tidak terdaftar maka bisa dikatakan ijazah itu palsu. “Ini akan menjadi alat kontrol bagi kita semua, ditambah Dikti sudah mewajibkan seluru h pe rgu ruan tin ggi untuk mengisi datanya masing-masing, jadi perguruan tinggi yang tidak terdaftar berarti tidak ada izin dan ijazahnya palsu,” ulas Mawardi. Mawardi sangat mengecam

“Bagi kampus yang tidak terdaftar itu akan merugikan instansi baik mahasiswa ataupun alumni karena tidak terdaftar. Selain itu akan sulit untuk melamar pekerjaan jika memang ijazahnya tidak terdaftar dalam PDPT maka itu palsu,” kriminalisasi terhadap dunia penididikan ini. “Ini semua jelas karena uang, motifnya uang, baik penyedia ataupun yang memiliki,” ungkapnya. Asumsi akan berartinya sebuah gelar dinilai Mawardi menjadi salah satu pemicunya, ditambah gelar menjadi sarat melamar pekerjaan, jadi gelar baginya sebagai memenuhi sarat untuk melamar pekerjaan bukan karena ilmunya. Terkait, Univercity Bakreley dan Universitas Generasi Muda, kata Mawardi itu memang tidak ada izin, setelah diperiksa memang jelas kampus tersebut tidak ada proses akademiknya. “Ijazah tanpa proses akademik, palsu,” ujarnya. Kejujuran, hal itu yang dianggap Mawardi sudah hilang dari dunia pendidikan Indonesia, kasus tersebut lahir dari keadaan yang menuntut bahwa gelar adalah segalanya, h i ng g a m en g a b u rk a n nilai kejujuran dalam pendidikan. ”Pendidikan kita belum bisa membangun sikap jujur,” paparnya. Jika sudah tidak jujur, lanjut Mawardi, apapun upaya dalam memberantas peredaran ijazah palsu tersebut pasti akan beredar juga. “PDPT pun, jika tidak prilaku jujur tersebut pasti kita akan kibuli juga, apalagi ini internet. Jadi yang penting membangun kejujuran,” jelas Mawardi. Di tempat terpisah, Prof Ganerfi, Kepala Koordinasi Pergu-

ruan Tinggi Swasta Wilayah X menyampaikan, untuk Sumatera Barat khususnya Kopertis belum menemukan transaksi ijazah palsu. “Untuk Wilayah X sekarang tidak ada, cuman kemarin beberapa waktu lalu kita temukan di Batam pengadaan akta tanpa izin oleh perguruan tinggi dan sudah kita tutup,” ujar Ganerfi kepada Suara Kampus, Rabu (03/06). Ganefri menjelaskan, pemerintah sudah mengambil sikap terhadap peredaran ijazah palsu. Dengan memetakan seluruh perguruan tinggi, selain itu meningkatkan kompetensi dari setiap kampus-kampus. “Pemerintah sudah memetakannya dan peningkatan kompetensi kampus,” jelasnya. Genefri mengatakan, ijazah yang dikatakan palsu adalah ijazah yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi yang tidak memiliki izin. Lalu, ijazah yang dikeluarkan oleh kampus yang ada izin tapi tidak memberlakukan proses akademik, artinya tidak ada perkuliahannya. Tidak jauh beda dari kasus yang terjadi hari ini, Ganefri mengakui peran masyarakat sangat membantu dalam penindakan peredaran ijazah palsu. “Kita berterima kasih sekal i terhadap peran masyarakat, karena saja dalam me nga was i m as ih kek ura ngan,” ujar Ganefri. Menurutnya, Kopertis terkendala saat mengawasi kampus kampus yang berdiri tanpa izin. “Yang

susah itu kampus yang tidak ada izin, karena kita tidak tahu tempatnya ataupun proses akademiknya karena tidak terdaftar,” katanya. Beda hal, lanjut Ganefri dengan perguruan tinggi yang terdaftar, Kopertis akan mudah dalam melakukan pengawasan karena semua data terdaftar pada Kopertis. “Jika terdaftar atau ada izin itu bisa kita kontrol baik negeri ataupun swasta,” tambahnya. Perguruan tinggi swasta menjadi salah satu sektor yang rawan dalam peredaran ijazah palsu, dikatakan Ganefri, untuk PTS, seminggu sebelum wisuda kampus mengirimkan data wisudawanya untuk diverifikasi oleh Kopertis. “Untuk swasta seminggu sebelum wisuda itu datanya diminta untuk diverifikasi. Dan diperiksa riwayat akademiknya, bobot SKS nya, jika ada yang tidak sesuai maka tidak kita izinkan untuk wisuda. Bagi yang tidak melapor itu langsung kita tegur,” tambah Ganefri. Selain itu, lanjut Ganefri, seluruh perguruan tinggi baik negeri dan swasta wajib terdaftar di PDPT, jika tidak terdaftar maka ijazahnya palsu. “Bagi kampus yang tidak terdaftar itu akan merugikan instansi baik mahasiswa ataupun alumni karena tidak terdaftar. Selain itu akan sulit untuk melamar pekerjaan jika memang ijazahnya tidak terdaftar dalam PDPT maka itu palsu,” tagas Ganefri. Ganefri mengatakan, terdaftar di PDPT harga mati, tidak bisa tidak. Untuk perguruan tinggi yang berada di bawah kementerian lain, seperti Kementerian Agama dan sebagainya, Dikti tidak mewajibkan akan hal itu, sebab perguruan tinggi tersebut dinaungi oleh kementerian jadi kebijakannya beda. “Untuk IAIN ataupun perguruan tinggi di bawah kementerian kami tidak mewajibkan, tapi bagaimana pun, yang tidak terdaftar di PDPT ya konsekuensinya sama, ijazahnya palsu,” papar Ganefri. Taufiq Siddiq


Ijazah IAIN Disangka Palsu Lantaran Tidak Terdaftar di PDPT

Ijazah yang Tumpul Arsip/SuaraKampus

Fatal memang, kelalaian IAIN Imam Bonjol kali ini, meski berdalih di bawah Kementerian Agama, tidak terdaftarnya IAIN IB di Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDPT) Direktorat Perguruan Tinggi (Dikti) mengakibatkan ijazah IAIN IB disangka palsu, sehingga mengganjar salah satu alumi pascasarjana IAIN dalam menempuh karirnya usai wisuda 2013 lalu.

P

asalnya ijazah yang di gunakan oleh Zilfa Roni alumni pascasarjana tidak terdaftar di PDPT. Padahal awal tahun 2015 IAIN dengan akbar memperbaharui data seluruh mahasiswa, kala itu, intruksi Dikti menjadi sebab dengan diberlakukan pendataan terhadap semua mahasiswa Kasus ini berawal saat, Zilfa Roni ingin mengurus nomor induk dosen untuk mengajar di sebuah perguruan tinggi, namun bala datang saat ijazah Strata II-nya terganjal dalam proses administrasi. Ijazah Zilfa Roni dicekal menggunakan ijazah palsu karena tidak tidak terdaftar di PDPT. “Saya tidak bisa mengurus nomor induk dosen, karena ijazah yang saya gunakan tidak terdaftar di PDPT,” ujar Zilfa Roni saat dihubungi Suara Kampus,(09/06). Dalam kesempatan itu, Zilfa mengatakan, setelah diverifikasi oleh pihak tersebut, ia tidak diterima sebab ijazah Strata II di Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang tidak terdaftar di PDPT. “Ijazah saya disangkal palsu karena tidak terdaftar di PDPT,” terang Zilfa. Dikatakan Zilfa, awalnya ia tidak mempersoalkan dengan tidak terdaftarnya IAIN Imam Bonjol Padang di PDPT. “Mungkin karena IAIN di bawah Kemenag tidak terdaftar di Dikti,” sangka baik Zilfa. Namun, hal yang sama juga ditemui Zilfa saat ia ingin membuktikan bahwa ijazah tidak palsu dengan mencek di situs Direktoral Perguruan Tinggi Islam (Diktis) hasilnya sama, Diktis belum mempunyai pangkalan data perguruan tingginya. “Karena IAIN saya coba cek di Diktis dan ternyata juga tidak ada,” paparnya. Mujur, dinas tempat mengurus administrasi tersebut memberikan keringanan Zilfa untuk melampirkan Surat Keterangan Ijazah terkait keasliannya, malang, administrasi berbelit memaksa Zilfa gagal dalam mengurusnya. “Saat itu saya tanyakan solusinya (ke IAIN - red), katanya lampirkan surat keterangan dari kampus. Lalu saya urus ke IAIN dan prosedurnya lama tidak terkejar dengan batas waktu yang ada,” keluh Zilfa. Zilfa menambahkan, saat mengurus surat itu ia menanyakan tentang PDPT kepada pihak Akademik. “Saya tanyakan ke akademik, ternyata IAIN memang belum terdaftar,” katanya. Disampaikan Zilfa, pihak Akademik beralasan bahwa data yang dipunyai IAIN belum lengkap untuk di-update ke PDPT. “Kata -orang akademik, datanya itu yang belum lengkap, apa yang akan di update,” Zilfa mengulangi penjelasan pihak Akademik Mahasisiwa (Akama). Zilfa menegaskan bahwa ini sangat merugikan alumni IAIN IB, ia meyakini banyak alumni lain

Wisudawan

Wisuda Angkatan II Program S.3,S.2,S.1 dan D3 tahun akademik 2010/2011 IAIN Imam Bonjol Padang, Kamis (09/04/2013)

“Saya tidak bisa mengurus nomor induk dosen, karena ijazah yang saya gunakan tidak terdaftar di PDPT” Zilfa Roni Alumni Pascasarjana IAIN IB yang mengalami hal yang sama. “Ini jelas sangat merugikan alumni, kita sudah kuliah tapi tidak bisa menggunakan ijazahnya,” kata Zilfa. Zilfa berharap kondisi transisi ini menjadi perhatian besar bagi kita semua khusus kepada calon rektor, ini akan menjadi pekerjaan rumah yang butuh penanganan cepat. “Ini harus jadi evaluasi dan pekerjaan rumah bagi rektor baru,” ungkapnya PDPT Tidak Wajib Asasriwarni Pengganti Sementara Rektor IAIN IB Padang, menyatakan IAIN di bawah Kemenag dan di Diktis. “Kita dengan Dikti beda jalurnya,” kata Asas. Asas menambahkan, karena IAIN di bawah Kemenag maka tidak diwajibkan untuk melengkapi data di PDPT. “Kita tidak diwajibkan,” tambah Asas. Menurutnya, jika sudah ada surat untuk mewajibkan, kita akan segera melengkapi data di PDPT. Terkait hal yang dialami Zilfa Roni, Asas tidak berkomentar banyak, katanya IAIN IB tidak akan mengambil tindakan khusus, Asas menyerahkan semuanya kepada Kementerian Agama. “Kita serahkan kepada Kemenag,” ujarnya. Pada kesempatan berbeda, Wakil Rektor I Syafruddin, tidak mau berkomentar sedikitpun terkait kasus Zilfa Roni. Ia hanya mengimbau jika ada yang komplen datangi kampus. “Suruh ke kampus, jika jauh hubungi kampus,” pungkas Syafruddin kepada Suara Kampus Derita Alumni Kekecewaan dan kekhawatiran

muncul pada alumi IAIN IB yang lain, Donal Candra misalnya, ia merasa sangat kecewa dengan tidak terdaftarnya ijazah yang ia dapatkan usai menyelesaikan perkuliahan di Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora. “Kenapa ini bisa terjadi dan ijazah ini yang menentukan masa depan,” sesalnya. Menurut Donal, jika hal ini tidak disikapi dengan segera, alumni dan mahasiswa akan terlantar, sebab ijazah merupakan salah satu faktor yang menentukan masa depan seseorang. “Ini harus ditindaki sebelum berlarut,” katanya. Di tempat berbeda, Novita Wulandari, alumni Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi menilai dengan tidak terdaftar IAIN Imam Bonjol Padang di PDPT bukti dari minimnya perhatian rektor dalam memimpin IAIN. “Ini bukti pimpinan kita tidak bekerja keras,” katanya. Lanjut Novita, ini akan menjadi masalah bagi alumni dalam mencari pekerjaan. “IAIN harus belajar dari kelalain ini dan pemimpin harus jaga amanah dengan baik. Fungsikanlah pemimpin itu dengan baik,” kata Novita. Afdal salah satu Alumni Fakultas Syariah mengatakan, ini terjadi karena adanya kelalaian Administrasi oleh pihak kampus, anggapan hal yang sepele tapi menjadi hambatan yang sangat besar bagi Alumni IAIN IB sekarang dan akan datang. “Ini kelalaian adminstrasi yang berawal dari menganggap hal ini tidak penting,” keluhnya Afdal. Dia menegaskan agar ke depannya pihak kampus segera

melengkapi data yang masih kurang. “Kampus harus bertanggung jawab terhadap kelengkapan data dan sanksi yang diterima alumni” paparnya. Afdal menilai, IAIN IB terlalu sibuk mencari nama, hingga lupa mengurus hal yang semestinya diurus. “Jangan terlalu fokus mengejar nama yang besar kalau hal yang kecil saja kurang diperhatikan,” harapnya. “Jika nanti ijazah saya juga dipermasalahkan dalam urusan pekerjaan, maka saya akan minta pertanggung jawaban kepada pihak kampus, bagaimana ijazah saya akan diakui dalam urusan pekerjaan ke depannya,” tambahnya. Alumni Fakultas Syariah Yosef Firmansusio menilai tudak terdaftarnya IAIN IB di PDPT efek dari budaya administrasi IAIN IB selama ini yang berbelit-belit. “Ini karena sering mempersulit urusan sendiri,” kata Yosef. Menurut Yosef, mahasiswa harus punya kepiawaian yang lain karena di dunia pekerjaan ijazah hanya pendamping, yang penting itu ilmunya. Yosef berharap pimpinan harus lebih memperhatikan mahasiswanya, jangan jadikan ini lahan bisnis. Menunggu Sistem Zulfendri, staf Akama mengatakan, untuk meng-update data ke PDPT, butuh sistem yang otomatis terhubung dengan PDPT, hal ini yang masih dalam usaha, pengadaan sistem yang langsung terhubung dengan PDPT Dikti dan sekarang sedang mengupayakan Sistem Akademik (SIAKAD) ter-

hubung dengan PDPT Dikti. “Basis pelaporannya berdasarkan SIAKAD dan sedang dibangun untuk wabservice yang terhubung langsung dengan PD-DIKTI,” ung­kap Zulfendri saat dihubungi Suara Kampus (15/05). Lanjut Zulfendri, jika SIAKAD sudah terhubung maka data akan diperbarui dengan otomatis, sehingga IAIN hanya akan memperbaharuinya secara berskala. “Kalau sudah ada, maka itu akan otomatis terhubung,” ujar Magister Komputer ini. Selain itu, Zulfendri mengatakan, IAIN IB belum lengkap data untuk dilengkapi di PDPT Dikti. “Kalau saja data mahasiswa kita lengkap, data perkul iahan mahasiswa sudah lengkap, nilai KHS, nilai transkrip sudah bisa diambil dari sisfo, data perkuliahan dosen sudah ada di sisfo dengan sendirinya data akan mengalir,” papar Zulfendri. Zulfendri menambahkan, pendataan keseluruhaan oleh Akama awal tahun 2015 masih dalam sortiran oleh Diktis. “Data mahasiswa awal tahun lalu sudah kita serahkan ke Diktis, tapi menunggu sortiran data mereka,” katanya. Menurut Zul ini yang menyebabkan keterlambatan IAIN IB dari pembaharuan data. “Sekarang kita sedang mengusahakan data mahasiswa dari 2009 sampai 2015,” kata Zulfendri kepada Suara Kampus saat di temui di ruangnya. Sebelumnya awal tahun 2015, Akama mendata ulang seluruh informasi mahasiswa, berdasarkan pemberitaan portal suarakampus.com 16 Februari lalu, pendataan itu berdasarkan intruksi dari Dikti untuk memperbarui data untuk setiap semester melalui forlap.dikti-.go.id. “Tiap tahun kita diwajibkan memperbarui data mahasiswa, berdasarkan payung hukum UU No. 12 Tahun 2012,” jelas Zulfendri kala itu. Kanadi Warman, Rahmi Yati, Rahmi Jamita, Friyosmen, Titi Rahma Sari, Sherly Fitri Yanti


Polemik dan Konflik dalam Pesta Demokrasi Tertinggi IAIN IB

Pilrek Kusut Hingga Ujung Taufiq Siddiq/Suara Kampus

Calon Rektor telah disaring sedemikian rupa.Tahap demi tahap berlalu dengan berbagai kegiatan.Kini calon terpilih di antara calon lainnya telah diputuskan.Ketiga calon tersebut, Eka Putra Wirman, Duski Samad dan Armai Arief. Ketiga calon terpilih selanjutnya akan diserahkan pada Kementerian Agama (Kemenag). Calon mana yang akan dinobatkan untuk tumbuh berakar dan berdaun serta selanjutnya menaungi kampus ini, tergantung keputusan Kemenag. Pemilihan rektor memang sudah mencapai tahap akhir.

M

elirik pada proses Pilrek yang sudah dan sedang berlangsung, terdapat beberapa polemik yang mewarnainya. Belum lama ini, Kamis (28/ 05) salah seorang kandidat rektor, Eka Putra Wirman dilaporkan ke Mapolresta Padang oleh mantan Rektor IAIN Imam Bonjol Makmur Syarif dengan kasus pencemaran nama baik. Mengacu pada Peraturan Menteri Agama No 11 tahun 2014 Pasal 4 No 9 tentang syarat-syarat calon rektor, menyatakan bahwa salah satu syarat calon rektor tidak pernah menjalani hukuman pidana. Jika Eka terbukti bersalah, maka berdasarkan PMA tersebut Eka tidak memenuhi syarat menjadi kandidat rektor. Pengganti Sementara (PgS) ­Rektor IAIN Imam Bonjol Asas­ riwarni ketika ditemui di ruangannya, Kamis (04/06) mengatakan tidak bisa mengomentari persoalan ini, dengan alasan ini masalah pribadi kandidat. “Itu urusan pribadi, jadi saya tidak bisa banyak bicara,” tegas Asas. Asas tidak memberikan kepastian terkait bagaimana nasib Eka selanjutnya. Asas hanya berkomentar singkat.”Terancam atau tidak posisinya, saya tidak tahu. Itu urusan Menteri,” ujarnya. Nama-nama kandidat rektor, kata Asas akan diserahkan ke pihak Kemenag. Jadwal penyerahannya belum bisa dipastikan karena bentuk laporan penyerahan calon rektor baru dikirim Kemenang. Butuh waktu untuk melengkapi persyaratana yang ada, sebelum diserahkan kembali ke Jakarta. “Laporan dari Kemenag baru sampai ke IAIN. Kami akan mengirimkan secepatnya, jika laporan sudah lengkap,” katanya singkat. Sebelumnya, Makmur ketika dimintai keterangan mengatakan dirinya disebut menghalang-halangi pelaksanaan Pilrek dalam pesan elektronik yang beredar di Kemenag. Hasil pelacakan nomor pengirim, pesan berasal dari nomor telepon Eka. “Saya merasa dilecehkan oleh SMS Eka,” ujar Makmur saat dihubungi Suara Kampus, Jumat (29/05) pagi. Ketika Suara Kampus meminta keterangan Eka Putra Wirman terkait persoalan ini, Eka hanya melayangkan pesan singkat yang menyatakan dirinya belum bisa memberikan klarifikasi dan konfirmasi persoalan tersebut. Calon Rektor Dua Versi Awal penetapan bakal calon rektor, Pilrek telah didahului oleh perbedaan kebijakan antara panitia seleksi dan Senat Institut terkait jumlah calon rektor yang berhak menyampaikan visi dan misi. Dari empat calon yang bersedia

Pirlek

Hasil pencabutan nomor urut Pirlek IAIN Imam Bonjol Padang dari kanan Duski Samad, Eka Wirman, Yasrul Huda, Armai Arief di Gedung Serba Guna, Rabu (29/04).

“Terancam atau tidak posisinya, saya tidak tahu. Itu urusan Menteri,” Asasriwarni PgS Rektor IAIN Imam Bonjol

menjadi calon rektor, panitia seleksi berdasarkan PMA No. 11 tahun 2014 yang kemudian diganti dengan PMA No. 1 tahun 2015 menyerahkan tiga calon rektor kepada Senat Institut, Senin (27/ 04). Ketiga calon tersebut, Duski Samad, Yasrul Huda dan Eka Putra Wirman. Sementara Armai Arief tidak memenuhi satu persyaratan hingga jadwal yang telah disepakati panitia seleksi, yaitu SK tidak dikenai atau tidak sedang menjalankan hukuman pidana pengadilan. Setelah mendapat pertimbangan dari Senat Institut, keesokan harinya, Selasa (28/04) Armai Arief tetap diberi hak untuk menjadi calon rektor dan menyampaikan visi dan misi. Perbedaan ini pun menyita ruang pemberitaan kampus. Sebenarnya atas pertimbangan apakah Senat Institut tetap memberi hak Armai Arief. Bagaimanakah tindakan panitia terhadap kebijakan Senat Institut. Maka, untuk mengklarifikasi polemik ini, Suara Kampus menemui Ketua Panitia Pilrek Welhendri Azwar, Senin (8/6). Welhendri mengatakan bahwa panitia telah menjalankan proses Pilrek sesuai dengan aturan yang ada. Panitia juga telah berusaha secara optimal untuk mensukseskan Pilrek. Buktinya panitia telah mengajukan nama-nama calon rektor sesuai dengan PMA yang ada. Panitia mengajukan tiga calon yang telah memenuhi syarat administrasi sesuai dengan jadwal yang ada. Akan tetapi, fakta yang terjadi jauh bebeda. Lanjut Welhendri, kehendak Senat Institut tidak bisa dibendung. Hasil rapat Senat Insti-

tut memutuskan Armai Arief tetap menjadi calon rektor dan diberi tambahan waktu untuk melengkapi persyaratan administrasi. “Padahal syarat ini dibuktikan dengan pengajuan surat, dan yang bersangkutan tidak memenuhi syarat ini sesuai waktu yang telah ditentukan,” tutur dosen Antropologi ini. Welhendri mengatakan, Senat Institut mungkin mempunyai pertimbangan sendiri untuk meloloskan Armai. Namun pertimbangan tersebut tanpa sepengetahuan pa­nitia. “Kita dari panitia meneri­ ma keputusan Senat untuk melolos­kan Armai, termasuk keputusan untuk memperpanjang jadwal Pilrek,” ungkap Wakil Dekan III Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi ini. Karena perbedaan jumlah calon ini, Welhendri mengakui panitia seleksi tidak hadir saat pe­nyampaian visi dan misi di Kampus Program Pascasarjana (PPs) IAIN Imam Bonjol. “Iya, karena Senat tidak mengikuti prosedur panitia. Ya sudah, panitia mulai saat itu tidak mengikuti Pilrek,” tegasnya. Semenjak 22 April, panitia tidak mengikuti proses Pilrek. Akan tetapi, panitia seleksi tidak sepenuhnya menyalahkan keputusan yang diambil Senat Institut. Baik tentang calon, maupun jad­wal rapat pemilihan calon rektor. Karena apa yang dilanggar oleh Senat bukanlah yang bersifat prinsip. “Soal jadwal itukan tidak ada di PMA, jadi bukan yang prinsip,” paparnya. Dengan demikian, lanjut Welhendri, panitia menyerahkan se-

mua keputusan yang memang hak prerogatif Kemenag RI. “Betul atau salahnya yang dilakukan oleh Senat Institut, keputusannya ada di tangan menteri. Kalau menurut men­teri benar, berarti Pilrek sah.Tetapi jika itu salah, berarti Pilrek tidak sah. Dan tidak tertutup kemungkinan Pilrek diulang,” terangnya. PgS Rektor Asasriwarni membenarkan bahwa Armai Arief tidak melengkapi persyaratan administrasi hingga jadwal yang ditentukan. Sehingga tidak adanya bukti fisik ini yang membuat Armai tidak seleksi adminstrasi. “Salah seorang dari calon rektor tersebut belum melengkapi persyaratan. Itu dikarenakan surat dari Pengadilan Negeri belum keluar. Jadi kita belum tahu apakah dia pernah dipidana atau tidak,” jelasnya. Tetapi, Senat Institut menurut Asas tetap memberi waktu tenggang karena sepengetahuan Senat Institut, Armai tidak pernah dipidana. “Oleh karena dia merupakan salah satu alumni kita, mereka sudah mengetahui bahwa calon rektor ini tidak bermasalah. Maka diputuskan untuk ditunggu sampai dia bisa melengkapi,” ungkap Asas. Menurut Asas perbedaan ini bukanlah suatu masalah. “Pilrek kali ini sudah berjalan dengan baik, Karena sudah sesuai dengan ketentuan yang ada,” pungkasnya. Sementara itu, Ketua Senat Institut Syaifullah ketika dihubungi Tim Suara Kampus, menyatakan bahwa dirinya sedang ada tugas di Jakarta. Saat ditanya kapan bisa ditemui atau berkenan diwawancara melalui telepon, Syaifullah

membalas lewat pesan singkat. “Jakarta” Tim Suara Kampus pun mencoba menghubungi lewat telepon di jam-jam istirahat, namun tetap tidak ada respon. Sampai pada Kamis (04/06) Syaifullah menjawab panggilan dari Tim Suara Kampus. Dia mengatakan bahwa dirinya sedang dirawat di sebuah rumah sakit di Jakarta. Sehingga, dia tidak bisa memenuhi permintaan Tim Suara Kampus. “Bapak sedang dirawat di rumah sakit di Jakarta. Untuk saat ini, Bapak tidak diperbolehkan terlalu banyak bicara, bergerak dan ter­lalu banyak pikiran,” tuturnya kepada Tim Suara Kampus. Semenjak pengakuan Syaifullah tersebut, Tim Suara Kampus mencoba menghubungi sekretaris Senat Institut, Syafrudin Nurdin. Ketika Suara Kampus menghubungi nomor telepon Syafrudin, Minggu (05/06) untuk janji wawancara, Syafrudin tidak merespon, baik pesan singkat maupun panggilan. Minggu (07/06) Tim Suara Kampus kembali menghubungi Syafrudin agar berkenan untuk diwawancarai pada Senin (08/06), Syafrudin menyatakan lewat pesan singkat bahwa dirinya tidak bisa wawancara pada Senin itu karena harus mengawas ujian semester mahasiswa. Sementara siang dan sore dia harus melayani mahasiswa S2 dari Sungai Penuh, Kerinci, yang bimbingan dengannya. “Hari Senin pagi mahasiswa Bapak ujian semester (2 lokal). Siang dan sore ada bimbingan mahasiswa S2 dari Sei Penuh atau Kerinci” Tetapi ketika ditanya kapan bisa wawancara, Syafrudin tidak membalasnya lagi. Tim Suara Kampus pun berusaha menghubungi Syafrudin di jam-jam istirahat, baik lewat pesan singkat maupun panggilan. Melalui pesan singkat itu, Tim Suara Kampus telah memaparkan hal-hal yang ingin dimintai keterangan. Namun hingga Selasa (09/06) Syafrudin tetap tidak merespon. Tim Suara Kampus mencoba mencari informasi jadwal Syafrudin mengajar di kampus. Dari....


Mahasiswa Tuntut Kejelasan Pilrek ga, (sedang berlangsung acaranya). Kalau soal Pilrek sebaiknya diminta informasi ke Rektor, karena Senat telah melaporkan pelaksanaannya ke Rektor” Tim Suara Kampus pun menyampaikan bahwa wawancara ke rektor juga dilakukan. Namun, Tim Suara Kampus juga memberikan ruang Senat Institut untuk menjawab dan memberikan penjelasan terkait proses selama Pilrek berlangsung. Syafrudin menyatakan enggan untuk berkomentar. “Ya, sebaiknya diminta keterangan ke ketua Senat saja Prof. Dr. H. Saifullah SA, MA (dosen Fak Adab)” Ketika Tim Suara Kampus menjelaskan tentang keadaan Ketua Senat Institut yang sedang dirawat di Jakarta dan tidak bisa dimintai keterangan, Syafrudin tetap enggan untuk berkomentar. Dia meminta Tim Suara Kampus untuk menunggu hingga Ketua Senat Institut bisa dimintai keterangan. “Ya, terpaksa kita tunggulah. Karena informasi yang valid tentu dari ketua Senat,tks” (11/06).

Pengunduran diri, Isu Bohong

Duski Samad

Yasrul Huda

sai rapat Senat Institut dalam Pilrek Senin (25/ 05) beredar isu bahwa dua orang kandidat rektor mengundurkan diri dari Pilrek. Kedua kandidat tersebut Yasrul Huda dan Duski Samad. Yasrul Huda ketika ditemui Suara Kampus di ruangannya, mengaku tidak pernah berniat untuk mengudurkan diri. Hanya saja, Yasrul tidak sepakat dengan prosedur Pilrek yang dijalankan oleh Senat Institut. “Saya tidak memundurkan diri. Namun tidak mau ikut dalam proses pemilihan tersebut. Saya hanya mengikuti prosedur sampai kepada panitia saja,” ungkapnya, Kamis (05/06). Ditanya tentang alasan, Yasrul Huda mengatakan, proses Pilrek tidak sesuai dengan statuta 2015. Pasalnya, IAIN masih memakai PMA No. 39 tahun 2008. Seharusnya, ketika ada statuta yang baru, maka statuta yang lama tidak boleh dipakai. “Dalam peraturan yang tercantum, Senat menggunakan peraturan yang baru. Namun pada prakteknya masih menggunakan peraturan. Jika mereka tidak merombak ulang maka saya tidak akan mengikuti proses itu. Saya hanya mengikuti peraturan yang ada,” tegasnya. Yasrul Hudha juga keberatan dengan keputusan Senat Institut

yang meloloskan Armai Arief sebagai calon rektor. Padahal 12 April yang lalu, Senat seharusnya mengajukan tiga nama sesuai dengan yang diajukan panitia seleksi. Selain itu, pemilihan rektor sesuai dengan konstitusi yang berlaku agar dapat efisien dan tidak menggunakan praktek yang lama. “Dalam pemilihan rektor tidak perlu memakan waktu berlamalama. waktu seminggupun semua akan selesai,” ujarnya kepada Suara Kampus. Di ruangan kerjanya, Duski Samad juga menolak isu yang mengatakan dirinya mengundurkan diri sebagai kandidat rektor. “Saya tidak pernah memundurkan diri dalam pemilihan rektor. Jika saya memundurkan diri, tentu ada suratnya pemunduran diri,” ungkapnya. Duski justru mengaku optimis mengikuti pemilihan ini. “Kalau saya sudah maju, maka saya akan terus maju. Tidak ada niat untuk mengundurkan diri,” tegas Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan ini. Sementara penilaiannya tentang Pilrek, Duski mengatakan pemilihan rektor sudah berjalan dengan lancar. “Yang berhak menentukan optimal atau tidaknya pemilihan rektor ini adalah Kemenag,” ujarnya.

U

Arsip/Suara Kampus

usaha tersebut, Suara Kampus mendapat informasi bahwa, Syafrudin punya jadwal mengajar, Kamis (11/06) siang di Gedung SC lantai II. Pada jadwal yang didapatkan tersebut, Tim Suara Kampus mendatangi lokal tempat Syafrudin mengajar. Tapi sayangnya, salah seorang mahasiswa yang sedang belajar di lokal tersebut mengatakan, Syafrudin belum datang. “Bapak belum datang. Tadi Bapak bilang, beliau izin terlambat dating,” tutur mahasiswa tersebut kepada Suara Kampus. Setelah menunggu setengah jam, Syafruddin tidak kunjung datang. Tim Suara Kampus pun memutuskan untuk menelepon. Tapi tidak diangkat. Selanjutnya, Tim Suara Kampus mengirimkan pesan singkat. Syafruddin membalas pesan singkat tersebut yang isinya menyatakan bahwa dia tidak bisa wawancara pada hari itu. “Bapak lagi ada urusan ke­luarga di luar kampus” Ketika ditanya kapan bisa wawancara, Syafruddin kembali membalas dengan pesan singkat. “Bapak sedang ada acara keluar-

Demo Mahasiswa

M

Mahasiswa kerumuni gedung rektorat dalam aksi demo pada Oktober 2013

ahasiswa ialah populasi yang mendominan, dibanding tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di kampus. Apapun kebijakan kampus, maka yang paling banyak merasakan efeknya ialah mahasiswa. Seperti dampak kebijakan dan hasil Pemilihan Rektor (Pilrek) periode 2015-2019. Sementara mahasiswa tidak ikut memilih calon rektor. Maka sebagai agen kontrol sosial, mahasiswa ikut mengawasi prosesnya. Masing-masing mahasiswa memiliki pandangan berbeda terhadap Pilrek yang hampir mencapai tahap akhir ini.Sebagian mahasiswa mengatakan Pilrek kali ini terkesan tanpa konsep. Status dan kebenarannya pun masih samarsamar. Sebagaimana yang dikemukakan mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang Rey. Harus ada peningkatan transparansi antara sivitas kampus dalam Pilrek. Tujuannya agar terwujud penyatuan visi dan tujuan bersama untuk kebaikan kampus. “Kita nggak tahu konsepnya apa dan statusnya pun nggak begitu jelas” ujar mahasiswa Jurusan Managemen Dakwah ini, Kamis (04/05). Ketidakjelasan ini berimbas pada munculnya informasi yang simpang siur, menurut Kamaludin, mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam kondisi ini membuat mahasiswa merasa dibodohi dengan keadaan yang bertele-tele. “Orang yang berwenang tidak mengabari secara langsung mengapa dan bagaimana pengambilan kebijakan dalam proses Pilrek ini. Inilah yang mengakibatkan munculnya berbagai persepsi terhadap Pilrek,” tuturnya. Jon Will iam salah seorang mahasiswa matematika semester delapan mengaku kecewa dengan polemik-polemik yang ada selama pemilihan rektor. Hingga sekarang pun masih jadi trending topic di kalangan mahasiswa yang prihatin dan peduli pada kondisi kampus sendiri. “Kecewa sih pasti. Cuma ini kan harus menjadi perhatian bersama juga,” ungkapnya, Jumat (12/06). Jon mengatakan polemik tersebut bisa terjadi karena kurangnya kerjasama dan minimnya komunikasi antara pihak tertinggi kampus dengan mahasiwanya.”Wajar terjadi hal seperti ini, komunikasi saja tidak jalan,” kata mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan ini. Sikap seperti ini menurut Jon akan berdampak kepada mahasiswa yang baru bergabung dengan kampus ini. Mereka akan terpen-

garuh dengan berbagai informasi yang simpang siur. “Dari awal saja pemimpin tidak terbuka, bagaimana ke depannya? Takutnya adikadik baru kita juga ikut terindikasi dengan berita yang tidak jelas,” ujarnya. Penonton yang Bijak Pilrek salah satu pelajaran berharga di dunia akademis. Khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan sistem administrasi. Pelajaran yang baik untuk disimak, agar tidak menjadi pengecoh bagi semua elemen kampus. Disebabkan mudah dipenjara dengan kata-kata serta data-data yang belum sah kebenarannya. Mahasiswa memang tidak punya wewenang dalam memilih bakal calon pemimpin. Ataupun berkomentar tentang siapa pemimpin yang akan diajukan. Namun, kata Rey mahasiswa bisa ikut andil dalam mengawasi Pilrek, dengan cara mencari tahu sedikit banyaknya informasi tentang orang-orang yang akan berkedudukan serta nantinya akan berstatus sebagai pemimpin. “Kita nggak ada hak, kita hanya bisa menjadi penonton. Penonton yang baik ialah yang mengamati dari kejauhan selama proses tersebut berlangsung,” ungkapnya. Kamaludin sebagai mahasiswa yang masih semester II dan terbilang dini mengakui hal senada, bahwa mahasiswa tidak punya wewenang memilih calon rektor. Namun, mahasiswa tetap mengikuti kasus yang sedang berkembang dan polemik yang tengah menimpa keluarga besar IAIN. “Mahasiswa yang tidak mau tahu dengan keadaan kampus, tentu akan mudah saja menerima informasi walaupun tanpa bukti,” paparnya. Polemik yang terjadi dalam pelaksanaan Pilrek kali ini dan mengundang perhatian sekaligus keprihatinan beberapa mahasiswa di antaranya perbedaan versi calon rektor oleh panitia seleksi dan Senat Institut. Ray yang juga seorang aktivis kampus mengatakan, ketidaksesuaian ini disebabkan oleh tidak adanya penyatuan tujuan dan visi serta tidak menjunjung keinginan IAIN sendiri. Senat Institut sebagai lembaga yang paling berwenang dalam memutuskan hal ini bisa lebih bijaksana dan lebih mementingkan tujuan bersama. Serta mempunyai kinerja dan hasil kinerja yang bisa diaplikasikan bersama. “Kalau bagus ya kita apresiasi. Tapi kalau tidak, ya terserah. Visi IAIN yang perlu,” ungkapnya. Hal senada dikatakan Adri

Bayu. Mahasiswa Fakultas Dakwah tersebut mengatakan perbedaan calon rektor antara yang diserahkan panitia dengan yang disetujui Senat Institut membuktikan tidak adanya korelasi antara kedua belah pihak dalam mewujudkan cita-cita IAIN. “Tidak ada kekompakan,” pungkasnya. “Seharusnya Senat lebih berbesar hati menjalankan serta menaati aturan yang telah dicantumkan dalam Peraturan Menteri Agama yang dijalankan panitia seleksi. Panitia itu sudah di SK-kan, jadi kebijakan apapun yang dipilih oleh panitia, Senat juga harus menghargai,” tambah Bayu, Kamis. Selanjutnya, jadwal pemungutan suara untuk calon rektor yang diundur beberapa hari menjadi perhatian tersendiri bagi beberapa mahasiswa. Seperti penuturan salah seorang mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Kamaluddin, Selasa (09/06) ketika ditemui Suara Kampus mengaku tidak paham dengan apa yang sebenarnya terjadi pada perpolitikan kampus. “Pengunduran jadwal tersebut memperlihatkan ketidakkonsistenan dalam Pilrek,” tutur mahasiswa semester II ini. Kamal berharap Senat Institut untuk lebih memperhatikan seluruh aspek dalam mengambil keputusan. Karena Senat Institut yang lebih berhak dan lebih kuat. “Kan Senat yang akan menjalani, maka satukanlah visi kita bersama,” tambahnya. Alasan yang sama dikemukakan Jon William. Perbedaan calon rektor antara Senat Institut dan panitia seleksi terjadi karena masing-masing pihak mendahulukan kepentingan mereka, bukannya keperluan IAIN. “Ini realita yang bisa kita nilai. Namun, fakta di balik semua ini hanya orang yang terlibatlah yang tahu,” ungkap mahasiswa semester VIII ini kepada Suara Kampus Jumat, (12/06). Jon berharap pejabat yang terlibat dalam pemilihan rektor periode ini agar bisa lebih bijaksana dalam mengambil kebijakan, supaya tidak ada asumsi-asumsi yang tidak mengenakkan dari sivitas akademik dan mahasiswa khusunya. “Perbaiki diri masingmasing, mulai dari Senatnya, panitianya, bahkan calon rektor sendiri supaya kita bisa seiring” tambah Jon kepada Suara Kampus.

Veni Andriyani, Rahmi Yati, Rahmi Jamita, Friyosmen, Rahmadi, Sherly Fitri Yanti, Titi Rahma Sari, Rita Yulia Sari (Mg), Meilia Utami (Mg)


Kerendahan Hati Ketua Pusat Hilal Fakultas Syariah

Tuanku Pembaca Peta Langit Bulan Ramadan bulan yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh setiap umat Islam. Sebab, Ramadan bulan yang penuh keberkahan. Bicara soal kedatangan Ramadan, ada sebuah keahlian yang berperan penting di baliknya. Tanpa keahlian tersebut, umat Islam akan kesulitan menentukan kapan datangnya Ramadan. Yaitu keahlian astronomi atau biasa disebut ahli falak.

R

af ni menyambut kami dengan seutas senyum saat menemuinya di ruang dosen Fakultas Syariah, Kamis (28/05) sore. Tanpa basa-basi, Rafni yang sudah tahu maksud dan tujuan kami, mulai bercerita tentang keahliannya. Belajar ilmu falak pertama kalinya ia jalani saat menempuh pendidikan di Fakultas Syariah IAIN Imam Bonjol Padang. Ia terinspirasi mendalami keahl ian ini dari Syeikh Muhammad Jamil Jambek yang seorang ulama besar. Mempunyai keahlian falak, ia sering dipercaya untuk memberikan pelatihan kepada pemuka agama tentang ilmu falak, terutama dalam menentukan awal masuknya Ramadan. Bahkan kata Rafni, dua hari sebelumnya, ia memberikan pelatihan di Pesisir Selatan yang dihadiri berbagai pemuka agama terutama Muhammadiyah, Nahdatul Ulama dan Tarbiyah Islamiyah. “Bapak baru saja memberikan

pelatihan dua hari yang lalu di Pesisir Selatan,” tuturnya kepada Suara Kampus. Tuanku dari Pariaman ini mengaku termotivasi mempelajari ilmu falak, karena dengan ilmu falak seseorang bisa menuntun orang lain dalam beribadah. Pertama, dengan ilmu falak, melalui rukyat dan hisab bisa diketahui kapan awal masuk Ramadan. Sehingga saat waktu awal masuk Ramadan diketahui, umat Islam pun mulai bisa berpuasa. Dengan ilmu falak juga diketahui waktu sahur dan waktu berbuka. Berikutnya, penentuan hari raya juga menggunakan ilmu falak. Selanjutnya, Raf ni menjelasakan bahwa waktu salat yang lima waktu tidak akan diketahui secara pasti bila tidak menggunakan ilmu falak. Begitu juga halnya dengan penentuan arah kiblat. Hanya saja, untuk penentuan arah kiblat ini, harus pada tanggal dan jam tertentu serta perlu mematuhi beberapa tahapan. “Dalam menentukan arah kiblat ada tiga cara yang perlu diperhatikan, yaitu dengan meletakkan benda tegak lurus di lapangan terbuka. Jika arah bayangan benda tepat ke arah matahari, maka itu arah kiblat yang tepat. Tetapi harus sesuai dengan waktu yang tepat, pada tanggal 28 Mei pukul 16.18 WIB atau 16 Juli pukul 16.27 WIB. Sebab pada tanggal dan jam tersebut matahari tepat berada di puncak Ka’bah,” jelasnya. Cara yang kedua dengan menggunakan busur sudut kiblat. Cara ini harus mengetahui sudut utara dan selatan pada suatu daerah. Kemudian segitiga sama kaki sudutnya diletakan tepat di titik koordinat di suatu daerah. Cara ini biasanya digunakan untuk daerah yang kurang pencahayaan matahari seperti Benua Eropa. Cara terakhir ialah dengan menggunakan kompas. Namun menentukan arah kiblat m e n g -

gunakan kompas ini kurang efektif, sebab kompas akan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Kalau hanya untuk sementara tidak masalah. “Jika untuk menentukan arah kiblat yang sifatnya abadi misal untuk membangun masjid jangan gunakan kompas, “tegasnya.

“Rafni itu orangnya terlihat biasa-biasa saja, tidak menampilkan kesan bahwa ia seorang ahli”

Bersahaja Tiga belas tahun sudah Rafni berkecimpung di bidang ilmu falak. Maka, Raf ni berencana untuk membuat gebrakan dengan menyusun sebuah buku hisab atau perhitungan pada awal bulan puasa. Dengan harapan, selama lima tahun ke depan semua umat Islam Indonesia akan serentak melaksanakan puasa Ramadan, baik Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Tarbiyah Islamiah bahkan semua organisasi masyarakat Islam yang ada di Indonesia. “Saya tidak akan memihak siapa pun, saya hanya beribadah dengan ilmu yang saya yakini selama ini,”paparnya. Walaupun dalam dirinya tersimpan cita-cita mulia, tetapi di mata atasan tempat ia bekerja dan mahasiswanya, Rafni dikenal sebagai sosok yang bersahaja. Sebagaimana diakui Ketua Jurusan Jinayah Siyasah Ridha Mulyani. Rafni bukanlah tipikal orang yang terlalu menonjolkan kelebihannya. Beliau lebih dikenal sebagai sosok yang rendah hati, pendiam, dan bersahaja. Terlihat dalam kesehariannya yang sederhana. “Rafni itu orangnya terlihat biasabiasa saja, tidak menampilkan kesan bahwa ia seorang ahli,”

ungkap Ridha yang juga rekan kerja Rafni, Kamis (25/05). Padahal, kata Ridha, Raf ni satu-satunya dosen yang diberi SK mengajar mata kuliah ilmu falak. Rafni juga salah satu ahli hilal di Sumatera Barat. Menjadi bagian dalam kategori ahl i bukanlah suatu perkara mudah. Mengemban tugas besar dan harus dipertanggungjawabkan. Sebagai salah seorang ahli hilal di Sumatera Barat, Rafni bertugas menentukan kapan jatuhnya Ramadan dan melakukan hisab untuk imsakiyah. Tugas tersebut bukanlah tugas yang mudah, harus penuh perhitungan dan dituntut mengerti tentang ilmu yang berkaitan dengan hal tersebut. “Layaknya seorang ahli, Raf ni tidak diragukan lagi kemampuannya dalam penentuan jadwal salat, arah kiblat dan rukyatul hilal pada awal bulan menjelang puasa. Namun, keahlian itu tidak menjadikannya sombong,” ungkapnya. Salah seorang alumni IAIN Imam Bonjol Padang, Resti Wahyuni yang ketika itu dimintai pendapat oleh Suara Kampus, juga mengatakan bahwa Rafni tidak terlalu terpublis keahliannya, sehingga tidak banyak yang tahu bahwa sebenarnya ia seorang ahli ilmu falak. “Mengetahui ilmu falak ialah keahlian yang langka. Seperti melihat hilal saja, itu harus menggunakan sebuat alat supaya jelas dan tidak ada keraguan. Intinya orang yang ahli ilmu falak tentu harus paham Islam, karena beban yang ditopang penentu hilal itu berat. Salah-salah akan besar dampaknya dan banyak yang menjadi korban,” tanggapnya, Jumat (05/ 06). Hal senada diungkapkan Zulfitna Sari, Mahasiswa Fakultas Ushuluddin. Tidak sembarang orang yang bisa menguasai ilmu falak. Memiliki dosen yang ahli adalah suatu kebanggaan bagi Zulfitna. “Saya baru tahu kalau Pak Rafni satu-satunya ahli falak di Sumatera Barat. Karena di kampus beliau terlihat biasa-biasa saja,” pungkas mahasiswi Perbandingan Agama ini. Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Nur Asikin menuturkan tanggapan yang sama. “Tidak menyangka bahwa Pak Raf ni ahli hilal di

Sumatera Barat. Waktu mengajar yang saya tahu Bapak itu terkesan sederhana saja, tidak terlalu memperlihatkan kelebihannya,” ungkap mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam ini. Gigih dan Tegas Di mata keluarga, Raf ni dikenal sebagai sosok yang gigih. Terlihat dari kemauannya untuk terus mengajar dan melanjutkan kuliah S3 di Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang Jurusan Pendidikan Agama Islam, walaupun umurnya sudah cukup tua. Begitulah penuturan Fitra Mulyawan, anak sulung Rafni. Selain untuk diri sendiri, ayah dari tiga anak ini juga memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Ia memiliki target untuk membiayai semua pendidikan anak-anaknya hingga S2. Setelah selesai S2, barulah diserahkan kepada anaknya masing-masing, ingin melanjutkan atau tidak. “Alhamdulillah, kami tiga orang bersaudara, ketiganya menamatkan pendidikan sampai S2,” tutur Fitra, Jumat (05/06). Dalam memimpin keluarga, lanjut Fitra, ayahnya sangat tegas. “Misalnya Bapak sejak anaknya kecil telah disuruh untuk salat. Apabila tidak salat maka akan diberikan hukuman,” kenang Dosen Sejarah Peradilan Islam ini. Fitra mengaku ayahnya adalah sosok kebanggaan keluarga karena keahliannya. Dengan keahlian ilmu falak, ia bisa mengabdikan dirinya kepada masyarakat. “Kami sebagai anak-anaknya selalu bangga kepada Bapak. Semoga Bapak dapat segera menyelesaikan pendidikan S3 nya,” harap Dosen Fakultas Syariah ini. Tahun ini penentuan awal Ramadan dilaksanakan pada, Selasa 16 Juni 2015 tepatnya pada 29 Syaban, menjelang matahari terbenam. Hilal (bulan kecil) akan diamati di Bukit Lampu Bungus, persis di sebelah selatan Kota Padang. Kegiatan ini akan diikuti pemuka agama yang terdiri dari, Majelis Ulama Indonesia, Nahdatul Ulama, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Kakanwil Kemenag Provinsi Sumbar, Tarbiyah Islamiyah dan perwakilan dari IAIN Imam Bonjol Padang. Mukhtar Syafi’i, Rahmadi, Risya Wardani, Neneng Isnaniah (Mg)

Curiculum Vitae Nama : Drs. Rafni, M.Pd., MH Tempat /Tanggal Lahir : Pekandangan, 24 Agustus 1952 Pangkat/GOL : Pembina Utama Muda, (IV/c) Jabatan Fungsional : Laktor Kepala Unit Kerja : Fakultas Syari’ah IAIN Imam Bonjol Padang Nama Istri : Fatmadewi

Drs. Rafni, M. Pd., MH

Riwayat Pendidikan 1. Sekolah Dasar Pakandangan, 1965 2. SLTP PGAN (4 Tahun) di Padusunan, 1969 3. SLTA PGAN (6 Tahun) di Padusunan, 1971 4. Sarjana Muda Fakultas Syari’ah IAIN Imam Bonjol Padang, 1978 5. Program S.2 , Jurusan Adminitrasi Pendidikan di PPS UNP, 2000 6. Program S.2 , Jurusan Hukum dan Tata Negara di PPS UNES Padang, 2011 7. Program S.3 , Jurusan Pendidikan Islam di PPS IAIN Imam Bonjol Padang, Dalam Penyelesaian. Buku a. Harta Suarang Ditinjau dari Hukum Islam, Padang : Hayfa Press, 2007 b. Ilmu Falaq I, Padang : Hayfa Press, 2010. c. Kebijakan Kabupaten Padang Pariaman tentang Pendidikan Nonformal Padang : Hayfa Press, 2007


Berbekal Bakat dan Minat Dua Mahasiswa Ini Raih Mendali Pioner

Penjaga Lafaz Allah

Lasyarikalahu

M

eskipun terkadang manusia belum sadar bahwa sesungguhnya Allah selalu memberikan yang terbaik kepada hamba-Nya. Ia sadar ketika sudah merasakan hasil yang bermanfaat bagi dirinya dan orang-orang yang disayanginya. Dan untuk menemukan jalan menuju keberhasilan itu dibutuhkan petunjuk, sokongan dan motivasi yang nyata dari Allah serta orang-orang yang dikenalnya. Begitulah yang dirasakan oleh, salah seorang peserta Pekan Olahraga Seni dan Riset (Pionir) se-Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) seluruh Indonesia VII di Palu pertengahan Mei lalu. Rikal, demikian dia akrab disapa, adalah salah seorang dari ribuan peserta Pionir yang bertarung di Palu. Namun ada hal menarik di balik keberhasilannya di bidang tahfizh ini yang tentunya tidak terlepas dari dorongan orang-orang terdekatnya. Sebut saja Wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) IAIN Imam Bonjol Padang Sasmi Nelwati. Rikal mengaku dapat informasi dari Sasmi terkait seleksi peserta Pionir April lalu. “Sebelumnya dikabari WD III tarbiyah,” akunya. Di Yayasan Tahfizh Ahsan Al-Husna, Rikal memulai karirnya. Pasalnya, sejak kelas III Sekolah Dasar (SD) Rikal baru benar-benar serius mendalami tahfizh. Sebelumnya dia hanya mengikuti kegiatan yang ada di sekolahnya saja tanpa ada rasa keinginan untuk mendalaminya. “Sebelumnya tidak terlalu serius, karena ada terasa manfaatnya baru mendalaminya,” ungkap mahasiswa semester VI ini. Bekal yang dibawa Rikal memang tidak sedikit. Sejak Sekolah Dasar (SD), tepatnya kelas III SD, Ia sudah mewakili SD-nya di Kalimantan Tengah cabang Tartil. Awalnya Ia belum merasakan manfaat yang ada pada apa yang Ia tekuni. “Mulai serius menghafal itu sejak kelas tiga SD,” terangnya. Selain menekuni sejak dini, Rikal juga sering mengikuti berbagai lomba dan juga mampu memenangkan beberapa dari perlombaan tersebut. “Pernah juga juara tingkat nasional tahun 2003 dan 2004,” kenangnya. Di yayasan juga tidak terlepas dari dorongan orang-orang di sana. Rikal mengaku ada orang yang sangat berjasa dan menjadi panutan baginya. “Yang berjasa

pertama itu adalah almarhum Ustazd Salman, Pembina saya di yayasan,” kenangnya. Selain orang-orang besar yang ada di dekatnya, Rikal juga tidak terlepas dari dorongan dan bantuan teman-temannya yang ada di kampus dan di lingkungan tempat tinggalnya. “Saat latihan, kadang dibantu teman di kampus atau di masjid,” ujarnya. Ia merasa belum maksimal, berkat usaha dan tekad kuatlah yang mengantarkan dua personil Pekan Ilmiah Olahraga Seni dan Riset (Pionir) 2015. Lasyarikalahu dan Rivi Pratama Putra mampu menyumbangkan medali kepada IAIN Imam Bonjol Padang Cabang Tahfiz Lima Juz. Meskipun bagi Rikal ini adalah kali kedua mengikuti Pionir, namun tidak membuat ia menganggap remeh perlombaan ini. Rikal selalu berusaha melakukan yang terbaik semaksimal mungkin. “Selalu berdoa dan berusaha tampil maksimal,” ungkapnya saat menyambangi Suara Kampus, Kamis (28/ 05). Setiap usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh akan dibalasi Allah dengan sesuatu yang pantas. Meskipun awalnya tidak puas dengan penampilannya karena sempat salah, Rikal memperoleh peringkat ketiga cabang tahfizh lima juz. “Nggak nyangka juga juara tiga, padahal salah,” kenang mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) ini. Meskipun begitu, masih terselip di hati Rikal rasa kecewa karena merasa tampil kurang maksimal. Ia ingin tetap tampil maksimal saat lomba, apapun hasilnya nanti bagi Rikal tidak masalah yang penting ia sudah melakukan yang terbaik. “Sebenarnya enggak puas. Kena bel (juri) jadi tidak maksimal ketika soal terakhir,” paparnya. Usaha yang dilakukan Rikal mendapat ganjaran yang setimpal dengan perolehannya mendapat medali perak. “Tahun lalu saat Pionir VI, IAIN dapat perunggu. Alhamdulillah tahun ini dapat perak,” lanjutnya. Rikal menyampaikan juga rasa terima kasihnya kepada orang tua yang telah mendukung dan terus memotivasi, kepada Yayasan Tahfizh Ahsan Al-Husna, teman-teman, dosen pembimbing dan tentunya kepada seluruh mahasiswa IAIN Imam Bonjol telah mempercayainya di Pionir VII ini. Ia mengaku sebelumnya didaftarkan seleksi pada cabang tilawah, namun atas dasar pertimbangan penyeleksi ia dipindahkan pada cabang tahfiz. “Inisiatif Pak Bakri untuk ikut di cabang Tahfiz lima juz,” paparnya. Awalnya, Rikal juga merasa minder dengan calon peserta lainnya yang memiliki hafalan yang lebih banyak. “Ada rasa ragu karena ada yang hafal sepuluh juz juga,” kenang alumni Yayasan Tahfizh Ahsan AlHusna ini. Demi tampil maksimal, Rikal selalu mengulang hafalannya setiap ada kesempatan ketika belum berangkat ke Palu. “Saya mengulang hafalan saat menjadi imam, karena kebetulan tinggal di masjid,” paparnya. “Selain itu ada juga dibantu teman-teman untuk mendengar hafalan saya,” tambahnya. Saat di Palu pun, waktu yang ada digunakan Rikal dengan sebaik-baiknya. Rikal akan mengulang hafalannya saat ada waktu luang seperti setelah makan. “Enggak ditentukan waktunya. Kalau sudah komat-kamit sendiri berarti sedang mengulang hafalan,” akunya. Saat lomba, Rikal mengaku was-was juga. Namun ia selalu meneguhkan hatinya dan selalu berdoa kepada Allah Swt. “Berdoa dan tampil maksimal,” ujarnya. Veni Andriyani, Ulvia Rahmi (Mg),

Penyulam Hijaiah dari Tabek Patah

S

etiap makhluk yang ada di permukaan bumi ini adalah milik Allah Swt. se mata. Apapun yang dilakukan oleh hamba-Nya, Dia Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Selain Rida dari Sang Pencipta, niat yang tulus untuk kebaikan bersamalah yang diutamakan. Manusia merupakan makhluk yang sempurna di antara makhluk yang lainnya. Di dalam kehidupan ada yang dinamakan roda kehidupan. Roda kehidupan selalu berputar sebagaimana berputarnya roda sebuah kendaraan. Di dalam kehidupan roda selalu berperan aktif. Perputaran roda itu berbentuk dua sisi. Sebagai contoh, sisi pertama berbentuk kenikmatan, sedangkan sisi kedua berbentuk ujian. Setiap manusia akan merasakan kedua hal tersebut. Kenikmatan dan ujian. Tapi Allah Maha Adil, setiap ujian pasti akan ada kenikmatan, bagi orang yang mau berusaha untuk meraih kenikmatan tersebut. Tak terkecuali dengan Rivi, pengiat sanggar kaligrafi Al-Aqlam Fakultas Adab dan Humaniora IAIN Imam Bonjol Padang. Ia mengaku tidak sedikit mendapat tantangan ketika harus memutuskan untuk ikut menjadi peserta Pionir, atas usulan Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Maksum. “Awalnya dikabari WD III,” paparnya. “Saya harus bersaing dengan banyak mahasiswa lainnya yang ada di IAIN, dan Alhamdulillah saya terpilih,” kenangnya. Rivi mengaku sejak Sekolah Menengah Atas sudah menyukai kaligrafi. Meskipun hanya sebagai salah satu mata pelajaran di sekolahnya, Rivi mengaku sangat menyukainya. “Saya sejak kelas dua MAN (Madrasah Aliyah Negeri) baru menekuni kaligrafi ini. Meskipun hanya mata pelajaran kesenian, tetapi saya berniat menekuni dengan serius,” ujar Rivi. Setamat Aliyah, Rivi mendapat kabar dari teman-temannya bahwa di IAIN Imam Bonjol Padang terdapat sebuah wadah untuk mengaplikasikan kegemarannya, yaitu sanggar kaligrafi. Hal ini menjadikan penguat tambahan Rivi untuk masuk ke IAIN. “Saya sudah niat masuk IAIN karena ada sanggar kaligrafinya,” ungkap mantan kontingen MTQ Kabupaten Tanah Datar ini. Alhasil dengan sanggar kaligrafi itulah mengantarkan Rivi ke dalam ajang perlombaan yang paling besar yang pernah ia ikuti. “Sebelumnya belum pernah, ini lomba yang paling besar,” ujarnya. Setiap perjalanan di dunia selalu akan bertemu dengan tantangan. Tantangan yang akan membawa seseorang pada sebuah kesuksesan. Tapi banyak orang yang sukses menanamkan konsep maju terus pantang mundur. Walaupun selalu dijatuhkan dengan tantangan yang ada, pemenang selalu bersikap optimis agar tercapai sebuah kesuksesan yang diimpikannya. Selama menjadi perwakilan IAIN IB di ajang Pionir, Rivi mengaku tidak sedikit menemui kendala. Salah satunya saat ia diutus menjadi peserta, ia mengaku baru mendapatkan naskah yang akan dilombakan tiga hari sebelum keberangkatan ke Palu. “Soal lombanya (naskah, red) baru sampai di sini tiga hari sebelum berangkat ke Palu. Biasanya kalau satu sampai dua bulan sebelum lomba,” ujar mahasiswa semester VI ini. Dari dua puluh naskah yang akan dilombakan, Rivi harus membuat sketnya terlebih dahulu. Satu sket menghabiskan waktu berjam-jam. Rivi mengaku selama di Palu, waktu luang yang ia miliki dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya. “Kebetulan lomba cabang kaligrafi naskah itu hari Kamis. Kan ke Palu hari Senin. Maka hari yang tersisa sebelum lomba saya gunakan untuk menyelesaikan sket, Alhamdulillah selesai,” katanya .

Tidak sampai di situ saja tantangan yang dihadapi oleh Rivi. Setelah menyelesaikan sket kaligrafinya, di hari lomba ternyata peserta tidak diperbolehkan membawa pola atau contoh yang sudah ada. Peserta hanya boleh membawa alatalat kaligrafi saja. “jadi, yang saya bawa itu benar-benar hanya alat tulis kaligrafi saja. Seperti khat, penggaris, tinta dan lainnya,” kenang mahasiswa asal Batusangkar ini.“Malah peserta lomba yang di sebelah ruangan saya, ada yang ketahuan dan karyanya tidak dinilai,” ujarnya lagi. Kemenangan yang Berharga Sebagai seorang yang ingin menuju kesuksesan haruslah memiliki jiwa yang optimis, pantang mundur serta selalu yakin akan kemampuan yang dimilikinya. Banyak anak muda yang memiliki kemampuan, namun tidak bisa mengeksplor kemampuan tersebut, karena faktor kurang yakin. Padahal banyak orang mengatakan yakin adalah kunci dari sebuah kesuksesan. Banyak juga orang yang tidak yakin dengan kemampuannya, namun tetap berusah untuk mampu dan berjuang demi terwujudnya apa yang diimpikannya. Salah satunya, Rivi tadi, meskipun sempat belum merasa yakin dengan kamampuannya sejak awal. Ia selalu menanamkan konsep yakin tadi dalam dirinya. Ia selalu berusaha meyakinkan dirinya bahwa Ia bisa melakukannya dengan baik. Ia memulainya dari saat awal seleksi pemilihan peserta Pionir di IAIN. Bekal belajar di Al-Aqlam selama enam semester tidak disia-siakannya. Ia selalu meningkatkan kualitas kamampuannya. “Pas seleksi banyak peserta yang ikut, tapi Alhamdulillah terpilih. Mungkin karena mereka tidak mempelajari kaligrafi lebih dalam,” ujarnya. Walaupun begitu, Rivi tetap berharap kontingen Pionir IAIN dari tahun ke tahun akan menjadi lebih baik. “Kalau sekarang dapat Perak, mudah-mudahan tahun depan dapat emas,” ungkapnya yang diamini kami semua yang ada di ruangan sanggar kaligrafi Al-Aqlam, Kamis (28/05). Rosi Elvionita, Sartika (Mg)

Rivi


Penerimaan Dosen IAIN IB Tidak Setimbang dengan Penerimaan Mahasiswa

Dosen dalam Lingkaran Anggaran alam produktivitas maha siswa IAIN Imam Bonjol Padang, memang unggul, terbukti dari beberapa tahun terakhir peminat IAIN IB meningkat. Namun produktivitas ini berbanding terbalik dengan produktifitas dosen, grafiknya tidak sejalan, penerimaan tahun akademik 2015/2016 misalnya, jalur Seleksi Prestasi Akademik Nasional Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (SPAN-PTKIN) 2.423 dinyatakan lulus dari 6.646 yang terdaftar. Hal ini melampaui jauh dari kuata yang tersedia pada jalur SPAN PTKIN yaitu 1.500 kursi atau 50 persen dari kuata 2015. Sedangkan dosen, pergerakannya grafiknya dari tahun -tahun merangkak naik, tidak selaju dengan peningkatan mahasiswa. Ini agak sedikit mandul. Wajar jika pemandangan dalam satu kelas satu dosen berhadap dengan puluhan mahasiswa yang meruah. Terganjal dengan aturan Kementerian Agama (Kemenag) yang berperan dalam menganggarkan penerimaan dosen. Beberapa fakultas dan jurusan terpaksa meminta beberpa dosen untuk menggang dua mata kuliah sebagai penanggulangi krisis tersebut. Syafruddin Wakil Rektor I IAIN IB mengatakan, prosedur penerimaan dosen itu tergantung kuota atau anggaran yang diberikan oleh Kemenag. "Kita mengusulkan kuotanya lalu kementerian yang akan menetukan anggarannya," ujar Syafruddin saat ditemui di ruagannya. Sebelumnya, rektorat mengimbau fakultas untuk menyurati tiap jurusan untuk mengajukan dosen yang diterima, setelah terhimpun data tersebut, baru dikirim ke Kementerian untuk dianggarakan. "Kita surati fakultas, berapa dosen yang dibutuhkan," kata Syafruddin. Terkait hal itu, Syafruddin mengaku kecewa dengan aturan tersebut, sebab menurut Syafruddin, jumlah yang IAIN IB butuhkan tidak sesuai dengan jumlah yang dianggarkan Kementerian. "Kita jarang mendapatkan anggaran sesuai dengan yang kita bututhkan," paparnya. Selain itu, lanjut Syafruddin, penerimaan dosen tidak sesuai dengan jurusan yang dibutuhkan. Banyak dosen yang melamar di jurusan yang sudah memiliki banyak dosen dan sebaliknya, pada jurusan tertentu IAIN IB kekurangan dosen. "Terkadang dosen yang kita minta tidak sesuai dengan bidangnya," terangnya. Hal ini diakui Syafruddin tidak tepat sasaran, karena belum merata pada setiap jurusan. Minim dan Krisis Menilik dari pertumbuhan ku antitas dosen pada tiap fakultas jauh dari yang diharapkan, kekrisisan ini memaksa dekanat mengambil kebijakan untuk dosen yang kompeten untuk memegang dua mata kuliah. Seperti yang dikatakan Wakil Dekan I Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK) Wakidul Kohar. Ia mengatakan, tidak adanya penambahan tenaga pengajar, FDIK terpaksa meminta dosen yang mempunyai kapasitas untuk memegang satu mata kuliah lebih. “Karena dosen tidak kunjung bertambah, jadi kami menggunakan dosen yang pandai di dua

Taufiq Siddiq/Suara Kampus

D

Dosen

Seorang dosen sedang duduk di ruangan dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Selasa (16/06).

“Kita jarang mendapatkan anggaran sesuai dengan yang kita butuhkan” Syafruddin Wakil Rektor I bidang untuk mengajarkan mata kuliah di luar mata kuliah yang diajarkannya,” lanjut Wakildul. Ia menambahkan, jumlah dosen secara keseluruhan di FDIK ada 92 dosen yang terdiri dari 61 dosen tetap dan 29 orang dosen luar biasa atau dosen honor. “Baru-baru ini kita menerima dua orang dosen,” paparnya, Kamis (28/05). Menurut Wakidul, persentase jumlah dosen masuk dan dosen keluar dalam tiga tahun terakhir di FDIK berbanding terbalik, laju grafik dosen keluar lebih tinggi dari dosen yang masuk. “Kita mengusulkan delapan dosen, namun yang lulus hanya dua orang dosen,” katanya. Terkait prosedur penerimaan dosen, Wakidul mengatakan, rektorat menyurati fakultas yang berisi tentang penginformasian dosen yang dibutuhkan pada tiap Fakultas. lalu Wakil Dekan I akan mengadakan pertemuan dengan ketua jurusan terkait dosen yang dibutuhkan pada tiap jurusan tersebut “Setelah mendapatkan data jumlah dosen yang dibutuhkan, maka Wakil Dekan I mengusulkan kembali dosen yang dibutuhkan kepada rektorat, setelah itu baru rektorat menginformasikan untuk mengikuti tes penerimaan dosen baru,” terang Wakidul. Beda halnya dengan Fakultas Ushuluddin, semenjak empat tahun

terakhir fakultas ini belum pernah mendapatkan penambahan dosen. Hal ini disampaikan Wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin Zaim Rais, Selasa (26/05). Zaim Rais menjelaskan, sekarang Fakultas Ushuluddin memiliki 60 lebih dosen. Di tahun ini Fakultas Ushuluddin kembali tidak mendapatkan dosen baru dan menurutnya ini ada kesalahan dari rektorat. “Saya kira ini ada kesalahan, dulu ketika diminta data untuk dosen baru dan data telah dikirim namun tidak keluar jatah dosen baru untuk fakultas Ushuluddin,” jelasnya. Persentase jumlah dosen pensiun dan dosen keluar semenjak empat tahun terakhir lebih banyak dibanding dosen yang masuk. Tahun kemarin, sekitar empat orang dosen Ushuluddin telah pensiun dan di tahun ini, sekitar satu dosen akan pensiun dari Fakultas Ushuluddin, serta beberapa dosen di fakultas ini yang telah berpulang. Menurut Zaim Rais, Fakultas Ushuludin sendiri membutuhkan 15 dosen baru. Terkait prosedur penerimaan dosen fakultas tidak bisa berbuat banyak.“Kita hanya diminta mengirimkan data kebutuhan, berapa jumlah dosen yang dibutuhkan dan kita tidak bisa memastikan bisa turun atau tidak,” keluhnya. Zaim menegaskan, kinerja dos-

en pada pekerjaan pokoknya sudah bagus walaupun ada sedikit kekurangan. “Setiap akhir tahun kita selalu ada evaluasi untuk membenahi kekurangan-kekurangan terkait kinerja dosen dengan adanya pengisian angket yang diisi oleh mahasiswa,”tegasnya. “Adanya dosen yang mengajar lebih dari satu mata kuliah merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Sejauh yang saya ikuti tidak ada permasalahan yang menonjol karena saya lihat tidak ada mahasiswa yang komplen, namun satu atau dua memang ada tetapi tidak begitu menonjol,” lanjut Zaim. Secara kebutuhan, Zaim berpendapat pihak fakultas memang membutuhkan dosen yang muda dan berpengalaman. “Potensinya bisa dilihat dari kemampuan yang ada dinilai ijazahnya,” terang Zaim. “Saya berharap pemerintah dan Kemenag RI betul-betul memperhatikan jumlah dosen yang dibutuhkan oleh perguruan tinggi khususnya IAIN,” harapnya. Tak Merata Menilik dari kaca mata yang berbeda, ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Aminuddin Syam mengungkapkan, di tahun 2015 PAI tidak melakukan penambahan dosen, pasalnya jumlah dosen pada jurusan ini sudah memadai.

“Pada umumnya kuantitas dosen dari PAI tidak ada masalah. Kita tidak ada penambahan dosen dari luar atau dosen terbang karena jurusan memakai dosen yang ada di institut sendiri,” ungkap Aminuddin. Mengenai syarat penerimaan dosen, ia menjelaskan syarat umum penerimaan dosen diantaranya lulusan program magister atau S2. kemudian harus punya kompetensi dan lainnya. “Dalam penerimaan dosen baru yang punya wewenang penuh itu pihak rektorat,” ujar Ketua Jurusan PAI itu. Lain halnya dengan Ketua Jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah (AS) Surwati mengatakan, penerimaan dosen fakultas masih diusulkan oleh pihak jurusan. “Tahun ini, kami baru mengusulkan dosen,” katanya. Menurut Surwati, dosen yang dibutuhkan sekarang untuk jurusan AS diantaranya dosen Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) dan dosen Ulumul Hadist, berjumlah 20 dosen. Hal yang serupa juga disampaikan ketua jurusan Jinayah Siyasah (JS) Azhariah Kholidah, menurutnya dosen jurusan Hukum Pidana ingin ditambah. Azhariah menjelaskan, JS saat sekarang ini memiliki dosen sebanyak 12 orang. “Sebelumnya berjumlah 13, namun salah seorang dosen JS ada meninggal dunia kemarin,” terangnya, Kamis (27/05). “Saya berharap dosen yang kami minta dibidang A, memang dosen dibidang A yang didahulukan bukan bidang lain,” harap Azhariah. Aidil Ridwan Daulay, Miftahul Ilmi (Mg), Rahmi Jamita, Khairuddin (Mg), Sherly Fitri Yanti, Khairul Nasri (Mg)


Memaknai Tradisi Ma Anta Pabukoan

Serantang Berkah Ramadan M

enjelang magrib, sepa sang suami istri berjalan beriringan. Si laki-laki berbaju koko dan celana dasar. Si perempuan berbaju kurung dan memakai rok kain panjang. Kepalanya berbalut salendang putih. Tangan kanannya menjinjing rantang aluminium merah bermotif bunga tulip. Semakin mendekati magrib, jumlah pasangan yang beriringan dengan menjinjing rantang alumunium pun semakin banyak. Pemandangan khas ini memang akan sering kita jumpai di ranah Minangkabau, khususnya di bulan berkah, bulan Ramadan. Kearifan lokal yang telah membudaya di Minangkabau ini diistilahkan dengan ma anta pabukoan. Paling sedikitnya satu hari di bulan Ramadan, pasangan suami istri yang baru menikah mengantarkan menu berbuka ke rumah mertuanya, pertama dari keluarga perempuan dan selanjutnya dari keluarga laki-laki. Budayawan Minangkabau Mursal Dahrizal atau yang kerap disapa Mak Katik menuturkan, ma anta pabukoan adalah budaya yang bersifat adaik sabatang panjang . Adat yang berlaku untuk seluruh masyarakat Minangkabau, bukan tradisi yang berasal dari satu daerah. Selain ke rumah mertua, pasangan suami istri harus ma anta pabukoan ke rumah keluarga dan istri mamaknya. Ma anta pabukoan sarat dengan berbagai ketentuan budaya yang disepakati masyarakat di Minangkabau. Ma anta pabukoan biasanya menggunakan panci bersusun dan bertutup dengan dilengkapi tangkai, yang berfungsi sebagai pengait dan pegangan atau biasanya disebut rantang. Satu rantang menu berbuka itu untuk satu rumah. Makanan yang dibuat untuk menu berbuka ma anta pabukoan juga tidak boleh sembarangan. Kata Mak Katik, menu makanan yang wajib untuk dibawakan adalah randang atau biasa disebut panghulu samba. Selanjutnya lamang, makanan dari beras ketan yang dimasak dalam seruas bambu, setelah sebelumnya digulung

dengan selembar daun pisang .Nasi lamak, beras ketan yang dimasak dengan menggunakan santan kelapa. Selanjutnya onde-onde sipuluik, makanan yang terbuat dari tepung terigu atau tepung ketan dan di dalamnya diisi gula merah. Semua makanan yang dibawa tersebut harus disertai dengan kuah. “Menu ini sangat wajib dihidangkan saat ma anta pabukoan ke rumah mertua dan mamak,” tutur Mak Katik. Pengikat Silaturrahmi Ma anta pabukoan berarti bertemunya beberapa keluarga. Yaitu keluarga pasangan suami istri yang baru menikah dan keluarga mertua dari perempuan atau mertua dari laki-laki. Selanjutnya pertemuan dengan keluarga mamak dari laki-laki dan mamak dari perempuan. Berkumpulnya dua keluarga, dengan suasana yang hangat tentu akan berdampak pada keeratan tali silaturrahmi antara kedua keluarga. Bagi yang berkunjung ke rumah mertua, bisa mendapatkan nasehat tentang berumah tangga. Begitu juga ketika berkunjung ke rumah mamak, ada saja nasehat yang bisa dipetik. “Selain untuk mempererat silaturrahmi, ma anta pabukoan juga salah satu cara berbakti kepada orangtua dan mertua,” papar Mak Katik kepada Suara Kampus. Hubungan silaturrahmi yang terjalin melalui ma anta pabukoan ini selanjutnya akan mewujudkan hubungan istimewa antara menantu dan keluarga mertuanya. Pakar Adat Sheiful Yazan mengungkapkan, hakikat tradisi ma anta pabukoan bukanlah terletak pada makanan yang diantarkan, tapi hubungan istimewa yang terjalin. “Ma anta pabukoan merupakan tradisi yang dilakukan hampir di seluruh masyarakat Minangkabau. Biasanya yang mengantar pabukoan adalah seorang menantu perempuan ke rumah keluarga suaminya, mamak, mertua, ipar dan lainnya. “Kepada mertua, tidak boleh sembarang pabukoan, karena tradisi ini akan

menciptakan hubungan istimewa, sehingga harus dilakukan secara adat,” ungkap Sheiful. Istilah ma anta pabukoan, kata Sheiful hanya digunakan untuk kegiatan mengantar menu berbuka kepada keluarga mertua dan mamak, tidak untuk mengantar menu berbuka kepada tetangga. Sebab, ma anta pabukoan memiliki aturan adat tersendiri, sedangkan mengantar menu berbuka kepada tetangga, tidak diatur di dalam adat. “Kalau kepada tetangga bukan dilakukan dalam rangka adat, tapi tanda persaudaraan sesama muslim semata. Tidak usah pakai aturan-aturan adat. Apa saja pabukoan silakan diantar kepada tetangga,” ujar dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Imam Bonjol Padang ini. Mak Katik menuturkan penjelasan yang sama. “Ada juga namanya maimbau babuko yang maksudnya kalau ma antaan pabukoan untuk mertua dan mamak, sedangkan maimbau babuko untuk seluruh sanak saudara secara ramai-ramai makan di rumah kita,” jelasnya. Butuh Peran Mamak Pemandangan keramaian pasangan yang ma anta pabukoan di waktu magrib, mulai jarang ditemukan. Tradisi ini mulai pudar digerus zaman. Padahal, kata Sheiful Yazan sudah menjadi tradisi Minangkabau sejak lama. Walaupun kapan tradisi ini ada dan di mana mulanya belum diketahui secara pasti. Penyebab lunturnya tradisi ini, menurut Sheiful berkaitan dengan peranan mamak di Minangkabau. Mamak dahulunya ialah orang yang paham dengan adat dan tradisi. Mamak memiliki peran untuk membimbing kemenakan. Membimbing berupa memberikan ilmu ataupun wawasan. Baik berisi tentang ilmu sosial, budaya maupun tradisi yang berlaku di Minangkabau. “Mamak menjadi sosok yang sangat disegani oleh keluarganya, terutama oleh kemenakannya,” paparnya. Peran mamak saat ini mulai

bergeser. Mak Katik dengan mata berbinar mengatakan mamak sekarang tidak seperti mamak dahulunya. Kebanyakan mamak sekarang tidak lagi menguasai tradisi dan adat istiadat yang berlaku di Minangkabau. “Mamak sekarang adalah mamak di era modern yang memiliki sifat modern pula. Bukan kamanakan lagi yang perlu diatur bahkan mamak juga perlu diberi arahan,” katanya kepada Suara Kampus. Fenomena ini menjadikan mamak bukan lagi sosok yang disegani secara adat. Kedekatan antara mamak dan kemenakan juga sudah mulai terusik. Jarang ditemui mamak dan kemenakan berbincang-bincang membahas perkara adat. Padahal, adat itu diajarkan secara turun temurun. “Pewarisan budaya yang tersendat ini yang kemudian mengakibatkan tradisi ma antaan pabukoan mulai memudar,” terangnya. Tata cara ma antaan pabukoan juga mulai jauh dari yang biasanya dilakukan dilakukan masyarakat Minangkabau dahulu. Menurut Mak Katik, menu dasar dari ma anta pabukoan saat ini telah banyak yang diganti dengan makanan-makanan yang bersifat modern. Ciri khas makanan Minangkabau mulai tidak dikenal. “Dahulu menantu pergi ke rumah mertua dan keluarga untuk ma antaan makanan pabukoan harus menyediakan menu wajib yaitu randang. Sekarang makanan tersebut telah berganti dengan menu modern,” terang Pakar Budaya Minang ini. Selain peran mamak yang mulai luntur, tradisi ma anta pabukoan mulai jarang ditemukan karena orang yang menjadi pemimpin di daerah Minangkabau tidak lagi mengenal adat dan

tradisi. “Kepala Jorong, Kepala Lurah, Wali Nagari bahkan Camat ada yang tidak menguasai adat dan tradisi,” tuturnya. Perbedaan visi misi antara ulama dan orang adat yang berbeda juga menjadi penyebab kelunturan tradisi ini. Sebab, budaya yang menjadi berbeda. “Saya berharap hubungan ulama dengan dengan urang adat harus disatukan baik dari segi visi misi maupun lainnya. Masyarakat harus menanamkan kembali adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah,” tambah Mak Katik. Sheiful menuturkan alasan yang sama. Sekarang budaya ini sudah mulai memudar karena tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin modern, jadi tradisi seperti ini dianggap tidak mengikuti perkembangan jaman, baik perkembangan teknologi maupun budayanya. “Saya berharap masyarakat lebih memahami makna dari tradisi ma antaan pabukoan ini. Jangan sampai karena berkembangnya teknologi, kita menghilangkan warisan leluhur para terdahulu,” tegasnya. Masyarakat secara umum mempunyai pandangan berbeda. Perubahan menu dan cara ma anta pabukoan bukanlah suatu masalah. Karena perubahan tersebut bentuk variasi masyarakat akibat perubahan jaman. “Dahulunya ma antaan pabukoan memakai rantang dan berjalan kaki, sekarang memakai kendaraan,” tutur salah seorang mayarakat Minangkabau yang enggan disebutkan namanya. Berbeda dengan yang dikemukakan mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang Annisa. Tradisi yang mulai luntur ini harus mendapat perhatian khusus dari masyarakat dan pemuka Minangkabau. “Saat ini orang Minang terlena dengan budaya asing, sehingga tidak mampu menyaringnya. Akibatnya budaya asli Minang terlupakan. “Saya berharap pemerintah membantu meningkatkan kembali rasa ingin tahu masyarakatnya terhadap budayanya,” harap mahasiswa Fakultas Syariah ini. Aidil Ridwan Daulay, Destiwi Zurima, Lisa Fauziah (Mg), Anindia Padsun (Mg)


Manis yang Menyehatkan P

uasa artinya menahan. Secara sederhana banyak orang mema haminya dengan menahan diri dari rasa haus dan lapar, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Dengan begitu, puasa akan mempengaruhi pola asupan nutrisi sepanjang hari. Karena makan kita dibolehkan hanya dua kali dalam sehari, yaitu pada sahur dan ketika berbuka puasa. Jika seperti itu, maka makanan yang kita makan pada sahur dan berbuka juga harus teliti dalam memilihnya, agar badan kita selama bulan puasa terjaga. Terjaga dari berbagai penyakit yang mungkin saja bisa masuk kapan saja. Banyak orang bahkan hal yang lumrah bagi sebagian orang untuk membelakangi urusan kesehatan pada bulan Ramadan, dengan memakan makanan yang dapat melampiaskan nafsu karena seharian tidak makan. Salah satu contoh ketika mau berbuka puasa. Banyak orang bahkan sebagian besar orang makan makanan yang tidak sehat ketika berbuka. Padahal memilih makanan di bulan Ramadan harus cermat dan tepat. Nah disini, salah seorang dosen ahli gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (Unand), Dr. Delmi akan memaparkan tentang makanan sehat yang harus dikonsumsi dalam bulan Ramadan, menurut ahli-ahli kesehatan gizi. Berikut tips-tipsnya:

Makanan yang sehat adalah makanan yang mengandung cukup kadar gizi, dimana gizi tersebut ialah gizi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti, makanan yang mengandung vitamin, karbohidrat dan mineral yang cukup. Selain itu, makanan yang masuk ke dalam tubuh harus makanan yang tidak mengandung zat-zat yang merangsang asam lambung. Karena salah satu penyebabnya ialah kita akan terkena penyakit mag. Sangat dianjurkan meminum serta memakan makanan yang tidak terlalu manis dan terlalu pedas, karena makanan yang bersifat berlebihan itu akan menyebabkan rusaknya sel-sel dalam tubuh. Maka Nabi Saw. menganjurkan minum air putih dan makan makanan yang ringan dulu sebelum memakan makanan yang berat-berat, agar tubuh kita tidak merasa terkejut dengan makanan atau minuman yang akan kita konsumsi, setelah tubuh selama 12 jam di bangunkan untuk bekerja. Untuk menjaga makanan yang akan dikonsumsi, kita juga harus menjaga kadar gula yang akan masuk dalam tubuh kita. Sebaiknya dalam mengkonsumsi kadar gula untuk makanan atau minuman dianjurkan hanya 30 gr per hari , tidak dibolehkan lebih dari itu apalagi sampai 100 gr per hari. Karena dapat menyebabkan penyakit diabetes.

Selanjutnya takjil. Takjil merupakan makanan yang banyak dikonsumsi oleh orang yang berpuasa. Bahkan menjadi menu wajib ketika berbuka puasa. Takjil banyak kita jumpai di pasarpasar, jalanan atau sebagainya. Akan tetapi, banyak orang yang tidak memperhatikan tentang kebersihan dari takjil itu sendiri. Di sini Dr. Delmi akan membagikan 4P atau tips-tips dalam memilih takjil yang benar, yaitu:

Jika kita membeli takjil perhatikanlah terlebih dulu tekstur warna dari takjil itu sendiri. Perhatikanlah makanan dan minuman yang akan kita kosumsi, jika warnanya terlalu mencolok atau terlalu terang itu berkemungkinan memakai pewarna redawin. Redawin yaitu pewarna pakaian, kita harus pintar membedakan yang mana warna alami atau pewarna buatan, agar tidak merusak kesehatan. Yang harus diperhatikan lagi ialah, pengawet. Cara mengantisipasinya ialah memperhitungkan makanan atau minuman tersebut harusnya tahan berapa lama. Kita lihat penjual makanan atau minuman tersebut, jika dagangannya tidak habis dalam sehari dan besar kemungkinan akan dijual kembali esok hari, biasanya makanan atau minuman tersebut mengandung bahan pengawet, seperti boraks atau formalin yang biasa dimanfaatkan untuk mengawetkan mayat. Selanjutnya penyedap rasa. Dalam persaingan penjualan banyak pedagang yang memakai bumbu penyedap yang tidak sesuai. Caranya, jika makanan atau minuman tersebut terlalu enak dibandingkan dengan makanan buatan sendiri, dengan rasa sederhana namun sesuai dengan kebutuhan hal tersebut dapat kita curigai. Terakhir pemanis. Banyak pedagang yang menggunakan pemanis buatan. Agar dagangan yang dijual tersebut laris dipasaran. Cara mengantisipasinya ialah dengan memilah-milah apakah buatan atau tidak. Jika memakai pemanis sedikit saja bahan tersebut akan terasa sangat manis, dengan kondisi seperti itu sangat menguntungkan dari segi ekonomi untuk pedagang dan merugikan kita sebagai konsumen. Maka sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dengan pemanis alami yang berasal dari tebu dan jagung. Makanan yang mengandung pemanis buatan itu seperti sarbitol. Sarbitol bisa sampai 500 kali manisnya dari pemanis alami. Titi Rahma Sari, Silvia Wulandari, Muhammad Iqbal (Mg), Desi Caniago (Mg)




Persiapan Bulan Ramadan

Mempuasakan Kota Padang Kenyamanan dalam menjalankan ibadah puasa merupakan kebutuhan bagi umat muslim, dimana kekhusukan dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt. hal yang utama. Umat Islam akan berlomba-lomba mencari keridhaan dari Maha Kuasa, semua akan jadi pertanyaan jika pimpinan daerah tersebut tidak bisa mempuasakan daerahnya sendiri. Jika suatu daerah tidak ada saling menghargai dalam menjalankan suatu ibadah maka sistem dari kepemimpinan tersebut masih dalam tanda tanya. Ini wawancara khusus kami bersama Wali Kota Padang di kediamannya Jl Ahmad Yani Padang.

Bagaimana kondisi Kota Padang menjelang penyambutan Ramadan? Untuk kondusif Kota Padang menjelang masuknya bulan Ramadan, Pemerintahan Kota (Pemko) Padang akan memberikan kenyaman agar warga Kota Padang bisa beribadah dengan nyaman dan memenimalisir gangguan yang merusak ibadah masyarakat nantinya. Pemerintahan Kota Padang akan musyawarah pimpinan daerah (Muspida) pada 12 Juni mendatang, bersama tokoh-tokoh masyarakat, agama dan seluruh ketua pemuda Kota Padang akan berkomitmen untuk menciptakan suasana kondusif di bulan Ramadan. Sejauh ini apa yang dipersiapkan wali kota menjelang kelancaran ibadah puasa? Pada tahun 2011 kita sudah melaksankan pesantren Ramadan, maka Ramadan kali ini Pemko Padang mengadakan kembali acara tersebut baik itu materinya maupun pemateri. Saat ini kita sudah mempersiapkan sebanyak 1000 master of trainer untuk memberi motivasi kepada siswa dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), trainer ini akan membimbing siswa Kota Padang selama bulan Ramadan, karena pada bulan ini siswa-siswa akan dipindahkan tempat belajarnya ke masjid dan mushallah di Kota Padang. Sebanyak 1000 trainer yang dipilih di kota ini sudah dilatih dan ia akan dibagi masing-masing masjid, satu masjid satu trainer dan bekerja sama dengan pengurus atau garin masjid. Agar kegiatan siswa seperti asmara subuh bisa ditiadakan, karena siswa-siswa akan disibukan dengan kegiatan pada bulan ramadan. Jika selama bulan Ramadan para pelar kita disebutkan dengan kegiatan yang bermanfaat, tentu segala kegiatan yang kurang baik bisa diminimalisir. Agar apa yang dipersiapkan ini terlaksana, Pemko Padang sudah bekerja sama dengan beberapa sekolah di Kota Padang. Selain itu seluruh masyarakat akan terlibat dalam hal ini. Bagaimana pandangan Bapak terhadap Kota Padang saat ini? Jika kita melihat dari kondusif Kota Padang saat ini sudah lebih baik dari tahuntahun sebelumnya. Beberapa program-program Pemko Padang sudah dilaksanakan dan diterima oleh masyarakat. Untuk keamanan dalam pelaksanaan ibadah puasa, apa sangsi bagi pedagang makanan yang berjualan di siang hari, judi, petasan? Agar pelaksanaan ibadah puasa aman dan kondusif, kita sudah membuat seruan untuk menjaga dan menghormati orang berpuasa. Seruan ini bekerja sama di seluruh elemen masyarakat, mahasiswa, da’i, ulama, tokoh masyarat dan yang lainnya untuk menjaga pelaksanaan ibadah di bulan suci ini. Dari mahasiswa, da’i, ulama dan yang lainnya itu menyampaikan kepada masyarakat umum agar saling menjaga keamanan dalam beribadah. Jika kita saling menjaga tentu keamanan dan kenyamanan di bulan ini akan terlaksana dan tercapailah oleh kita fadilahfadilah Ramadan itu, sesui yang diajarkan Rasulullah Saw. Masyarakat yang berjualan di siang

harinya akan ditegur, jika masih ada berdagang diluar waktu yang kita tentukan, maka akan diberi sanksi dan masuk penjara dengan hukuman ringan. Pemko sudah memberikan informasi yang berisi agar segala kegiatan yang akan merusak nilainilai puasa diberhentikan, termasuk berjualan. Kita sudah memberi peluang kepada masyakat untuk berjualan sejenis makanan di sorenya ataupun malam hari. Sedangkan berjudi dan petasan pada bulan Ramdan, kita sudah mendapatkan surat edaran dari Polisi Kota Padang untuk kerja sama penertiban. Bagi yang melanggar atau kedapatan berjudi dan petasan pada bulan Ramadan maka ia akan diberi sanksi sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Apa tanggapan Bapak terkait masih ada warga yang membuka kedai di siang hari, judi, miras, petasan? Saya kira ceramah-ceramah mubaligh sudah mengarahkan masyarakat untuk mengkondisikan kegiatan dalam bulan Ramadan. Jika warga masih kedapatan hal demikian ia termasuk orang yang tidak menghormati orang lain. Maka terimalah sanksisanksi yang ditetapkan, karena ia tidak mau menerima peraturan. Mudah-mudahan masyarakat bisa mentaati peraturan. Apa harapan bapak kepada warga Kota Padang di Ramadan kali ini? Harapan saya kepada warga Kota Padang, marilah kita sambut bulan suci ini dan mencari keutamaan-keutamaannya, seperti mengkondisikan keluarga untuk mengkhatam alquran. Agar kita mendapatkan malam lailatul qadar, seperti yang dijelaskan Rasulullah Saw. Kepada warga yang menyambut bulan Ramadan dengan tradisi balimau, maka isilah balimau tersebut dengan saling bermaaf-maafan. Tidak pergi kesungai untuk mandimandi. Tradisi balimau itu merupakan membersihkan, yaitu dengan saling bermaaf-maaf antara keluarga kita. Agar apa yang kita perbuat dan direncakan menjadi amal ibadah. Kepada kepala kuluarga agar bias membimbing keluarganya, agar tidak kegiatan yang dilakukan dalam bekeluarga tidak keluar dari nilai-nilai Islami. Apa program yang Bapak lakukan di bulan Ramadan? Progam yang akan laksanakan pada bulan Ramadan, kita akan mengadakan melaunching pesantren ramadan dan bermacam perlombaan seperti, mushabaqah tilawatil quran (MTQ), khatam al quran dan berdakwah dan menyampaikan keutamaan pada bulan puasa. Saat ini Pemko Padang sudah menyampaikan kepada masyarakat pada Jumat untuk menyambut dan kesipan pada bulan puasa serta men-

cari keutamaan –keutamaannya. Apakah sudah jalan program bapak terkait keamanan di bulan Ramadan? Saat ini program-program di bulan Ramadan belum terlaksana, karena kita belum memasuki bulan puasa. Dalam penyambutan bulan Ramadan ini kita kebih fokus mensosialisasikan kepada masyarakat, berkomitmen untuk sal ing menjaga keamanan dan menciptakan suasana yang produktif dalam bulan suci ini. Bagaimana dengan pembukaan wisata malam pada bulan Ramadan? Terkait pembukaan wisata malam seperti musik room akan diberhentikan ketika dalam pelaksanaan ibadah, seperti salat tarawih dan witir. Jika setelah selesai masyarakat Kota Padang melaksakan ibadanya, boleh-boleh saja pembukaan wisata pada malam hari yang tidak akan merusak nilai-nilai keislaman. Untuk meminimalisir peristiwa ini, kita akan menurunkan tim untuk keamanan dan kenyamaan di bulan warga Kota Padang. Kepol isian sudah melarang juga tentang permaiman-pemainan pada malam hari, jadi kita hanya meningkatkan. Agar pelaksan aan iba dah

pada bulan Ramadan terlaksana dengan baik. Dan kami mengajak kepada masyarakat janganlah kita euforia dalam penyambutan Ramadan, apalagi dengan tradisi balimau. Dalam agama kita tidak ada tradisi balimau, intinya jangan kita merusak nilai-nilai serta norma-norma adat kita pada bulan puasa. Marilah kita sibukkan diri dengan mendekatkan diri kepada Allah Swt, dan jangan hanya sandang dan pangan saja yang dipikirkan. Kanadi Warman, Mukhtar Syafi’i

H. Mahyeldi Ansharullah


Puasa Bulan Ramadan

Bukan Ibadah Tanpa Makna bulan Ramadan akan mendapatkan pahala yang tak terhingga dan berlipat ganda. “Salah satu contohnya, jika kita melaksanakan salat fardu di bulan biasa maka pada bulan Ramadan akan mendapatkan ganjaran pahala 70 kali lipat dari salat fardu yang dilakukan pada bulan biasa,” tutur Asas. Asas menambahkan, fadilah puasa akan rusak jika perbuatanperbuatan buruk dilakukan pada bulan Ramadan. ­”Banyak hal yang bisa merusak fadilah puasa, seperti contoh bergunjing. ­Kare­ na dalam berpuasa harus bisa menjaga mata, lidah dan telinga,” ujar Asas. Sementara itu, Ketua KSI Ulul Albab (UA) IAIN (IB) Padang, Syahbandi mengatakan pintu kebaikan akan dibuka seluasluasnya pada bulan Ramadan, bulan penuh rahmat bagi kaum muslim yang hanya dijumpai satu bulan dalam setahun. Hal tersebut seharusnya menjadi pemicu bagi setiap muslim untuk berlomba-lomba dalam -kebaikan. “Masih ada di antara mereka yang menjadikan puasa sebuah beban dan dilalaikan dengan aktivitas tidur dan istirahat yang lebih banyak dari hari biasanya,” ungkapnya. Sedangkan menurut Triwulandari fadilah puasa di bulan Ramadan itu harusnya mendekatkan diri kepada Allah, peka terhadap hal-hal yang baik, merasa simpati terhadap orang-orang yang kurang mampu. “Dengan puasa setidaknya kita bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang miskin, selain itu puasa juga membuat tubuh kita lebih sehat baik jasmani dan rohani, “tutur mahasiswa Jurusan MPI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan ini. Berbeda dengan Triwandari, Fauziatul Husna Puti menyebutkan fadilah puasa yang lain, yaitu melaksanakan puasa di bulan Ramadan itu didasari dengan niat karena Allah, karena puasa merupakan tambang pahala. “Setiap amal kita bernilai ibadah dan puasa itu ibarat benteng pertahanan diri, karena ketika itu iblis sedang dikurung dan puasa juga menimbulkan ketenangan jiwa dan kesehatan jasmani,” ungkap mahasiswa Jurusan Psikologi Islam Fakultas Ushuludin ini. Di tempat yang sama dengan Triwulandari, Putri Gustiani mengatakan bahwa fadilah puasa di bulan Ramadan itu ialah melakukan hal-hal yang positif. “Fadilah di bulan Ramadan yaitu menahan hawa nafsu, ibadah lebih ditingkatkan, berkumpul dengan keluarga, banyak mengikuti majelis ilmu agama, lebih banyak meluangkan waktu untuk beribadah, mengurangi hal negatif dan lebih banyak bersabar,” ungkapnya.

yambut bulan Ramadan sangat besar seperti puasa 3 hari sebelum datangnya bulan Ramadan dan saling memaafkan,” ulasnya. Menurut Fauzia, hal yang dapat menghalangi ibadah di bulan Ramadan yaitu, adanya godaan dari siaran TV ketika akan melaksanakan tarwih. “Biasanya saya mempersiapkan rancangan menu berbuka puasa, apakah sama seperti tahun kemaren atau berbeda,” katanya ketika dijumpai Suara Kampus (01/06). Tradisi Setiap orang ber­beda­beda untuk menyambut bulan Ramadan bahkan ketika menjalankan puasa. Dari melakukan hal yang positif bahkan hingga negatif. Bukan untuk dapat meningkatkan ibadah puasa hari demi hari hari, mulai dari awal puasa hingga puasa akhir bulan Ramadan. Akan tetapi harus sesuai dengan koridor atau ­ke­ tetapan yang berlaku dalam syariat Islam. Mulai dari kebiasaan ­ma­ kan sahur hingga berbuka dan melaksanakan ibadah di malam hari. Seperti melaksanakan salat tarawih. Di masingmasing kampung berbeda rakaat shalat tarwihnya. Ada yang delapan rakaat, hingga 22 rakaat. Namun, hal tersebut­ bukanlah hal yang salah, selama hal tersebut tidak menyalahi aturan yang berlaku dalam Islam. Dan masih banyak lagi kebiasaan-kebiasaan lainnya. Asas mengungkapkan, dalam Islam makan sahur di bulan Ramadan baiknya dilakukan beberapa menit sebelum masuknya waktu subuh, agar setelah sahur langsung melaksanakan ­sha­ lat subuh. “Banyak orang kebablasan dalam melaksanakan salat subuh, karena setelah sahur tidur dulu,” jelas Asas ketika dihubungi via telfon oleh wartawan Suara Kampus. Ia juga menambahkan, selain kebiasaan makan sahur, berbuka puasa di bulan ramadhan juga harus dengan ketentuan yang mengaturnya. “Kebiasaan banyak orang kan berbuka sekenyang-kenyangnya, tanpa memikirkan kebelakangnya. Sebaiknya menyegerakan berbuka itu dengan minum beberapa teguk air dulu, lalu baru melaksanakan salat. Kalau makan banyak nanti takut tidak sanggup lagi untuk salat maghrib,” papar Pgs Rektor IAIN Imam Bonjol Padang. Lebih lanjut asas, tidur di ­sub­ uh hari bulan Ramadan ­dilakukan dua jam sesudah shalat subuh lalu sampai pukul sebelas siang. “Dalam Islam dibolehkan tidur sesudah makan sahur, tapi jangan karena ketiduran jadi lupa shalat Ilustrasi/Veni Andriani

P

uasa merupakan salah satu ibadah yang paling tinggi pahalanya diantara ibadah lainnya. Ramadan adalah bulan kesembilan dalam tanggal Hijriyah. Sepanjang bulan ini seluruh umat pemeluk agama Islam melakukan serangkaian aktivitas keagamaan, termasuk berpuasa, salat tarawih, peringatan malam Laylatul Qadar, memperbanyak membaca Al-quran dan kemudian mengakhirinya dengan membayar zakat fitrah dan rangkaian perayaan Idul Fitri. Puasa artinya menahan. Menahan dari segala sesuatu yang ­dap­ at membatalkan puasa, seperti contoh yang tampak jelas ialah menahan diri dari haus dan lapar. Dari mulai terbit fajar hingga ­ter­ benam matahari. Puasa sendiri beraneka jenisnya. Mulai dari puasa sunat hingga puasa wajib. Puasa sunat dilakukan dalam waktuwaktu yang telah ditentu-kan dalam Islam. Sedangkan puasa wajib jatuhnya pada bulan Ramadan, selama satu bulan penuh lamanya. Berpuasa di bulan Ramadan dijanjikan Allah dengan pahala yang sangat besar, dimana pada bulan ini seluruh umat Islam akan berlombalomba untuk melakukan kebajikan bagi yang ingin pahala besar. Seluruh umat Islam terutama yang beriman dan mampu wajib melaksanakannya, kecuali yang berhalangan puasa pada hari itu. Sebagaimana Allah mewajibkan berpuasa kepada orang-orang sebelum kita, hal tersebut terdapat dalam Qs ­Al­Baqarah :183. Karena dengan keberkahan tersebutlah semua amalan ibadah akan berlipat ganda pada bulan ini. Setiap kebajikan yang kecil sekalipun mempunyai nilai tersendiri. Salah satu contoh, pada bulan Ramadan akan mendapatkan ganjaran pahala 70 kali lipat dari pahala salat fardu di bulan biasa. Tentu seharusnya disini orang akan berlomba-lomba untuk berbuat kebajikan, tak terkecuali melakukan kebajikan yang biasa sekalipun. Akan tetapi tidak semua orang sadar akan hal itu. Puasa selama satu bulan di bulan Ramadan bagi sebagian muslim adalah hal terberat. Ada yang sadar dengan adanya ganjaran pahala tersebut dan ada juga yang sadar tapi tak ikhlas melaksanakannya, bahkan ada yang tidak tahu sama sekali tentang hal itu. Keutamaan Puasa Banyak hal kebajikan yang seharusnya dapat dilakukan. Dari hal kecil, seperti menghindari diri dari sifat yang suka menggunjing, yang biasa dan bahkan lumrah dikalangan perempuan pada ­um­ umnya. Akan tetapi kata-kata lumrah tadi bahkan terkadang menjadi tradisi, banyak yang tidak tahu bahwa hal tersebut akan merusak puasa yang sudah di tahan sejak mulai terbit fajar. Bukankah seharusnya melakukan hal-hal baik itu lebih penting daripada harus berbuat keburukan. Selain itu, banyak juga fadilah puasa dalam bulan Ramadan. Akan tetapi banyak juga yang tidak sadar akan hal itu. Masih banyak umat Islam buta pengetahuan tentang hal itu. Bukan buta karena tidak tahu, akan tetapi buta karena tidak ingin tahu. Guru Besar Fakultas Syariah IAIN Imam Bonjol Padang, Asasriwarni menjelaskan, berpuasa di

Hal-hal baik itu harusnya dibarengi diyakinkan dalam hati, agar hal-hal negatif tidak meng­halangi perjalanan puasa dalam sebulan tersebut. Tri meng­ungkapkan, dari hal­hal ke­ bajikan tersebut ada juga terselip hal yang dapat menghalangi ibadah di bulan Ramadan yaitu, rasa malas dan letih untuk melakukan aktifitas . “Seharusnya untuk menyambut bulan Ramadan dimulai dari memperbaiki diri kita , adanya timbul saling memaafkan antar sesama dan lebih mendekatkan diri pada Allah,” tambahnya. Senada dengan hal itu, Putri menambahkan, hal yang dapat menghalangi ibadah di bulan ­Ra­ madan yaitu, adanya timbul malas untuk ­bangun pagi . “Untuk men­

subuh. Dalam ilmu kesehatan pun juga seperti itu, tidak dianjurkan sesudah makan langsung tidur, tunggu dulu minimal dua jam sesudah makan,” terangnya. Walaupun begitu, masih banyak hal yang harus dilakukan untuk menghindari hal-hal yang membatalkan puasa tersebut. Salah satunya yang disebutkan Syabandi, hafalan surahsurah bisa menjadi alternatif bagi umat muslim sebagai waktu luang untuk menunggu waktu berbuka puasa. “Sekecil apapun amalan akan berefek besar terhadap pahala. Untuk menjaga amalan agar tetap istiqomah tentu kita harus paham dulu fadilah amal di bulan Ramadan dan memanfaatkan waktu yang terbatas dengan aktivitas yang positif serta selalu ingat akan kematian,” jelasnya dengan sumringah. Tidak hanya itu menurut Syahbandi, waktu pagi yang masih fresh dibulan ramadhan dapat dimanfaatkan untuk beribadah, begitu pun waktu malam dibulan Ramadan. “Salat menunggu matahari terbit menjadi salah satu pilihan ibadah yang saya jalani yang dilanjutkan dengan membaca buku atau bertilawah dan berdiam diri di masjid pada malamnya dalam arti bertahajud,” ucapnya. Senada dengan Syahbandi, Tri juga menjelaskan hal yang biasa dilakukan di bulan Ramadan yaitu sholat tarwih berjamaah, tadarus, lebih sering ngumpul dengan keluarga dan ibadah yang lan juga lebih ditingkatkan. ”Kegiatan yang paling saya tunggu ketika akan memasuki bulan ramadhan yaitu saling memaafkan dan tradisi di minangkabau. Yaitu sehari sebelum masuknya puasa adanya tradsisi balimau yang menjadi ciri khas orang minang­kabau untuk menyambut bulan suci Ramadan,” ujar mahasiswa Jurusan BSA Fakultas Adab dan Humaniora ini. Tak jauh berbeda dengan Tri Fauzia juga mengungkapkan hal yang biasa dilakukannya di bulan Ramadan. “Biasaya saya melaksanakan shalat tarwih berjamaah, tadarus, buka bersama serta sahur bersama baik dengan keluarga maupun teman. Kegiatan yang paling ditunggu ketika akan memasuki bulan Ramadan yaitu adanya saling memafkan sesama umat muslim,” terangnya. Putri menjelaskan hal yang biasa dilakukan di bulan Ramadan yaitu salat tarwih berjamaah, ­ta­ darus, buka bersama, salat tahajud secara rutin dan bangun pagi serta adanya ngabuburit. Kegiatan yang paling ditunggu ketika akn memasuki bulan Ramadan berkumpul dengan keluarga,” jelasnya. Nah, selain banyaknya hal-hal mudharat di bulan Ramadan, masih banyak juga keuntungan yang dapat kita amalkan. Tergantung bagaimana kita melaksanakannya. Apakah kita akan memilih hal yang positif dengan ganjaran pahala yang berlipat ganda atau hal negatif yang mendatangkan kemudharatan, tentu dengan pilihan-pilihan yang telah dikemukan tersebut.

Eka Putri Oktaridha Ilahi, Risya Wardani


Foto: Yogi Saputra/suarakampus

Kode Etik Abu-Abu Bermaterai 6000 Suara Kampus- Calon mahasiswa baru IAIN Imam Bonjol Padang tahun akademik 2015 diwajibkan menandatangani surat pernyataan kode etik mahasiswa. Penandatanganan ini di atas materai 6.000, yang merupakan syarat wajib lulus registrasi, Senin (15/06). Staf Akademik Mahasiswa (Akama) rektorat Zulfendri, M.kom mengatakan bahwa setiap calon mahasiswa baru wajib menandatangani surat pernyataan kode etik mahasiswa. Surat ini merupakan syarat wajib registrasi mahasiswa baru, berdasarkan buku pedoman akademik dan statuta IAIN. “Syarat ini telah kami rapatkan dengan wakil dekan I seluruh Fakultas,” terang Zulfendri kepada Suara Kampus. Zulfendri menilai, bahwa surat penyataan itu wajar dan harus ada disetiap perguruan tinggi. Sedangkan mahasiswa lama, harus mencari tahu sendiri tentang kode etik ini. “Kita lebih memprioritaskan mahasiswa baru, sedangkan untuk mahasiswa lama dituntut untuk mencari tahu sendiri soal kode etik,” ujar Zulfendri diruangan kerjanya. Ia menambahkan, kode etik yang disetujui mahasiswa baru berisikan tentang hak dan kewajiban mahasiswa, semua mengacu kepada peraturan dan panduan akademik. “Buku panduan dan pedoman akademik tersebut nantinya akan diberikan kepada seluruh mahasiswa baru saat Orentasi Pengenalan Akadenik,” tambahnya. Dalam buku panduan akademik dan mahasiswa tahun 20142015, tertera tentang hak dan kewajiban mahasiswa pada Bab III: Civitas Akademika, point ke-3 Hak Mahasiswa, berdasarkan statuta pasal 208, dan pasal 209. Kepala Pusat Penelitian (Puslit) Nurshalihin Djamra, mengaku tidak menyimpan statuta lama tentang kode etik mahasiswa, dikarenakan IAIN telah memiliki statuta baru tahun 2015. “Pada statuta 2015 ini tidak sampai 200 pasal, sementara yang dipakai untuk acuan kode etik itu statuta lama, dan kita tidak menyimpannya,” ungkapnya. Salah seorang calon mahasiswa baru berinisial (A) menilai bahwa penandatanganan ini tidak selayaknya dilakukan. Karena ini syarat wajib lulus administrasi, ia harus menyetujui penandatanganan tersebut. “Kita tidak tahu kode etik itu apa saja, tapi kita sudah menandatanganinya. Takutnya jika terjadi kesalahan dalam bertindak, kami bisa diberikan sanksi sesuai dengan apa yang telah kami tandatangani di atas materai 6.000 tersebut,” ucapnya. Sampai saat ini sebanyak 2.421 calon mahasiswa baru jalur SPAN PTKIN telah menandatangani surat pernyataan tersebut. Rahmi Yati

Bantuan Dana untuk Rohingya Suara Kampus- Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Fakultas Adab dan Humaniora IAIN Imam Bonjol (IB) Padang serahkan bantuan dana kepada Etnis Rohingya yang terdampar di Aceh, Senin (15/06). Sebelumnya HMJ SKI telah menggalang dana di salingka kampus IAIN pada pekan lalu. Hasil dari upaya tersbut HMJ SKI mendapatkan dana Rp 1.400.000,-. Sekretaris HMJ SKI Rizky Hermansyah mengatakan, bentuk kegiatan ini meminta bantuan sekadarnya dari mahasiswa. “Untuk mendapatkan dana kami masuk ke lokal di seluruh fakultas se IAIN,” jelas Rizky. Rio Chandara, utusan HMJ SKI menjelaskan, bahwa dana yang terkumpul Rp 1400000 untuk Rohingya rencananya akan ditransfer. Namun, HMJ SKI telah menjalin kerja sama dengan Ikatan Mahasiswa Sejarah se-Indoensia (IKAHMSI) maka perwakilan dari HMJ SKI pergi ke Aceh sekaligus sebagai bukti penyerahan dana. “Semoga dana tersebut bisa membantu beban mereka, walaupun jumlah tidak banyak, tetapi hendaknya dapat meringankan beban mereka, serta bisa mempererat silaturrahmi,” ujar Rio.

Etnis Rohingya yang terdampar di Aceh berasal dari Myanmar sebanyak 400 orang, Banglades 600 orang. "Alhamdulillah mereka lebih baik dan mendapatkan tempat tinggal yang layak, kami pun sempat berkomunikasi dengan mereka menggunakan bahasa Inggris,” ungkap Rio. Rio berharap, Etnis Rohingya bisa diterima dikampung halamanya. Kemudian, tragedi kemanusian ini, seharusnya umat muslim Indonesia selalu mendukung Rohingya. "Baik didalam maupun diluar," harap Rio. Khairul Ketua IKAHMSI wilayah delapan menjelaskan, bahwa ia sangat mendukung kegiatan yang diselenggarakan oleh HMJ SKI IAIN IB Padang. “Dengan penyerahan dana ini bisa mempererat sesama muslim,” jelas Khairul. Teungku Ketua Divisi Sosial Aceh menilai, ia sangat mengapresiasi kedatangan dari utusan Minang, apalagi yang hadir adalah seorang mahasiswa yang memperjuangkan bantuan ini. “Dengan adanya bantuan bisa meringankan beban yang dipikul oleh saudara kita," terangnya. Titi Rahma Sari

Teken

Direktur pemasaran Bank Nagari ( Indra Wadani ) bersama Pgs Rektor Asasriwarni teken MoU Bank Nagari dan IAIN IB Padang. Acara ini juga dihadiri Wakil Rektor I Syafrudin, Wakil Rektor II Salmadanis dan Biro AUAK Dasrizal, Selasa (09/06)

IAIN Kembali ke Bank Nagari Suara Kampus - Guna mempermudah pembayaran uang kuliah mahasiswa. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol (IB) Padang lakukan penandatanganan Memorandum of Understand ing (MoU) dengan Bank Nagari. Di kantor pusat Bank Nagari Jln. Pemuda No. 21 Padang, Selasa (09/06) Direktur Pemasaran Bank Nagari, Indra Wadani mengaku sudah lama ingin berkerjasama dengan tiga kampus besar di kota Padang diantaranya Universitas Negeri Padang (UNP), Universitas Andalas (Unand) dan IAIN IB Padang. “Unand dan UNP sudah menjal in MoU dengan kita. Alhamdulillah sekarang yang kita tunggu untuk MoU dengan IAIN terlaksana,” ujarnya dalam memberikan sambutan. Lanjut Indra, beberapa poin kerjasama IAIN dengan Bank Nagari adalah pertama peneri-

maan uang akademik dari mahasiswa, kedua pembuatan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) sekaligus berbentuk ATM dan kerja sama lainya. “Semoga kerjasama ini bisa berlangsung lancar dan dapat memberikan pelayanan yang terbaik,” harapnya. Pengganti Sementara (PgS) R e k to r IA IN IB Pa da n g , Asasriwarni mengaku sebenarnya kerjasama dengan Bank Nagari sudah lama dilaksanakan, seperti kantor cabang Bank Nagari sudah ada di kampus sejak dulu. “Belum MoU saja sudah nampak kerjasama yang kita lakukan, kerjasama ini sangat mengagumkan,” tegas Guru Besar Fakultas Syariah itu. Ditempat terpisah, Kepala Akademik (Akama) IAIN Imam Bonjol Padang, Yazmelizarti menjelaskan, mahasiswa baru IAIN 2015 sudah bisa membayar uang pendaftaran atau kuliah di-

kampung saja. Tidak perlu validasi ke kampus lagi. “Pembayaran SPP sudah bisa di semua Bank Nagari di Sumbar ini mengunakan sistem host to host, dimana sebelumnya virtual account yaitu setelah melakukan pendaftaran mahasiswa harus melakukan validasi kembali ke kampus,” jelasnya. Tambahnya, kerjasama ini akan berlanjut jangka panjang, salah satunya direncanakan mahasiswa bisa membayar uang kuliah di bank mana saja. “Jadi mahasiswa tidak harus antri untuk memvalidasi lagi setelah pembayaran uang ke bank,” tambahnya. Acara yang dimulai pukul 14.00 WIB ini juga dihadiri Wakil Rektor I IAIN IB, Rektor II, Kepala Biro AUAK dan beberapa pimpinan dari Bank Nagari. Silvia Wulandari

Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan

Perlepasan Dosen Pensiun Suara Kampus-Jelang Ramadan 1436H/2015M, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) IAIN Imam Bonjol Padang menggelar silaturrahmi antar dosen FTK sekaligus perlepasan dosen yang pensiun, di Aula FTK, Jumat (12/ 06). Dekan FTK Duski Samad mengatakan, kegiatan ini dalam rangka silaturrahmi antar dosen FTK menjelang Ramadhan, sekaligus perlepasan tiga dosen yang pensiun diantaranya, Drs Usman, M.Pd yang menjabat selama 36 tahun. Kemudian Dra. Isni Bustami, M.Ag 38 tahun, dan almarhum Hasni Dt. Rumah Panjang 30 tahun. “Ini bentuk penghormatan kita terhadap pengalaman beliau selama di FTK,” ujar guru besar FTK ini di ruangannya. Lanjut Duski, dua diantara dos-

en yang pensiun tersebut, Usman dan Isni Bustami beliau tetap mengajar sebagai dosen luar biasa di FTK. “Karena tingkat pengalaman beliau masih ada selama mengabdi,” terang Duski. Duski mengungkapkan, menjelang puasa untuk saling memaafkan. Seperti yang dijelaskan dalam al-Quran surat Al-Muzamil ayat 10-11. “Maksudnya kita harus sabar dalam setiap kondisi di kampus dan jauhkan prilaku yang tidak baik,” terang Duski. “Berdasarkan tema Marhaban Ya Ramadhan yang saya sampaikan di depan podium, marilah saling bermaaf-maafan serta kita sehatkan raga, sucikan jiwa raih taqwa,” ungkapnya. Salah seorang dosen pensiun Drs. Usman M.Pd menuturkan, bahwa ia senang mengabdi di FTK selama 36 tahun. “Saya cinta

kepada FTK, maka dari itu saya tidak mau pindah dan pulang kampung ke Banjarmasin,” tutur Usman. Ia berharap FTK untuk menciptakan suasana yang kondusif, agar tercipta dosen dan mahasiswa yang kreatif yang mengharumkan nama kampus. “Dari tahun ketahun, ini saja permasalahannya,” harap Usman alumni IAIN Sunan Ampel ini saat dihubungi Suara Kampus. Usman menambahkan, IAIN IB Padang harus memiliki visi dan misi dijunjung persatuan dan kesatuan dibawah pimpinan yang bijak. “Jika pimpinannya tidak stabil, berarti bawahannya juga tidak stabil,” tambah mantan Ketua Pusat Penelitian IAIN IB Padang ini. Kanadi Warman


Rohingya : Saya Hanya Ingat Solidaritas Khaddafi E

tnik Rohingya, sebuah enti tas etnik yang tinggal di negara bagian Rakhine (Arakan) Myanmar, tidak seperti etnik Melayu di Thailand Selatan (Pattani, Yala, Narathiwat) ataupun etnik Moro di Filiphina Selatan. Mereka tak bercita-cita untuk melepaskan diri dari negara di mana mereka bermukim. Bila etnik Melayu di Thailand Selatan dan etnik Moro di Filiphina Selatan memiliki nyali untuk mengangkat senjata, melawan, dan meminta “sepetak daerah kedauatan”, maka etnik Rohingya tak membutuhkan itu. Mereka hanya ingin diakui sebagai warga negara, diakui sebagai bagian historis dan politik dari sebuah negara yang bernama Myanmar. Mereka “letih” menjadi warga tanpa pengakuan negara (stateless). Tapi itu tidak mereka dapatkan. Pengakuan sebagai warga negara yang tidak mereka dapatkan, tentunya akan memiliki implikasi sosiologis-ekonomis politis : tidak memperoleh kebebasan dan hak-hak warga negara pada umumnya seperti tidak dapat mengakses fasilitas pendidikan, kesehatan, tidak dapat beribadah dengan bebas dan hak-hak warga negara lainnya. Myanmar (khususnya : rezim junta militer Myanmar) menganggap mereka tidak memiliki justifikasi sejarah, politik maupun genealogik untuk dikatakan sebagai warga negara Myanmar. Etnik Rohingya yang sudah bermukim di daerah Rakhine (Arakan) Myanmar sejak abad ke-7 M. bagi negara Myanmar bukan jaminan “investasi historis” untuk dikatakan sebagai warga negara. Secara genealogis mereka juga dianggap sebagai out-siders, karena nenek moyang mereka lebih dekat kepada Bengali (sub-etnik Anak Benua India). Dianggap minoritas dari segi warna kulit dan bahasa serta dianggap lebih dekat kepada orang Bangladesh walaupun mereka bukan orang Bangladesh. “Sejak dahulu, nasionalisme mereka diragukan”, ujar Bikkhu ultra-nasionalis Myanmar yang jadi buah bibir belakangan ini, Bikkhu Wiratthu (Wirathnu). Tapi sudahlah, semua negara bisa memberikan justifikasi. Apakah atas nama justifikasi historis, politis maupun genealogis. Negara Israel justru hingga hari ini tetap bersikeras mengatakan bahwa negara yang mereka dirikan adalah “amanat Tuhan/Yahweh” sebagaimana tertera dalam kitab Torah. “Negeri kami dari Dataran Tinggi Golan hingga Gurun Sinai, itu yang dikatakan Tuhan”, kata Jenderal “Mata Satu” Moshe Dayan ketika terjadi perang Arab Israel lebih kurang empat puluh tahun yang lalu. Kalau formula justifikasi historis seperti ini yang kita gunakan, tentunya Indonesia bukan dari Sabang sampai Merauke, tapi Nusantara itu meliputi wilayah kepulauan hingga semenanjung Malaysia. Ketentuan ini yang ditulis dalam Negarakertagama, Sumpah Palapa-nya Gajah Mada ataupun analisis historis a-la Muhammad Yamin. Tapi entitas negara bukan hanya masalah tapak sejarah. Entitas negara juga persoalan-persoalan politik dan komitmen untuk hidup bersama. “Negara itu adalah kesepakatan-kesepakatan untuk hidup bersama”, kata filosof Han-

Oleh : Mhd. Ilham, S.Ag., S.Sos., M.Hum nah Arendt. Karena itu, TimorTimur lepas dari Indonesia (1999), etnik Melayu di Filiphina Selatan dan di Thailand Selatan berusaha hingga hari ini untuk lepas dari negara mereka. India tercerai berai menjadi Pakistan dan Bangladesh (terakhir Jammu – Kashmir sedang berusaha juga untuk melepaskan diri dari India). Padahal sejarah India demikian panjang. Sejarah yang panjang yang dilalui secara bersama-sama, tak mampu menjadi perekat untuk bersatu. Semua itu kembali kepada komitmen untuk bersatu dan saling menerima. Ini yang tidak di dapatkan oleh etnik Rohingya. Populasi mereka yang berjumlah hampir 1,3 juta jiwa dan rentang waktu eksistensi mereka sejak abad ke-7 tidak dianggap signifikan secara demografis-politis dan historis untuk menjadi bahan pertimbangan. Sekali lagi, “mereka bukan orang Myanmar”, kata Bikkhu Wirratthu, yang diamini oleh mayoritas warga Myanmar, termasuk Aung Sun Suu Kyi (Nobelis kemanusiaan-perdamaian) itu, walau hingga sekarang Suu Kyi tidak berkomentar tentang Rohingya, namun diamnya Suu Kyi ini justru membawa pesan, bahwa ia setuju dengan apa yang terjadi selama ini pada etnik Rohingya. “Bicaralah, Suu Kyi”, kata Dalai Lama (CNN/6-6-2015). Hal yang sama juga pernah diutarakan perwakilan organisasi Rohingya di Tokyo dua tahun yang lalu. Suu Kyi tetap diam. Tak salah pada akhirnya, ribuan etnik Rohingya mulai keluar dari Myanmar dan memulai “cerita dramatis” pelarian mereka yang memilukan. Pada akhirnya, kita pun mulai membaca tragedi dramatis pelarian etnik Rohingya ke berbagai negara. UNHCR (Komisi Tinggi PBB khusus pengusngsi) mencatat, dalam tiga tahun terakhir, lebih dari 120.000 orang Rohingya telah mengungsi ke luar negeri dengan menggunakan kapal. Dalam kuartal pertama tahun 2015, sebanyak 25.000 warga Rohingya meninggalkan Myanmar. Angka ini sekitar dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Di Indonesia, hingga tahun 2014 terdapat 11.000 pengungsi Rohingya, tidak termasuk yang terdampar di Aceh dan Sumatera Utara. Menurut Duta Besar RI di Yangoon, Myanmar Komjen (Purn) Ito Sumardi, dalam wawancara dengan Pro2RRI (88,4 Mhz/ 11-6-2015) yang lalu, eksodus pengungsi Myanmar ke negaranegara Asean, khususnya Malaysia dan Indonesia, atas nama soli-

daritas tidak bisa dibiarkan berketerusan. Eksodus ini menjadi “test-case” bagi komunitas etnik Rohingya lainnya yang masih berada di Myanmar. Bila diberi peluang untuk diterima sebagai Warga Negara di Indonesia dan Malaysia, maka akan terjadi gelombang eksodus besar-besaran di belakangan hari. Solidaritas sesama manusia, apalagi sesama muslim, tetap harus diperhatikan, tapi penyelesaian harus difokuskan kepada penyelesaian jangka panjang yaitu pemerintah Myanmar harus merubah kebijakan politik mereka berkaitan dengan status kewarganegaraan etnik Rohingya. Hal ini yang menjadi pokok utama karena berkaitan dengan kepastian hukum, keadilan ekonomi serta keadilan politik bagi etnik Rohingya. ASEAN sebagai organisasi negara-negara Asia Tenggara dimana Myanmar sebagai salah satu anggotanya, memberikan perhatian khusus terhadap hal ini, sebagaimana ASEAN juga memberikan tekanan politik pada Myanmar untuk kasus Aung San Suu Kyi beberapa tahun yang lalu. Dalam sidang puncak ASEAN di Kualalumpur beberapa hari lalu. Bahkan beberapa komunitas muslim di Malaysia dan Indonesia merekomendasikan agar Myanmar dikeluarkan dari ASEAN. Hal ini, pada dasarnya merupakan bentuk “keprihatinan mendalam” dan rasa solidaritas sesama anggota ASEAN, khususnya sesama muslim. Tapi hingga hari ini, rezim junta militer Myanmar tetap berpegang teguh kepada pernyataan awal mereka, “etnik Rohingya bukan warga negara kami, dan tak ada satu pihak manapun di dunia ini yang bisa mengganggu kedaulatan politik negara kami”. ASEAN tetap tumpul karena tak bisa memberikan solusi “keras” pada Myanmar. PBB (cc : UNHCR) hanya mampu “mengutuk” dan “berterima kasih” kepada Indonesia karena solidaritas yang ditunjukkan. Sementara itu, komunitas HAM Dunia dan AS serta negera-negara maju di Eropa, hanya bisa memandang dari jauh. Mereka juga sedang menghadapi hal yang serupa, eksodus besar-besaran para imigran dari Afrika “Hitam” (Eritrea, Nigeria, Somalia, Ghana). Organisasi-organisasi Islam di Timur Tengah juga tidak bersuara karena persoalan mereka jauh lebih besar – ISIS sedang memporak-porandakan “rumah mereka”. Pada akhirnya, cerita tentang Rohingya akan tetap tergenang tanpa ada solusi komprehensif. Indonesia dan Malaysia makin lama

makin repot, sedangkan rezim Myanmar terus berharap agar etnik Rohingya terus keluar dari Myanmar, tentunya ini akan mengurangi beban sosial-ekonomi mereka. Kasihan duhai kalian, etnik Rohingya. Melihat hal ini, akhirnya saya hanya ingat dengan Khaddafi. Seorang pemimpin negara Islam yang dianggap “gila” oleh banyak pihak. Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, Khaddafi yang pernah mengatakan, “tak perlu menghiba-harap pada AS dan Uni Sovyet (Rusia) karena pada dasarnya kedua-duanya sama, yang satu imperialis lainnya atheis”, selalu melakukan hal “gila” untuk memperlihatkan solidaritas (sesama muslim)nya. Khaddafi dikenal memiliki solidaritas diantara kaum muslimin internasional yang sangat tinggi. Pada tahun 1972, Presiden Uganda nan fenomenal itu, Idi Amin gagal mendapatkan bantuan keuangan dari Israel yang telah lama membantu negara “benua hitam” ini. Sewaktu ia mau pulang ke negaranya, Idi Amin menceritakan kegagalannya memperoleh bantuan keuangan dari Israel. Oleh Khaddafi kemudian, Idi Amin diberikan bantuan dua kali lipat dari permintaan Idi Amin pada Israel. Syaratnya tak banyak - putuskan hubungan diplomatik dengan Israel. Itu saja. Dan uang dianggap lunas, tak perlu dikembalikan. Ketika tentara Israel menghantam pesawat-pesawat terbang Uganda karena Uganda dianggap terlibat kasus penyanderaan orang Yahudi dalam penerbangan Air France dari Athena tahun 1975 (?), Khaddafi dengan amat cepat mengganti pesawat-pesawat Uganda ini dengan pesawat-pesawat tempur Mirage buatan Perancis. Perancispun marah karena dibohongi Khaddafi yang mengatakan bahwa pesawat-pesawat Mirage yang dibelinya itu untuk kebutuhan dalam negeri. Khaddafi tak ambil pusing. Di Afrika, Khaddafi tidak hanya membantu Uganda saja. Banyak negara-negara lain di “benua hitam” ini menerima uang pemberian Khaddafi. Bantuan “gratis” dengan syarat mudah - negara-negara penerima bantuan Khaddafi harus memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel. Nasserianismenya teramat kental. Namun seiring dengan perjalanan waktu, Khaddafi “meluaskan” wilayah hasrat politik internasionalnya. Ia memberikan bantuan tidak lagi dengan syarat pemutusan hubungan diplomatik dengan negara Israel saja. Khaddafi justru membantu elemenelemen masyarakat yang memberontak terhadap negara mereka masing-masing. “Seandainya Afri-

ka Selatan dekat dengan negara kami secara teritorial, tentu saya akan memberikan bantuan keungan dan persenjataan pada mereka untuk melawan rezim Apartheid”, kata Khaddafi. Perlawanan IRA (pembebasan Irlandia Utara) terhadap Inggris juga (konon) turut di back-up secara finansial oleh Khaddafi. Demikian pula dengan pergolakan penduduk Islam d Moro di Filiphina Selatan. Bahkan Presiden Filiphina pada masa itu, Ferdinand Marcos, sering dikutuk dan dicaci maki Khaddafi. Sambil mengutuki Marcos, bantuan keuangan dan senjata terus mengalir ke Filiphina Selatan dari Tripoli. Bahkan disinyalir, Khaddafi juga terlibat dalam perjuangan masyarakat muslim Thailand Selatan (Yala, Narathiwat dan Pattani). Di kawasan bergolak yang tadinya merupakan milik SultanSultan Melayu tersebut, pergolakan tidak seseru Filiphina Selatan, tapi campur tangan Khaddafi cukup diperhitungkan. Ketika muslim Eritrea di Ethiopia bergolak, maka dalam pertemuan Kepala Negara Islam di Tripoli, Khaddafi mengatakan bahwa Libya yang mempersenjatai Front Pembebasan Eritrea. Bagi Khaddafi, Kaisar Haille Selassi yang merupakan pimpinan Ethiopia kala itu adalah pimpinan yang menindas kaum muslimin Eritrea. Bahkan secara terang-terangan, Khaddafi mengatakan bahawa Haille Selassie adalah turunan Hebrew dan mempunyai ikatan dengan zionisme. Pakistan yang juga Islam tidak luput dari bantuan Khaddafi. Saking besarnya perhatian Khaddafi terhadap Pakistan, sampai-sampai Presiden Pakistan masa itu, Zulfikar Ali Bhutto merasa perlu “berterima kasih” pada Khaddafi. Nama Khaddafi diabadikan sebagai nama salah satu stadion olah raga di Pakistan. Sementara bantuan Khaddafi terhadap Palestina, nyata dan jelas. Disamping bantuan terhadap “saudara kami kaum muslimin”, demikian istilah Khaddafi, lawannya pun jelas, Israel. “Kami mempersenjatai orang-orang Palestina dan ini kami anggap adil serta sebuah bentuk tanggung jawab suci”, kata Khaddafi mensikapi bantuannya pada Palestina. Membantu orang-orang Palestina bagi Khaddafi tidak hanya dalam hal perjuangan ke arah pembebasan wilayah-wilayah yang diduki Israel saja. Gerakangerakan internasional seperti penyanderaan dan pembajakan yang dilakukan oleh orang-orang Palestina, juga mendapat dukungan langsung maupun tidak langsung dari Libya. Saya yakin, kalau seandainya Khaddafi hidup, mungkin ia-lah yang bereaksi keras terhadap kasus Rohingya. Bahkan ia (mungkin) akan memberikan bantuan “gila” pada etnik Rohingya. Kegilaan memang perlu. Atas nama menjaga kerukunan antar negara, organisasi ASEAN dan negara-negara ASEAN hanya bisa “berharap” dan “membujuk”. ASEAN harus lebih “gila” terhadap Myanmar – bahkan lebih “gila” dibandingkan Khaddafi. Do’a buat etnik Rohingya ! Penulis merupakan ketua Jurusan SKI Fakultas Adab dan Humaniora IAIN Padang


Batu Cincin Cerpen Elza Novria Sungai tempat aku berdiam masih saja berbau kotoran manusia. Airnya kecokelatan dan muram. Seperti kopi susu yang sering diminum pegawai lurah di warung Mpok Nah. Sampah-sampah plastik bergelayutan di akarakar kayu yang menyentuh bibir sungai. Sampah-sampah yang dibuang manusia dengan sengaja . Tak hanya itu, kerbau-kerbau petani seenaknya saja membasuh bekas kubangannya di sini. Dedaunan begitu juga. Hampir tak pernah jera berlabuh dan melayang di permukaannya. Tak hanya satu, tapi puluhan daun menerima nasib yang sama setiap harinya. Terlepas dari dahan dan mengarungi sungai untuk mengarungi nasib menuju muara. Sebenarnya sungai ini telah dicap sebagai sungai yang paling tercemar. Entah mengapa, beberapa warga masih saja tak menghiraukan akibatnya. Kudengar kabar, mereka adalah pencari batu cincin, dan aku yakin bahwa aku adalah salah satu incaran mereka. Aku menyadari betapa berharganya aku yang berasal dari keturunan bebatuan dengan tubuh yang begitu indah dipandang mata. Berwarna hijau lumut dengan kulit yang mulus. Berbeda dengan saudara-saudaraku yang lain. Mereka berwarna hijau pudar lagi ka-sar. Sebelum ayah meninggalkan kami, ayah berpesan agar ibu menjagaku sebaik mungkin. Pesan khusus yang ayah tinggalkan untuk terakhir kali. Dan yang membuat saudara-saudaraku menjadi iri hati. Mereka bahkan memisahkan diri dariku. Menganggap aku bukanlah bagian dari mereka. Jika aku berkeliaran di halaman rumah, hanya bermain sambil menangkap pasir-pasir sungai yang menari-nari disapu air sungai. Mereka memilih mendekam di kamar. Sampai aku terlelap di pangkuan ibu. Setelah aku terbuai mimpi, baru mereka keluar. Dari kamar dan mengomel tentang sebongkah mahkluk yang mereka benci. Terang saja makhluk itu aku. Kadang aku sengaja berpura-pura tidur agar mendengarkan omelannya. Jika tidak tahan, aku akan tutup telinga. Senja telah membayang di permukaan sungai. Kali ini senja begitu muram dan kelam. Sama seperti air sungai. Angin senja mengaduk-aduk permukaan sungai sehingga airnya beriak dan berkelana ke mana-mana. Kadang terhempas ke bibir sungai, kadang muncrat dan terlempar sampai ke tanah di tepiannya. Aku mengira ada topan di luar sana. Tiba-tiba petir menggelegar memekakkan telinga disertai hujaman air yang tumpah dari langit. Aku bergegas mencari ibu. Aku ingin memeluk ibu dan menyandarkan ketakutanku. Hujan makin deras dan petir sambar-menyambar. Aku semakin kalut dalam gelombang air yang tak lagi menentu. Dengan tertatih aku memaksakan diri menuju rumah dan segera menemui ibu. Namun tiba-tiba aku merasakan sebuah serangan dahsyat berasal dari sebatang kayu yang hanyut terbawa sungai. Begitu besar dan kekar. Oh, bukan batang kayu rupanya. Tapi kaki seorang manusia dengan bulu lebat yang bergelayutan di pori-porinya. Aku serasa melayang menuju permukaan ketika tangan legamnya mencengkeramku. Aku tak dapat bernapas. Tiba-tiba aku mendengar ibu memanggilku berkali-kali. Aku terkesiap sadar bahwa nasib sepertinya akan segera berubah. Bukan lagi batuan primadona sungai ini. Namun sebongkah batu

yang kelak dijual dan ditempa. Ya, itu kata ibu suatu hari padaku. Jika telah tertangkap tangan-tangan para pencari batu cincin, maka tak lain nasibnya akan sama dijual dan ditempa. Aku melihat ibu yang perlahan-lahan jauh dan menghilang tertutup plastik bekas . Lalu aku dilempar begitu saja ke dalam ember hasil pancingan. Pria yang memisahkan aku dengan ibu. Berjalan riang sambil menenteng ember tempat aku disekap dan di pundaknya berayunayun tali pancingan yang meliuk-liuk. Ternyata aku tak sendiri di dalam ember, ada beberapa jenis ikan yang melompat-lompat berusaha menaiki dinding ember yang begitu curam. Namun tak pernah berhasil. Hanya menghabiskan tenaga saja, pikirku. Paling beberapa saat lagi kalian akan jadi bangkai dan entah akan dilemparkan kemana lagi. Ah, lalu aku? Dijual dan ditempat? Aku merasakan ngeri yang amat sangat. Bayangan mesin-mesin untuk menempa yang terbuat dari besi dan baja membuatku takut. Beberapa menit telah berlalu dan kini aku berada di sebuah toples kaca. Aroma kacang menyeruak dari dinding toples. Mungkin saja toples ini bekas kacang yang juga dipenjara lalu dikubur bersama kulit-kulitnya. Senja telah berganti malam. Kepulan asap berbagai masakan telah terhidang di meja persegi dari kayu itu. Dan aku, sedikit pun tak diizinkan untuk sekadar mencium baunya. Toples ini tertutup rapat dan dipajang di atas lemari es. Berseberangan dengan meja makan yang penuh dengan hidangan. Tiba-tiba aku melihat lelaki legam yang telah mencuriku itu berjalan menuju meja makan yang kemudian dibuntuti putri kecilnya dari belakang. Sesekali lelaki itu menunggu putri kecilnya mengayunkan langkah, kemudian ia berbalik dan mencium wajah mungil itu. Terlepas dari romantisme ayah dan anak, si ibu juga tergopoh-gopoh dari belakang tak mau ketinggalan. Ia mengambil posisi di samping suaminya. Kemudian tersenyum pada si kecil yang kesusahan menjangkau hidangan. Membuatnya seperti seekor kucing yang hendak mencuri ikan. Si lelaki beserta istrinya tertawa saja melihat tingkah anaknya. Melihat anaknya yang tidak juga berhasil menjangkau apa pun, akhirnya si ibu membantunya. Oh, Ibu, aku yakin kau tak akan sebahagia mereka setelah aku tiada di pelukanmu. Aku ingin pulang. Tuhan, tolonglah aku, jeritku sendiri. Dan yang kuteriakkan, pasti orang-orang di luar sana tak akan mendengar. Nasib malang, terpisah dari ayah, dan kini dengan bunda. Aku menangis sejadi-jadinya di dalam kurungan ini. Entah nasib apa lagi yang akan ku terima. Meski malam enggan menampakkan bulan, namun aku masih bisa merasakan kepingan-kepingan cahaya yang berasal dari lampu hias di halaman rumah. Senyap. Lelaki legam dan istrinya telah terlelap, barangkali. Kukira begitu juga dengan putri kecilnya. Mungkin lelaki itu tengah khusyuk dengan dengkurannya. Memimpikan aku yang menguntungkan baginya. Menghasilkan banyak uang dari hasil penjualan batu cincin yang

can ti k sepertiku. Atau mungkin ia tengah bermimpi menjadi pejabat atau orang kaya. Ah, entahlah. Namun malam ini, aku tak mampu terlelap sedikit pun. Bayangan nasib buruk yang selalu diwariskan kepada kami sebagai tahanan dan jelas terpampang di mataku. Esok, barangkali aku akan menjadi penghias jari pembeli yang berasal dari kota. Itu berarti aku akan benar-benar menghilang dari kampungku. Membayangkan hal itu, aku menjadi takut jika tak lagi bertemu ibu. Pagi tak begitu cerah bagiku. Cahaya lampu hias halaman berganti dengan sinar mentari yang menyusup dari ventilasi dan jendela terbuka sejak subuh. Dalam tatapan mata yang sempoyongan aku menangkap tubuh lelaki legam itu mendekat ke arahku dan... glek! Aku tercekat. Tangannya mulai menggenggamku dengan kasar dan memasukkanku ke dalam sebuah plastik. Kemudian ia membuka tas ransel dan melemparku ke dalamnya. Aku hampir saja tak sadarkan diri. Namun dengan kepayahan aku berusaha mencari posisi aman di penjara yang lebih menyeramkan ini. Gelap dan pekat. Tiba-tiba aku mendengar puluhan suara bangsa yang malang sepertiku tengah meratap-ratap di dalam kegelapan penjara ini. Aku semakin penasaran. Siapa pemilik suara-suara itu? Aku perlahan menggelinding menuju sisi penjara lainnya. Dan ternyata, dugaanku memang benar. Kami, batuan lumut yang akan menerima nasib yang sama, dijual dan ditempa. Aku memanggil ibu. Ya, mungkin saja ibu juga tertangkap setelah aku dipenjarakan lelaki legam itu. Berkali-kali aku memanggilnya. Namun tak ada sahutan yang membalas panggilanku. Aku nestapa. Sepertinya aku hanya menghabiskan suara di tengah hiruk-pikuk ratapan tahanan yang bernasib sama. Aku menunduk menyandarkan lelahku pada rajutan benang ransel yang bau tanah. Menangis sejadi-jadinya. Aku mendengar bunyi mobil yang berjalan. Juga deru mesin yang terseok-seok di bebatuan jalan. Sesekali klakson pun berteriak bangga dengan suara yang lantang. Mungkin saja tengah menyapa kendaraan lain, pikirku. Perjalanan ini kurasakan begitu lama. Entah berapa kelokan yang telah dilewati. Mungkinkah perkiraanku benar?

Kota adalah salah satu pemasok lembaran-lembaran berharga di desa kami. Namun paling tidak perjalanan kami menyatakan hal itu. Perlahan deru mesin berhenti bersuara. Kudengar jelas lelaki legam itu turun dari mobil dan tubuh kami tumpang tindih mengikuti ayunan ranselnya. Ia berhenti dan menyapa seorang lelaki. Mereka mulai membicarakan kami. Sesekali mereka tertawa dan kudengar lelaki legam itu menyebutku. Ya, menawarkan diriku pada lelaki pembeli itu dengan harga tinggi. Tiba-tiba tangannya menyembul dari mulut ransel dan merogohku. Aku pasrah. Kegelapan yang menemani perjalanan kami dari tadi akhirnya berganti, menjelma cahaya siang yang memanaskan ubun-ubun. Aku memandang lelaki legam dan pelanggannya itu dengan penuh dendam. Namun lelaki legam itu justru memuji-muji keindahan rupaku. Mengelus-elusku dengan tangan kasarnya. Aku berusaha memasang wajah garang. tapi tak berpengaruh. Malah lelaki pembeli itu mengangguk-angguk mengiyakan ucapan si lelaki legam. Aku geram. Tiba-tiba beberapa uang lembaran menggantikanku kepada tangan yang lain. Tangan lelaki pembeli yang merasa puas memilikiku. Aku meronta, tapi percuma. Si lelaki legam meninggalkanku yang terkulai lemah di genggaman pelanggannya. Aku kemudian dibawa menuju jajaran bebatuan yang berbaris rapi dalam etalase kaca. Tiba-tiba aku melihat seperangkat mesin yang siap memolesku menjadi batu cincin yang lebih indah. Aku kalut di tengah-tengah penjara baru. Beberapa menit lagi mungkin aku akan menjelma sesosok makhluk dengan rupa yang berbeda sehabis dikunyah oleh mesin baja ini. Sungguh nasib yang kelam. Aku merasakan sakit yang luar biasa ketika mesin itu mengoyakngoyak tubuhku. Mengiris-iris kulitku menjadi lelehan-lelehan darah. Aku berteriak sekencangkencangnya. Aku menikmati cucuran darah yang ikut menangisi penderitaanku. Aku membayangkan wajah ibu yang –bahkan- tak pernah menyakiti kulitku. Wajah renta miliknya selalu ketakutan ketika aku terjatuh sedikit saja. Sekarang, wajah itu tak kutemukan lagi di mana-mana. Hanya harapan untuk melarikan diri dan kembali ke pangkuan ibu. Aku keluar dari mesin tempa dengan wajah berbeda. Lebih mulus dan berwarna. Sebentar lagi aku akan dijual kembali ke pemakai cincin. Entah siapa yang akan memilikiku selanjutnya. Tentu saja tangan-tangan halus dan jari-jari yang kekurangan pernak-pernik umpama rambut kepala. Dipasang di jari manis, atau jari tengah. Semakin siang, kami-bebatuan cincin- semakin ramai ditatap dan disentuh tangan-tangan yang berbeda. Kadang juga dielus dan dipatut-patut dengan cahaya. Aku tak terlalu susah payah untuk terus menjadi pajangan mata. Ya, seorang lelaki bertubuh bongsor separuh baya membeliku dengan harga tinggi. Ia begitu bangga dan menikmati keindahan rupaku. Aku menelan kepahitan ludahnya yang muncrat ketika ia tertawa memamerkan diriku pada istrinya yang juga bertubuh gembul. Setelah se-

rah terima, pasangan itu membawaku keluar dari penjara ketiga. Kurasa ia terlalu bahagia memilikiku sehingga tanpa sadar ia menjatuhkanku pada selokan kumuh. Ia mencoba menggapaiku namun ada jaring-jaring selokan dari besi yang menahan jangkauannya. Seketika aku berpikir bahwa ini adalah saatnya aku harus melarikan diri. Secepatnya. Tanpa pikir panjang lagi aku menggulingkan tubuhku mengikuti aliran air yang baunya sangat menyengat. Lelaki raksasa itu semakin mempercepat langkahnya mengikutiku. Aku tak ingat lagi entah berapa kali aku terjerembab dan masuk ke lorong-lorong kecil yang menyambungkan antara satu selokan dengan selokan yang lain. Lelaki itu terus saja mengejarku dengan langkah beratnya. Aku ketakutan akan ditangkap lagi dan kupercepat lariku ke tempat paling aman untuk bersembunyi. Tibatiba tanpa kuduga lelaki itu telah berada beberapa meter di hadapanku dan tangannya telah terkembang melawan arus selokan untuk kembali menggenggamku. Aku berteriak kencang dan berusaha menahan kecepatanku. Tapi arus selokan ini memiliki tenaga yang besar dan mendorongku untuk mendarat di tangannya. Aku tak mampu berkutik lagi dan pasrah atas nasibku. Aku memejamkan mata. Dadaku bergemuruh dan tiba-tiba petir menggelegar dan bersahut-sahutan di kelamnya langit yang berubah menyeramkan. Lelaki itu kaget mendengar seruan petir. Ia menutup kedua telinganya sehingga ia lupa padaku. Pada sebongkah batu cincin yang ia tuju. Akhirnya akuberlalu di tengah kepanikan raksasa itu. Aku melayang riang bersama tetesan hujan yang perlahan berubahderas dan membuat lelaki itukalang-kabut mencari jejakku. Kulihat raksasa itu semakin mengecil dan mengecil. Ia semakin jauh dari pandanganku. Kini aku hanya tinggal menunggu hujan membersihkan selokan ini dan membawaku ke sungaiku. Pada air yang kecokelatan seperti kopi susu yang sering diminum pegawai lurah di warung Mpok Nah. Pada sampah-sampah plastik dan dedaunan yang berjejeran menanti curahan hujan dan membawanya menuju nasib baik di muara sana. Pada pepasiran yang selalu menari-nari disapu air sungai. Pada ibu, perempuan pertama yang merasakan gundah ketika aku tengah terluka, meski sedikit saja. Padanya lelah ini pasti akan mengadu. Namun apakah ibu masih berada di sungai tempat kami dahulu beradu nasib? Ataukah ibuku yang menjadi tawanan baru sebagai penggantiku? Tiba-tiba hatiku harap-harap cemas. Tunggu, aku tiba-tiba merasakan sebongkah batu menabrakku dari belakang. Batu yang kehilangan nyawa. Beku dan kurus kering. Sepertinya juga mengalami nasib sepertiku. Namun di balik wajah layunya yang terpoles sempurna, aku merasakan ia adalah perempuan yang kucari dan kudambakan untuk menyandarkan lelah ini padanya. Kini, telah kutemukan dalam jasad yang tak akan mampu lagi mendengarku berkeluh kesah. Aku mendekapnya. Erat. Ia tak membalas pelukanku. Aku memanggilnya dengan suara parau dan tangis yang lebih pedih dibandingkan tangisku yang mengalir deras ketika kebejatan lelakilelaki asing itu memenjarakanku. Namun perempuan itu tetap beku. Aku merasakan sebentar lagi ia terkubur senja. Senja berganti malam di sungaiku yang muram.

(Penulis adalah mahasiswa IAIN IB Padang yang bergiat di Rumah Kayu)


PUISI

ESAI

“Nyinyir yang Pincang” Oleh Rendi Hakimi Sadry* Saya awali nyinyir ini dengan pertanyaan, mengapa begitu banyak orang tua mengorbankan harta, jiwa dan waktu berharga mereka untuk mendapatkan pendidikan terbaik bagi anak-anak mereka ? Dan mengapa pula Negara menyediakan anggaran dalam jumlah begitu besar untuk bidang pendidikan? Ada sesuatu yang aneh di Negara ini mengenai pendidikan. Rincinya mengenai hubungan pengangguran atau orang yang tidak sekolah dengan orang yang berpendidikan (sarjana). Anehnya terletak pada sebuah sistem dan tata cara pemerintah mengukur produktifitas status. Di negara ini tolak ukur adalah ijazah dan titel. Orang yang mengecap pendidikan kemudian berhasil menyandang sebuah gelar dan ijazah belum bisa dimasukan kedalam kategori manusia produktif. Mereka merupakan aset negara untuk menambah angka pengangguran. Pemerintah mengkuantitaskan atau menghitung angka pengangguran berpedoman kepada titel atau ijazah. Mereka yang mempunyai ijazah dan kemudian tidak bekerja, maka mereka disebut sebagai pengangguran. Sebaliknya bagi mereka yang tidak mempunyai ijazah dan juga tidak bekerja, mereka tidak dimasukkan kepada golongan yang menambah jumlah pengangguran di negara ini. Mereka terletak pada golongan entah apa, masih dalam pertanyaan. Ada lagi yang aneh dan tak terselesaikan di Negara ini. Berpuluhan ribu sarjana setiap tahunnya yang telah “dicetak” oleh berbagai perguruan tinggi, peliknya setiap tahun pemerintah hanya menerima dalam angka ratusan saja pekerja atau pengabdi. Menyedihkan, selebihnya menjadi pasif dan menambah angka pengangguran saja. Ada lagi kepincangan pendidikan di negara ini. Dalam UndangUndang Dasar Bab XIII Pasal 31 mengenai pendidikan, pemerintah telah memutuskan bahwa setiap warga negara wajib mendapatkan pendidikan dan pemerintah wajib membiayainya. Kenyataannya pilu. Banyak masyarakat yang tidak mendapatkan pendidikan dengan alasan yang klasik, yaitu tidak mampu membiayai pendidikan karena mahalnya. Selain itu pemerintah tidak mengetaskan kemiskinan itu, pemerintah terkesan basa-basi atau apalah. Kemudian kepincangan lainnya bisa kita temukan. Mari kita bertanya tentang pendidikan ini. Apa bedanya pendidikan dengan pabrik? Seperti alasan saya melihat keanehan pendidikan di Negara ini pada tulisan sebelumnya ( membengkeli pendidikan ) Bedanya institusi pendidikan dengan pabrik terdapat pada yang memproduksi dan yang diproduksi. Kalau kita contohkan seperti pabrik roti, jelas pabrik roti menghasilkan roti yang diolah dari tepung oleh pekerja atau buruh pabrik. Kemudian kita lihat perguruan tinggi atau sekolah. Institusi Pendidikan juga memproduksi, tetapi yang diproduksi adalah manusia yang diolah oleh guru atau dosen beserta seluruh jajaran institusi melalui sistem sentral pusat kepemerintahan. Yakni untuk menghasilkan uang dari pabrik manusia itu. Kemudian peserta

didik itu digantikan dengan satu lembar yang dinamakan ijazah. Maka kesimpulan awamnya, tak ada bedanya manusia dengan roti di Institusi pendidikan. Itulah sepenggal subjektivitas mengenai pendidikan, objektivitasnya terdapat pada keyakinan kita masing-masing. Kalau kita rentang-rentang lagi tali pendidikan ini maka makin terlihat juga kusutnya. Yang jelas, tetap pada kesimpulan dan pengamatan, bahwa pendidikan atau perguruan tinggi hanya menghasilkan manusia-manusia yang feodal dan hanya menghasilkan para penghafalpenghafal teori saja baik yang menjadi pendidik atau yang dididik. Semuanya juga tahu, berbicara ideal atau mimpi indah kita mengenai pendidikan. Pendidikan wadah untuk menentukan corak dan kualitas kehidupan individu dan masyarakat. Karena semua pihak memandang bahwa pendidikan sebagai sektor strategis bagi kehidupan manusia sehingga program-program dan proses di dalamnya dapat digodok, bahkan dipolitisasi dan diarahkan sedemikian rupa untuk mendapatkan “Produk” yang di inginkan oleh penguasa. Saya pikir semua itu dilakukan dalam rangka merancang, membangun suatu sistim pendidikan yang memiliki karakteristik, kualitas, dan arah yang diinginkan pemerintah. Untuk memastikan terwujudnya keinginan tersebut, banyak Negara yang menerapkan kontrol sangat ketat terhadap program-program pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh Negara atau masyarakat. Banyak Negara yang menempuh segala cara dalam mengontrol berbagai jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. Semisal memperketat birokrasi, memperbanyak peraturan, mendikte kurikulum, dan menerapkan sistem akreditasi. Semua itu merupakan caracara yang sering di gunakan suatu Negara dalam upaya mengontrol aktifitas pendidikan masyarakat, yaa.. tentu sama halnya dengan Negara kita, Indonesia. Namun ada hal yang paling menarik otak saya untuk menggeliat, menggali kemudian mempertanyakan kembali ciri khusus Negara Indonesia dalam bidang pendidikan. Salah satu ciri yang paling menonjol dari sistem pendidikan di Indonesia dibandingkan dengan Negara lain adalah, adanya upaya penyeragaman dalam cara pandang dan cara bertindak para praktisi pendidikan. Semua itu dilakukan oleh para penentu kebijakan pendidikan di tingkat pemerintahan. Upaya penyeragaman itu secara nyata terlihat pada penataran besar-besaran secara kontiniu yang dilakukan pemerintah bagi guru dan dosen perguruan

tinggi, dengan materi standar yang dikembangkan oleh pakar pendidikan dengan filosofi “Satu untuk semua”. Maka dampaknya amatlah kolosal, klasik, tidak dinamis, dan tidak mempunyai keanekaragaman . Materi yang ditatarkan kemudian di sebarluaskan dan menjadi ilmu yang dipersepsikan oleh pendidik secara fanatik sebagai benang merah dari teori pendidikan. Kefanatikan itu terlihat terutama pada pendidik yang kurang berupaya, dalam menggali esensi kependidikan. Nah, kondisi yang sedemikian itu. Tidaklah mengherankan, bila ada sebagian guru di sekolah atau dosen di perkuliahan mulai dari Sabang sampai Merauke. Mereka memiliki cara pandang dan bertindak yang gampang ditebak dalam memecahkan berbagai persoalan pendidikan. Dengan dialektika yang lain, saya menyorot peristiwa tersebut sebagai fakta dramatik, sebagian orang lain mengatakan sebagai fakta tragedi. Kalau boleh saya bahasakan pada bahasa puitik, itu yang di namakan dengan kata “Penjinakan”. Selama 17 tahun saya menjadi peserta didik yang nyinyir dalam bercakap dan menuntut ilmu juga merasakan bahwa otak saya telah di “Jinakan” pula. Bagaimana tidak, faktanya. Sekian banyak mahasisiwa yang telah sarjana di negeri ini, masih banyak yang terlunta-lunta nasibnya, sulit mendapatkan pekerjaan, dan sulit bersosialisasi dengan masyarakat. “Penjinakan” atau penyeragaman yang di lakukan oleh pemerintah di bidang pendidikan itu tentulah memiliki dasar yang masuk akal. Setiap kebijakan pastilah melalui tahap seleksi, dengan filosofi kependidikan yang di yakini hebat layaknya pabrik roti dengan aneka rasa. Tapi hasilnya tetap roti. Namun disini persoalanya, secara sadar kita paham. Tidak ada filosofi yang serba kompleks atau menyeluruh dalam menjawab semua persoalan hidup. Saat sebuah filosofi diimplementasikan dalam skala luas, maka saat itu diujilah kekuatan relevansi dan kesesuaian filosofi itu. Perihal diatas, adalah fakta yang saya dapatkan dari hasil diskursus dengan berbagai pihak. Mereka orang-orang resah dan prihatin mengenai keadaan negeri dewasa ini. Faktanya sampai sekarang 78% sarjana menganggur. Ketersediaan lapangan kerja tak cukup untuk menampung pekerja atau sarjana. Jika ada lapangan kerja, para sarjana calon pekerjapun terindikasi tak sanggup dalam bekerja, sebab jangankan untuk bekerja, tes administrasi untuk masuk kedalam pekerjaan pun calon pekerja itu tidak lulus. Nah dengan pikiran saya yang masih awam, semuanya berefek domino. Ketika sentralisasi menjadi galah pemerintah untuk mengimplementasikan perihal pendidikan kepada masyarakat yang beragam dengan kebudayaan dan watak, disanalah letak ketidakharmonisan, ketidakrelevanan, dan ketidaksesuaian harapan dengan kenyataan. Saya sudahi nyinyir ini, saya rasa otak semakin pincang membicarakanya, bahkan saya payah dalam membedakan institusi roti dengan institusi sebenarnaya. Wasalam. *Penulis Mahasiswa Managemen Dakwah Islam/ Aktif di Teater Imam Bonjol

Malam kain sarung Terimakasih, Kau telah menjiwaiku beberapa hari ini. Memberi beberapa batang puisi dan putikan kata merah. Terimakasih, Harapanku sudah lenyap dimakan rayap Tak mungkin ku menguras jam dinding Dan hariku sudah lahap dimakan usia dengan sia-sia Menunggu manisnya air matamu. Di tengah malunya malam yang resah Aku sisingkan kehatian yang marah Aku ikhlaskan amarah yang tak terjamah Dan sisanya takkan pernah di ikhlaskan “punah” Danul gge. 29 april 2015

Aku Dari Bumi Jihad Aku mujahiddin Sejati... Yang tercipta dari tulang rusuk lelaki/wanita yang berjihad.. Bilakah kan datang seorang peminang menghampiriku mengajak tuk berjihad.. Kelak ku akan pergi mendampinginya di bumi Jihad.. Aku selalu siap dengan semua syarat yang diajukannya.. Cinta Allah, Rasul dan Jihad Fisabilillah Aku rela berkelana mengembara dengannya Ikhlas menyebarkan dakwah ke penjuru bumi Allah Tak mungkin ku pilih dirimu..bila dunia lebih kau damba.. Terlupa kampung halaman, sanak saudara bahkan harta yang terpendam.. Hidup terasing apa adanya.. asalkan di akhirat bahagia.. Bila aku setuju dan kaupun tidak meragukanku.. Bulat tekadku untuk menemanimu.. Aku mujahidin pilihan.. Yang mengalir di nadiku darah lelaki/wanita yang berjihad.. Bilakah kan datang menghampiriku seorang peminang yang penuh ketawadhu‘an.. Kelak bersamanya kuarungi bahtera lautan jihad.. Andai tak siap bisa kau pilih.. Agar kelak batin, jiwa dan ragamu tak terusik Terbebani dengan segala kemanjaanku, kegundahanku, kegelisahanku.. Terlebih keluh kesahku.. Sebab meninggalkan dakwah karena lebih mencintaimu.. Dan menanggalkan pakaian taqwaku karena laranganmu... Tak mungkin aku memilihmu... Bila yang fana lebih kau cinta.. Lupa akan kemilau dunia dan remangnya lampu kota.. Lezatnya makanan dan lajunya makar durjana.. Meniti jalan panjang di medan jihad.. Yang ada hanya darah dan airmata tertumpah.. Serta debu yang beterbangan Keringat luka dan kesyahidan pun terulang.. Jika masih ada ragu tertancap dihatimu.. Teguhkan ‘azzam‘ku tuk lupa akan dirimu.. Aku dari bumi Jihad.. Dengan sekeranjang semangat berangkat ke padang jihad... Persiapkan bekal diri menanti pendamping hati, pelepas lelah serta kejenuhan.. Tepiskan semua mimpi yang tak berarti... Adakah yang siap mendamaikan hati ?????? Karena tak mungkin kulanjutkan perjalanan ini sendiri.. Tanpa peneguh langkah kaki.. pendamping perjuangan.. Yang melepasku dengan selaksa do‘a.. Meraih syahid.. tujuan utama.. Sajak Danul, Aktivis di UKM Teater Imam Bonjol Padang

Karna Dendam. Proses terbentuknya hujan: Air yang ada di permukaan bumi menguap ke udara. Uap air di udara akan berkondensasi dengan uap air lainnya yang menyababkan evaporasi dalam proses pembentukan awan. Jadi pertanyaannya: Kenapa hujan bisa turun? Karena dendam. Proses terjadinya benci: Sabar yang ada di permukaan hati akan menguap ke tenggorokan. Uap sabar di tenggorokan akan berkondensasi dengan uap sabar lainnya yang menyebabkan evaporasi dalam pembentukan luka. Jadi pertanyaannya: Kenapa benci bisa datang? Karena dendam. Padang

Sajak Tukang Tidur. Kalau malam hari ia harus terbaring, ya itu tidak apa apa. Sebab memang waktunya rehat. Kalau ia terbangun tengah hari setelah rehat tadi malam, itu biasa. Kalau ia terbangun bersamaan dengan kumandang azan subuh,artinya ia telah berubah. Sajak Sulthan Jiyad M A, Aktiv di UKM Teater Imam Bonjol Padang


News Anchor ala Najwa Shihab D

ewasa ini berbagai acara talkshow banyak diminati oleh berbagai kalangan, mulai dari yang tua sampai yang muda. Salah satunya adalah Mata Najwa. Program talkshow yang membahas tema politik dan hukum ini memiliki tempat tersendiri di hati penikmatnya. Hal ini tidak terlepas dari peran news anchor Najwa Shihab. Najwa Shihab sebagai presenter menjadi symbol of identity dari Mata Najwa, dengan peletakan namanya sebagai nama program. Kekhasan lainnya dari talkshow Mata Najwa bila dibandingkan dengan talkshow serupa di Metro TV adalah jenis isu yang diangkat. Mata Najwa selalu menghadirkan isu-isu terhangat yang sedang terjadi dalam kurun waktu tersebut dan lebih fokus pada isu politik. Wanita yang akrab disapa Nana ini menjadi center of attention dalam talkshow Mata Najwa. Caranya mengemas dan faktorfaktor pendukung lain dalam talkshow Mata Najwa membentuk citra dari seorang presenter talkshow. Citra ini sebuah pesan dari komunikator (Najwa Shihab) kepada komunikan (pemirsa). Pembahasan buku ini mencoba membeberkan cara menjadi anchor yang baik. Nana mengatakan news presenter tidak sama dengan news anchor. Karena news presenter hanya akan membacakan berita. Sementara news anchor akan terlibat dalam semua

proses riset, reportase, culkan mewakili harapan produksi berita hingga penonton, jangan galak dan membacakan berita. menelanjangi narasumber News anchor wajib maksudnya, agar sebuah menjadi reporter terlebih dialog itu menarik seorang dahulu. Selain itu, news annews anchor harus mengchor juga wajib menjadi atur strategi dengan tujuan news junkie, alias update utama yaitu apa manfaat berita. Menjadi seorang utama yang di dapat pemiranchor tidaklah mudah, sa. Di sinilah cara menggaterlebih dahulu kita harus li informasi dari narasummengenali diri sendiri. Seber menjadi berbeda-beda, lanjutnya baru mengenal tergantung dari apa yang narasumbernya. kita inginkan. Belajar dari idola, bagiSelain intelektual dan an penting dalam perjalankecerdasan menghantarkan an menjadi seorang anchor. pertanyaan, seorang news Nana sendiri mengidolakan anchor harus menjaga peRachel Maddo dan Desi nampilan. Penampilan Judul : Berguru News Anchor pada Anwar. Kedua sosok teryang dimaksud bukannya Najwa Shihab sebut membuat Nana seseperti artis pada umumPenulis : Brilianto K. Jaya makin percaya diri dan ternya. Pakaian seorang anPenerbit : Republika motivasi menjadi news chor harus sopan dan tidak Cetakan : Pertama, Oktober 2014 anchor. mengundang kontroversi Tebal : 122 halaman News anchor harus di mata pemirsanya. Resensator : Rosi Elvionita melakukan riset dan penMasalah make up, news anelitian terlebih dahulu sechor tidak boleh berdandan belum melakukan wawancara, menor. Karena news anchor itu tubuh ke depan dan tangan memjangan sampai kepala kosong. Kebukan artis. News anchor, the reel bentuk piramida. Gerakan tubuh mudian harus memiliki news injurnalis. negatif seperti, meletakkan testinct, melatih emosi, seperti rasa News anchor orang pilihan lunjuk ke pipi, menarik leher baju, simpati dan empati, teknik vokal, karena untuk menjadi anchor kedipan mata yang lambat dan sepengucapan, intonasi, artikulasi, tidak mudah, butuh waktu dan bagainya. antusias dan berhadapan dengan pengalaman yang banyak. Kalau Nana juga memberikan tips kamera . Hal terakhir yang harus kita bersungguh-sungguh jadi menghadapi narasumber. Pertama dilakukan seorang news anchor reporter, tahu teknik mewawanjangan pilih-pilih narasumber, dalam wawancara menggunakan cara, membiasakan diri berhadawarming up (mengakrabkan diri gerakan tubuh positif dan negatif. pan dengan kamera, berhubungan dengan narasumber), preinterGerakan tubuh positif seperti, baik dengan banyak orang dan tahu view, membuat pertanyaan termemiringkan kepala, meletakkan memproduksi berita sampai tabuka, jangan memojokan naratangan di pipi, mencondongkan yang, maka menjadi news anchor sumber, pertanyaan yang dimun-

hanya menunggu waktu. Percayalah, bahwa kerja keras pasti membuahkan hasil. Tuhan punya porsi besar dalam kesuksesan seseorang. Hal ini tentu disetujui banyak pihak, karena tanpa adanya takdir dari tuhan seseorang tak akan mampu meraih mimpinya. Selain itu peran orang tua, sangat mendalam dan berarti dalam kehidupan mana mencapai posisi ini. Satu hal yang mendukung performance Nana dalam menjadi Anchor adalah kemampuannya dalam mengolah kata yang sering di perlihatkan saat opening dan closing acara Mata Najwa, kebiasaan nana hobi berpuisi sejak sekolah dasar (SD) membawanya mampu memadukan antara dunia jurnalistik dan dunia seni. Masih banyak rahasia sukses menjadi news anchor yang dituangkan dalam buku ini. Pembahasannya yang lengkap dan komplit akan membuat pembaca ketagihan untuk terus membaca hingga akhir. Bahasa buku ini sesuai dengan lugas dan tegasnya bahasa Nana di program unggulannya Mata Najwa. Buku ini juga memiliki karikatur yang khas, sehingga akan membuat pembaca lebih senang membacanya. Maka, akan lebih baik jika halaman atau tebal buku ini ditambah agar kehausan informasi pembaca bisa terjawab secara menyeluruh,

The Power of Girls D

ibanding dengan laki-laki, perempuan mempunyai kemampuan yang lebih terbatas. Umpama tulang rusuk yang bengkok, mudah patah jika dipaksakan atau bengkok selamanya jika dibiarkan. Biasanya, perempuan dianggap sebagai insan yang lemah. Menangis menjadi cara perempuan dalam siasat cepat dalam masalah. Dari sekian banyak persepsi yang sering ditujukan kepada perempuan, buku ini mencoba mengarahkan pembaca untuk melihat perempuan bukan dari sisi lemahnya saja. Tetapi, juga sisi terkuatnya. Buku ini memaparkan sebuah analogi kepada pembaca, jika seseorang dihadapkan dengan sebuah gelas yang berisi air separuh saja, maka pengamat yang baik tidak mengatakan bahwa gelas itu berisi atau mengatakan gelas tersebut kosong. Pengamat yang baik akan lebih memilih mengatakan bahwa gelas itu berisi separuh dan kosong separuh. Gelas itu berisi separuh, itu tanda syukur kepada Tuhan. Sedangkan gelas itu kosong separuh, itu pertanda menyadari kekurangan diri dan berusaha mengisi kembali. Melalui buku ini, penulis menegaskan bahwa di samping memiliki sisi kelemahan, perempuan memiliki kekuatan batin yang luar biasa. Kuncinya terletak pada bagaimana perempuan itu memaknai dirinya. Karena persepsi dan prasangkalah yang mengerdilkan orang besar, melemahkan yang kekar dan melayukan yang segar. Persepsi jugalah yang menguatkan yang lemah, memenangkan yang kalah dan membugarkan yang lelah. Buku ini membahas kisah

nyata beberapa peremakan sanggup menghadapi puan yang tidak sekadar UAN dikarenakan berita biasa, yang tidak merduka itu. Tapi justru sebaendahkan dirinya, menyialiknya, ia memilih bangkit, nyiakan diri dan potensinberdiri dan mulai melangya. Tetapi sosok wanita kah perlahan. Yulita tidak yang gigih dan tekun, bahmau larut dalam kesedikan ada yang mengalami han. Segala persiapan untuk keterbatasan fisik. Peremujian tetap ia lakukan. Ujian puan-perempuan tersebut pun tetap ia ikuti. juga berasal dari latar belaDua tahun berlalu, ujian kang lingkungan yang berberikutnya pun datang beda, pendidikan begitu menghampirinya. Kakak juga usia. kandungnya berpulang ke Salah satunya kisah dua rahmatullah. Kakaknya adik-kakak. Dua remaja meninggal karena sakit. perempuan yang mengalaSebelumnya Yulita harus mi keterbatasan fisik. merawat kakaknya yang Nama mereka Erni dan sakit. Sehingga tidak satu Yanti. Keduanya samaujian semester pun ia ikuJudul Buku : Bangga Jadi Perempuan sama mengalami kebutaan ti. Sekolahnya pun terPengarang : Yusrina Sri semenjak lahir. Tetapi ancam. Di tengah cobaan Penerbit : PT Elex Media Komputindo kekurangan tersebut tidak yang ia hadapi, Yulita awalTebal : xxxi + 96 halaman mereka jadikan alasan unnya berpikir akan berhenResensiator : Bustin tuk hanya memandang ti sekolah. Namun, dengan bahwa mereka lemah dan segala pertimbangan, ia tidak bisa apa-apa. akhirnya memilih untuk Mereka dengan semangat baja tetap bersekolah. ikhlas. Ia percaya Tuhan tidak melakukan berbagai cara agar Tidak sampai di situ, ujian penah salah. Tuhan maha penyaytetap bisa menuntut ilmu. Salah kembali mengiringi jejak hidupang. satunya dengan mengirim surat nya. Ketika ia akan mengikuti Ketekunan dan keikhlasan itu permohonan kepada Dinas Sosial ujian UAN tingkat MAN, kakak menuntun mereka untuk sedikit Jakarta. Surat permohonan diterilaki-lakinya menyusul ibunya. demi sedikit mencicipi buah kema, mereka pun dikirimi bukuPeristiwa duka yang kembali berhasilan. Mereka giat mengikubuku dan al-Quran dalam tulisan menggemparkan kekuatan batinti perlombaaan Musabaqah TilaBraille. Semangat mereka pun nya. Namun, kejadian tersebut watil Quran. Tidak jarang mereka membara. tidak membuatnya berputus asa. memenangkannya. Mereka pun Walaupun Erni dan Yanti meIa tetap bersabar menjalani kemenjadi sosok inspiratif bagi miliki semangat yang tinggi, buhidupan. Sungguh kesabaran yang orang-orang di sekitarnya. kan berarti mereka tidak pernah luar biasa. Kisah lainnya menceritakan dilecehkan, dianaktirikan, diSelain kisah Erni dan Yanti, tentang seorang perempuan yang cemoohi, diusik dan diperlakukan masih ada puluhan kisah lainnya bernama Yulita. Ibunya meningdengan perlakuan yang tidak yang disajikan dalam buku ini. gal persis di saat ia akan menghmengenakkan lainnya, baik dari Kesemuanya memiliki keungguadapi Ujian Akhir Nasional (UAN) teman sebaya, pegawai, guru dan lan dan kedalaman makna masingtingkat MTsN. Kehilangan sosok dosen tempat ia menekuni masing. Dari kisah-kisah tersebut ibu tentu umpama gelora badai pendidikan. Meskipun begitu, membuktikan bahwa perempuan yang mengamuk biduk kecil. Kemereka menghadapinya dengan sesungguhnya insan yang istibanyakan orang berpikir ia tidak

mewa. Mereka yang biasa dipandang lemah, namun bisa lebih kuat dan menjadi inspirasi banyak orang. Penyajian buku ini terbilang komplit, setiap penegasan menjadi lebih kuat dan bisa meyakinkan pembaca. Selain memperkuat melalui kisah nyata, buku ini dilengkapi dengan dalil-dalil alQuran dan Hadis. Di setiap sub judul, diselipkan kata-kata motivasi dari berbagai kalangan, mulai dari sahabat rasul seperti Umar Ibn Khatab, para ahli seperti Albert Einstein, penulis terkenal seperti Asma Nadia, dan orang terkenal lainnya. Buku ini juga dilengkapi dengan sumber bacaan. Bahasa yang sederhana dan mengalir membuat pesan yang ingin disampaikan penulis dengan mudah menyentuh hati dan menerangi pikiran pembaca. Motivasi yang dibangun penulis melalui buku ini akan dengan mudah membuat mata berbinar dan mulut berucap syukur. Sampul buku yang menarik, dengan dibubuhi warna warni dan menggambarkan keanekaragaman perempuan membuat siapa saja penasaran untuk mengetahui isi buku ini. Ukuran yang tidak besar dan tidak tebal membuat buku lebih ringan dan mudah dibaca di mana saja. Tiada gading yang tak retak. Segala yang memiliki kelebihan, tentu juga mempunyai kekurangan. Begitu juga buku ini. Buku ini tidak dilengkapi dengan gambar atau foto dari tokoh kisah nyata yang dibahas. Akan lebih baik gambar atau foto tersebut disisipkan dalam buku ini, agar pembaca semakin tertarik dan lebih termotivasi ketika membaca buku ini.


Tren Membawa Air Minum di Kalangan Dosen dan Mahasiswa

Pelarut Benih Penyakit Bustin/SuaraKampus

Membawa air minum

Salah seorang mahasiswa membawa minuman saat kuliah mengatasi dehidrasi, Sabtu (13/06)

Air mineral atau biasanya disebut air putih sangat mudah kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Karena persediaannya yang banyak. Selain itu, memasaknya pun gampang. Kita butuh beberapa menit saja untuk memasak air. Belakangan ini, meminum air putih mulai menjadi tren di kalangan dosen maupun mahasiswa. Terbukti dengan banyaknya mahasiswa dan dosen yang sengaja membawa air putih dari rumah. Di jalanan kampus juga kerap kali mahasiswa membawa tabung air putih di tangannya atau diselipkan di ransel.

M

embawa air putih diyakini telah menjadi gaya hidup oleh Haryudi, Dosen IAIN Imam Bonjol Padang. Setiap kali menjalankan aktivitas mengajar, membawa air putih baginya ialah suatu keharusan. Apalagi profesinya sebagai dosen sangat menuntut untuk banyak berbicara, terutama ketika menjelaskan materi kuliah kepada mahasiswa. “Saya hampir setiap harinya menerangkan pelajaran untuk mahasiswa saya dan akibatnya tentu suara mulai sulit dikeluarkan akibat tenggorokan kering. Saya pun berinisiatif untuk membawa air setiap mengajar,” tutur dosen bahasa Inggris ini. Membawa air putih menurutnya ialah cara sederhana untuk menjaga kesehatan. Meskipun secara langsung, sedikit orang yang sakit kemudian disebut karena kurang minum. Namun secara jangka panjang, kurang minum air putih ini akan mengakibatkan penyakit bagi tubuh manusia. “Dari hal yang sederhana ini seharusnya kita mulai menjaga kesehatan,” tegasnya. Meskipun untuk memperoleh air putih itu mudah, karena saat ini sudah banyak yang menjual air putih kemasan, namun Haryudi sendiri mengaku biasa membawa air yang direbus dari rumahnya. Karena air yang direbus terlebih dahulu kehigienisan-

Usmar Ali Kasi Sarana Kesehatan DKK Padang

paparnya. Lailatul Husna biasanya membawa air dengan menggunakan tupperware atau botol air minum yang dibeli. Tetapi, dia menggunakan botol air minum yang dibeli ini pada isi ulang yang pertama. “Untuk botol yang dibeli, hanya satu kali pakai. Saya lebih memilih tuperware karena lebih aman, tidak mudah tumpah, lebih besar dan sesuai dengan tren masa kini,” jelasnya. Selain itu, dalam mengkonsumsi air, yang harus diperhatikan menurutnya ialah selektif ketika memilih tempat berlangganan air minum isi ulang. Lebih Hemat Mahasiswa juga punya alasan tersendiri ketika membawa air minum dalam beraktivitas. Mahasiswa Jurusan Tadris Matematika Rita Yuningsih mengatakan membawa air minum ke kampus, agar lebih mudah dan cepat memperoleh air ketika haus. “Apabila dalam proses belajar mengajar membutuhkan air, kita dapat minum langsung dan tidak perlu keluar masuk kelas untuk membeli air,” ungkapnya. Selain itu, dengan membawa air ke kampus juga bisa lebih menghemat pengeluaran. “Kalau tidak bawa air ke kampus, kita mesti mengeluarkan uang dulu ketika haus. Sehingga uang jajan jadi boros. Kalau kita bawa air minum, uang yang seharusnya kita gunakan untuk membeli air minum, bisa kita gunakan untuk keperluan kul iah lainnya,” paparnya. Sementara untuk pola minum, dia mengaku minum air setelah makan dan ketika haus. Sementara untuk jumlah air yang dikonsumsi dalam sehari, dia mengaku tidak tahu pasti. “Saya tidak pernah menghitung, berapa liter saya minum dalam sehari. Tapi, kalau dikira-kitakan, ada sekitar 10 gelas perharinya,” ujarnya. Membawa air dalam beraktivitas, Rita lebih suka menggunakan tupperware. Alasannya,

“Minumnya sesuai kebutuhan agar kerja ginjal tidak berat” nya dan kebersihannya kurang terjaga. “Sebagai dosen pembimbing, saya sering kelelahan akibat padatnya aktivitas yang saya lakukan. Biasanya saya membawa air yang direbus dan disiapkan istri saya dari rumah,” teranganya kepada Suara Kampus. Sama halnya dengan Haryudi, Lailatul Husna yang juga Dosen IAIN Imam Bonjol Padang mengaku sebagai seorang dosen air baginya suatu kebutuhan yang sangat penting. Karena dalam menjalankan tugas, Lailatul Husna membutuhkan suara yang lantang dan kerongkongan yang tetap basah. Maka, supaya materi pelajaran dapat disampaikan dengan baik, perlu untuk sering mengkonsumsi air. “Saya lebih tahan jika tidak makan, tapi saya tidak bisa tahan jika tidak minum air,” jelasnya. Sembari mengkonsumsi air, mengatur pola minum menurutnya juga tidak kalah pentingnya. Dalam sehari minimal tubuh manusia harus minum 8 gelas air. “Saya minum air ketika bangun tidur, ketika selesai makan, ketika haus dan di saat akan tidur,”

bentuknya sangat bagus dan pilihan warna yang disediakan juga banyak. “Yang perlu diperhatikan dalam memenuhi kebutuhan air ialah harus bersih begitu juga tempatnya,” ungkapnya. Hal senada dengan Rita Lendra Wati mahasiswa semester IV Fakultas Tarbiyah dan Keguruan mengaku bisa menghemat biaya kuliahnya dengan cara membawa air ke kampus. “Air minum merupakan kebutuhan bagi kita. Karena dalam beraktivitas kita mengeluarkan banyak tenaga, sehingga membutuhkan banyak air pula. Membawa air akan lebih hemat uang,” tuturnya. Sama halnya dengan Rita Lendra Wati juga meminum lebih kurang sepuluh gelas perharinya. “Saya minum ketika bangun di pagi hari, selesai makan, ketika haus dan ketika akan tidur,” jelasnya. Lendra Wati juga menggunakan Tupperware ketika membawa air ke kampus. “Kalau pakai tupperware itu lebih aman. Sebab bagaimanapun posisinya, air dalam tupperware tidak akan tumpah,” ulasnya. Membawa air ke kampus juga dilakukan Trisna, mahasiswi Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang. “Bagi saya air adalah sumber kehidupan setiap manusia” jelasnya Minum air, kata Trisna sudah menjadi hal yang wajib dipenuhi manusia setiap harinya. Gunanya untuk menjaga kesehatan dan kekuatan manusia. “Paling sedikit dalam satu hari itu saya menghabiskan 3 liter air,” paparnya. Banyak yang harus diperhatikan dalam menkonsumsi air minum, lanjut Trisna. Di antaranya tempat dan kehigienisan air tersebut. Biasanya tempat air yang bagus adalah kadar plastiknya yang tebal, bukan yang tipis. “Saya sendiri lebih percaya menggunakan tupperware untuk membawa air putih,” ujarnya. Perhatikan Aturan Minum Secara umum, setiap orang diajurkan untuk dapat mengkonsumsi air putih setiap harinya. Mengkonsumsi air putih berguna untuk memenuhi kebutuhan cairan di dalam tubuh. Sebagaimana yang dikatakan Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Dinas Kota Padang Usmar Ali, bahwa air putih salah satu cairan yang dianjurkan untuk memenuhi cairan tubuh karena murni dan bebas dari zat berbahaya. Meminum air putih mulai menjadi perhatian Belakangan ini, membawa air putih mulai menjadi kegiatan yang disukai mahasiswa maupun dosen. Maka, kebiasaan membawa air putih di kalangan mahasiswa itu sangat bagus. Kebiasaan membawa air di kalangan masyarakat umum adalah suatu hal yang bagus selama itu bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan. Akan tetapi pemahaman masyarakat tentang meminum air sehari harus 2 l iter itu sebenarnya bukanlah sebuah anjuran. Usmar Ali mengatakan, seandainya dirata-ratakan ketentuan tersebut adalah suatu hal yang keliru. Air hendaklah dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Karena jika terlalu sedikit bisa membuat dehidrasi dan terlalu banyak bisa menjadi pemicu penyakit ginjal. “Minum-

nya sesuai kebutuhan agar kerja ginjal tidak berat bekerja saat air yang diminum terlalu banyak atau fungsi ginjal akan terganggu karena air yang dibutuhkan untuk memperlancar kerja ginjal terlalu sedikit,” paparnya. Kebutuhan meminum air juga semestinya disesuaikan dengan berat badan seseorang. “Semestinya berdasarkan riset ahli 0,03 L (Air)/Kg Berat Badan. Kalau beratnya 50 Kg, air yang dibutuhkan sebanyak 1 ½ liter,” paparnya. Kondisi botol dan kualitas air, kata Usmar sebenarnya memiliki banyak pengaruh. Bagus tidaknya botol itu ditentukan dengan kelarutannya dengan air. Jika botol mudah larut saat dimasukan air panas atau air dingin, seperti air minum botol, gelas atau sejenisnya, maka hanya boleh digunakan satu kali. “Karena botol yang larut dengan air itu mudah terkontaminasi,” tutur pria 50 tahun ini. Maka, botol yang baik digunakan itu hendaklah yang tidak mudah larut dengan panas, tidak terpengaruh dengan suhu dingin. “Gelas kaca, ataupun botol tidak larut dengan panas/dingin seperti tupperware bisa direkomendasikan karena tidak tercemar,” paparnya kepada Suara Kampus. Jebolan STIKES Khalifa ini mengungkapkan, meski seharian memiliki jadwal yang padat, seseorang harus tetap menjaga pola minumnya. Seperti mengatur takaran minum. “Ketika haus tidak boleh meminum air satu liter sekaligus,” jelasnya. Ini sering dilakukan oleh pecinta olah raga. Sehabis berolah raga, karena saking haus, minum air pun tidak terbendung takarannya. Padahal kebiasaan ini bisa merusak kesehatan. Sebab ketika berolahraga hormon anti dioretik meningkat. “Anti diuretik adalah hormon yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis posterior untuk mengatur jumlah air yang diekskresikan oleh ginjal, Sehingga urine tidak langsung keluar dan kesehatan akan terganggu jika langsung minum air,” paparnya. Sejatinya dalam kehidupan manusia membutuhkan cairan, kita bisa memenuhinya dengan beragam jenis minuman yang mengandung air seperti jus, teh, kopi dan minuman lainya. “Namun dokter menyarankan masyarakat mengkonsumsi air putih karena tidak terkontaminasi dengan zat lain,” terangnya. Ciri-ciri tubuh tidak kekurangan cairan, jika saat buang air urin yang dikeluarkan berwarna kuning cerah serta dalam jumlah yang banyak berarti orang tersebut tidak kekurangan cairan. Namun, jika urin yang dikeluarkan berwarna kuning gelap (orange) dan jumlahnya sedikit itu berarti cairan yang kita miliki sedikit. “Meski sibuk, tidak mesti banyak minum air. Sesuaikan saja dengan kebutuhan tubuh,” tandasnya. Usmar berharap untuk mereka yang jarang sekali minum hendaklah diingatkan, karena tubuh membutuhkan cairan untuk berakivitas. “Jagalah kesehatan. Konsumsilah air sesuai kebutuhan ,” harapnya. Axvel Gion Revo, Amel dan Audia (Mg)




Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.