HaluanKepri 19Des12-

Page 2

EKONOMI

2

Rabu,

19 Desember 2012

Importir: Permendag 59 Matikan Usaha BATAM (HK) — Ratusan importir di Batam menjerit dengan pemberlakuan Peraturan Menteri Perdagangan (permendag) Republik Indonesia No 59 tahun 2012 tentang angka pengenal importir (API). Alasannya, Permendag tersebut dinilai sebagai upaya mematikan pengusaha. Oleh: Eddy Supriatna, Liputan Batam Permendag No59 tahun 2012 merupakan revisi dari Permendag No 27 tahun 2012. Dalam revisi tersebut diterangkan bahwa perusahaan pemilik API-Umum (API-U) hanya dapat mengimpor satu kelompok ba-

rang (section). Dengan begitu, pengusaha diwajibkan untuk mengurus API per kelompok barang yang dinilai sangat menghambat bisnis. “Ini suatu bentuk pengikisan pengusaha importir,”

ujar Ketua Tim Penolakan Permendag, Linda kepada wartawan, di Nagoya, Selasa (18/12). Dia mengatakan, melalui ketentuan ini importir diharuskan untuk mengimpor sesuai izin API yang sudah ditentukan. Dengan begitu, hal ini mematikan kebiasaan yang sudah biasa dijalankan pengusaha. Dimana sebelumnya, importir bisa memasukan lebih dari satu jenis barang. “Ada indikasi, ketentuan ini menghilangkan keistimewaan FTZ,” ujarnya. Hal senada juga disampaikan Penasehatan Hukum Tim Penolakan Permendag, Sudirman. Dia mengatakan,

Permendag seharusnya tidak mematikan usaha yang selama ini berjalan. Penertiban dan penyempurnaan aturan itu, sebutnya, merupakan suatu yang bisa. Hanya saja, jangan sampai melabrak keistimewaan Kota Batam. “Apabila aturan ini tetap dipaksakan untuk diberlakukan, maka pemerintah berupaya mematikan pengusaha yang ada,” tuturnya. Sudirman mengahrapkan Badan Pengusahaan (BP) Kawasan lebih sensitif mengantisipasi gejolak importir. Sebagai lembaga turunan dari Pemerintah pusat, BP seharusnya berani menolak sesuatu yang melemahkan kondisi perekonomian di Batam.*** DOK

Hunian Hotel di TPI Tumbuh TANJUNGPINANG (HK) — Meski pariwisata Ibukota Provinsi Kepri belum menunjukkan pertumbuhan signifikan, namun tingkat hunian kamar hotel di kota Gurindam tersebut mulai tumbuh perlahan. Sebagaimana dikatakan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Tanjungpinang, Alexander Ang BBA, Senin (17/12). “Hunian kamar hotel ada peningkatan, namun penghuninya didominasi wisatawan domestik, bukan mancanegara,” ujar Alex. Peningkatan itu, jelas Alex, mulai dirasakan seiring berkembangnya Tanjungpinang sebagai Ibukota Provinsi Kepri. Salah satunya di Hotel Comort, hotel yang dikelola Alex. Rata-rata, tamu yang datang ke hotel tersebut dalam rangka bisnis atay mengikuti kegiatan pemerintah. “Selama 11 bulan ini, ada sekitar 5.000 orang yang menginap di Hotel Comfort. Jumlah ini naik dua persen dari tahun lalu,” ujarnya. Menurut Alex, peningkatan yang dialami Hotel Comfort, juga dirasakan hotel lainnya. Namun Alex belum bisa menuturkan berapa jumlah hunian kamar secara keseluruhan di Tanjungpinang. Pasalnya data tersebut masih dalam proses rekap ulang masing-masing hotel dan wisma. Selain peningkatan hunian, properti hotel di Tanjungpinang juga meningkat. Di tahun 2012 saja, tercatat empat hotel baru. Pertama Hotel Bintan Island Indah di jalan Bakar Batu, Hotel Lesmina di jalan Pasar Ikan, Hotel Bintan Nirwana di jalan Ir H Juanda dan Hotel Karas di jalan Usman Harun. “Sebelumnya, pada 18 Oktober 2011 lalu, ada juga hotel baru dengan kalsifika-

si Bintang 4 yaitu, Hotel Aston. Kita sangat senang dengan berdirinya Hotel Aston, dengan begitu membuat kami pengusaha hotel yang telah ada untuk terus berbenah dan memberikan pelayanan yang diinginkan tamu,” terang Alex. Sekretaris PHRI Tanjungpinang, Efran Pratama SE, mengatakan, meski ada pertumbuhan peningkatan tamu domestik, tapi tidak untuk tamu mancanegara. Padahal, letak Kota Tanjungpinang yang berdekatan dengan Negara Singapura dan Malaysia, seharusnya dapat menarik mereka datang. “Jika kita bandingkan dengan Batam dan Karimun, jumlah wiswan ke sana jauh lebih banyak dari Tanjungpinang,” ujar Efran. Situasi ini, lanjut Efran, dapat terjadi karena kedua daerah tersebut memiliki nilai jual untuk wisatawan yang datang. Tanpa hal tersebut, akan sangat sulit wisman datang ke Tanjungpinang. “Padahal dengan kehadiran para wisman akan memberikan peningkatan PAD. Dan ini sangat dirasakan langsung baik pemerintah maupun masyarakat,” ujar Efran. Dikatakan Efran, Tanjungpinang seharusnya bisa menyedot wisman seperti Batam dan Karimun. caranya, semua elemen baik dari pemerintah, penegak hukum, masyarakat dan pengusaha duduk bersama dengan satu tekat, yaitu memajukan dunia pariwisata. Banyak contoh daerah yang bisa kita lihat. Seperti di Jogja dan Bali. Kedua tempat ini dapat seperti sekarang, karena semua pihak mendukung. Begitu juga

dengan Batam. Untuk itu, saya berharap, pemerintah kota Tanjungpinang bisa melihat hal tersebut dan segera menyiapkan konsep demi memajukan dunia pariwisata kota ini,” tutup Efran. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang mencatat ada 40 penginapan, mulai dari klasifikasi Melati, Melati 1, Melati 2, Bintang 1 hingga Bintang 4.

MATIKAN USAHA — Aktifitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Batuampar, Batam. Pengusaha menilai, pemberlakuan Permendag No 59 tahun 2012 tentang angka pengenal importir (API) per section akan mematikan usaha yang telah ada.

“Dari data yang kita punya, kategori Melati ada 14 penginapan, Melati 1 ada 2 penginapan, Melati 2 ada 9 penginapan dan Melati 3 ada 2 penginapan. Untuk Bintang 1 ada 3 penginapan, Bintang 2 ada 1 penginapan, Bintang 3 ada 3 penginapan dan Bintang 4 ada 1 penginapan,” kata Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Pemko tanjungpinang Said Parman. (cw70)

Editor: Nana Marlina, Layouter: Mulia Aditya


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.