HaluanKepri 15nov10

Page 19

B I N T A N

SEPUTAR BINTAN

Polres Razia Narkoba di Lapas BINTAN — Jajaran Polres Bintan menggelar razia di Lembaga Pemasyarakat (Lapas) Kelas II A Tanjungpinang di KM 18 arah Kijang, Jumat (12/11) malam. Razia yang dilakukan pada setiap kamar tersebut dimaksudkan untuk mengantisipasi pemakaian narkoba dan permainan judi. "Kami melakukan razia di Lapas ini dengan sasaran judi dan penggunaan narkoba, mulai pukul Yohanes 21.15 WIB sampai 22.30 WIB. Namun dari razia ini, tidak ada ditemukan aktivitas judi maupun pemakai atau pengedar narkoba," kata Kapolres Bintan AKBP Yohanes Widodo kepada wartawan usai razia. Kata Widodo, sekitar 26 personel polisi gabungan dari Polres dan beberapa Polsek diturunkan dalam razia tersebut. Saat razia, turut seerta Kabag Ops, Kasat Reskrim, Kasat Intelkam, Kapolsek dan Wakapolsek Bintan Timur, Kapolsek Gunung Kijang, Kanit Patroli Bintim dan Gunung Kijang serta sejumlah perwira lainnya. "Razia ini kita lakukan guna mencegah jangan sampai terjadi penyalahgunaan narkoba di dalam Lapas. Begitu juga dengan tindakan judi, jangan sampai terjadi. Jika ada indikasi melakukan tindakan penyalahgunaan narkoba maupun judi, kami akan mengambil tindakan tegas sesuai prosedur," katanya. Widodo. (hk/yn)

Senin, 15 November 2010

19

Dewi Terima Penghargaan dari Menkes BINTAN — Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bintan, Dewi Komalasari Ansar menerima penghargaan Ksatria Bhakti Husada dari Menteri Kesehatan (Mekses) dr Endang Rahayusedya Ningsih di Auditorium Gedung Baru Kementerian Kesehatan, Jakarta, Jumat (12/ 11) malam. Penghargaan ini sebagai wujud apresiasi Menkes atas dedikasi Dewi Komalasari Ansar yang telah sukarela telah menyumbangkan tenaga, pikiran dan pengetahuannya di bidang kesehatan sosial masyarakat. Dari 62 kabupaten dan kota yang dicalonkan untuk meraih penghargaan Ksatria Bhakti Husada ini, hanya dua orang yang terpilih dimana salah satunya adalah Dewi. Bagi Dewi, penghargaan merupakan yang kedua kalinya setelah tahun 2007 lalu menerima penghargaan Manggala Karya Bakti Husada Arutala di Jakarta. Dewi Komalasari sepulangnya dari Jakarta mengatakan, s e s u a i d e n g a n t u g a s n y a s ebagai Ketua PKK perlu mela-

kukan upaya preventif dan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang kesehatan sebagai prioritas bagi keluarga. "Selain pemberian pemahaman, sudah saatnya dilakukan dengan cara inovasi baru. Sehingga tidak dirasa membosankan bagi masyarakat. Kesehatan itu penting, terutama untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga bagi masyarakat banyak serta pendidikan anak," katanya. Dewi mengaku, perannya sebagai Ketua PKK Bintan antara lain meningkatkan peran posyandu, strategi pengembangan dan pengenalan produk dalam kewirausahaan, melaksanakan sosialisasi dan memotivasi perilaku hidup bersih dan sehat dalam keluarga. Sebagai motivator pembentukan tim pembangunan desa binaan juga dijalankan serta pelaksanaan gerakan sayang ibu guna memperbaiki gizi masyarakat. "Saya baru mendapatkan kabar hari Kamis (11/11) sore kemarin tentang penghargaan

HK/IST

DAPAT PENGHARGAAN — Menteri Kesehatan dr Endang Rahayu Sedya Ningsih menyerahkan penghargaan Ksatria Bakti Husada Kartika kepada Dewi Kumalasari Ansar di Jakarta, Jumat (12/11) malam. ini. Saya tentunya menyambut baik penghargaan ini. Ini berkat kerja keras seluruh stakeholder

dan masyarakat. Penghargaan ini juga diharapkan mampu memotivasi kita untuk lebih me-

ningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat," kata Dewi. (hk/yn)

Perairan Bintan Sudah Tercemar BINT AN — Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah BINTAN (BLH) Kabupaten Bintan Karya Harmawan mengatakan, hasil pengujian air laut di beberapa lokasi menunjukkan bahwa perairan di Bintan sudah melebihi ambang batas pencemaran. Namun sampai saat ini belum diketahui persentase pencemaran secara keseluruhannya. "Kita belum mengetahui pasti berapa persen laut yang tercemar. Tapi, hasil pengujian sampling yang dilakukan dua tahun terakhir menunjukkan pencemaran melebihi dari ambang batas," kata Karya, Minggu (14/11) di Bintan. Kata Karya, lokasi perairan

yang sudah tercemar itu di antaranya, di daerah Sungai Kawal, Sungai Enam, dan Barek Motor. Kendati demikian, Karya berharap agar masyarakat yang beraktivitas di pinggiran pantai tidak saling menyalahkan. Pasalnya, lanjut dia, pen-

cemaran perairan tersebut lebih cenderung disebabkan karena sampah rumah tangga. Padahal, sampah rumah tangga juga tergolong limbah B3 (berbau, berbahaya dan beracun). "Seperti minyak sisa penggorengan, sisa sabun dan sampo yang akan menjadi berbahaya setelah bercampur dengan air. Juga aktivitas sebagian masyarakat nelayan serta perbengkelan di atas laut yang kurang memiliki kesadaran lalu membuang oli serta solar bekas ke laut. Jika air laut sudah tercemar, maka hal itu akan berbahaya bagi ma-

nusia. Jika ikan yang memakan (limbah B3) itu tidak masalah, tetapi manusia yang memakannya yang berbahaya," kata Karya. Karya mengaku dirinya saat ini ragu untuk menikmati ikan yang berasal dari perairan di wilayah Kijang. Soalnya air laut yang tercemar limbah sudah pasti akan meracuni ikan dan biota laut lainnya. Ikan yang telah mengandung B3 selanjutnya akan meracuni manusia saat dikonsumsi. “Saya sendiri ragu makan ikan yang berasal dari sini (kijang), karena kita lihat berapa banyak limbah B3

setiap hari dibuang ke laut,”sebutnya. Dia menyayangkan, masyarakat yang tinggal di pelantar dan tepi laut selalu manganggap laut adalah tong sampah raksasa tempat membuang segala limbah. “Janganlah laut dijadikan tong sampah, karena laut adalah habitat bagi biota laut yang harus dipelihara dan dijaga agar dapat memberikan manfaat bagi manusia," katanya. Dikatakan, sejauh ini aktifitas pembuangan limbah yang dilakukan perusahaan baru sebatas pencemaran. Tapi

tindakan pembuangan limbah yang dilakukan oleh masyarakat yang hidup di atas pelantar tersebut sudah tergolong pengrusakan alam. “Kalau pelaku pembuangan limbah itu perusahaan, kita mudah melakukan pengawasan. Kita bisa menegur langsung perusaaan tersebut. Tapi kalau pelakunya itu masyarakat banyak yang sudah turun temurun melakukannya tentu lebih sulit," ujarnya. Karya mengatakan, limbah B3 yang dikonsumsi manusia dari ikan atau hewan laut lainnya, tidak berdampak secara cepat. Tapi berdampak lama

terhadap organ tubuh seperti lever, ginjal, hati dalam kurun waktu yang lama. Selain menyebabkan penyakit, limbah yang dihasilkan dari limbah masyarakat juga bisa menyebabkan kerusakan pada hutan mangrove yang bisa berujung pada terganggunya perkembangbiakan hewan laut. Karenanya, Karya berharap, peran perangkat pemerintahan di setiap kecamatan sangat dibutuhkan untuk memberi arahan, imbauan dan teguran kepada masyarakat yang masih membuang limbah ke laut. (hk/yn,25)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.