Kho ping hoo

Page 65

sebangsanya merayap-rayap lari ketika dia datang dengan obor di tangan. Untung dia membawa ranting bernyala. Semua binatang berbisa itu takut terhadap api. Andaikata dia tidak membawa api tentu dia telah dikeroyok oleh binatang-binatang kecil yang semuanya berbisa itu, dari atas dan bawah! lebah-lebah itu terus mengikutinya, akan tetapi dari jarak jauh, terbukti dari suara yang berdengung-dengung itu masih terus berada di belakangnya. Tiba-tiba terdengar suara bersuit panjang dan lebah-lebah itu beterbangan makin dekat, kembali mengurungnya dan kelihatan seperti marah. Bahkan ada beberapa yang ekor yang meluncur dekat sekali, akan tetapi menjauh lagi ketika Sin Liong menggunakan api di ujung ranting untuk mengusirnya. Suitan terdengar berkalikali dan lebah-lebah itu makin marah dan mengamuk, juga tampak oleh Sin Liong betapa binatang kecillainya yang banyak terdapat di hutan itu mulai mendekatinya, namun masih takut-takut oleh api di ujung ranting. "Siuuuttt..." tiba-tiba tampak benda hitam menyambar kearah ujung rantingnya. Maklumlah Sin Liong bawa sambitan yang amat kuat itu bermaksud memadamkan api di ujung ranting. Tentu saja dia tidak mau terjadi hal ini, maka cepat ia menari kebawah ranting terbakar itu dan menggunakan tangan kirinya menyambar benda yang dilontarkan. Kiranya segumpal tanah hitam! Mengertilah dia bahwa ada orang yang membokonginya dan orang itu agaknya yang besuit-suit tadi. Suitan yang agaknya merupakan perintah kepada binatang-binatang itu untuk mengeroyoknya! "Haiiii, Saudara penghuni Pulau Neraka! Harap jangan menyerang. Aku Kwa Sin Liong datang dengan maksud baik! Aku hanya mau mencaru Sumoiku di sini!" Hening sejenak. Suitan-suitan tidak terdengar lagi dan lebah-lebah itu kembali menjauh, demikian ular, kelabang dan lain binatang kecil. Terdengar bunyi tampak kaki menginjak daun-daun kering dan tak lama kemudian muncullah belasan orang yang bertelanjang kaki, berpakaian tidak karuan, bermuka menyeramkan itu kotor tidak terawat, mata mereka merah dan bergerak liar seperti mata orang-orang gila. Dengan gerakan perlahan, pandang mata penuh juriga, belasan orang itu menghampiri dan mengurung Sin Liong. Pemuda itu tersenyum ramah, bersikap tenang dan mengangkat ranting menyala tinggitinggi untuk memperhatikan wajah mereka. "Harap Cuwi (Anda Sekalian) sudi memaafkan kedatanganku yang tiba-tiba ini. Akan tetapi sungguhnya aku, Kwa Sin Liong, tidak berniat buruk terhadap Pulau Neraka apalagi terhadap penghuninya. Aku datang untuk mencari sumoiku yang bernama Han Swat Hong, yang mungkin sudah mendarat di pulau ini." Seorang di antara mereka, yang mukanya penuh brewok sehingga yang tampak hanya matanya dan sedikit hidungnya, melangkah maju dan menegur, suaranya parau dan kasar. "kau dari mana?" "Dari Pulau Es...." Belasan orang itu mendengus dan kelihatan marah sekali. Si Brewok mengangkat tinggi senjata golok besarnya dan membentak, "kalau begitu kau harus mampus!" "Nanti dulu, harap Cuwi bersabar." Sin Liong cepat berseru dan mengangkat tangan kirinya ke atas, "Aku bukan musuh dari Cuwi, sudah kukatakan bahwa aku datang bukan untuk bermusuh, mengapa Cuwi hendak membunuhku?" Pada saat itu, muncul pula lima orang, dan terdengar seruan heran dari seorang di antara mereka, yang bertubuh tinggi besar, "Ehh, bukankah ini Kwa-kongcu dari Pulau Es?" Sin Liong memandang dan merasa girang sekali ketika mengenal orang itu yang bukan lain adalah Bouw Tang Kui, penghuni Pulau Es yang dihukum buang ke Pulau Neraka karena telah mencuri batu mustika hijau! "Bouwlopek!" serunya girang. "Aku datang untuk mencari Swat Hong yang juga sudah dibuang ke sini!" "Apa??" Bouw Tang Kui berteriak, lalu berkata kepada Si Brewok yang agaknya menjadi pemimpin rombongan itu. "Dia adalah seorang yang telah membelaku,


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.