Kho ping hoo

Page 56

yang akan menjatuhkan hukuman. Entah siapa lagi sekarang yang melakukan pelanggaran. Mari kita lihat, Suheng!" Sin Liong digandeng tangannya oleh Swat Hong yang menariknya ke arah bangunan di samping istana, bangunan yang dijadikan ruang sidang pengadilan di mana dijatuhkan hukuman terhadap mereka yang melakukan pelanggaran-pelanggaran. Ketika mereka tiba di situ, banyak sudah penghuni Pulau Es yang menonton diluar ruangan, dan tentu saja dua orang muda-mudi itu mudah untuk memasuki ruang sidang dan duduk di atas kursi yang berderet di pinggiran. Ruangan itu luas sekali, lantainya halus dan bersih. Isi ruang hanyalah sebuah meja panjang dan di belakang meja panjang ini terdapat lima buah kursi dan di kanan kiri, di pinggir juga terdapat kursi-kursi, sedangkan di depan meja, di bagian tengah tetap kosong. Pada saat Sin Liong dan Swat Hong tiba di ruangan itu, di belakang meja telah duduk hakim, yaitu seorang kakek tua keluarga kerajaan yang biasa bertugas sebagai hakim, sedangkan di sebelah kanannya, di kursi kebesaran, tampak duduk Han Ti Ong sendiri bersama permaisurinya. Hal ini merupakan keanehan karena biasanya raja hanya datang tanpa permaisurinya dan duduk bersama dengan para pangeran lain. Agaknya permaisuri Raja Han Ti Ong sekarang ini ingin pula melihat pengadilan dilakukan di Pulau Es. Para pesakitan yang sudah berlutut di depan meja, di atas lantai, hanya tiga orang. Seorang lakilaki tinggi besar penuh brewok yang matanya lebar dan gerak-geriknya kasar, seorang laki-laki muda yang tampan dan seorang wanita yang usianya empat puluhan, namun masih cantik dan wanita ini berlutut di samping laki-laki muda yang kelihatan ketakutan, tidak seperti laki-laki tinggi besar dan Si Wanita yang kelihatan tenang-tenang saja. Dengan suara lantang jaksa penuntut membacakan tuntutan kepada laki-laki tinggi besar yang sudah berlutut ke depan setelah namanya dipanggil, yaitu Bouw Tang Kui. Bouw Tang Kui telah berkali-kali diperingatkan karena sikapnya yang kasar, suka menggunakan kepandaian menghina yang lemah dan suka mencuri. Terakhir ditangkap karena melakukan pencurian,mengambil batu hijau mustika penyedot racun ular milik orang lain. Karena kejahatanya membahayakan Pulau Es, dapat menimbulkan kekacauan dan permusuhan, maka hukuman yang paling berat patut dijatuhkan atas dirinya, selain untuk memberantas kejahatan dari permukaan pulau juga sebagai contoh kepada semua penghuni pulau." Hening sejenak, kemudian terdengar suara hakim tua yang lemah dan agak gemetar, "Bouw Tang Kui, kau sudah mendengar tuduhan atas dirimu. Kau diperkenankan membela diri." Bouw Tang Kui yang berlutut itu memberi hormat kepada raja, kemudian dengan suaranya yang kasar dan nyaring berkata,"Hamba mengaku telah melakukan perbuatan itu karena hamba ingin memiliki mustika batu hijau. Hamba telah menerima banyak budi dari Sri baginda, kalau sekarang dianggap berdosa, hamba siap menerima segala macam hukuman yang dijatuhkan kepada hamba." Hakim berfikir sejenak, kemudian sambil mengetok meja dia berkata, "Pengadilan memutuskan hukuman buang ke Pulau Neraka kepada Bouw Tang Kui." Suasana menjadi hening. Keputusan hukuman ini merupakan yang lebih hebat dari pada penggal kepala. Banyak di antara mereka yang mendengarkan, menahan nafas dengan muka pucat, ada yang menaruh hati kasihan kepada Bouw Tang Kui. Akan tetapi pesakitan itu sendiri setelah memandang kepada raja, lalu berkata, suaranya penuh pahit getir, "Hukuman apa pun bagi hamba tidak terasa berat, yang terasa berat adalah bahwa hamba dipaksa untuk memusuhi Pulau Es yang hamba cintai!" "Jadi engkau menerima keputusan hukuman?" hakim bertanya. "Hamba mene...." "Nanti dulu!!" tiba-tiba terdengar suara nyaring dan Han Ti Ong sendiri mengangkat muka memandang tajam ketika melihat Sin Liong telah


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.