Kho ping hoo

Page 290

banyak tangan merenggut tubuh selir cantik itu dari pelukan Kaisar, lalu menyerahkannya kepada kepala thaikam. Selir itu diseret oleh kepala thaikam ke atas pagoda dan tak lama kemudian, terdengarlah sorak-sorai para pasukan melihat tubuh selir cantik jelita itu tergantung di pagoda, tergantung lehernya dan berkelojotan sebentar lalu terdiam. "Hidup kaisar....!!" "Biang keladi kelemahan telah tewas....!!" "Kita akan mengawal Kaisar sampai titik darah terakhir!" Di sebelah dalam, Kaisar yang tadinya menangis itu terbelalak mendengar teriakan yang sama sekali berlainan itu. Dia bingung tidak tahu apa yang terjadi, memandang ke kanan kiri. "Di mana dia....? Mana Yang Kui Hui....!" Semua keluarganya menjatuhkan diri berlutut. "Dia..... telah mengorbankan nyawa demi keselamatan paduka sekeluarga...." "Kui Hui....!!" Kaisar berlari naik ke loteng, kemudian roboh pingsan melihat tubuh kekasihnya yang diam tidak bergerak, tergantung di pagoda itu. Peristiwa ini merupakan peristiwa bersejarah yang kemudian terkelan di seluruh Tiongkok sampai berabad-abad lamanya. Bagi mereka yang ikut merasa berduka dan terharu mendengar cerita tentang pemutusan hubungan cinta yang amat menyedikan ini, menganggap Kaisar itu lemah dan telah melakukan kesalahan besar. Peristiwa ini menjadi terkenal sekali ratusan tahun kemudian, bahkan dijadikan cerita drama yang dipangungkan dan menjadi bahan karangan cerita tentang peristiwa itu yang tak terhitung banyaknya. Lebih terkenal sekali setelah sastrawan Po Cu I menulisnya dengan judul "Kesalahan Abadi". Dengan lesu dan penuh duka, rombongan Kaisar melanjutkan perjalanan mengungsi ke Secuan dan kematian selir tercinta itu melumpuhkan seluruh gairah hidup Kaisar yang sudah tua itu. Akan tetapi, di tengah perjalanan, kembali terjadi peristiwa hebat. Ketika rombongan itu sedang beristirahat dan bermalam di sebuah dusun kecil di daerah yang sepi di perbatasan Secuan, malam itu tiba-tiba heboh karena terjadinya pembunuhan atas diri seorang di antara para pengeran yang ikut mengungsi. Pangeran ini adalah adik pangeran mahkota. Di waktu malam yang amat sunyi itu, dua sosok bayangan berkelebat di atas genteng rumah-rumah yang dijadikan tempat mengaso rombongan Kaisar. Mereka ini bukan lain adalah Bu Swi Nio dan Liem Toan Ki. Keduanya, sebagai mata-mata An Lu Shan, setelah berhasil mengasut anak buah pasukan pengawal sehingga terbunuhnya Yang Kui Hui dan kakaknya, diam-diam terus mengikuti dan membayangi rombongan itu, mencari kesempatan baik untuk membunuh Kaisar! Inilah tujuan mereka, karena matinya Kaisar akan merupakan kemenangan besar bagi An Lu Shan. Akan tetapi, mereka berdua salah masuk! Mereka memasuki kamar pangeran muda yang berada di sebelah kamar Kaisar. Ketika dua batang pedang di tangan mereka bergrak, tubuh di atas pembaringan, di dalam kelambu yang tertusuk pedang dan mengeluarkan pekik maut bukanlah tubuh Kaisar, melainkan tubuh pangeran itu! barulah kedua orang ini tahu bahwa mereka telah keliru, dan cepat mereka meloncat dan keluar dari dalam kamar itu melalui jendela. "Tangkap penjahat!" "Tangkap pembunuh!!" Dalam sekejap mata saja kedua orang mata-mata itu dikepung oleh belasan orang pengawal dan disergap. Tentu saja Bu Swi Nio dan Liem Toan Ki membela diri dan membalas dengan serangan-serangan dahsyat. Terjadilah pertandingan keroyokan di ruangan yang cukup terang itu dan makin lama makin banyaklah pengawal yang datang mengeroyok. Menghadapi pengeroyokan banyak sekali pengawal yang berkepandaian tinggi, dua orang itu menjadi repot juga. Dengan berdiri saling membelakangi, Swi Nio dan Toan Ki saling melindungi, pedang mereka bergerak cepat menyambar-nyambar ke depan, kanan dan kiri menangkis semua senjata yang datang bagaikan hujan ke arah mereka. Suara beradunya senjata nyaring diselingi teriakan-teriakan para pengeroyok


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.