Kho ping hoo

Page 163

kemarahannya, bahkan lebih hebat dari pada tadi. Pada saat Sin Liong lengah karena menegur gadis itu, tiba-tiba biruang itu melompat ke depan dan menggereng sambil memperlihatkan taringnya, memandang harimau dengan mata merah. Harimau itu agaknya tidak merasa gentar menghadapi tantangan ini. Dia pun menggereng dan menubruk. Akan tetapi biruang itu sudah siap. Ketika harimau itu menubruk dengan kedua kaki depan lebih dulu, dia menggerakan kaki depan kanan yang amat kuat, memukul dari samping dan menangkis kedua kaki depan harimau . Karena tubuh harimau itu berada di udara, tentu saja dia kalah kuat dan tubuhnya terlempar ke bawah. Akan tetapi dia sudah meloncat lagi dan siap untuk melanjutkan serangannya. "Hushhh....! Biruang yang baik, jangan berkelahi!" Sin Liong sudah menangkap kaki depan biruangnya dan mengelus kepalanya, menenangkannya. Akan tetapi sekali ini agak sukar karena biruang itu marah sekali, meronta-ronta dan apa lagi melihat harimau itu masih menggereng hendak menyerangnya. "Ihh, kucing licik! Hayo mundur kau!" Soan Cu melangkah maju, menggerakan cambuknya ke depan untuk menghalau harimau itu. "Tartar-tarr.....!!" Harimau merasa jerih menghadapi cambuk, akan teapi bukan berarti dia takut karena dia masih menggereng-gereng memperlihatkan taringnya dan matanya merah bersinar-sinar. "Hayo pergi! Kalau tidak akan kuhajar kau!" Soan Cu membentak. "Siapa dia berani kurang ajar hendak mengganggu harimau kami?" Tiba-tiba terdengar seruan nyaring dan muncullah banyak orang di tempat itu. Serombongan orang yang berpakaian seragam telah bergerak mengurung tempat itu, dan orang yang berseru tadi, seorang kakek tinggi besar yang brewok, pakaiannya ringkas, tubuhnya membayangkan tenaga yang kuat, matanya lebar membayangkan kekerasan dan kejujuran, akan tetapi tarikan bibirnya membayangkan kekejaman. Di sampingnya berjalan seorang gadis yang cantik sekali, dengan pakaian yang mewah dan indah, rambutnya ditekuk ke atas dan diikat dengan kain kepala dari sutera merah, dihias dengan bunga emas permata, pakaian yang indah itu membungkus ketat tubuhnya sehingga membayangkan lekuk lengkung tubuhnya yang padat dan ramping, di pinggang yang kecil ramping itu melibat sehelai sabuk sutera merah. Telinganya terhias anting-anting batu kemala panjang berwarna hijau, menambah kemanisan wajahnya yang mendaun sirih bentuknya itu. Sin Liong cepat menjura dengan hormat dan berkata halus, "Harap Locian-pwe sudi memaafkan kami yang secara tidak sengaja memasuki daerah ini, "kata Sin Liong sambil memegangi kaki depan biruangnya. Kakek itu memandang tajam. Jawaban penuh kesopanan dan sepasang mata bersinar halus tanpa rasa takut sedikit pun itu mencengangkan hatinya. "Melanggar daerah ini masih bukan apa-apa, akan tetapi kalian berani mengganggu harimau peliharaanku. Apakah karena mempunyai biruang itu maka kalian menjadi sombong?" "Kami tidak menggangu, Locianpwe. Hanya karena harimau itu dan biruang kami akan berkelahi maka kami melerai dan mencegahnya." "Hemm... dua ekor binatang akan berkelahi, apa anehnya? Hanya kalau manusia sudah mencampurinya, maka manusia itu lebih rendah daripada binatang!" "Eh, tahan tuh mulut!" Soan Cu membentak dan menudingkan telunjuknya ke arah mulut kakek gagah itu. Dara ini tidak lagi dapat menahan kemarahan hatinya mendengar ucapan yang menghina tadi. "Kami melerai karena yakin bahwa kucing hutan busuk ini tentu akan mampus dirobek-robek oleh biruang kami, engkau ini orang tua tidak berterima kasih, malah mengucapkan kata-kata menghina!" Sepasang mata kakek itu besinar-sinar, bukan hanya marah akan tetapi juga kagum. Kakek ini memang orang aneh. Melihat keberanian orang, apa lagi seorang dara muda seperti Soan Cu yang pada saat itu muncul kembali sifat liarnya karena marah, dia


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.