Sharing Edisi Agustus 2009

Page 1

H 54 - RAGAM Aneka Games Perbankan Syariah

H 32 - Sosok Siti Aminah Abdullah: Niatkan Berbisnis Karena Allah

H 58 - Personal Investing Awas, hobi Utang Bisa Membonsai Kita!

Bank Syariah,

AH

K

N BA

RI A SY

Lebih Baik ! t TESTIMONI NON MUSLIM TENTANG BANK SYARIAH tan Djien Ham “Bagi hasil Cukup Menguntungkan” johan Darsono “Jangan Coba-Coba ke Bank Syariah, Nanti Kecanduan” Senangtyas Santoso “Lebih Adil, Menguntungkan, dan Pas” Susi Susanti “Bank Syariah Lebih Fleksibel”



D A R I

R E D A K S I

Bank Syariah, Berkah bagi Semua Dalam cetak biru Bank Indonesia khususnya tentang Arsitektur Perbankan Indonesia (API), pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda. Secara bersama-sama dan sinergis, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional. Perbankan syariah menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi terutama berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank. Bank syariah menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi. Dari sisi produk serta layanan jasa, perbankan syariah tak kalah dari perbankan konvensional. Bahkan, skema keuangan dan layanan jasa yang ditawarkan lebih bervariatif. Itu sebabnya, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang

komprehensif, kredibel dan dapat dimanfaatkan oleh seluruh golongan masyarakat tanpa terkecuali. Benar, kendati berlabel syariah, bank ini tak hanya menyasar nasabah Muslim. Bank syariah juga terbuka bagi nasabah non-Muslim. Yang tak banyak diketahui, ternyata jumlah nasabah non-Muslim di perbankan syariah juga terus bertumbuh jumlahnya. Mereka tak hanya nasabah “ritel” saja, tetapi juga pengusaha menengah atas – yang omzet usahanya bernilai ratusan miliar. Hamzah Sulaiman (Tan Djien Ham) misalnya. Pemilik bisnis Mirota Batik yang outletnya tersebar di Kota Gudeg itu, telah bertahun-tahun menjadi nasabah Bank Pembangunan Daerah (BPD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Syariah. Tak hanya simpanan pribadi, lalu lintas keuangan perusahaannya juga mengandalkan bank ini. Dalam Sharing edisi ini, kami ingin menyajikan perbankan syariah juga dari kaca mata non-Muslim. Ide laporan kami berawal dari pertanyaan sederhana: Apa kata mereka tentang bank syariah? Karena di kalangan Muslim sendiri, bank syariah kerap dipandang sebagai “banknya orangorang yang sudah insyaf”. Jawaban mereka ternyata diluar dugaan. Hampir semua nasabah

non-Muslim yang menjadi nara sumber kami menyatakan puas dengan layanan bank syariah. Bahkan mengutip omongan Johan Darsono, Direktur Utama PT Gunung Geliat, perusahaan packaging (penganut Budha), dia mengaku “kecanduan” bank syariah. Alasan dia, untuk pembiayaan, yang ditawarkan bank syariah lebih kompetitif. Masih dengan semangat mengupas universalitas bank syariah, kami menghadirkan tokoh Susi Susanti, juara dunia bulu tangkis tahun 1990an. Ia yang kini menjadi seorang pengusaha peralatan olahraga berlabel Astec ini, beberapa tahun belakangan juga memanfaatkan bank syariah. Dalam rubrik Entrepreneur, kita akan menengok kisah sukses bisnisnya. Pada edisi ini kami juga mengajak Anda menengok usaha dari bahan limbah yang sukses mendulang rupiah. Dengan semangat kebersamaan, Dyrt Design bermitra dengan perajin kecil di Bogor memproduksi tas, dompet, dan produk lain dari bahan bekas. Produk mereka kini sudah merambah mancanegara dan mendulang devisa. Selamat membaca!

Rizqullah

Sharing edisi agustus 2009 3


D a f t a r

I s i

Bank Syariah, LEBIH BAIK ! Dan, mereka pun menemukan, bank syariah ternyata berbeda dengan bank konvensional.

01 Cover............................................. 03 Dari Redaksi.................................. 04 Daftar Isi........................................ 06 Susunan Redaksi.......................... 07 Surat.............................................. 08 Memo Bisnis.................................. 10 Laporan Utama ............................ 28 Multimedia ................................... 32 Sosok .......................................... 34 Bisnis ........................................... 36 Fokus ...........................................

Hal 36 Fokus Bisnis Buku Keislaman Makin “Gurih�

4

Sharing edisi agustus 2009

Hal 54 Ragam Aneka Games Perbankan Syariah

42 Internasional ................................ 44 Manajemen Risiko ...................... 46 Pendidikan ................................... 48 Entrepreneur ................................ 50 UKM ............................................. 52 Resensi ........................................ 54 Ragam ......................................... 56 Wisata .......................................... 58 Personal Investing ....................... 60 Tentang Mereka ........................... 62 Distribusi ......................................



S u s u n a n

R e d a k s i

FORM LANGGANAN MAJALAh ShARING

t Nama Alamat

Penasihat Senior PARNI HADI

: .........................................................................................................

Pemimpin Redaksi RIZQULLAH

: ......................................................................................................... Kota.....................................................Kode pos.............................

Telepon/Fax Masa Langganan

: ....................................................................................................... 6 edisi 12 edisi 24 edisi

Pemimpin Perusahaan Tia Setiati Mahatmi

:

Rp 60.000

Rp 125.000

Rp 225.000

Wakil Pemimpin Perusahaan Wawan Salim Nidhianti Larasati

Pembayaran (pilih salah satu dan beri tanda ) Dibayar langsung ke bagian sirkulasi Majalah Sharing Transfer ke rekening a/n : Pt triBUWAnA CAHyA AnAntA Bni Cabang Syariah jakarta Selatan

Kepala Divisi Penerbitan Majalah Enny Lenggogeni

no rek: 0145 206 359 Keterangan:

Dewan Redaksi Ir. Adiwarman A. Karim, SE, MBA Dr. M Syafii Antonio Dr. Didin Hafiduddin Dr. Jafril Khalil Ir. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS Prof. Dr. Sofyan Syafri Harahap Dr. Ahmad Satori Ismail Drs. H. Mohamad. Hidayat, MBA, MH Dr. Mustafa Edwin Nasution Prof. Dr. Uswatun Hasanah Iggi Achsin, SE Drs. Agustianto, MAg

Formulir langganan dan bukti pembayaran dikirim melalui Faksimili : 021 - 7 19 4000 ................................. 2009 Pelanggan

Nama lengkap & Tanda Tangan

H HADIA NAN NGGA BERLA 6 •

Redaktur Pelaksana Siwi Soetanto Redaksi Ibrahim Aji Yudi Suharso Vera Aldila Sri Mustokoweni (Yogyakarta)

Bulan Mendapatkan : Gratis berlangganan selama 3 Bulan

12 Bulan Mendapatkan : • •

Marketing JIP Megawati Hartono Suzi Zebrina

Gratis berlangganan selama 3 Bulan Pilih salah satu : # Buku Direktori Produk halal Indonesia ( DPhI) # Buku Marketing Bahlul karya Syakir Sula.

Desain Grafis Hairul Anwar

24

Bulan Mendapatkan :

Photographer Arul

• • •

Gratis berlangganan selama 3 Bulan Buku Direktori Produk halal Indonesia ( DPhI) Buku Marketing Bahlul karya Syakir Sula

Foto Distributor / Dok / Imagebank

Biaya Kirim : - Luar jABoDetABeK : rp. 2.500,- / eks - Luar Pulau jAWA : rp. 4.500,- / eks

Sekretaris Redaksi Naya

note : Selama persediaan masih ada

Griya Cahya

Jl. Bangka I No. 8 Jakarta 12720 Tel: 62-21-719 6000 (hunting) Fax: 62-21- 719 4000 e-mail : sharing@cahyagroup.com

6

Sharing edisi agustus 2009

Distribusi Haryanto Sirkulasi Fachrurrozi Alwi

M e m b e r

o f

C a h y a

G r o u p

Keuangan Rita Artha K


Surat Pembaca

Informasi Seminar Ekonomi Syariah Assalamualaikum, wr. wb. Saya memerlukan informasi tentang seminar-seminar ekonomi syariah, bank syariah, lembaga sertifikasi, pelatihanpelatihan ekonomi syariah. Bagi yang punya informasi, mohon dapat di-share ke saya. Pramugiat Eddy Jakarta. Informasi yang Anda butuhkan sebenarnya beredar di jaringan maya komunitas ekonomi syariah. Untuk menambah akses informasi kepada anda, silahkan bergabung juga ke groups masyarakat ekonomi syariah di: http://www.facebook.com/group.php?gid=38693719695. Mailing list ekonomi syariah di ekonomi-syariah@yahoogroups.com.Untuk hasil liputan seminar-seminar ekonomi syariah, silakan membacanya di majalah kami. Bisa yang versi online seperti tertulis di profile groups ini, atau membeli/ berlangganan versi cetaknya. Semoga bisa membantu.

Tulisan tentang BMT Daerah Saya adalah penggiat BMT di seputaran Jawa tengah. Selama ini saya senang dengan liputan Sharing yang banyak mengupas tentang keberadaan lembaga BMT. Namun saya menyarankan, agar Sharing ke depannya dapat juga meliput soal kegiatan BMT-BMT yang ada di daerahdaerah, termasuk juga di Jawa Tengah, dan tak hanya melulu mengupas BMT yang ada di seputaran Jabodetabek saja. Demikian saran saya. Wassalam. Saryono Semarang Jawa Tengah Majalah Sharing saat ini sudah mempunyai korespenden untuk wilayah daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Karena itu, saran anda kami pertimbangkan.

Majalah Sharing di Internet Pembaca juga bisa mengunjungi majalah Sharing di internet. Silakan kunjungi http://issuu.com/sharing/docs/2709 untuk membaca majalah Sharing online berformat PDF. Ikutlah berkomentar dan bergabunglah untuk menulis di blog kami, http://majalahsharing.wordpress.com. Di ranah social networking, kami juga ada di Facebook (FB), silakan ketik ‘ekonomi syariah-sharing magazine’ di groups search FB atau langsung kunjungi http://www.facebook.com/ group.php?gid=46278149508. Kami tunggu ya!

Sharing edisi agustus 2009 7


M E M O

B I S N I S

t BRI SyARIAh RESMI JADI BUS

B

BRI Syariah kini telah resmi menjadi Bank Umum Syariah (BUS). Peresmian bank ini dilakukan oleh Menteri Negara

BUMN - Sofyan A Jalil di hotel Mulia, Jakarta awal Juli 2009 lalu. Dirut BRI Syariah-Ventje Rahardjo, di saat acara peresmian berharap bank yang dipimpinnya ini mampu menggali potensi besar bisnis syariah di negara kita. Untuk mendukung potensi tersebut, diantaranya dengan memanfaatkan keberadaan kantor induknya melalui office channeling sebanyak 5.000 kantor, yang akan ditingkatkan menjadi 6.000 kantor dalam waktu dekat. Bergabungnya

produk gadai, dan tabungan haji. Untuk segmen

dengan layanan terbaru BMI ini dapat memberi

bisnis komersial, bank ini akan menjalin kerjasama

kontribusi bagi penguatan perekonomian

bisnis dengan beberapa sektor. Sektor usaha yang

Indonesia melalui aksesnya yang cepat. ”Dengan

dibiayai antara lain bidang telekomunikasi dengan

mobile banking dengan kombinasi real time dan

mendukung kontraktor BTS, proyek 10.000

online juga menjadi mobile banking yang halal,”

km jalan tol, dan pengangkutan batu bara. BRI

ujar Kusmayanto. n

Syariah juga bekerja sama dengan multifinance, chanelling dengan korporasi besar. Khusus untuk pembiayaan perumahan syariah, BRI Syariah menjalin kerjasama dengan kantor Kementerian Perumahan Rakyat. Sekarang ini, kantor layanan BRI Syariah sebanyak 55 unit di berbagai daerah di seluruh Indonesia. hingga akhir tahun 2009 ini, kantor layanan diharapkan sudah meningkat menjadi 70 unit. n

membuat market share perbankan shariah terus bertambah besar,” tambah Ventje. BRI Syariah memfokuskan diri memberikan layanan pada masyarakat menengah bawah yang berada di kota kecil dan pedesaan. Untuk mendukung pengembangan bisnisnya, BRI Syariah melakukan beberapa langkah strategis guna meningkatkan kualitas layanan. Pertama, membangun platform sistem teknologi informasi yang handal, efisien dan sesuai untuk segmen pasar yang dilayani. Berikutnya, melakukan revitalisasi atas 55 kantor cabang dengan brand image yang baru dan diharapkan dapat mencerminkan pola layanan bank ritel yang modern. Beberapa produk dan layanan baru juga akan segera diluncurkan, seperti produk dan layanan nasabah individu atau konsumer, serta untuk nasabah usaha dengan fokus pada nasabah UKM, termasuk koperasi dan BMT. BRI Syariah juga terus melakukan integrasi layanan dengan jaringan kantor BRI melalui office channeling.

t BMI LAUNChING MoBILE BANKING

B

Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada akhir Juli lalu meluncurkan layanan mobile banking di hotel Le Meridien

Jakarta. Di saat memberikan sambutan, Direktur Utama Bank Muamalat-Arviyan Arifin mengatakan, layanan mobile banking akan semakin melengkapi fasilitas layanan perbankan bagi nasabah BMI. Terlebih BMI sendiri selama ini sudah memiliki jaringan di seluruh kabupaten/kota melalui sistem online payment point di lebih dari 3200 titik kantor pos di Indonesia.

menggunakan akad Ijarah Al Khadamat tersebut diterbitkan dalam dua seri yaitu SDhI 2010 B untuk dana haji dan SDJI 2010 C untuk dana abadi umat dan dijual dengan metoda private placement. Nilai nominal penerbitan untuk SDhI placement 2010 B Rp 850 miliar, sedangkan SDhI 2010 C Rp 336 miliar. Keduanya tanpa warkat dan bersifat non-tradable atau tidak dapat diperjualbelikan. Sementara tingkat imbalan sukuk ini ditetapkan fixed 7,83 persen per tahun. SDHI 2010 B dan SDhI 2010 C memiliki tanggal jatuh tempo 7 Mei 2010 dengan pembayaran imbalan tanggal 7 setiap bulan. Penerbitan sukuk ini merupakan tindak lanjut dari Penerbita Memorandum of Understanding (mou) antara Menteri Keuangan dan Menteri Agama pada

dapat memberi kemudahan bagi lebih dari tiga

tanggal 22 April 2009 lalu. Sesuai perjanjian

juta nasabah BMI melalui fasilitas telepon seluler

tersebut, penempatan dana haji dan DAU yang

dimana saja dan kapan saja. Muamalat Mobile

nantinya dalam bentuk sukuk ini akan mencapai

Banking ini memanfaatkan teknologi seluler

Rp 9 triliun sepanjang tahun ini.

berbasis GPRS. Pengguna harus memiliki ponsel dengan aplikasi Java, memori ponsel minimal 128

n

mb, serta fasilitas internet. Aplikasi perbankan yang bisa dilakukan diantaranya transfer uang.

BRI Syariah sendiri rencananya akan

”Para nasabah tidak perlu jauh-jauh datang ke

mengembangkan 70 persen portofolio bisnisnya

ATM atau Kantor Bank Muamalat, cukup menekan

kepembiayaan di sektor ritel. Sementara 30%

ponselnya saja,” ujar Arviyan.

ritel meliputi sektor UKM, pembiayaan konsumtif

Dalam kesempatan yang sama, Menristek-

dalam bentuk pembiayaan pemilikan rumah (KPR),

Kusmayanto Kadiman mengatakan, bahwa

Sharing edisi agustus 2009

menerbitkan Surat Berharga Syariah

Layanan mobile banking tersebut diharapkan

sisanya sektor komersial. Pembiayaan ke sektor

8

Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia

Dana Abadi Umat, akhir Juni lalu. Sukuk dengan

syariah merupakan percepatan yang luar biasa “Kehadiran BRI Syariah diharapkan juga akan

D

Departemen Keuangan (Depkeu) melalui

Negara (SBSN) atau sukuk untuk Dana haji dan

kantor-kantor BRI dalam memberikan layanan bagi perkembangan ekonomi syariah di Indonesia.

t DEPKEU TERBITKAN SUKUK DANA hAJI DAN DANA ABADI UMAT

t BSM RAIh BISNIS INDoNESIA AWARD

P

PT Bank Mandiri Syariah (BSM) menyabet gelar “bank syariah terbaik” dalam anugerah Bisnis Indonesia


M E M O

B I S N I S

maysir, gharar, riba dan bathil-nya secara teknis terbukti memberikan solusi atas kelemahan sistem ekonomi kapitalis,” tegas Riawan sambil menambahkan, dirinya merasa optimis lembaga perbankan dan unit usaha syariah di tanah air akan terus tumbuh berkembang dengan pesat.

t BWI BANGUN RUMAh SAKIT DI BANTEN

B

Badan Wakaf Indonesia (BWI) membangun Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) di Kelurahan Lontar

Baru, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten. Peletakkan batu pertama dilakukan pada 23 Juli 2009 oleh Ketua BWI Kh. Tolhah hasan.

Award (BIA) 2009, di Jakarta 22 Juli 2009.

Amin baru-baru ini mendapatkan gelar doktor

BSM mengalahkan nominator lainnya, PT Bank

honoris causa bidang perbankan syariah dari

Muamalat Indonesia (BMI) dan PT BRI Syariah.

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif hidayatullah, di kampus tersebut di bilangan Ciputat,

Menurut siaran pers dari BWI, pembangunan RSIA ini adalah salah satu bentuk pengelolaan aset wakaf ke arah produktif, dengan memanfaatkan lahan wakaf sebagai rumah sakit. harapannya, mampu memberikan inspirasi dan pelajaran

Bisnis Indonesia Award adalah acara tahunan

Tangerang, Banten. Riawan mendapatkan

kepada pengelola wakaf (nazhir) di beberapa

berupa penganugerahan kepada institusi bisnis

gelar tersebut atas rekomendasi dari sejumlah

daerah tentang pengelolaan dan manajemen

atas kinerja dan prestasinya. Pimpinan Redaksi

pakar, pejabat, dan pengamat di negeri ini,

wakaf produktif.

Bisnis Indonesia Ahmad Djauhar menyampaikan

yaitu: Sri Edi Swasono, Fathurrahman Djamil,

penambahan nominasi ini merupakan terobosan

Masykuri Abdillah, Ahmad Rodoni, Sudin haron,

dari manajemen untuk memberikan spirit dan

Ahamed Kameel Myrdin Meera, Mustafa Edwin

penghargaan kepada dunia usaha. ”Sesuai

Nasution, M Nadratuzzaman hosen dan Anwar

dengan tema kami Bertahan dan Untung. Ini

Abbas. Riawan dianggap layak mendapatkan

merupakan penghargaan pada pelaku bisnis yang

gelar tersebut karena kiprahnya selama ini yang

bisa meraih untung dalam kondisi krisis global

mampu mengangkat BMI menjadi bank syariah

seperti ini,” ujar Ahmad.

terkemuka di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Selain itu, Riawan juga dianggap sebagai tokoh

Acara tersebut menganugerahkan 23 nominasi

yang berperan besar dalam pengembangan bank

dari tahun sebelumnya 16 nominasi. hadir dalam

syariah di tanah air.

Djalil, Ketua Bapepam LK Fuad Rahmany dan jajaran direksi perusahaan nasional. n

t GELAR DoKToR hoNoRIS CAUSA UIN UNTUK RIAWAN AMIN

K

1500m2, RSIA BWI dibangun di atas tanah wakaf dari keluarga almarhum Kh Ahmad Wahid, salah satu tokoh masyarakat Banten. Biaya pembangunan berasal dari dana wakaf masyarakat yang dikumpulkan BWI. Total biaya dibutuhkan senilai Rp8,573 Miliar. Terdiri dari, pembangunan gedung senilai Rp4,524 Miliar dan peralatan senilai Rp4,048 Miliar. Analisa keuangan terhadap pembangunan RSIA BWI, menunjukkan pengembalian investasi bisa dicapai dalam kurun

acara ini Wakil Presiden Jusuf Kalla, Pjs Menko Perekonomian Sri Mulyani, Meneg BUMN Sofyan

Memiliki luas tanah 2438 m2 dam luas bangunan

Riawan sendiri pada kesempatan tersebut mengungkapkan, krisis ekonomi global tahun lalu membuktikan sistem ekonomi kapitalis sangat

waktu 6 tahun 10 bulan. Untuk menyukseskan proyek tersebut, BWI mengajak masyarakat berpartisipasi dalam bentuk

membahayakan. Karena itu, sistem tersebut

wakaf uang yang bisa disetorkan ke lima bank

sudah saatnya direformasi dengan menerapkan

syariah. Lima bank itu adalah, Bank Mandiri

sistem syariah yang terbukti mampu bertahan

Syariah (BSM), Unit Usaha Syariah (UUS) BNI,

menghadapi krisis. ”Sistem ekonomi kapitalis tak

UUS Bank DKI, Bank Muamalat Indonesia (BMI),

bisa dipertahankan karena efisiensi yang dijanjikan

dan Bank Mega Syariah Indonesia (BMSI).

Ketua Umum Asbisindo (Asosiasi

dan keadilan bagi semua pelaku ekonomi tidak

Bank Syariah Indonesia)- A.Riawan

terbukti. Sistem ekonomi syariah dengan anti

n Sharing edisi agustus 2009 9


L A P O R A N U TA M A Dan, mereka pun menemukan, bank syariah ternyata berbeda dengan bank konvensional.

W

We must set our hearts right. Kebanyakan pribadipribadi yang diceritakan di Laporan Utama ini bisa dikatakan telah ‘set their hearts right’. Mereka adalah pengusaha, pemerhati sosial, praktisi, dan akademisi yang berbank syariah. Baik yang dari awal maupun hijrah. Dan, mereka menemukan, bank syariah ternyata berbeda dengan bank konvensional. Johan Darsono, pengusaha packaging asal Surabaya mengaku merasakan kehangatan orang-orang Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak mulai berkongsi dalam pembiayaan pabriknya, 2005. Kehangatan layaknya keluarga yang diakuinya tak dirasakannya ketika mengambil kredit pemilikan rumah (KPR) di bank konvensional. Pengusaha lainnya, Ardian Widjaya, Komisaris PT

Bank Syariah, LEBIH BAIK ! Paramitra Multifinance menilai keputusannya menjadi nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI), 2004 lalu tidaklah salah. Ia lantas menjadi nasabah Unit Usaha Syariah Bank DKI, setahun lalu. Ardian perlu mengamankan perusahaan pembiayaannya terhadap risiko bunga yang naik turun di sisi pendanaannya. “Kami memberi

10

Sharing edisi agustus 2009

pembiayaan kepada nasabah dengan margin tetap, tentu saja margin pendanaan harus tetap. Ini supaya tidak missmatched,’’ jelas Ardian kepada Sharing. Andai saja ia mengandalkan pendanaan dari bank konvensional, ketika bunga naik tinggi, ia bisa kewalahan. Bagi pengamat ekonomi dari INDEF, Aviliani, hijrah menjadi pengamat

ekonomi syariah lebih dari sekadar mencari ranah bermain baru. Ia melihat sistem ekonomi kapitalis sudah mati sejak beberapa tahun lalu. Dan kini, bersama Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) ia rajin bicara soal ekonomi dan perbankan syariah di mana-mana. Ia malah punya banyak kritik membangun dan gagasan baru untuk membuat perbankan syariah lebih diterima di


L A P O R A N U TA M A

masyarakat Indonesia.

untuk simpanannya,” kata Aviliani.

t Bukan sekadar bank

Itu Aviliani yang sudah “nyebur” ke dunia ekonomi syariah. Bagi yang tahu bank syariah selintas mata, Dinna Wisnu misalnya, bank syariah masih lekat citra untuk Muslim. Ia juga mengaku memahami bank syariah sebatas tidak ada ribanya.

Sejak 2 Juli 2007, industri perbankan syariah Indonesia memiliki payung sosialisasi baru, Islamic Banking, Bukan Sekadar Bank (Beyond Banking). Bertahap sejak itu, logo iB-Perbankan Syariah dicetak di atas stiker dan ditempel di tiap kantor cabang bank yang memberi layanan syariah. Nama produk perbankan syariah mulai diseragamkan dengan peletakan ‘iB’ di antara nama khasnya, misalnya ‘Permata iB Tabungan Optima’, salah satu produk investasi bagi hasil dari UUS PermataBank. Sebagai regulator, Bank Indonesia (BI) sudah menetapkan Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah. Dalam bagian ‘Pencitraan Baru’, BI menganalisa bahwa selama ini bank syariah dicitrakan hanya untuk kalangan Muslim atau orang yang mau naik haji. Ke depan, positioning-nya coba diubah menjadi bank untuk semua kalangan yang menginginkan keuntungan kedua belah pihak, baik bank maupun nasabah. Bukankah bank konvensional juga terkadang memberi keuntungan kepada nasabahnya? Apa bedanya kalau begitu? Di aspek diferensiasi, BI menetapkan strategi, ke depan bank syariah mampu menunjukkan keragaman produk dengan skema variatif, transparan agar adil bagi kedua belah pihak, kompeten dalam keuangan dan beretika, memiliki sistem TI terkini dan mudah digunakan semua pihak.

t Nggak ada bedanya? Jika Grand Strategy adalah di atas kertas, dalam praktiknya masih ada saja yang menganggap bank syariah tidak jauh berbeda dengan konvensional. Aviliani sendiri mengakui, produk bank syariah masih memiliki kesamaan dengan produk bank konvensional, terutama di sisi pendanaan. ”Yang ambil pembiayaan banyak, tapi yang menyimpan tidak. Bank syariah perlu meng-create sesuatu yang berbeda pada produk

Ini karena, pengajar Universitas Paramadina, Jakarta ini menilai sosialisasi bank syariah selama ini masih berjarak dengan masyarakat Indonesia keseluruhan. Di antaranya adalah karena penggunaan istilah dari ajaran Islam dan ayat-ayat suci Al Quran.“Membuat orang kemudian terpaku bahwa ini hanya untuk orang Muslim, simpul Doktor Politik dari Ohio State University AS ini. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa banyak produk bank syariah adalah mirroring dengan perbankan konvensional. Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia (DPbS-BI) Ramzi A Zuhdi mencoba menjawab pertanyaan seputar ini, itu tidak masalah saat ini karena biaya produknya bagi bank syariah cenderung rendah. ”Kalau semua pakai pembiayaan kendaraan bermotor kami juga pakai, ini memang rendah biayanya. Asalkan, pasarnya masih tersedia, tidak apa-apa asal di-endorse oleh fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI),” kata Ramzi dalam sebuah seminar produk perbankan syariah di Jakarta, April lalu.

t Peci taruh di mobil dulu, dong Ketua MES Ternate, Khairul Shaleh Arif bercerita kepada Sharing, bagaimana ekonomi syariah, via perbankannya mulai merajut kerukunan Muslim-Nasrani di Ternate dan Halmahera Utara. Sebelumnya, pada masa kerusuhan Muslim-Nasrani 1999-2000, terutama di Halmahera Utara, mereka saling bunuh. “Sekarang mereka bangun ekonomi sama-sama. Mereka menganggap ekonomi syariah ini bisa menjembatani perbedaan agama,

karena nilai yang sama, ada ajaran dalam Alquran tentang riba, ajaran mereka juga,” kata Khairul. Maka, sejak 2004 Khairul bersama pengurus MES di sana aktif memfasilitasi Bank Muamalat Indonesia (BMI) Ternate mendapatkan nasabah baik dari Muslim maupun Nasrani. Menarik, Khairul tidak melulu memakai simbol keislaman dalam menyosialisasikan perbankan syariah di sana. Ia mencoba mengemasnya seuniversal dan serasional mungkin. Maka istilah ’bagi hasil’ dan ’riba’ kerap digunakannya, bukan mudharabah, musyarakah, apalagi sampai menggunakan ayat-ayat Alquran. Upaya Khairul tak sia-sia. Banyak pendeta di Ternate dan Halmahera Utara tidak sekadar menjadi nasabah BMI, juga menjualkan kartu Shar-E, salah satu produk andalan bank syariah pertama di Indonesia ini. Kini Khairul, bersama teman-teman pendetanya mengelola koperasi syariah di Halmahera Utara dan berupaya mengegolkan rencana BMI membuka Kantor Cabang pembantu di Tobelo, Ibukota Halmahera Utara. Operation Manager BMI Ternate periode 2004-2006, Achmad Salihin punya kisah lain soal perjuangannya menyosialisasikan perbankan syariah kepada Non-Muslim. Ia memulai debutnya di Ternate dengan sowan ke sana kemari, termasuk tokoh Non-Muslim. Atribut keislaman pun ditanggalkan ketika sowan ke tokoh Non-Muslim untuk pertama kali. ”Peci taruh dulu di mobil, dong,” ujar Salihin kepada Sharing. Setelah beberapa kali bertemu, baru ia berani memakai seragam BMI lengkap, berpeci. Ya, di BMI karyawan lelaki memang harus selalu berpeci. Dus, inilah sebagian kisah dan komentar pribadi-pribadi yang sudah berbank syariah maupun yang belum tentang bank yang katanya, ”Bukan Sekadar Bank”.

n IA/YS/SS/SM/VA Sharing edisi agustus 2009 11


L A P O R A N U TA M A

Dan Semuapun Puas Para pengusaha ini merasa diuntungkan dengan berbank syariah. Padahal, mereka bukan Muslim.

tAn Djien HAM “BAGI hASIL CUKUP MENGUNTUNGKAN” Hamzah Sulaiman (Tan Djien Ham), beragama Katolik, pemilik bisnis Mirota Batik di Yogyakarta dan nasabah Bank Pembangunan Daerah (BPD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Syariah. Hamzah berkenalan dengan bank syariah dari Ihsan, pegawai BPD DIY Syariah. Dari Ihsan inilah dia mendapat penjelasan apa itu bank syariah. Yang membuat dia tertarik berbank syariah adalah bagi hasil dari dana yang ditempatkan. Maka ia menjadi nasabah baik pribadi maupun untuk perusahaannya. Awalnya, ia sekadar menaruh deposito. Hamzah mengaku merasakan keuntungan dalam bentuk bagi hasil. Dia juga merasa dimudahkan urusan bisnisnya karena BPD DIY Syariah mempunyai sistem dan pelayanan yang bagus, yakni bisa mengambil uang di banyak tempat. Maka pembayaran ke supplier dibayarkan melalui BPD DIY Syariah ini. “Setelah saya taruh deposito, bagi hasil yang diberikan cukup menguntungkan. Kalau di bank biasa, suku bunga sudah dipatok sekian persen. Lalu uang itu diputar oleh bank. Kadang-kadang mereka dapat untung besar. Kalau

12

Sharing edisi agustus 2009

untung besar, harusnya nasabah terimanya juga besar. Tapi kita dikasih bunga seperti yang dipatok,” paparnya saat ditemui Sharing di kediamannya. Menurutnya, bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah lebih fair dan adil. Jika bank mendapat keuntungan besar, maka nasabah mendapat bagi hasil yang besar juga. Dia mengaku puas dengan bagi hasil yang diberikan oleh BPD DIY Syariah. Awalnya hanya menempatkan dana, dia lalu mengambil pembiayaan untuk membeli rumah.

t KARyAWANNyA RAMAh-TAMAh “Saya merasa puas menjadi nasabah BPD DIY Syariah. Karyawannya ramah-ramah dan pelayanannya bagus. Mereka semua sudah tahu saya. Saya ini orang yang males untuk bikin catatan, sampai kadang nggak ingat uang saya di bank masih ada atau tidak. Kalau uang saya di bank sudah habis dan ada yang minta cek giro, mereka memberikan. Setelah itu, mereka mengontak saya dan saya lalu menyetor uang ke bank,” papar Hamzah. Selain pelayanan yang baik, Hamzah merasa nyaman dengan suasana kantor BPD DIY Syariah. Ruang tunggunya dinilai menyenangkan. Gedung dan tempat parkirnya juga mudah dan enak. Setelah parkir, langsung masuk ke bank dan begitu keluar bank, tidak perlu jauh-jauh mencari supir. Ketika ditanya manfaat apa yang dia peroleh setelah

menjadi nasabah bank syariah, Hamzah mengatakan, selain diuntungkan dengan pola bagi hasil, dia juga merasakan adanya kesejukan dan kekeluargaan. Dia yang menganut agama Katolik, merasa bersimpati dengan Islam. Sahabat dan temantemannya banyak yang beragama Islam. Bahkan, di kediamannya, yang sekarang menjadi tempat usaha kafe dengan aneka jamu tradisional itu, disediakan tempat shalat.

Namun, kata Hamzah, penataan interior idealnya lebih Islami, sehingga membedakan dengan bank konvensional. Hamzah yang pecinta seni ini memberi masukan untuk dilantunkan musik yang Islami. “Menurut saya sentuhan gedung dan ruangan BPD DIY Syariah terlalu modern dan kurang sentuhan Islaminya,” ujarnya. Kritik terhadap bank syariah secara keseluruhan, Hamzah menyarankan agar bank syariah memasang tulisan di depan bank, “Menerima Nasabah nonMuslim”. Dengan demikian, katanya, bank syariah akan makin berkembang dan terjadi kesatuan dan kerukunan umat bagi bangsa.

t LEBIh ADIL Sebelum menjadi nasabah bank syariah, Hamzah mengaku tidak tahu dan tidak ada bayangan apa dan bagaimana bank syariah itu. Setelah mengenal dan menjadi nasabah, dia merasakan ada keadilan dibanding dengan bank konvensional.

Menurutnya, bank syariah saat ini memang masih terkesan ekslusif untuk kaum Muslim. Menurutnya, sosialisasi yang terus menerus bahwa bank syariah itu menguntungkan, harus terus digiatkan, sehingga akan menarik banyak lagi nasabah non-Muslim.

“Kalau mereka tahu bank syariah itu menguntungkan, pasti akan mau. Saya membawa mas Ihsan ke teman-teman saya non-Muslim untuk menjelaskan bank syariah kepada mereka,” tuturnya.

joHAn DArSono “JANGAN CoBA-CoBA KE BANK SyARIAh” Pengusaha asal Surabaya ini punya tawa yang ramah. Suka bercanda dan agak sedikit blakblakan. Tapi ketika ditanya soal modal usahanya, ”Hahaha itu tidak boleh dikasih tahu,” jawab Johan Darsono, Direktur Utama PT Gunung Geliat, perusahaan packaging cartoon box yang ber-joint financing dengan Bank Syariah Mandiri (BSM) Solo, Jawa Tengah. Suatu kebetulan Sharing bertemu sosok pengusaha ini di Jakarta, Mei lalu, Johan menuturkan pengalamannya sebagai nasabah bank syariah. Johan berpartisipasi sebesar 40 persen dalam joint financing (musyarakah) dengan BSM Solo saat mendirikan bisnis packaging-nya pada 2005. Sedangkan BSM sisanya, yaitu 60 persen.

t oVer all, VerY SaTiSfied


L A P O R A N U TA M A

Dari skema musyarakah, cicilan yang harus dibayar Johan sesuai nisbah bagi hasil tiap bulannya ke BSM adalah setara dengan 16 persen untuk tenor lima tahun. Di bank konvensional, kisaran bunga untuk jenis pembiayaan yang sama adalah 15-18 persen. Cukup kompetitif, menurut Johan. Namun yang terpenting sebenarnya bukan itu. Johan merasa nyaman berbank syariah. ”Ada kebersamaan dan kekeluargaan di bank syariah. Di bank lain tidak bisa ha ha hi hi sama dirut bank. Tidak hanya dirut di bank syariah, dari atas sampai bawah, semua friendly,” terang Johan. Anda nasabah bank konvensional juga? Ya, kata Johan, namun ketika disinggung soal faktor friendly ini, “Di bank konvensional ini kan kadang terlalu besar, tidak ada rasa kekeluargaan, jadi business as usual saja,” jawab Johan. Johan mengaku pernah mengambil pembiayaan di bank konvensional, tapi untuk kredit pemilikan rumah (KPR). Lalu ia “coba-coba” mengajukan pembiayaan modal usaha ke bank syariah. Over all, are you satisfied? “Very satisfied. Makanya jangan coba-coba ke bank syariah, takutnya kecanduan, awalnya coba-coba, keterusan jadi langgeng,” komentar Johan disambung tawa renyahnya.

Ardian Widjaja Bank Syariah Menghapus Risiko Bunga Ardian Widjaja (39 tahun) adalah penganut Buddha. Komisaris PT Paramitra Multifinance ini menjadi nasabah simpanan individu Bank Muamalat Indonesia

(BMI) cabang Bumi Serpong Damai (BSD) sejak 2004. Bahkan, saat ia masih menjadi direktur utama Paramitra, sejumlah bisnisnya dibiayai oleh BMI dan Bank DKI Syariah. ‘’Saya cukup lama menjadi nasabah bank syariah. Di Muamalat, dari 2004. Kalau di Bank DKI Syariah sekitar tahun lalu,’’ katanya. Alasan Ardian menjadi nasabah bank syariah karena memang menguntungkan. Fitur layanan ditawarkan bank syariah tidak kalah dengan bank konvensional. Salah satunya adalah kemudahan mengambil dana di banyak mesin anjungan tunai mandiri (ATM). Selain itu, lokasi bank syariah berada dekat rumah kediamannya di BSD. ‘’Kebetulan (Bank Muamalat) dekat dengan rumah saya di BSD,’’ ujarnya.

T Promosi bareng Shar’e Dari sudut pandang bisnis, menurut Ardian, perbankan syariah juga cukup menguntungkan. Hal itu karena karakter pembiayaan bank syariah sesuai dengan bisnis perusahaan dipimpinnya. Sumber dana pembiayaan Paramitra adalah BMI dan Bank DKI Syariah. Selanjutnya, dari dana itu, perusahaan menyalurkan pembiayaan retail kepada masyarakat. “Kami memberi pembiayaan kepada nasabah dengan margin tetap, tentu saja margin pendanaan harus tetap. Ini supaya tidak missmatched,’’ katanya. Menurut Ardian, sistem pembiayaan bank syariah tersebut menguntungkan bisnisnya karena menghapus risiko suku bunga. Hal berbeda terjadi di perbankan konvensional. Bila kondisi ekonomi memburuk, suku bunga kredit bisa naik dan nasabah dirugikan.

Ketertarikan Ardian terhadap perbankan syariah juga membuatnya memberi dukungan. Salah satunya adalah dengan mendorong program kerjasama promosi bersama pembiayaan motor Paramitra dengan tabungan Shar-E Muamalat beberapa tahun lalu (bundling program). ’’Jadi, melalui program ini, kami bantu Bank Muamalat menjual kartu Shar-E bagi mereka yang mau pembiayaan motor kami,’’ ujarnya.

Senangtyas Santoso Lebih Adil, Menguntungkan, dan Pas Pengalaman mengakses layanan perbankan syariah juga dialami oleh pemilik PT Taman Nusa, Senangtyas Santoso (58 tahun). Pemeluk agama Katolik ini mengaku sempat canggung saat mencoba mengakses layanan perbankan tanpa bunga ini tahun lalu karena latar belakang keyakinannya. Namun, setelah bertemu dengan pimpinan BNI Syariah, kecanggungan warga Pulo Mas ini sirna. Hal itu karena ternyata layanan bank syariah tidak hanya diperuntukkan bagi nasabah Muslim saja, tapi juga non-Muslim. Selain itu, semangat kebersamaan antara bank dan nasabah cukup kuat dipupuk BNI Syariah. Karena itu, ia kemudian memutuskan menjadi nasabah simpanan di BNI Syariah Cabang Utama Jl Jendral Sudirman tahun lalu. ‘’Pada awalnya canggung tapi setelah bertemu dengan pimpinan BNI Syariah, jadi lega,’’ kata alumnus Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada (UGM) 1972 ini. Menurut Santoso, perusahaan miliknya juga mendapatkan fasilitas pembiayaan dari BNI Syariah untuk membangun pusat pelestarian alam

dan budaya Indonesia di Gianyar Bali, TMII dengan luas mencapai 10 hektare. Proyek itu merupakan taman rekreasi bagi wisatawan asing dan lokal untuk mengenalkan budaya nusantara sebelum Indonesia merdeka. Proyek ini bernilai 100 miliar dan diharapkan rampung pada 2011. ‘’Ada 32 kampung dan pembagiannya bukan berdasarkan provinsi, tetapi budaya. Karena itu, untuk wilayah Sumatera saja, ada tiga kampung budaya, Batak Karo, Batak Toba, dan Nias,’’ ujarnya. Santoso menjadikan BNI Syariah sebagai bank pelayan kebutuhan individu dan bisnis karena dinilai lebih adil dan menguntungkan dan pas. Hal itu karena penerapan pembiayaan margin tetap sesuai dengan karakter proyek pembangunan taman rekreasinya. Penerapan prinsip bagi hasil baik dalam produk tabungan dan pembiayaan juga menunjukkan semangat kebersamaan bank syariah dan nasabah. ‘’Saya lihat ada kebersamaan, ada rasa kalau rugi ditanggung bersama, untung juga ditanggung bersama. Ini lebih adil,’’ ujarnya. Selain itu, BNI Syariah tidak hanya melihat aspek bisnis dalam menyalurkan pembiayaan bagi masyarakat. Dalam kasus proyek taman rekreasi, bank syariah itu juga mempertimbangkan tujuan pembangunan sebagai salah satu faktor menyalurkan pembiayaan. ‘’Jadi, moral proyek pembiayaan juga dilihat. Dalam hal ini, taman rekreasi kan berguna untuk memperkenalkan budaya bangsa ke dunia luar,’’ ujarnya.

n IA/SS/SM Sharing edisi agustus 2009 13


L A P O R A N U TA M A

Inovasi Produk Boleh Mengekor Asal

Ada Fatwanya Inovasi produk perbankan syariah adalah salah satu keharusan dalam strategi besar pengembangan pasar perbankan syariah.

B

Bagaimana bank syariah bisa berinovasi produk? Pakar ekonomi syariah dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Agustianto berpendapat, manfaatkan fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) secara optimal. Bankir bisa memanfaatkan fatwa yang ada untuk menginovasi produk. ”Untuk menuju ke arah sana, tentu harus ada pemahaman fikih ekonomi yang kuat baik di kalangan bankir syariah maupun dewan pengawas syariah (DPS),” ujar Agustianto kepada Sharing. Karena masih minimnya inovasi, yang ada sekarang

14

Sharing edisi agustus 2009

menurut Agustianto, kebanyakan produk perbankan syariah masih mengekor ke perbankan konvensional, hanya mengganti istilahnya saja.

Ramzi A. Zuhdi

Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia (DPbS BI), Ramzi A. Zuhdi berpendapat, bank syariah mendesain produk bisa dalam dua cara, permintaan dari nasabah (customer driven) atau berdasar rencana bank sendiri. ”Jika datang dari keinginan nasabah, bank silahkan membawanya ke dewan pengawas syariah (DPS)-nya. Lalu DPS akan membawanya ke DSN MUI,” terang Ramzi. Jika belum ada fatwanya untuk produk yang diinginkan, akan dibuatkan draft fatwa sebelum disahkan oleh sidang DSN.


L A P O R A N U TA M A

Menjawab kritikan bahwa kebanyakan produk perbankan syariah masih mengekor ke bank konvensional, Ramzi berpendapat, itu tidak masalah saat ini karena biaya produknya bagi bank syariah cenderung rendah. ”Kalau semua pakai pembiayaan kendaraan bermotor kami juga pakai, ini memang rendah biayanya. Asalkan, pasarnya masih tersedia, tidak apa-apa asal di-endorse oleh fatwa DSN,” kata Ramzi.

t KARTU KREDIT SyARIAh, INoVATIFKAh? Ketika Unit Usaha Syariah (UUS) Bank Danamon memberi sinyal akan meluncurkan kartu kredit syariah, awal 2007, banyak pembaca Sharing menunjukkan ekspresi tertarik, sekaligus bertanya-tanya, ”Oya, seperti apa tuh?” Jawaban pun diberikan ketika majalah ini mengulas kartu kredit syariah pertama di Indonesia tersebut di edisi Agustus 2007. Ada yang membedakannya dengan kartu kredit konvensional. Salah satunya adalah niatan untuk menekan moral hazzard nasabah

produk baru hal ini tentunya menggembirakan karena ternyata respon masyarakat cukup tinggi terhadap produk ini,” jelas Barno.

t PENSIUN UNTUK

barno Sudarwanto

card hanya bisa digunakan untuk transaksi yang sesuai syariah Islam. Manager Pengembangan Produk BNI Syariah-Barno Sudarwanto kepada Sharing mengatakan, ”BNI Syariah bekerjasama dengan MasterCard telah menolak transaksi Hasanah Card melalui merchant clasification code (MCC) tertentu. Sehingga masalah syariah comply tetap menjadi perhatian utama kami.” Barno memaparkan, beberapa yang membuat kartu kredit syariah ini berbeda dengan kartu kredit konvensional adalah: biaya ujrah (fee) yang lebih rendah dan tidak ada compounding fee (fee yang berlipat-lipat), kemudahan dalam pembayaran, perlindungan asuransi bahkan untuk pemegang kartu Gold dan Platinum terdapat fitur asuransi perjalanan. Sebaliknya aspek layanan justru

KARyAWAN SWASTA Dalam bisnis bank, kartu kredit termasuk produk pembiayaan. Di sisi pendanaan, bank syariah mulai mengembangkan produk yang berbeda dengan bank konvensional. Misalnya Tabungan Bekasi Mudharabah (Takasi Mudah) dari Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Kota Bekasi. Produk ini menyasar segmen tertentu, karyawan swasta atau wirausaha yang amat peduli dengan masa tuanya. Mereka yang merencanakan pensiun sejak dini. Direktur Utama BPRS Kota Bekasi- Nur S. Buchory menjelaskan, Takasi Mudah menghimpun dana dari para pekerja swasta maupun wirausaha kecil-menengah untuk menyisihkan dananya setiap bulan. Dana yang ditabung minimal Rp100 ribu. Tak perlu datang ke BPRS Kota Bekasi untuk menyimpan dana ini. Petugas siap jemput bola dana

pensiun si nasabah. ”Misalnya, seorang nasabah berusia 40 tahun, maka dia disarankan untuk mengambil tabungan berjangka untuk 15 tahun. Sehingga nantinya saat dia berumur 55 tahun atau di masa usia pensiun, maka dia akan bisa mengambil dan menikmati uang pensiunnya. Namun, mengenai jangka waktu ini, si nasabah bisa bebas menentukan waktu pensiunnya, dengan minimal jangka waktunya satu tahun,” jelas Buchori.

Nur S. Buchori

Dengan ketentuan tersebut, nasabah baru bisa mengambil dananya, plus investasi bagi hasilnya, saat sampai jangka waktunya habis. Tujuannya, agar si nasabah nantinya benarbenar bisa menarik manfaat dari tabungan pensiunnya ini. Namun demikian, jika dibutuhkan mendesak, nasabah bisa juga mengambil tabungannya itu.

”Kalau semua pakai pembiayaan kendaraan bermotor kami juga pakai, ini memang rendah biayanya. Asalkan, pasarnya masih tersedia, tidak apa-apa asal di-endorse oleh fatwa DSN,” kata Ramzi. yang berujung tingginya kredit macet (non performing loan) perbankan dari produk ini. Tidak sembarang orang berpenghasilan bulanan dapat memiliki Dirham Card, nama kartu kredit syariah ini. Calon nasabah harus menempatkan dana (goodwill investment) sebesar 10 persen dari plafon yang diajukan. Februari 2009, UUS BNI Syariah menerbitkan Hasanah Card, juga kartu kredit syariah. Sebagai ciri khas kartu pembiayaan syariah, Hasanah

berkompetisi dengan kartu kredit konvensional, yaitu fitur yang lengkap. Di antaranya adalah, menawarkan fasilitas executive lounge di hampir seluruh bandara di Indonesia. Dengan fitur seperti itu, pertumbuhan kartu ini lumayan bagus. ”Alhamdulillah produk ini dapat diterima dengan pertumbuhan jumlah kartu yang cukup tinggi. Dalam kurun waktu setengah tahun, produk ini telah bisa dinikmati hampir 10 ribu pengguna kartu. Sebagai

nasabah tiap bulannya. Sebagai pemanis, nasabah mendapatkan kartu diskon, yang bisa dipakai di beberapa merchant, misalnya di rumah sakit, klinik kesehatan, hotel, salon, dan sebagainya. ”Diskonnya bervariasi, namun umumnya 20 persen,” kata Buchori. Sesuai namanya, tabungan ini berakad mudharobah, dengan jangka waktu yang umumnya diarahkan untuk mencapai usia

Yang menarik, investasi bagi hasil dari tabungan ini cukup menjanjikan. Menurut Buchori, besaran bagi hasilnya selama ini berada di rentang ekuivalen rate 11- 13 persen, bergantung dari hasil investasi BPRS ini. Kurang dari dua tahun sejak diluncurkan pertengahan 2007, saat ini sudah sekitar 1.000 penabung di seputaran kota Bekasi dengan himpunan dana mencapai Rp. 700 juta. n IA/YS Sharing edisi agustus 2009 15


L A P O R A N U TA M A

Berita dari Negeri

Hibualamo Delapan tahun setelah darah tertumpah di antara saudara, perbankan syariah mencoba merajut kembali kerukunan Kristen-Muslim di Halmahera Utara.

N

Ngone oria dodoto, “kita semua bersaudara”. Masyarakat asli Halmahera Utara (Halut) tahu benar ungkapan ini. Bersanding dengan Hibualamo, konsep masyarakat adat Halmahera, ungkapan ini mampu merekatkan mereka berabad lamanya.

terbakar habis dan ekonomi mati.

Hingga kini, trauma psikologis masih bersarang di benak orang Halut. Limpo Lomas, pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Halmahera mengaku kepada Sharing, “Ketika saya berkomunikasi dengan dorang, trauma itu masih ada tapi dorang tidak apa-apa”.

t BANGKIT DARI

KEhANCURAN

Kini Halut membangun dirinya. Dari data per 2002, daerah ini memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata 2,72 persen per tahun dan tingkat pendapatan masyarakat sebesar

Muamalat Indonesia (BMI) Kantor Cabang Syariah Maluku Utara, Reza Muhammad mengatakan kepada Sharing, ”Tobelo itu bagus, nomor dua setelah Ternate. Daerah itu menggiurkan, di sana ada BNI, Mandiri, DSP, dan BRI. Bank Mega dan Bank Mega Syariah Indonesia (BSMI) mau masuk ke Ternate dan Tobelo.” Sedangkan asuransi syariah, baru Takaful yang masuk pada 2007.

t DAMAI DI NEGERI hIBUALAMo Sudah delapan tahun warga Muslim dan Non Muslim di Halut berdamai. Rekonsiliasi damai antara warga

hidup lebih aman dan damai lagi.” Hibualamo adalah payung adat yang disimbolisasi oleh bangunan rumah adat. Berjenis rumah panggung, berukuran besar, dan berbentuk bundar. Konon rumah ini dibangun oleh nenek moyang orang Halut ketika menginjakkan kaki di tanah ”tobeloho” yang sekarang menjadi Tobelo. Situs resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Halut (http://halmaherautara.com) menulis dalam ”Asal-usul Hibualamo”, ”Tekad mereka untuk kehidupan yang lebih baik tentunya memerlukan kesabaran yang dibarengi rasa kekeluargaan yang tinggi

”Setidaknya tiga bank telah berdiri di Tobelo, kota kecamatan yang menjadi Ibukota Halut. Mereka adalah BNI, BRI, Mandiri, dan Danamon Simpan Pinjam (DSP)”. Hibualamo seolah tersiram minyak pada 27 Desember 1999. Rekatan itu lepas ketika ratusan warga Muslim dibakar di desa Togoliua, Kecamatan Tobelo. Sumber resmi Kepolisian Resor Maluku Utara menyebut angka 257 terbunuh. Namun, tokoh masyarakat Muslim, Haji Supu menyebut lebih dari 500, karena di desa lain, seperti Papilo dan Gurua, korban mencapai 500 orang. Konflik agama Kristen-Muslim meletup di Halut, khususnya Tobelo sepanjang 1999-2001 sebagai kelanjutan kerusuhan di Ambon. Hampir separuh kota

16

Sharing edisi agustus 2009

2,86 persen per tahun dengan tolak ukur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan ukuran lainnya, secara kasat mata, setidaknya tiga bank telah berdiri di Tobelo, kota kecamatan yang menjadi Ibukota Halut. Mereka adalah BNI, BRI, Mandiri, dan Danamon Simpan Pinjam (DSP), unit bisnis mikro Bank Danamon. Perbankan adalah jantung ekonomi. Biasanya di daerah yang bertumbuh perekonomiannya, bertumbuh juga perbankannya. Operation Manager Bank

Muslim dan Kristen Halut ditandatangani pada 21 April 2001. Delapan tahun sudah warga Halut hidup dalam damai. Hibualamo berpendar lagi pada 21 April 2009 saat peringatan delapan tahun kerukunan umat beragama di sana. Peringatan dipusatkan di depan dua rumah adat Hibualamo, Tobelo. Bupati Halut, Hein Namotemo seperti dikutip Malut Post mengatakan, ”di rumah adat Hibualamo inilah kita membuat perdamaian besar di daerah. Maka dengan kegiatan ini peristiwa rekonsiliasi terus dikenang sehingga orang bisa

sehingga Sultan Ternate mengajak mereka membangun tempat bernaung yang mampu menampung banyak orang. Sesuai kesepakatan, pembangunan rumah besar dengan nama ”Hibualamo” pun dilakukan”. Sepanjang sejarah, rumah adat Hibualamo telah mampu menjembatani antara dunia gagasan dan dunia nyata di Halut. Gagasan tentang kerukunan yang melintasi perbedaan keyakinan. Hanya pada 1999-2000, Hibualamo tampak diabaikan. n IA


L A P O R A N U TA M A

Intinya, Silaturahim Bank syariah perlu belajar dari Ternate dan Tobelo: memakai pendekatan silaturahmi untuk merebut hati nasabah Muslim maupun non-Muslim.

waktu panjang. Naik kapal Ferry makan waktu satu jam, lalu jalan darat sekitar empat jam. Ketika masuk kota kecamatan Tobelo, kisah Reza, ada gapura berbentuk salib menyambut pendatang. Di dalam kota pun, di depan rumah-rumah di pinggir jalan, berdiri salib setinggi 1 hingga 1,5 meter. Komposisi penduduk Muslim dan Non-Muslim di Tobelo menurut Reza adalah sekitar 50:50. Sedangkan di Ternate 80:10.

B

Bank Muamalat Indonesia (BMI) mulai membuka Kantor Cabang (KC) di Ternate pada 2004, berbarengan dengan pembentukan pengurus Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) di sana. Rencananya, tahun ini Kantor Cabang Pembantu (KCP) Tobelo akan dibuka juga. Operation Manager BMI Ternate Reza Muhammad mengonfirmasi ini kepada Sharing, ”Direksi sudah menyetujui pilihan lokasinya.” Hingga berita ini ditulis, Direksi BMI di Jakarta belum menyatakan final jadi tidaknya membuka KCP di sana. Rencana pendirian KCP BMI di Tobelo ini sangat didukung oleh MES Tobelo. Pengurus MES Halut, Limpo Lomas turut andil melobi Bupati dan jajarannya untuk berkomitmen menempatkan dana di KCP BMI Halut setelah diresmikan nanti. ”Ini mau menghadap Bupati dan pengusahapengusaha untuk menjadi calon nasabah pertama. Sementara teman-teman rembukan sebagai fasilitator. Sehingga nanti ada pertanyaan-pertanyaan spesifik kami bisa jawab,” terang Limpo. Dukungan MES Tobelo ini ternyata cukup berasalan. Kehadiran sebuah bank syariah sudah dibutuhkan, setidaknya

menurut para pengurus MES di sana. Pada 2004 pun, adalah pengurus MES Ternate yang menyarankan BMI membuka cabang di sana. Dalam perkembangannya, ekonomi syariah mulai meluas ke Tobelo. Ketua MES Ternate, Khairul Saleh Arif mengisahkan kepada Sharing, meski baru diresmikan September 2008, pengurus MES Tobelo tergolong sangat aktif menyosialisasikan ekonomi syariah di sana. Misalnya, dengan ikut berperan dalam Koperasi Syariah Serba Usaha (Kopsyah SU) Kembang Mandiri di Tobelo. Dan yang menarik lagi, hampir separo pengurus MES Tobelo adalah Nasrani. Meskipun dalam praktiknya, ”Hanya sekitar 10 orang Nasrani yang benarbenar aktif mengurusi MES”, ujar Khairul. Itu wajar menurut Khairul, yang penting sudah ada Nasrani yang benar-benar aktif mengurusi ekonomi syariah. Karena, menurut pengalaman Khairul menyosialisasikan ekonomi syariah di seputaran

Maluku, sistem ini bisa diterima juga di kalangan Nasrani. ”Kami bekerjasama dari sisi muamalah, kan tidak ada yang berani menolak, apalagi kalau menguntungkan. Kami memang ingin menjadi model bagi daerah lain di Indonesia,” terang Khairul. Ada yang menarik dari kisah Khairul, ketika pertama kali bercerita tentang ekonomi syariah ke kalangan Nasrani, ia tidak menekankan sisi agamanya, pun dengan akadakad berisitilah khusus dalam ekonomi syariah. ”Pakainya bagi hasil. Saya terangkan bagaimana bagi hasil yang murni itu, sederhana saja sebenarnya. Soal riba juga setelahnya mereka bisa segera paham dan malah bilang begini, ”Kami juga ada larangan terhadap riba, syariah itu bukan hanya milik Muslim,” terang Khairul.

t PENDETAPUN MENJADI AGEN ShAR-’E Reza mengilustrasikan, untuk ke Tobelo dari Ternate butuh

Baik di Ternate maupun Tobelo, kartu Shar-E dijualkan oleh Muslim maupun NonMuslim. ”Memang ada namun berapanya belum saya teliti karena saya baru setahun di sini,” ujar Reza. Pendahulu Reza, Operation Manager BMI Ternate periode 2004-2006, Achmad Salihin mengonfirmasi ini kepada Sharing. ”Akhir 2006, para pendeta mulai menjual kartu Shar-E,” ujar Salihin. Sayang, Salihin tidak hapal berapa banyak kartu debet sekaligus ATM BMI ini berhasil dijualkan oleh para pendeta. Lagipula, kini ia sudah tidak di Ternate, ia menjabat Operation Manager BMI Ambon kini. Bagaimana bisa para pendeta menjadi agen produk sebuah bank syariah yang citranya lekat dengan Muslim? Salihin mengisahkan bagaimana ia dan MES Ternate menyosialisasikan perbankan syariah ke Non-Muslim pada 2004-2006. Metodenya sederhana, mengikuti adat orang Ternate saja, yaitu silaturahmi. Sebelum pembukaan KC dan setelahnya, Sharing edisi agustus 2009 17


L A P O R A N U TA M A

Salihin dibantu pengurus MES Ternate rajin menyambangi tokoh-tokoh masyarakat maupun pejabat daerah. Dalam pertemuan itu, mereka menjelaskan apa itu ekonomi dan perbankan syariah. Dan tentu saja, apa keuntungan memakai produk dari BMI. Menggelar seminar ekonomi syariah juga dilakukan dengan mengundang tokoh masyarakat, pengusaha, dan pejabat daerah. ”Macammacam metodenya. Awalnya sih kami yang mendatangi ke tokoh masyarakat, pendeta, ulama. Kami hanya melaporkan bahwa kami sudah hadir. Saat peresmian kami undang semua,

setelah itu kami bergerak berjalan ke nasabah potensial. Banyak juga yang bertanyatanya, tetapi istilahnya mereka belum paham saja. Memang agak berat menjelaskan sesuatu kepada mereka. Alhamdulillah setelah paham lumayan bagus,” kisah Salihin. Menjadi agen penjual kartu Shar-E juga menarik karena ada gimmick-nya. Jika laku satu kartu, agen mendapat Rp 6.000. Jika laku 10 kartu sekaligus, agen mendapat Rp 9.000 per kartu. Belum lagi fitur kartu itu sendiri yang bisa hampir disamakan dengan kartu debet BCA. Ini menurut Salihin juga membuat para pendeta itu

1 GANDENG TANGAN DI KOPERASI SYARIAH

baik ustad maupun pendeta turut andil mengelola koperasi syariah di Tobelo. Koperasi syariah serba usaha (Kopsyah SU) Kembang Mandiri belum genap setahun berdiri. Modal awal cuma Rp 5 juta plus tambahan Rp 100 juta dari seorang pengusaha Tobelo. Memang belum balik modal, namun model pengembangannya patut ditiru: dikelola oleh dan melayani Musim maupun Non-Muslim. Muslim dan non-Muslim punya hak dan kewajiban sama sebagai anggota dan pengurus koperasi ini. Mereka bisa menyimpan dana dan meminjam dana. Plafon pinjaman merentang mulai Rp 1 juta hingga Rp 20 juta, namun kebanyakan yang mengambil pinjaman Rp 1 juta. Model pembinaan diterapkan untuk manajemen risiko pembiayaan. Peminjam dari kalangan Nasrani diambil dari jamaat gereja atau pendeta tertentu. Pun dengan Muslim, peminjam biasanya direkomendasikan oleh kelompok pengajian atau ustadz. Ustadz dan pendeta lantas menjadi pembina si peminjam, dibantu oleh pengurus koperasi tentunya. Ketua MES Ternate, Khairul Saleh Arif kepada Sharing menyebut peran pendeta dan ustadz ini layaknya pengawas syariah. ”Pokoknya kami libatkan saja sebagai pengawas, ada juga yang pengurus,” ujar Khairul. Pengajian untuk Muslim dan kebaktian untuk Nasrani sama digunakan untuk pembinaan. Peminjam wajib datang dan di sana bisa digunakan untuk pembinaan. Peminjam dapat berkonsultansi mengenai usahanya.

18

Sharing edisi agustus 2009

tertarik menjualkan.

t CABANG TERBAIK Memang tidak diungkapkan berapa banyak pengaruh bantuan para pendeta ini menjualkan Shar-E untuk kinerja cabang secara keseluruhan. Namun pada akhir 2006, cabang Ternate meraih peringkat pertama kantor cabang BMI terbaik seIndonesia. Sedangkan saat ini, menurut Reza, per tahun rata-rata pesanan (order) kartu Shar-E dari cabangnya adalah 3.000-an lembar.

PINJAM

Rekan Khairul dari kalangan Nasrani, Limpo Lomas juga aktif mengurusi Kopsyah SU Kembang Mandiri, Tobelo yang baru dibentuk Januari 2009. Di koperasi ini, Limpo bersama pengurus lain mengembangkan model pembiayaan murabahah. Setelah beberapa kali menjelaskan -- struktur bahasa Indonesia Limpo tidak begitu mudah dipahami -- ilustrasinya seperti ini. Ada 20 orang menabung di koperasi masing-masing senilai Rp 300 ribu. Terkumpul Rp 6 juta yang lantas dipinjamkan kepada enam pengusaha mikro masing-masing Rp 1 juta. Peminjam bisa berasal dari para penabung itu sendiri atau di luarnya. Uang digunakan untuk menambah modal atau membeli barang modal. Peminjam berkomitmen mengangsur senilai Rp 60 ribu tiap minggu ke koperasi. yang Rp 50 ribu adalah pokok utang, sedangkan Rp 10 ribu adalah margin yang sudah disepakati sebelumnya. Dari enam peminjam, dalam seminggu terkumpul Rp 360 ribu. yang Rp 300 ribu disimpan untuk disalurkan sebagai pinjaman bergulir, marginnya yaitu Rp 60 ribu juga diakumulasi tiap minggunya untuk dibagi merata ke-20 penabung tadi. Untuk pinjaman senilai Rp 1 juta yang dibayar angsurannya per minggu senilai Rp 50 ribu, tenor menjadi 20 minggu. Sasaran program ini tentunya sektor nonformal. Limpo menyebut, bengkel, orang jualan kasur, nelayan, tukang ojek, pedagang pasar, penjual rempah dan sebagainya. hingga awal Juli lalu, Limpo mengaku sudah mengadakan empat kali pertemuan mingguan. Di pertemuan itu, peminjam membayar angsuran sekaligus berbagi pengalamannya menjalankan usaha.

Reza mengakui, sisi dana pihak ketiga (DPK) memang lebih kuat di Ternate ketimbang sisi pembiayaan. Ini karena tingkat penyerapan proyek juga baru sedikit. Secara angka, per Mei 2009, pembiayaan mencapai Rp34 Miliar sedangkan DPK sekitar Rp68 Miliar. Rasio pembiayaan terhadap DPK (financing to deposit ratio/ FDR) sekitar 48%. n IA

Ia memberi ilustrasi, pada

2 SISTEM SAHAM ATAU SIMPAN

2008 saja sudah dipesan 3.334 lembar kartu untuk 2009. “Bujetnya 3.334, ternyata, lebih akhirnya terjual 4000-an. Sebentar lagi mau pesan karena di bawah 1.000,” kata Reza.

Saat ini koperasi baru menerapkannya ke pedagang pasar. Tujuannya adalah mengajak pedagang pasar berkoperasi syariah. Namun ketika dijelaskan dengan istilah-istilah syariah seperti murabahah atau mudharabah, malah sulit. Justru para pedagang pasar itu inginnya model simpan pinjam ini. Limpo menyebutnya “sistem saham”. “Untuk merangkul masyarakat pasar, ini kemauannya mereka sistem saham. Koperasi sudah memberi pemahaman (akad-akad ekonomi syariah-red), tapi kan perlu waktu,” jelas Limpo.

3 BUKAN SOAL AGAMA Limpo menolak jika dikatakan ekonomi syariah hanya milik Muslim dan oleh karenanya berguna hanya untuk Muslim juga. Limpo bukanlah Muslim, ia jemaat Gereja Masehi Injili halmahera di Tobelo. “Banyak yang tahu saya pengurus MES. Tapi kebanyakan (jamaat gereja, red) tidak paham karena mereka kebanyakan dari desa,” ujar Limpo. Limpo mengurusi ekonomi syariah di sana bukan karena agama. “Saya hadir bukan karena komunitas, bukan karena agama. Saya hadir sebagai pemerhati masyarakat. Saya tidak menganggap itu ada perbedaan, tidak sama sekali,” kata perempuan asli Sangir Talaud, Sulawesi Selatan ini. Limpo ingin sekali memberdayakan masyarakat halut secara ekonomi. Kebetulan kini ada peluangnya lewat ekonomi syariah, maka ia ambil itu. Limpo malah mengaku kecewa jika ada yang berpikir, “Saya bukan Muslim lalu mengurus itu (ekonomi syariahred). Mereka kan saudara kita, mengapa kita membatasi?”.

n IA



L A P O R A N U TA M A

Mereka Bicara

Bank Syariah Pengusaha, akademisi, dan pengamat ekonomi bicara tentang bank syariah dan sosialisasinya di Indonesia

HAryADi B. SoeKAMDAni:

Inginnya Syariah, Banknya Belum Siap

Pengusaha nasional ini punya satu pengalaman agak kurang enak dengan bank syariah. Sahid Group, kelompok usaha yang dipimpinnya ingin membangun hotel. Pembiayaan

“Saya pikir masyarakat sudah tahu syariah itu apa, tinggal menjemput bola saja. Dan, bagaimana membuatnya menjadi kebutuhan”. 20

Sharing edisi agustus 2009

diajukan ke salah satu bank syariah, nilainya tidak lebih dari Rp10 miliar. ”Kecil, bank syariah mampu kok,” ujar Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) ini kepada Sharing, awal Juli lalu. Proyek pembangunan hotel harus segera dilaksanakan, sementara bank konvensional sudah ada yang menyatakan siap membiayai. Sayang, bank syariah tersebut lambat memproses pembiayaan Sahid Group. ”Kami sudah siapkan proposal, merekanya tidak siap, lama kerjaannya padahal proyeknya harus cepat dieksekusi,” kisah Ketua Bidang V Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) ini. Memang akhirnya tidak jadi dibiayai, namun Haryadi mengungkapkan, kalaupun dibiayai, bank syariahnya sering kaku. Ia mencontohkan pembiayaan modal kerja. Jika mengambil di bank syariah, dana seringkali dikucurkan tidak sekaligus. Cicilan harus dibayarkan dulu, baru dana ditambah. Hal ini tentu saja mengganggu cashflow si nasabah. ”Kadangkala ada kekakuan, padahal bisnis kan fleksibel,” kata Haryadi. Namun Haryadi mengakui, tidak semua bank syariah begitu. Mungkin karena ada bank yang besar dan yang kecil

dengan kekuatan finansial yang berbeda sehingga kekakuan itu muncul. Sahid Group sendiri menurutnya memiliki hubungan yang bagus dengan salah satu bank syariah besar dan itu memberikan cerita bagus tentang bank syariah. Terkait kampanye perbankan syariah Indonesia dalam payung ”Islamic Banking (iB), Bukan Sekadar Bank”, Haryadi menilai sudah tepat. Karena, untuk menentukan kemasan kampanye ini industri dan regulator telah memikirkannya secara matang dan masyarakat sebenarnya sudah tahu tentang perbankan syariah. ”Saya pikir masyarakat sudah tahu syariah itu apa, tinggal menjemput bola saja. Bagaimana membuatnya menjadi kebutuhan. Caranya? Apa sih yang masyarakat cari? Kalau mau ambil pembiayaan berarti cost-nya harus murah, kalau deposito, berarti rate-nya harus kompetitif, dan tentu saja ada fleksibilitas,” jelas Haryadi.

t BISNIS SyARIAh SECARA BERTAhAP Dari pengalamannya selama ini dengan bank syariah, Haryadi tidak mengurungkan niat untuk mengarahkan bisnisnya ke syariah. ”Tentunya kami inginnya semua bisnis kami syariah juga, kan lebih bagus.

Cuma bertahap, terutama dimulai dari yang kecil-kecil dulu. Kalau langsung besar kan mereka (perbankan syariah— red) juga repot,” ujar Haryadi. Bisnis Sahid Group sendiri sudah ada yang berlabel syariah. Misalnya, Sekolah Tinggi Agama Islam Terpadu (STAIT) Sahid di Bogor. Di sana ada pesantren, tsanawiyyah, aliyah, sampai sekolah tinggi yang memang mengajarkan ekonomi Islam. Di Jakarta sendiri, Sahid Group punya biro umrah dan haji bernama Sahid Travel. Sebagai ketua Kadin, Haryadi turut mendukung pembentukan Komite Tetap Keuangan dan Perbankan Syariah, 19 Mei 2009. Di Kadin, menurut Haryadi, sebenarnya banyak yang sudah menerapkan bisnis secara syariah. Masalahnya, apakah aktif atau tidak di komunitas syariah seperti MES. Para pebisnis kini, menurut Haryadi sudah mulai berpikir bahwa ekonomi syariah mendekati ideal dibandingkan kapitalisme atau sosialisme. Bukan hanya masyarakat muslim, non muslim juga mengakui. Ini karena, ”Kalau kita kaji baik secara akademik maupun teknisya, ekonomi syariah memiliki nilai-nilai yang universal,” simpul Haryadi.


L A P O R A N U TA M A Dr AViLiAni

”Di Luar Masih Banyak yang Belum Paham”

Lebih dari sekadar menciptakan produk-produk yang berbeda dengan bank konvensional. Bank syariah mestinya membuka informasi ke mana dana nasabah disalurkan sebagai pembiayaan. Nasabah pun dapat lebih mudah memilih uangnya mau ditaruh di bank syariah mana. Itulah buah pikir pengamat ekonomi INDEF, Aviliani tentang perbankan syariah di Indonesia. Yang menjadi sorotannya kali ini adalah lebih kecilnya pendanaan yang diterima bank syariah dibanding pembiayaan yang disalurkannya. ”Pendanaan tidak mudah diperoleh. Yang ambil pembiayaan banyak, tapi yang menyimpan tidak. Bank syariah perlu meng-create sesuatu yang berbeda di produk untuk simpanannya,” kata Komisaris Independen BRI ini kepada Sharing. Produk itu mestinya berbeda dengan perbankan konvensional. Sejauh ini, menurut Aviliani, produk

bank syariah masih memiliki kesamaan dengan produk bank konvensional, terutama di sisi pendanaan.

t RASIo RISIKo Avi membayangkan alangkah baiknya bagi penabung jika ia bisa memilih ke mana dan untuk apa uangnya disimpan di bank syariah. Soalnya, instrumen bagi hasil di bank syariah amat berbeda dengan instrumen bunga di bank konvensional. Nasabah penabung mendapatkan keuntungan bagi hasil pembiayaan oleh bank syariah. Adalah dana penabung yang digunakan oleh bank untuk pembiayaan itu. Oleh karena itu, penabung mestinya tahu ke mana uangnya digunakan sebagai pembiayaan oleh bank syariah. ”Sementara di bank konvensional, kan tidak perlu tahu, yang penting bunga harus dibayar,” jelas Anggota Dewan Pakar Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) ini. Oleh karena itu, industri perbankan syariah mestinya memiliki rasio risiko bersama untuk sektor riil. Rasio risiko ini bisa diakses oleh masyarakat baik yang sudah menjadi penabung bank syariah atau belum. ”Ini berbeda dengan credit rating, itu untuk menunjukkan bank syariah mana yang baik atau tidak. Rasio itu untuk sektor riil, misal garmen, pertambangan, perkayuan, dan sebagainya. Mana yang high risk mana yang tidak,” jelas Avi. Padahal, dari jejak penelitian dan pengamatannya selama ini, ia menemukan perbankan syariah memiliki kelebihan dibanding perbankan konvensional. Lebih luas lagi, ia mengajak Sharing meneropong balik, ketika sistem ekonomi konvensional menurutnya sudah mati beberapa tahun lalu. ”Kan

sudah banyak yang menulis dan mengatakan seperti itu beberapa tahun lalu,” ujar Avi.

t MASyARAKAT BELUM PAhAM Bagi Avi, masyarakat tampak masih belum paham benar soal perhitungan bagi hasil yang dipakai bank syariah. Sedangkan di bank konvensional adanya bunga. Jadi masyarakat lebih mudah paham, apalagi ketika memilih hendak menaruh uangnya di mana, yaitu bank yang menawarkan bunga tinggi biasanya.

Jangan sosialisasi di tempat pengajian, di luar itu masih banyak yang belum paham

”.

Ketidakpahaman ini, menurut Avi juga disebabkan sosialisasi yang kurang luas ke kalangan umum. ”Saya belum melihat bank syariah pendekatannya kepada yang belum paham, promosi misalnya jangan di Republika saja, kan pembacanya sudah banyak yang mengerti. Jangan sosialisasi di tempat pengajian, di luar itu masih banyak yang belum paham,” kata Avi. Di sisi regulator, Bank Indonesia (BI), Avi melihat produk berupa kebijakan dan peraturan yang diterbitkan masih mirip bank konvensional. Misalnya penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Di luar BI, di Departemen Keuangan (Depkeu) misalnya, instrumen sukuk yang diterbitkan adalah versi syariah dari obligasi konvensional.

DinnA WiSnU PH.D.

“Bank Syariah Masih Lekat Citranya untuk Muslim” Direktur Paramadina Graduate School (PGS), ini menilai perbankan syariah masih berjarak dengan masyarakat umum. Padahal, sebenarnya ada nilai-nilai universal dan baik yang terkandung didalamnya. Ketika perempuan ini mengamati para pembicara seminar “Trend Produk Keuangan & Investasi Syariah Masa Depan Merespon Krisis Ekonomi Global” di kampusnya, Universitas Paramadina Jakarta, 30 Juni 2009. Ia menuturkan “Kalau boleh jujur, kecuali orang Bank Indonesia (Mulya Effendi Siregar, peneliti senior—red), mereka cenderung punya “karakter” sendiri dan ketika mereka bicara lebih ke soal dakwah. Itu yang membuat masih ada jarak. ” Padahal sebenarnya perbankan syariah membawa nilai-nilai universal yang juga ada di tiap agama dan kepercayaan, termasuk Kristen Katolik Sharing edisi agustus 2009 21


L A P O R A N U TA M A

yang dianutnya. Nilai-nilai itu misalnya, pemberdayaan masyarakat. “Ya, ada poin-poin yang sifatnya memberdayakan masyarakat berupa memberikan keuntungan yang lebih kepada masyarakat. Menurut saya sangat menarik terlepas dari agama apapun dia,” jelas lulusan Ohio State University Amerika Serikat (AS) ini.

t Perbankan syariah untuk Indonesia Oleh karena itu, Dinna berpendapat sebaiknya industri mengembangkan suatu konsep ‘Perbankan Syariah untuk Indonesia’. “Akan lebih menarik jika ditonjolkan nilai ke-Indonesiannya, memberdayakan masyarakat Indonesia dengan konsep syariah. Digali dari konsepkonsep yang ada di Indonesia, berbeda dengan yang dikembangkan di Timur Tengah atau Malaysia misalnya,” jelas Dinna. Menurutnya ini bisa dilakukan

22

Sharing edisi agustus 2009

dengan menunjukan kelebihan bank syariah dibanding bank konvensional. Bukan melulu mengangkat masalah riba dan non riba, juga dengan berbagai istilah yang orang Muslim saja yang paham. Apalagi, ketika selalu diangkat ayat-ayat dari kitab suci orang Muslim, Alquran. “Membuat orang kemudian terpaku bahwa ini hanya untuk orang Muslim,” simpul Dinna.

Pun dengan payung sosialisasi Islamic Banking (iB) yang secara resmi diluncurkan oleh BI bersama industri pada 2 Juli 2007. “Belum,” jawab Dina ketika ditanya apakah mengetahui slogan resmi ”Bukan Sekadar Bank” untuk industri ini. Padahal ia mengaku sering membaca koran dan melihat berita. Dinna malah balik bertanya, “Jadi itu ada di mana ya?”

Istilah-istilah seperti murabahah, ijarah, dan sebagainya sebaiknya dibuat lebih comparable dengan yang konvensional sehingga semua orang bisa membacanya. Sedangkan, penggunaan kata syariah, menurutnya tidak ada masalah karena sejak awal berangkat dari model syariah.

Ia juga mengaku kurang paham beda bank syariah dan konvensional. “Saya kurang paham, karena konsep bunga dan pemberian keuntungan yang berbeda. Kalau dari segi yang lain, hampir sama produknya. Tapi semangatnya seperti nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, harusnya bisa menjadi pembeda,” jawab Dinna.

tBaru sebatas riba Pengetahuan Dinna tentang perbankan syariah diakuinya baru sebatas riba. “Itu saja yang saya tahu, tapi produkproduknya seperti apa, belum ada sosialisasi lebih jauh”, ujar Dinna.

Lebih ke “spoke person” untuk program ini, kata dia, akan agak lebih representatif kalau juga melibatkan tokoh-tokoh non-Muslim. ”Nggak harus berjilbab dan berpeci saja,” ujarnya. Selain itu, penggunaan

istilah-istilahnya juga dibuat padanan dalam bahasa Indonesia. ”Seperti obligasi syariah misalnya sama dengan sukuk.” Terkait hal tersebut, Dinna berpendapat untuk perbankan syariah ke depan, messagenya perlu dibuat lebih jelas. “Apa yang khas dari perbankan syariah dan apa yang membantu masyarakat Indonesia secara keseluruhan untuk menjadi lebih baik,” jelasnya. Menurutnya yang harus lebih ditekankan adalah proses empowerment secara ekonomi. ”Yaitu kontribusi keuangan syariah terhadap empowerment masyarakat Indonesia secara ekonomi perlu dipertegas.” Juga, lintas agama dan lintas kelompok. ”Semua orang bisa melihat, semua boleh ikut, dan semua diuntungkan. Jadi tidak hanya orang muslim yang ikut karena dia untung. Siapapun kalo ikut mereka juga diuntungkan.” n IA



L A P O R A N U TA M A

Bank Syariah melayani dari

S

UKM sampai Usaha Besar

Sistem keuangan syariah terbukti mampu melewati krisis moneter 1997, dan kembali berdiri kokoh saat menghadapi krisis keuangan global sejak 2008 lalu. Hal ini karena karakteristik sistem keuangan syariah yang selalu pro pada pengembangan sektor riil dan juga UKM. Terbukti dengan rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga (Financing to Deposit Ratio, FDR) yang selalu berada di level 95-100 persen lebih dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menunjukkan dana yang dihimpun bank syariah dari masyarakat dikembalikan penuh kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan. Hingga Mei 2009 lalu, berdasarkan data publikasi BI, FDR perbankan syariah tercatat sebesar 101,06 persen.

sektor riil dan membangun ekonomi kerakyatan, karena operasionalisasi bank syariah berdasar pada prinsip-prinsip tolong-menolong (ta’awun), anti-riba, anti-spekulasi, dan mendorong masyarakat untuk memproduktifkan harta/uang dalam kegiatan produksi (sektor riil).

t Bank Syariah dan UKM Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis. UKM juga menjadi dinamisator partumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Namun UKM dan juga koperasi saat ini masih saja menghadapi masalah permodalan. Sering dijumpai kendala klasik dalam mengakses ke sumbersumber permodalan formal seperti bank karena dihadang oleh persyaratan “5C” yaitu character, capasity, collateral, condition of economy, dan capital. Akibatnya, UKM menggantungkan pembiayaan usaha mereka kepada modal sendiri yang relatif terbatas

Perbankan syariah disebut pro sektor riil, karena dalam sistem keuangan syariah yang satu ini, penyaluran pembiayaan harus disertai adanya underlying asset sehingga akan menghindari terjadinya spekulasi yang berpotensi merugikan. Bank syariah pun memiliki peranan yang sangat penting dalam memajukan

Indikator

2005

ataupun dari sumber-sumber non formal lain yang bila dikalkulasi ternyata harus menanggung beban cost of fund yang lebih besar. Selama ini, telah ada kemitraan yang cukup bagus antara UKM dan perbankan syariah. Hanya saja, seperti dituturkan pengamat ekonomi syariah, Handi Risza Idris, perlu ada dorongan yang lebih besar lagi ke arah sana. “Sektor UKM terkadang masih dianaktirikan dan jarang disentuh karena itu perlu kontribusi besar bank syariah masuk ke sana,” katanya dalam diskusi publik “Meneropong Prospek Ekonomi Syariah Pascapilpres 2009” beberapa waktu lalu. Dengan kebijakan pembiayaan UKM khusus di perbankan syariah maka juga dapat mendorong market share perbankan syariah karena potensi UKM Indonesia yang sangat besar. Meski demikian ia mengakui dengan market share perbankan syariah di bawah tiga persen saat ini sulit untuk membiayai seluruh UKM di Indonesia yang mencapai jutaan unit usaha. Hingga Maret lalu, perbankan syariah menggelontorkan dana

Kinerja Perbankan Syariah 2004-Mar 2009 2006

2007

2008

Maret 2008

Maret 2009

Satuan

Aset

20.880

26.722

36.538

49.555

38.344

51.678

Triliun

DPK

15.584

20.672

28.012

36.852

29.552

38.040

Triliun

Pembiayaan

15.232

20.445

27.944

38.195

29.629

39.308

Triliun

97.75

98.90

99.76

103.65

100.26

103.33

%

FDR

24

sektor riil

Sharing edisi agustus 2009

pembiayaan sebesar Rp 27,867 triliun atau 71 persen dari total pembiayaan. Sedangkan, sisanya disalurkan bagi sektor non UKM. Bila diperhatikan lebih jauh, besaran pembiayaan disalurkan bagi sektor UKM dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada 2005, perbankan syariah menyalurkan dana pembiayaan bagi sektor UKM Rp 10,196 triliun dan melonjak 92 persen pada 2008 menjadi Rp 19,566 triliun. Hal ini tentu saja menunjukkan semakin banyak bisnis pengusaha sektor riil UKM yang dibantu tumbuh dan berkembang oleh perbankan syariah.

t Bank syariah dan sektor riil Berdasarkan data Bank Indonesia (2009), aset perbankan syariah hingga Maret lalu tercatat Rp 51,678 triliun atau meningkat 35 persen dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 38,344 triliun. Sementara itu, bila dibandingkan akhir tahun lalu Rp 49,555 triliun, aset per Maret lalu tercatat tumbuh 4,3 persen. Sejak 2005 hingga 2008, rata-rata pertumbuhan aset perbankan syariah mencapai 33 persen per tahun. Meski mencatat persentase pertumbuhan aset lebih tinggi dari perbankan nasional, pangsa perbankan syariah masih berada di bawah lima persen. Di sisi penghimpunan dana pihak ketiga, perbankan syariah per Maret lalu


L A P O R A N U TA M A

menghimpun dana Rp 38,040 triliun atau meningkat 29 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Sedangkan, penyaluran pembiayaan per Maret lalu tercatat sebesar Rp 38,040 triliun atau meningkat 33 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Kepedulian perbankan syariah pada sektor riil tampak jelas terkait rasio penyaluran pembiayaan dibandingkan DPK (Financing to Deposit Ratio, FDR). Pada Maret lalu, FDR perbankan syariah tercatat berada pada level 103,33 persen atau lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun lalu. Sedangkan, rata-rata FDR perbankan syariah dari 20052008 tercatat pada level

100,02 persen. Hal ini berarti seluruh dana yang diserap dari masyarakat disalurkan kembali dalam bentuk pembiayaan. Dengan demikian, perbankan syariah jelas mendorong perkembangan sektor riil. Kondisi berbeda ditunjukkan perbankan konvensional. Berdasarkan data Bank Indonesia (2009), rasio DPK terhadap kredit (Loan to Deposit Ratio, LDR) hingga Maret lalu tercatat sebesar 73,08 persen dan lebih tinggi dibandingkan Maret tahun lalu 70,66 persen. Sedangkan, rata-rata LDR dari 2005-2008 tercatat pada level 65,53 persen. Hal ini berarti tidak semua dana yang diserap dari masyarakat disalurkan kembali dalam bentuk kredit.

Lebih tingginya rasio FDR perbankan syariah dibandingkan LDR perbankan nasional tidak terjadi begitu saja. Hal itu disebabkan karena memang hakikat perbankan syariah terletak pada upaya mendorong perkembangan sektor riil. Karena itu, karakter akad transaksi keuangan bank syariah mendukung hal tersebut,yakni mengharuskan adanya underlying asset dalam menyalurkan dana masyarakat. Komitmen pengembangan sektor riil oleh bank syariah juga tampak jelas ditunjukkan portofolio pembiayaannya. Berdasarkan data BI, sejak 2005 hingga Maret lalu, pembiayaan untuk modal kerja dan investasi

mengkomposisi sebagian besar penyaluran dana bank syariah. Hingga Maret lalu, pembiayaan modal kerja dan investasi masing-masing mengkomposisi sebesar Rp 20,572 triliun atau 52,3 persen dan Rp 8,229 triliun atau 20,9 persen. Hanya Rp 10,507 triliun atau 26,7 persen dana perbankan syariah yang disalurkan untuk kepentingan konsumsi. Tingginya porsi pembiayaan bagi modal kerja dan investasi menunjukkan keberpihakan perbankan syariah terhadap kegiatan usaha di Indonesia.

n

Sharing edisi agustus 2009 25


Mengelola Keuangan di

Bulan Ramadhan Bulan Ramadhan bisa dibilang adalah bulan yang paling spesial untuk ummat muslim. Dan dari kacamata keuangan pun, bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa. Karenanya biasanya, di bulan Ramadhan yang dilanjutkan dengan Idul Fitri, pengeluaran menjadi

-

sangat besar. Walaupun kita berpuasa selama sebulan penuh, tapi nyatanya memang betul pengeluaran kita menjadi lebih besar di bulan Ramadhan. Kalau kita hitung-hitung, tanpa pengeluaran untuk keperluan Idul Fitri, pengeluaran sebetulnya

FAKToR PSIKoLoGIS LAPAR & LELAh Penelitian membuktikan bahwa ternyata belanja dalam keadaan lapar, lelah, ngantuk atau terburu-buru akan menyebabkan kita menjadi kurang rasional dalam belanja dan meningkatkan pembelanja impulsif. Wajar saja sih, karena lapar, ngantuk atau lelah, konsentrasi kita menjadi berkurang. Dan karena terburuburu, kita pun menjadi tidak terlalu pilih-pilih dan langsung comot saja dari rak. Wajar saja di bulan puasa kita merasa lapar, atau lelah di siang hari. Dan terburu-buru atau ngantuk jika belanja di malam hari. Akibatnya, kita juga mudah sekali terdorong belanja secara impulsif. Tawaran diskon yang cukup besar, promosi barang tertentu dan iklan yang menarik bisa menjadi pendorong belanja yang sangat besar tanpa kita hitung-hitung dulu atau dilihat kebutuhannya.

-

KENAIKAN hARGA Ada beberapa jenis barang yang memang mengalami kenaikan harga di saat bulan puasa. Selain karena meningkatnya permintaan, juga karena terbatasnya waktu distribusi berkaitan dengan libur puasa dan lebaran.

untuk mengantisipasi hal di atas, ikuti kiat berikut ini:

11.

PISAhKAN ANTARA PENGELUARAN RUTIN DAN TIDAK RUTIN

Usahakan untuk belanja yang tidak rutin untuk kebutuhan khusus puasa dan hari raya secara terpisah, dan dari sumber dana yang terpisah juga dengan belanja rutin. Karena jika tidak, kita akan kehilangan sensitifitas harga ketika belanja untuk hal yang rutin jika dibarengkan dengan belanja tidak rutin yang biasanya besarbesar. 2.

26

Memang wajar ada kenaikan juga dari sektor makanan ini,

Belanja rutin dapat dilakukan seperti biasa, mingguan atau bulanan dari alokasi gaji sebagaimana biasanya. Sedangkan untuk belanja yang tidak rutin alokasinya diambil dari ThR atau tabungan khusus untuk itu.

Sharing edisi agustus 2009

yaitu untuk meningkatkan kualitas makanan di bulan puasa. Ingat lho ya, meningkatkan kualitasnya, bukan kuantitasnya. Karena kalau kuantitasnya yang naik, itu sih sama saja kita tidak berpuasa karena makan malam dan sahur dijadikan sebagai sarana balas dendam. Kalaupun pola perpindahan pos anggaran sudah dilakukan seperti di atas, tapi pada kenyataannya, di bulan Ramadhan ternyata kita bisa menjadi lebih boros. Ada 3 hal yang dapat menyebabkan hal ini terjadi: n

23. IDENTIFIKASI PoS PENGELUARAN yANG WAJAR TURUN, WAJAR NAIK, DAN TIDAK WAJAR NAIK

4.

Untuk makanan, tidak mengapa lebih mahal sedikit untuk meningkatkan kualitas makanan. Tapi jangan biarkan ada porsi makanan yang berlebih karena motif balas dendam. Atur menu makanan bersama keluarga, termasuk kapan akan makan atau buka puasa di luar.

35. ANTISIPASI KENAIKAN hARGA 6.

KEhILANGAN SENSITIFITAS PENGELUARAN BESAR, KARENA BANyAKNyA PENGELUARAN TIDAK RUTIN Kalau di saat normal, kita mungkin akan pikir-pikir dulu ketika terpaksa harus makan di luar. Tapi ketika habis belanja untuk lebaran sampai jutaan rupiah, mengeluarkan uang ratusan ribu hanya untuk buka puasa dan makan menjadi tidak lagi terasa besar.

-

tidak perlu naik di bulan Ramadhan. Begini hitungannya, Jatah sarapan yang ringan, dipindahkan untuk makanan berbuka. Sedangkan jatah makan siang di kantor yang berat, dialokasikan untuk makan sahur. Seharusnya sih bisa lebih hemat karena makan di rumah jelas lebih hemat daripada makan di luar. Plus, ditambah lagi penghematan dari uang jajan & transpor anak serta orangtua yang berkurang karena libur puasa.

Biasanya harga barang tertentu naik karena permintaannya berlebihan di saat puasa dan hari raya seperti daging, kelapa, cabai dan sebagainya. Untuk mengantisipasinya, hindari menumenu makanan tertentu yang banyak menggunakan bahan tersebut. Toh sama sekali tidak ada kewajiban untuk membuat rendang, opor dan sebagainya di hari raya. Makanan istimewa bisa digantikan dengan makanan lainnya yang unik dengan rumah lain sehingga bisa saling berbagi. Atau gantikan bahan tertentu dengan bahan kalengan yang bisa distok sebelum masuk bulan puasa.

47. hINDARI BELANJA PADA SAAT PUASA 8.

Sedapat mungkin hindari belanja di bulan puasa karena belanja di siang hari maupun malam hari ternyata membuat kita menjadi impulsif. Dan faktor impulsif ini memegang peranan yang cukup besar dalam pemborosan keuangan di bulan ramadhan. Belanja kebutuhan hari raya bisa dilakukan sebelum masuk bulan puasa, atau lakukan sepagi mungkin atau di saat ibu sedang berhalangan puasa.

ThR DENGAN PRoDUKTIF 59. MANFAATKAN Walaupun namanya Tunjangan hari Raya, bukan berarti kita boleh menghabiskannya hanya untuk hari raya saja. Kalau ini adalah hanya satu-satunya bonus yang didapat dari kantor, kenapa tidak kita manfaatkan dengan lebih produktif. Misalnya, gunakan dua per tiga dari ThR untuk kebutuhan hari raya, dan sepertiganya bisa dipakai untuk mengurangi hutang atau investasi lain.

610. PERBANyAK IBADAh DAN SEDEKAh

Dengan memperbanyak ibadah, kita akan mengurangi godaan untuk belanja secara impulsif. Dan dengan perbanyak sedekah, kita akan mengurangi kesempatan untuk boros karena dana yang kita miliki sudah kita alokasikan untuk yang lebih membutuhkan. Ingat, tidak ada kata boros dalam bersedekah.


Memaksimalkan Apa Yang

Telah Diberikan Allah SWT

S

Sukatma Hassan, di usianya yang memasuki lima puluh tujuh tahun, lebih dari separuh usianya didedikasikannya untuk berkarya membesarkan PT SariWangi, perusahaan teh yang menguasai 75% pangsa pasar teh nasional. Saat ini Pak Sukatma menjabat sebagai General Manager di PT SariWangi AEA. Beliau memaparkan bahwa Perusahaan ini adalah produsen produk teh bermerek SariWangi, sebelum mereknya itu diambil alih oleh Unilever. ”Jadi, sebenarnya sudah sekitar lima tahun yang lalu merek SariWangi dibeli Unilever,” tutur beliau. Kala itu sebenarnya merek ini sudah menguasai 75% pangsa pasar teh celup nasional. Kelangkaan dana menjadi salah satu alasan mengapa pemilik perusahaan ini mau melepas mereknya kepada Unilever. Sekarang, pabrik PT SariWangi AEA kembali memperluas pasar teh dengan mengembangkan merek baru, SedapWangi. Soal dana memang menjadi kendala besar bagi pemain lokal untuk bisa bersaing dengan pemain global. Terlebih lagi bagi perusahaan yang belum go public . “Kalau perusahaan publik masih bisa memanfaatkan instrumen pasar modal untuk meraih dana murah,” katanya. Itu sebabnya agar pasarnya berkembang, satu-satunya harapan adalah diambil alih oleh perusahaan

* Sukatma Hassan (Nasabah BSM Priority)

yang lebih besar, termasuk perusahaan asing, Menurut beliau, masalah pendanaan untuk ekspansi usaha memang selalu menjadi kendala bagi pebisnis teh. Padahal, masih banyak merek lokal yang potensial untuk dikembangkan, selain SariWangi. Rentang masa pengalihan ke Unilever tersebut, dijalani oleh Pak Sukatma dengan kesabaran dan kesungguhan sehingga sampai saat ini berjalan lancar. Begitu mendarah dagingnya perusahaan ini ke diri beliau, hingga ajakan untuk bergabung perusahaan teh dari Inggris ditolaknya demi ingin mengembangkan perusahaan yang membuat beliau menjadi seperti sekarang ini. Pak Sukatma yang lahir di Bogor ini, menyelesaikan masa sekolah beliau sampai dengan SLA di Bogor. Lulus dari SLA, beliau berupaya untuk mencari pekerjaan di Jakarta. Hotel Indonesia menjadi tempat pertama kali Pak Sukatma bekerja. Kemudian di usianya yang ke 22, pak Sukatma mulai berkerja di Perusahaan Teh SariWangi. Alhamdulillah dengan kegigihan dan keuletan yang ditunjukkan beliau kepada perusahaan, maka di tahun delapan puluhan, Pak Sukatma diberi kepercayaan untuk meminpin posisi

setingkat dibawah owner. Wal hasil, dalam gejolak krisis ekonomi dan persaingan antar produk yang sama, perusahaan teh ini tetap menjadi pilihan konsumen. “Yang paling penting adalah, kita harus memaksimalkan apa yang telah diberikan Allah, dengan cara memberikan yang terbaik kepada siapa saja. Dengan demikian, kita tidak perlu selalu tampil sempurna karena hal yang mustahil untuk bisa sesempurna seperti apa yang diinginkan setiap orang” ujar beliau. Dalam kesehariannya, Pak Sukatma menggagas untuk membentuk komunitas mengaji di mesjid tak jauh dari tempat tinggal beliau. Mulai dari beberapa orang, Pak Sukatma tetap gigih untuk membiasakan warga sekitar tempat tinggalnya untuk mengaji. Karena dengan mengaji akan membawa kita kesejukan hati dan menjauhkan kita dari perbuatanperbuatan yang dilarang olehNya.

pendidikan. Sehingga beliau selalu menyekolahkan anakanaknya di sekolah-sekolah yang kurikulum akidah Islam nya cukup bagus, Faktor utama yang membuat beliau tertarik dengan BSM adalah karena misinya yang lebih peduli dengan rakyat kecil dan pengusaha. Sedangkan untuk fasilitas perbankan, beliau sangat terbantu dengan adanya layanan dari Personal Relationship Officer BSM Priority serta jaringan ATM BSM yang luas sehingga mudah menarik dana kapan dan dimana saja. Beliau merasa pelayanan yang diberikan BSM sudah manis, karena nilai ‘kekeluargaan’ yang diberikan oleh BSM. n

Dalam pendidikan keluarga, beliau selalu mengutamakan akidah dan ilmu pengetahuan yang sejalan sejajar dengan

Sharing edisi agustus 2009 27


M U LT I M E D I A

Kode QR

Sekilas seperti motif batik tanpa makna. Tapi dari sinilah masa depan media cetak bisa diprediksi.

Beyond Printing

D

Di Jepang, dua dari tiga pembaca surat kabar mengatakan mereka pernah dan sering menggunakan Kode QR (QR Code) sejak akhir 1990-an. Di Eropa, mulai awal 2000an, dan di AS akan segera mulai. Michael Josefowicz, praktisi media memprediksi ini di rubrik “Media Shift” milik jaringan media PBS, Amerika Serikat (http://pbs.org/ mediashift/2009/05/qr-codesconnect-print-to-the-web145. html).

28

Sharing edisi agustus 2009

Kode QR menurut Michael telah membuat dunia nyata dan dunia maya terjembatani. Melalui kode ini pembaca media cetak A bisa meluncur langsung ke situs internet media A. Di sana, ia beroleh pengayaan konten atas sekian konten yang dibacanya di versi cetak. Apa itu kode QR? “Ini adalah kode matrix atau kode dua dimensi yang diciptakan untuk membuat pembacaan data lebih cepat,” sebut Wikipedia. Bingung? Mudahnya tengok apa yang kini tengah dikembangkan Harian Kompas

sejak 15 Juni 2009. Anda akan mudah menemukan beberapa berita diselipkan sebuah motif mirip batik berwarna hitam putih dan berbentuk bujur sangkar. Di bawahnya ada kode angka. Redaksi Kompas mengatakan ini sebagai salah satu upayanya untuk meningkatkan interaksi dengan pembacanya. “Anda, yang sekarang dikenal dengan sebutan audiens. Audiens dalam hal ini mengandung arti interaktif, dialog langsung, antara wartawan atau editor sebagai penyaji berita dan pembacanya,” tulis wartawan

senior harian ini, Taufik Mihardja. Masih belum jelas juga? Silakan simak praktik berikut ini.

t FOTO, KLIK, TERUS onLine Arahkan browser ponsel internet Anda ke http:// dakode.mobi. Sistem akan mengenali ponsel Anda dan merekomendasikan reader (aplikasi pemindai) untuk kode QR yang sesuai. Biasanya ada tiga merek: i-nigma, Kaywa, dan Quickmark. Unduh salah satu dan teruskan proses instalasinya di ponsel Anda. Ini


E

KoD hanya untuk ponsel berkamera. Buka aplikasi yang baru diinstal dan arahkan kamera ke kode QR yang tertera di harian Kompas tadi lalu foto. Usahakan tidak blur dan seluruh bagian kode terfoto sempurna. Jika berhasil Anda akan ditawari untuk membuka halaman WAP Kompas. Klik dan Anda akan mendapat pengayaan baik berita lanjutan, foto, data, bahkan video berkait berita yang diselipi kode QR tersebut. Jika ponsel Anda tidak berkamera jangan kecewa dulu. Silakan buka http:// qrcd.kompas.com dengan web browser ponsel. Masukkan kode tujuh digit yang tertera di bawah kode batik tadi. Selanjutnya adalah sama, dapat menikmati pengayaan konten.

t PoTENSI IKLAN Dari sisi redaksi media cetak, ini bisa digunakan untuk mengukur minat pembaca atas sebuah berita. Wartawan pun bisa mengembangkan berita selanjutnya sesuai peminatan itu. Michael Josefowicz mengatakan, “Tanggung jawab publik, yang dikumpulkan melalui input kode QR dapat membantu reporter untuk lebih baik dan lebih cepat menyajikan berita apa saja yang pembaca inginkan.” Di sisi manajemen media cetak, ini bisa digunakan untuk mengukur keterbacaan iklan yang dipasang klien di medianya. Tawarkan ke klien untuk memasang kode QR di iklan-iklannya. Sarankan mereka membuat iklan yang memberi rasa haus informasi orang terhadap produknya. Siapkan konten pengayaannya. Lalu, hitung berapa banyak yang meniti “jembatan” kode QR untuk mendapatkan pengayaan itu. Josef menyebutnya, “Pengguna akan mendapat pengayaan informasi secara cepat dan real time.”

Josef menambahkan, berapa banyak pembaca berita yang meniti “jembatan” berita di atas juga bisa dijadikan data saat itu tentang jumlah pembaca media cetak tersebut.

t MASA DEPAN ADA DI Mobile Jika kita mengikuti wacana pengembangan media massa, mungkin tak asing dengan istilah-istilah: media shifting, traditional media, mobile media, dan online media. Banyak pakar di luar negeri menilai, konvergensi antara media cetak, online, dan perangkat bergerak adalah tren saat ini. John West, misalnya. Peneliti di Internews Europe menulis ini dalam penelitiannya pada 2008, bertajuk The Promise of Ubiquity, Mobile as Media Platform in the Global South, menyebut ponsel akan menjadi platform komunikasi pertama di dunia yang “ada dimana-mana lebih cepat dari bayangan siapapun.” Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi negara berkembang untuk menarik partisipasi rakyatnya sebanyak-banyaknya dengan menyediakan sarana interaksi dan servis informasi yang sesuai. Dengan begitu, peningkatan hidup rakyat akan lebih banyak tercapai. Tengoklah apa hasil survei Internews dalam hal ini. Lembaga internasional nirlaba yang fokus di pengembangan media untuk pemberdayaan masyarakat ini menemukan, pengguna ponsel di dunia pada 2008 sekitar 3-3,8 miliar orang. Pertumbuhan terbanyak terjadi di negara-negara berkembang hingga takaran 60 persen dari jumlah itu. Jadi, konvergensi ini justru amat potensial dilakukan di negara berkembang. Saatnya rakyat melek teknologi, yang sederhana tapi memberi banyak manfaat.

MENGAPA KoDE QR? Awalnya dari industri otomotif dan pengapalan di pelabuhan. Kode QR digunakan pengelola pelabuhan atas alasan efisiensi penggunaan kertas, waktu, dan tenaga. Petugas pelabuhan tinggal memindai kode QR yang tertera di dokumen barang. Informasi detail tentang barang langsung muncul di layar komputer, tinggal dimasukkan ke dalam basis data pelabuhan. Di industri otomotif, kode QR dilekatkan pada tiap surat jalan kendaraan yang dikirim dari pabrik untuk dipasarkan. Penggunaan kode ini menghemat biaya kertas, tenaga manusia untuk memasukkan data, dan tentunya waktu. Kode QR adalah jawaban atas beberapa kelemahan kode garis (Bar Codes). Ketika kode garis menjadi amat populer digunakan di berbagai industri, informasi yang ditampung dalam satu kode garis menjadi semakin banyak. Untuk memenuhi itu, pemrogram kode garis terus menambah garis. Membuatnya melebar ke kanan dan ke kiri. otomatis, tempat yang dibutuhkan untuk menaruh kode garis menjadi semakin luas, yang berarti inefisiensi. Dunia industri, biasanya di ranah manufaktur lantas mulai menggunakan kode dua dimensi (2D Code). Dengan setting visual bujur sangkar, alih-alih persegi panjang seperti Kode garis, informasi yang bisa ditambahkan menjadi semakin banyak. Di tiap sisi, informasi bisa dikodekan. Sementara pada kode garis hanya sisi panjang bisa melakukan itu (lihat gambar 1). Kode QR adalah salah satu jenis 2D Code tersebut. Jenis lainnya adalah PDF 417, Data Matrix, dan Maxi Code (lihat tabel).

GRATIS TAPI BAyAR Layaknya kode garis yang menjadi begitu populer sebelum kemunculan kode QR pada 1994 di Jepang, kode ini juga terbuka (open source). Siapa saja dapat mengembangkan kode dan menggunakannya. Denso-Wave, perusahaan asal Jepang pencipta dan pemegang paten kode QR ini menyatakan, “QR Code is open in the sense that the specification of QR Code is disclosed and that the patent right owned by Denso Wave is not exercised” (http://www.denso-wave.com/qrcode/ qrstandard-e.html). Namun karena sejak diciptakan, kode ini cepat populer dan banyak dipakai di luar Jepang, perlu ada standar spesifikasi. Denso-Wave telah memperjuangkan kode ini mendapatkan ISo. ISo terakhir yang didapat setelah beberapa kali pengembangan adalah ISo international standard (ISo/IEC18004) pada tahun 2000. Jadi, jika industri ingin membuat kode ini sendiri dan kodenya diakui internasional, silakan mendaftar dan membeli standar spesifikasinya ke International organization for Standardization di http://www.iso.org/iso/ prods-services/ISostore/store.html.

n IA Sharing edisi agustus 2009 29


M U LT I M E D I A

R

U FIT

t BEBERAPA FITUR KODE QR Lebih Banyak Data Bisa Dikodekan

Kode garis hanya mampu mengodekan data rata-rata 20 digit. Kode QR mampu melakukannya ratusan kali lebih banyak dari itu. Tipe datanya juga luas. mengklaim produk ini bisa untuk mengodekan numeric data berupa (angka) dan alphabetic (huruf). Itupun untuk berbagai aksara, yaitu Kanji, Kana, Hiragana, symbol, dan binary. �Lebih dari 7.089 karakter bisa dikodekan dalam satu simbol�, tulis Denso-Wave di http://www.denso-wave.com/qrcode/qrfeature-e.html. Lihat kode QR di bawah ini (sebelah kanan). Ia mampu menyimpan 300 karakter angka dan huruf (alphanumeric).

Lebih Sedikit Makan Tempat

1

Karena kode QR mampu menyimpan data di sisi vertikal dan horisontal, ukurannya menjadi tidak sebesar kode garis. Denso mengklaim, satu kode garis lebih besar kira-kira 10 kali kode QR untuk muatan data yang sama.

2

.

Putar 360 Derajat dan Pindai

Kode QR bisa dibaca oleh alat pemindai bahkan hingga perputaran arah 360 derajat. Ini dimungkinkan karena tiga patokan pola yang diletakkan di tiga sudutnya. Dari pengujian oleh Sharing, memang benar demikian, namun tetap harus fokus alias tidak blur. Ini juga ternyata untuk mengatasi gangguan pemindaian akibat bayangan tangan atau ponsel di atas kode. 3

Bisa Dipecah-Pecah

Satu kode QR dengan muatan 300 karakter alphanumerik misalnya, bisa dipecah menjadi tiga kode QR denngan jumlah muatan data terserah. Pun sebaliknya, dari muatan data terpecah-pecah tersebut jika dipindai berbarengan bisa menghasilkan informasi induknya. Pada praktiknya satu kode QR bisa dipecah dalam 16 kode QR yang lebih kecil. Pemecahan ini biasanya digunakan untuk medium cetak kode yang sempit atau tidak datar, misalnya di kemasan minuman kaleng.

30

Sharing edisi agustus 2009


Sharing edisi agustus 2009 31


S O S O K

Berbisnis

Niatkan karena Allah “Dengan memadukan konsep spiritualisme dan profesionalisme, bukan hanya kultur perusahaan yang terbangun tapi juga kinerja yang terus meningkat.”

M

Memasuki usia senja, bukan berarti waktu beristirahat dari berkarya dan belajar. Bagi Siti Aminah Abdullah, komisaris utama PT Tiga Serangkai (TS), setiap aktivitas akan bernilai jika diniatkan untuk ibadah. “Bekerja pun merupakan ibadah,” ujarnya. Karenanya, meski pengelolaan perusahaan sudah diserahkan kepada tenaga-tenaga profesional dan anak-anaknya, setiap hari Aminah aktif ke kantor. Baginya, kantor merupakan tempat bermain. Di sela-sela waktu kerja, disempatkan untuk belajar buku-buku agama. Baginya, TS adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidupnya. Perusahaan penerbitan yang didirikan bersama sang suami, Abdullah Marzuki (Alm) tahun 1958, kini telah berkembang menjadi kerajaan bisnis dengan pengelolaan modern. Pengelolaan manajemen yang memadukan spiritualisme dan profesional membuat TS, menjadi salah satu perusahaan

32

Sharing edisi agustus 2009

yang diperhitungkan di Indonesia.

mengingkari rahmat Allah,” tuturnya.

t MELURUSKAN NIAT

Sejak awal merintis usaha bersama suaminya, ia konsisten mengembangkan bisnis berkonsep Islami. Kini, setelah makin berkembang dengan berbagai unit bisnis,

“Dan katakanlah,’Bekerjalah kamu, maka Allah dan RosulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu.” (QS At Taubah:105). Inilah salah satu ayat Alquran yang menjadi filosofi dan pijakannya dalam mengelola usahanya. “Dengan memadukan konsep spiritualisme dan profesionalisme, bukan hanya kultur perusahaan yang terbangun tapi juga kinerja yang terus meningkat,” tambah ibu tiga putra ini. Dalam menjalankan bisnis, wanita kelahiran Pacitan, 14 November 1939 ini berangkat dari satu niat, yakni untuk beribadah kepada Allah. Baginya, bisnis bukanlah tujuan akhir tapi penunjang ibadah untuk semakin memantapkan akidah. Ilmu ini diturunkan juga pada para karyawannya. Di selasela jam kerja, selama satu jam para karyawan diberikan siraman rohani untuk mengasah kecerdasan spiritual mereka. Tempat ibadah ditempatkan di bagian depan, bersebelahan dengan gedung utama. “Jalankan seluruh apa yang telah direncanakan, kerjakan dengan penuh kesungguhan dan kerja keras. Yang penting, jangan pernah putus asa karena putus asa itu adalah

TS menjadi perusahaan bermanajemen modern profesional Islami dengan visi berorientasi dunia dan akhirat.

“Misi kami adalah membahagiakan pelanggan melalui produk-produk yang inovatif, berkualitas dan pelayanan pelanggan yang konsisten,” ujarnya.


Siti Aminah Abdullah

t BERANGKAT DARI PRoFESI GURU

kemudian yang memicu mereka untuk mengeksplorasi segenap daya dan kemampuan kreatifnya.

Siti Aminah tak pernah membayangkan usahanya bakal sesukses sekarang. Ia dan suaminya awalnya menekuni karir sebagai guru Sekolah Dasar di daerah Wuryantoro kota Wonogiri sekitar 50 km selatan kota Solo. Sebagai guru di masa itu, kesulitan mendapatkan buku-buku materi sebagai bahan ajar di sekolah menjadi hal yang biasa dijumpai.

Dengan kerja keras dan dedikasi yang tinggi, mereka berdua membuat naskah, kemudian naskah tersebut dibawa ke Solo untuk dicetak dengan mesin stensil di Percetakan Tiga. Naskah tulisan tangan itu pun akhirnya berubah wujud menjadi sebuah buku dan diberi judul Himpunan Pengetahuan Oemoem (HPO). Buku ini kemudian dijual dengan cara menitipkanya pada guru koleganya. Ternyata, laku keras.

Hal itu menerbitkan rasa

Terbetiklah keinginan untuk membuat penerbitan. Namapun disiapkan, Penerbit Tiga. Namun pemilik Percetakan Tiga keberatan karena takut percetakannya terseret beban pajak yang tinggi. Akhirnya Abdulah Marzuki (alm) menambahkan kata “Serangkai” dibelakang kata “Tiga”. Maka jadilah Tiga Serangkai. Tiga Serangkai, terambil dari Percetakan Tiga sebagai bentuk penghargaan atas jasa baiknya yang telah mencetak buku-buku mereka.

t BERTAhAN DI SAAT KRISIS Kesuksesan yang diperoleh saat ini bukan tanpa halangan. Pada tahun 1987, usaha mereka sempat oleng karena banyaknya muncul pesaing baru. Namun berkat strategi yang andal, mereka tetap eksis. Kala Indonesia diguncang krisis moneter tahun 1997 pun, usaha keluarga ini tidak terpengaruh, bahkan mampu mengakuisisi dua perusahaan percetakan nasional. keprihatinan yang mendalam pada pasangan ini. Sebab, bagaimana mungkin seseorang bersekolah tanpa buku pelajaran. Inilah yang

“Dalam keadaan sulit, kita harus mempunyai keyakinan yang kuat. Sikap optimis harus terus ada dan tetap fokus pada bisnis yang telah dijalankan.

Jangan lupa untuk mempunyai keberanian melakukan terobosan-terobosan baru,” kata Aminah membuka rahasia agar bisnis tetap eksis di masa sulit. Ketika usahanya makin berkembang, Siti Aminah harus menerima ujian berat. Sang suami tercinta menghadap Allah SWT pada 15 Desember 1990. Aminah segara bangkit untuk meneruskan jalannya perusahaan bersama anakanaknya. Pada tahun 2003, perusahaan PT Tiga Serangkai mengalami perubahan portofolio. Sebagai perusahaan induk (holding) dari Tiga Serangkai Group berdirilah PT Tiga Serangkai Inti Corpora (TSIC). Sebagai perusahaan yang memfokuskan kegiatannya pada produksi buku, lahirlah PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri (TSPM), dan sebagai perusahaan yang memfokuskan kegiatannya pada distribusi, pemasaran dan penjualan lahirlah PT Tiga Serangkai International (TSI). Kini TS yang berkantor pusat di Jalan Dr Soepomo No 23 Solo Jawa Tengah ini didukung oleh 42 kantor cabang dan 300 kantor penjualan yang tersebar di seluruh Indonesia. Didukung lebih dari 100 penulis berpengalaman dan 70 editor berbagai disiplin ilmu dengan pengalaman internasional, ia memastikan output perusahaan yang berkualitas prima. Sistem produksi dan pengendalian mutu diawasi secara ketat melalui standarisasi grafis ISO 9001:2000. “Misi kami adalah membahagiakan pelanggan melalui produk-produk yang inovatif, berkualitas dan pelayanan pelanggan yang konsisten,” ujarnya.

n SM Sharing edisi agustus 2009 33


B I S N I S

Pelanggan ditawarkan berbagai kemudahan. Repot mencicil bulanan, cicilan harian dan mingguanpun boleh-boleh saja.

U

Untuk mendorong efektifitas pemasaran produk multifinance syariah, berbagai pelaku bisnis di bidang itu harus siap dan berkomitmen terus

(FIF). Pada 2008, perusahaan ini mencatat penyaluran kredit atau pembiayaan sebesar Rp 11 triliun. Dari jumlah itu, sekitar 10 persen merupakan pembiayaan syariah. Padahal, pada 2005, pembiayaan syariah hanya mengambil porsi dua sampai tiga persen dari total kredit sepeda motor baru perusahaan. Menurut Kepala Divisi Pengembangan Bisnis Syariah FIF Efrinal Sinaga, dalam bisnis pembiayaan sepeda motor, selain harga, layanan

“Memanjakan”

Pelanggan, Bisnis Pun Terus Melenggang

34

Sharing edisi agustus 2009

mengembangkan layanan berkualitas. Hal itu agar pemasaran berbagai produk dan jasa keuangan syariah bisa semakin mampu bersaing dengan produk serupa dari pelaku bisnis konvensional. Sehingga lebih banyak masyarakat yang mau mengakses layanan keuangan syariah. Dengan demikian, perkembangan bisnis multifinance syariah bisa berjalan lebih pesat.

berkualitas juga berperan penting dalam mendorong penjualan. Hal itu karena secara umum banyak konsumen memang menyukai pembiayaan yang cenderung memudahkan dan memuaskan. ‘’Penting dalam bisnis kredit seperti kami, layanan memiliki peran penting, apalagi persaingannya cukup ketat,’’ katanya kepada Sharing. Ia mengistilahkan dengan “memanjakan pelanggan”.

Salah satu pionir pengembangan bisnis perusahaan pembiayaan atau multifinance syariah adalah PT Federal International Finance

Karenanya, komitmen menjaga kualitas layanan diterapkan secara ketat oleh FIF Syariah untuk mendukung penerapan strategi pemasaran berjalan

secara optimal. Salah satunya dilakukan dengan menyediakan berbagai kemudahan pembayaran angsuran. Saat ini, konsumen tidak hanya bisa membayar angsuran melalui 500 outlet perusahaan itu yang tersebar di 33 provinsi, tapi juga berbagai jalur lain seperti melalui dealer. Selain itu, konsumen juga bisa melakukan pembayaran dengan menggunakan fasilitas layanan dan mobile banking (perbankan seluler). Hal itu sehingga konsumen tidak perlu lagi datang ke berbagai outlet tersedia. ‘’Iya, kami punya mobile banking untuk semakin mempermudah konsumen


‘’Jaringan kami di berbagai daerah tidak ada blank spot.Jadi, bisa saja ada yang lebih rendah satu persen, tapi karena jaringannya tidak sebanyak kami, konsumen terpaksa naik angkot dari desa ke kota. Ini kan biaya juga.’’

Ilustrasi model: Vera & Ratna

dalam membayar angsuran,’’ katanya. Bentuk lain memanjakan konsumen adalah dengan menawarkan angsuran mingguan dan harian di daerah tertentu. Selain itu, FIF Syariah juga menerapkan program pembayaran balon (ballon payment) yaitu program angsuran dengan besaran cukup kecil dari awal dan besar di ujung. Selanjutnya, angsuran menjadi kecil lagi. Sejumlah program itu menyasar konsumen dengan pendapatan agak terbatas.

t MEMBERDAyAKAN INTELIJEN BISNIS Untuk mendukung penerapan strategi pemasaran berkualitas, FIF Syariah memiliki unit intelijen bisnis untuk mendukung analisa pemasaran bisnisnya. Hal itu penting dimiliki agar FIF Syariah mampu bertahan dan terus berkembang di tengah persaingan yang ketat. Bahkan, sejak pelatihan, FIF Syariah juga mendidik tenaga

pemasarannya memiliki naluri intelijen untuk mau memantau perkembangan kompetitor. Untuk menghadapi ketatnya persaingan, FIF berusaha menjaga margin pembiayaan syariahnya tetap kompetitif dibandingkan banyak kompetitor. Namun, Direktur Pemasaran FIF, Margono Tanuwijaya, mengakui tetap saja ada beberapa kompetitor yang menetapkan margin lebih rendah sekitar satu persen. Sedangkan, saat ini rata-rata margin pembiayaan motor syariah FIF 32 persen per tahun. Namun lagi-lagi faktor harga bukan segalanya. Menurutnya, selain harga, sebagian besar konsumen juga mempertimbangkan kualitas dan jangkauan layanan. Itu sebabnya, FIF menggenjot keterjangkauan outlet dengan layanan prima yang terstandar. Saat ini, FIF memiliki 500 outlet yang bisa melayani permintaan pembiayaan motor syariah di 33 provinsi. ‘’Jaringan kami di berbagai daerah tidak ada blank spot.

Jadi, bisa saja ada yang lebih rendah satu persen, tapi karena jaringannya tidak sebanyak kami, konsumen terpaksa naik angkot dari desa ke kota. Ini kan biaya juga,’’ katanya.

t MEMBIDIK LoyALIS, TETAP TERBUKA BAGI NoN-MUSLIM FIF Syariah sebetulnya membidik segmen dan target konsumen loyalis syariah. Berkaitan hal itu, terdapat sejumlah daerah yang menjadi fokus pemasaran karena dinilai memiliki pasar loyalis cukup besar. Di antaranya adalah Aceh, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Barat bagian selatan seperti Tasikmalaya. ‘’Penetapan fokus daerah ini juga agar pemasaran kita berjalan efektif dan efisien,’’ kata Margono. Meski mengaku membidik pasar loyalis, Efrinal menyatakan layanan pembiayaan motor syariah FIF bisa diakses oleh masyarakat non-Muslim. Hal itu karena seperti ajaran Islam, ajaran Kristen juga sebetulnya

melarang penerapan bunga bank. Karena itu, konsep pembiayaan menggunakan akad murabahah (jual beli) menjadi solusi bagi mereka. “Larangan ini ada di dalam Lukas 6 ayat 34-35. Intinya kita tidak boleh mengenakan kewajiban kelebihan atas utang yang diberikan. Nah di sini prinsip syariah tepat diterapkan,’’ katanya. Karena itu, dalam memasarkan produk pembiayaan motor baru, FIF Syariah bisa saja melakukannya di tempat ibadah Kristiani. Dengan demikian, sistem ekonomi syariah bisa menjadi rahmat bagi alam semesta. ‘’Kami saat ini sudah punya beberapa konsumen pembiayaan yang Kristiani. Mereka ada di Papua. Meski belum besar, ini cukup berarti bagi pengembangan ekonomi syariah,’’ ujarnya.

n Sharing edisi agustus 2009 35


F O K U S

Bisnis Buku Keislaman Makin

“GURIH” Bisnis penerbitan buku-buku Islam di Tanah Air ternyata tak goyah diterjang dampak krisis global. Terbukti dengan semakin banyaknya penerbit yang ”bermain” di buku jenis ini. Bahkan, konon di masa krisis seperti sekarang, penikmat buku-buku Islam semakin bertambah, sehingga sangat menguntungkan penerbit. Kok bisa?

T

”Tak ada istilah krisis dalam bisnis penerbitan buku-buku Islam.” Demikian kata E. Afrizal Sinaro, Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) DKI Jakarta pada Sharing baru-baru ini di Jakarta. Afrizal tak asal ucap. Karena fakta membuktikan, pasokan buku-buku Islam yang beredar di pasaran saat ini terus mengalir deras. Itu berbanding lurus dengan jumlah penerbit buku-buku Islam sekarang ini yang juga semakin bertambah banyak. Indikasinya, bisa dilihat dari ajang Islamic Book Fair (IBF) 2009 di Jakarta bulan lalu, dimana jumlah peserta pameran tersebut sampai mencapai 208 stan, atau naik 40 persen dibanding IBF 2008 yang hanya 167 stan. Lalu dari sisi penjualan, buku-buku Islam di ajang IBF 2009 itu juga sangat laris bak kacang goreng. Seperti diungkap M Anis Baswedan, Ketua Panitia IBF 2009, bahwa penjualan bukubuku Islam pada ajang pameran ini secara total dari seluruh penerbit juga naik sekitar

36

Sharing edisi agustus 2009

40 persen dari penjualan di IBF tahun sebelumnya 2008. ”Kalau angka pasti besaran nilai nominalnya, saya tak bisa berikan. Karena masing-masing penerbit, tidak melaporkan angka penjualannya pada panitia,” jelas Anis. Namun apa yang menyebabkan bukubuku Islam sekarang ini bisa booming? Menurut Afrizal, hal ini dikarenakan faktor semakin besarnya kesadaran ummat Islam untuk memperdalam agamanya. ”Bahkan di masa krisis (ekonomi) pun, buku Islam sama sekali tidak ada penurunan. Dengan semakin bertambah tingginya kecerdasan ummat, lalu bertambah majunya pendidikan, serta bertambah mantap kesadaran orang untuk beragama, maka kecintaan orang dan kebutuhan mereka terhadap buku-buku keislaman ini akan semakin meningkat,” lanjut Afrizal lagi.

Muharizal Umar

Pendapat Afrizal diamini oleh Muharizal Umar, Direktur penerbit buku Islam AlGhuraba, yang juga Ketua Panitia Pesta Buku Jakarta

”Saya merasakan, orang mulai bangga dengan keislamannya. Ambil contoh film-film bernuansa Islami, ”Ayat-Ayat Cinta” dan ”Ketika Cinta Bertasbih” sangat heboh penontonnya. Kalau anda perhatikan, ternyata bukan hanya masyarakat pengajian yang menonton film itu. Namun banyak pula dari kalangan kaum muslim perkotaan modern. Kebanggaan orang dengan Islam itu berimbas pada maraknya peredaran buku-buku Islam saat ini.

2009 awal Juli lalu. Muharizal bahkan tidak menampik adanya indikasi buku-buku keislaman saat ini justru malah meningkat penjualannya di masa krisis, karena di saat krisis ekonomi sekarang, orang-orang justru menjadikan buku Islam sebagai semacam solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. ”Karena tekanan ekonomi, juga tekanan sosial, sehingga menyebabkan orang membutuhkan ketenangan, serta membutuhkan referensi untuk melakukan perenungan dan juga beribadah. Nah, bukubuku religi bisa menjadi salah satu pilihannya untuk mencari solusi ,” jelas Muharizal lagi. Praktisi pemasaran buku-buku religi, Jaharuddin, menyorot secara lebih dalam fenomena di atas. Menurutnya, kalau sekarang buku religi boooming, maka hal itu disebabkan adanya pergeseran paradigma di kalangan kaum Muslim terdidik di Tanah Air terhadap agamanya. ”Saya merasakan, orang mulai bangga dengan keislamannya.

Ambil contoh film-film bernuansa Islami, ”Ayat-Ayat Cinta” dan ”Ketika Cinta Bertasbih” sangat heboh penontonnya. Kalau anda perhatikan, ternyata bukan hanya masyarakat pengajian yang menonton film itu. Namun banyak pula dari kalangan kaum muslim perkotaan modern. Kebanggaan orang dengan Islam itu berimbas pada maraknya peredaran buku-buku Islam saat ini. Jadi, kalau dahulu buku-buku Islam hanya dikonsumsi di kalangan terbatas, namun sekarang justru banyak kaum muda terdidik dengan tingkat ekonomi yang lebih baik, gemar membaca buku-buku Islam,” papar Jaharuddin bersemangat.

t BISNIS yANG CUKUP MENGUNTUNGKAN Realitanya memang bukubuku Islam saat ini laris manis bak kacang goreng. Indikasinya bisa kita lihat pada setiap penyelenggaraan IBF di Jakarta beberapa tahun terakhir, dimana pengunjungnya selalu membludak (full house). Bahkan di akhir pekan pameran, pengunjung sampai berhimpitan-himpitan di lorong-lorong stan pameran, sehingga untuk berjalan saja menjadi sulit. Dan konon itu tidak hanya terjadi di Jakarta. Pada penyelenggaraan IBF di berbagai daerah, seperti di Bandung, Surabaya, Solo, dan kota-kota besar lainnya, ajang pameran khusus bukubuku Islami ini selalu sukses


F O K U S

dalam menarik minat para pengunjung. Karena itu, tak heran banyak yang bilang industri buku Islam saat ini sedang bagus-bagusnya. Afrizal bahkan berani mengungkapkan, saat ini buku-buku Islam sudah mampu mendominasi sejumlah toko buku besar di berbagai kota besar di Tanah Air. Memang kalau dilihat dari pencapaian penjualan bukubuku Islami beberapa tahun belakangan, bisa membuat orang merasa takjub. Ambil contoh, buku La Tahzan karya ulama Aidh Al Qarni yang diterbitkan oleh Qisthi Pers. La Tahzan sampai sekarang masih saja terus dicari orang, kendati telah mencapai penjualan di atas 200 ribu ekslempar sejak di-launching launching beberapa tahun

Afrizal

yang lalu. Hal yang sama terjadi pada buku Zikir dan Doa dengan Asmaul Husna, karya Ustadz Mawardi Labai (alm). Buku terbitan Al Mawardi Prima ini sampai sekarang juga masih terus repeat order, padahal buku ini sudah tergolong buku lama. ”Sudah lebih dari 200 ribu ekslempar terjual,” jelas Afrizal lagi. Itu kalau kita bicara dari sisi buku Islami non-fiksi. Dalam ranah fiksi, cerita lebih spektakuler lagi. Novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy (Kang Abik) dari penerbit Republika, yang konon penjualannya kini sudah mencapai setengah juta kopi. Novel keduanya, Ketika Cinta

Bertasbih mencapai penjualan di atas 350 ribu ekslempar. Buku-buku di atas memang fenomenal dan tergolong best seller karena terjual di atas 200 ribu ekslempar. Namun bicara soal ”gurihnya” bisnis buku Islami, ternyata tak harus sampai terjual ratusan ribu esklempar, karena yang ”hanya” terjual puluhan ribu ekslempar pun ternyata sudah bisa memberikan keuntungan yang lumayan. Buku-buku dari penerbit Jabal Raudhatul Jannah, Agar Selalu Disayang Allah yang terjual sekitar 90 ribu ekslempar, lalu buku ”Tanda-Tanda Orang Akan Mati” yang terjual 60 ribu ekslempar, ternyata juga bisa memberikan keuntungan yang signifikan bagi penerbitnya.. ”Keuntungan dari kedua buku ini bisa mencapai 50 persen bersih. Umumnya, keuntungan saya di bisnis buku ini memang 40 – 50 persen,” kata Hendra Setiawan, Direktur Utama Penerbit Jabal Raudhatul Jannah pada Sharing. Omzet penerbit Jabal sendiri menurut Hendra per tahunnya kini bisa mencapai Rp 1,2 miliar. Itu angka di tahun 2008 lalu, dimana Rp 1 miliar berasal dari penjualan di toko bukutoko buku dan berbagai event pameran, sementara Rp. 200 jutanya, khusus dari ajang IBF 2008. Dari angka tersebut, berarti penerbit Jabal punya keuntungan bersih sekitar Rp 500 sampai Rp 600 juta rupiah per tahunnya. Padahal Jabal sendiri tergolong penerbit yang masih seumur jagung usianya, karena baru berdiri di tahun 2004 lalu. Cukup menggiurkan, bukan? Penerbit Al Mawardi Prima, yang sudah lebih lama eksis berdiri, yaitu di tahun 1995 omzetnya masih lebih bagus daripada Jabal. Saat ini omzet penjualan mereka per tahunnya sudah mencapai angka Rp 1,5 miliar sampai Rp 2 miliar. Namun, Afrizal mengaku,

keuntungan bersihnya dari penerbitan yang dikelolanya itu hanya 15 persen saja. ”Karena kami memang tidak terlalu besar mengambil keuntungan. Yang terpenting buku kami bisa terserap lebih banyak ke masyarakat. Kalau pun kami tidak banyak mendapat keuntungan dari hasil penjualan buku, minimal kami mendapat pahala dakwahnya,” jelas Afrizal. Karena itulah, meski penampilan fisik buku-buku Al Mawardi Prima lumayan bagus, namun harganya masih cukup terjangkau.

t JANGAN CUMA ASAL MENERBITKAN Dengan raupan keuntungan lumayan seperti di atas, makanya saat ini banyak orang tertarik berbondongbondong masuk ke bisnis penerbitan buku-buku Islam.

Muharizal dari Al Ghuraba juga mengaku tidak terlalu banyak mengambil keuntungan dari bisnis penerbitannya. ”Keuntungan bersih kita maksimal sampai 20 persen saja,” kata Muharizal. Ia mengaku omzet Al Ghuraba dari penerbitan buku-buku Islam ini masih berkisar di angka Rp 50 juta

per bulannya, atau sekitar Rp 600 juta setahunnya. Sementara itu, Anis dari penerbit Akbar juga setali tiga uang, ”Keuntungan bersih kami memang tak terlalu besar, hanya sekitar 15% saja. Namun tak masalah, karena niat kami memang tak semata bisnis, namun juga untuk dakwah,” lanjutnya lagi. Sharing edisi agustus 2009 37


F O K U S Indikasinya bisa dilihat dengan semakin banyaknya jumlah penerbitan buku Islam pada setiap tahunnya. ’’Dari sekitar 280 anggota Ikapi DKI Jakarta, sekitar 35 persennya adalah penerbit buku Islam,’’ kata Afrizal, yang mengaku mengamati betul pertumbuhan penerbit bukubuku Islam yang semakin lama semakin besar prosentasenya. Apalagi tambah Afrizal, penerbit-penerbit yang tadinya hanya “bermain” di buku-buku pelajaran sekolah, kini juga sudah mulai melirik buku-buku Islam sebagai ladang baru, setelah buku-buku pelajaran mulai berkurang akibat program e-book pemerintah.

hendra Setiawan

Namun sayangnya, di tengah maraknya bermunculan penerbit buku-buku Islam baru, ternyata ada beberapa diantaranya, yang terkesan asal jadi saat menerbitkan buku. Misalnya, bila itu buku terjemahan, maka terjemahannya banyak yang ngawur bahasanya, sehingga sangat merugikan masyarakat pembacanya, karena tidak mendapatkan informasi yang semestinya. Kondisi di atas diakui oleh pengamat perbukuan nasional, Robinson Rusdi, yang juga pengurus senior di IKAPI Pusat. ”Dengan booming buku Islam saat ini, terkadang memang ada teman-teman penerbit yang hanya asal menerjemahkan. Yang penting judulnya bagus, namun kualitas isinya tidak bagus dan juga tidak menarik. Nah, itu yang ke depan harus

38

Sharing edisi agustus 2009

dihindarkan. Karena penerbitan ini tanggungjawabnya kepada masyarakat,” tegas Robinson, yang juga Chairman Adikarya Foundation. Menurut Robinson, problem tersebut harus segera dicari solusinya.. ”Ini tantangan yang harus sama-sama kita benahi mulai dari sekarang. Bagaimana kuantitas bukubuku Islam yang sudah bagus ini, juga harus diimbangi dengan kualitasnya. Kita benahi dengan memanggil editor-editor yang bagus untuk mengedit agar bahasabahasanya menjadi lebih bagus. Karena tidak bisa sembarangan orang menjadi editor,” tuturnya lagi. Robinson lalu menambahkan, pihak IKAPI sendiri selama ini bukannya tinggal diam dalam membantu pengembangan buku-buku Islam di tanah air.

”Kami selalu rutin mengadakan program pelatihan dan pendidikan bagi para anggota. Misalnya, bagaimana untuk menjadi editor, lalu pelatihan pemasaran, pengelolaan penerbitan. Itu kita latih tiap tiga bulan,” ujarnya. Jaharuddin yang cukup lama punya asam garam dalam penerbitan buku-buku Islam juga turut prihatin dengan kondisi di atas. Namun dia lalu memberi saran, kepada para pihak-pihak yang hendak masuk ke bisnis buku Islam ini, agar mereka bisa mempersiapkan diri dengan lebih baik, sehingga tidak terjadi lagi kasus penerbit buku ”kacangan” di atas. ”Bisnis buku Islam ini bagus dan prospeknya besar. Terlebih dengan populasi penduduk Indonesia yang 85 persen Muslim. Namun, bila ingin

terjun ke bisnis ini, jangan cuma asal masuk saja. Perlu persiapan. Yang pertama harus dilakukan adalah bekerjalah dahulu di penerbitan Islam yang sudah eksis, agar mendapatkan pengalaman yang cukup. Setelah itu, barulah menyiapkan naskah yamg baik, serta menyiapkan networking untuk funding dan distribusi. Kalau itu sudah dilakukan, barulah kita Bismillah untuk membuat penerbitan buku-buku Islam,” tutup Jaharuddin. n YS

Jaharuddin


F O K U S

Maraknya penerbitan buku-buku Islam di Tanah Air saat ini, diprediksi Nova Rasdiana-Ketua Kompartemen Buku Agama dan Perguruan Tinggi Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) tidak akan pernah berhenti. Dengan populasi ummat Islam sebanyak 85% dari 220 juta penduduk Indonesia, maka menurut Nova, bisnis buku Islam ini akan semakin bagus saja. Meskipun begitu tetap akan ada seleksi pasar terhadap para penerbit yang tidak berkomitmen di dalam menjalankan usahanya. Khusus kepada Sharing,

melebihi dari bukubuku umum secara keseluruhan? Sangat. Anda bisa lihat pada ajang Islamic Book Fair 2009 di Jakarta beberapa bulan lalu. Itu ternyata jauh lebih ramai daripada Pesta Buku Jakarta 2009 kemarin ini, yang nota bene menampilkan bukubuku umum yang beragam, meskipun terdapat buku-buku Islam juga. Kalau dahulu pengunjung Pesta Buku Jakarta selalu melebihi Islamic Book Fair, namun dalam beberapa tahun terakhir ini, pengunjung Islamic Book Fair justru sudah melampaui Pesta Buku Jakarta. Lalu kalau anda perhatikan, di

ini berapa banyak? Kita di IKAPI punya sekitar 900 anggota penerbit dari seluruh Indonesia. Nah, dari angka tersebut, setahu saya sudah lebih dari 20 persen atau bahkan 30 persen, yang �bermain� di penerbitan bukubuku Islam.

t Di lapangan, ternyata

seringkali ditemukan buku-buku Islam yang tidak memenuhi standar. Dalam arti, terjemahannya ngawur, kualitas cetakannya buruk. Adakah standar penerbitan buku Islam dari IKAPI?

kemudian kode etik apa yang harus dijalani. Namun di kita juga ada melakukan pembinaanpembinaan, misalnya berupa pelatihan-pelatihan terkait bidang-bidang penerbitan. Semua itu bermanfaat untuk meningkatkan profesionalitas anggota.

t Apakah booming buku Islam ini hanya akan menjadi tren sesaat saja? Saya kira buku-buku Islam ini nggak akan turun. Justru akan lebih mengkristal, atau lebih confirm di masa mendatang. Apalagi ini adalah industri kreativitas. Industri kreativitas akan sangat berkembang

Buku Religi akan Terus Dicari Konsumen Nova mengemukakan concern-nya terhadap bisnis buku Islam ini.

t Bagaimana tanggapan anda tentang booming-nya buku-buku Islam sekarang? Ya, sangat luar biasa perkembangan buku-buku Islam saat ini. Kita bisa melihat indikasi betapa berkembangnya ke-Islaman masyarakat Indonesia sekarang ini. Kini bukan hanya mereka yang punya background Islam yang kental, misalnya, dari pesantren atau sekolah Islam saja yang memerlukan buku Islam, namun juga dari kalangan yang dahulunya kurang begitu peduli terhadap agamanya. Kalangan ini sekarang sudah mau menoleh pada buku Islam dan juga mau belajar. Jadi tidak heran, kalau populasi buku-buku Islam saat ini begitu banyak dan menjadi booming.

t Benarkah fenomena penerbitan buku-buku Islam saat ini sudah

beberapa IKAPI daerah itu juga ada Islamic Book Fair. Dan respon pengunjungnya pun sangat bagus, tak kalah dengan pameran buku reguler.

t Sebenarnya berapa banyak suplai bukubuku Islam saat ini yang terserap di masyarakat per tahunnya Terus terang, secara statistik IKAPI belum punya data yang pas. Tapi secara gambaran saja, dalam satu bulan itu judul-judul baru buku yang terbit secara keseluruhan lebih dari 1.000 judul. Dengan asumsi itu yang tercatat, karena angka itu hanya dari hasil kegiatan para penerbit anggota IKAPI saja. Nah, di luar dari anggota IKAPI, setahu saya juga banyak yang menerbitkan buku. Nah, dari 1.000 judul buku baru yang terbit per bulan itu, boleh saya katakan 50 persennya adalah buku-buku Islam.

Dari sisi konteks, kita di IKAPI sebetulnya tidak terlalu mengatur. Jadi jenis atau tema apa saja yang mau penerbit terbitkan, itu memang tidak ada standarnya. Tetapi karena ini adalah bisnis, nah kalau mereka (penerbit) memberikan quality yang jelek, maka otomatis ’kan mereka tidak akan diminati. Jadi terhadap permasalahan ini lebih kepada semacam screening pasar. Tapi kalau koridor-koridor yang diatur oleh IKAPI sendiri adalah lebih kepada, misalnya, bila terjadi dispute diantara para penerbit,

Nova Rasdiana Ketua Kompartemen Buku Agama dan Perguruan Tinggi - IKAPI

dengan populasi masyarakat kita yang 220 juta dengan 85 persennya Muslim. Yang nanti akan pasang surut hanyalah di tren tema-tema bukunya saja. Misalnya, kalau kemarin yang sangat diminati buku-buku Islam bertema pencerahan semacam La Tahzan, nah, sekarang ini trennya masyarakat sudah mengarah kepada buku-buku Islam yang bertemakan fikih. Namun, kalau secara bisnis buku Islamnya sendiri, sih akan tetap bagus pasarnya. n YS

t Kalau dari sisi jumlah penerbit buku Islam saat Sharing edisi agustus 2009 39


F O K U S

Tema Keluarga, Wanita, dan Anak-Anak Laris Manis Tema buku-buku Islam yang digemari masyarakat selalu berubah setiap tahunnya. Butuh kepiawaian mengendus selera konsumen.

S

Saat Sharing datang ke Islamic Book Fair 2007 di Jakarta, buku-buku yang menjadi tren pada saat itu adalah bukubuku pencerahan. Waktu itu, memang sedang demam buku La Tahzan karya ulama Aidh Al Qorni yang diterbitkan oleh Qisthi Pers. Qisthi saat itu mereguk keuntungan yang tidak sedikit, karena La Tahzan masuk kategori buku terlaris di tahun tersebut dengan penjualan telah mendekati 200 ribu eklempar. Selain Qisthi, hampir semua penerbit yang menawarkan buku-buku Islam bertema pencerahan waktu itu juga menuai panen. Namun, ketika setahun kemudian Sharing menyambangi Islamic Book Fair 2008, ternyata giliran buku Islam bertema wanita yang menjadi primadona. Salah satu buku paling laris di ajang Islamic Book Fair 2008 tersebut adalah Khadijah, The True Love Story of Muhammad dari penerbit Pena Pundi Aksara. Konon sampai saat pameran berlangsung penjualannya telah mencapai 100 ribu ekslempar. Nah, ketika Sharing mendatangi Islamic Book Fair 2009 beberapa bulan lalu, serta juga Pesta Buku Jakarta 2009 baru-baru ini di awal Juli, ternyata buku-buku Islam yang digemari temanya sudah berubah lagi. Kini buku-buku Islam bertema keluarga, dan juga buku-buku anak yang sedang naik daun. Namun demikian, bukubuku Islam tentang wanita masih juga masih digemari hingga kini.

40

Sharing edisi agustus 2009

sangat diminati. “Kedua buku itu laku di atas 30 ribu ekslempar dalam waktu kurang dari setahun setelah diterbitkan,” papar Latief sumringah.

“Memang buku-buku Islam dengan tema keluarga sekarang ini sedang bagus. Apalagi berdasarkan data yang ada di IKAPI, ternyata 60 persen pembeli bukubuku agama Islam adalah para kaum ibu, atau kaum hawa. Jadi kalau kita mau mengangkat tema-tema keluarga, rumah tangga, wanita dan anak-anak, itu cukup menarik,” papar E Afrizal Sinaro, Ketua Umum IKAPI DKI Jakarta pada Sharing. Maka dari itu, Afrizal yang merupakan Direktur Utama penerbit Al Mawardi Prima, mengaku, penerbitan yang dipimpinnya kini juga banyak menerbitkan buku-buku bertema keluarga dan wanita. “Porsi buku-buku bertema keluarga dan wanita di kami bahkan mencapai 40 persen sendiri,” lanjut Afrizal. Selain itu, segmen buku Islam untuk anak-anak juga jadi prioritas. “Kami juga menerbitkan buku-buku Islam untuk anakanak sekarang. Misalnya, bagaimana kiat-kiat menjalankan ibadah yang baik bagi anak-anak,” papar Afrizal lagi. Tren di atas diakui juga oleh Kabag Penjualan penerbit Gema Insani Pers, Abdul Latief. Menurut Latief, saat ini yang menjadi “bintang” adalah buku-buku Islam untuk anak-anak dan juga keluarga. “Buku-buku Islam anak-anak sekarang yang paling bagus. Kalau dahulu ‘kan buku anak-anak sedikit, ternyata sekarang diminati,” kata Latief. Menurut Latief, buku-buku Islam anakanak menjadi booming, dikarenakan adanya kesadaran para orangtua untuk mendidik anak-anaknya menjadi cerdas, namun juga sholeh. ”Jadi sekarang orangtua yang semakin cerdas, menginginkan generasi berikutnya, lebih baik dari orangtuanya,” lanjut Latief. Makanya Gema Insani tak ragu gencar menyasar segmen anak ini. Buku mereka, 40 Kisah Pengantar Tidur dan 9 Cara Praktis Menghafal Al Quran ternyata

Latief menambahkan, buku Islam anakanak terbaru terbitan mereka, yaitu Ensiklopedia Anak tentang Air dan Bumi, juga laris manis. Baru beberapa bulan terbit kedua buku tersebut sudah langsung mengalami cetak ulang. Selain buku anak-anak, menurut Latief, buku bertema keluarga dan wanita juga bagus saat ini. Hendra Setiawan, Direktur Utama Penerbit Jabal Raudhatul Jannah, juga membenarkan pendapat Afrizal dan Latief. Menurutnya saat ini buku Islam anakanak dan buku-buku bertema wanita dan keluarga pasarnya sedang bagus-bagusnya. Ia menambahkan, pihaknya juga bakal terus menggenjot penerbitan bukubuku bertema keluarga dan wanita. Ini tentunya mengacu pada keberhasilan buku La Tahzan untuk Wanita terbitan Jabal beberapa waktu lalu. Buku tersebut meraup sukses dengan penjualan sebanyak 60 ribu ekslempar. “Ramadhan besok ini, Jabal juga rencananya akan menerbitkan cukup banyak buku anak-anak. Sekitar dua sampai empat judul,” katanya. n YS


F O K U S

Beragam cara dilakukan penerbit agar bukunya bisa diserap atau diterima dengan baik oleh konsumen pembaca. Seperti apakah inovasiinovasi strategi pemasaran buku-buku Islam saat ini?

D

Di era 1970-an dan 1980an, Anda mungkin masih ingat dengan pedagang buku keliling yang keluar masuk kampung ataupun perumahan dengan membawa buntelan kain yang disampirkan di pundaknya. Kitab Alquran, buku-buku hadis, yasinan, serta buku-buku keislaman lainnya ditawarkan si pedagang buku pada orang-orang yang dijumpai. ”Pada masa itu, toko

awal -- misalnya, menganut metoda pemasaran dengan mendekat pada konsumen. ”Kita dalam memasarkan selalu dengan prinsip, bahwa dimana konsumen itu butuh, di situlah kita akan berusaha mendekati,” jelas Abdul Latief, Kabag Penjualan Penerbit Gema Insani Pers. Untuk itu, penerbit yang sudah berdiri sejak Mei 1986 ini selalu berpartisipasi mengikuti berbagai pameran rutin IKAPI di berbagai daerah di Tanah

Abdul Latief

cabang-cabang baru di Pulau Sumatra,” kata Latief lagi. Strategi kedekatan dengan konsumen juga Gema Insani lakukan dengan melakukan kerja sama dengan berbagai sekolah, mulai dari TK, SD, SMP, SMA, bahkan perguruan tinggi (PT). Melalui program Wisata Buku, mereka mengajak para siswa untuk bisa mengetahui berbagai proses penerbitan buku. Gema Insani juga membina kedekatan dengan customernya dengan mendirikan Kelompok Pembaca Buku (KPB) sendiri. Dengan klub ini, para anggotanya bisa mendapatkan berbagai buku Gema Insani dengan diskon khusus. Penerbit Akbar juga berusaha melakukan strategi mendekat

Aneka Strategi Mendekat pada Konsumen buku juga masih belum banyak. Jadi strategi pemasaran buku Islam di era tersebut masih belum berkembang,” jelas pengamat pemasaran buku-buku religi, Jaharuddin, pada Sharing. Kini, media untuk memasarkan buku sangat beragam. Toko buku tersebar hingga ke kotakota kecil bahkan kecamatan. Secara berkala, pameranpameran buku banyak digelar. Penerbit pun memainkan strategi yang berbeda untuk merebut hati konsumen. Gema Insani Pers -- salah satu penerbit buku-buku Islam generasi

Air. Bukan cuma pameran buku regular saja mereka berpartisipasi, namun juga masuk ke berbagai event khusus, misalnya expo-expo syariah atau event-event bertema Islami lainnya. Mereka juga menggelar pameran sendiri secara berkala. Masih dengan semangat mendekat ke konsumen Gema Insani juga melebarkan sayap di beberapa kota. Mereka kini mempunyai perwakilan di enam kota, Jakarta, Depok, Bandung, Yogya, Malang, dan Medan. “Sebentar lagi kami juga akan membuka cabang-

M Anis Baswedan

ke konsumen di dalam strategi pemasarannya. Direktur Akbar Media Eka Sarana, M Anis Baswedan, mengaku, pihaknya sangat sering melakukan bedah buku hampir dalam setiap penerbitan buku-buku barunya dengan para pembaca potensialnya. Akbar, menurut

Anis, juga punya klub pembaca, dengan fasilitas diskon khusus dan juga info buku-buku terbaru bagi anggota. Bahkan, untuk lebih memudahkan para pembacanya untuk mengakses buku-buku terbitannya, Akbar juga menyediakan fasilitas AkbarOnline, atau pembelian buku lewat internet. “Kami berusaha memanjakan pembaca dengan selalu memberikan kemudahankemudahan bagi mereka,” jelas Anis yang mengaku menjadikan para pembaca setia Akbar sebagai aset dari bisnis mereka.

t STRATEGI JEMPUT BoLA Menanggapi berbagai strategi pemasaran para penerbit buku Islam saat ini, menurut Jaharuddin, sebagian pola mereka mendekati kosumennya memang sudah tepat. Namun demikian, menurutnya, di antara beberapa yang sudah dijalankan itu ada pula yang kurang efektif. Misalnya, soal bedah buku. “Bedah buku, kalau memang niatnya edukasi itu efektif. Namun kalau untuk pemasaran, sebenarnya kurang efektif. Karena orang Indonesia itu sesungguhnya lebih suka mendengar ceramah ketimbang baca buku,” katanya. Ia mencontohkan, suatu bedah buku keislaman yang menghadirkan pengunjung sampai 1000-an orang. ”Ternyata yang membeli bukunya, paling hanya 50-an saja.” Nah, menurut Jaharuddin, strategi pemasaran buku Islam yang paling efektif saat ini adalah dengan cara melakukan kegiatankegiatan penjualan langsung ke tempat-tempat konsumen pembaca berada. Misalnya, dengan melakukan bazaar buku di tempat-tempat yang strategis. ”Setidaknya kalau mereka pun tak langsung membeli, mereka sudah ingat akan buku yang bagus, sehingga di lain waktu saat mereka sempat ke toko buku, mereka akan membelinya,” ujar Jaharuddin. nYS Sharing edisi agustus 2009 41


A R T I K E L

U N T U K

D A L A M

Pasar Modal Syariah Menggeliat di Tengah

Krisis Meski ada yang gagal bayar, namun pasar obligasi syariah diprediksi bakal terus bersinar.

Bursa efek New York AS (NYSE) memasuki babak baru. Meski AS dan sebagian besar negara di dunia masih dihantam krisis keuangan global, pasar modal paling sibuk sedunia itu melakukan inovasi baru. Sejak 1 Juli lalu, NYSE tidak lagi hanya diwarnai transaksi perdagangan saham konvensional, tapi juga syariah. Hal ini bisa berarti angin segar bagi pengembangan industri pasar modal dan keuangan syariah global.

Islamic Market International Titans 100, pada penasihat investasi, Javelin Investment Management. Javelin memberi kode JVS pada indeks JETS Dow Jones Islamic Market International Index Fund itu di NYSE dan merupakan indeks exchange traded fund (ETF) syariah pertama yang terdaftar di AS. Indeks itu itu berguna memberikan data eksposur tentang 100 perusahaan berbisnis sesuai syariah terkemuka dunia di luar AS. Selain itu, ratusan perusahaan dalam indeks berasal dari 23 negara dengan 18 mata uang berbeda. Sementara, rasio biaya kotor indeks itu diperkirakan sekitar 0,68 persen.

Awal Juli lalu, operator penyedia indeks global terkemuka Dow Jones Indexes (DJI) menerbitkan lisensi atas indeks syariah, Dow Jones

ETF adalah reksa dana dengan unit penyertaannya tercatat dan diperdagangkan di bursa seperti saham. Karena itu, pengelolaan ETF di bursa juga dilakukan

B

42

Sharing edisi agustus 2009

oleh manajer investasi dan bank kustodian. Sementara, indeks Dow Jones Islamic Market International Titans 100 Index dikembangkan oleh DJI berdasarkan metodologi ketat dan terpublikasi. Indeks itu bersifat penyesuaian mengambang (oat-adjusted) dan berbobot kapitalisasi pasar. Bobot masing-masing komponen memiliki batas maksimal (capped) pada level 10 persen agar tidak terjadi kelebihan porsi atas satu jenis saham. Hingga 29 Mei 2009, sebagian besar saham terdaftar dalam indeks syariah berdenominasi dolar AS itu berbasis minyak dan gas diikuti saham bahan baku, kesehatan, teknologi, dan komunikasi. Porsi saham terbesar adalah Inggris sekitar 21,04 persen diikuti Kanada 10,71 persen, Jepang 9,83

persen, dan Prancis 9,82 persen. Indeks juga memiliki sedikit eksposur saham perusahaan Rusia, India, dan Brazil. Sementara, komposisi indeks dikaji pada Juni setiap tahun. Hingga 30 Juni lalu, indeks tercatat naik 10,34 persen sepanjang tahun ini. Selain itu, ETF dalam indeks juga terdiri bebagai perusahaan besar seperti British Petroleum (BP) dan Novartis (NVS). Selain itu, ETF dalam indeks juga memiliki median market cap (MMC) senilai 20 miliar dolar AS. MMC adalah nilai tengah kapitalisasi pasar saham dalam sebuah portofolio investasi. Menurut Presiden dan Pendiri Javelin, Brint Frith, indeks syariah JVS merupakan aplikasi dari penerapan sistem syariah dalam strategi investasi dengan tekanan pada aset dan layanan


I N T E R N A S I O N A L

konkrit. Hal itu mendorong terciptanya instrumen reksadana investasi yang bertanggung jawab secara sosial. Indeks tidak memasukkan saham perusahaan yang memiliki bisnis alkohol, rokok, babi, layanan keuangan konvensional, senjata, dan hiburan. ‘’Dengan menghindari (investasi pada) sejumlah are seperti judi dan alkohol, hasilnya sama dengan reksadana investasi yang bertanggung jawab secara sosial,’’ katanya. Frith menyebutkan, AS memiliki lebih dari tujuh juta warga pemeluk Muslim dan bisa menjadi target investor ETF potensial. Terlebih, berdasarkan pengkajian Javelin, banyak kebutuhan berinvestasi mereka yang belum terjawab instrumen investasi tersedia saat ini di negeri itu. Karena itu, Javelin akan menjawab kebutuhan mereka dengan menyediakan pasar investasi syariah. Indeks DJIM pertama kali diterbitkan pada 1999 dan merupakan indeks pertama yang sengaja didesain untuk mengukur investasi saham global berdasarkan prinsip syariah. Dengan 100 indeks lebih, DJIM merupakan serangkaian ukuran pasar modal paling komprehensif karena mencakup indeks regional, negara, dan industri. Saat ini, terdapat lebih dari 150 pemegang lisensi dengan nilai aset tujuh miliar dolar AS yang mengacu pada DJIM.

t REDUP-TERANG DI TENGAh KRISIS Sementara itu, krisis keuangan global menghantam sejumlah perusahaan penerbit sukuk asal Timur Tengah. Mei lalu, perusahaan investasi asal Kuwait, Investment Dar menyebutkan sukuknya senilai 100 juta dolar AS dan terdaftar di Bahrain mengalami gagal bayar. Selain itu, sukuk 650 juta dolar AS terbitan grup Saad saat ini tengah mengalami

restrukturisasi. Menurut partner dan Kepala Keuangan Syariah Firma Hukum Simmons and Simmons, Muneer Khan menyebutkan gagal bayar sukuk pertama berpotensi mengekspos kelemahan keuangan syariah. Agaknya, perlu penanganan yang serius dan tepat dalam hal ini. Namun berdasarkan survei Reuters sebagaimana dilansir harian Business Times, pertengahan bulan lalu, outlook pasar obligasi syariah atau sukuk di Asia Tenggara sedikit membaik dibandingkan tiga bulan lalu. Hal itu dipicu pendanaan dari stimulus pemerintah dan harapan perbaikan ekonomi global. Sepanjang tahun ini, penerbitan sukuk diprediksi setidaknya mencapai minimal 5 miliar dolar AS yang didominasi pasar Malaysia. Angka itu menunjukkan kenaikan dibandingkan survei serupa sebelumnya April lalu yang menyebutkan nilai sukuk tahun ini diprediksi hanya sekitar empat miliar dolar AS. Namun, berdasarkan survei itu, aktivitas bisnis sukuk di Asia Tenggara diramal masih berada pada level rendah. Hal itu karena tahun lalu, nilai penerbitan sukuk mencapai 6,6 miliar dolar AS. Sedangkan, pada 2004, nilai penerbitan sukuk tercatat sebesar lima miliar dolar AS. Menurut Chief Executive Officer (CEO) RAM Ratings, Liza Mohd Noor, penerbitan sukuk kemungkinan terutama didorong program belanja sektor publik. Hal itu karena upaya keras pemerintah mencegah kejatuhan investasi dan perekonomian Malaysia. 20 Juli lalu, bank sentral Malaysia menyebutkan bakal menerbitkan sukuk senilai 500 juta ringgit berjangka waktu tiga bulan dengan akad murabahah (jual beli) pada 28 Juli mendatang.

Di Arab Saudi, perusahaan listrik setempat, Saudi Electricity Company (SEC) berencana menerbitkan sukuk tahun ini senilai tujuh miliar riyal atau 1,87 miliar dolar AS. Sukuk itu merupakan obligasi syariah global terbesar tahun ini dan merupakan penerbitan sukuk publik pertama 2009 di negara itu. Berbeda dengan Bank Pembangunan Islam (Islamic Development Bank, IDB). 21 Juli lalu, IDB menyatakan kemungkinan bakal menunda penerbitkan sukuk 500 juta dolar AS hingga awal September mendatang. Bank itu tidak menyebutkan krisis keuangan dan global menjadi alasan penundaan. Penundaan hanya disebabkan liburan musim panas mendatang. Sepanjang kuartal kedua tahun ini, penerbitan sukuk global anjlok 35 persen menjadi 5,3 miliar dolar AS dibandingkan tahun lalu meski peluang naik tipis masih terbuka berdasarkan data survei Sukuk Monitor. Penurunan nilai penerbitan sukuk tahun ini sebetulnya diprediksi lebih parah, tapi dikompensasi dengan kenaikan nilai penerbitan pada kuartal kedua 164 persen dibandingkan kuartal pertama tahun ini. Kenaikan sepanjang kuartal kedua itu menunjukkan perbaikan permintaan instrumen obligasi syariah. Hal itu berarti investor kembali menaruh kepercayaan terhadap pasar sukuk meski krisis keuangan global terus berlanjut. Menurut CEO Standard Chartered Bank untuk perbankan syariah, Afaq Khan, pasar sukuk global diprediksi kembali membaik semester kedua tahun ini. Ia bahkan meramal nilai penerbitan sukuk tahun ini bisa mencapai 10 miliar dolar AS. Penerbitan akan didominasi oleh penerbit asal Malaysia dan Indonesia diikuti Bahrain dan Arab Saudi. Titik cerah di tengah badai krisis yang belum sepenuhnya berlalu. n Sharing edisi agustus 2009 43


M A N A J E M E N

R I S I K O

Demi Mengamankan

Likuiditas BPRS Bank Indonesia (BI) menerbitkan beleid jaring pengaman untuk BPRS yang kesulitan likuiditas. Terobosan positif .

B

Bagi sebagian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), jaring pengaman bernama Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS) ini perlu disambut baik karena menunjukkan perlakukan setara dengan bank umum syariah (BUS). Beleid FPJPS untuk BPRS adalah PBI No. 11/29/ PBI/2009 yanggal 7 Juli 2009. Sedangkan untuk BUS adalah PBI No 11/24/ PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009. ”Paling tidak ada angin segar, meminimalisasi kecemburuan BPRS terhadap BUS,” komentar Direktur Utama BPRS Kota Bekasi, Nur Buchori kepada Sharing. Soalnya, menurut Buchori, pihaknya belum mengalami kesulitan likuiditas. Hal lainnya, sebenarnya masalah BPRS bukan semata likuiditas tapi sumber daya insani (SDI).

t STRATEGI MENJAGA LIKUIDITAS Kalau SDI-nya bagus, kesulitan likuiditas kemungkinan tidak terjadi. Salah satunya adalah jika pengurus bank kreatif dalam menghimpun dana karena BPRS mengandalkan dana yang dikumpulkan secara ritel. Strategi lain, melakukan cross funding atau penempatan dana di BPRS lain. Misalnya, penanaman dana senilai Rp 30 juta di BPRS Wakalumi. ”Disimpan sebagai deposito satu

bulan. Setelah itu pindah lagi ke BPRS lain untuk tiga bulan. Itu biasa dilakukan, kami menyebutnya funding mix,” kata Buchori. Masalah kesulitan likuiditas, menurut Buchori, jarang terjadi di BPRS. Berbeda dengan bank umum syariah yang memiliki nasabah-nasabah besar. Apalagi di BPRS beraset besar seperti BPRS Harta Insan Karimah (HIK), salah satu BPRS terbesar di Jabodetabek, yang per Mei 2009 lalu mencatat angka Rp 28 miliar.

Sementara itu, sambutan baik juga datang dari Direktur Utama BPRS Bangka Belitung, Syahril T Alam menanggapi terbitnya PBI ini. Menurut Syahril, dengan terbitnya PBI ini, daya hidup BPRS menjadi lebih terjamin. Kepada Sharing, dia mengatakan,”Mengelola BPRS itu lebih sulit daripada BUS karena kalau kesulitan likuiditas tidak ada yang membantu. Sementara BUS kan sudah ada yang membantu, yaitu Bank Indonesia (BI).”

t MENUNGGU APLIKASI DI LAPANGAN Direktur BPRS Artha Karimah Irsyadi, Mahrus Junaidi memandang baik penerbitan ini. Hal ini dianggap positif karena setelah gonjang-ganjing kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) beberapa tahun lalu, bank sentral akhirnya mau juga mendanai bank secara umum, bahkan sampai ke BPRS. Bagaimana pelaksanaannya, inilah yang menjadi pusat perhatian direktur BPRS di kawasan Pondok Gede, Bakasi ini. Karena terkait likuiditas, yang berarti dana jangka pendek, maka mestinya pencairannya juga

cepat. Misalkan, BPRS butuh likuiditas hari ini, maka dana dari BI mestinya keluar hari itu juga. ”Kalau prosedurnya lebih lama, sudah bukan likuiditas lagi namanya, ini masalah birokrasi,” simpul Mahrus. Mengenai persyaratan pengajuan bantuan likuiditas seperti tingkat kesehatan BPRS paling kurang peringkat komposit 3 (PK-3) selama dua periode, Mahrus mempertanyakan otoritas penilaian kesehatan. Memang benar sejak Januari 2008 BI terus melakukan pemeriksaan tingkat kesehatan bank (TKS) sampai Januari 2009. ”Namun tidak pernah ada pernyataan TKS BPRS itu seberapa.” Sementara persyaratan lainnya dianggap wajar oleh Mahrus. Seperti BPRS yang mengajukan harus memiliki catatan arus kas harian negatif selama 14 (empat belas) hari kalender terakhir. ”Tiap minggu kami memang mengirimkan laporan likuiditas ke BI, berari penilaiannya dari dua kali laporan,” simpul Mahrus. Jika mencermati Pasal 2 ayat (1): ”BPRS yang mengalami Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek dapat mengajukan permohonan FPJPS dengan memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini”, Mahrus menilai sebenarnya BI tidak memaksa BPRS meminta fasilitas itu, selama BPRS masih bisa menyelesaikan masalah likuiditasnya. Misalnya dengan suntikan dana dari pemegang saham. Menariknya, senada dengan Buchori, menurut Mahrus, BPRS biasanya tidak mengalami kesulitan likuiditas. Likuiditas yang dijaga oleh para BPRS biasanya minimal 5 persen terhadap DPK. ”Biasanya di atas 10 persen, kami sendiri 16 persen. Jadi aman,” ujar Mahrus. n IA

”Paling tidak ada angin segar, meminimalisasi kecemburuan BPRS terhadap BUS.” 44

Sharing edisi agustus 2009


Ringkasan PBI No. 11/29/PBI/2009 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS) 11.

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek dapat mengajukan permohonan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS) dengan menggunakan akad mudharabah.

22.

Kriteria BPRS yang dapat mengajukan permohonan FPJPS adalah sebagai berikut:

a.

3. 3

4. 4

memiliki penilaian tingkat kesehatan paling kurang peringkat komposit 3 (PK-3) selama 2 (dua) periode terakhir;

b.

memiliki penilaian faktor manajemen paling kurang peringkat C selama 2 (dua) periode terakhir; dan

c.

memiliki arus kas harian negatif selama 14 (empat belas) hari kalender terakhir.

Plafon FPJPS diberikan paling banyak sebesar kebutuhan pendanaan jangka pendek BPRS untuk mencapai Rasio Kebutuhan Kas sebesar 10% (sepuluh persen). Rasio Kebutuhan Kas dihitung berdasarkan perbandingan antara alat likuid berupa kas, dan antarbank aktiva yang tidak diblokir yaitu giro, tabungan, dan deposito jatuh tempo dengan kewajiban likuid berupa kewajiban segera, simpanan dana nasabah tidak terkait yaitu tabungan dan deposito jatuh tempo serta antarbank pasiva tidak terkait yaitu tabungan dan deposito jatuh tempo. FPJPS wajib dijamin oleh BPRS dengan agunan yang berkualitas tinggi yang nilainya memadai berupa:

a.

Aset Pembiayaan;

b.

Surat berharga yang dimiliki pemegang saham.

5. 5

Agunan FPJPS harus bebas dari segala bentuk perikatan, sengketa, dan tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain, yang dinyatakan dalam surat pernyataan BPRS. BPRS wajib mengganti dan/atau menambah agunan FPJPS apabila tidak memenuhi kondisi-kondisi tersebut.

6 6.

BPRS yang memerlukan FPJPS wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bank Indonesia, dilengkapi dengan dokumen yang dipersyaratkan.

7 7.

8 8.

9 9.

Persetujuan Bank Indonesia atas permohonan FPJPS dilakukan apabila BPRS memenuhi persyaratan atas permohonan FPJPS dan kelengkapan dokumen permohonan FPJPS, serta berdasarkan analisis Bank Indonesia diperkirakan bahwa BPRS tidak dapat memenuhi kewajiban pendanaan jangka pendek. Bank Indonesia dapat menolak permohonan FPJPS yang tidak sesuai dengan ketentuan, tatacara dan/ atau persyaratan yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini. Jangka waktu setiap FPJPS paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender dan jangka waktu tersebut dapat diperpanjang secara berturutturut dengan jangka waktu FPJPS keseluruhan paling lama 90 (sembilan puluh) hari kalender.

10. 10 Bank Indonesia memperoleh imbalan

atas setiap FPJPS yang diterima oleh BPRS yang dihitung berdasarkan jumlah pokok FPJPS, tingkat realisasi imbalan sebelum distribusi pada BPRS yang bersangkutan, nisbah bagi hasil bagi Bank Indonesia dan jumlah hari kalender penggunaan FPJPS. Nisbah bagi hasil bagi Bank Indonesia, ditetapkan sebesar 90% (sembilan puluh persen).

11. 11

Pada saat FPJPS jatuh tempo, Bank Indonesia mendebet rekening BPRS di bank umum syariah, unit usaha syariah dan/atau bank umum konvensional sebesar nilai pokok FPJPS dan imbalan FPJPS. Dalam hal FPJPS jatuh tempo dan saldo rekening BPRS tidak mencukupi untuk membayar pokok dan imbalan FPJPS dan/atau BPRS tidak lagi memenuhi persyaratan untuk memperoleh perpanjangan FPJPS, maka agunan FPJPS dieksekusi.

12. 12 BPRS wajib menyampaikan rencana

tindak perbaikan (action plan) untuk mengatasi Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah perjanjian pemberian FPJPS atau addendumnya ditandatangani.

13. 13 BPRS wajib menyampaikan laporan

secara mingguan kepada Bank Indonesia, berupa perhitungan Rasio Kebutuhan Kas harian, kolektibilitas harian aset Pembiayaan yang diagunkan, dan penggunaan FPJPS harian.

14 Bank Indonesia melakukan 14.

pemeriksaan khusus atas penggunaan FPJPS terhadap BPRS penerima FPJPS.

15. 15 Biaya-biaya yang timbul sehubungan

dengan pengikatan perjanjian, pengikatan dan eksekusi agunan serta biaya lainnya yang mungkin timbul dalam rangka pemberian FPJPS menjadi beban BPRS.

Sharing edisi agustus 2009 45


P E N D I D I K A N

Tak secuilpun biaya dipungut dari para mahasiswanya. Konsisten mengembangkan ekonomi syariah.

K

Kuliah tak harus mahal. Bahkan bila perlu, gratis. Inilah yang ada dalam benak lima serangkai

Yogyakarta dan mulai menerima pendaftaran mahasiswa baru setahun kemudian, pada tahun ajaran 2006. Yayasan Hamfara membawahi dua bidang, yakni bidang sosial yang berwujud pendidikan dengan kuliah berbiaya gratis. Kedua, bidang komersial berupa unit bisnis yang keuntungannya digunakan untuk menyokong bidang sosial dan penyelenggaraan pendidikan di yayasan itu.

berkualitas di negeri ini, yang akan mengisi lembaga keuangan syariah yang saat ini makin berkembang. Dari awal, lembaga ini memang konsisten memajukan pendidikan ekonomi syariah. “Kami ingin mencetak pelaku ekonomi yang memahami dan mengamalkan etika bisnis Islam dalam kegiatan bermuamalah maupun berekonomi,” tambah Siti. Meski memberikan biaya

Berbagai dukungan baik moril maupun materil telah diterima untuk pengembangan STEI Hamfara. Para pendiri mempunyai jaringan yang cukup luas baik di dalam negeri maupun luar negeri. Salah satunya adalah Japan Moslem Association, yang digandeng Yayasan Hamfara untuk kuliah gratis ini. Lembaga keuangan dan ekonomi syariah dalam negeri juga digandeng, yang kelak menjadi tempat magang

Kuliah Gratis di STEI -- Bambang Sutejo, Siti Murtiyani, Ismail Yusanto, Dwi Condro Triono, dan Awan Kostrad Diarto saat mendirikan Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Hamfara Yogyakarta. Kini, perguruan tinggi ini menjadi satu-satunya lembaga pendidikan yang menggratiskan biaya pendidikannya. Pada Juli 2005, mereka mendirikan Yayasan Hamfara

Menurut Siti Murtiyani MSi AK yang duduk sebagai Pembantu Ketua I Bidang Akademik STEI Hamfara, dia bersama teman-temannya merasa ikut bertanggung jawab untuk ikut mengentas kemiskinan. Mereka melihat, banyak calon mahasiswa yang mempunyai potensi akademik bagus, memiliki kepribadian Islam yang bagus, namun tidak memiliki biaya. “Akhirnya generasi berpotensi tersebut tidak bisa mewujudkan keinginannya meneruskan pendidikan karena biaya kuliah yang mahal,” ujarnya. Berdirinya STEI Hamfara sekaligus menjawab tantangan akan kebutuhan sumber daya insani yang

kuliah gratis, Siti menepis anggapan bahwa pendidikan yang mereka berikan dengan kualitas seadanya. Visi yang mereka canangkan adalah menjadi lembaga pendidikan ekonomi Islam yang bermutu tinggi dan unggul di Indonesia. Para mahasiswa akan dicetak menjadi tenaga ahli ekonomi syariah yang amanah, cerdas dalam pemikiran, terampil dalam kerja dan prima dalam karya. “Kita berupaya agar menjadi sempurna. Mahasiswa kita dididik bisa berkiprah mengembangkan ekonomi Islam. Kita cetak mereka menjadi tenaga profesional dan tenaga akademik ekonomi Islam yang memiliki spirit ruh syariah,” ujarnya. Para pengajarnya rata-rata sudah menempuh pendidikan S2 ekonomi Islam. Beberapa di antaranya telah menyelesaikan S3. Jumlah dosen tetap sebanyak 15 orang dan yang tidak tetap sebanyak 20 orang. Beberapa dosen dari luar ada yang menawarkan diri mengajar tanpa bersedia diberi imbalan.

46

Sharing edisi agustus 2009

dan peluang penyaluran kerja bagi alumni.

t KARUNIA ILLAhI Seperti namanya, perguruan tinggi ini merupakan karunia Illahi. “Kata Hamfara itu singkatan dari hadza min fadli robbi, yang artinya Ini adalah karunia dari Allah. Apa yang kami terima dari berbagai pihak itu betul-betul merupakan karunia Allah. Pertanggung jawaban kita kepada Allah dan masyarakat,” tandas Siti. Ada dua jurusan yang bisa dipilih oleh calon mahasiswa, yang merupakan jenjang strata satu. Pertama, jurusan Keuangan dan Perbankan Syariah dengan dua konsentrasi yakni Bank Syariah serta Koperasi Syariah dan BMT. Jurusan kedua, Manajemen Syariah dengan konsentrasi Perusahaan Syariah dan Kewirausahaan Islami. Mahasiswa benar-benar dibebaskan dari biaya pendidikan. Mereka tidak perlu membayar bea registrasi, biaya SPP tetap, biaya SPP


variable, bebas uang gedung, dan bebas uang pengembangan pendidikan. Mareka hanya dikenakan biaya pendaftaran sebesar Rp 150 ribu, biaya asrama sebesar Rp 1,2 juta pertahun dan biaya makan sebesar Rp 350 ribu perbulan. Para mahasiswa diwajibkan tinggal di pesantren mahasiswa. Biaya pendidikan seluruhnya ditanggung oleh kelompok bisnis Hamfara. Yakni dari

literatur berbahasa Inggris dan Arab sehingga penguasaan bahasa Inggris dan bahasa Arab baik lisan maupun tulisan adalah mutlak. Mereka juga harus hafal ayat-ayat pilihan setara 1 juz Alquran dan minimal menghafal 50 hadis pilihan yang berhubungan dengan ekonomi Islam. Tidak hanya itu, mereka harus mampu mengaplikasikan komputer statistik dan sistem informasi

t Akad sebelum mulai kuliah Terhadap para mahasiswa, ditanamkan bahwa kuliah tanpa biaya, bukan berarti mereka bisa kuliah seenaknya. Sebelum menempuh pendidikan, calon mahasiswa harus menandatangani akad. Dalam akad disebutkan, selain harus berakhlak Islami, mereka harus bersedia kuliah dengan

tata tertib mahasiswa. “Kalau mereka keluar sebelum lulus tanpa ada alasan syar’i, harus membayar denda sebesar yang telah mereka terima,� jelas Siti. Untuk IP (indeks prestasi), minimal 2,5. Pada semester 2, jika IP kurang dari 2,5 akan ada warning. Semester selanjutnya, kalau tidak bisa mencapai, akan dikeluarkan. “Jadi mereka harus betulbetul serius dalam berkuliah.

Hamfara Yogyakarta laba usaha catering Hamfara yang melayani masyarakat luas, mini market, lembaga pelatihan dan konsultasi ekonomi syariah Hamfara, griya busana serta sembako Hamfara. Rencananya, untuk mahasiswa angkatan baru, pembayaran biaya asrama dan makan dikenakan dalam bentuk dinar dan dirham. Untuk biaya asrama dikenakan 1 dinar pertahun dan untuk makan sebesar 11 dirham perbulan.

t Memadukan sistem pesantren Sistem pendidikan STEI Hamfara memadukan antara sistem pendidikan di perguruan tinggi dengan sistem pendidikan pesantren. Selain menekankan peningkatan kemampuan akademis dan intelektual, dengan sistem pendidikan pesantren, juga ditekankan kualitas iman, takwa, ketrampilan hidup, kewirausahaan, dan keorganisasian. Para mahasiswa dituntut mampu menggali ilmu dari

akuntansi serta internet. Mahasiswa juga diajarkan mengungkapkan pikiran secara tertulis. Semua itu ditunjang dengan berbagai fasilitas yang tersedia. Antara lain perpustakaan dengan koleksi buku-buku ekonomi umum, ekonomi Islam, jurnal-jurnal, kitab klasik dan pengembangan cyber library. Tersedia laboratorium komputer, laboratorium bahasa, labaratorium manajemen, dan labaroratorium micro banking.

sungguh-sungguh sampai lulus dengan diberikan target waktu maksimal selama 4 tahun, ada izin dari orang tua, bersedia tinggal di asrama dan menaati

Para pendidik juga membuka diri untuk sharing jika ada mahasiswa yang menghadapi masalah,� tambah Siti. n SM

Setelah lulus nanti, para alumni diharapkan memiliki kualitas, siap pakai dan mampu menjadi ulama pengusaha atau ulama bankir Islam. Mereka juga diharapkan mampu mengamalkan dan memperjuangkan sistem ekonomi Islam sebagai bagian dari sistem kehidupan Islam. Sehingga mampu mendorong masyarakat mengamalkan ekonomi Islam. Sharing edisi agustus 2009 47


E N T R E P R E N E U R

Sudah banyak prestasinya di bidang olahraga yang membuat harum nama kita di dunia internasional. Namun dimanakah dia sekarang?

M

Masih ingat dengan Susi Susanti? Tentu saja. Siapa sih tak kenal dengan peraih medali emas tunggal putri bulutangkis

kian berkembang. Bersama suaminya, Alan Budi Kusuma yang juga mantan atlet nasional, ia mendirikan Astec, brand perusahaan peralatan olahraga tersebut. Astec sendiri merupakan singkatan dari Alan Susi Technology dan didirikan sejak enam tahun yang lalu. Produk-produk dari Astec antara lain: sepatu, raket, kaos, shuttle kock, grip, dan lain-lain. Seperti juga keinginan para

dari salah satu bank syariah nasional. Susi bercerita, pada saat mendapatkan tawaran dana pinjaman modal usaha tersebut, dirinya sempat mempelajari akad-akadnya. Nah, pada saat itu, Susi menilai, kalau pembiayaan yang ditawarkan itu dirasa lebih fleksibel, ketimbang pembiayaanpembiayaan bank pada umumnya. Sehingga, ia tidak

syariah sebagai mitra bisnisnya, maka Bank Indonesia pun tertarik menjadikannya sebagai model iklan program islamic Banking (iB) Perbankan Syariah. “Pilihan saya bermitra dengan bank syariah ternyata diketahui oleh Bank Indonesia (BI), dari situlah saya diminta untuk menjadi model Islamic Banking (iB). Jadi, sesudah mendapat modal pinjaman usaha dari bank syariah, barulah diangkat menjadi

Susi Susanti

Lebih Fleksibel Bermitra dengan Bank Syariah Olimpiade Barcelona 1992 asal Indonesia itu? Susi dahulu, memang atlet nasional kelas satu kita. Kini, Susi berpindah arena. Beberapa tahun ini, ia menjadi seorang pengusaha peralatan olahraga yang

48

Sharing edisi agustus 2009

pengusaha pada umumnya, yang ingin usahanya selalu bertambah maju, Susi pun demikian. Karena itu, semenjak sekitar setahun yang lalu, dalam rangka mengembangkan usaha peralatan olahraganya itu, Susi telah mengambil dana pinjaman modal usaha

merasa ragu untuk memilih produk pembiayaan modal syariah tersebut. “Karena lebih bisa jalan sebagai mitra, lebih mengerti dan tahu permasalahan yang kita hadapi,” ungkapnya. Karena Susi memilih bank

model iB, ” ujar Susi sambil tersenyum. Sebelumnya, Susi mengaku pernah bermitra dengan perbankan konvensional. Karena itu, ia kemudian bisa membandingkannya dengan bank syariah “Ternyata,


bermitra dengan bank syariah rasanya lebih fleksibel. Karena mereka lebih longgar untuk pembayaran, bisa negosiasi dan mengikuti perkembangan bisnis kita,” ujarnya. “Sehingga, kita bukan hanya sebagai nasabah tapi kita juga sebagai partner, mitra, itu adalah kelebihannya.” Tidak hanya merasakan kebaikan dalam perkembangan bisnisnya dengan bermitrakan bank syariah, Susi pun melihat nilai-nilai yang terkandung didalam perbankan syariah sangat bagus. Menurutnya “Bank syariah sendiri tidak menentukan harus umat muslim saja yang menggunakan, melainkan untuk semua kalangan. Saya fikir prinsip saling menguntungkan itu, karena yang penting kita punya itikat baik dan bank pun demikian, sehingga kita bisa satu misi berdampingan sebagai mitra,” jelasnya. Kebaikan yang Susi rasakan menjadi mitra bank syariah sangat terasa untuk bisnisnya, karena hal itu sangat membantunya dalam pengembangan modal usaha bisnis yang ia jalani hingga saat ini. Susi pun mengaku, “Sebelumnya saya merasa takut untuk berhutang. Jadi, pada awal memulai bisnis ini dahulu, saya dari nol, kemudian pelan-pelan merintis dengan modal tabungan, hingga ada sedikit keuntungan yang dikembangkan lagi,” paparnya. Hingga saat ini bisnis peralatan olahraganya itu telah berkembang lebih baik lagi. Susi sendiri mengaku, dalam menjalankan bisnisnya itu ia menggunakan prinsip step by step, alias tidak ngoyo untuk langsung maju dengan pesat. Susi sendiri punya pesan untuk kemajuan perbankan syariah di tanah air. “Pertama adalah merubah image, bahwa bank syariah bukan hanya untuk umat muslim saja tapi universal dan kelebihan dari bank syariah

adalah mitra menjadi satu. Bank syariah masuk dalam kita dan kita masuk dalam bank syariah, itulah kelebihannya” ungkapnya. Berikut dialog Sharing dengan Susi Susanti di kediamannya yang asri di daerah Kelapa Gading, Jakarta Utara.

t BAGAIMANA CERITANyA BISA MENJADI MoDEL IB PERBANKAN SyARIAh ? Pada awal mulanya karena BI tahu, saya mendapat kredit dari bank syariah. Kebetulan Alan Susi Technology (Astec) mulai berkembang lebih baik. .

t APAKAh ASTEC BEKERJASAMA DENGAN BANK SyARIAh ?

t NILAI-NILAI APA yANG DILIhAT DARI BANK SyARIAh ? Dari bank syariah sendiri tidak menentukan harus hanya untuk umat muslim, karena untuk semua kalangan juga bisa. Karena dia universal. Yang penting bagi kita secara orang dagang, mana yang lebih untung, fleksibel, dan satu visi yang bisa saling mendukung.

Namanya dikenal sebagai atlet bulutangkis putri Indonesia yang prestasinya paling mentereng dari semua generasi. Tak heran karena

Sudah ada, di BII syariah.

Tunggal Putri olimpiade Barcelona

t KELEBIhAN yANG PALING DIRASAKAN BERBANK SyARIAh ?

1991, 1993, dan 1994), Juara Dunia

Tidak. Hanya mendapat dukungan dana berupa modal usaha dari bank syariah, berupa pinjaman untuk modal usaha.

t KENAPA TERTARIK KE BANK SyARIAh ?

t SEKARANG BAGAIMANA BISNISNyA ?

Waktu itu pernah menggunakan yang non syariah, kita lihat dan bandingkan dengan bank syariah. Sepertinya bank syariah lebih fleksibel, dimana waktu itu ada krisis, mereka lebih longgar untuk pembayaran. Kita bisa negosiasi dan mereka juga mengikuti perkembangan kita. Kita bukan hanya sebagai nasabah tetapi kita juga sebagai patner atau mitra, itu mungkin kelebihannya. Kalau kita agak turun, ternyata bisa fleksibel. Mereka membantu kita dengan senang hati, karena perekonomian saat ini sedang naik turun, apalagi di olah raga.

Berkembang lebih baik dan lebih baik lagi, meskipun baru 6 tahun berjalan. Ini kan brand Indonesia sendiri yang punya, Jadi saya ingin image bulutangkis itu dari Indonesia, jangan dari luar. Kita bisa menjadi nomer 1 di negaranya sendiri dulu, menghargai produk anak bangsa dulu. Mewariskan image bulutangkis yang dulu itu.

Saya sudah dapat modal dulu baru jadi model. Sebelumnya pernah jadi icon untuk bank Mega Syariah.

Jawa Barat, 11 Februari 1971.

t SUDAhPUNyA REKENING DI BANK SyARIAh ?

Bagi hasil dan kontrolnya. Kita dan bank syariah bisa saling kontrol sebagai partner. Berjuang bersamalah, saling mengetahui. Pada saat kita lagi turun, bisa ada kelonggaran. Dengan adanya bank syariah menjadi lebih terbantu.

t BERAWAL DARI MoDEL DULU ATAU MoDAL DULU ?

Susi Susanti lahir di Tasikmalaya,

sederet gelar telah ia raih di masa jayanya, antara lain; Medali Emas 1992, Juara All England (1990, (1993), Piala Uber (1994, 1996), Piala Sudirman (1989) dan masih banyak lagi. Tak heran, kalau ia juga meraih penghargaan internasional hall of Fame dari International Badminton Federation (IBF), pada Mei 2004. Susi menikah dengan Alan Budi Kusuma, yang juga seorang mantan atlet bulutangkis nasional. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai tiga orang anak, yaitu Lourencia (10), Edward (9), dan Frederick (6). Meski sudah pensiun sebagai pemain, namun Susi dan Alan tetap berkomitmen mendukung pengembangan olahraga yang telah mengharumkan nama mereka berdua tersebut. Susi dan Alan mendirikan olympic Badminton hall di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Dari gedung pelatihan

t PESAN UNTUK PERBANKAN SyARIAh ?

bulutangkis ini, mereka berharap

Yang paling utama adalah merubah image bahwa bank syariah itu tidak hanya untuk umat muslim tapi universal dan kelebihan dari bank syariah adalah kita mitra menjadi satu, bank syariah masuk dalam kita dan kita masuk dalam bank syariah, bisa merasakan apa yang kita rasakan.

mengembalikan kejayaan bangsa

n VA

akan lahir generasi baru pemain bulutangkis Indonesia yang akan kita di olahraga ini. Terkait dukungan terhadap olahraga ini pula, Susi dan Alan sekitar enam tahun yang lalu mendirikan perusahaan peralatan olahraga berlabel Astec (Alan Susi Technology), yang memproduksi antara lain: sepatu, raket, kaos, shuttle kock, grip, dan lain-lain.

n

Sharing edisi agustus 2009 49


A R T I K E L

U N T U K

D A L A M

Dyrt Design Indonesia

Peduli Daur Ulang Untuk Keselamatan Lingkungan Bill Gates, salah seorang orang terkaya di dunia pernah mengatakan, salah satu bisnis yang akan berkembang di masa mendatang adalah bisnis daur ulang. Lalu, kenapa kita tidak mencobanya saja?

L

Limbah-limbah backdrop bekas materi promosi yang sudah tak terpakai lagi, ternyata masih dapat dimanfaatkan atau diolah lagi menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Hal itu dibuktikan Dyrt Design Indonesia, sebuah perusahaan UKM yang memproduksi kerajinan tangan (handmade) dari material bekas back drop promosi. Produk-produk seperti handbag, tempet pinsil, sampul buku, hiasan lampu gantung, bangku sofa, dan masih banyak lagi dibuat dengan

50

Sharing edisi agustus 2009

sangat indah, kadang dengan nuansa seni yang tinggi. Kegiatan yang dilakukan Dyrt Design tersebut dalam rangka mendukung program daur ulang (recycle) yang merupakan bagian dari kepedulian dunia menyelamatkan lingkungan hidup di wilayah masing-masing. Karena daur ulang adalah proses menjadikan suatu bahan bekas menjadi suatu bahan baru yang kembali berguna. Dan manfaat daur ulang ini dapat mengurangi penggunaan bahan baku baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, serta mencegah kerusakan lingkungan. Karena itu, saat ini di belahan dunia manapun, kampanye kegiatan daur ulang sedang marak dilaksanakan. Dan Dyrt Design Indonesia yang baru dibentuk pada awal 2009 ini mempunyai

komitmen untuk mendukung itu.

t BERASAL DARI AKRoNIM Nama Dyrt sendiri salah satunya merupakan akronim dari Do You Recycle Too? �Jadi, perusahaan kami juga punya tanggung-jawab mengajak semua pihak agar bisa turut berpartisipasi dalam program daur ulang ini,� jelas Karen Isdaryono, Manager Director Dyrt Design Indonesia saat diwawancarai Sharing dalam acara kerja sama Dyrt Design Indonesia dengan HSBC Indonesia baru-baru ini di Jakarta. Karen mendirikan Dyrt Design bersama Beike Van Den Broek asal Belanda, yang menjadi business development director perusahaan ini. Kedua wanita aktif ini memang sama-sama punya passion tinggi terhadap keselamatan lingkungan hidup. Dyrt Design


U K M

dari awal diposisikan sebagai suatu perusahaan yang peduli pada lingkungan hidup. Filosofi perusahaan ini adalah memanfaatkan bahanbahan material yang sudah tidak terpakai lagi, kemudian dijadikan produk yang bermutu tinggi. Nah, untuk saat ini, material daur ulang yang mereka pilih adalah material eks backdrop promosi dari bahan vinyl.

t MELIBATKAN PENGRAJIN KECIL

Karen

Untuk dapat menjalankan bisnisnya ini, Dyrt Design memang membutuhkan cukup banyak bahan material vinyl eks billboard promosi. Dyrt Design memperoleh bahanbahannya dari kerjasama dengan beberapa perusahaan, salah satunya HSBC Indonesia. Keterlibatan HSBC turut berpartisipasi di sini, seperti dikatakan Steve Miller, Head of Business Banking HSBC Indonesia, adalah sebagai wujud komitmen mereka terhadap perkembangan UKM di Indonesia. Material-material vinyl eks promosi yang didapat Dyrt Design tersebut, lalu dikelola dan diolah menjadi bahan baru yang berguna dan mempunyai nilai jual tinggi. Untuk keperluan ini, Dyrt Design bekerja sama dengan pengrajin produk-produk kulit dari

Bogor yang dikoordinir oleh Syahronny Sabarwan. Teknisnya, Dyrt Design melatih Syahronny dan kawan-kawan untuk bisa membuat produk kerajinan tangan sesuai standar yang diinginkan Dyrt Design. ”Kami melakukan pelatihan terlebih dahulu kepada para pengrajin itu selama beberapa waktu. Dan kini hasil kerja mereka sudah semakin bagus dan sesuai dengan yang kami harapkan,” jelas Karen lagi.

Syahronny Sabarwan

Dijelaskan Syahronny pada Sharing, keterampilan memotong, melipat, menjahit, serta kemudian merangkai bahan vinyl menjadi bahan baru sesuai tujuan adalah menjadi kunci dalam membuat produk kerajinan tangan daur ulang model ini. Diakui Syahronny, kendala utama di dalam mendesain produk ini adalah bahan vinyl bekas yang karakteristiknya berbeda dengan kulit asli. “Bahan vinyl ini tidak terlalu mudah untuk dilipat atau ditekuk,” ujarnya. Namun demikian, menurut Syahronny, ia dan anak buahnya lama-lama terbiasa juga, dan mampu mengerjakan berbagai produk yang dipesan secara lebih cepat dan sesuai dengan standar yang diharapkan. Bahan vinyl bekas dalam setiap produk adalah minimal 70 persen. Sementara sisanya adalah bahan baku pendukung

lainnya, seperti alas dasar dari berbagai bahan, resleting, dan lain sebagainya. Dalam sebulannya, Syahronny dengan dibantu kawankawannya sesama pengrajin bisa menyuplai ratusan pernikpernik produk kerajinan tangan sesuai pesanan. Dyrt Design selalu memberikan supervisi teknis dan pengawasan pengerjaan dengan cermat, agar produk yang dihasilkan mampu memenuhi standar yang diharapkan.

Beike Van Den Broek

Dyrt Design memang sangat concern terhadap kualitas hasil produk-produknya. Terlebih produk ini juga banyak dipasarkan di luar negeri, yang tentunya juga membawa nama atau citra bangsa Indonesia di mancanegara.

t DISUKAI PASARAN LUAR NEGERI Menurut Beike Van Den Broek, produk-produk kerajinan tangan daur ulang dari Dyrt Design ini seperti tas wanita, dompet dan lainnya, ternyata diterima dengan baik dan antusias di pasaran luar negeri. Belanda, Hongkong, Amerika Serikat dan Australia, tercatat di antara negara-negara tujuan pemasaran produk ini. ”They loved it,” kata Beike dengan sumringah. Namun ditambahkan Karen,

kerajinan tangan Dyrt Design ini bisa diterima dengan baik di luar negeri, karena produk ini tergolong kuat dan tahan lama. Selain itu, para pembeli di luar negeri pun umumnya senang karena keunikan produk ini, yang mampu memantulkan nuansa nilai seni dari variasi warna-warni bahan vinyl bekas. Selain itu, pembeli di luar negeri juga menghargai nilai lebih dari produk ini sebagai produk daur ulang. “Karena dengan membeli produk ini, berarti mereka juga turut berpartisipasi untuk peduli pada lingkungan,” ujar Karen bersemangat. Untuk pasaran lokal di Tanah Air, menurut Beike dan Karen, pemasarannya juga sudah lumayan. Terlebih dengan rentang harganya yang juga masih terjangkau. Karena untuk varian tas wanita bergaya elegan, cuma dijual di rentang harga beberapa ratus ribu saja. Menurut Beike, omzet penjualan mereka per bulannya dari toko Dyrt Design di bilangan Jl Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan kini mencapai Rp 20 juta. ”Namun, kita masih belum untung, Mas. Karena kita masih dalam proses mengenalkan produk kita. Dan ini juga baru kita pasarkan tiga bulan,” tambah Karen, ketika Sharing mencoba menanyakan keuntungan bersih perusahaannya dari bisnis daur ulang ini. Yang menarik, Karen sudah berkomitmen untuk mendedikasikan 15 persen keuntungan dari perusahaannya untuk membantu UKM lokal di Tanah Air. ”Perusahaan kami memang tak semata bisnis, namun kami sangat concern untuk bersama-sama mengangkat UKM lokal kita. Selain tadi, komitmen yang kuat buat menyelamatkan lingkungan,” jelas Karen lagi. Sebuah komitmen yang patut ditiru oleh perusahaan lain tentunya. n YS Sharing edisi agustus 2009 51


R ES E N S I

Ginjal kiri sudah tak berfungsi. Satusatunya jalan menyelamatkan Huda melalui cuci darah. Huda terdiam, tapi butiran air matanya mengalir. Keluarga besar H Ahmad Dzinnun berduka.

C

Cerita panjang Huda Bidadari Cinta Kami dimulai dari sepotong organ tubuh bernama ginjal. Berawal dari kisah kebocoran ginjal Huda, bungsu keluarga besar H Ahmad Dzinnun, ketika masa kanak-kanak. Sejak itu, ia menjalin persahabatan abadi dengan rasa sakit yang datang dan pergi. Terakhir, dia divonis mengalami gagal ginjal. Dalam perjalanan sakitnya itu, Huda pernah mengalami banyak hal: pingsan tibatiba, mendadak lemas, tubuh membengkak, menjalani banyak terapi, cuci darah, hingga operasi transplantasi ginjal. Lalu, rasa sakit yang mengiris-iris. Mengeluh? Justru tidak. Ketika infeksi menggerogoti ginjalnya, Huda tak pernah berkeluh-kesah. Dia tetap ceria, rajin mengaji, dan tetap menjaga shalat lima waktunya. Hobinya merawat diri membuat tubuhnya selalu bersih dan wangi.

Huda

Dalam buku ini, sang kakak, Siti Darojah – dua tahun dia menjadi redaktur pelaksana Majalah Sharing – menceritakan secara lengkap kisah hidup adiknya. Selain berdasarkan pengalaman pribadinya merawat sang adik, buku ini juga ditulis berdasar buku harian adiknya yang tertulis dengan rapi. Diari – Huda menyebutnya dengan Dy – adalah sahabat setianya. Sang “sahabat” ini rapat menyimpan rahasia, dan baru terkuak setelah kepergiannya.

Sharing edisi agustus 2009

Di buku harian pula tertulis pula

Belajar Ihklas dari

Huda, misalnya, tak pernah mengeluhkan rasa sakitnya. Dia tak pernah mencari permakluman dari lingkungannya, bahwa “karena saya sakit, maka Anda semua harus menenggang saya”. Dia menjalani kehidupannya dengan normal. Bahkan, dia menerima saja menjadi “korban” dari sebuah gerakan ekstrem kanan yang menyusup ke kampusnya.

52

Dalam diari itu, Huda mengurai rasanya, opininya, kesukaannya, hingga kesedihan dan sedikit putus asa. Namun cukup di atas diari saja. Dalam kesehariannya, dia menjalani hidup seperti orang lain; tersenyum pada siapa saja, kendati di balik maskernya. Bahkan, ketika seorang senior mengejeknya yang selalu bermasker ketika hendak mendaftar di sebuah perguruan tinggi seni di Jakarta, justru kakaknya lah yang marah.

mengenai obrolan kematian. Begitu indahnya. Huda menuliskan tentang kematian tanpa ada rasa miris. Kematian adalah rahasia Illahi. Bila waktunya datang, tak seorang pun bisa memundurkannya barang sejengkalpun. Impian indah tentang kematian itu menjadi kenyataan pada Senin, 15 Januari 2007 pukul 07.00 WIB. Huda menjemput kematiannya dengan tersenyum, dikelilingi orang-orang yang penuh cinta, saat menyiapkan kepergiannya menuju rumah sakit untuk mengontrolkan penyakitnya. Rasulullah SAW bersabda “Seorang mukmin yang sakit, ia tidak mendapatkan pahala dari sakitnya, namun diampuni dosa-dosanya.” (HR Thabrani). Sedangkan hadis yang diriwiyatkan oleh Admad menyebutkan, “Ketika seorang hamba

diberi sakit pada badannya, maka Allah berkata kepada malaikat, “Tulislah kebaikan-kebaikan yang biasa dilakukannya ketika sehat, kalau ia sembuh mandikanlah ia dan bersihkan. Kalau ia meninggal maka Allah mengampuninya.” (HR Ahmad). Barangkali, dari sana senyum Huda ketika menjemput ajal bermula.

Huda membukakan mata kita, bahwa kebahagiaan hidup adalah tergantung bagaimana kita menjalaninya. Ketika kita melihat hidup secara “berat”, maka hidup itu menjadi berat. Namun ketika kita menjalaninya dengan bahagia dan ihklas, maka semua menjadi indah adanya. Terima kasih Huda, damailah engkau di sisi-Nya. n SS

Judul buku: Huda, Bidadari Cinta Kami Karya : Siti Darojah Sri Wahyuni Penerbit : hikmah Mizan Cetakan I: Mei 2009 Tebal: 355 halaman



R A G A M

Aneka Games Perbankan Syariah Menyasar keluarga perkotaan, beberapa games untuk sosialisasi perbankan syariah dirancang. Salah satunya sudah dimanfaatkan oleh Bank Indonesia (BI).

B

“Berbicaralah dengan kaum sesuai bahasa mereka� adalah sebuah hadis dalam ajaran Islam yang sebenarnya merupakan fondasi ilmu komunikasi modern. Setiap pesan yang akan disampaikan seyogyanya memperhitungkan target audience sehingga media komunikasinya bisa disesuaikan agar pesannya sampai. Perbankan syariah Indonesia dapat menggunakan pendekatan yang sama dalam mengedukasi masyarakat agar mereka menggunakan jasa bank Islam. Muhammad Fathoni dan Tubagus Hanafi, menerjemahkannya melalui media family games. Muhammad Fathoni (alifa.itmart@gmail. com), pengusaha di bidang IT telah menciptakan: iB Games, Bisnis Syariah dan Muamalah Games. Bersama Tubagus Hanafi (thanafi@binus.edu), pengajar di Binus Business School, kini menciptakan Satanic Finance Game.

t iB Games/ iB City iB Games merupakan game komputer pertama yang mengangkat tema edukasi dan sosialisasi perbankan syariah di masyarakat. Ini adalah game simulasi peran atau RolePlaying Game (RPG), pemain berperan sebagai bankir syariah yang berupaya mengedukasi masyarakat di iB City untuk mau dan secara sadar menggunakan bank syariah dalam urusan solusi kebutuhan

54

Sharing edisi agustus 2009

keuangan yang dihadapi penduduk iB City. iB Games dapat dikatakan merupakan game yang mampu melakukan edukasi ganda. Di satu sisi iB Games mengedukasi masyarakat akan keragaman dan keunggulan produk bank syariah sehingga masyarakat lebih yakin terhadap perbankan syariah. Game ini pertama kali ditampilkan dalam acara Festival Ekonomi Syariah II di awal 2009 oleh BI sebagai tools edukasi perbankan syariah untuk pelajar dan mahasiswa.

t Game Bisnis Syariah

Ingat permainan Monopoli? Inilah versi syariahnya. Simulasi praktik transaksi


berdasarkan ukuran maqoshid syariah.

t Satanic Finance Game

bisnis secara syariah dilakukan di sini. Dengan harapan, pemain jadi paham praktik jual beli yang halal dan haram, beserta keragaman akad transaksi yang dapat dipilih dalam berjual-beli. Cara bermainnya, Pemain menentukan sendiri peran dan giliran bermain. Ada pemain yang berperan sebagai banker, pengusaha maupun pegawai, Bankir hanya boleh mengambil kartu penawaran bank syariah sebagai bentuk penawaran produk dan jasa bank syariah kepada pemain lain. Pemain lain boleh mengambil kartu kerjasama atau kartu peluang dan risiko sebagai keperluan transaksi. Fathony dan Hanafi mengatakan, “Ada aspek fun education di sini”. Pemain dapat merasakan langsung bagaimana bertransaksi secara syariah, baik dengan bantuan bank syariah maupun melakukan kerjasama dengan pemain lain untuk dapat membeli aset, produk, dan jasa.

kebaikan dan harta yang bermanfaat terbanyak dalam waktu tertentu, dinyatakan sebagai orang yang paling mulia. Para pemain memulai aktivitas dari petak ‘Subuh’ yang menandakan awal aktivitasnya, kemudian memutari papan permainan yang berisi beragam aktivitas dan pilihan hingga ke petak ‘Subuh’ kembali. Aspek fun education-nya, pemain memperoleh ‘Kartu Skor Muamalah’ yang berisi catatan keuangan dan amal saleh. Ada juga kartu‘Grafik Maqoshid’ yang menggambarkan keseimbangan pencapaian tujuan hidup

Terinspirasi dari buku Satanic Finance karya A Riawan Amin, permainan ini berupaya memberi gambaran betapa rusaknya sistem kehidupan manusia jika menggunakan sistem riba dan betapa baiknya sistem kehidupan manusia jika bersistem ekonomi syariah.

Para pemain memulai permainan dari petak Start yang berbeda. Ada yang memulai dari petak start ‘Zaman Emas’, ‘Zaman Barter’, ‘Zaman Uang Kertas’ dan ‘Zaman Uang Elektronik’. Pemain bertransaksi satu sama lain di setiap petak yang dilewatinya. Semua pemain dapat merasakan kejamnya sistem ekonomi konvensional yang ribawi yang dipraktikkan selama ini melalui petak transaksi yang berwarna merah dan kuning dan akan merasakan betapa baiknya sistem ekonomi syariah melalui petak transaksi yang berwarna hijau. n IA

t Muamalah Games

Jika muamalah adalah soal aktivitas hubungan manusia sehari-hari, inilah permainannya. Pemain berlomba-lomba dalam kebaikan menjadi tema besar permainan ini. Pemain yang mampu mengumpulkan amal

Sharing edisi agustus 2009 55


W I S ATA

Mengintip Moyang Kerbau di National

Bison Range Teks dan Foto: Indah Wulanningsih

Berat tubuhnya yang 1.133 kg itu tak menghalangi bison untuk berlari dengan kecepatan 56,3 kilometer/ jam. Waduh, sekali seruduk dipastikan akan terlempar jauh. Iiihhh.

M

Melihat kerbau Amerika alias bison, dari dekat? Waduh, hati saya langsung berbungabunga mendengar kabar itu. Maklum waktu kecil, saya kerap membayangkan betapa asyiknya jika bisa melihat kerbau Amerika alias bison dari dekat, lengkap dengan khayalan menyentuh bulunya yang coklat tebal yang mampu menahan salju tidak mencair, melihat mereka bergulingan mandi debu hingga merasakan tanah bergetar ketika mereka bergerombol berlarian. Wah, benar-benar dream do come true. Bus yang membawa kami pun segera meninggalkan Missoula, kota terbesar di negara bagian Montana menuju kawasan utara, tepatnya Glacier Country tempat rumah bison berada, National Bison Range (NBR). Sepanjang perjalanan, mata dimanjakan dengan pemandangan yang elok

56

Sharing edisi agustus 2009

termasuk rumah-rumah warga yang luas lengkap dengan cerobong asap mengepul, traktor di sudut halaman dan beberapa ekor kuda yang asyik merumput. Kadang, mata tersedot oleh titik-titik hitam yang bergerak pelan yang ternyata adalah sapi-sapi yang tengah merumput di perbukitan. Pemandangan itu berselangseling dengan sungai yang aliran airnya berbanding terbalik dengan sungai-sungai di Jakarta. Saya jadi teringat tawaran memancing ikan trout waktu singgah sebentar di Phillipsburg. Sayang tawaran itu harus dilewatkan begitu saja karena kami sudah harus menuju Missoula. Tak terasa hampir sejam kami berkendara dan bus berbelok meninggalkan Highway 212, jalan tol menuju tempat itu. Masih tujuh kilometer lagi untuk sampai di gerbang masuk utama NBR di Moiese. Hanya gerbang selamat datang dari kayu yang dibiarkan apa adanya lengkap dengan gambar bison dengan posisi siap menanduk menyambut kami. Tak ada antrean pengunjung ataupun kendaraan yang berjejal berebut parkir. Kira-kira setengah kilometer

kemudian baru terlihat bangunan visitor center office. Doris Robinson dari Foreign Press Club Departemen Luar Negeri Amerika Serikat yang selama dua minggu ini rajin mengawal kami, meminta semua turun dan langsung jalan lurus menuju loket. Tapi eeit, tunggu dulu. Mata kami rupanya lebih tertarik pada tumpukan tanduk rusa yang ada di sebelah kiri jalan. Kami, para wartawan dari Asia, Afrika, dan Eropa Barat pun, langsung sibuk mengeluarkan kamera dan bergegas menyeberang jalan. Meski sudah diduga, kami tertawa ngakak juga mengetahui tumpukan tanduk itu hanyalah tanduk tiruan, bukan tanduk rusa asli. Pajangan itu hanya untuk menggambarkan tradisi berburu di benua ini. Toh semua itu tak mengurangi minat untuk mejeng dengan semangat narsis. Papan informasi mengenai bison dan sederetan aturan -- mengenai apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan -- selama tur adalah daya tarik lain. Setelah membaca semuanya, khususnya

mengenai bison dan perbedaannya dengan kerbau Asia, saya jadi tertawa mengingat khayalan masa kecil. Kok ya bisa-bisanya berkhayal ingin menyentuh bulunya yang tebal, padahal bison termasuk binatang yang pemarah dan susah ditebak perangainya. Apalagi kalau tiba musim kawin yang biasanya jatuh pada pertengahan Juli hingga Agustus. Yang bikin saya mengkeret lainnya adalah fakta bahwa rata-rata bison dewasa bisa mencapai tinggi 2 meter, panjang 3 meter dan berat badan sekitar 400 kilogram sampai seribu kilogram. Bison jantan mempunyai berat yang lebih besar. Sejauh ini bison jantan terberat yang pernah didata mencapai 1.133 kilogram . Ukuran itu tak menghalangi bison untuk


berlari dengan kecepatan 56,3 kilometer/jam. Waduh sekali seruduk dipastikan saya akan terlempar jauh. Iiihhh. Teriakan Doris akhirnya menyadarkan kami dan membuat kami melangkah menuju kantor. Di dalam suasana gelap terang langsung terhampar di depan mata. Semuanya ibarat ‘jeroan’ NBR, seperti ular yang tengah bergelung di liangnya, tikus tanah, coyote, hingga tiruan bison itu sendiri lengkap dengan sejarah dan habitatnya. Setelah membayar tiket, membeli sedikit souvenir, kami pun kembali ke bus dan menuju Red Sleep Mountain, rute jelajah sepanjang 19 mil yang banyak diminati pengunjung. Bison, I am coming. Sayangnya tak semua mimpi saya menjadi kenyataan. Harapan melihat sekumpulan bison pun menguap. Selama beberapa menit pertama yang berkelebat hanyalah rusa gunung, kambing gunung, kuda, dan berbagai jenis burung. Sampai mata jelalatan, sang bison belum juga terlihat. Doris berusaha menghibur dengan mengatakan rute yang

akan kami lalui masih lah panjang. Sebaliknya Barbara Chase juga dari FPC dengan jujur mengatakan memang tak semua pengunjung beruntung bisa melihat gerombolan bison. Pasalnya dengan luas sekitar 74 kilometer persegi, kawanan bison mungkin saja berada di belahan lain. Saya yang terlanjur berharap banyak tentu saja tidak terima dengan alasan yang mereka sodorkan. Pasalnya dari selebaran yang sempat saya ambil dari kantor, setidaknya terdapat 350 hingga 500 ekor bison tinggal di NBR. Masak tidak bisa melihat beberapa belas, atau syukur puluhan bison, begitu kata hati saya. Akhirnya kami bisa juga menemukan sekumpulan kecil bison sedang bersantai dibalik gundukan besar batu. Siang memang saat yang tepat bagi bison untuk nyantai setelah pola makan rutin di pagi dan sore hari. Di kelokan depan, nampak seekor bison dan seekor kuda. Lumayan. Dibangun pada 1908, NBR termasuk tempat perlindungan hewan tertua di AS dan kini menjadi pusat penelitian bison

di AS. Dulunya diperkirakan terdapat ratusan ribu ekor bison di berbagai penjuru Amerika Utara, mencakup Kanada dan AS minus Hawaii. Namun pada akhir abad 19 M, kepunahan sempat mengancam bison karena beragam sebab. Pemburu bison tergiur membantai demi mendapatkan kulit bison yang dihargai mahal. Seorang pemburu profesional mampu membantai setidaknya 20 ribu ekor bison per tahun. Penyebab lain kepunahan bison tak lepas dari kesengajaan pemerintah federal AS memperlemah populasi masyarakat suku Indian di utara. Dengan membantai bison berarti memutus mata rantai makanan mereka dan memaksa mereka meninggalkan tanahtanah mereka dan terpaksa memilih tinggal di tempat yang disediakan pemerintah. Akibat kombinasi ini pada 1884, bison mendekati kepunahan serius. Usaha mempertahankan populasi bison kemudian dilakukan hingga mencapai jumlah yang aman. Bahkan sejumlah pemerintah negara bagian memberikan izin

berburu bison dengan alasan untuk mengendalikan jumlah dan menjaga sehatnya persaingan dengan ternak lain, seperti sapi. Kini Bison menjadi pilihan lain karena kandungan lemaknya yang lebih rendah sekitar 40 persen per ons dan protein lebih tinggi dari daging sapi. Tidak heran jika daging bison gampang ditemui di supermarket dan restoran. Selain itu para peternak juga mengembangkan apa yang disebut dengan beefalo, yaitu persilangan antara bison dan sapi domestik. National Bison Range membuka mata saya, bahwa keseimbangan sangat penting di alam ini. Ketika satu pihak dominan terhadap yang lain, maka ketimpangan yang akan terjadi. “…dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orangorang yang beriman”. Tiba-tiba Surah Al A’raaf ayat 85 seperti terngiang di telinga saya. n

“…dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman”. Tiba-tiba Surah Al A’raaf ayat 85 seperti terngiang di telinga saya. Sharing edisi agustus 2009 57


P E R S O N AL

I N V E S T I N G

Awas, Hobi Ngutang Bisa Membonsai Kita! ” Kenapa tidak,” begitu kalimat pembenaran yang kerap muncul dalam diri kita. Toh, tidak perlu uang tunai untuk mendapatkannya.

S

Seiring dengan ajakan pemerintah untuk mengencangkan ikat pinggang, semakin gencar pula para produsen bersaing melalui pemasaran yang bombastik. Bayangkan saja sebuah kartu kredit menawarkan program ” Diskon 50 % untuk makan di Restoran X ”. Sementara satu set kitchen set branded bisa kita dapatkan jika membeli sebuah apartemen yang ditawarkan salah satu pengembang. ” Kenapa tidak,” begitu kalimat pembenaran yang kerap muncul dalam diri kita. Toh, tidak perlu uang tunai. Kita bisa “memainkannya” dengan meminjam dan mencicilnya dari penghasilan bulanan kita. Tapi asal tahu saja, perilaku seperti inilah yang menjadi penyebab kebangkrutan. Tanpa sadar kita terseret realitas sosial dan konsumsi kita sendiri. Pada kondisi ini, penggunaan uang tidak lagi bertumpu pada biaya, nilai guna, dan hasil, tetapi di-”bonsai”-kan menjadi identitas diri dari apa yang kita beli dan konsumsi. Akibatnya, kita under estimated terhadap kewajiban utang dan over appreciated akan kemampuan membayarnya kembali. Sedihnya, utang yang diambil tidak dimaksudkan untuk tujuan produktif. ”Kalau enggak ngutang enggak bisa punya apa-apa,” begitu alasannya. Justru karena alasan itulah orang merasa diperkenankan menjadi over confidence. Mereka yakin bisa hidup dengan sisa hanya 30 persen hingga 40 persen dari penghasilan mereka, bahkan lebih kecil

58

Sharing edisi agustus 2009

dari itu, agar sebagian lebih besar dari penghasilan dapat dialokasikan untuk membayar cicilan utang. Di sinilah awal kebangkrutan dimulai. Bila sampai pada titik ini, awas, hobi ngutang bisa bikin kita bonsai!

t Jadilah “sopir” jempolan

Kesalahan penggunaan kartu kredit analoginya seperti Mercedez Benz yang dikendarai ala sopir metro mini. Alat pembayaran ini sejatinya dapat membantu lalu lintas traksaksi Anda jika Anda betulbetul memahami manfaat “kendaraan” ini.

Namun jika digunakan tidak semestinya justru akan menyusahkan diri sendiri. Untuk membeli berbagai kebutuhan hidup, biasanya kita menggunakan dana yang ada dan membayarnya dengan uang tunai. Enaknya, penggunaan uang tunai tidak menimbulkan kewajiban utang seperti alat pembayaran dengan sistem kredit. Utang cocok untuk kebutuhan darurat, untuk transaksi dalam jumlah yang terlalu besar jika harus dibayar tunai. Utang hanya cocok jika anda disiplin dalam mengembalikannya. Jadi berbagai tawaran penghematan melalui kartu kredit seperti


diskon belanja dan cashback pembelian bensin, harus Anda cermati dengan baik. Program benefit seperti itu hanya akan memberi manfaat optimal dan benarbenar memberikan janji penghematan ketika kartu kredit dikendarai seperti uang tunai anda sendiri. Bukan uang lebih yang jika kita gunakan kemudian harus dikembalikan berikut bunganya.

t BELAJAR MENGATAKAN TIDAK Berapa seringnya Anda terjebak pada situasi ketika sulit sekali mengatakan ”tidak” pada tawaran penjualan melalui telpon? Kemudian merasa bersalah dan berakhir dengan melakukan pengeluaran yang tidak direncanakan? Mungkin tak terhitung banyaknya.

Tanyakan kepada diri Anda ketiga pertanyaan di atas sebelum mengatakan “ya”, atau terpaksa mengatakan “ya”. Jika salah satu saja dari jawaban pertanyaan di atas adalah tidak, berarti sudah saatnya Anda harus menolak dengan sopan, menyudahi pembicaraan dan menutup telponnya. Anda tidak perlu merasa bersalah, karena Anda memang tidak salah. Ingat, semakin cepat Anda mengatakan “tidak”, semakin baik pula bagi si telemarketer untuk segera beralih ke calon pelanggan berikutnya yang lebih prospektif.

t CARI alTerNaTif DI LUAR BUNGA

Mulai dari tawaran keanggotaan fitness gratis selama 2 minggu, keanggotaan hotel, klub golf , atau kartu kredit juga pinjaman kredit tanpa agunan. Bahkan tanpa segan-segan berbagai tawaran asuransi dan investasi dengan berbagai skema, pasal, dan klausula yang njelimet, dengan entengnya dijajakan lewat telpon. Seakan-akan kita dapat memahaminya begitu saja hanya melalui percakapan 5-10 menit.

Sejak lama kita mengenal bank sebagai tempat menabung dan berinvestasi juga meminjam uang dengan perhitungan berdasarkan sistem bunga. Baik bank maupun nasabah sama-sama bisa berposisi sebagai pemilik maupun peminjam uang. Sejak awal perjanjian, pihak pemilik uang telah menetapkan seberapa besar pihak peminjam uang harus mengembalikan uangnya dengan nilai yang tentu saja menjadi lebih tinggi dari jumlah yang ia pinjamkan.

Tentunya menyenangkan jika penawaran tersebut datang pada saat yang tepat, yaitu ketika kita memang membutuhkannya. Kita bisa window shopping membandingkan penawaran yang satu dengan yang lain. Barulah memutuskan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan budget. Tapi kalau harus menjawab saat itu juga ditelpon tanpa ada pilihan lain, ini sama saja dengan penodongan. Betapa menjengkelkan!

Perhitungan bunga sendiri tidak ada kaitannya dengan tujuan penggunaan dana, baik untuk kegiatan konsumtif maupun kegiatan usaha. Bunga dihitung berdasarkan jumlah uang yang dipinjam, mirip rentenir dalam praktek penggandaan uang. Namun penabung juga tidak mendapat untung besar seperti rentenir. Bukankah rentenir selalu menetapkan bunga yang amat tinggi?

Saya, selalu menghadapinya dengan tiga jurus. Tanyakan pada diri kita:

1. Apakah saya membutuhkannya ? 2. Apakah saya mempunyai anggaran untuk membelinya ? 3. Apakah ini penawaran dengan harga terbaik ?

itu berubah-ubah. Fluktuasi inilah yang membuat kita sulit tidur nyenyak. Padahal kalau sudah naik susah turunnya. Contohnya, nasabah KPR yang sudah berjalan, walaupun Bank Indonesia sudah menurunkan suku bunga, namun bunga KPR belum turun juga. Sudah saatnya Anda mulai mempelajari tabungan, investasi maupun pembiayaan di luar sistem bunga, agar Anda mempunyai alternatif lain. Misalnya yang saat ini ditawarkan adalah sistem menabung dan investasi dengan konsep dana titipan dan bagi hasil, atau pembiayaan dengan sistem bagi hasil dan jual beli. Bagaimanapun, sistem non-ribawi memang lebih menyejukkan. Salam, Mike Rini Mike Rini & Associates financial counselling & education One Pacific Place, 15 Floor Sudirman Central Business District Jl Jend Sudirman Kav 52-53 Jakarta Selatan

Penabung di bank hanya mendapat bunga yang kecil saja, yang bahkan lebih rendah dari tingkat inflasi. Lagipula nasabah juga tidak berhak atas keuntungan pengelolaan dana. Akibatnya, biarpun banknya untung besar, nasabahnya cuma mendapat bunga segitu-gitu saja. Akhirnya, secara riil menabung di bank tidak membuat uang Anda berkembang. Sebaliknya dalam skema pinjaman, nasabah tetap wajib membayar bunga tidak peduli usahanya untung atau rugi. Susahnya lagi suku bunga pinjaman cuma fixed setahun pertama saja, setelah Sharing edisi agustus 2009 59


Tentang

Mereka

Antara Spiritualitas dan Produktivitas Bhakty Kasri

A

Apakah spiritualitas di kantor dapat mendongkrak produktivitas karyawan? Menurut pendiri dan Chairman PT Pandu Siwi Sentosa, Dr Muhammad Bhakty Kasri, hal itu benar adanya. ‘’Pengalaman kami, setelah menerapkan spiritualitas di kantor, produktivitas karyawan meningkat pesat,’’ kata pengusaha yang bergerak di bidang logistik dan kargo itu. Pria yang akrab dipanggil Bhakty ini mengungkapkan, sejak sembilan tahun terakhir dia secara bertahap menerapkan spiritualitas dalam berkarya kepada para karyawannya. Hal itu dimulai dengan mewajibkan setiap karyawati berjilbab mulai tahun 2000. Ketika itu dia memberikan waktu tiga bulan kepada para karyawati yang belum berjilbab untuk memakai jilbab. Kalau memakai jilbab, gajinya dinaikkan. Kalau tidak mau, silakan keluar, dan perusahaan akan memberikan surat keterangan kondite

60

Sharing edisi agustus 2009

yang baik, sehingga mereka bisa melamar kerja di tempat lain. ‘’Tapi ternyata tidak ada satu pun yang mengundurkan diri, dan semuanya gajinya naik,’’ ungkapnya.

selama tiga tahun. Para karyawan itu diberi transport dan sarapan. “Anggaran untuk shalat Tahajud berjamaah itu sekitar Rp 1 miliar per tahun,’’ tuturnya.

Sejak beberapa tahun terakhir, Bhakty menerapkan amalan yang terhimpun dalam Tujuh Sunah Rasul bagi seluruh direksi dan karyawan. Amalan harian tersebut adalah shalat fardhu berjamaah, shalat Tahajud dan Witir, shalat Dhuha, puasa Senin-Kamis, sedekah, membaca Alquran, dan menjaga wudhu. ‘’Sesibuk apa pun pekerjaan dan sepenting apa pun, termasuk meeting dengan calon mitra bisnis dari luar negeri, begitu terdengar adzan, seluruh karyawan dan direksi wajib menghentikan aktivitas dan segera menuju mushalla untuk shalat berjamaah,’’ ujarnya.

Tiap hari, para karyawan shalat Dhuha di kantor. Mereka pun membaca Alquran sebelum kegiatan kerja dimulai. Setiap bulan sekali, Pandu Logistics mengadakan khataman Alquran bersama dan pengajian bulanan.

Untuk membiasakan para karyawan shalat Tahajud, Bhakty menggelar shalat Tahajud berjamaah setiap minggu sekali di masjid dekat rumahnya di kawasan Permata Timur, Jakarta Timur. Hal itu berlangsung

Dampaknya sungguh luar biasa. ‘’Berbagai aktivitas spiritualitas itu, seperti shalat Dhuha, membaca Alquran, pengajian, maupun shalat fardhu berjamaah di kantor sama sekali tidak mengurangi produktivitas karyawan. Justru sebaliknya, produktivitas mereka makin meningkat. Perusahaan kami makin berkah. Segala urusan Allah permudah,’’ tegas Muhammad Bhakty Kasri. n


Mereka

Monopoli Ala Mike Rini

Ingat permainan monopoli ketika kita kecil dulu? Perencana keuangan kondang, Mike Rini, memodifikasinya untuk membantu kita merencanakan keuangan. Nama permainannya, Smart Money Game. Di Gramedia Matraman akhir pekan lalu, lajang kelahiran tahun 1974 ini mengajak ratusan pengunjung yang membanjir sejak siang untuk mempraktikkannya. Smart Money Game adalah permainan simulasi perencanaan keuangan. Permainan ini dirancang agar dapat dimainkan secara berkelompok, bisa hingga 6-8 orang. Salah satu dari pemain berperan sebagai bankir. Beda dengan monopoli yang lebih mengajari kita agar piawai membelanjakan uang, maka game yang diciptakan Mike bertujuan untuk membantu mengenali karakter kita dalam menggunakan uang. Smart Money Games melatih kemampuan analisa, prioritas pengambilan keputusan, kecepatan merespons keadaan, dan kedisplinan dalam mencapai tujuan untuk semua hal yang terkait dengan perencanaan keuangan. “Semua orang ketika ingin mencapai kesejahteraan moral dan materiil tentunya harus melalui beberapa tahapan usaha dalam kehidupan. Buku yang dilengkapi permainan ini bisa dengan mudah menjelaskan bagaimana dan apa strategi keuangan yang dipilih,” ujarnya. Tak sekadar bermain, kita akan berlatih bagaimana mempertimbangkan penawaran deposito, reksadana, asuransi, unit link, obligasi, saham, properti, bisnis, emas, koin langka, atau lukisan terkenal. orang membeli lebih banyak investasi , meningkatkan aset , mengurangi hutang mereka sekaligus mendapatkan passive income. “Tentu saja sedekah dibayar terlebih dulu,” ujarnya. Tiap pemain akan mendapat giliran melempar dadu dan menjalankan pion di petak papan Smart Money Games. Seperti juga jalan nasib kita, tidak ada seorang pemainpun yang mengetahui sisi mana dari dadu yang akan muncul. “Maka siapkan lah selagi ada kesempatan, karena kita tak tahu apa yang akan terjadi kemudian,” ujarnya. Iya deh, Bu Guru! n

Dok foto

(Istime w

a)

Tentang

Cici Tegal

“Langsung Praktik Aja” Sri Wahyuningsih atau sering disapa “Cici Tegal lebih suka mengajak dan mensosialisasikan ekonomi syariah secara langsung ketimbang hanya banyak berbicara. “Katakanlah kita public figure, makan di pinggir jalan saja diliput sama orang. Kenapa kita gak langsung aja kasih contoh. Aku buka warung, ya warung syariah,” ungkapnya penuh antusias. Wanita yang bermain dalam film Doa Yang Mengancam, perempuan berkalung Sorban, dan akan terlibat dalam film Ketika cinta bertasbih 2 ini tengah ngebut membuat warung-warung kecil di gedung perkantoran. “Sudah ada lima tempat yang siap,” ujar nasabah setia sebuah bank syariah ini. Selain itu, bersama beberapa temannya, ia berencana membuka restoran di daerah Depok. “Dalam waktu dekat segera di-launching,” ujarnya. Secara mendetail, Cici menceritakan “Waroeng Cici Tegal”-nya itu. Beda dengan namanya – Cici tidak berasal dari Tegal – restorannya ini betulbetul beraroma Tegal. “Pokoknya asli masakan Tegal, mulai dari menunya hingga juru masak dan cara penyajiannya,” ujarnya. Ia juga rajin mengajak rekan-rekannya sesama figur publik untuk mulai menekuni bisnis. “Ayo dong mulai bisnis. Jangan pakai alasan gak punya modal atau kalau mau buka restoran gak bisa masak,” ia menirukan ajakannya. Bahkan, ia kerap menggelar seminar bisnis kecil-kecilan bagi rekan-rekan sesama artis. Disinggung mengenai icon syariah yang dilekatkan padanya, ia tergelak. Katanya, sudah lama ia menjadi nasabah bank syariah. Tanpa diminta, dia aktif menyosialisasikan produk-produk perbankan syariah kepada rekanrekannya. “Seperti kemarin aku ajak si Ramzi (artis sinetron, red) untuk pakai kartu kredit syariah,” ia menjelaskan. Sama seperti menekuni bisnis, beralih ke perbankan syariah juga tak perlu banyak mikir. “Langsung praktik aja,” ia kembali tergelak. n VA Sharing edisi agustus 2009 61


Dapatkan Majalah Sharing di : 1

ToKo BUKU GRAMEDIA : -

2

3

Taman Anggrek Mall, Jakarta Citraland Mall, Jakarta Pondok Indah Mall, Jakarta Mega Mall, Pluit, Jakarta hero Gatot Subroto, Jakarta Melawai, Jakarta Matraman, Jakarta Kelapa Gading Mall, Jakarta Artha Gading, Jakarta Cempaka Mas, Jakarta Pintu Air, Jakarta Gajah mada, Jakarta Cinere Mall, Jakarta Metropolitan Mall, Bekasi, Jakarta Bintaro Plaza, Jakarta Meruya, Jakarta Plaza Semanggi, Jakarta Depok Plaza, Depok WTC, Tanggerang Karawachi Mall, Tanggerang Daan Mogot Mall, Tanggerang ITC, Cibinong hero Padjajaran, Bogor Ekalokasari, Bogor Manyar, Surabaya

TB. GUNUNG AGUNG -

jakarta Pusat Program Pasca Sarjana PSSTTI-UI (Ferry) Jl. Salemba Raya – Jakarta Pusat Telp. : 021-3924 713

yani Agency (Linda) Jl. Veteran No. 171 (Sebelah hotel Dewa Ruci) yogyakarta Telp. : 0274-367 867

jakarta Barat Cahaya Agency Jl. Kemanggisan Utama Raya No.37 Telp. : (021)-533 0340 hp. : 0818-083 66390

Surabaya SyAIFUDIN AGC Ketintang baru X No. 7 Kel. Ketintang Kec. Gayungan SURABAyA 60231 hP : 031 72468620/0819 3800 4200

Lily Sekarwati Agency Komplek Green Ville Blok M/2 Tomang Barat-Jakarta Barat Telp. : 021-563 0833/021-567 3841 Fax.: 021-565 5953 Depok Bursa Nurul Fikri (Rusdi Mukhtar) Margonda Raya 219A- Pondok Cina Telp : 021-788 3803 Fax .: 021-7869787, 912 67331

Batam R. Endy Junaidi Sastra PT. BATAM LINK PUBLIShER Graha Sulaiman Lt. 3 Jl. Sultan Abdul Rahman Nagoya- Batam 29432 Telp. : +62819814900/07789113204

5

Bogor Ritha Artha Kesuma Komplek Ciluar Asri Blok B7 No.30, Ciluar -Bogor 16156 Telp. : 0251-658549 hp. : 0818-0807 9900

AGEN-AGEN SELURUh INDoNESIA :

Mataradja Agency (Benhard Simarmata, S.Sos) Jl. Cilandak KKo No. 59 (Depan Pintu Masuk Pom Bensin Trakindo) Jakarta Selatan

Di yogyakarta Esyar Agency (Andi Mujahid) Jl. Pandega Marta IV No.1 yogyakarta 55281 hp. : 0813 2804 4471

Daya Sapta Cita “DSC” Agency (Fitri Herfianti) Jl. Cilungup II No. 51, Rt. 02/012 Duren Sawit-Jakarta Timur Telp. : 86607173 hp. : 0812 106 9395/0813-9811 2816 021- 3394 5358/021 326 73941

Arif Media Agency Jl. Margonda Raya No. 521, Gg. Sawo-Depok Telp. : 021-980 99 265 hp. : 0813- 180 15 221

TB. WALI SoNGo, JAKARTA

jakarta Selatan Dona Agency (Dona Sihite) Jl. Sunan Kalijaga No. 64 Terminal Blok M-Jakarta Selatan Telp. : 021-722 0004

Sleman Alvi Jl. Layur 3 no. 1 Minomartani Ngaglik Sleman 55581 Telp :085729542701

Madinah Agency (Abu Umar Abdul Azis) Jl. Margonda Raya No. 513 A-Depok Telp/Fax : 021-7871 118 hp. : 0816-1107 859

Taman Anggrek Mall, Jakarta Blok M Plaza, Jakarta Kwitang 38, Jakarta Kramat Jati Indah, Jakarta Atrium Plaza, Jakarta Arion Plaza, Jakarta Citraland Mall, Jakarta Sunter Mall, Jakarta Senayan City, Jakarta Pondok Gede, Bekasi Tambun, Bekasi Juanda, Bekasi

Kantor Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Jl. Setiabudi Tengah No.29, Setia Budi, Kuningan Jakarta Pusat – 12910 Telp. : 021- 5290 1515 Fax ; 5290 1516

4

jakarta timur yanti Agency (yanti hadi) Jatinegara Kaum No. 19, Rt.001/003 Jakarta Timur 13250 hp. : 0816 – 1850 689

Serang Drs. H Lufti Iskandar Apotik yumaga Jl. yusuf Martadilaga No. 4 Serang Banten Telp. : 0254 201752 Bandung Gunaraya Agency (Erick Wahyudin) Komplek Ruko Cikawau Permai B 12 Bandung Telp. : 022-4232 513 Maju Terus Agency (Aan) Jl. Sukagalih No. 42 – Bandung Telp. : 022 – 2043 090 jawa tengah ABC Agency (Edy Dwinanto) Jl. Slamet Riyadi No. 30 A Solo-Jawa Tengah Telp. : 0271- 644 345 hp. : 0816 1110 925

AGEN-AGEN KAMPUS UNJ Sekretariat BSo KSEI FE-UNJ Jl. Rawa mangun Muka, Gd. L. Lantai I Kampus A-UNJ, Jakarta Timur Cp. : Imam Punarko hp. : 0856 765 2604 TRISAKTI Asrama IKAMI Sul sel Jl. Talang 39, Pegangsaan , Menteng Jakarta Pusat Cp. : hendriyadi Telp. : 021—951 891 27 hp. : 0852 55 904 934 UNIVERSITAS INDONESIA (UI) Sekretariat Forum Studi Islam (FSI) Gedung Student center, FE-UI, Depok Telp. : 021-9202 8996 CP. : Giri Suseno, hP. : 0856- 9237 1591 STAN Jl. Ceger Raya Blok A No. 1 A, Pondok Aren Jurang Mangu Timur, Tenggerang 15222 (Belakang Masjid As Shuhada ) Cp. : Zia’ul haq As Shidqi Telp. 021-914 361 77 hp. : 0856-400 411 72 STEI SEBI Jl. Ir. h. Juanda, Komplek Ciputat Indah Permai Blok C. No. 25-26, Ciputat-Tanggerang Cp. : M. Wiwil hp. : 0812 1355 4881 STEI TAZKIA (Faqih) Jl. Raya Darmaga KM. 7, Bogor 16680 Telp. : 0251-421 309 hp. : 0857 2039 9470

Sendang Mulya Agency (Iskandar Narto Atmodjo) Jl. Pasar Gede Wetan No.8 Solo – Jawa Tengah Telp. : 0271 – 633 751 hp. : 0815 4853 4567

UIN Riza Agency (Riza Rizky Pratama) Komplek Ciater Permai Blok D 6 No. 6 Serpong -Tanggerang Telp. : 021- 7564 764 hp. : 0856 7946 071

Siti Hasanah Agency (Siti hasanah) Jl. Lamongan Barat IV No.23 Sampangan Semarang-Jawa tengah Telp. : 024 – 7029 8397 hp. : 0815 761 2547

STAIN CIREBON Mochammad Adriayanul Latif Jl. Perjuangan Bypass Cirebon hp. : 085224853430

t ME N E R I MA AGEN DI SEL URUh INDoNESIA




Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.