Tabloid Reformata Edisi 156 Oktober 2012

Page 23

Liputan 23

EDISI 156 Tahun X 1 - 31 Oktober 2012

GBI Gereja Rakyat

PGLII Prov. Banten,

Lapangan Pelayanan Gereja

Muswil untuk Kesejahteraan Kota B

ERSEKUTU untuk memberitakan Injil menjadi alasan kehadiran PGLII dan itu tidak bisa ditawar-tawar atau dinegosiasikan. “Hanya caranya memberitakan Injil itu bagaimana, ya, harus sesuai dengan lokasi. Dan itu merupakan tanggung jawab dari pimpinan gereja setempat untuk mengkajinya,” kata Pdt. Dr. Nus Reimas dalam sambutan pembukaan Musyawarah Wilayah III PPGLII (Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia) Provinsi Banten, yang digelar di Sport Centre Alam Sutra, Tangerang Selatan, Rabu (29/8/2012) silam. Hadir dalam acara akhbar itu kurang lebih 130-an peserta yang terdiri dari perwakilan gereja, yayasan dan lembaga-lembaga injili dan para pemangku jabatan publik yang berkaitan dengan gereja seperti FKUB, BKSG dan lain-lainnya. Dengan mengusung tema “Usahakanlah Kesejahteraan Bangsa/Kota” (Yeremia 29:7), Muswil ini dihadiri juga oleh Humas Propinsi Banten mewakili Gubernur Banten. Menurut Nus Reimas, terdapat tiga hal penting yang perlu dikembangkan oleh seluruh komponen gereja yaitu persatuan dan kesatuan, menjadi

minoritas yang kuat dan menjadi model. “Peribahasa dulu mengatakan ‘bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh’, apalagi untuk gereja sekarang ini. Jangan sudah kecil, tidak bersatu lagi, mau jadi apa?” tanyanya. Sebagai model, gereja, menurut Nus, tak boleh terperangkap dalam kepentingan sesaat. Ka Bimas Kristen Kemenag Propinsi Banten Youke Singal, M.Th., dalam sambutannya juga meminta agar para pemimpin gereja, terutama yang ada di Propinsi Banten, untuk melepaskan baju birokratis demi kebersamaan. Ia juga mengharapkan agar gereja, terutama para pemimpinnya, terbuka pada kritik yang sehat dan membuka diri untuk berdialog, baik dengan gereja lain maupun dengan umat agama lain dan pemerintah. “Itu konsekuensi logis dari hidup bersama di negeri yang plural,” katanya.

Sementara Pdt. Benny Halim selaku salah seorang personil FKUB Banten meminta agar para pemimpin gereja tidak hanya membaca Alkitab, tapi juga membaca produk-produk hukum. “Ini perlu karena bila tidak, gesekan di masyarakat, terutama karena masalah pendirian gereja, akan terus terjadi,” katanya. Selain memantapkan visi, misi dan pijak strategi ke depan, Muswil ini telah berhasil memilih pimpinan dan pengurus PGLII Propinsi Banten untuk periode 2012-2016. Pdt. Freddy Soenyoto, M.Th terpilih sebagai Ketua Umum. Pdt. Pdt. Dr Hendra Sihite, M.Th, D.Th, Pdt. Melvin B. Wawolumaya MM dan Pdt. Daud Moningka, S.Th masing-masing menjadi Ketua I, II dan III. Sementara posisi Sekretaris Umum dipangku Pdt. Andreas Gunawan, SPdK. Pdt. Freddy Soenyoto M.Th, selaku Ketua Umum, berharap agar soliditas persatuan antar gereja makin kuat dan persaudaraan sejati bisa dijalin dengan umat agama lainnya. “Kita ingin agar gereja di Banten khususnya, punya hubungan yang harmonis dengan umat agama lainnya,” katanya. ?Paul Makugoru.

Wisuda STT Jaffray Jakarta

Menjadi Pemimpin Mandiri S

EKOLAH Tinggi Teologia Jaffray Jakarta, beberapa waktu lalu, Sabtu (8/9) mengelar wisuda sarjana ke29 dan pascasarjana ke-23. Acara digelar di Auditorium GWS Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Indonesia, Jalan Mayjen Sutoyo, Nomor 2, Cawang, Jakarta Timur. Acara dimulai dengan kebaktian dan dilanjutkan dengan prosesi wisuda. Tampil sebagai pembawa Orasi Ilmiah Pdt Robert P. Borrong, Ph. D, mantan Rektor Sekolah Tinggi Teologai Jakarta. Robert mengimbau agar pemimpin rohani mampu menjadi pemimpin mandiri dan berintegritas, satunya ucapan dan perbuatan. Hadir juga Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Gereja Kemah Injil Indonesia, Pdt Paul Paksoal, M.Div memberikan sambutan sebelum wisuda berlangsung. Para wisudawan-wisudawati berasal dari berbagai latarbelakang denominasi gereja, dalam dan luar negeri.

Mereka, wisudawan berjumlah 51 orang, yang terdiri dari 10 orang dari Program Sarjana, dan 41 dari Program Pascasarjana. Yang terdiri dari Prodi Teologia, Prodi Pendidikan Kristen, dan Prodi Konseling. Sementara itu, Rektor STT Jafrray Jakarta, Dr Yakob Tomatala mengaku bersyukur atas kasih Tuhan yang nyata menolong STT Jaffray Jakarta sebagai wadah pemantapan kerohanian dan intelektual para wisudawan, sehingga menjadi pemimpin-pemimpin yang berintegritas. Karena itu, Yakob mengatakan bagi para wisudawan bukan berarti, setelah lulus, berhenti belajar. Ini awal baru untuk terus

belajar. Yakob juga berharap agar wisudawan bisa menjadi pemimpin yang mandiri, mengembangkan diri, tetapi tetap berintegritas sebagai pemimpin rohani. “Pertolongan dari Tuhan tentunya tidak bisa kita lupakan dalam proses studi beberapa tahun lamanya di STT Jaffray. Lebih dari itu, Tuhan mau kita melewati proses. Kejayaan tidak dibangun dalam semalam. Kemampuan seorang pemimpin yang handal harus dibangun terusmenerus,” ujarnya. “Saya mencermati tatangan di depan, dapat dikatakan, bahwa unsur pemimpin, dan para dosen sudah memberikan apa yang terbaik yang bisa diberikan akademik. Selanjutnya, sekarang waktunya membuktikan Anda manusia pembelajar, yang berintegritas, mampu berkarya, melayani Tuhan di mana pun Anda berada,” ujar pendiri STT Jaffray Jakarta, ini.

?Hotman J Lumban Gaol

G

EREJA Rakyat dibangun untuk menjawab persoalan dimana gereja itu berada. “Di satu sisi negara melihat ini sebagai perjuangan pergumulan untuk memerangi kemiskinan, dan di satu sisi gereja mesti melihat ini sebagai lapangan pelayanan,” tegas Pendeta Shephard Supit dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-9 GBI Gereja Rakyat di Gedung Pusat ALKITAB/Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), Jalan Salemba Raya no 12, Jakarta Pusat, Sabtu,(22/9/2012). Menurut Shephard, sukaduka telah dialami, tetapi lebih banyak sukanya. Banyak yang menyenangkan karena temanteman turut mendukung. Yang terpenting ada suatu kepuasan sendiri untuk bisa menjadi berkat sekecil apapun bagi kawan-kawan yang membutuhkan. Dalam situasi bangsa ini yang menurut statistik angka kemiskinan turun – tetapi realitanya yang ada tidak demikian. Secara makro memang baik, tapi secara mikro lebih banyak orang miskin. Ini menjadi lapangan pelayanan bagi gereja. “Keberpihakan gereja mesti jelas, kalau gereja hanya berpihak kepada hal secara fisik dan jasmani, gereja perlu meningkatkan lagi kapasitas pelayannya. Karena gereja mampu dan diutus untuk melayaninya,” kata Shephard. Peran dari mereka yang membantu berdirinya Gereja Rakyat seperti, Pdt. Abraham Hariline Hutabarat, Renta Hutabarat, Bob Mamesa, Yuming Mamesa, dan Rameda Florens

Simamora yang hadir pada malam itu begitu berarti. GBI Gereja Rakyat mempunyai visi menjadi Garam dan terang bagi bangsa-bangsa. Serta misi Gerakan menjadikan manusia baru. Dengan dimeriahkan oleh Betawi Bermazmur yang selalu Senang Bersama Yesus (SBY). Berdirinya gereja rakyat ini pun mendapatkan tatangan bagaimana membentuk paradigma orang yang terpinggirkan ini. Hasil yang dilihat partisipasi gereja kian meningkat. Kepedulian gereja dibanding bagi orang miskin dengan sepuluh lima belas tahun jauh. Internal gereja harus membuat paradigma mereka berubah agar bisa lebih maju.“Mulai dengan pelatihan home industri, usaha padat karya, dan mereka sudah mau mengikutinya,” ungkapnya. Shephard memimpikan agar Negara benar-benar menjamin kebebasan beragama, dan keadilan sejati. Juga kita merindukan kebebasan dari kebodohan, dosa, marjinalisasi, kesejateranan, pesaudaran sejati, dan semua suku serta bangsa mendapatkannya tidak terkotak-kotak. Harapan kedepan, lanjutnya, agar Indonesia sesuai dengan pancasila, terciptaanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Bagaimana gereja terlibat pada sosial kemasyarakatan karena gereja punya potensi yang besar. Diambil dari Mazmur 145:9a, Tuhan itu baik kepada semua orang.

?Andreas Pamakayo

REFORMATA


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.