RP1_30112012

Page 2

2

RADAR PALEMBANG, JUMAT 30 NOVEMBER 2012

Syariah

Perbankan Syariah Tumbuh Melesat YOGYAKARTA, RP - Potensi pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia sangat tinggi. Bahkan pertumbuhanya lebih tinggi dibanding dengan rata-rata pertumbuhan aset perbankan secara keseluruhan. Penabung aktif di bank syariah terus berkembang dari tahun ke tahun. Ketua Dewan Komisioner, Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) Heru Budihargo mengatakan, saat ini total aset dari perbankan Syariah telah mencapai 4,20% dari total aset keseluruhan perbankan. “Rata-rata pertumbuhan aset perbankan syariah sebesar 40,2% dari tahun 2007-2011. Ini bukti bahwa potensi perkembangan perbankan syariah sangat tinggi,” kata Heru pada 4th IADI IDIG Seminar on Islamic Deposit Insurance ‘Promoting Financial Stability through Effective Islamic Deposit Insurance Coverage’ di Hyatt Regency Hotel Yogyakarta, Senin (26/11). Direktur Penjaminan dan Manaje-

men Resiko LPS, Salusra Satria mengatakan, perkembangan yang cukup pesat tersebut perlu perlindungan kuat dari penjaminan simpanan. Pihaknya membandingkan degan Malaysia yang saat ini memiliki penjaminan syariah yang lebih jelas termasuk penjaminan asuransi. “Penjaminan syariah kita saat ini masih terus dilakukan penyempurnaan dengan melibatkan ulama atau dewan syariah. Nasabah perbankan syariah harus mendapat penjelasana, bahwa bisnis perbankan syariah sesuai dengan syari,” kata Salusra. LPS sendiri menurut Salusra, telah melakukan penjamian terhadap perbankan syariah diantaranya telah melikuidasi 2 perbankan Syariah yakni, BPRS Babussalam di Bandung dan BPRS Syarif Hidayatullah di Cirebon. Melihat peran yang sudah dilakukan, menurutnya belum perlu Undang-Undang baru dalam penjaminan perbankan Syariah ini. (dru)

FOTO:SALAMUN RADAR PALEMBANG

KONSULTASI

Berdagang Secara Syariʼi

MIMBAR JUMAT

Menyambut Tahun Baru 2013 Oleh : Muh. Arifin Hasyibuan

FOTO:SALAMUN RADAR PALEMBANG

Apa perbedaan berdagang secara syar’i dengan berdagang secara konvensional / kapitalis, apakah discount , potongan harga termaksud syar’i. ??? apakah berdagang secara syar’i menyebut secara jujur harga pokok ??? Budiyansyah Jalan Kapten Arivai, Palembang Jawaban : Assalamualikm pak budi semoga selalu sehat wal afiat, Membedakan berdagang secara syari’i atau bukan adalah jika pedagang tersebut menerapkan sidik, amanah , tabligh dan fathonah itu sudah termasuk berdagang secara syari’i siapapun baik Pedagang dengan beragama Islam, hindu, Budha, Kristen jika mengamalkan tersebut maka ia berdagang secara syari’i. Perlu bapak ketahui terlebih dahulu bahwa inti dari Ekonomi syraih adalah memakmurkan masyarakat terkait dengan diskon/potongan harga sebagian menggunakan hal tersebut sebagai strategi marketing, ada juga karena sebagai promosi atau karena layunya pembeli hal tersebut tidak mengapa untuk diterapkan dalam jual - beli. semoga bermanfaat Wassalamualaikum

PENGUMUMAN Diberitahukan kepada relasi, mitra Harian Radar Palembang bahwa Wartawan Radar Palembang bernama Okta Sinandar Sapayona, terhitung sejak Senin 19 November 2012, TIDAK LAGI menjadi karyawan Radar Palembang. Jadi semua hal ataupun kegiatan yang dilakukan bersangkutan bukan menjadi tanggung jawab kami. Redaksi

Inspirasi Bisnis Masyarakat Sumsel

KEBIASAAN yang terjadi di masyarakat pada malam tahun baru, berbagai praktek hura- hura, kemasiatan, beraneka kegiatan dan acara-acara jahiliyah, yang kemudian timbul kebiasaan paradoks baru seperti lazimnya beberapa tahun terakhir ini, menjadi kegiatan rutin. Waktunya, generasi ini dibawa pada “Muhasabah Islamiyah” yang diisi dengan berbagai macam kegiatan dakwah diantaranya shalat berjama’ah Qiyamull Lail, Tasmi’ Tilawah, Ceramah, Seminar dan Tabligh. Jangan jadikan ini hanya sebagai kegiatan sampingan. Sementara waktu kegiatan jahiliyah di tahun baru merajalela. Para pihaknya masih punya waktu menyiapkan diri, mencari alternatif kegiatan yang lebih islami sebagai pengganti atau pengalihan hal negative ke positif dan memanfaatkan momentum tradisi tahun baru untuk acara dakwah. Bahkan, sebagain ahli syara’ memandang perlu untuk memberikan penjelasan pentingnya hal tersebut sebagai berikut: 1. Penyelenggaraan acara “Muhasabah” pada malam tahun baru tersebut semula adalah sekedar desakan suatu kebutuhan (hajah/ hajat) da’awi yang kemudian dikategorikan dalam kaedah “Darurat” (Dhorurat). Namun kini sudah menjadi dianjurkan untuk menepis hal negative. 2. Menimbang bahwa keterlanjuran dan kelangsungan dari acara rutin tahun baru dapat menjurus hal negatif. Sangat diharapkan ummat muslim memberikan tindakan prenevntif. (suatu langkah preventif untuk mengantisipasi /menanggulang adanya kemungkinan menjurus kepada penyelewengan atau pelanggaran adalah mutlak) Mencegah kerusakan lebih didahulukan dari pada mengatasi saja setelah terjadi. Bahwa mencegah adanya kerusakan dalam agama dengan hal baru lebih didahulukan dari pada mengambil manfaat dari acara tersebut. Sebab kita tidak ingin keluar dari satu kerusakan beralih kepada maslahat yang lebih besar (dalam akidah dan agama). Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas maka, ta’lim dan sebagainya pengarahan generasi muda dan masyarakat umumnya untuk tidak mengikuti acara-acara jahiliyah pada malam tahun baru adalah hal mutlak.Sebab barang siapa yang menyerupai sekelompok orang maka ia termasuk ke dalam golongan mereka.

FOTO:SALAMUN RADAR PALEMBANG

(man tasyabbahaiqaumin fahuwaminhum). Perlu adanya diversivikasi kegiatan-kegiatan da’wah menjelang datangnya tahun baru (tidak bertepatan dengan malam tahun baru) seperti acara tabligh, seminar dan sebagainya untuk gencar menyampaikan risalah muhasabah tersebut agar masyarakat tidak terjerumus ke dalam jebakan bid’ah dan kema’siatan di malam tahun baru. Perlu diingatkan bahwa pada prinsipnya, muhasabah seharusnya dilakukan setiap hari oleh masing-masing individu muslim tidak perlu menunggu mementum baik kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain. Sehingga sangat dipandang perlu untuk mengambil langkah evaluasi melalui kegiatan-kegiatan da’wah yang diselenggarakan setelah berlalunya tahun baru lewat mimbarmimbar keagamaan untuk menekan tingkat kema’siatan atau mengambil pelajaran dari pengalaman agar tidak terulang lagi atau menjadi lebih baik di masa depan atau disebut hijrah.

Dana Pembiayaan Syariah Masih dari Bank JAKARTA, RP – Perusahaan pembiayaan syariah masih menggantungkan pendanaan pada perbankan syariah. Sekitar 60 persen pendanaan perusahaan pembiayaan syariah berasal dari perbankan.

Kesucian akidah di atas segalanya. Hal ini sekaligus menegaskan betapa maslahat din menempati pertimbangan tertinggi dari maslahat-maslahat yang lain. Pelajaran lain hijrah menegaskan adanya perseteruan abadi antara kebatilan versus kebenaran. Ibarat minyak dan air ia tidak akan bisa bertemu karenanya adalah sebuah utopia upaya-upaya “mengawinkan” antara nilai Islam dgn civic culture yang bertentangan dengan Islam terlebih jika dilandasi nafsu mendahulukan budaya ketimbang nilai Islam atas nama pluralisme dan humanisme. Pelajaran berikutnya adalah perseteruan kebenaran versus kebatilan mengharuskan manusia memilih salah satu di antara keduanya tidak ada sikap “non-blok”. Allah SWT berfirman yang artinya “Kebenaran itu datang dari Rabb-mu maka jangan sekali-kali engkau termasuk orang yang ragu-ragu.” . Untuk menangkap spirit hijrah lebih jauh rumusan sederhana Ibnu Qayyim cukup

Kepala Bagian Lembaga Pembiayaan Biro Pembiayaan dan Penjaminan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), Tattys M Hedyana, menyebutkan perusahaan pembiayaan syariah belum berani keluar dari pendanaan perbankan syariah. “Belum ada perusahaan yang memperoleh sumber dana dari pasar modal,” kata Tattys dalam diskusi kelompok perusahaan pembiayaan syariah di Jakarta, Selasa (27/11). Total pendanaan perusahaan pembiayaan syariah pada September 2012 adalah mencapai Rp 18,2 triliun. Sekitar Rp 10,3 trilun merupakan pinjaman dari bank syariah. Pinjaman ini terdiri dari pinjaman murabahah sebesar Rp 6,1 triliun atau 33,5 persen dari total pendanaan, pinjaman mudharabah Rp 3,5 triliun (19,7 persen), dan pinjaman musyarakah

menarik katanya dalam kata hijrah terkandung arti berpindah “dari” dan berpindah “menuju”. Maksudnya berpindah dari yang semula tidak sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya menuju kepada yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Jika rumusan global tersebut betul-betul dihayati tiap muslim untuk selanjutnya secara konsisten diterapkan dalam sendi-sendi kehidupan barangkali nasib umat Islam secara umum akan lebih baik dari sekarang. Seorang koruptor akan berhenti dari korupsinya para preman akan menghentikan aksi bromocorahnya tidak ada lagi muslim penimbun orang miskin akan bersuka cita karen kucuran infak para dermawan. Para dai berhenti bersengketa antar mereka dalam urusan yang kurang prinsip dan seterusnya. Lantas mengapa kenyataannya tidak demikian? Barang kali karena kita kurang menghayati dan mengamalkan arti hijrah sebagaimana mestinya. Wallahu a’lam. (*)

Rp 707 miliar (3,8 persen). Sisanya pendanaan diperoleh dari ekuitas Rp 1,04 triliun, sukuk ijarah Rp 238,6 miliar dan pendanaan lain Rp 6,5 triliun. Pendanaan dari sukuk porsinya hanya 1,32 persen dari total pendanaan. Padahal sukuk bisa menjadi alternatif dana bagi perusahaan pembiayaan syariah. Konvensional sudah lebih dulu memanfaatkan surat utang sebagai sumber dana. Penerbitan obligasi ini member porsi pendanaan sebesar 13 persen di pembiayaan konvensional. “Nilai ini cukup besar bagi perusahaan pembiayaan,” kata Ettys. Ettys mengungkapkan tingginya pertumbuhan pembiayaan syariah mau tidak mau menuntut perusahaan untuk mencari alternatif lain pendanaan. Bila hanya mengharapkan dari bank, maka perusahaan pembiayaan akan sulit untuk tumbuh. (*)

klik...........www.radarpalembang.biz


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.