Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 56

Page 1

Vol. 5 n5No. 5649 n Agustus n No. n Januari2014 Vol. 2014

Menyongsong Horison Baru

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

1


J

eepney di Filipina adalah artefak hidup. Kendaraan ini dulunya ­digunakan militer Amerika kemudian difungsikan kembali menjadi alat angkutan massal setelah negara ini merdeka. Saking melekatnya citra Jeepney dan Filipina, bis wisata keliling kota Manila pun dari Jeepney. Tahun 2015 kita akan melihat Double Decker Jeepney melewati jalan-jalan di Manila. Protype-nya sudah dipamerkan saat Phillipine Tourism Mart 2014 pada 5–7 September 2014 lalu. Sebuah perusahaan swasta mengelola city tour dengan Jeepney. Saat ini baru tersedia paket dalam grup saja dalam satu bus. ­Paket tur dengan Double Decker Jeepney ditawarkan mulai dari 10.999 PHP (Peso) ekivalen US$ 250 selama 8 jam, per bus berisi 42 orang. ­Minimum per booking 10 orang. n

Pengarah: Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Isi Nomor ini

Penanggungjawab: Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata

Konferensi Nasional Penyiapan SDM

Wakil Penanggungjawab: Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata Penerbit/Pemimpin Redaksi: Arifin Hutabarat Dewan Redaksi: Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri; Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri; Direktur Konvensi, Insentive, Even dan Wisata Minat Khusus; Direktur Pencitraan Indonesia; T. Burhanuddin; Wisnu B. Sulaiman. Reporter: Benito Lopulalan Alamat: Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jl. Medan Merdeka Barat No.17, Lantai 3 Jakarta 10110 Telp : 021 383 8220 Fax : 021 380 8612, Email : jurnal@indonesia.travel Jika Anda mem­ punyai infomasi dan pendapat untuk Newsletter ini, ­silakan kirim ke alamat di atas.

2

Suasana Psikologis Wisman yang Tengah Berkunjung

18

Filipina, Pintu dari Utara Potensi pula Kerja Sama Destinasi

22

Inspirasi untuk Wisata Susur Sungai

25

Peluang Industri Yacht

30

www.newsletter-pariwisataindonesia.com

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

8


Editorial

Tumbuhnya MICE dalam Industri Pariwisata Menteri Mari Elka Pangestu

“17

Lembaga Sertifikasi Usaha Bidang Pari­ wisata (LSU) diharapkan mendorong dipenuhinya standar usaha dan pening­ katan kualitas layanan pelaku usaha di sektor pariwisata,” ujar Menparekraf, Mari Elka Pangestu saat mengumumkan penunjukan dan penetapan Lembaga Sertifikasi Usaha Pariwisata, di Gedung Sapta Pesona, Kemenparekraf, Jakarta, Rabu (10/9/2014). “MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) di 2015 nanti adalah perdagangan bebas barang, jasa, investasi dan perpindahan orang-orang yang mana salah satunya adalah sektor pariwisata. Untuk itu, 17 LSU ini bakal menerapkan standar dan sertifikasi pelaku usaha dan jasa wisata dalam persaingan (di antara) negara-negara ASEAN,” Menteri melanjutkan. Inti dari standar bidang usaha pariwisata yakni produk, pelayanan, dan pengelolaan, sesuai dengan amanat yang tercantum dalam Undang-Undang tentang Kepariwisataan. Kita dengan demikian kini mengarahkan salah satu fokus pada kualitas, baik pada praktik bisnis dan penge­ lolaan, ­maupun pada para pelaku dan profesional bidang ­pariwisata. Di Padang, saat menyaksikan Travel Mart bertajuk ­Indonesia Corporate Meeting and Incentives (12/9), Wamen Parekraf Sapta Nirwandar menyatakan, ”Sudah saat-

Wakil Menteri Sapta Nirwandar

nya ada badan konvensi yang bertugas memasarkan MICE, ­meeting, incentives, convention and exhibition dan branding kota dalam hal kemampuannya menyelenggarakan MICE.” Minat terhadap pengembangan MICE dalam industri ­pariwisata tetap tumbuh, maka itu haruslah dilanjutkan dengan pembentukan badan khusus yang mengurusnya. Koordinasi antarindustri terkait akan lebih lancar sehingga perkembangan industri ini semakin cepat. Ini jadinya merupakan salah satu fokus lagi dalam upaya mempercepat pertumbuhan dan pengembangan pariwisata Indonesia. Negeri ini nyatanya ‘lebih banyak’ memiliki potensi dan sumber-sumber yang akan dapat memuaskan demand dari penyelenggara kegiatan-kegiatan MICE. Sementara itu gagasan membangun ‘poros maritim’ ­dengan konsep ‘tol laut’ semenjak diungkapkan oleh ­Presiden terpilih Joko Widodo, telah menjadi wacana luas oleh para ahli, akademisi, pemangku kepentingan ­kelautan. ­Pemikiran itu mengangkat peran strategis kelautan atau ­bahari terhadap perekonomian nasional. Pada dirinya, ­niscaya ­mengandung efek dorongana atau peluang berkembangnya pariwisata bahari Indonesia yang demikian luas terbuka. ­Pemangku kepentingan pariwisata pun sepatutnya meng­antisipasi, ­sebagai salah satu fokus pengembangan pariwisata, khususnya lagi wisata bahari. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

3


Menyambut Horison

S

ebanyak 17 Lembaga Sertifikasi ­Usaha (LSU) bidang pariwisata kini tersedia. Memang masih terkon­ sentrasi 16 berada di Pulau Jawa dan 1 di Bali. Tapi itu sudah menjadi bagian dari horizon baru yang tengah menampakkan posisi pari­wisata Indonesia menyongsong tahap baru pengembangannya. Yaitu selain secara umum ­sebagai dasar akan lebih kuat meningkatkan daya saing bisnis pariwisata, secara spesifik menyongsong era Masyarakat Ekonomi ASEAN. Memusatnya di Jawa dan Bali memang juga berkonsekuensi permasalahan kecenderungan biaya sertifikasi usaha bidang pariwisata di luar Jawa khususnya di wilayah Indonesia Tengah dan Timur menjadi lebih mahal, terkait dengan biaya sertifikasi akan perlu mencakup biaya transportasi dan akomodasi auditor. Maka karena itulah Kemenparekraf pun mendorong terbentuknya LSU bidang Pariwisata di setiap ibukota provinsi, yaitu dengan lebih banyak menyiapkan auditor dalam jumlah banyak yang lebih memadai, melalui pelatihan auditor usaha pariwisata.

4

Jadi, Indonesia menyongsong horizon baru di aspek persaingan bisnis pariwisata, kini dengan memfungsikan dua kegiatan yang berhubungan langsung dengan ‘kualitas’, yaitu dengan sertifikasi profesi bagi ketenagakerjaaan, dan, sertifikasi usaha bidang pariwisata. Sejumlah lembaga-lembaga untuk kegiatan sertifikasi profesi telah bekerja dan sertifikasi usaha segera dapat melaksanakan tugas dan fungsinya. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah menunjuk dan menetapkan 17 Lembaga Sertifikasi Usaha bidang Pariwisata yaitu: 1. PT Sucofindo International Certification Service, Jakarta; 2. PT Sai Global Indonesia, Jakarta; 3. PT Mutu Indonesia Strategis Berkelanjutan, Jakarta; 4. PT Sertifindo Wisata Utama, Semarang; 5. PT Karsa Bhakti Persada, Bandung; 6. PT Megah Tri Tunggal Mulia (National Hospitality Certification), Surabaya; 7. PT Tribina Jasa Wisata, Jakarta; 8. PT Graha Bina Nayaka, Jakarta;

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

9. PT El John Prima Indonesia, Jakarta; 10. PT Adi Karya Wisata, Yogyakarta; 11. PT Indonesia Certification Services Management, Jakarta; 12. PT Sertifikasi Usaha Pariwisata Indonesia, Jakarta; 13. PT. Bhakti Mandiri Wisata Indonesia, Yogyakarta; 14. PT Tuv Rheinland Indonesia, Jakarta; 15. PT Mutuagung Lestari, Jakarta; 16. PT Enhai Mandiri 186, Bandung; 17. PT Sertifikasi Usaha Pariwisata Nasional, Denpasar. LSU tersebut dapat segera melaksanakan sertifikasi usaha pariwisata secara independen, tidak dapat diintervensi oleh siapapun dan tidak memerlukan izin dari pemerintah namun tetap melaporkan pelaksanaan kegiatan. Sesungguhnya yang akan kita hadapi pada ­tahun-tahun yang akan datang adalah persaingan dunia usaha pariwisata secara terbuka di tingkat global, yang membutuhkan kualitas


Utama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) secara resmi mengumumkan (launching) 17 Lembaga Sertifikasi Usaha (LSU) pariwisata, pada 10 September 2014, di Jakarta.

Dengan kehadiran 17 Lembaga Sertifikasi Usaha (LSU) Bidang Pariwisata, diharapkan mendorong dipenuhinya standar usaha dan peningkatan kualitas layanan pelaku usaha di sektor pariwisata yan otomotis juga akan meningkatkan daya saing industri pariwisata nasional. Mari Elka Pangestu

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Baru produk, pelayanan dan pengelolaan usaha pariwisata sesuai standar usaha pariwisata, agar dapat diterima dan diakui oleh seluruh stakeholder pariwisata global khususnya di ASEAN. Pada 10 September 2014, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) secara resmi mengumumkan (launching) sejumlah lembaga pariwisata tersebut, yang akan melaksanakan sertifikasi usaha pariwisata. LSU merupakan implementasi Undangundang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang mengsyaratkan bahwa produk, pelayanan dan pengelolaan usaha pariwisata harus memiliki standar. Setelah itu turun PP Nomor 52 tahun 2012 ­tentang Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata dan Peraturan Menteri (Permen) Nomor 1 Tahun 2014 dan Nomor 7 Tahun 2014 mengenai penyelengaraan sertifikasi usaha pariwisata yang mengatur pendirian LSU, pelaksanaan sertifikasi dan pengawasan. Permen tersebut mewajibkan pelaku industri untuk melakukan Sertifikasi Usaha Pariwisata agar

profesionalisme pengelolaannya bisa memenuhi standar usaha yang dikeluarkan oleh Pemerintah.

Apa kata Undang-undang? Bab XII: Pelatihan Sumber Daya Manusia, Standardisasi, Sertifikasi, dan Tenaga Kerja. Bagian Kesatu: Pelatihan Sumber Daya Manusia Pasal 52: Pemerintah dan Pemerintah Daerah me­nye­ leng­garakan pelatihan sumber daya manusia pariwisata sesuai dengan ketentuan peraturan per­undang-undangan. Bagian kedua: Standardisasi dan Sertifikasi. Pasal 53: Tenaga kerja di bidang kepariwisataan memiliki standar kompetensi. Standar kompetensi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan melalui sertifikasi kompetensi. Sertifikasi kompetensi dilakukan oleh lembaga sertifikasi profesi yang telah mendapat lisensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 54: Produk, pelayanan, dan pengelolaan usaha pariwisata memiliki standar usaha. Standar usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui sertifikasi usaha. Sertifikasi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 55: Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 dan sertifikasi usaha sebagaimana ­dimaksud dalam Pasal 54 diatur dalam Peraturan ­Pemerintah.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

5


Utama

Bagian Ketiga: Tenaga Kerja Ahli Warga Negara Asing. Pasal 56: Pengusaha pariwisata dapat ­mempekerjakan tenaga kerja ahli warga negara asing sesuai ­de­ngan ketentuan peraturan perundang-­undangan. Tenaga kerja ahli warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari organisasi asosiasi pekerja profesional kepariwisataan. Undang-undang mengamanatkan bagi Peme­ rintah di Pusat dan di Daerah untuk melaksanakannya. Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu me­­­nerangkan, sudah ada 24 standar usaha pariwisata, antara lain hotel, jasa perjalanan, restoran, karaoke, taman rekreasi, wisata selam, informasi pariwisata, spa, konsultan pariwisata, itu di antara keseluruhan 56 jenis standar usaha

6

pariwisata. Ditargetkan akhir bulan September 2014 akan diterbitkan 4 standar usaha lagi yang ditetapkan yaitu Villa, Perahu Layar, Arena Permainan dan Lapangan Golf. Yang belum terselesaikan standardisasinya akan dilengkapkan pada tahun 2015. Tinggal setahun lagi berlakunya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Itu nanti membawa konsekuensi yang besar terhadap berbagai sektor kehidupan masyarakat Indonesia termasuk sektor pariwisata, di mana pada era tersebut lalu lintas barang dan jasa termasuk mobilitas tenaga kerja di antara negara anggota ASEAN menjadi relatif amat bebas. Persaingan kesempatan usaha dan berusaha khususnya peningkatan daya ­saing sektor pariwisata dan ekonomi kreatif ­menjadi sangat tinggi. Untuk itu kata kuncinya, di­tegaskan oleh Menteri, antara lain ­melaksanakan implementasi standar kompetensi tenaga kerja dan standar usaha di bidang pariwisata.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

Penunjukan 17 LSU Bidang Pariwisata yang ditetapkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah atas rekomendasi Komisi Otorisasi Usaha. Komisi ini beranggotakan 16 orang yang berasal dari kalangan praktisi, akademisi, organi­ sasi kepariwisataan termasuk sejumlah pejabat dari Kemenparekraf. Sebagai ketua ditunjuk ­Dadang Rizki Ratman yang juga adalah Plt Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata dan Staf Ahli Menteri Parekraf. Menteri mengingatkan, dalam RIPPARNAS (Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional) tercantum target pada 2025 sektor pariwisata bisa memberikan kontribusi sebesar 6% terhadap PDB dengan perolehan devisa dari wisman sebesar US$ 17 miliar dan pengeluaran wisnus sebesar Rp 359,7 triliun per tahun, target kunjungan 25 juta wisman dan pergerakan 371 juta wisnus pada 2025. LSU bidang Pariwisata, sebagai lembaga man­ diri dan independen memiliki wewenang penuh


untuk menerbitkan dan mencabut sertifikasi usaha pariwisata yang diterbitkan, serta melakukan pemeliharaan kualitas standar usaha yang diaudit melalui kegiatan survailence. Komisi Otorisasi Usaha Pariwisata yang di­ kelola oleh insan-insan pariwisata terpilih akan melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional dan kosisten dalam rangka mewujudkan terselenggaranya sertifikasi usaha yang kredibel, akuntabel dan dapat dipertanggung jawabkan demi meningkatkan daya saing pariwisata ­Indonesia di pasar global, khususnya di antara negara-negara ASEAN. Adapun industri pariwisata sendiri, haruslah bekerja untuk terus meningkatkan kualitas di sektor pariwisata dari segi pelayanan, produk yang ditawarkan, daya tarik dan daya saing.

Terobosan Tol Laut dan MICE

Terobosan yang tampaknya akan menjadi salah satu kebijakan baru secara nasional, yang

baik diperhatikan kini ialah konsep dan pemikiran yang mengarah pada dua sasaran utama, yang kini muncul di horizon pengembang­an pariwisata Indonesia. Yaitu: (1) arah realisasi gagasan membangun ‘poros maritime’ dengan konsep ‘tol laut’ yang akan mengangkat secara strategis peran dan manfaat kelautan atau bahari Indonesia terhadap perekonomian nasional, yang pada dirinya niscaya me­ngandung efek berkembangnya pariwisata bahari Indonesia yang demikian luas terbuka. Konsep poros maritim dan tol laut tersebut telah menjadi wacana luas oleh para ahli, akademisi, pemangku kepentingan kelautan, semenjak dilontarkan oleh Presiden terpilih Joko Widodo, maka, pemangku kepentingan pariwisata pun sepatutnya mengantisipasi pula, kaitannya de­ ngan kemungkinan luas bagi berkembangnya potensi wisata bahari negeri ini. (2) Ada pemikiran yang lebih spesifik dan praktis, kemungkinan dibentuknya semacam

Pantai Losari di pelabuhan laut Makassar, sudah mulai diperindah dengan fasilitas umum yang elok dipandang mata.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

7


Biro Konvensi atau Convention Bereau yang akan spesifik memasarkan MICE Indonesia. Ihwal pemasaran spesifik MICE, Wamen Parekraf Sapta Nirwandar menyinggungnya dengan menerangkan bahwa, “Sudah saatnya ada badan konvensi yang bertugas memasarkan MICE (meeting, incenctive, convention, exhibition) dan branding sebuah kota untuk kemampuannya menyelenggarakan MICE.” Secara kualitatif Indonesia sudah sangat baik menggelar konvensi, sudah beberapa kali menggelar konvensi penting tingkat dunia seperti WTO dan APEC. Namun secara kuantitatif, kata Sapta, masih kalah dibandingkan Singapura, misalnya. Indonesia menggelar 300–400 pertemuan ­dalam setahun, Singapura menggelar 1.000 konvensi setiap tahun karena kemampuannya menciptakan kegiatan yang bervariasi. MICE itu terdiri dari: (1) Meeting, yaitu rapat-rapat dan pertemuan-

pertemuan organisasi swasta daan pemerintahan, bisnis, korporasi, yang berskala nasional dan internasional, artinya peserta hadirin datang dari berbagai negara; (2) Incentives, merupakan program-program berwisata kelompok yang diselenggarakan ­perusahaan atau korporasi, lazimnya sebagai ­bonus bagi karyawan atau manajemen perusahaan, ­biasanya berjumlah puluhan hingga ­ratusan ­untuk berwisata dalam satu perjalanan, dan, ­lazimnya diisi dengan program kegiatan internal organisasi di lokasi destinasi, seraya tentunya menikmati tur setempat, ini pun selalu ­cende­rung meminta kualitas produk dan pelayanan yang relatif tinggi; itu dilakukan oleh kalangan swasta nasional dan internasional; ­karenanya pengeluaran biaya atau belanja ­mereka “bisa tiga kali lipat dibandingkan pembelanjaan wisatawan biasa,” seperti ditegaskan oleh Wamen Parekraf; (3) Convention, merupakan kegiatan kon­

Utama

Konferensi Nasional Penyiapan SDM

8

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

fe­­rensi, kongres, berskala internasional atau nasional, oleh pemerintahan, badan-badan ­internasional, asosiasi swasta internasional, hingga organisasi dan komunitas-komunitas yang berjangkauan mancanegara; (4) Exhibition, pameran-pameran sosial, ­budaya, ekonomi, teknologi, dan berbagai jenis produk yang dikemas menjadi event dan ­pa­meran, tak diragukan lagi, amat berpotensi dari dalam negeri sendiri dan dari manca­negara. Dulu hanya tiga daerah yang mampu meng­ adakan konvensi yakni Jakarta, Yogya dan Bali. KIni 16 daerah bisa menggelar konvensi dengan kapasitas berbeda-beda, kata Sapta ­Nirwandar. Ini mengingatkan betapa negeri besar ­Amerika Serikat pun memfungsikan satu ­badan yang di­ sebut Visitor and Convention Bereau; tugasnya rupanya bahkan dengan sendirinya mengkaitkan langsung antara memasarkan ­konvensi dan menarik wisatawan atau visitors. n

K

embali pada ihwal kualitas ­sumber daya manusia di pariwi­ sata Indonesia, dilaksanakanlah Konferensi Nasional ­Penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) Pariwisata yang Kompeten dan Berdaya Saing dalam Meng­ antisipasi Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 di Jakarta, pada 19 Agustus 2014. Sekitar 200 perserta hadir dari unsur peme­ rintah, pelaku usaha pariwisata, profesional pariwisata dan masyarakat umum sebagai konsumen. Tujuannya untuk meningkatkan kesa-


Sudah saatnya ada badan konvensi yang bertugas memasarkan MICE (meeting, incentive, convention, exhibition) dan branding sebuah kota untuk kemampuannya menyelenggarakan MICE. Sapta Nirwandar

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

daran (awareness) para stakeholders, mengenai perkembangan terkini situasi tantangan bagi tenaga kerja pariwisata di Indonesia menjelang diberlakukannya MEA 2015. Maka semua pihak diharapkan mempunyai pemahaman yang sama dan melakukan langkah-langkah antisipasi ­bersama. Kepada para peserta juga diminta masukan bagai­mana kerja sama dan penyempurnaan kelemba­gaan yang diperlukan agar sektor pariwisata dapat manfaat optimal dari MEA 2015. Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu me­ resmikan dan memberikan key notes, meng­ akui, pariwisata Indonesia masih menghadapi ­sejumlah kendala di antaranya infrastruktur, aksesibilitas, serta konektivitas penerbangan dari negara-negara sumber wisman ke destinasi pariwisata unggulan di Indonesia. Selain itu diversifikasi produk yang kreatif juga menjadi tantangan yang harus segera dipecahkan oleh pelaku dan tenaga kerja (SDM) pariwisata yang kreatif dan profesional. Sejak 2007 hingga 2014, Kemenparekraf telah melakukan program sertifikasi terhadap 64.127 tenaga kerja bidang pariwisata. Itu antara lain di bidang hotel dan restoran, spa, biro perjalanan wisata, MICE, tour leader, jasa boga, maupun wisata minat khusus seperti arung jeram dan ­selam. Jumlah tenaga kerja yang telah mendapat sertifikat ini jauh di atas target yang ditetapkan pada akhir 2014 sebanyak 50 ribu tenaga kerja pariwisata.

Sebenarnya sejak 1998 Indonesia menjadi lead country dalam pengembangan SDM Pariwisata ASEAN. Standar kompetensi SDM pariwisata tingkat ASEAN (ACCSTP) sebagian besar adalah standar yang diterapkan di Indonesia. Selain itu Indonesia juga ditunjuk sebagai ­Regional Secretariat yang memfasilitasi implementasi dari MRA (Mutual Recognition Arrangement/MRA) tenaga kerja profesional pariwisata di kawasan ASEAN. Daya saing pariwisata Indonesia pun terus membaik di kategori budaya (culture and heritage), sumber daya alam (rich natural resources), dan harga (value for money). Menurut data The Travel and Tourism Competitiveness Index yang dilansir World Economic Forum (WEF) 2013, daya saing pariwisata Indonesia naik 4 tingkat, tahun 2012 berada di peringkat 74, tahun 2013 naik ke peringkat 70. Peluang lain adalah dengan semakin mem­ baiknya pariwisata ASEAN akan mendorong meningkatnya kunjungan wisman dari kawasan ASEAN ke negara anggota termasuk Indonesia, hal ini seiring dengan akan diberlakukannya kebijakan single destination dan common visa ASEAN. “Pertumbuhan sektor pariwisata ASEAN me­ rupakan tertinggi di dunia, sepanjang periode 2005–2012 tumbuh rata-rata 8,3% per tahun atau di atas rata-rata pertumbuhan pariwisata global yang hanya 3,6% per tahun. Bahkan tahun 2013 arus kunjungan wisatawan ke negara

ASEAN sudah mencapai 92,7 juta atau meningkat 12% dibandingkan tahun sebelumnya, sementara pertumbuhan global hanya 5%,” kata Mari Elka Pangestu. Diproyeksikan potensi kontribusi pariwisata terhadap perekonomian kawasan ASEAN akan mencapai US$ 480 miliar pada tahun 2013, ­sementara pertumbuhan investasinya sekitar 6,8% per tahun. Kontribusi pariwisata mengalami ­peningkatan dari 10% menjadi 17% terhadap total ekspor ­barang dan jasa Indonesia. Penerimaan devisa pariwisata meningkat menjadi US$ 10 miliar atau berada di peringkat 4 besar, sebelumnya berada di peringkat 5. Kontribusi pariwisata secara langsung ter­ hadap PDB mencapai 3,8% dan jika diperhitungkan efek penggandanya sebesar 9%. ­Penyerapan tenaga kerja pariwisata mencapai 10,18 juta orang atau 8,9% dari total jumlah perkerja ­nasional atau sektor pencipta tenaga kerja ter­ besar keempat. Sementara itu kontribusi ekonomi kreatif ­ter­hadap perekonomian nasional, menurut data BPS tahun 2013, sebesar Rp 641,8 triliun atau mencapai 7% PDB nasional. Ekonomi Kreatif mencatat surplus perdagangan selama ­periode 2010 hingga 2013 sebesar Rp 118 triliun. ­Kontribusi devisa dari sektor ekonomi kreatif mencapai US$ 11,89 miliar, sedangkan lapangan kerja yang diciptakan oleh sektor ekonomi kreatif sebanyak 11,8 juta orang. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

9


Festival Maluku Utara

Events

Tata Cara Sertifikasi Usaha P

eraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2014 tertanggal 7 Januari 2014 pada Bab IV tentang tata cara sertifikasi mengatur sebagai berikut:

l Pasal 10 :

(1) Tata cara Sertifikasi Usaha Pariwisata dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut: a. Pengusaha Pariwisata mengajukan permohonan pendaftaran sertifikasi pada LSU Bidang Pariwisata dengan tembusan kepada Komisi Otorisasi; b. LSU Bidang Pariwisata menugaskan tim Auditor untuk melakukan audit di perusahaan pemohon; c. tim Auditor melaporkan hasil audit pada LSU Bidang Pariwisata yang menugaskan; d. LSU Bidang Pariwisata mengkaji hasil audit yang dilaporkan oleh tim Auditor dan memutuskan sertifikasi serta menerbitkan Sertifikat Usaha Pariwisata. (2) Dalam permohonan sertifikasi oleh Pengusaha Pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, LSU Bidang Pariwisata menginformasikan rencana pelaksanaan sertifikasi kepada Gubernur melalui instansi teknis yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang kepariwisataan. (3) Dalam pelaksanaan kegiatan Sertifikasi Usaha Pariwisata, LSU Bidang Pariwisata wajib menugaskan Auditor yang memiliki Sertifikat Auditor dengan kompetensi audit sesuai usaha pariwisata yang akan diaudit. (4) Tata cara Sertifikasi Usaha Pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mengacu pada Pedoman Penyelenggaraan Sertifikasi Usaha Pariwisata yang tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. l Pasal 11 :

(1) Dalam melaksanakan Sertifikasi Usaha Pariwisata, LSU Bidang Pariwisata wajib menerapkan prinsip: a. ketidakberpihakan; b. kompetensi; c. tanggung jawab; d. keterbukaan; e. kerahasiaan; dan f. cepat tanggap terhadap keluhan l Selanjutnya, Pasal 14 :

(1) Setiap Usaha Pariwisata yang telah memperoleh sertifikat harus memasang Sertifikat Usaha Pariwisata di tempat yang mudah dilihat oleh umum. (2) Sertifikat Usaha Pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 3 (tiga) tahun sejak tanggal diterbitkan. (3) Usaha Pariwisata wajib memperbaharui Sertifikat Usaha Pariwisata yang masa berlakunya telah berakhir. l Pasal 15 :

Pengawasan terhadap penggunaan sertifikat dilakukan melalui: a. pemeriksaan terhadap kesesuaian antara kegiatan usaha pariwisata dengan sertifikat yang diterbitkan; dan b. pemantauan terhadap masa berlaku sertifikat dan tindak lanjut pembaharuannya.

10

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

di Senayan City

T

ahun demi tahun Kemenparekraf mendorong kemajuan bagi pemda yang hendak memajukan pariwisatanya, antara lain dengan membawa kegiatan promosi dilaksanakan di pusat-pusat ­keramaian di mana pasar wisnus berada. Maka, seperti halnya even Borneo Extravaganza yang dilaksanakan di Bali beberapa waktu sebelumnya, ­Kemenparekraf kali ini mengarahkan kegiatan promosi destinasi Maluku Utara di Jakarta. Wakil ­Gubernur Maluku Utara, Muhammad Natsir Thaib, datang ke ­Jakarta bersama beberapa bupati dan wakil bupati dari provinsi itu, dan pada tanggal 9 September 2014 menjelaskan pada jumpa pers yang dipimpin oleh Wamen Parekraf Sapta Nirwandar.

Seluk Beluk

P

ada satu lokakarya untuk para wartawan, salah satu pembicara ahli ­mengungkapkan ­bagaimana permasalahan dan upaya ­sebaiknya untuk memajukan wisata MICE di Indonesia. Kete­ rusterangannya dalam membedah tantangan dan peluang, masih terasa relevan diperhatikan oleh pemangku kepentingan MICE, terutama di daerahdaerah, kendati ini diuraikannya di pertengahan ­tahun 2012. Yang bisa kita lakukan adalah pertama kita perlu tahu market dari produk MICE. Pasar utama untuk MICE adalah pemerintahan (government) baik lokal, nasional maupun internasional; asosiasi; dan perusahaan atau korporasi. Pemerintahan dimaksudkan mulai level negara dan asosiasi negara-negara termasuk PBB. Asosiasi-asosiasi negara-negara ini memiliki banyak organisasi-organisasi di bawahnya yang memiliki banyak even. Kita bisa lihat di setiap kementrian saja secara nasional punya even-even yang luar biasa banyak.


Wamen menyatakan perhatian besar ­selalu d­ iberikan oleh Kemenparekraf, antara lain ­dengan kehadiran Dirjen Pemasaran Pariwisata, Dirjen Ekonomi Kreatif dan Sekjen Kementerian. Dari segi timing pun diminta perhatian. Maka publikasi melalui jumpa pers itu dilak-

sanakan sebulan sebelum even. Evennya bernama Kie Raha International Festival (KIF) 2014, dengan tema ­Experience The Wonders of North Maluku ­(Merasakan Keajaiban Maluku Utara). ­Pelaksanaannya pada tanggal 9–12 Oktober 2014 bertempat di Mall Senayan City, Jakarta. n

Wamen Parekraf Sapta Nirwandar dan Wagub Maluku Utara Natsir Thaib (tengah dan kiri) memperlihatkan kemasan produk sambal dari Maluku Utara yang telah memasuki pasar ekspor disaksikan Ditjen Pemasaran Pariwisata Esthy Reko Astuty (ujung kanan).

Mengembangkan Wisata MICE Saking banyaknya, para player MICE di Indonesia merasa nyaman hanya bermain di dalam negeri. Mereka masih berpikir untuk apa mendatangkan even-even internasional ke sini toh even-even di dalam negeri sendiri sudah cukup memberikan pemasukan. Inilah yang masih menjadi ganjalan untuk mendatangkan even-even dari luar ke sini. Pasar yang kedua adalah asosiasi atau ­organisasi, baik asosiasi industri maupun asosiasi profesional, contohnya asosiasi dokter mulai dari tingkat daerah-nasional-internasional, banyak sekali. Tapi industri MICE kita belum bisa membawa mereka untuk berkongres di sini. Asosiasi itu bisa beranggotakan ribuan orang. Kalau dalam setahun kita bisa menghadirkan 5 asosiasi berkongres di sini, masing-masing even dihadiri 3.000-5.000 delegasi, apalagi ditambah dengan pasangan, maka pariwisata Indonesia akan lebih hebat lagi. Pasar yang ketiga adalah perusahaan. Trennya

sekarang, dalam mempromosikan produknya, strategi perusahaan, termasuk memotivasi ­SDM-nya, banyak perusahaan yang menggunakan even. Kita tahu betapa banyaknya perusahaan nasional, internasional dan multinasional di Indonesia, seandainya pasar ini bisa digarap dengan baik, juga akan sangat berpengaruh terhadap pariwisata Indonesia. Memang yang masih menjadi ‘PR’ (pekerjaan rumah) bersama adalah mendorong para pemain ini untuk lebih giat lagi menggarap MICE terutama pasar asosiasi internasional dan perusahaan multinasional. Untuk pasar pemerintahan, pengambil ke­ pu­tusan pengadaan MICE berada di tangan pemerintahan tersebut. Sedangkan di pasar asosiasi, pengambil keputusan pengadaan MICE tergantung pada sistem pengambilan keputusan di asosiasi yang bersangkutan. Ada yang berdasarkan voting dari pengurus utama, ada voting

dari seluruh anggota. Kalau untuk perusahaan, pengambil keputusan pengadaan MICE termasuk pemilihan destinasinya biasanya dari BOD (board of director). Biasanya yang menjadi pesertanya diwajibkan untuk hadir. Ketika sebuah destinasi telah ditentukan ­setelah proses bidding, keberhasilan dari sebuah destinasi sebagai tuan rumah penyelenggara even adalah ketika peserta atau partisipan yang datang ke daerah itu banyak. Misalnya saat sebuah even diselenggarakan di Indonesia, peserta yang datang sedikit, itu berarti Indonesia kurang diminati oleh para peserta, meskipun mungkin asosiasinya sendiri meminati destinasi Indonesia. Jadi untuk memasarkan ke asosiasi, selain kepada asosiasinya juga harus mempromosikan kepada para anggotanya. Di Indonesia masih jarang program studi MICE, tapi di luar negeri jenjang pendidikan MICE mulai dari strata 1 (S1) hingga strata 3 (S3). n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

11


Banten dengan Festival Debus W

akil Menteri Parekra Sapta Nirwandar membuka Festival Debus pun kalender pariwisata nasional,” kata Sapta. Banten 2014 di kawasan Mercusuar Anyer, Kabupaten Serang, Banten Festival Debus 2014 dimeriahkan dengan berbagai atraksi menarik se­ pada 23 Agustus 2014. Festival ini diharapkan menjadi event unggulan pari- perti pemecahan rekor MURI untuk pertunjukkan kreasi seni debus yang wisata provinsi ini, memiliki keragaman seni dan budaya di antaranya seni dilakukan oleh 2.000 hingga 2.500 peserta dari 6 kabupaten/kota Provinsi pertunjukan debus dan ramBanten. Masing-masing dae­ pak bedug yang sejak lama rah menampilkan kreasi dijadikan ikon pariwisatanya. debus yang berbeda dengan Sebagai provinsi yang relatif tingkat kesulitan yang dibaru daerah ini bertekad mebatasi hanya tingkat ringan nempatkan sektor pariwisata dan sedang. Tingkat kesulitan dan ekonomi kreatif sebagai yang berat tidak ditampilkan unggulannya. untuk menghindari insiden “Sejak lama dikenal de­ yang tidak diinginkan ketika ngan daya tarik wisata ­sejarah festival berlangsung. antara lain Kesultanan Ban- (Kiri-kanan) Jaya Suprana dari MURI, Wamen Parekraf Sapta Nirwandar dan Wagub Banten Wamen Parekraf dan Wakil ten di Banten Lama, memi- Rano Karno. Gubernur Provinsi Banten liki pantai menarik seperti Pantai Carita dan Pantai Anyer serta keunikan ­menyerahkan ­hadiah untuk penampil debus terbaik, ­rampak bedug terbaik, masyarakat Baduy dan pertunjukan seni debus dan rampak beduk,” kata serta tim debus terbanyak dan tim rampak beduk terbanyak. Pertunjukkan Sapta Nirwandar didampingi Wakil Gubernur Banten Rano Karno. kesenian khas Banten, pasar rakyat, serta kegiatan pendukung seperti visit “Kami mengharapkan festival ini diselenggaraan secara kontinyu, mercusuar, Tour de Banten, fun bike/fun walk, dan seminar, mengisi kegiatan ­sehingga nantinya akan menjadi kalender pariwisata Provinsi Banten mau- festival. n

Festival Krakatau F

estival Krakatau 2014 dilaksanakan 19–31 Agus­­ tus 2014. Sejak 1991, festival ini memasuki tahun ke-24. Kegiatannya antara lain Surfing di Tanjung ­Setia, Tanjung Setia Pesisir Barat,—Pameran Lukisan, —Byccle Touring and Cross Country, Menara Siger dan Pulau Rimau Balak, Bakauheni,—Pameran Seni Lukis (Mural),—Permainan gasing dan layanglayang, Film Indie, Lomba Fotografi, Modern Dance, Souvenir dan Bazaar Buah Lokal,—Pameran Foto dan Suseki,—Krakatau Fun Diving dan Snorkeling, dan lain-lain. Wamen Parekraf Sapta Nirwandar datang menyaksikan. n

Bamboo Biennale di Solo

K

emenparekraf mendukung penyelenggaraan Bamboo Biennale 2014 yang diprakarsai Solo Creative City Networks (SCCN) dan Disbudpar Kota ­Surakarta, di Benteng Vastenburg kota tersebut pada 31 Agustus–28 ­September 2014. Ini untuk pertama kali. Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek, Harry Waluyo menyatakan bahwa even itu ­dilaksanakan antara lain bertujuan sebagai ajang kegiatan pengembangan vegetasi bambu (hutan bambu, produk kriya hingga arsitektur bambu) dan berusaha meng­integrasikan semangat kreatifitas banyak pihak dalam membangun dan mengembangkan potensi bambu. n

12

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014


Kota Kreatif Bandung S

alam Kreatif, seru Menparekraf Mari Elka Pangestu ketika mengunjungi ekonomi ekonomi kreatif di daerah, kali ini ke Bandung dan sekitarnya. Sejak tahun 2012, Kemenparekraf mensosialisasikan kegiatan Pengajuan Kota Kreatif ke UNESCO, salah satunya Kota Bandung. Berdasarkan 7 tema yang sudah ditetapkan UNESCO yaitu: Literature, Film, Music, Craft and Folk Art, Desain, Media Arts dan Gastronomy. Diperoleh kesepakatan bahwa Kota Bandung akan mengusung tema Desain Tata Kota berdasarkan pada setiap aktivitasnya. n

Batam Tourism Polytechnic

S

ementara itu Wamen Parekraf mengunjungi Batam Tourism Politechnic di Batam pada 6 September 2014, menyatakan penghargaan se­ ka­ligus mendukung kehadiran perguruan tinggi Batam Tourism Polytechnic (BTP) atau Politeknik Pariwisata Batam itu. Di bawah naungan manajemen Sekolah Ting­ gi Pariwisata (STP) Bandung, Wamen yakin, BTP akan berkembang sesuai tuntutan zaman. Karena selain dikelola secara profesional, BTP juga ditunjang dana yang memadai oleh Yayasan Vitka. Perguruan tinggi ini fokus di bidang pengembangan keahlian pariwisata yang berkonsentrasi di bidang perhotelan dan kuliner. “Kita percaya Kota Batam dapat menyiapkan tenaga-tenaga profesional di bidang perhotelan dan kuliner yang berkualitas internasional,” kata Wamen. Mereka yang menamatkan sekolah di BTP ini, berarti memiliki kompetensi berstandar internasional dan diharapkan tetap memiliki sikap yang sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.

“Untuk diketahui, STP Bandung adalah perguruan tinggi kedinasan yang bernaung di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sedangkan secara teknis-akademis dibina oleh Kementerian Pendidikan Nasional,” ujar Sapta Nirwandar. Manajemen dan penerapan metode pembelajaran serta dosen didatangkan langsung dari STP Bandung. “Selama ini, hampir setiap bulan orang Malaysia belajar ke NHI Bandung untuk membuat

kampus dengan kualitas serupa, bahkan banyak mahasiswa yang sudah kuliah di Malaysia kemudian masuk kuliah di STP. Dengan keberadaan BTP di Kota Batam, tentunya mereka akan lebih mudah datang ke sini,” paparnya. Direktur STP Bandung Anang Sutono, berkata: “Insya Allah, kampus ini akan menjadi kampus yang bagus, karena kami akan bekerjasama de­ ngan kampus lain di dunia, seperti Cullinary ­Institute of America (CIA) di mana kurikulum kami well connected,” ujar Anang. n

Menjual Wisata Sungai Juga

P

rovinsi Fujian, Tiongkok, mengadakan promosi Fujian Tourism pada 21 Agustus 2014 di Jakarta. Ternyata, juga mempromosikan wisata sungai menyusuri nine twisted stream alias sembilan ­kelokan dengan rakit tradisional dari bambu. Dinas Pariwisata Provinsi ­Fujian bersama Komite Dinas Pariwisatanya di Jakarta, mengadakan ­kegiatan itu diikuti oleh travel agent, tour operator, wholesaler, hotel, dan XiamenAir serta media dari Fujian, Cina. Acaranya bertajuk Taste the Real Oolong Tea Fresh Fujian, Beautiful China. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

13


Pemasaran Pariwisata

D

irjen Pemasaran Pariwisata Esthy Reko Astuty mengatakan: Kita memang sedang menyusun Rencana Jangka Menengah Tahap 3. Semua itu berdasarkan RPJM tahun 2015–2019. RPJM merupakankan rangkaian dari RPJP sampai 2025. Nah kita saat ini berada di tahap ke 3. Kalau dilihat dari skala prioritas dan tahapan skala pembangunan nasional kita di RPJM, tahap ini antara lain memasuki tahapan meningkatkan pemanfaatan Sumber Daya Alam, SDM yang ber­ kualitas, dan penggunaan teknologi. Ya memang ini kita sedang dalam penyusunan draft dalam kerangka pembangunan jangka menengah 2015-2019.

Kita juga dalam menyusun itu melihat isu-isu mutakhir, seperti dari World Economic Forum yang mengindikasikan apa yang menjadi isu dan tantangan dari sektor pariwisata, tidak hanya dari eksternal tapi melihatnya harus eksternal dan internal. Yang eksternal termasuk krisis ekonomi masih juga, belum tuntas teratasi secara global tapi masih kita rasakan. Mungkin juga masih masuk dalam pertimbangan kita saat menentukan target-target pasar. Contohnya yang short atau medium distance kita cari pasar-pasar yang cukup potensial, RRT, India, besar dari sisi kuantitasnya, dan pemanfaatan teknologi. Sekarang mengglobal isu ten-

14

Bersiap Menyusun tang lingkungan. Kita memasarkan destinasi yang ramah lingkungan, jadi destinasinya perlu dipersiapkan terus termasuk mempersiapkan produk-produk yang memperhatikan isu ramah lingkungan juga. Kita harus mempertimbangkan yang kita tawarkan. Di dalam negeri, kita pertimbangkan antara Barat dan Timur, dalam memasarkan dan men­ distribusikan di domestik harusnya merata, pembangunan infrasturktur pun demikian. Memang itu berada di luar otoritas dari Kementerian ini, namun di situlah perlu keharusan untuk di­ sinergikan. World Economic Forum menunjukkan pilarpilar daya saing. Kita membuat perencanaan dengan memperhatikan evaluasi kegiatan sebelumnya, juga dari hasil evaluasi lembaga lembaga yang kompeten. Dengan perspektif demikian, dalam me­ mandang pasar keluar, kita masih mengusulkan 16 KSPN untuk rencana pembangunan ke depan. Jangan dilupakan pertimbangan pada perkembangan global. Sebagai Lembaga Pemasaran Pariwisata, apa yang dihadapi isu utama atau yang merupakan challenge? Problem ada , tapi itulah menjadi challenge. Sebenarnya dari eksternal kita melihat isu krisis ekonomi. Kita menghadapinya dengan membuat strategi melihat pasar mana yang akan disasar agar saat kita memasarkannya bisa efektif dan signifikan dampaknya. Pasar China, trend outbound tinggi hingga 100 juta per tahun, namun di te­ngah kondisi adanya competitor di sekitar ASEAN. Kita cari cara menjadikannya peluang buat kita dalam memasarkan. Itu memang tantangan buat Indonesia dalam meraih pasar itu. Harus jeli melihat segmen mana, kapan, dengan strategi apa. Dari 2–3 tahun terakhir kita sudah memfokuskan diri pada pasar itu maka ke depan harusnya berupaya menindaklanjuti. Pertanyaan: Tampaknya yang ­menyusahkan di pemasaran soal the player. Pada Beyond Bali misalnya, di daerah itu nyaris tak ada player, pemasaran memasarkan ke China tapi tak diimbangi di destinasi termasuk penyiapan player atau front liner, guide. Ada garis maju. Tapi mirip dengan airlines, ketika membuka rute tapi tak

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

cukup adanya operator yang memanfaatkan, agar trade follow the ship. Pengalaman yang lalu, airlines membuka rute, tapi tampaknya tak disambut dengan mem­ produktifkan rute itu oleh player di darat, akhir­ nya pull out seperti yang terakhir Jetstar pull out lagi Oktober ini dari rutenya Australia–Lombok. Tempo hari pernah di rute Air Asia dari Makassar. Di instansi pemerintah ada TUSI (Tugas dan Fungsi), tapi memang kalau produk yang kita pasarkan belum settle, itu memang jadi kendala. Karena itulah kita mengupayakan kerja sama dengan airlines. Ada dengan Singapura Airlines (SQ), dengan Thailand dulu kita mengadakan MoU, di dalam MoU termasuk di situ untuk membina industri. Waktu itu dengan ASITA juga, maka diharapkan pelaku industri yang agresif akan memanfaatkan kesempatan yang dibuka. Antara lain mereka memberikan training bagaimana me­ nyiapkan paket, kita pernah lakukan dengan SQ. Tapi terakhir ini rupanya kurang dimanfaatkan padahal sebenarnya itu bisa maka kita juga meng­upayakan terus. Sebenarnya program ­fam­trip di mana kita membawa operator tur dari luar dan mempertemukan dengan operator tur di sini secara langsung, tujuannya juga merangsang mendorong industri di daerah untuk berkembang. Kalau dari sisi pemasaran kita melakukan program langsung membuat paket harusnya sudah ada rambu-rambu. Salah satunya wisata cruise, kita menjual memasarkan saja, masalahnya, kendalanya di


Langkah Selanjutnya…

destinasi. Kendala dalam memasarkan kapal pesiar dihadapi mulai dari pelabuhannya, dari regulasinya, dari fasilitas yang ada di destinasi­ nya. Mengingat itu bukan wilayah pemasaran, maka kita memfasilitasi pertemuan, menyiapkan produknya dengan daerah serta instansi lembaga terkait. Kita berada di bawah koordinator Kementerian Perekonomian dan kita upaya push supaya kita bisa melakukan koordinasi lagi. Kembali pada bidang aksesibilitas atau pe­ nerbangan, kita punya MoU dengan Garuda, SQ dan Air Asia. Dengan SQ tidak hanya untuk promosi. Perlu didorong lagi dalam hal memajukan pe­nyiapan produk dan pengembangan destinasi, dalam bentuk natura, ada promosi ­pengembangan SDM. Misalnya SQ rutenya ke Manado, ­Makassar, dan Solo. Dulu kita melakukan workshop di daerah yang destinasinya belum, kita dorong. Di tahun 1990-an dan 2000-an. Di samping yang konvensional, produk minat khusus perlu dimajukan. Kita coba kembangkan dalam menawarkan untuk segmen yang ber­ beda. Ada komunitas middle up high-end. Ini sedang berkembang pesat sekali sama seperti komunitas indi travel, backpackers. Itu secara tidak langsung juga merupakan player. Mereka itu terutama menggunakan teknologi IT, membuat package untuk segmen mereka. Ini bisa selanjutnya dibina dan dimajukan. Segmennya tertentu. Untuk ini pasarnya di RRC walau pun kuantitasnya sedikit, tapi kualitasnya bisa luxurious.

Ada paket yang hargaya mencapai 250 juta rupiah ke beberapa negara, kendati tak banyak jumlahnya tapi memerlukan treatment khusus. Sementara itu di tingkat menengah sudah mulai berkembang dan tidak hanya untuk yang minat khusus ke ecotourism, heritage, umumnya ada kepedulian di samping traveling minat khusus, kaitannya dengan lingkungan budaya dan s­ osial. Ada perkembangan lain lagi. AFTA (Asean Federation of Travel Agents), salah satu tantangannya adalah pada aspek perkembangan teknologi. Orang lebih memilih men­carinya sendiri dengan memesan tiket dan hotel secara online. Itu merupakan tantangan juga bagi mereka. Apa yang dibutuhkan supaya pemasaran pariwisata sukses? Kita sebagai pemerintah perlu regulasi yang harus di­ dukung. Kita pekerjaannya jasa, tapi ba­nyak otoritas bukan di ­Kementerian kita, se­perti infra­struktur dan transportasi, ­keimigrasian, pajak-­pajak. Tapi tetap sekarang kalau kita mau ber­saing dengan kompetitor apalagi kita punya produk yang luar biasa dan potensial banyak belum tergali. Tentunya industrinya harus dibina juga. Daerah praktisnya pemilik destinasi, punya produk, perlu consern terhadap potensi pari­ wisata, mungkin belum sepenuhnya aware dalam hal kelembagaan, regulasi, dan seterusnya. Di destinasi perlu diatur supaya produk kita tersedia, siap dengan baik untuk kita pasarkan. Jumlah 16 KSPN sebenarnya diambil dari total adanya 88. Jadi diprioritaskan 16. Dari 16 itu masih ada 5 prioritas, memang Bali masih sebagai attraction utama, maka kita arahkan kini ke beyond Bali. Ihwal daerah-daerah, dalam memilih kabu­ pa­ten juga diprogramkan harusnya yang punya kerangka konsep pengembangan. ­Karena ­menyangkut implementasi program dan penda­ na­an. Kita mengamati destinasi yang punya potensi ke pasar mana yang cocok produknya. Terus bagaimana dari pasar itu ke segmen mana? ­Bagaimana kita akhirnya seharusnya memasarkan, melalui media apa, dulu memang belum

Dirjen Esthy Reko Astuty

ada rancangan itu sekarang sudah mulai bersama dengan pengurus destinasi seperti di 16 destinasi itu apa produknya maka harus lebih maksimal kordinasinya. Tujuh minat khusus, kuliner, sport, diving, MICE, Cruise, dan seterusnya, produk apa yang ­cocok untuk dimasukkan komitmen, atau konsisten berapa anggaran yang kita tuju? Dalam menentukan target kita melihat sejarah dari pertumbuhan, kita juga melihat pertumbuhan ekonomi, mempertimbangkan kondisi dan memperhatikan isu-isu. Kalau sebelumnya pertumbuhan 6–8%, ke depan, apakah tetap, itu kita bahas juga jadi kita sedang membuat satu gerak untuk pencapaian target dimaksud. Bicara tentang konsumen, sekarang di pasar banyak traveler ingin dapat experience, involvement dan itu pasti di daerah yang baru. Mereka banyak juga mengangkat justru destinasi yang belum populer. Dengan RRT, kita ada kerja sama tidak hanya untuk mendatangkan wisatawan, tapi juga program training bahasa, pemahaman karakter pasar, untuk itu kerja samanya dengan ­beberapa universitas, dengan unsur industri mengenai ­bahasa dan juga bagaimana menangani wisatawan. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

15


Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata

Banyaknya Perjalanan Berdasarkan Provinsi Asal/Pasar Utama Wisnus

Ke Mana Pemasaran Destinasi Anda untuk

Menarik Kunjungan Wisnus

B

erdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah perjalanan wisnus pada triwulan I sampai dengan triwulan II tahun 2014 te lah mencapai 107.077.625 perjalanan atau mengalami kenaik­ an 0,40% dibanding triwulan I dan II tahun 2013 yang berjumlah 106.651.021 perjalanan. Analisis data yang dilakukan oleh Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata (PPIP) menunjukkan bahwa, berdasarkan provinsi asal wisnus, pasar-pasar utama penyumbang jumlah perjalanan wisnus terbesar terdiri atas: Jawa Timur : 19.651.180 Jawa Tengah : 15.463.129 Jawa Barat : 15.238.792 DKI Jakarta : 8.321.497 Sumatera Utara : 4.791.166 Banten : 4.164.378 Sulawesi Selatan : 4.096.621 Bali : 3.973.821 Lampung : 3.151.153 Sumatera Selatan : 2.915.383

Provinsi Asal/ Pasar Utama Wisnus

Triwulan I & II 2014 2013

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat DKI Jakarta Sumatera Utara Banten Sulawesi Selatan Bali Lampung Sumatera Selatan DI Yogyakarta Sumatera Barat Riau Kalimantan Selatan Nusa Tenggara Timur Sulawesi Tengah Lainnya Indonesia Pertumbuhan

19.651.180 19.572.888 15.463.129 15.401.523 15.238.792 15.178.080 8.321.497 8.288.344 4.791.166 4.772.078 4.164.378 4.147.787 4.096.621 4.080.300 3.973.821 3.957.989 3.151.153 3.138.599 2.915.383 2.903.768 2.567.054 2.556.827 2.344.692 2.335.351 1.928.855 1.921.170 1.734.708 1.727.797 1.505.497 1.499.499 1.356.814 1.351.408 13.872.883 13.817.613 107.077.625 106.651.021 0,40%

Tahun 2013 sumber : BPS Tahun 2014 sumber : Prediksi Dit. Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata

tahun adalah sebesar 42,92%. Dalam kaitan dengan peluang pencapaian target wisnus ­tahun 2014 sebesar 255 juta perjalanan, perolehan ­triwulan I sampai dengan II tahun 2014 sebanyak 107.077.625 perjalanan merupakan share ­sebesar 41,99% terhadap target 255 juta perjalanan yang berarti sedikit lebih kecil dari share rata-rata triwulan I sampai dengan II dua tahun terakhir. Dengan indikasi tersebut dapat di­ asumsikan bahwa dengan perolehan perjalanan wisnus triwulan I sampai dengan II tahun 2014 itu maka target 255 juta perjalanan wisnus tahun ini optimis akan tercapai. Untuk mencapai target tersebut, bagaimana­ pun, upaya promosi tetap diperlukan. Salah satu cara adalah menciptakan dan melaksanakan events di daerah destinasi sendiri, bisa berskala lokal, nasional terlebih lagi menjangkau internasional. Kegiatan pada event dapat dikemas menjadi program dan paket-paket wisata.

Pasar-pasar tersebut, dengan demikian, sebaiknya dijadikan target tempat diselenggarakannya direct promotion penjualan paket wisata domestik oleh pihak daerah sebagai destinasi. Data selama dua tahun terakhir menunjukkan bahwa rata-rata share triwulan I sampai dengan II terhadap total perjalanan wisnus dalam satu

16

No

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

Moda Angkutan Bus Penyeberangan Kereta Api Laut Udara Total Seluruh Moda Angkutan

Namun penting diperhatikan, jadwal pelaksanaan event haruslah dipastikan sejak jauh hari, sehingga cukup waktu tersedia dalam me­ ngabarkan dan mempromosikannya. Memberitakan dan melakukan promosi sekarang terbuka dengan mudah melalui berbagai media cetak, elektronik hingga media sosial di internet. Berkaitan itulah dianjurkan dan diarahkan pula daerah-daerah destinasi melaksanakan kegiatan direct promotion di pasar-pasar utama tersebut diatas. Tentu terbuka kemungkinan kerjasama de­ ngan operator penerbangan yang memulai ruterute baru untuk menawarkan paket-paket wisata domestik dengan diskon-diskon khusus. Sementara itu hasil pemantauan hari libur Lebaran menunjukkan peningkatan perjalanan wisnus secara keseluruhan sekitar 8,86 persen pada tahun 2014 terhadap 2013. Rinciannya terlihat seperti tabel di bawah ini :

Arus Mudik (H-7 s.d. H2) 2013 2014

Pertumbuhan (%)

3.068.893

2.804.933

-8,60

1.850.077

1.989.838

7,55

1.755.477

2.464.490

40,39

764.203

815.340

6,69

1.999.146

2.199.101

10,00

9.437.796

10.273.702

8,86

Sumber : Kemenhub, diolah oleh Dit. PPIP


Jumlah Perjalanan dan Pengeluaran Wisnus Semester I 2014 240,000

170.00

220,000

150.00

200,000

130.00

180,000 110.00 160,000 90.00

140,000 76.16 120,000

70.00

107.08

100,000

50.00 2001

2002

2003

2004 2005

2006 2007

2008 2009 2010

2011 2012

Perjalanan wisatawan nusantara semester I tahun 2014 diperkirakan berjumlah 107.077.625 atau mengalami pertumbuhan 0,40% dibandingkan periode yang sama tahun 2013 berjumlah 106.651.021. Sumber data Pusdatin Kemenparekraf

Hampir semua moda angkutan mengalami kenaikan pada tahun 2014 ini. Penurunan hanya terlihat pada moda angkutan bus sebesar -8,60% atau sebanyak 2.804.933 penumpang dibandingkan tahun 2013 sebanyak 3.068.893 penumpang. Penurunan ini sebagai dimaklumi dikarenakan para pemudik semakin banyak menggunakan kereta api dan angkutan udara. Bersamaan itu Pemerintah dan swasta maupun BUMN berupaya menyediakan program gratis menggunakan bus khusus. Itu merupakan salah satu solusi agar mengurangi kepadatan di jalur darat serta me­ngurangi jumlah kecelakaan yang seringkali terjadi pada saat mudik. Apa saja indikasi sehingga diperkirakan target jumlah perjalanan wisnus tahun 2014 akan bisa dicapai? PPIP meng­uraikan seperti ini: Masih akan ada peak season perjalanan wisnus yaitu liburan sekolah, libur ganda, libur Hari Raya Idul Fitri, dan libur akhir tahun (Hari Raya Natal dan tahun baru). Meningkatnya seat capa­city penerbangan ­domestik ditandai dengan sejumlah airlines yang menambah pe­nerbangan baik dalam hal ­frekuensi ­penerbangan maupun pembukaan rute baru antar berbagai destinasi di Indonesia. Hampir semua stasiun televisi mempunyai program feature perjalanan domestik yang ­secara tidak langsung merupakan promosi efektif pariwisata nusantara. Begitu pula de­ ngan ­majalah-majalah remaja (GoGirl!, Gadis, ­AnekaYes!, Seventeen, Cosmogirl) yang membuat ­artikel khusus tentang destinasi wisata terutama menjelang liburan sekolah. Kuat pengaruh anak dalam merencanakan liburan keluarga.

Tingkat penggunaan media sosial dan internet di Indonesia termasuk tertinggi di Asia dan ini banyak menyebarkan informasi-informasi menarik di bidang pariwisata dan perjalanan termasuk di dalam negeri. Mengindikasikan pengaruhnya terhadap golongan muda dalam memilih dan merencanakan perjalanan wisata dalam negeri. Daya tarik wisata yang semakin berkembang dan lengkap karena telah tersedianya infra­struktur maupun sarana prasarana yang menunjang. ­Semakin tumbuhnya kelas mene­ngah sehingga

2013 2014 Perjalanan (juta) Total Pengeluaran (triliun Rp)

perjalanan wisata menjadi suatu kebutuhan Berkembangnya produk tematik berbasis ­pelestarian budaya dan lingkungan, tumbuhnya segmen wisata minat khusus bahari, segmen wisata keluarga (rekreasi dan ­belanja) dari dan menuju kota-kota ­besar di Jawa. Dan lihatlah jumlah ­pe­ngeluaran yang telah di­­belanjakan oleh wisnus ­selama semester pertama 2014, telah melebihi nilai yang dicapai ­tahun ­sebelumnya yaitu di atas Rp 170 triliun. ­Dikonversikan ke dollar AS, itu berkisar lebih USD 15 miliar. n

Ratusan kendaraan antre memasuki kapal penyeberangan pada saat puncak arus mudik. Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

17


5 Pada setiap terminal di bandara besar maupun lebih kecil, di daerah-daerah destinasi wisata, menyediakan alat mengatur dan mengarahkan traveler agar dengan sendirinya antri dengan tertib pada setiap konter, pada galibnya bukan sesuatu yang berbiaya mahal. Tetapi efeknya amatlah positif, tentang citra destinasinya yang semakin ‘credible’, tentang bandaranya yang terasa ramah menyambut, dan kenyamanan wisatawan dalam perjalanan.

Suasana Psikologis Wisman 3Sebenarnya bukan hanya di bandara. Di b­ anyak fasilitas umum termasuk jalan-jalan raya dan tempat parkir, serba ‘self explanatory’ selalu dijumpai. Banyak papan informasi dan petunjuk arah yang membuat Anda tak perlu bertanya lagi, asalkan membaca dan mengikuti informasiinformasi itu. Jadi, perlu pendekatan dua arah: pihak pengelola fasilitas menyediakan informasi yang jelas jernih mudah terlihat, dan, masyarakat (wisman) yang terbiasa dengan mencari sendiri dan menggunakan informasi tertulis. Baik ­berupa teks maupun pictogram.

Efisiensi pun bisa berjalan dengan ­ e­ngajak para pangguna jasa, antara lain, m pengguna trolley diminta meletakkan kembali trolley di sudut-sudut yang disediakan. Bagaimana menjabarkan lebih jauh dan mungkin lebih ‘kreatif’ di bandara-bandara di Indonesia untuk praktik pengelolaan fasilitas umum di destinasi wisata? 4

18

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014


Suasana psikologis di pikiran wisman yang baru mendarat atau hendak berangkat di terminal p­ enumpang di bandara, baik juga diperhatikan di tengah persaingan keras menarik kunjungan wisman ke destinasi. Wisman dari negara maju dan biasa berwisata ke negara yang sudah maju, di alam pikirannya niscaya terbawa harapan akan dijumpainya ‘kenyamanan’ yang biasa dialami. Di bandara negara dan destinasi wisata yang lebih maju, dua hal pokok selalu dijumpai. Arus ­manusia (calon penumpang dan yang baru mendarat), selalu bergerak mudah mengalir dan lancar. Informasi tertulis terpampang di banyak tempat, bukan hanya mengarahkan manusia ke mana ­seharusnya berjalan, juga menyajikan informasi-inforomasi penting lain. Nyaris tak perlu bertanya lagi pada orang lain atau bahkan petugas, asalkan mau dan sedia membaca papan-papan petunjuk dan informasi. Itu secara psikologis membuat hati dan pikiran wisatawan tenang, misalnya, menuju ke conveyor belt nomor berapa untuk mengambil bagasi. Tak perlu serasa harus berebutan tapi sebaliknya tenang tertib menunggu hingga mengambil barang bagasi sendiri. Setiap konter check-in selalu diatur rapi dengan alur-alur yang tersistem sehingga sepadat apapun jumlah calon penumpang, dengan otomatis berbaris teratur rapih, tenang dan nyaman. Rasa dan sikap tergesa-gesa hendak mendahului barisan antri, otomatis hilang. Mengelola bandara agar pelayanan berkualitas seraya menyenangkan masyarakat pengguna jasa, tampak bukan identik dengan biaya mahal. Ada bandara yang di setiap pintu keluar dari ruangan ­toilet, tergantung alat menyapa: Please rate our toilet. Tinggal menekan tombol, apakah toilet bersih atau tidak. Sikap candid communication, keterusterangan yang elegan. Bahkan di pintu masuknya, di satu sisi terpampang penunjuk arah, kalau perlu pergi ke toilet lainnya cukup 2 menit saja (saat toilet yang hendak dimasuki ternyata penuh antrian orang yang panjang). 4

yang Tengah Berkunjung Ini kecenderungan yang semakin meluas: restoran dan penjual makanan di bandarabandara internasional yang besar, masakan dan makanan halal dipertunjukkan dengan menonjolkan adanya sertfikat halal dari ­lembaga halal setempat. 4

Dan wisatawan yang telah berbelanja di destinasi, dengan mudah dapat menarik kembali uang pajak penjualan yang telah dibayarkannya saat membeli barang. Penarikan dapat dilakukan di bandara sebelum berangkat meninggalkan destinasi. Dari jauh konternya terbaca: GST Refund. Penarikan kembali Government Sales Tax. 6

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

19


Events

Konsisten Terus Promosi ke Dalam dan ke Luar,

seperti Festival Danau Toba

I

nisiasi yang dilahirkan oleh Kemenparekraf selama enam tahun terakhir ini, telah berkembang biak. Inisiasi itu berupa penciptaan dan penggelaran event sebagai salah satu cara tercepat mendorong pengembangan destinasi sekaligus pengembangan pemasaran. Berbagai even digelar beberapa tahun ini oleh nyaris hampir setiap kabupaten yang merasa berpotensi mengembangkan pariwisata. Berkaitan itu Wamen Parekraf Sapta ­Nirwandar berkaitan itu mengakui dan selalu mengingatkan bahwa pada penggelaran pertama kali, bahkan kedua kali, boleh jadi di­alami kekurangan-kekurangan dalam hal kualitas peng­organisasian dan penge­lolaan. Tetapi ‘harus konsisten’ dan kalau konsisten, maka diharapkan setiap tahun harus dicapai peningkatannya. Ya kuantitas peserta, penonton, dan peliputan oleh media di dalam apalagi di luar negeri. Dan, peningkatan kualitas, dari tadinya berskala dan berkelas lokal, menjadi regional hingga nasional dan kemudian menjangkau i­nternasional. Ketika Festival Danau Toba yang kedua hendak digelar pada 17–21 September 2014, gagasan dan saran memang banyak bermunculan. Ke dalam wilayah Sumatera Utara umumnya dan kawasan Danau Toba khususnya, wacana masyarakat semakin kuat menginginkan kesatu­ an dan kebersamaan setiap pemda kabupaten dan kota, hingga para pengamat dan akademisi setempat, agar ‘kekayaan budaya dan keindahan alam kawasan Danau Toba’ itu dapat ditampilkan secara bersama. “Jangan membatasi diri masing-masing me­ nurut geografi administrasi saja, karena destinasi pariwisata yang maju memang seringkali tak membatasi diri secara geografi administrasi. ­Kerja sama antarpemda, misalnya, jelas memerlukan saling pemahaman bersama akan keharus­ an itu,” kata Wamern Sapta pada setiap kesempatan berbicara dengan kalangan pemangku kepentingan di kawasan sekitar Danau Toba. Juga kalangan pemangku kepentingan pariwisata di daerah-daerah lain termasuk para pemda, mulai cenderung merujuk keberhasilan Kemenparekraf menginisiasi dan menggalang masyarakat di Sumatera Barat, sehingga akhirnya dari awalnya 4 kabupaten/kota saja bersama

20

1. Wisatawan asal Singapura periode 2012–2013

2. Wisatawan asal Malaysia periode 2012–2013

3. Wisatawan asal Australia periode 2012–2013

mendukung menyelenggarakan even sepeda internasional Tour de Singkarak, kini telah semua kabupaten melibatkan diri kecuali satu, itu pun lantaran lokasinya memang merupakan pulau yang dipisahkan laut dari daratan Sumatera B­ arat. Success story yang mulai terkenal dari even Tour de Singkarak, baik ke dalam negeri sekali­ gus ke luar negeri, telah meluaskan inspirasi dan ­dorongan ke daerah lain dan kini ke Sumatera Utara. Tipe even tersebut dilahirkan antara lain di Tour de Ijen, Tour de Bintan hingga Tour de Siak. Even berupa festival pun beranak pinak. Setidaknya itu mengindikasikan, metode penyelenggaraan even untuk mendatangkan wisa­ tawan telah menjalar. Mungkin satu saat perlu dikonsolidasikan, sehingga tahap perkembang­ an setiap daerah bisa diklasifikasikan antara yang membutuhkan lagi gagasan-gagasan baru, konsultasi, pembimbingan, hingga pemaduan dan sinergitas untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil yang dicapai pada sektor pariwisata. Artinya, kegiatan tersebut merupakan

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

program yang terukur antara upaya dan hasil yang dicapai. Tentu saja ini merupakan program berjangka menengah dan panjang. Seperti selalu dikatakan oleh Sapta Nirwandar, jika konsisten, tiga, lima enam tahun kemudian akan terlihat pertumbuh­ an jumlah wisman dan wisnus yang berkunjung meningkat secara sistimatis.

Wisman Ke Sumatra Utara

Wisman terbanyak yang berkunjung ke Suma­ tera Utara datangnya melalui Medan, dengan bandara Kuala Namu sebagai pintu masuk utama. Dari data statistik BPS yang diolah menunjukkan dari Malaysia sekitar 53%, dari Singapura 10% dan dari Belanda dan Australia sekitar 6%. Berapa sebenarnya jumlah mereka yang datang? Memang masih jauh di bawah jumlah yang masuk langsung ke bandara di Jakarta dan Bali. Terlihat pada tabel-tabel yang disertakan di sini. Trennya meningkat terus. Data di atas juga mengindikasikan, jumlah besar wisatawan ter-


Para pelajar membawakan Tari Cawan yang merupakan tarian tradisional Batak pada pembukaan Festival Danau Toba di Balige, Toba Samosir, Sumatera Utara.

Jumlah Wisman ke Sumatra Utara, seluruh Indonesia, Pulau Samosir Tahun

Jumlah Wisman ke Indonesia

Jumlah Wisman ke Sumatera Utara

Jumlah Wisman ke Pulau Samosir

2002

5,033,400

121,819

4,349

2003

4,467,021

98,336

5,739

2004

5,321,165

112,319

5,856

2005

5,002,101

121,052

12,068

2006

4,871,351

121,844

11,622

2007

5,505,759

134,128

12,943

2008

6,234,497

152,494

32,278

2009

6,323,730

163,159

22,207

2010

7,002,944

191,466

20,849

2011

7,649,731

223,126

32,278

2012

8,044,462

241,263

n.a.

2013

8,802,129

259,299

n.a.

Data diolah dari Dinas Pariwisata Sumut, BPS, Kemenparekraf

bagi ke kawasan hotel-hotel di luar Samosir, dan tentulah utamanya di kota Parapat di mana terbanyak hotel berlokasi. Wisman asal Tiongkok cenderungnya berwisata point to point, yakni dari kota di Tiongkok langsung ke Medan dan Danau Toba, lalu kembali langsung ke negerinya. Adapun wisman dari Australia, cenderung berwisata multidestinasi, misal ke Jakarta–Medan, Bali–Medan, atau Singapura–Medan. Dapat dipahami mengingat wisman Tiongkok cenderung berdurasi pendek lima hari dalam satu perjalanan wisata, sedangkan wisatawan Australia berdurasi panjang tiga hingga empat minggu.

Festival Danau Toba

Kembali melihat kegiatan Festival Danau Toba, diselenggarakan 17–21 September 2014 ini, di­pusatkan di kota Balige, Kabupaten Toba ­Samosir, diberikan giliran sebagai pusat venue dari ­Kabupaten Pulau Samosir di mana pertama kali digelar tahun 2013. Festival Danau Toba (FDT) kedua diharapkan memperkenalkan kabupaten ini, semakin banyak wisnus dan wisman berkunjung. Kemenparekraf lalu mensinergikan program even ini dengan program Fam Trip bagi media internasional. Tiga belas orang penulis dan ­fotografer didatangkan dari Asia dan Eropa, dan

diarahkan mengikuti FDT sebagai salah satu fokus perjalanan mereka di Indonesia, Kegiatan wisata Danau Toba yang sudah tergolong ‘baku’ dalam paket-paket wisata berpusat di Parapat dan Pulau Samosir. Di dua tempat tersebut wisatawan menikmati destinasi Danau Toba. Di sana fasilitas akomodasi, obyek daya tarik, entertainment, dan pusat belanja suvenir terkosentrasi. Balige dan sekitarnya yang berjarak satu jam perjalanan dengan kendaraan juga mempunyai banyak obyek menarik. Jadi wisatawan yang menginap di Parapat atau Pulau Samosir dapat pergi dan pulang setiap hari kapan pun diinginkan. Di Balige ada Museum Batak, Museum TB Silalahi Center, dan pasar tradisional lokal yang hingga kini tampak tak berubah bentuk dan tampilannya. Maskapai penerbangan melayani rute ke dan dari Medan dan Batam setiap hari di bandara Silangit yang berlokasi di Balige. Kemenparekraf menginginkan sekali even ini dapat berlanjut dan semakin meningkat kualitasnya sehingga sungguh berefek promosi untuk mendatangkan semakin banyak wisnus dan wisman datang ke destinasi ini. “Karena itulah konsepnya langsung dibuatkan untuk tahap awal dirancang mencakup periode 2013 hingga 2017,” kata Wamen Parekraf Sapta Nirwandar. Pemda dan para pelaku industri pariwisatalah yang perlu memproduktifkan peluang yang diperluas oleh hasil promosi tersebut. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

21


Pemandangan teluk di tempat stop over sebelum sampai di dermaga Sabang.

Kita dan Dunia serta ASEAN Tur di dalamnya menyusuri sungai di dalam goa sejauh 1,5 km. (Foto: Aria Sankhyadi)

Filipina, Pintu dari

Potensi pula Kerja Sama

S

Di pintu masuk goa.

uasana resor langsung terasa sejak menginjakkan kaki di bandara provinsi Puerto Princesa, Filipina. Bandara itu pun berstatus internasional. Dari Manila terbang 1 jam 20 menit, tiba di Pulau Palawan, arah tenggara Ibukota Filipina. Cebu Pacific, AirAsia, dan Phillipine Airlines melayaninya bertujuan domestik dan internasional. Ruas-ruas jalan di pulau ini dibangun dari beton. Sebagian besar kawasan hutan alami tetap dipertahankan. Itu menjadikan Puerto Princesa sebagai city in the forest. Iklim tropis laut dan hutan membuat suhu udara tidak terlalu panas, cukup lembab, dan sejuk di sore hingga malam hari. Bangunan-bangunan dipatok pa­ling tinggi empat lantai. Me­ ngapa? Kondisi tanahnya tidak memungkinkan menahan konstruksi bangunan lebih tinggi. Peraturan tersebut semakin mendukung suasana pulau resor yang santai, jauh dari hiruk-pikuk dan kesumpekan kota. Ada sungai mengalir di dalam rongga Gunung St Paul. Panjangnya 8,2 kilometer. Sungai bawah

Destinasi itu punya posisi unik terhadap Indonesia. Berpotensi lebih dekat menarik wisman dari utara (China, Korea, Jepang) sehingga relatif lebih m ­ urah, sementara punya karateristik mirip dengan sebagian daerah destinasi di Indonesia. Tapi dalam kerangka ASEAN, bisa dipasarkannya kombinasi destinasi, seraya berkunjung ke Filipina, berlanjut ke Indonesia. Atau sebaliknya.

22

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

tanah yang mengalir di dalam goa bisa disusuri dengan perahu kecil sampai 4,3 kilometer. Dan untuk kepentingan pariwisata, turis bisa menyusuri sungai dan goa sejauh 1,5 kilometer dengan waktu tempuh selama 45–60 menit pergi-pulang. Puerto Princesa Subterranian River National Park, atau dikenal dengan Puerto Princesa Underground River Park (PPUR), merupakan sungai bawah tanah di dalam goa yang langsung terhubung dengan laut lepas. Ini satu-satunya di dunia. Taman nasional itu dikelola langsung oleh pemerintah kota sejak 1992, diakui menjadi warisan dunia oleh UNESCO dan salah satu New Seven Wonder. PPUR berjarak 1,5 sampai 2 jam perjalanan darat yang menanjak dan berliku. Sebelum berhenti di dermaga Sabang (namanya serupa dengan Sabang di Pulau Weh, Aceh) turis diajak melihat teluk dari satu titik stop over yang dilengkapi dengan menara pandang, pondok yang menjual makanan dan minuman ringan dan suvenir, serta toilet umum. Dermaga itu diapit Laut Filipina Barat (sebagai pengganti sebutan Laut Cina Selatan) dan pegunungan hijau. Perahu-perahu yang tambat di sekitar dermaga hanya digunakan untuk meng­angkut penumpang yang akan berkunjung ke PPUR. ­Seluruh perahu dilengkapi life vest dan beratap. Di setiap badan kapal dituliskan nomor perahu dan jumlah maksimal penumpang yang bisa diangkut. Penumpang tidak perlu loncat sebab ada tangga kecil yang ditempelkan di antara badan perahu dan cadiknya. Di perjalanan, pemandu sudah mengingatkan Do’s and Dont’s selama berada di PPUR. Selama 15 menit berlayar menuju gerbang taman nasional, pengunjung yang rata-rata turis mempersiapkan


Dermaga di Sabang. Di sini pengunjung yang hendak ke PPUR berganti sarana transportasi, tersedia tenda-tenda tempat menunggu giliran naik perahu.

Utara

Destinasi diri. Benar saja, di atas papan nama PPUR kera abu-abu (macaca fascicularis) sudah bertengger, seolah ingin menyambut. Jalan setapak dari kayu di atas tanah berpasir putih, bangunan-bangun­ an, juga dari kayu, tempat membeli tiket masuk atau entrance permit, gazebo, toko suvenir dan toilet umum ‘ngeblend’ dengan pepohonan hutan yang rapat dan suara dari hewan-hewan yang berada di dalamnya. Tersedia 15 perahu wisata dan 18 boatman dari masyarakat sekitar siap membawa wisatawan melaksanakan underground river tour. Setiap pe­ rahu maksimal membawa 9 penumpang. Helmet diminta dipakai sebelum naik ke perahu. Seorang penumpang yang duduk paling depan diminta untuk memegangi lampu sorot. Boatman, merangkap guide, dengan cekatan mengayuh dayung membawa perahu sarat pe­ ngunjung memasuki goa sambil menerangkan setiap stalaktit-stalakmit dan kondisi geologis goa diimbuhi dengan sedikit sejarah mengenai Puerto Princesa dalam bahasa Inggris. Dengan sabar dan canda, boatman menjawab perta­nyaan yang diajukan oleh wisatawan dengan rasa penasaran sambil mengagumi keindahan alam. Rongga di dalam goa terasa lapang. Di beberapa bagiannya, “Seperti katedral dari abad XVIII”, kata salah satu peserta. Tinggi rata-rata langit-langit goa itu sekitar 27 meter di atas permukaan air dan paling tinggi 65 meter. Kedalaman sungai paling dalam sekitar 57,9 meter dan kedalaman rata-ratanya sekitar 15 meter. Stalaktit dan stalakmitnya pun membawa imajinasi pengunjung pada bentuk-bentuk buah-buahan, sayur-sayuran, hewan dan lain-lain. Kehadiran

900 pengunjung setiap hari tidak mengganggu ribuan koloni kelelawar yang sedang tidur lelap. Beberapa jenis buaya dilindungi, di antaranya saltwater crocodile (crocodylus porosus) dan phillippine freshwater crocodile (crocodylus mindorensis), adalah penghuni kehidupan liar di kepulauan Filipina. Kerap kali diburu hingga memunculkan keprihatinan. Pemerintah provinsi setempat bersama dengan kalangan akademisi dan perusahaan swasta membangun Palawan Wildlife Rescue and Conservation Center (PWRCC) di Barangay Irawan, 40 menit dari Puerto Princesa. Sebelum mengunjungi tempat penetasan dan kandang buaya, pengunjung diajak mendengarkan tutorial dalam bahasa Inggris selama 15 menit dari pemandu lokal. Sebelum memasuki tempat penetasan dan kandang, sekali lagi pemandu

mengingatkan kepada pengunjug menjaga jarak dari bak-bak dan dilarang menggunakan flash light saat mengabadikan agar hewan-hewan di dalam penangkaran tidak stres. Peringatan dan tata tertib dipasang di setiap pintu pada masingmasing seksi. Semua dalam kondisi bersih dan tertata rapi. Tak tercium bau apapun kecuali bau tanah yang segar saat memasuki taman hutan mungil di belakang kandang. Pengunjung mempunyai kesempatan berfoto bersama baby crocodile, atau jika berani, mencicipi sisig—masakan khas Filipina—dan teriyaki berbahan baku daging buaya. Toko-toko suvenir menjual berbagai cinderamata yang rata-rata bergambar atau berbentuk buaya. Tempat ini senantiasa ramai dikunjungi oleh wisatawan ­asing maupun domestik. n

Ingat Gua Pindul di Yogyakarta? Dikelola orang-orang muda dan perangkat desa, ter­ sedia kini lebih 500 pelampung. Guide selalu memimpin salam kebersamaan sebelum memulai tur. Obyek relatif sama dengan cara menikmatinya yang berbeda. Lokasi ini sekitar 30 km ke selatan Yogyakarta. ­Wisnus dan wisman sudah teratur berkunjung. Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

23


Kita dan Dunia serta ASEAN

S

epelemparan batu dari PWRCC, se­ buah pintu gerbang dijaga beberapa polisi. Setelah melewati pintu gerbang, tanaman padi terhampar hijau dibatasi kanopi pohon-pohon besar dan birunya pegunungan. Tenang. Sekali, dua kali, dua atau tiga orang kelompok kecil berjalan beriringan membawa alat-alat bertani. Berkaos coklat dan hitam. Siapa sangka, kita sedang berada di dalam kompleks penjara terkenal, adanya sejak tahun 1904. Orang-orang tadi ialah penghuni lembaga pemasyarakatan di bawah pengawasan minimum. Inilah, Iwahig Prison. Konsep penjara tanpa sel dengan pengawasan minimum diterapkan sejak tahun 1904 saat Amerika menduduki Filipina. Tahun 1997 pariwisata profesional dimulai di Palawan, khususnya di Puerto Princessa. Tadinya orang enggan ke Palawan sebab citranya kurang aman oleh sistem penjara itu. Sedikit demi sedikit kesan tersebut tergerus berkat kerja sama antara pelaku pariwisata, pemerintah kota Puerto Princesa, dan institusi pengelola lapas. Jumlah narapidana sekitar 3.000 orang. Yang menerima pengawasan minimum ialah yang terlibat kejahatan ringan hingga sedang. Mereka tinggal di barak-barak, lebih mirip asrama. Pelaku kejahatan berat ditempatkan di sel tahanan yang tak terlihat oleh wisatawan. Ketika wisatawan berkunjung, narapidana meng­gelar pertunjukan tarian modern diiringi

Kota Tua dan Istana

S

elain berkeliling di pusat kota Manila yang terkenal bernama Makati, yang paling menarik adalah kota lamanya, Intramuros, yang berarti ‘kota di dalam dinding’. Di tepian sungai, tak jauh dari Teluk Manila, kawasan ini pernah menjadi pusat perdagangan komoditas negara-negara di Asia. Penjajahan Spanyol 300 tahun antara lain meninggalkan tembok pertahanan kota ­ketika menangkal ancaman dari perompak Cina, Jepang, Belanda dan Portugis. Tembok sepanjang 4,5 kilometer membentengi kawasan berbentuk

24

Di hadapan wisatawan, para narapidana menari dengan penuh semangat.

Lapas

yang Dikunjungi Wisatawan musik menghentak penuh semangat, di gedung rekreasi. Sebuah kotak kecil diletakkan di hadap­ an mereka, tamu pun ada yang mengisi donasi. Hasil kerajinan tangan dipamerkan dan dapat dibeli; gantungan kunci, dompet dari anyaman dan kain, pahatan kayu dan lain-lain. Pengelolaannya dibantu oleh sebuah organisasi nirlaba bentukan masyarakat setempat. Rupanya, pelatihan keterampilan bertani dan kerajinan tangan direalisasikan menjadi sumber pendapatan mereka. Pemerintahnya menetapkan berapa yang bisa diterima selama berada

di lapas dan sebagiannya lagi ditabung, bisa diambil setelah masa hukuman selesai. Beras yang dipanen, selain untuk memenuhi kebutuhan mereka, juga bagi kebutuhan penduduk di Pulau Palawan. Pemandu wisata mengingatkan pengunjung agar tetap menjaga jarak selama berada di dalam kawasan lapas. Tapi, melihat sinar kegembiraan di mata mereka saat menari, dan sebersit harapan agar pengunjung membeli buah karya mereka, cukup mengusik nurani. Itu satu komunikasi tak berucap dengan wisatawan. n

pentagonal seluas 6 hektar itu masih kokoh sampai sekarang. Di situ permukiman, gereja dan ka­ tedral, istana, sekolah dan kantor pemerintahan. Intramuros Administration pengelola yang berada di bawah Departemen Pariwisata ­Filipina sejak tahun 1987, diberi tambahan tugas untuk mempromosikannya sebagai salah satu destinasi utama. Tempat berikutnya yang paling ingin dikunjungi oleh wisatawan adalah Istana Kepresidenan Malacanyang. Itu tentu mengingatkan orang akan peristiwa people power Filipina yang terkenal. Tapi satu hal ‘diprotes’ oleh para pemandu wisata. Wisatawan selalu menghubungkan Istana Malacanang dengan museum yang memamerkan koleksi sepatu mantan Ibu Negara Imelda Marcos. Museum itu sebenarnya tidak di dalam kompleks istana.

Sembilan ruangan difungsikan museum dan perpustakaan. Jadwal tur museum Senin–Jumat. Seorang pemandu lokal mengenakan kemeja putih khas Filipina akan menyapa dan memberikan tutorial singkat dalam bahasa Inggris kepada para pengunjung. Di akhir tutorialnya, sang pemandu membuat kuis, pengunjung yang ber­hasil menjawab pertanyaannya mendapat suvenir berlogo Istana Malacanyang. Dengan alasan keamanan dan agar tidak ­merusak koleksi, setiap grup yang mengikuti tur di dalam istana diberi jatah satu orang membawa kamera, telepon seluler diperbolehkan dengan disegel sementara bagian kameranya terlebih dahulu. Itu mengingatkan kita akan Istana ­Bogor dan Tampaksiring, baikkah untuk dikunjungi wisatawan? n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014


Benchmark

Inspirasi untuk

Wisata Susur Sungai

Kapal susur sungai Musi di Palembang, belum optimal diproduktifkan.

Di Thailand, asal kapalnya dari tongkang beras dan kini sudah jauh majunya.

R

iver Cruise telah jauh maju di ­Thailand, Serawak, dan Singapura. Vietnam sekarang juga mulai berhasil mengandalkan kegiatan tur ini. Tapi mari melihat di Kalimantan, tur me­ nyusuri ­sungai dengan itinerary empat malam lima hari: l Hari 1: Tiba langsung dari Jakarta dan transfer ke kabin kapal, disambut di dek, minuman sambutan, dan memulai perjalanan sungai memasuki hutan. Melintasi kota Palangkaraya melanjutkan ke Sungai Rungan dan tegalan di lokasi yang damai. l Hari 2: Setelah berlabuh satu malam, ­esoknya berlayar sepanjang bentangan ­sungai indah, refleksi jernih di permukaan air, kegiatan penangkapan ikan, dan sekilas kehidupan burung dan kehidupan binatang di hutan hijau. Ke sebuah desa tradisional, belajar tentang kegiatan mata pencaharian lokal dari menyadap karet, mengukir parang, menganyam rotan menjadi tikar dan tas, cara membangun kano dan me­ ngeringkan ikan. Berlabuh di sini, meninggalkan kapal di

malam hari berperahu kano, diam-diam masuk ke danau, menggunakan obor untuk melihat hewan nokturnal. l Hari 3: Kembali menyusuri sungai, ber­ kelok-kelok melewati pulau orangutan ke desa tepi sungai. Melihat rumah Dayak dan batu suci, mewakili spirit roh perahu dunia. Lanjut mendaki Bukit Tangkiling untuk pemandangan dari atas dataran dan sungai. Pilihan alternatif bagi ­mereka yang kurang energik ialah mengunjungi St Joseph Convent. Kembali ke kapal, makan malam. l Hari 4 : Menyusuri sungai ke Desa Bukit Rawi. Menikmati pelayaran sehari penuh, ­makan siang sebelum tiba di kota bersejarah Bukit Rawi. Sore berjalan keliling desa, belajar tentang rumah tulang para leluhur, disebut Sandung dan upacara pemakaman yang disebut Tiwah. Melihat perajin rotan membuat tikar dan keranjang. Kembali di kapal malam terakhir di bawah bintang dihibur oleh musisi lokal dan penari. . l Hari 5: Cruise kembali ke Palangkaraya dan acara belanja souvenir sebelum meneruskan perjalanan ke bandara.

Di Thailand

Di Thailand salah satu yang kesohor ­adalah branding Pandawa Cruise. Kapal-kapalnya bergaya Pandaw tradisional dari kayu jati dan ­kuningan. Dibangunnya replika dari Irrawaddy Flotilla perusahaan kapal sejak tahun 1920-an mengoperasikan kapal dengan deck luas. Pendiri Pandaw Paul Strachan mengatakan: “Di Burma kita mulai 20 tahun yang lalu, di sana banyak pekerja dengan know-how pembangun­ an kapal, dan kita dapat mencipta kapal berkemampuan ultra-dangkal sehingga tetap berlayar pada kondisi ekstrim air dangkal.” Menurut pandawa.com pada Juli 2014 bersama-sama dengan kapal dari Indochina dan Orient, 4 kapal menawarkan 4 rute kesemuanya total kapasitas 100 kabin/200 pax berlayar sekali seminggu. Itu dijadikan produk berdiri sendiri artinya, keluar dari Bandara Internasional Mandalay langsung menuju naik ke kapal. Operator Irrawaddy Flotilla mengoperasikan 7 kapal dan armada Pandaw-nya akan mencapai 12 kapal. Salah satu itinerary bernama Bangkok Cruise Tour. Naik ke kapal yang sebenarnya aslinya

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

25


Tur sungai di Singapura, pakai boat tongkang juga.

Kapal KTD di Kalimantan Tengah.

adalah tongkang beras 100 tahun silam, dengan susah payah dibangun kembali dengan bahan jati yang bersinar dan mahal. Memulai perjalanan sejarah dalam kenyamanan modern dan menjelajahi tempat terkenal untuk Bangkok cruise tour itu. Tur tiga hari, dua malam dari Bangkok menyusur ke jantung daratan Thailand. Ada kapal tipenya panjang 17 meter bermesin dua dengan dua kamar tidur, ruangan-ruangan ber-AC ­dengan lounge dan ruang makan, Sun deck, kapal bermesin dua. Ada lagi tipe kapal 19 meter dengan empat kamar tidur, staterooms ber-AC dengan kamar mandi pribadi, dek luas dengan lounge dan ruang makan, Sun deck, dua mesin, berangkat setiap Senin dan Kamis, dari Bangkok ke Ayutthaya, ­bekas ibukota Siam.

Singapura

Singapore River Cruise (SRC) telah memulai mengoperasikan kapal menyusuri Sungai Singa­ pura sejak tahun 1987 dan masih akan meng­ operasikannya hingga sembilan tahun yang akan datang. Tahun 1987 adalah pertama kali tur menyusuri sungai menjadi atraksi wisata di ­Singapura dan SRC menjadi operator pertama. Memiliki 25 boat, dua kapal modern buatan Amerika Serikat, dan 23 bumboat. Bumboat adalah jenis kapal tongkang dari kayu, sebagai kapal kargo untuk memindahkan barang dari kapal-kapal besar ke pergudangan di sepanjang sungai, sudah ada sejak 150 tahun lalu. Dari 23 bumboat itu, satu dilengkapi dengan meja makan, yang 22 lainnya hanya untuk sight seeing. Yang dilengkapi meja biasanya digunakan untuk pesta kecil sehingga memungkinkan pe­ numpang membawa makanan ke atas kapal. Dua rute menyusuri sungai ditawarkan SRC: pertama, menyusuri sungai selama 40 ­menit, mengitari rute utama yakni Clarke Quay (baca:klak kii)—Boat Quay (baca:bot kii)—Marina bay. Rute singkat ini dihargai S$18 per orang ­dewasa. Rute yang lebih lama yakni 60 menit, selain mengitari rute utama, menyusuri sungai hingga ke bagian atas atau sampai dengan area

26

Robertson Quay (baca: robetson kii) yang dihargai S$ 22 per orang dewasa. Selama perjalanan ini penumpang hanya duduk di atas kapal menikmati pemandangan kota dari atas sungai. Tidak dipatok jadwal cruise tur SRC. Jika dalam waktu 20 menit ada yang membeli tiket maka cruise akan dilayarkan meskipun hanya satu orang. Jika tampak penumpang di jetty lain, kapal akan mengambil penumpang tersebut. Biasanya penumpang akan berhenti di tempat start, tapi bisa juga berhenti di jetty lain. Namun, kalau mau naik kapal lagi harus membeli tiket baru. SRC tidak menawarkan tur hop-on hop-off.

Kalimantan

Kembali ke Kalimantan Tengah. Satu kapal milik pengusaha swasta warga asing bisa meng­ angkut sebelas wisatawan dengan lima kabin. Satu kapal lagi berukuran cukup membawa maksimal tiga orang dengan dua kabin, dan biasanya ini disewa secara private oleh wisatawan, dengan program dan durasi yang dikehendaki. Saat ini sebenarnya ada kapal lain yang bahkan bisa mengangkut sampai 60 orang. Itu milik Pemda setempat, dan banyak digunakan oleh wisatawan dalam negeri atau lokal, untuk sewa sehari atau jam-jaman. Sejak Januari 2011 setiap minggu ada saja grup wisman yang dilayani. Artinya, almost fully booked. Hebat juga, 85% tamunya memang para wisman, yang datang langsung ke Palangkaraya dari luar negeri, dan dari Bali. Semua grup ­wisman itu tentu saja harus terbang dulu ke ­Jakarta atau ke Surabaya, dari situ baru terbang ke bandara Tjilik Riwut di Palangkaraya. Yang namanya KTD, beroperasi sejak tahun 2008, yang menandai dimulainya wisata menyusuri sungai di Palangkaraya dan sekitarnya. Kini operator itu memiliki dan mengoperasikan 3 kapal. Lainnya, operator Central Borneo Adventure (Wisata Susur Sungai) beroperasi sejak Februari 2009. Kapal pertamanya, KM Lasang Teras Garu berkapasitas 25 orang, milik Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng). Kapal ini cukup besar karena

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

dilengkapi kabin-kabin, kamar mandi, dan dek terbuka di atasnya. Tahun 2010, operator ini membangun kapal yang lebih kecil, kapasitas 10 orang, MG Tahasak Danum. Kapal itu tidak memiliki kabin dan tetap bisa menyusuri sungai saat air surut. Ada 30 kelotok milik masyarakat yang telah mendapat bantuan dari Pemkot Palangkaraya. Kelotok-kelotok itu selain digunakan untuk ke­ perluan penyeberangan sehari-hari juga digunakan untuk berwisata menyusuri Sungai Kahayan. Di Pontianak, susur sungai rute penuh selama satu jam dikenakan tarif Rp 175 ribu per kelotok berkapasitas 5–10 penumpang. Bila ada tamu memilih rute penuh dengan tambahan hingga ke Pulau Hampapak untuk melihat orangutan, tarifnya menjadi Rp 200–250 ribu per kelotok. Sedangkan rute pendek berkisar Rp 100 ribu per kelotok. Bila saat menyusuri sungai penumpang ingin berhenti dahulu di restoran di tepi sungai juga dilayani. Kelotok akan menunggunya. Paket tur paling populer dari KTD adalah pesiar di akhir pekan selama 2 hari 2 malam. Tamu berlayar pada hari Sabtu pagi dan kembali Senin pagi. Program lain yang tak kalah populer tur di pertengahan pekan selama 4 malam 4 hari dari Selasa pagi sampai Sabtu pagi. Central Borneo Adventure juga menawarkan city tour menyusuri sungai di ­Palangkaraya selama 3 jam kemudian dilanjutkan berkeliling kota menggunakan mobil me­ngunjungi situs-situs sandung di daerah kota lama di Palangkaraya. Paket menyusuri sungai dengan menginap di atas kapal selama 3 hari 2 malam. Dermaga Tugu Soekarno Hatta sedang direncanakan untuk membangun kawasan pariwisata terintegrasi dengan kapal-kapal menyusuri sungai. Ya, potensi wisata susur sungai di Indonesia sesungguhnya serasa tak terbatas. Kelak, di Kalimantan, Papua, dan Sumatra, sungai-sungainya yang lebar dan panjang, wah, sejatinya meng­ undang para inspirator dan investor untuk sedari sekarang bersiap terjun ke bisnis ini. Pasarnya di Asia, Eropa, dan Australia, terbuka lebar. n


Kode Etik Pariwisata Dunia

Grafiti dan semacamnya, Ingatkan Pada Kode Etik

Grafiti ini telah menyinggung masyarakat Jepang. (sumber foto: shizuoka shinbun/m. tribunnews.com)

Berwisata Global

S

ekitar dua minggu sebelum kunjung­ an Menteri Luar Negeri Jepang ke Indonesia 12 Agustus 2014, di media online ramai diberitakan ­mengenai aksi vandalisme di jalur pendakian Gunung Fuji, gunung yang disakralkan oleh masyarakat Jepang. Foto-foto yang beredar di situs-situs berita tersebut menampilkan grafiti berukuran besar berwarna oranye. CLA-X dan INDONESIA dicoretkan di sebuah batu besar. Grafiti tersebut ditemukan petugas pada pos 7 dan 9 serta di dua tempat lainnya saat berpatroli di jalur pendakian yang ramai. CLA-X, dibaca ­‘Kla-Ten’, merupakan sebutan kota Klaten di kalangan anak muda di kota kecil di Jawa ­Tengah. Bukan hanya grafiti CLA-X dan ­INDONESIA, petugas juga menemukan grafiti lain RUDAI yang ditulis dalam huruf katakana dan kemudian ditafsirkan sebagai kata ‘rudal’.

Sampai dengan saat ini pelakunya belum ditemukan dan belum seorangpun yang meng­ akui perbuatan tidak terpuji tersebut. Pemerintah Jepang pun menyatakan belum tentu pelakunya warga negara Indonesia. Meskipun demikian, mereka tetap menyayangkan tindakan tersebut. Di tanah air, sebagian besar reaksi netizen menyayangkan tindakan tersebut dan sebagian lagi mengecam tindakan itu sebagai telah membuat malu Indonesia. Beberapa komentar dalam situs www.japantoday.com menyatakan pelakunya ha­rus ditemukan dan dihukum, minimal dengan bekerja sosial membersihkan Gunung Fuji. Ada kisah, setahun yang lalu, seorang remaja dari Tiongkok sedang berlibur di Mesir bersama keluarganya dari RRT. Dia mengukir Ding Jinhao pernah di sini pada salah satu panel batu kuno di sebuah kuil di Luxor, Mesir. Keisengannya membuat marah netizen yang berhasil melacaknya.

Orang tua remaja tersebut menyampaikan permintaan maaf melalui surat kabar. Kemajuan ekonomi Tiongkok membuat jutaan warganya kini mampu berlibur di luar negeri. Jumlah outbound dan pengeluaran besar yang dihabiskan selama berlibur ke mancanegara menjadi primadona dalam industri perjalanan dan pariwisata dunia beberapa tahun terakhir. Tetapi banyak di antara wisatawan dari ­Tiongkok mendapat kecaman atas tingkah laku dan tindakan mereka ketika berada di luar ­negeri. Yang paling banyak dikritik adalah kebiasaan meludah di tempat umum dan mengabaikan rambu lalu lintas. Tak kurang dari Wakil Perdana Menteri negara itu Wang Yang menyerukan kepada wisatawan warga negaranya agar bersikap sopan ketika melancong ke luar negeri. Tingkah laku sebagian turis Tiongkok telah merusak citra negaranya.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

27


Grafiti di pagar pembatas di kawah Gunung Bromo. (Foto : Yun D.)

Sapta Pesona untuk wisatawan nusantara

Pada bulan November 2012, saat mencapai salah satu batu yang tinggi dari batu-batu granit raksasa yang tersebar di pantai Tanjung Tinggi, Belitung, perasaan penulis diliputi syok saat melihat grafiti-grafiti berukuran raksasa pada bebatuan. Ada yang bertuliskan nama klub sepak bola nasional yang mempunyai basis penggemar cukup kuat di Jawa Timur, dan paling ­banyak bertuliskan nama-nama saja. Terasa hampir pupus harapan untuk melihat keindahan pantai seperti yang digambarkan dalam film Laskar ­Pelangi. Pengalaman serupa terulang kembali di pertengahan bulan April 2014. Pagar beton yang membatasi mulut kawah Gunung Bromo nyaris dipenuhi grafiti. Sulit menemukan nama orang atau kelompok dan negara asing pada grafitigrafiti tersebut kecuali nama orang atau kelompok atau nama-nama daerah di Indonesia. Wisatawan asing yang naik ke mulut kawah hanya tampak terdiam dan memotret pemandangan. Entah apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh mereka ketika menemukan obyek wisata

28

yang digambarkan begitu indah dan damai ternyata ‘diganggu’ bukan hanya oleh sisa-sisa bungkus makanan dan minuman yang ditinggalkan begitu saja tapi juga coretan-coretan dari pengunjung yang telah datang sebelumnya. Seorang sosiolog dari Universitas ­Indonesia, Lucia Ratih Kusumawardani, menyatakan, vandalisme yang diduga dilakukan WNI di ­Gunung Fuji Jepang itu juga banyak ditemukan di banyak gunung dan di ruang-ruang publik di perkotaan di Indonesia. Menurutnya, ini sama dengan perilaku tidak disiplin di jalan raya dan menunjukkan kegagalan pendidikan perilaku. (Kompas, 11/8/2014). Vandalime berupa grafiti juga banyak ditemui di Bukit Jabal Rahmah di Arafah, Mekkah. Dia pernah melihat jemaah dari Indonesia terangterangan melakukannya. Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, ­Kesejukan, Keindahan, Keramahan, dan Kenangan adalah esensi berpariwisata di Indonesia. Ketujuh esensi tersebut dirangkum dalam Sapta Pesona yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan rasa tanggung jawab segenap lapisan masyarakat baik pemerintah, swasta, dan masyarakat luas

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

untuk bertindak dan mewujudkannya. Selama ini Sapta Pesona lebih ditekankan kepada destinasi, daerah yang memiliki atraksi wisata. Ketika atraksi/obyek wisata sudah mengimplementasikan Sapta Pesona, sedikit demi sedikit, faktor pengunjung yang menjadi masalah. Keberadaan wisatawan nusantara diakui berperan besar dan memberikan dampak langsung pada kegiatan pariwisata dan perekonomian lokal di daerah-daerah. Malah ada kecenderungan, pemda sudah merasa puas dengan kunjungan turis domestik yang besar, sedangkan kunjungan wisatawan mancanegara hanya ­sebagai formalitas dan legalitas menjadi suatu ‘destinasi wisata’. Seorang pemandu senior di Banyuwangi menggambarkan, semakin banyak pengunjung domestik dan tiket masuk ke TWA Kawah Ijen yang terjual semakin banyak, berarti pendapatan semakin besar. Tapi sayangnya itu juga berarti semakin banyak sampah yang mengotori obyek wisata. (Bagusnya, belum terlihat grafiti di sekitar kawah Ijen). Koordinator pemandu di Kebun Raya Bogor mengakui, pihaknya hanya bisa menyediakan


Grafiti di pantai Tanjung Tinggi, Belitung. (Foto : Yun D.)

semakin banyak tempat sampah dan meng­ himbau kepada para pengunjung untuk membuang sampah pada tempatnya, dan, sayangnya, ­kesadaran itu masih jauh dari harapan. Pantai Kuta, Bali setiap tahun selalu mendapat kiriman sampah. Semakin tahun sampah yang dikirim semakin banyak dan ragam sampahnya pun semakin mengkhawatirkan. Belum lagi, di ­sela-sela batu yang memisahkan pelataran Discovery Mall dengan pantai Kuta, sisa-sisa makanan dan ­minuman ringan di antara bebatuan ­seperti ­sudah menjadi pemandangan biasa. Padahal pelataran itu merupakan meeting point wisman dan ­wisnus. Bagi kebanyakan pelaku industri pariwisata, Sapta Pesona bukan hal asing lagi. Tetapi, untuk kalangan wisatawan nusantara sendiri, etika berwisata itu masih perlu disebarluaskan, menerjemahkan Sapta Pesona agar dipahami dan dilaksanakan. Memang, bila direnung-renung kembali, slogan Kenali Negerimu, Cintai Negerimu bukan hanya menjadi sarana atau alat mempromosikan sebuah destinasi atau potensi suatu daerah belaka, tetapi lebih luas daripada itu, yakni men-

didik masyarakat Indonesia sebagai wisatawan nusantara dan lokal untuk mencintai produk wisata di dalam negeri. Dan untuk mencapai produk wisata yang diharapkan dan diimpikan sudah tentu membutuhkan partisipasi mereka, salah satunya dengan menjaga kebersihan, ketertiban dan keindahan di obyek-obyek wisata. Termasuk menghindari kebiasaan mencoretkan grafiti-grafiti. Orang Jepang pun kadang demonstrative tampak mencintai dan menghargai alam. Mereka datang ke Indonesia untuk menikmati kekayaan alam dan budaya. Semoga insiden di Gunung Fuji tidak menurunkan ekspetasi mereka terhadap destinasi-destinasi wisata di Indonesia yang hendak mereka kunjungi dan tetap percaya lebih banyak wisatawan Indonesia yang berperilaku baik dan sopan. Wisatawan, di dunia kini bagaikan duta komunitas, daerah, negara dan bangsa.

Kode Etik Pariwisata Dunia

Dunia pun telah mengesahkan kode etik pariwisata global. Disahkan tahun 1999 oleh ­UNWTO, disebarluaskan dan ditujukan kepada para ­pemerintahan, masyarakat industri pariwisata

s­ erta masyarakat wisatawan sendiri, di bawah judul Global Code of Ethics for Tourism, ada 10 pasal dan pada pasal pertama tertulis antara lain dua ayat begini:

1

Pemahaman dan promosi nilai-nilai etika yang umum bagi kemanusiaan, dengan sikap toleransi dan penghormatan terhadap keragaman agama, filsafat dan moral keyakinan, keduanya dasar dan konsekuensi dari pariwisata yang bertanggung jawab; pelaku pembangunan pariwisata dan wisatawan sendiri wajib memperhatikan tradisi sosial dan budaya dan praktek semua orang, termasuk orang-orang dari kelompok minoritas dan masyarakat adat dan untuk mengenali nilai mereka;

2

Kegiatan pariwisata harus dilakukan ­dalam harmoni sesuai dengan kekhasan dan ­tradisi daerah negara tuan rumah dan menghormati undang-undang, praktik dan ­kebiasaan setempat. Pemahaman akan etika berwisata global yang sudah diberlakukan ini, memang, perlu disebarluaskan terus. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

29


Wisata Bahari

Peluang Industri Yacht Ingin berlayar dengan nyaman

Mulai banyak orang Indonesia kini me­nyukai olahraga rekreasi bahari seperti snorkeling, ­diving, surfing, fishing dan lainnya. Mereka naik boat ­untuk berpindah dari satu titik ke titik lain. Yachting ialah seseorang yang berlayar dengan boat miliknya untuk menikmati pelayaran dan boat-nya. Kebiasaan yachting seperti itu belum ada di Indonesia. Namun di berbagai tempat di luar negeri, hidup di atas yacht sudah ‘mem­ budaya’. Seorang yachter asing yang akhirnya me­netap di Indonesia menceritakan pengalamannya se­ perti ini: “I have a boat and I want to sail. I have to apply a sailing permit to the harbour of Sunda Kelapa. Tapi, kapal-kapal kecil yang akan ber­ layar sehari, pergi pagi pulang sore ke Kepulauan Seribu misalnya, mesti apply SPB (Surat Persetujuan Berlayar) yang sama dengan kapal-kapal besar. There is no cargo, no passanger, I still have to apply it. Peraturan yang ada sekarang belum mempermudah orang-orang yang ingin bermain dan menikmati lautnya.” Dia membenarkan kapal mesti laik laut sebelum berlayar. Perizinan pelayaran di sini rasanya perlu segera ‘diperbaiki’ agar lebih memudahkan pengawasan keselamatan di laut oleh aparat berwenang. Pengawas perlu tahu posisi boat di mana dan berapa orang di dalam kapal. Menurut pengalamannya, pelaporan ­sudah cukup dan tidak harus dalam bentuk surat per­ setujuan. Pelaporannya bisa dilakukan secara online di mana formulir bisa diunduh dari situs, diisi, kemudian dikirimkan kembali melalui surat elektronik, fax, atau ke kotak pelayanan yang disediakan di kantor-kantor syahbandar. Tentu perlu diadakan peraturan wajib lapor agar yachter mentaatinya. Laporan itu juga akan memudahkan memberi pertolongan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Berbeda masalahnya jika terjadi pelanggaran atas laporan itu.

30

Berlayar di laut dan bermobil di darat pada dasarnya sama. Mobil bernomor Jakarta tidak memerlukan surat-surat perjalanan khusus agar bisa dikendarai di Medan misalnya. Di ­Singapura, berlayar dari marina di Changi ke ­marina ­berikutnya—masih dalam wilayah ne­ gara ­Singapura— tidak perlu surat-surat izin. Di Australia pun begitu. Sedangkan CAIT adalah izin masuk dan tinggal bagi kapal asing dan orangnya (yachter) membutuhkan visa. Durasi visa yang diberikan berlaku selama sebulan dan CAIT selama tiga bulan. Kerap terjadi yachter asing datang dari luar

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

negeri, berlayar di perairan Indonesia. Salah satu yang menjadi pertanyaan para yachter ialah, ­kalau visa habis di tengah pelayaran, yachter menghubungi kantor imigrasi terdekat, apakah petugas imigrasi bersedia mendatangi ­kapalnya? Memang, dibandingkan dengan perjalanan udara dan darat, perjalanan di laut lebih banyak menghadapi ketidakpastian. Bisa jadi di ­tengah pelayaran terjadi kerusakan kapal, badai, gelombang tinggi, dan lain-lain sehingga mesti berlindung. Seorang sailor nusantara menceritakan pe­


ngalamannya begini: Di Singapura, petugas imigrasi sudah menunggu di laut, petugas menghampiri boat kami, lalu perizinan langsung diurus di tempat dan dalam waktu 20 menit selesai. Petugas itu menyodorkan jaring ke kapal, semua paspor ditaruh di situ. Waktu kembali ke Indonesia, tiba di Jakarta, kami malah tidak bisa langsung pulang dengan alasan kedatangan kami pada saat kantor imigrasi akan tutup sehingga paspor baru bisa diambil keesokan hari dan tidak boleh turun dari kapal selama itu. Para yachter memang harus memaklumi kondisi ter­ sebut, sehingga mengataur jadwal agar tiba pada jam kerja kantor. Sekain itu, pengurusan izin-izin di sini juga umumnya melalui agen.

Membangun industri yacht di Indonesia

Perpres 79/2011 antara lain membuka kemudahan proses dan prosedur izin-izin yachter untuk ‘bermain’ di perairan laut Indonesia. Ditentukan 18 point di seantero perairan Indonesia, di mana para yachter dapat memasuki Indonesia atau meninggalkan keluar dari Indonesia. Pada setiap point tersebut akan ada petugas imigrasi dengan menggunakan online system, menerima permintaan izin dari yachter dan memberikan izin pada yachter melalui proses ­online. Nah, itulah yang kini dalam proses pembangunan dan pengembangan. Dengan kata lain, manakala system itu telah berjalan di semua 18 point tersebut, maka puluhan ribu yachter yang berseliweran di laut di sekitar sekeliling

Marina Batavia Jakarta.

I­ ndonesia, diharapkan akan banyak bermain di laut Indonesia dari barat ke timur. Dengan kata lain pula, Indonesia saat ini ­tengah menyongsong periode di mana yachter dari berbagai bangsa akan menjadi wisatawan bahari di negeri kepulauan terbesar di dunia ini. Tibalah kini melihat upaya membangun ­industri yacht di Indonesia. Para pembuat kapal tradisional, sebesar apapun kapal atau yacht yang dibangun, apabila industri ini hidup, keberadaan mereka akan berlangsung lama. Yacht juga merupakan etalase produk sebuah bangsa

dan mencerminkan budaya berlayarnya. Membangun industri yacht akan membantu memba­ ngun masyarakat lokal. Yacht adalah sebuah boat (kapal kecil) dengan menggunakan layar, kendati ada yang punya backup mesin. Nah, belum ada industri boat dimaksud di Indonesia. Informasi mengenai boat dan boat ­industry pun tidak ditemukan. Individu dan komu­nitas sailing berharap stake holder bisa menaruh perhatian, dan membangunnya. “Kami membutuhkan sebuah ekosistem agar industri ini berkembang. Kita butuh membentuk

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

31


Wisata Bahari

Perairan di Teluk Sarangan yang tenang dan tidak berangin kencang, menjadi tempat favorit para yachter menambatkan kapal. Belum ada marina yang layak di sini. Lokasinya berdekatan dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sehingga seringkali menghanyutkan sampah-sampah hingga ke tengah laut, kondisi yang sangat tidak diinginkan oleh para yachter. 4 (Foto –foto: Yun D)

Krisnan Kusmara, Presiden Kakanoo Marine.

suatu organisasi pada level nasional dan ­regional,” Presiden Kakanoo Marine, Krisnan Kusmara, mengatakan ketika berbicara di Indonesia Yacht Forum 2014. Membangun kapal dan membuat bisnis perkapalan di sini nyatanya sudah bisa. Krisnan Kusmara, sarjana teknik perkapalan dari ITS Surabaya mengatakan, “Saya dari ITS jurusan Perkapalan. Kami tidak pernah diajari design kapal boat waktu kuliah. Hanya satu mata kuliah kapal, kapal khusus. Itu pun mata kuliah pilihan. Kita selalu diajari membuat kapal-kapal besar seperti tanker, tug boat, kargo dan sebagainya. Boleh-boleh saja. Tapi apakah di sini ada tempat yang memberikan training dan belajar membuat design kapal boat? Di AS, bisa belajar membuat kapal boat secara online. Syaratnya, bisa matematika dasar. Pemerintah AS mengakui sertifikat keahliannya. Maka akan lebih baik jika di sini pun ada sertifikasi profesi yang menyatakan seseorang benar-benar bisa membangun kapal.” Menurutnya, Indonesia tidak akan kekurangan master builder. Di Sulawesi Selatan, membangun kapal tradisional master builder-nya berumur 16–17 tahun. Di Bugis, anak-anak berusia 5–6 tahun sudah dididik membuat kapal dimulai dari diajak ke hutan mencari kayu untuk pembuatan kapal oleh sang ayah. Keberadaan kapal-kapal kecil yang diimpor di perairan Nusantara bisa sebagai sarana untuk mempelajari dan membangun kapal yang bagus, belajar merawatnya, kemudian dicoba ditiru dan

32

seterusnya. Kalau jumlah kapal (boat) sudah ba­ nyak, industrinya mulai berjalan, maka berikutnya barulah diatur lagi untuk memproteksi. Salah seorang peserta dalam IYF 2014 meng­ ungkapkan, bea masuk untuk impor kapal pesiar sekarang sudah naik dari 75% menjadi 125%. Pada kenyataannya, industri yacht di Indonesia masih memerlukan bantuan dari luar negeri, ­sebab infrastruktur maupun perlengkapan lainnya di sini tahapnya masih prematur. Industri yacht akan sangat membantu industri maritim. Pada saat para pelaku yang bergerak dalam wisata bahari mengimpor kapal langsung di­ nyatakan barang mewah dan dikenai PPnBM. Tidak ditanyakan maksud dan tujuan impor boat/ yacht tersebut. Boat/yacht berbendera asing yang masuk ke Indonesia akan dikenai pajak PPnBM 30, 40 sampai dengan 75 persen. Tetapi kalau mau mengubah bendera asingnya ke bendera Indonesia maka dia tidak perlu membayar bea masuk tersebut. Durasinya ditentukan selama tiga bulan. Jadi, lebih mudah bagi orang Indonesia membeli kapal berbendera asing sebab tidak perlu membayar pajak dan hanya mengurus perizinannya saja setiap tiga bulan. Kedatangan yacht dari luar negeri dan impor yacht/boat juga akan menumbuhkan pemasaran marina-marina. Itu berarti pula menumbuhkan para pemilik kapal dan membangun ­industri yacht, akan berkontribusi pada ketahanan ­eko­nomi lokal, membangun rantai produksi— konsumsi yang lengkap dan kuat terutama di pulau-pulau kecil. Sekjen Gahawisri (Gabungan Pengusaha Wisata Bahari) Didien Djunaedi mengatakan, asosiasi telah berbicara kepada Departemen Keuangan agar memberikan pengurangan pajak dan relaksasi peraturan perpajakannya bagi para pelaku bisnis wisata bahari di Indonesia. ­Mereka pun telah mengajukan usulan kepada peme­ rintah untuk mengenakan pajak 0% khususnya terhadap perlengkapan wisata bahari termasuk boat, perlengkapan menyelam dan lain sebagainya. Dalam usulan tersebut juga disampaikan batas waktu relaksasi paling tidak selama 10 tahun agar industri ini betul-betul tumbuh dan berkembang dengan baik dan kuat. Yang disebutkan dalam PP No.79/2011 adalah kapal wisata (yacht). Industri yang paling mung-

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

kin akan tumbuh untuk menunjangnya ialah perawatan dan perbaikan kapal. Peraturan ter­sebut baru mengatur kapal/yacht dan yachter ­asing yang datang ke Indonesia. PP tersebut tidak mengatur yachter Indonesia atau yang ­sudah menetap dan membangun kapalnya di sini, dan ingin ‘bermain’ di perairan Nusantara.

Motorisasi datang, budaya berlayar hilang

Tahun 1956, semua kapal yang sandar di pelabuhan pelayaran rakyat adalah jenis ­kapal pinisi. Untuk merapat di Pelabuhan Sunda ­Kelapa, kapal-kapal itu mengantri selama 2–3 hari ketika tidak ada angin untuk berlayar atau ketiadaan tempat lantaran penuh. Kapal-kapal besar inter-insuler atau antar­ pulau sebelumnya dipegang oleh KPM, perusahaan pelayaran Belanda. Setelah Indonesia merdeka, perusahaan pelayaran termasuk kapalkapalnya dinasionalisasi. Tapi sebagian kapal­kapal itu diduga sempat dilarikan ke Singapura dan Hong Kong. Pelayaran interinsuler Nusantara dinyatakan hancur. Kekosongan itu diisi oleh kapal-kapal pinisi lambo. Kapal-kapal tradisional berlayar menurut angin. Kalau bermuatan kayu dari Kalimantan kapal bisa berlayar. Agar dapat kembali berlayar ke Kalimantan dibutuhkan ‘balas’ agar layar tidak tumbang. Balas, pemberat kapal, biasanya berupa pasir dan karang dari Kepulauan Seribu. Balas kemudian akan dibuang di muara-muara sungai dan terjadilah pendangkalan besar-besaran di Kalimantan. Kemudian, datanglah era motorisasi. Pada saat itu diberlakukan pajak 0% untuk mesin-mesin kapal. Sebuah bank milik pemerintah memberi-


kan kredit murah untuk motor kapal dan semua kapalpun akhirnya bermotor. Harga solar masih murah. Perlahan tapi pasti ilmu berlayar orang Indonesia berangsur hilang. Adapun tiang-tiang layar yang terlihat di atas kapal-kapal yang merapat di Sunda Kelapa saat ini, sudah tidak lagi digunakan sebagaimana biasanya, sebagai tiang layar. Tiang itu kini lebih berfungsi sebagai pengerek barang muatan.

5Kapal pinisi lambo di pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta. Semua kapal bermotor, layarnya hanya digunakan sesekali apabila motor rusak di tengah pelayaran.

Mengembalikan semangat kemaritiman dan keterampilan berlayar

Berkembang opini, wisata bahari di perairan Nusantara baru bisa dinikmati oleh orang-orang asing. Sebab mereka mempunyai daya beli, me­ ngenali pasarnya sehingga tahu bagaimana mengelola dan mengemasnya. Sebenarnya, kita pun bisa. Pertama, memba­ ngun kapal dan berlayar. Kedua, calon para pelaku di industri ini mesti bersatu membentuk aturan main yang jelas, membuka dan memba­ ngun komunikasi antarpelaku dan pemerintah. Sementara itu sedang berlangsung, daerahdaerah yang mempunyai kepulauan mendorong lebih banyak masyarakat mencoba berlayar. ­Seperti Jakarta dengan Kepulauan Seribu, Jawa Tengah dengan Karimun Jawa, Jawa Timur ­dengan Madura dan pulau-pulau kecil di ­sekitarnya. Telah diadakan aturan main yang jelas bagi para operator tur berlayar, sudah ada di Bali dan Lombok serta mensosialisasikan aturan ber­layar kepada para calon wisatawan layar yang akan cruising di perairan Bali hingga Nusa ­Tenggara. Sama seperti menyelam atau main golf, ­untuk dapat berlayar bukan berarti ­seseorang mesti mempunyai yacht /boat. n

5Lazimnya kapal-kapal nelayan digunakan untuk mengantar turis island hopping.

Mengayuh kayak mulai disukai juga oleh wisatawan nusantara. (Sumber foto kayak: beli-tungisland.com). Lokasi foto-foto: Pulau Belitung. Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

33


Indi

Kunjungan Wisman ke Indonesia 2011 – 2014 900,000 850,000 800,000 750,000

2014

700,000

2013

650,000

2012 2011

600,000 550,000 500,000

2014 2013 2012 2011

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

JAN 753.079 614.328 652.692 548.821

FEB 702.666 678.415 592.502 568.057

MAR 765.607 725.316 658.602 598.068

APR 726.332 646.117 626.100 608.093

MEI 752.363 700.708 650.883 600.191

JUN 851.475 789.594 695.531 674.402

Jul

Agt

Sep

Okt

Nov

Des

JUL AGT SEP OKT NOV DES 777.210 717.784 771.009 770.878 719.903 807.422 860.655 701.200 634.194 683.584 688.341 693.867 766.966 745.451 621.084 650.071 656.006 654.948 724.539

TOTAL 5.328.732 8.802.129 8.044.462 7.649.731 Sumber: BPS

Realisasi Wisman Berdasarkan Pasar Utama Juli 2014 vs 2013 No.

Pasar Utama

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

AUSTRALIA RRT SINGAPURA MALAYSIA JEPANG KORSEL BELANDA PERANCIS INGGRIS AS TAIWAN INDIA JERMAN TIM-TENG FILIPINA RUSIA LAINNYA TOTAL

2014

Juli

104,335 97,131 95,125 72,678 37,521 26,586 25,742 25,053 22,722 20,601 20,509 19,050 17,636 11,278 9,687 5,770 165,786 777,210

2013

85,709 71,815 86,741 67,214 41,225 29,417 24,178 24,100 21,492 19,692 24,505 17,077 16,742 2,373 10,331 5,511 169,662 717,784

(+/–)

Selisih

21.73% 18,626 35.25% 25,316 9.67% 8,384 8.13% 5,464 -8.98% -3,704 -9.62% -2,831 6.47% 1,564 3.95% 953 5.72% 1,230 4.62% 909 -16.31% -3,996 11.55% 1,973 5.34% 894 375.26% 8,905 -6.23% -644 4.70% 259 -2.28% -3,876 8.28% 59,426

Sumber: BPS Berdasarkan Kebangsaan pada 19 Pintu

Realisasi Wisman Berdasarkan Pasar Utama Januari–Juli 2014 No.

Pasar Utama

1 SINGAPURA 2 MALAYSIA 3 AUSTRALIA 4 RRT 5 JEPANG 6 KORSEL 7 INDIA 8 AS 9 INGGRIS 10 TAIWAN 11 PERANCIS 12 BELANDA 13 JERMAN 14 TIM-TENG 15 FILIPINA 16 RUSIA PASAR LAINNYA GRAND TOTAL

2014 848,482 720,635 609,987 548,933 259,136 191,598 139,119 138,367 129,928 123,400 111,800 97,360 96,249 95,872 77,057 53,939 1,086,870 5,328,732

2013 741,607 664,692 521,426 435,806 263,367 184,505 118,029 127,303 119,969 126,985 101,792 87,987 86,569 66,629 72,423 57,328 1,095,845 4,872,262

(+/–)

Selisih

14.41% 8.42% 16.98% 25.96% -1.61% 3.84% 17.87% 8.69% 8.30% -2.82% 9.83% 10.65% 11.18% 43.89% 6.40% -5.91% -0.82% 9.37%

106,875 55,943 88,561 113,127 -4,231 7,093 21,090 11,064 9,959 -3,585 10,008 9,373 9,680 29,243 4,634 -3,389 -8,975 456,470

Sumber: BPS, Berdasarkan Kebangsaan pada 19 Pintu

34

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014


kator

Realisasi Wisman Bulanan Januari–Juli 2014 Bulan

2014

2013

+/–

Selisih

JANUARI 753.079 614.328 22,59% 138.751 FEBRUARI 702.666 678.415 3,57% 24.251 MARET 765.607 725.316 5,55% 40.291 APRIL 726.332 646.117 12,41% 80.215 MEI 752.363 700.708 7,37% 51.655 JUNI 851.475 789.594 7,84% 61.881 JULI 777,210 717,784 8.28% 59,426 JANUARI–JULI 5,328,732 4,872,262 9.37% 456,470 AGUSTUS 771.009 SEPTEMBER 770.878 OKTOBER 719.903 NOVEMBER 807.422 DESEMBER 860.655 TOTAL 8.802.129 Sumber: BPS

Kunjungan Wisman berdasarkan 19 Pintu Masuk Juli 2014 No.

Pintu Masuk

1 Bali 2 Jakarta 3 Batam 4 Tanjung Uban 5 Medan 6 Surabaya 7 Tanjung Pinang 8 Lombok. NTB 9 Tanjung Balai Karimun 10 Bandung 11 Yogyakarta 12 Tanjung Priok 13 Padang 14 Entikong. Pontianak 15 Pekanbaru 16 Manado 17 Surakarta 18 Makassar 19 Balikpapan Pintu Lainnya Total Wisman

2014

2013

358,907 169,135 101,996 31,102 16,579 16,174 7,149 6,582 6,343 6,166 5,394 4,458 3,926 2,488 1,713 1,652 1,125 1,106 848 34,367 777,210

297,723 188,800 91,056 25,067 15,677 16,897 6,799 2,444 5,694 7,667 6,697 5,705 1,985 1,559 1,147 1,803 1,409 1,582 1,381 36,692 717,784

(+/-) %

Selisih

20.55% -10.42% 12.01% 5.75% -4.28% -4.28% 5.15% 169.31% 11.40% -19.58% -19.46% -21.86% 97.78% 59.59% 49.35% -8.37% -20.16% -30.09% -38.60% -6.34% 8.28%

61,184 -19,665 10,940 902 -723 -723 350 4,138 649 -1,501 -1,303 -1,247 1,941 929 566 -151 -284 -476 -533 -2,325 59,426 Sumber: BPS

Kunjungan Wisman menurut 19 Pintu Masuk Januari–Juli 2014 No.

Pintu Masuk

1 Bali 2 Jakarta 3 Batam 4 Tanjung Uban 5 Medan 6 Surabaya 7 Bandung 8 Tanjung Balai Karimun 9 Tanjung Pinang 10 Yogyakarta 11 Lombok, NTB 12 Tanjung Priok 13 Padang 14 Pekanbaru 15 Entikong, Pontianak 16 Manado 17 Makassar 18 Balikpapan 19 Surakarta Pintu Lainnya Total Wisman

2014 2,068,921 1,305,285 807,984 189,288 126,994 126,425 103,423 58,431 56,615 51,924 40,519 39,256 28,907 15,015 12,249 9,696 8,684 7,749 7,579 263,788 5,328,732

2013

(+/-) %

1,771,005 16.82% 1,270,336 2.75% 734,732 9.97% 181,568 4.25% 120,832 5.10% 125,297 0.90% 98,547 4.95% 60,746 -3.81% 56,851 -0.42% 42,992 20.78% 14,942 171.18% 39,541 -0.72% 23,417 23.44% 12,457 20.53% 13,507 -9.31% 11,354 -14.60% 9,792 -11.32% 9,883 -21.59% 9,873 -23.24% 264,590 -0.30% 4,872,262 9.37%

Selisih 297,916 34,949 73,252 7,720 6,162 1,128 4,876 -2,315 -236 8,932 25,577 -285 5,490 2,558 -1,258 -1,658 -1,108 -2,134 -2,294 -802 456,470 Sumber: BPS

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014

35


Testing bagi Layanan Kereta Api dari Bandara Bandara Kuala Namu di Medan boleh jadi ­sebagai ‘percobaan’ mencari bentuk dan cara mengelola pengaturan moda transportasi antara layanan kereta api, bus, taksi. Stasiun kereta api di bandara itu terawat bagus, efisien dan nyaman. Tapi tampaknya timbul masalah. Tarif naik kereta api bandara ke kota Medan Rp 80.000 one way. Beberapa bulan ini terpaksa diturunkan jadi Rp 60.000 khusus arah Bandara–Medan, sedangkan dari Medan ke bandara tetap Rp 80.000. Rupa­ nya masyarakat dari bandara kurang ‘suka’ naik kereta api. Naik bus dari bandara ke kota ­Medan tarifnya Rp 15–20 ribu, bahkan hingga jauh ke Binjei Rp 35.000. Adapun dengan taksi dari bandara ke kota Medan argo meternya akan berkisar Rp 150.000, tentulah bagi 2 orang atau 3 orang dengan taksi menjadi terasa lebih murah karena per orang jatuhnya Rp 50–75 ribu, tapi penumpang diantarkan sampai ke tujuan rumah atau kantor, bukan?

36

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 56 n Agustus 2014


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.