Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 55 - Juli 2014

Page 1

n No. n Juli 2014 n Januari Vol.Vol. 5 n5No. 49 55 2014

Peran Airlines Meningkat

Penerbangan Angkasa Semesta

(Maskapai Anggota INACA) Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n

No. 55 n Juli 2014

1


M

Masjid Nabawi di Madinah, Saudi Arabia, tengah terus diperluas dan dikembangkan. Raja Abdullah telah memerintahkan bahwa penger­ jaan proyek perluasan harus diselesaikan dalam waktu kurang dari dua tahun. Bangunan masjid akan mengisi lahan seluas 614.800 meter persegi atau 1060 x 580 meter, sementara gabungan ruang dari masjid dan plaza akan jadi 1.020.500 meter persegi atau 1300 X 785 meter, yang dapat menampung satu juta jamaah di dalam masjid dan 800.000 lainnya di plaza. Bander Al-Hajjar, Menteri urusan Haji, diberitakan menyatakan kemen­ teriannya telah mengeluarkan lebih dari 6 juta visa untuk umroh tahun ini, lebih dari 5,6 juta jamaah sudah tiba, di antaranya 5,3 juta sudah meninggalkan Arab Saudi. “Pemerintah Saudi telah menyelesaikan semua persiapan. Kami telah melak­ sanakan beberapa proyek yang bertujuan untuk memfasilitasi musim Umrah dan untuk mengakomodasi sejumlah besar pengunjung, “kata Al-Hajjar. (Foto diambil Mei 2014)

Isi Nomor ini

Pengarah: Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Penanggungjawab: Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata

Operator Penerbangan Indonesia Berjuang dan Berpengharapan

Wakil Penanggungjawab: Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata Penerbit/Pemimpin Redaksi: Arifin Hutabarat

Reporter: Benito Lopulalan Alamat: Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jl. Medan Merdeka Barat No.17, Lantai 3 Jakarta 10110 Telp : 021 383 8220 Fax : 021 380 8612, Email : jurnal@indonesia.travel Jika Anda mem­ punyai infomasi dan pendapat untuk Newsletter ini, ­silakan kirim ke alamat di atas.

2

Jakarta plus Bogor

11 18

Jangan Ketinggalan untuk Pemasaran Online

28

Sudah Bisakah Disebut sebagai Success Story Banyuwangi?

Dewan Redaksi: Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri; Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri; Direktur Konvensi, Insentive, Even dan Wisata Minat Khusus; Direktur Pencitraan Indonesia; T. Burhanuddin; Wisnu B. Sulaiman.

Setelah Seabad Dunia Penerbangan Komersial www.newsletter-pariwisataindonesia.com

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

8

32


Capaian Pariwisata Semakin Meluas Menteri Mari Elka Pangestu

P

ada terbitan bulan Juni kita mendapatkan fakta dan data performa pariwisata yang mengindikasikan ­optimisme target jumlah kunjung­an wisman tahun ini akan tercapai; bahkan berkemungkinan besar bisa ter­ lampaui, yaitu target antara 9,3–9,5 juta wisman. Bila kita memperhatikan perkembangan lebih spe­sifik lagi, peningkatan jumlah wisman dari ­Tiongkok dalam ­tahun ini amat sangat menggembirakan. Stra­tegi pendekatan dan upaya pemasaran pada pasar tersebut tampaknya ­telah mengenai sasaran, dan membawa kita pada tahap untuk ber­upaya lagi meningkatkan apa yang telah dihasilkan ­sementara ini. Tentu dimaklumi, bahwa pasar wisatawan di negeri T­ iongkok itu diminati oleh destinasi wisata di pelbagai nega­ ra lain di dunia, sehingga masing-masing berupaya meraih­ nya, ada yang melalui pendekatan kemudahan urusan visa, ada yang dengan peningkatan kapasitas penerbangan, dan melalui bentuk-bentuk kerjasama bilateral lainnya. Di Indonesia, aspek aksesibilitas khususnya koneksi ­penerbangan langsung dari dan ke pasar, telah memberi­ kan respon bahwa destinasi Indonesia semakin ­marketable, mengingat operator ­penerbangan nasional kita telah me­ nambah pembukaan rute baru, dan adanya upaya dan strategi pemasaran baru untuk pasar Tiongkok. Upaya itu antara lain mengoperasikan penerbangan charter dan ­charter berjadwal, ketika operasi penerbangan berjadwal

Wakil Menteri Sapta Nirwandar

belum memungkinkan karena masih menghadapi ­beberapa hambatan. Penerbangan dari dan ke pasar sumber wisman, termasuk Eropa, ditandai dengan adanya pembukaan penerbangan rute baru. Ini bahkan dilaksanakan bukan hanya oleh maska­ pai nasional, namun juga oleh operator penerbangan asing. Ketika sub-sektor transportasi udara di bidang pariwisata ini melangkah maju sedemikian rupa, tentu diharapkan selanjutnya pelaku bisnis di sub-sektor lainnya segera me­ nyambut dan memproduktifkan peluang dalam menarik lebih banyak lagi wisman berkunjung ke Indonesia, yang dalam periode sekarang tengah kita dorong memasarkan produk-produk ‘Bali and beyond’. Sub-sektor lain, yaitu akomodasi dan atraksi di kawasan destinasi, termasuk pelaku front liners di bisnis pariwisata, tentu perlu memperkuat kerjasama diantara semua pe­ mangku kepentingan. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dalam mengembangkan pemasaran pariwisata negeri ini, mempu­ nyai komitmen untuk saling mendukung dan sinergi antara sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Langkah-langkah bersama antara Kementerian dan masyarakat industri kreatif pun semakin meluas diterima dan diberitakan oleh media. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan

Selamat Idul Fitri

n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

3


Utama

Peningkatan Peran Penerbangan yang Telah Ditunggu-tunggu

Garuda di salah satu bandara utama di Tiongkok. Ke pasar ini maju terus.

K

ita punya pepatah: kalau ter­lambat, tentulah karena ada yang ditunggu. Pariwisata di Indonesia rasanya seperti itu, yang ditunggu ialah momen manakala jajaran operator penerbangan nasional memperbanyak penerbangan ke luar negeri dan perannya mendatangkan wisman kian membesar. Kondisi obyektif yang tercipta beberapa ­tahun terakhir adalah keadaan di mana jumlah pe­num­ pang di dalam negeri meningkat tinggi sekali, dan, para maskapai nasional memperoleh keper­ cayaan menandandatangani kontrak pembelian dan sewa beli pesawat terbang dalam jumlah be­ sar. Maka, dalam ungkapan dari INACA, asosiasi perusahaan penerbangan nasional, “Telah terjadi lompatan-lompatan dalam peningkatan jumlah armada yang dioperasikan oleh para anggota INACA, dan meningkat terus sampai tahun 2015, seperti tergambar dalam tabel di bawah ini, yakni jumlah armada menurut daftar Air ­Operator Cerficate (AOC) 121 dan AOC 135, sebagai berikut: Adalah keniscayaan bahwa ketersediaan jumlah armada dalam jumlah besar, tak akan sepenuhnya dioperasikan di dalam negeri. Justru tentulah mencari rute-rute luar negeri. Bagi airlines nasional terkuat seperti Garuda ­Indonesia, membuka kembali penerbangan rute ke Eropa, bukan sesuatu yang baru, sebab ‘­national flag carrier’ ini sebelumnya pernah beroperasi ke 14 kota internasional di benua Eropa. Jadi, kini tinggal mengoperasikan kem­ bali, dan tampak akan berjalan selaras dengan rencana penambahan armadanya yang tahun-

4

Bandara Kualanamu yang modern, Medan. Pihak airlines dari Tiongkok telah menyatakan minat hendak membuka penerbangan langsung.

Batavia Air juga di salah satu bandara utama di Tiongkok. Sayang tidak berlanjut lagi.

tahun ini sudah belangsung terus. Dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah lama terjalin kerjasama melalui satu MoU. Yang tak disangka sebelumnya adalah langkah lompatan yang ternyata dilakukan oleh Sriwijaya Air. Operator ini membuka rute penerbangan ke kota-kota ‘sekunder’ di Tiongkok, setelah kotakota utama dilayani dan ditingkatkan terus oleh Garuda Indonesia. Tiongkok masuk dalam sasaran strategi pe­ masaran pariwisata yakni hendak digoptimalkan pertumbuhan jumlah kunjungan wisman dari pasar yang amat lucrative itu. Adapun maskapai Lion Air, yang juga meme­ san ratusan pesawat dari Airbus dan Boeing,

Sumber : Kemenhub

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

menampakkan strategi tersendiri. Dibukanya anak perusahaan Malindo di Malaysia, yang juga menghubungkan beberapa point di luar negeri ke Indonesia. Sedangkan Indonesia AirAsia, sejak dua tahun ini mengalihkan porsi penambahan rutenya ke luar negeri. Sementara jaringannya dengan ­induk LCC AirAsia di Kuala Lumpur telah membangun jaringan rute internasional yang relatif luas. Direktur Utama Garuda Indonesia, Emirsyah Satar, mengakui sependapat bahwa saatnya kini di Indonesia ‘the trade follows the ship’. Dalam satu diskusi di Kemenparekraf dua bulan silam, dia menerangkan bagaimana Garuda dengan progam ‘Giant Leap’-nya akan meluaskan rute di dalam dan luar negeri dalam tempo beberapa tahun ini. Jadi, ketika airlines telah membuka rute baru, di dalam negeri, apalagi ke luar negeri, maka seyogianya para pelaku bisnis yang berkaitan dengan inbound tourism, dengan momentum itu mestilah diikuti oleh para ‘trader’ untuk berupaya meningkatkan penjualan produk wisata masingmasing. n

Note: F = Forecast


Kiri-kanan: Wamen Perhubungan, Menteri Parekraf, Dirut Garuda Indonesia, Wamen Parekraf, dan Dirut Angkasa Pura II, saat meluncurkan pemasangan logo Wonderful Indonesia pada badan pesawat armada penerbangan nasional itu, di bandara Soekarno Hata pada 1 Juli 2014.

Utama

P

Penerbangan Semakin Memicu Arus Wisman

ada bagian luar badan pesawat Garuda Indonesia, khususnya yang melayani rute internasional, kini terpampang logo ‘Wonderful Indonesia’. Selasa 1 Juli 2014, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, Wakil Menteri Parekraf, Sapta Nirwandar, Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Susantono, Dirut Garuda Indonesia, Emirsyah Satar, meres­ mikan pemasangan logo Wonderful Indonesia di badan pesawat Garuda Indonesia. Pelaksanaan peluncur­an itu bertempat di hangar Garuda ­Indonesia di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. “Sebagai flag carier upaya ini mendukung pari­ wisata agar dapat lebih banyak lagi wisatawan datang ke Indonesia,” kata Emirsyah Satar, Dirut Garuda Indonesia. Selama ini sejak tahun 2008 telah dipasang logo ‘Visit Indonesia Year’ yang saat itu menjadi branding Pariwisata Indonesia. Tahun 2014 logo di badan pesawat itu diganti menjadi ‘Wonderful Indonesia’. Sudah 8 pesawat yang di-branding dengan Wonderful Indonesia. Keseluruhannya nanti total 22 pesawat yang akan dipasangi logo tersebut. Selesai pengerjaannya akhir tahun 2014

ini. Logo akan terpasang pada 11 pesawat Airbus jenis A330-200, 5 pesawat A330-300, 5 pesawat Boeing jenis B777-300ER, dan 1 pesawat yang dewasa ini sedang dalam posisi pemeliharaan di bengkel. Menurut Emirsyah, telah banyak upaya yang dilakukan Garuda Indonesia untuk mendukung geliat pariwisata di Indonesia. Pemasangan logo di badan pesawat ini merupakan bagian dari Nota Kesepahaman tentang Promosi Pari­ wisata ­Indonesia antara Kemenparekraf dengan PT ­Garuda Indonesia yang ditandatangani 21 ­Februari 2012 lalu. Implementasi lain dari Nota Kesepahaman itu antara lain penyelenggaraan Garuda ­Indonesia Travel Fair, partisipasi pada bursa pariwisata se­ perti ITB Berlin dan WTM London dan dukungan famtrip dari industri pasar wisman yang menda­ tangkan para wartawan dan penulis dari mediamedia mancanegara, dan agen-agen tur dan per­ jalanan dari luar negeri, mengunjungi destinasi wisata di Indonesia. Dari famtrip selalu diharapkan para peserta­ nya akan mempromosikan destinasi di media. Para operator tur akan memperbarui produk-

produk paket yang mereka jual di negeri masingmasing. Lompatan yang cukup berarti bagi Garuda ­Indonesia, yang sekaligus berdampak ­mendukung bagi pemasaran pariwisata adalah bergabungnya maskapai ini dengan Skyteam Global Alliance. Pada aliansi itu, Garuda bergabung bersama dengan 20 airlines di dunia. Melalui aliansi pe­ nerbangan ini, Garuda terhubung dengan 1.064 destinasi di 178 negara, jadi, memudahkan bagi wisman yang hendak mengunjungi Indonesia. Selain dari itu dalam mendukung MP3EI, ­telah dibuka hub Makasar, Balikpapan, termasuk ke ­Sibolga di Kabupaten Tapanuli Tengah, dan ­Kabupaten Banyuwangi di ujung Jawa Timur. Bandara Sibolga adalah titik terdekat dengan Gunung Sitoli di Pulau Nias. Dari sini tampaknya Pulau Nias tak lama lagi akan mendapatkan pelu­ ang mengembangkan pariwisatanya lebih cepat. Sibolga berarti dihubungkan oleh penerbangan setiap hari kini dari Jakarta dan dari Medan. Adapun penerbangan langsung Jakarta— Amsterdam tanpa stop oleh Garuda kini meru­ pakan “perjalanan tercepat Eropa ke Indonesia,” kata Emirsyah.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

5


Utama

Menghitung Jumlah Wisman

Makna dan Manfaat Promosi

P

Memang patut diperhatikan, b­ eberapa award telah diraih oleh Garuda ­Indonesia, antara lain Best economic class in the world. Dan targetnya di tahun 2015 menjadi Five star airline dan the best cabin crew. Ini membang­ gakan Indonesia, ­sehingga kepercayan internasional terhadap flag carier ini akan mempengaruhi awareness ten­ tang Indonesia di pasar wisman. Pada kesempatan itu Menteri Mari Elka Pangestu menyatakan bahwa memasang logo ini di pesawat Garuda Indonesia memungkinkan 17 kota di luar negeri mengenal Indonesia lebih baik dari keseluruhan 36 tujuan inter­ nasional yang dilayani Garuda, ter­ masuk di antaranya melalui codeshare bersama KLM, Etihad, Turkish, Philipine Airlines, Vietnam Airlines, Royal Brunei Airlines dan China Airlines. Menurut Mari, berdasarkan hasil riset dalam rangka branding, terindi­ kasi ­bahwa orang telah mengenal baik logo Garuda warna warni yang cocok sebagai ekraf, unsur-unsur tradisional dengan sentuhan kontemporer yang sudah direvitalisasi juga ditampilkan dalam logo. Pada Logo ini huruf Indo­ nesia lebih besar karena menonjolkan Indonesia. “Kita juga letakkan web www.­ indonesia.travel di bawah logo, se­ hingga selain branding didapat, juga kandungan info dapat tampil. Ini me­ mudahkan orang mengenal lebih jauh Indonesia,” tegasnya. Wakil Menteri Perhubungan, ­Bambang Susantono, menambah­ kan bahwa saat ini ada 26 airport besar dan sekitar 200-an airport kecil di bawah UPT Kemenhub bersedia ­melakukan hal yang sama dengan Garuda ­Indonesia. ­“Mungkin yang be­ sar dulu memasang supaya bisa me­ narik yang lain,” kata Bambang. Diakuinya antara tourism dan transportasi harus saling mendu­ kung. Kementerian Perhubungan siap ­bekerja sama menggarap konektivitas nasional dan internasional untuk men­ datangkan sebanyak mungkin wisman dan wisnus. n

6

enerbangan langsung nonstop rute Amsterdan–Jakarta pp, dioperasi­ kan oleh Garuda sejak 30 Mei 2014. Rute penerbangan nonstop ini adalah satu-satunya rute penerbangan antara Belanda dan Indonesia yang melayani pener­ bangan langsung tanpa transit selama lima kali dalam seminggu. Rute itulah akhirnya dikombinasikan menjadi penerbangan Jakarta–London mulai 8 Septem­ ber 2014. Penerbangan rute ke Belanda itu akan menjadi penerbangan Jakarta–Amsterdam–Lon­ don pp. Menggunakan pesawat Boeing ­777-300 ER berkapasitas sebanyak 314 penum­pang, ter­ diri dari 8 kursi First Class, 38 kursi ­Business Class, dan 268 kursi Economy Class. Dikaitkan dengan peluang bisnis inbound pariwisata, di mana wisman umumnya menggu­ nakan kelas ekonomi, maka, jika 50% kapasitas yang berarti 134 seats diisi oleh wisman, maka 5 kali seminggu sekitar jumlah itu (5 x 134 = 670) wisman bisa didatangkannya ke Indonesia dari London–Amsterdam. Jam ketibaannya di Jakarta lumayan bagus, yakni pukul 11.40 siang, terbuka kemungkinan leluasa untuk berkunjung menginap di Jakarta, atau koneksi langsung dengan penerbangan da­ lam negeri ke destinasi wisata di daerah seperti Yogyakarta, Bali, hingga Makassar dan seterus­ nya ke Indonesia Timur atau ke Indonesia bagian Barat. Jika rata-rata 50% itu berlangsung, dalam ­setahun, tentulah sekitar 52 minggu x 5 pe­ nerbangan x 134 wisman = 34.840 wisman dibawanya. Jika berhasil mengisi kelas ekonomi tersebut dengan lebih 50% terdiri dari wisman, maka lebih dari jumlah tersebut akan diperoleh. Sebagai penerbangan komersial internasional, Garuda Indonesia pun tentunya mengharapkan

penjualan tiket untuk penumpang yang berasal dari Jakarta. Dan lazimnya, perjalanan seperti ini merupakan return trip, artinya menggunakan tiket dan penerbangan yang sama kembali dari London atau Amsterdam ke Indonesia. Pola penghitungan seperti itu pada dasarnya sama juga bisa diterapkan, manakala airlines dari luar negeri membuka rute atau mengoperasikan penerbangan langsung ke Indonesia. Di Indonesia tentulah kantor perwakilan atau kantor penjualannya ditugasi untuk memasarkan produk airlines, artinya menarik penumpang se­ banyak mungkin yang berasal dari Indonesia. Itu merupakan tusi (tugas dan fungsi) setiap General Manager airlines yang ditugaskan di luar negeri. Karena itu untuk pola penghitungan terse­ but tadi, diambil angka rata-rata yang rasional ­bahwa separuh kursi pesawat akan diisi oleh hasil penjualan tiket di Indonesia, dan separuh lainnya diasumsikan merupakan jatah bagi kantornya di luar negeri bagi maskapai nasional atau di home base-nya untuk mengisi pesawat bagi maskapai asing. Karena itu pula ketika airlines membuka rute langsung dari luar negeri ke Indonesia, adalah

Pergerakan Pesawat dan Penumpang Internasional

elama lima tahun terakhir, hanya tahun 2013 lalu tercatat penurunan jumlah pener­ bangan internasional. Dan rupanya secara linier, juga terjadi penurunan jumlah pergerakan penumpang internasional. Tetapi yang menarik ialah, maskapai pener­ bangan nasional telah mengontrak pengadaan pesawat terbang yang akan menambah terus secara signifikan jumlah armada. Dan armada

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

S


dari Penerbangan Langsung

merupakan kewajiban dan tergantung pada agen-agen yang memasarkan produk wisata ­Indonesia di mancanegara, untuk memanfaatkan sebesar-besar manfaat bagi penjualan produk wisata Indonesia di negaranya. Atau, dari pihak agen dan operator tur di Indonesia yang melaku­ kan insiatif pendekatan, lazimnya melalui agenagen di luar negeri tersebut, sebelum ke airlines yang bersangkutan di kantor pusatnya. Kantor perwakilan atau kantor cabang ­airlines asing yang beroperasi di Indonesia, untuk mak­ sud tujuan tersebut boleh jadi bisa berfungsi membantu kontak, sedangkan yang ada dalam prioritas kegiatannya sendiri tetaplah mening­ katkan penjualan di Indonesia sendiri.

KLM, Lufthansa, Air France

Dua tahun terakhir ini gejala baru tampak memberi kegembiraan, dengan munculnya kembali minat terbang ke Indonesia. KLM dan Lufthansa selain mempertahankan operasinya ke Jakarta, juga telah menambah penerbangan ke destinasi Bali. Air France baru saja memulai lagi penerbangan langsung ke Jakarta tahun 2014 ini. Tiga airlines besar dari Eropa itu dengan me­

Jumlah Wisman dari 4 Negara Eropa :

Sumber : BPS, Menurut Kebangsaan pada 19 Pintu Masuk

layani rute ke Indonesia mencerminkan ­tumbuhnya pasar penumpang dari masing-masing home base, Jerman, Inggris, Belanda, Perancis. Sementara itu di Indonesia, tercatat jumlah wisman dari empat negara Eropa tersebut mem­ perlihatkan minat yang relatif stabil, bahkan sebenarnya cenderung menaik. Statistik dari BPS Ini tentu mencerminkan ke­giatan promosi

mempe­netrasi pasar tersebut telah memberikan hasil yang konsisten meningkat. Maka, jika ­penerbangan langsung oleh ­airlines dari negara-negara ter­ sebut ke Indonesia cenderung bertambah, maka peningkatan jumlah wisman ke Indonesia pun bisa diperkirakan akan meningkat lagi di tahun-tahun mendatang lebih dari tahun-tahun ­sebelumnya. n

Jumlah pergerakan pesawat dan penumpang rute internasional dari Indonesia : tersebut, selain akan mengisi rute-rute di dalam negeri, mau tak mau, akan perlu dioperasikan ke rute internasional, setidaknya dalam jarak re­ gional dekat. Data statistik ini akan diperkuat dengan proyeksi penambahan jumlah armada maskapai nasional yang akan terealisasi berkesinambung­ an tahun sekarang dan tahun-tahun berikutnya hingga tahun 2020–2025. Sumber: Kemenhub per 28/5/2014

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

7


Bisnis

Operator Penerbangan Indonesia

B

Berjuang dan Berpengharapan

agaimana membangun Pesawat Twin Otter Series 400 dan me­ngembangkan usa­ha penerbangan komersial, sesuai kelas masing-­masing? Susi Air, maskapai pener­bangan relatif kecil, ­menurut pemilik dan pemimpinnya Susi ­Pudjiastuti, diberitakan, terus me­ ningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan rute-rute penerbangan dengan tipe pesawat berkapasitas di bawah 30 akan menggantikan Caravan yang beroperasi di penumpang. Tahap awal untuk masuk rute ter­ landasan lebih panjang dan ramai. Diberitakan, tentu, dia menggunakan pesawat Turbo Porter “Caravan akan mundur ke tempat terpencil,” kata kapasitas 9 orang atau Cessna Caravan kapasitas Susi di Jakarta, Jumat (30/5). 12 orang. Ketika arus penumpang meningkat dan Pesawat Dornier pertama bermesin ganda antusiasme masyarakat tinggi, akan ditingkatkan telah tiba di Jakarta dan akan melayani rute kelas dan ukuran pesawat seperti contohnya me­ Jakarta–Cilacap–Jakarta. Satu unit telah tiba di makai ­pesawat Dornier, yang didatangkan bulan Indonesia. Tiga unit pesawat lainnya akan datang Juni 2014, berkapasitas 19 penumpang. dalam waktu satu tahun. “Kita nggak langsung gunakan pesawat besar, Pesawat Dornier tersebut didatangkan dengan step by step,” dia menjelaskan kepada media. skema leasing atau sewa. Pesawat itu merupa­ Menurut dia, pertama kali beroperasi meng­ kan pesawat bekas pakai dari Kanada seharga gunakan pesawat terbang 12 seat. Diterbangi sembilan juta dolar AS. ­Rencananya ketiga pe­ sekali, kemudian 2 kali, lalu ditingkatkan 3 kali. nerbangan tersebut akan melayani rute Sumatra, Baru sesudahnya nanti dipakai pesawat seukuran Kalimantan dan Kupang. Dornier. Saat ini, Susi Air memiliki 49 unit pesa­ wat, 204 rute penerbangan dan 168 destinasi. Armada Adapun operator yang lebih besar, secara Dia memilih spesialisasi rute di dalam negeri, dan ­keseluruhan setiap tahun menambah jumlah dan umumnya remote area. Tahun lalu maskapai nasional tersebut meng­ tipe pesawat armada mereka. Ada operator telah operasikan 57 ribu penerbangan dengan masing- memesan 30 unit pesawat Sukhoi Super Jet 100 masing lama terbang 30–45 menit. Tahun 2014 dari pabrikannya di Rusia, ini mulai dioperasikan ini akan didatangkannya 4 unit pesawat Dornier tahun 2013. Satu airline lagi menjadi pengguna pertama 228-202. Pesawat berkapasitas 19 orang dan bermesin ganda itu akan menggantikan pesa­ pesawat Twin Otter Series 400 di Asia Tenggara, wat lama tipe Cessna Caravan. Pesawat Dornier telah diberitakan, operator ini akan membeli em­ Pesawat Dornier

8

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

pat unit pesawat tersebut, dua pesawat ­dioperasikan tahun 2012, dua sisanya pada tahun berikutnya, dikonfigurasi dengan 19 penumpang per pesawat. Ini diperuntukkan bagi penerbangan charter di kawasan tengah Indonesia. Operatornya ­sendiri di bisnis charter te­ lah berusia 46 tahun. Kalangan operator melihat masih banyak lokasi terpencil di Indonesia di mana sarana masih minim, untuk itu pesawat seperti Twin ­Otter sangat diperlukan guna men­ jangkaunya. Masuk pula tipe pesawat Bombardier CRJ1000 NG yang digunakan bagi ekspansi khususnya pada pasar domestik, demikian pula tipe ATR-72. ­Garuda Indonesia memasukkan pesawat tersebut dan te­ lah melayani penerbangan ke kota-kota kecil di destinasi pariwisata Indonesia yang t­ ersebar. Ini membawa satu kekuatan baru. Maskapai ini yang punya jaringan penerbangan ke manca­ negara, dengan sendirinya bisa memasarkan langsung destinasi wisata sampai ke kabupaten dan kota kecil, berkat koneksi aksesibilitas udara yang bagi penumpang, tinggal menjalani ‘transit’ berganti pesawat di bandara. Artinya, Garuda bisa menjual praktis satu tiket satu penerbangan dari negara asal turis langsung menuju ke desti­ nasi akhir di ’beyond Bali’.

Perjuangan

Apa yang sedang diperjuangkan oleh jajaran maskapai penerbangan nasional dewasa ini? Kurs dolar yang meningkat terhadap rupiah, ­harga bahan bakar avture yang telah berbulan-bulan bertenggar di sekitar Rp 11.000, dan mening­ katnya biaya operasisonal lain, telah dan tengah ­melanda membuat operator penerbangan ter­ bebani beratnya masalah keuangan. Seperti telah dimaklumi luas, bottom line bagi airlines, jika rute yang dilayani merugi, ­cenderung akan dihentikan. Pihak Inaca juga mengumumkan, ­mereka te­ngah berupaya meminta pengertian dan ­akhirnya keringanan pada pemerintah, agar bea masuk impor suku cadang pesawat terbang dapat diturunkan, dengan maksud mengurangi beban dalam biaya industri penerbangan dan memperkuat eksistensi industri penerbangan nasional. n


Bupati Toraja Utara, Frederik Buntang (kedua kiri) memberi keterangan, pengusaha operator inbound, Nico Pasaka (ketiga dari kanan) memberikan informasi terbaru dunia bisnis, disaksikan Wamen Parekraf, Sapta Nirwandar (ujung kanan). Launching kepada pers even Toraja International Festival dilakukan di Kemenparekraf, dihadiri Dirjen Pemasaran Pariwisata, Sekda dari kabupaten Tana Toraja, dan para kepala dinas pariwisatanya.

Event

Gairah Baru di Toraja

G

enerasi muda jika membuka ­historical data, boleh jadi kaget bahwa ke destinasi Toraja di ­Sulawesi Selatan, pernah tercatat sekitar 265 ribuan wisman berkunjung dalam setahun. Itu tahun 1995, menjadi rekor tertinggi dalam sejarahnya. Setelah itu menurun dan ­anjlog sejak tahun 1998 hingga beberapa tahun terakhir membuat banyak fasilitas akomodasi dan pariwisata setempat pun seakan tiarap. Tahun lalu Kemenparekraf menginisiasi me­ nyelenggarakan Toraja International Festival (TIF). Metode even untuk mendatangkan wis­ man, mengapresiasi budaya lokal dan mempro­ mosikannya, lalu dari itu diperoleh news value sehingga tersebar luas di media media dalam dan luar negeri, itu perlu diterapkan untuk mem­ bangkitkan lebih cepat pariwisata Tator, kata Sapta Nirwandar, Wamen Parekraf. Tator adalah sebutan yang pernah populer ke dunia, singkatan Tana Toraja, yang kadang di­ ucapkan dalam satu nafas dengan Toraja Land. Tahun lalu pertama kali digelar TIF tersebut. Untuk kedua kali kembali diadakan bulan Agus­ tus 2014 ini pada tanggal 11–13. Tentu saja ini

Desa Kete Ketsu, salah satu pusat di mana komplek bangunan rumah adat Tongkonan berada. Di sini tahun lalu festival mengambil tempat untuk acara pembukaan, dan tahun ini dijadikan tempat pusat kegiatan.

akan semakin memperkenalkan Toraja dengan kehidupan masyarakatnya yang etnik, masih ada mencerminkan budaya megalitik yang berusia ribuan tahun. “Melalui TIF, kita semua diajak untuk menemu­ kan kembali dan sekaligus merayakan kehidupan budaya megalitik Toraja di zaman modern,” ujar Sapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam jumpa pers Toraja International Festival (TIF), di Jakarta. Selama tiga hari festival akan menyajikan World Music Dance, Textile and Craft Exhibition, Culture and Tourism Seminar serta Coffee Corner. Istimewanya, hari pembukaan menampilkan Toraja Opera, yakni pertunjukan kolosal yang me­ libatkan 100 orang penampil. “Mereka terdiri dari pemain musik, akrobat,

penari, aktor dan deklamator gabungan dari dalam maupun luar negeri,” ujar Franki Raden selaku Ketua Penyelenggara Toraja International Festival 2014. Even ini dijadikan internasional dengan cara mengundang kelompok misi kebudayaan dari lima negara, seperti Inggris, Amerika Serikat, Zimbabwe juga Korea. Kegiatannya di sebuah desa bernama Kete Ketsu yang merupakan salah satu pusat di mana komplek bangunan rumah adat Tongkonan berada, lokasinya praktis di antara kota Rantepao dan Makale, ibukota dari masingmasing kabupaten. Pengunjung dapat mengenal lebih dekat ­tentang Toraja, di samping tentang tradisi pema­ kaman yang sakral, juga kuliner hingga peman­ dangan alamnya yang indah.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

9


Event

Atas: Pusat Kete Ketsu tampak dari depan. Kanan: Bermitra dengan Polisi, memelihara kebersihan.

Adapun di Coffee Corner, di situ pengunjung akan puas dengan kenikmatan kopi Toraja yang khas, semuanya dapat dinikmati secara gratis. “Toraja adalah salah satu aset nasional yang penting dari heritage, culture, hingga alam yang elok. Kita mau memajukan aset itu dengan fes­ tival ini,” ujar Sapta. Dan wisman akan kembali datang lagi berkunjung.

10

Dampaknya pada gairah baru industri

Menurut dinas pariwisata kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara, serta unsur pelaku bisnis, tahun 2013 lalu memang mulai terasa naiknya jumlah pengun­ jung wisnus dan wisman. Wakil Bupati Toraja Utara, Frederik Buntang menerangkan, tahun lalu tercatat masuk 109 ribu wisatawan ke Toraja, tahun ini sampai Juni 2014 sudah tercatat 50 ribuan, sehingga diyakni tahun ini bisa mencapai 125 ribu. Wisman tahun ini diperkirakan mendekati jumlah 40 ribu. Ada lagi informasi dari Nico ­Pasaka, yang sejak tahun 1980-an bergerak di bisnis inbound tour di Sulawesi Selatan. Di Jerman per­ nah mencapai 85 operator tur yang mengirim wisatawan ke Indonesia, di antaranya dinyatakan 18 amat menyukai Toraja. Di Belanda ada 22 operator yang mengirimkan wisatawan ke Indonesia, 6 di antaranya amat ­menyukai Toraja. Menurut dia, ­Perancis merupakan pasar yang

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

punya karakteristik, cenderung mencari destinasi baru dan produk baru. Maka kesempatan kini bagi Toraja mengenalkan kembali destinasinya. Festival ini memang menggairahkan kem­ bali industri pariwisata di Sulsel, kata Nico, dan para operator di Eropa pun akan kembali ­mengirimkan wisman jika telah mendengar dan mengetahui festival internasional digelar di sini. Dengan ­festival intenasional ini berarti mereka bisa percaya lagi bahwa destinasi ini aman untuk berwisata. Di Toraja kini berkembang wacana untuk membangun bandara baru. Adapun bandara Pongtiku yang kini beroperasi, dekat kota Makale, landasan pacunya yang 1.300 meter tak bisa diperpanjang lantaran keterbatasan lahan. Untuk pesawat sekelas tipe ATR berkapasitas 70 penumpang, diperlukan setidaknya 1.400 meter landasan pacu. Jalan darat dari Makassar ke Toraja memerlu­ kan sekitar 9–10 jam perjalanan. n


Pemasaran Destinasi

Kiri: blue fire di kawah Ijen. Kanan: Seorang pengunjung melihat dari dekat blue fire yang berwarna eksotis itu.

Sudah Bisakah Disebut sebagai Success Story Banyuwangi?

Apa dan bagaimana yang sedang berlaku di kabupaten itu? Selepas tengah malam, Sunarto dan kawan-kawannya sesama penam­ bang belerang, ber­gegas menuju kawah di puncak Gunung Ijen berketing­ gian 2.388 mdpl. Sejumlah sekitar 250 orang penambang bekerja bergiliran ­setiap malam di sana. Minimal sekali angkut 60 kilo­gram atau paling berat 90 kilogram. Rata-rata mereka bisa memikul bongkahan belerang seberat 75 kilogram sekali angkut. Harga per k­ ilogramnya Rp 800 saat ini. Penambang seperti Sunarto rata-rata men­dapat sekitar Rp 100 ribu se­ hari. Mereka menambang sejak tengah malam agar setelah mentari terbit bongkahan belerang yang ditambangnya dapat segera ditimbang dan ke­ mudian diangkut ke pengolahan. Terlambat sedikit saja, mereka tidak akan mendapat penghasilan. eporter penulis ini berkeliling di kabupaten itu dan meng­ambil Ratusan orang juga bergegas menuju Gunung Ijen setiap malam. ­Sebagian aktivitas serta lokasi-lokasi tertentu. Pariwisatanya sudah kian besar mereka berangkat pada pukul 00.00 dari kota Banyuwangi atau luas terdengar menggeliat. Garuda Indonesia meng­operasikan ­Kalibaru. Dengan kantuk yang masih memberatkan mata, mereka ­sukarela penerbangan berjadwal ­dengan rute Denpasar–­Banyuwangi– menembus kegelapan dan dinginnya cuaca. Pada umumnya ­mereka tidak Surabaya. Terdengar ju­ga bisnisnya bagus, artinya passenger load ­factor ingin melewatkan kesempatan melihat keeksotisan blue fire yang ­hanya ada tampak memenuhi harapan operator penerbangan. di dua tempat saja di dunia, salah satunya di kawah Ijen. Pengunjung mulai berdatangan sekitar pukul 1.30 dini hari. Wisatawan berbahasa Perancis mendominasi, kemudian wisman dari ­Jerman dan ­Belanda serta beberapa negara Eropa lainnya. Malam itu terdengar ­beberapa orang berbahasa ­Mandarin. Dan tidak ketinggalan, wisatawan nusantara berada di antaranya. Sekitar 15 menit menjelang pukul 02.00 loket untuk mem­ beli karcis masuk dibuka. Para pemandu mengantri. Tepat pu­ kul 02.00 pendakian ke Gunung Ijen dibuka. Laki-laki dan perem­ puan, tua muda hingga anakanak serentak memulai trekking. Ada yang berjalan cepat-cepat ada juga yang bersantai-santai. Kiri: Sunarto, menimbang bongkahan belerang yang ditambangnya di Rumah Bundar. Kanan: penghasilan pertamanya Suasananya mirip dengan start pada hari itu. Rata-rata para penambang melakukan dua kali trip menambang belerang dan sekali menambang upahnya sekitar Rp 50 ribu. Sebagian besar dari mereka telah mendapat pelatihan bahasa Inggris dari Dinas Kebudayaan dan lari marathon. Pariwisata Kabupaten Banyuwangi. Ada yang menjadi local guide ada juga yang menjadi porter dengan upah sekitar Gunung Ijen nyaris tidak Rp 150 ribu. Aktivitas pariwisata turut menambah penghasilannya.

R

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

11


Pemasaran Destinasi mem­berikan kesempatan kepada para ­trekker ber­ santai di track mendatar dari jalur track se­panjang 3 kilometer. Track mendaki langsung dihadapi se­ jak awal. Seolah dia ingin menantang siapapun yang bisa mencapai puncaknya. ­Setengah per­ jalanan, suara nafas tersengal-sengal terdengar dari sebagian besar pengunjung, baik wisman maupun wisnus. Udara terasa semakin tipis dan bau belerang semakin menyengat selepas dari Rumah Bundar di ketinggian sekitar 2.300 mdpl. Tapi bukannya kapok, mereka malah semakin se­ mangat melangkahkan kakinya. Setelah mencapai puncak di ketinggian 2.388 mdpl, pengunjung segera menuruni lereng kawah mengikuti jalur yang digunakan oleh para penambang. Si Api Biru berada sekitar 175 meter di bawah puncak. Asap berbau belerang menye­ limuti puncak. Wisatawan yang tidak kuat atau mempunyai asma dan vertigo sangat tidak di­ anjurkan menuruninya. Mereka akan menunggu kawan-kawan seperjalanannya di atas. Berkalikali wisatawan dan penambang belerang berpa­ pasan di lereng kawah. Sesekali para penambang membantu wisatawan yang dipandu para guide. Waktu terbaik melihat Si Api Biru, the blue fire, antara pukul 3 sampai 4 dini hari, menjelang ­matahari terbit. PT Candi Ngrimbi, perusahaan yang diizinkan menambang belerang di kawah Ijen, menugaskan seorang karyawannya untuk menyirami pipa-pipa yang mengalirkan sulfur yang berada di kawasan blue fire agar suhunya tetap terjaga dan tidak menimbulkan ledakan. Karyawannya dirotasi selama 15 hari sekali. Cahaya dari lampu senter dan blitz kamera bagaikan kunang-kunang mengerumuti kilauan cahaya biru. Api ini sebenarnya tidak padam di siang hari. Namun sensasi blue fire pada malam hari sangat berbeda daripada melihatnya di siang hari yang hanya berwarna merah. Usai di sana, pengunjung akan bergegas mendaki lereng, memburu sunrise pertama di Pulau Jawa. Semuanya menuju sebuah tanah lapang yang berada di ujung jalur track di puncak kawah. Sekitar pukul 5, semburat merah jambu di cakrawala menandakan Sang Mentari telah bangun dari peraduannya. Tebing kawah berwarna abu-abu dan putih kekuningan dengan urat-urat berwarna coklat ke­ merahan, membentengi danau kawah berwarna hijau toska berdiameter sekitar 2 kilo­meter den­ gan kedalaman 200 meter. Di kejauhan, gununggunung yang mengelilinginya pun bermunculan. Ada Gunung Remuk, Gunung Ranti, Gunung

12

1

3 Raung dan Gunung Bromo. Saat berbalik, Selat Bali memantulkan cahaya keemasan, Taman Nasional Baluran dan pantai Bama berada dalam tirai kabut tipis berwarna pink keemasan yang sangat lembut, dan awan tipis berarak di langit biru membingkainya. Wisatawan dengan wajah sumringah betah berlama-lama di sini. Seakan-akan mereka lupa tidak tidur semalaman dan fisik yang mulai lelah. Saat turun, tak jarang dari mereka berfoto ber­ sama para penambang yang sedang memikul bongkahan belerang, mengobrol sebentar, atau sekedar berbagi minuman dan makanan yang dibawanya. Mereka takjub dengan kegigihan para penambang belerang membawa beban be­ rat dan melewati medan seperti itu setiap hari. Banyak wisatawan mancanegara yang datang ke Ijen setelah menghabiskan waktu liburannya di Bali menuju Bromo atau sebaliknya. Namun tak jarang pula mereka datang dari Bali hanya untuk ke Ijen lalu kembali lagi ke Bali. Yang menginap di Banyuwangi, ada juga yang meneruskan me­ lihat-lihat perkebunan di Kalibaru atau ­Kalikla­tak — kebanyakan wisman dari Belanda — atau ke TN Baluran atau ke Sukamade di TN Merubetiri

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

untuk melihat penyu-penyu bertelur dan me­ lepas tukik. Empat dari enam jenis penyu yang hampir punah di bumi, memilih Sukamade seba­ gai tempat bertelur dan mengeraminya.

Pulau Merah

Pantai selatan Jawa di Provinsi Jawa Timur kini juga menjadi surga baru bagi para ­peselancar, khususnya yang sedang berada di Bali. Pantai Plengkung di dalam kawasan TN Alas Purwo, atau dikenal sebagi G-Land di dunia ­interna­sional, menjadi incaran para peselencar profesional karena memiliki ombak-ombak ekstrim dan ­menantang. Selain itu, pantai Pulau Merah, atau ­beken ­disebut Red Island, pun menjadi tempat yang diminati para pehobi selancar. Pantai ini di­ perkenalkan kembali sejak tahun 2009 oleh masyarakat setempat bekerja sama dengan salah satu ­penginapan yang mempunyai jaringan khusus dengan para peselancar di Bali. Mereka mengundang para peselancar profe­ sional mancanegara yang sedang berada di Pu­ lau Dewata untuk menjajal ombak-ombak di sini. Pantai ini kemudian mulai go international sejak


2

4 (1) Sunrise perlahan menerangi puncak dan kawah Ijen. (2) Ratusan turis tidak melewatkan kesempatan menikmati sunrise di puncak Gunung Ijen setelah mengabadikan blue fire. (3) dataran rendah di kejauhan adalah TN Baluran dan pantai Bama. (4) Ijen: The Blue Fire dan The Sunrise of Java.

tahun 2011 ketika diselenggarakan kompetisi se­ lancar internasional. Berbeda dengan ombak-ombak di G-land yang berstatus ‘hanya untuk professional surfer’, di ­Pulau Merah bisa untuk semua kalangan ­mulai dari pemula hingga profesional. Paketpaket berselancar termasuk akomodasi dan ma­ kan ­semakin diminati. Paket-paket ini dijual oleh agen-agen di Bali sehingga umumnya tamutamu yang datang ialah wisman yang sudah be­ rada di Bali. Setidaknya, wisman tinggal selama 5 hari 4 malam. Jawa Timur menjadi destinasi berselancar mungkin baru terdengar beberapa tahun ter­ akhir. Menurut Yogi, salah seorang pemilik home stay dan kafe di Pulau Merah, mengatakan, ­Pulau Merah sudah didatangi para peselancar sejak akhir tahun 1970 hingga 1980-an. Namun sempat mengalami kevakuman selama tahun 1990-an hingga awal 2000-an. Ketika G-land se­

makin dikenal dan berbondong-bondong orang ke sana, masyarakat di sini tergerak untuk meng­ giatkannya kembali. Wisata pantai Pulau Merah bukan berarti ber­ ada terpisah dari mainland. Seakan berhadapan dengan pantai, sebuah pulau yang menjulang dengan tanah dan bebatuannya berwarna ­merah. Pulau itulah yang dinamakan Pulau Me­ rah dan pantai di mainland-nya dinamakan pan­ tai Pulau Merah. Pulau itu dan pantai juga ‘dilindungi’ pulaupulau kecil berjarak tidak berjauhan, yakni Pulau Bedil, Pulau Mustaka, Pulau Manuk, dan Pulau Mukijo. Ini dikenal dengan pasir hitamnya dan tempat untuk snorkeling. Persis bersebelahan dengan pantai wisata ini terdapat tambang emas yang masih beroperasi. Pulau Merah pernah diteliti dan kemungkinan besar pulau kecil tak berpenghuni itu mengan­ dung emas (Au), tembaga, sulfur/belerang,

fosfor, thelium, pipih dan beragam mineral ber­ harga lainnya dalam jumlah yang sangat besar. Dan warga setempat sepakat, pulau ini tidak boleh ditambang. Di musim kemarau seperti di bulan Juli, air laut akan surut mulai pukul 14.00 hingga malam hari sehingga dari pantai bisa menyeberang hingga ke Pulau Merah. Meskipun air laut pasang dan surut setiap hari dalam rentang waktu cukup lama, tapi tidak mematikan karang-karang yang berada di sekitarnya. Maka saat menyeberang, life guard akan mewajibkan pengunjung mengguna­ kan alas kaki sebab ketam-ketam hidup masih menempel di karang membentuk menyerupai batu berwarna hitam legam dan cangkangnya sangat tajam. Selain itu bulu babi pun berteba­ ran di dalam rongga-rongga karang. Vegetasi sudah tumbuh lebat di pulau ini. Jika kita menyeberang dan mengunjunginya barulah bisa diketahui mengapa pulau ini disebut Pulau Merah. Jejak penamaan pulau bisa dilihat pada dinding tebing di sebelah selatan. Dindingnya berwarna merah kecoklatan hingga kuning keputih-putihan. Di satu titik, pada bagian bawah dinding tebing sebagian berwarna hijau dan pada bagian ber­ warna putihnya terdapat guratan-guratan hitam, coklat dan keeamasan. Bongkahan-­bongkahan batunya berwarna putih pasir ­dengan guratanguratan coklat terukir alami. Di satu titik lainnya, batu-batuan berbentuk oval menyerupai ubi ungu tersebar di dasar laut yang sedang surut. Lalu, sebongkah batu ber­ warna merah menyala bagaikan matahari berada di pantai sempit berpasir keemasan yang ada di pulau. Seluruh warna pada dinding tebing dan be­ batuan membentuk sebuah komposisi yang in­ dah. Sebuah karya seni alam yang dibuat entah berapa tahun lamanya. Gelombang-gelombang tinggi datang silih berganti menghantam tembok batu karang hitam yang tersebar di sekitarnya. Buih-buih putihnya menyempurnakan komposisi warna di Pulau Merah. Untuk mengitari keseluruhan pulau tak ber­ penghuni itu, membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Tidak ada jalur khusus. Pengunjung harus berjalan di atas batu-batu karang. Pulau ini bisa menjadi sarana edukasi yang sangat menarik ter­ utama untuk belajar tentang bumi kita. Andaikan ada pemandu yang bisa menerangkan arti dari warna-warni alam pada dinding tebing itu. Ada tiga taman nasional di Jawa Timur. ­Belum terhitung taman wisata alam yang dimilikinya. Begitu banyak aktivitas yang dapat ­dilakukan oleh turis sejak dini hari hingga sore hari. ­Aksesibilitasnya semakin hari semakin menawar­ kan banyak pilihan sehingga obyek-obyek wisa­

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

13


Pasir berwarna emas, laut biru dan payung-payung santai berwarna merah menyala menjadi ikon pantai wisata Pulau Merah. Pantaipun relatif bersih dari sampah dan tertata rapi. Pohon pandan dan jambu alas tumbuh subur di pantai ini.

Pemasaran Destinasi tanya semakin mudah dijangkau baik melalui perjalanan darat dengan kereta atau mobil, de足 ngan feri di laut maupun dengan pesawat. Keindahan bentang alam yang dimiliki Jawa Timur mengandung sumber-sumber kekayaan alam yang dibutuhkan dalam keseharian hidup manusia dalam volume yang sangat besar. Tiada henti gumaman kekaguman wisatawan melihat theatrical sunrise di Bromo, pijaran blue fire dan grande sunrise di Ijen, ombak dahsyat di 足Plengkung, perkebunan-perkebunan pening足

galan masa kolonial dan sebagainya. Namun, untuk menjaga kekaguman itu diper足 lukan kemasan-kemasan dan gimmick yang terusmenerus diperbaharui tapi tidak merusak esensi obyek-obyek yang ditawarkan. Tentulah harga

pun turut berpengaruh. Tapi bagi wisatawan, mereka akan selalu datang bilamana mereka mendapatkan sesuatu yang baru, sesuatu yang value for money. Dan mau tidak mau, kita semua mesti cermat dan cerdas mensikapinya. n

Kiri: Tebing di sisi selatan pulau dari kejauhan. Tengah: Warna-warni guratan-guratan pada bebatuan menandakan ada mineral yang terkandung di dalamnya. Kanan: Batu bergradasi biru seperti ini banyak ditemukan di dasar saat air laut di sekitar Pulau Merah surut.

14

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014


What Do They Say?

Tristan

dari Belgia. Selama ini dia hanya tinggal di Bali dan waktu berliburnya di Indo­ nesia tinggal seminggu lagi. Tapi tidak menutup kemungkinan dia memperpanjang visanya jika dia tahu tempat-tempat lain yang bisa dikunjungi. Dia berencana menginap dua malam di Banyuwangi sebelum kembali lagi ke Bali. Dia sama sekali tidak berencana mengunjungi Ijen. Dia mengetahuinya setelah datang ke Tourist Information Center (TIC) di halaman kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyu­ wangi. Dia tidak menyesali keputusannya mengikuti trip ini. Menurutnya, “This is a beautiful place. You must keep it like this. I don’t think there is more infrastructure needed. Because it’s already perfect.” Dan dia tidak pernah berpikir perjalanan­ nya akan seindah ini.

Bryan

Theresa

berasal dari ­Jerman. Baru lulus sekolah. Dia ingin ­traveling dahulu sebelum melan­ jutkan pendidikan di perguruan tinggi. Dia sedang bersantap malam di salah satu restoran di tengah kota Banyuwangi ketika PI ­ber­temu ­dengannya. Dia baru saja datang dari Bali menggunakan bis lalu ­menyeberang dengan feri. Malam itu Theresa akan naik ke Ijen untuk melihat blue fire dan menikmati sunrise dari pun­ cak Gunung Ijen. Setelah itu, per­ jalanannya dilanjutkan ke Bromo dan Jogja. Dari sana dia akan lang­ sung menuju Singapura dan pulang ke negaranya. Dia bilang: “I only have one week left. I went to Gili Trawangan, it’s awesome island, then to Flores to Labuan Bajo and Maumere. I stayed in Bali before coming here. I have wonderful trip in Indonesia. I think, I want to study about environment after my traveling is over.”

James

dan , dua sekawan surfer asal Australia, sudah tinggal selama empat hari di Pulau Merah. Mereka akan menginap semalam lagi. Mereka membeli paket surfing di Pulau Merah dari seorang agen di Popies Lane di Bali. Bryan mengatakan, “Of coure we are ­surfing. This is a nice and peaceful place. You are easy to relax here. And there is not too crowded and not too many Australians.” James menambahkan, “Maybe it’d be nice if you have a bar or a cafe in here.” Keduanya sepakat yang dicari surfer ­seperti mereka selain good waves juga ­tempat yang not too crowded.

Erwin

traveling bersama adiknya, Lucy, dari Belanda. Mereka berdua juga datang dari Bali. Tapi, mereka akan langsung kembali ke Bali setelah melihat blue fire dan sunrise di ­Gunung Ijen. “The trip to Ijen is worth. This place is very awesome,” kata dia. Senyum wajahnya ­berbinar-binar.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

15


‘Beyond Bali’ Memanfaatkan Aksesibilitas

G

unung Ijen tadinya sulit dijangkau. Sekarang jalan yang ­dibangun ­sudah diaspal hingga ke Pal ­Tubing, pintu masuk menuju ­Gunung dan kawah Ijen. Dengan penyelenggaraan even Tour de Ijen, kualitas jalan terus ditingkatkan. Even sepeda internasional itu selalu finish di Pal ­Tubing. Tahun ini namanya menjadi Tour de Banyuwangi Ijen, agar orang tahu di mana Ijen dan Banyuwangi. Balapan tahun ini akan dilaksanakan dalam 4 etape pada 16–19 Oktober 2014. Jalan beraspal menuju Sukamade dan Plengkung hanya sete­ ngahnya saja. Kendaraan 4 x 4 dibutuhkan untuk menuju ke sana. Keaslian alam dan keanekaragaman hayati yang dimiliki Banyuwangi memang cocok men­ jadi destinasi ekowisata. Budaya lokal yang masih tertanam kuat di masyarakat diyakini akan sangat mendukung. Itu semua menjadi modal mengembangkan pariwisata dan membangun ketahanan perekonomian lokal di Banyuwangi. Selain itu, destinasi-destinasi penyangga seperti perkebunan di Kalibendo, Kalibaru dan Kaliklatak tetap dipertahankan. Kampung Wisata Oesing, Pulau Merah, Teluk Hijau (Green Bay) dipersiapkan dan mulai dipromosikan. Jadi, kegiatan pariwisata di kabupaten ini akan tetap mempertahankan kondisi alam, tidak

Hmm, Banyuwangi dan Praktisi Bisnis ingin mengubah yang sudah ada, tetapi tidak Kemudian Pemkab Banyuwangi sudah meng­ lupa dengan infrastruktur yang dibutuhkan. usulkan pembangunan double track jalur kereta Orang Perancis terkenal sebagai volcano ­lovers, api dari Surabaya ke Banyuwangi untuk mem­ pecinta gunung berapi. Pengunjung TWA ­Gunung persingkat perjalanan darat. ­Pembangunan Ijen didominasi wisatawan berbahasa Perancis. double track direncanakan akan dimulai tahun Setelah itu, wisatawan berbahasa ­Jerman dan 2016–2017. Selain itu, sedang ­mengusulkan Belanda. Perkebunan dan pabrik-pabrik kopi membangun jalan bebas hambatan dari dan karet peninggalan masa kolonial di ­Kalibaru ­Probolinggo ke Banyuwangi. yang berbatasan dengan Jember Percepatan realisasinya bukan dikunjungi wisatawan dari Belan­ hanya memperlancar konektivitas da sampai sekarang. Wisatawan darat-laut orang dan barang tapi overland Jawa-Bali yang dibawa juga untuk merangsang investasi oleh Panorama misalnya, selalu masuk di mana pemerintah mampir dulu ke sana setelah dari daerah dinyatakan telah memper­ Jogja dan Bromo sebelum menye­ siapkan kemudahan-kemudahan berang ke Bali. berinvestasi. Perjalanan darat dari Surabaya “Hutan itu mesti dijaga. Kalau M.Y. Bramuda menghabiskan waktu 7–8 jam jalannya diaspal, kami khawatir dengan mobil atau 6 jam dengan kereta api. malah akan menjadi wisata massal. Berwisata Perjalanan menyeberangi Selat Bali memerlukan ke hutan lindung, melihat penyu dan melepas waktu 30–60 menit ditambah perjalanan darat tukik kan bukan wisata massal, tidak harus pergi selama 5 jam menuju Denpasar. beramai-ramai. Makanya, kita pertahankan kon­ Maka, bandara Blimbingsari telah memper­ sep hutan lindungnya, di sisi lain bagaimana singkat waktu perjalanan dari Jakarta, Surabaya, masyarakat di sekitarnya tetap bisa merasakan dan Bali hingga lebih dari setengahnya. Tentulah manfaatnya,” M.Y. Bramuda menjelaskan. Dia dengan pertimbangan komersial akan meng­ Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabu­ untungkan, Garuda pun membuka rute baru paten Banyuwangi. Denpasar–Blimbingsari–Surabaya dengan pe­ Setelah itu, mempromosikan pariwisatanya nerbangan berjadwal. dengan menggandeng kegiatan seni budaya dan

Lima Besar Negara Asal Wisman di Banyuwangi 2010–2013 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi

Jumlah Wisatawan di Obyek Wisata Utama Kabupaten Banyuwangi 2010–2013 dan Semester I 2014

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi *) Selama tahun 2012 hingga 6 bulan pertama tahun 2013 TWA Gunung Ijen ditutup karena status gunung api waspada. **) Pulau Merah dipromosikan kembali sejak awal tahun 2014

16

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014


dari Sisi Pemda Wisata

kan semua TKI dari Banyuwngi mengunduhnya agar di sana mereka bisa ngomong dan mem­ bawa kebanggaan daerah,” lanjutnya.

Kesepakatan di Tata Niaga

Kiri: Bandara Blimbingsari di Banyuwangi. Kanan: Stasiun Karangasem, paling dekat ke pusat kota Banyuwangi

Kiri: suasana di Terminal Keberangkatan Bandara Blimbingsari. Kanan: gerbong eksekutif kereta Mutiara Timur jurusan Surabaya-Banyuwangi. Wisman pun memanfaatkannya.

pariwisata. Setiap even di tempat- Jumlah Wisatawan di Kabupaten Banyuwangi 2010–2013* tempat pariwisata harus menyaji­ kan unsur-unsur budaya lokal. Agar kesenian Banyuwangi tetap terpeli­ Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi *) hara, senimannya tetap kreatif dan Jumlah wisatawan dihitung dari jumlah tamu menginap di akomodasi di Kab. Banyuwangi mendapat penghasilan. Ada Banyuwangi Festival. Festival ini sudah Gathering dan DS ditindaklanjuti dengan dimulai sejak tahun 2011. Awalnya hanya ber­ famtrip bagi travel agent/tour operator dan hotel langsung selama 3 bulan. Tahun lalu festival dari Bali dan Jogja. Sekali dalam setahun juga di­tingkatkan selama 4 bulan. Tahun 2014 me­ diadakan famtrip dan gathering bagi media se­ masuki tahun ke-4 diadakan 22 kegiatan selama lama dua tahun terakhir. Rupanya famtrip bagi 7 bulan. Strategi ini dimakdsudkan agar setiap travel agent/tour operator dari luar negeri belum kali orang ke Banyuwangi selalu ada even untuk dilakukan. Pemkab Banyuwangi melalui Dinas dilihat dan dinikmati. Kebudayaan dan Pariwisata sudah memulai Dua tahun terakhir Banyuwangi juga melaku­ melakukan kegiatan strategi komunikasi melalui kan promosi langsung ke pasar yang dituju. Jika media, media sosial, dan media elektronik. Tim dua atau tiga tahun lalu promosi masih dilakukan kreatif dari PNS disiapkan dan kerja sama dengan secara konvensional seperti mengikuti pameran tim kreatif media dari luar Banyuwangi dijalin. di mal dan mencetak brosur, sekarang cara-cara Segmen pasar dipilih termasuk jumlah pengguna seperti itu mulai dikurangi dan diganti dengan media sosial seperti Twitter dan Facebook. gathering dan direct selling (DS). Sasaran pertama “Kita menyuplai media dengan informasi dilakukan di Jogja dan Bali yang banyak menjual tentang Banyuwangi agar dapat disebarluaskan paket-paket wisata Java Overland atau ­Java-Bali melalui media dan medsos. Langkah terbaru Overland. Dengan DS diharapkan wisatawan kami, membuat website dan aplikasi Android. yang berangkat dari Jogja, terus ke Borobudur Di Play Store, tinggal ketik banyuwangitourism. dan berlanjut ke Bromo, mau mampir dulu ke Mau cari hotel, rumah makan semua bisa di situ. Banyuwangi sebelum ke Bali. ­Sudah disiapkan juga GPS-nya. Kami juga wajib­

Belum lama ini para pelaku pariwisata di Banyuwangi sepakat menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS). Beberapa poin yang disepakati diantaranya: harga sewa kendaraan ke Ijen sebe­ sar Rp 450–600 ribu selama satu hari atau sekitar 8 jam; sewa kendaraan jip/tropper ke Sukamade antara Rp 1.250.000,00 hingga Rp 1.500.000,00 selama 2 hari; taksi berargo dengan minimum payment Rp 20 ribu; fee untuk guide 10–20%; dan hotel akan memberlakukan tarif sesuai ­dengan klasifikasinya. Pemkab tampak berupaya mendukung ­kegiatan masyarakat tersebut dengan menge­ luarkan kebijakan tidak boleh membuka supermarket atau minimarket dan tidak boleh ada ho­ tel di sekitar obyek wisata. Di sekitar obyek wisata hanya diperbolehkan homestay yang diusahakan masyarakat sekitar. Investor boleh datang mem­ bangun hotel dalam radius 1–2 kilometer dari obyek wisata. Masyarakat di sekitar obyek wisata dilatih mengelola homestay termasuk bagaimana mem­ persiapkan kamar dan kamar mandi yang bersih, menata tempat tidur, memasak makanan yang bisa diterima oleh semua orang, pembekalan ba­ hasa Inggris, melayani tamu dan semacamnya. Pemda bukan anti investor tetapi hendak memberikan kesempatan kepada kelompokkelompok masyarakat yang mampu mengelola sarana dan prasarana di obyek wisata seperti ka­ mar mandi, payung dan kursi, menjual makanan dan minuman, banana boat dan lain-lain. Pulau Merah contohnya. Banyuwangi tahu untuk membangun sum­ ber daya manusia dalam pariwisata ada pada birokrasi. Kekompakan keterlibatan antar-SKPD pada setiap even dan menumbukan anak-anak muda baru yang kreatif menjadi kuncinya. Bagaimanapun baiknya service yang diberi­ kan oleh para pelaku pariwisata dan kerja keras ­pemda, bila tidak ada keberanian meng­eksplorasi kemudian mengemasnya dalam paket-paket wisata untuk kemudian dijual, pariwisata di Banyuwangi akan jalan di tempat. “Bukannya tidak ada yang berani membuka biro perjalanan wisata atau operator tur di sini. Ini masalah mindset. Mereka dulu berpikir Banyu­ wangi tidak menjual. Tapi, keadaan itu sekarang sudah mulai berubah. Eksplorasinya memang masih kurang. Segmen di sini adalah ekowisata dengan petualangan yang kental. Kita juga ber­ harap yang datang ke pantai berpakaian dengan sopan,” Bramuda mengatakan. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

17


Pemasaran Destinasi

Jakarta plus Bogor

D

i Korea Selatan, pada 27 April–12 Mei 2013 ada pameran di ­Goyang, sebuah tempat di mana masyarakat Korea bisa ­menyaksikan ‘bunga bangkai’ dari Indonesia waktu itu dipamerkan. Di Bogor, pada Kebun Raya Bogor (KRB) ­be­la­­kangan ini mencatat tren pengunjung dari ­negara-negara di Asia termsuk Korea Selatan dan Vietnam grafiknya menaik. Belum ada survei resmi, tapi diperkirakan pengunjung dari Korea Selatan tertarik datang setelah melihat bunga bangkai yang dipamerkan di Goyang tahun lalu itu. Menurut Koordinator Pemandu Wisata di ­Kebun Raya Bogor, Kapat Yuriawan, sebagian besar wisman yang berkunjung ke KRB ialah wisatawan overland yang memulai turnya dari pintu Jakarta. Setelah city tour di Jakarta mereka mampir ke Bogor dengan tujuan Kebun Raya. Yang dari Korea Selatan, “Kalau mereka da­ tang ke sini, pasti tanyakan bunga bangkai itu,” kata Kapat.

Paru-paru hijau di jantung kota hujan Bogor, KRB itu sebenarnya masih tetap menarik, namun jumlah wisman yang berkunjung tampaknya ­belum berhasil ditingkatkan oleh para pelaku bisnis pariwisata. Pengunjung wisatawan domestik per tahun kini berkisar sembilan ratus ribu, tetapi wisman baru berkisar 34 ribu. Pengunjung asing yang terlihat di depan loket di pintu masuk utama KRB tampak membawa bekal air minum dalam kemasan dan beberapa di antaranya juga mem­ bawa buah pisang. Selama tahun 2012, KRB dikunjungi 953.882 wisnus dan 34.400 wisman, tampaknya men­ jadi tahun puncak kunjungan dalam tiga tahun ter­akhir. Sayangnya, jumlah kunjungan pada tahun 2012 tidak bisa dipertahankan di tahuntahun berikutnya. Secara keseluruhan performa kunjungan menurun sebesar 3% untuk kun­ jungan domestik dan menurun 1% kunjungan dari ­mancanegara selama enam bulan pertama tahun 2014 dibandingkan dengan periode yang

Jumlah Wisatawan di Kebun Raya Bogor 2011-2013

Inilah mobil wisata baru di KRB, berkapasitas 24 orang. Satu Sumber: diolah dari data dari Kebun Raya Bogor

Jumlah Wisatawan KRB Semester I 2013–Semester I 2014

sama pada 2013. Tren kunjungan domestik cenderung mening­ kat pada Februari hingga Mei 2014 dibandingkan dengan Februari hingga Mei 2013. Sedangkan kunjungan wisman naik pada Januari hingga

Sumber: diolah dari data dari Kebun Raya Bogor

18

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014


grup wisatawan dari Korea Selatan menaikinya untuk mengelilingi KRB sekitar satu jam. Spot yang paling ingin mereka lihat adalah tanaman bunga bangkai.

Februari 2014 daripada periode yang sama tahun sebelumnya. Kemudian cenderung menurun di bulan-bulan selanjutnya. Bagaimanapun, sebagai ikon Kota Bogor dan masih menjadi magnet menarik wisatawan baik Nusantara maupun dari mancanegara, ­penurunan sekecil apapun tetap menjadi alert bagi seluruh stake holder pariwisata di Bogor, dan bukan hanya pada KRB saja. Keberlangsungan sebuah obyek agar terus di­ kunjungi, tergantung dari banyak faktor, baik di dalam obyeknya maupun di sekitarnya. Sudah ditetapkan bahwa fungsi utama KRB

adalah untuk konservasi dan tempat penelitian. Meskipun demikian, fasilitas-fasilitas bagi pe­ ngunjung yang berada di dalamnya sedikit demi sedikit terus ditingkatkan. Jika tahun lalu yang sering terlihat adalah dua unit mobil wisata berkapasitas 8 orang, tahun ini sudah beroperasi lima unit mobil wisata dengan total kapasitas 63 orang. Selain dua unit mobil berkapasitas 8 orang tadi, sekarang sudah ditambah dengan satu unit kendaraan berkapasitas 9 orang, dan dua unit kendaraan berkapasitas lebih besar masing­masing bisa membawa 14 dan 24 orang. Biaya

yang dikenakan sebesar Rp 10 ribu per orang dan tidak dibedakan untuk pengunjung domestik dan asing. Local guide di KRB sekarang ada 6 orang, 3 orang berstatus PNS dan 3 orang lainnya tenaga honorer. Bahasa yang dikuasai adalah bahasa Inggris, Jerman, Belanda, Jepang dan ­Perancis. Sedangkan untuk bahasa Cina belum ada, ­karena peminatnya masih jarang sekali. Wisman yang paling banyak ke KRB datang dari Belanda yakni sekitar 70% dari wisman yang berkunjung. ­Sisanya 30% wisman dari Jerman, Belgia, Peran­ cis, Swiss, Korea Selatan, Jepang dan Vietnam.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

19


Kiri: di siang hari pada bulan Ramadhan pun tak menyurutkan kunjungan ke KRB, baik oleh wisman maupun wisnus. Kanan: sekelompok wisman muda tampak antusias ingin segera masuk ke KRB di awal Juli 2014.

Pemasaran Destinasi Pengalaman ikonik di Monas

Satu grup wisman berbahasa Mandarin baru saja tiba di taman yang mengelilingi tugu ­Monas pada suatu siang di minggu pertama bulan Juli 2014. Grup tersebut terdiri dari 15 orang. Tur leader-nya tampak terburu-buru mencari pintu masuk ke dalam Monas. Tak lama kemudian, dia sudah kembali lagi menemui grupnya dan men­ jelaskan dalam bahasa Mandarin. Lalu, grup itu segera berbalik arah menuju pintu dari mana mereka masuk tadi. Pulang. Di lain hari, jam menunjukkan hampir pukul satu siang. Di depan loket tempat membeli karcis untuk naik ke puncak Monas, lampu-lampu su­ dah mati dan terpampang tulisan “TUTUP”. Di atas loket ada dua layar televisi yang me­ nampilkan antrian pengunjung. Tiga orang bule yang berdiri di depannya tampak kecewa. Di belakang mereka seorang warga negara Jepang celingak-celinguk mencari tempat bertanya. Tiba-tiba datanglah satu ke­luarga, rupanya berasal dari Manado yang sengaja berkunjung pada hari itu hanya untuk melihat Jakarta dari puncak Monas, sebab esok harinya hendak pu­ lang. Seorang petugas berpakaian hitam-hitam yang berdiri di dekat loket, setengah berbisik, menyarankan kepada keluarga itu, juga kepada penulis, untuk membeli tiket masuk ke Museum Sejarah Nasional yang dapat dipakai hingga ke pelataran atau cawan. Nanti di sana, bisa bayar kepada petugas penjaga elevator jika tetap hen­ dak menuju puncak. Warga negara Jepang yang masih penasaran tadi akhirnya bertanya apakah masih mungkin naik ke puncak hari itu. Setelah dijelaskan kar­

20

cis naik ke atas sudah habis hari itu, dan antrian pengunjung sudah panjang seperti tampak pada layar TV, dia mengangguk. Dia bisa datang lagi esok pagi jika ingin naik ke atas sedangkan siang hari itu dia hanya bisa me­ngunjungi museum saja. Dia mengangguk-angguk lagi lalu pergi ke loket membeli karcis masuk ke Museum Sejarah Nasional. Badan Monas yang belum lama ini dibersih­ kan terlihat ­kinclong hari itu. Ada warga Jakarta yang mempersiapkan ondel-ondel se­bagai obyek

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

foto berlatar belakang Monas. Ada juga yang ­menyewakan sepeda-sepeda mini listrik yang bukan hanya diminati oleh anak-anak tapi juga oleh orang dewasa bahkan oleh pengunjung asing. Tersedia juga dua set kereta wisata me­ ngelilingi kompleks Monas. Taman-tamannya pun semakin asri. Tetapi, rasanya tidak ada yang berubah di ­dalam Museum Sejarah Nasional sejak sekitar 12 tahun lalu hingga sekarang. Bukan hanya lampulampu di dalam gedungnya yang terasa gelap,


Kiri-kanan: mobil wisata yang tersedia tahun lalu. Kapasitasnya 8 orang. Tahun ini sudah beroperasi mobil-mobil wisata baru dengan kapasitas tempat duduk yang lebih banyak.

an pengunjung mengular menunggu giliran menuju puncak. Mereka terlihat kepanasan dan kelelahan. Beberapa penjual minuman dan topi lumayan juga pembelinya dari pengunjung yang sedang mengantri dan pengunjung yang tidak bisa naik. Saat ini di mana saja kita bisa melihat kota Jakarta dari ketinggian. Namun melihatnya dari puncak Monas, meskipun tak lebih tinggi daripada gedung-­gedung pencakar langit yang me­ngepungnya, tetap akan men­jadi sebuah ­pengalaman otentik sebab ia merupakan ikon Ibukota. Letaknya sangat strategis dan mudah diakses. Yang perlu diperhatikan kini adalah ­bagaimana mengatur dan mengemasnya sehingga pengun­ jung merasa ‘tidak sia-sia datang ke Monas’.

Taman Fatahillah serius ingin jadi ikon Kota Tua

juga lampu-lampu yang menyoroti kelima sisi dioramanya. Hanya ada beberapa diorama yang pene­rangannya cukup. Warga negara Jepang tadi tampak tekun membaca keterangan di setiap ­diorama yang disajikan dalam bahasa Indonesia dan Inggris di bawah suasana cahaya remangremang. Di depan loket, rak informasi kosong. ­Tourist Information Center di ­dalam Museum Sejarah ­Nasional yang berada di salah satu sudut pun tampak kosong meskipun hari itu adalah hari

Sabtu. Pengunjung yang datang secara mandiri cukup kesulitan mendapat informasi lebih dari sekedar yang disajikan pada diorama atau ­browsing dari internet. Penyejuk udara di dalamnya berfungsi dengan baik dan dimanfaatkan oleh pengunjung domes­ tik untuk beristirahat, ada yang duduk-duduk ada juga yang tidur-tiduran. Beberapa pengun­ jung bule, setelah mendengarkan penjelasan dari pemandunya tampak segera keluar. Di cawan monumen, pela­taran Monas, baris­

Taman Fatahillah, museum-museum dan bangunan-bangunan lama di sekitarnya sudah diidentikkan dengan Kota Tua Jakarta. Luas kota tua sendiri lebih dari 800 hektar meliputi dua wilayah administrasi kotamadya di Jakarta. Di ­taman inilah wisatawan terkonsentrasi. Pembenahan kota tua di Taman Fatahillah terus digiatkan dalam beberapa tahun terakhir. Di dalam taman itu semakin hari terlihat semakin bersih. Penataan PKL terus-menerus dilakukan. Pengemis digantikan dengan keberadaan para kreator ‘patung hidup’ berwujud pejuang, noni Belanda, Jendral Sudirman, dan lain-lain. Para penyanyi jalanan menyajikan semacam konserkonser mini. Dibandingkan tahun lalu, kini Cafe Batavia bukanlah satu-satunya tempat nyaman untuk bersantai terutama bagi wisman. Selain itu kini beroperasi di situ Kafe Djakarte sejak tahun lalu,

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

21


Atas-bawah: Antrian yang panjang dan lama menunjukkan antusiasme pengunjung datang ke Monas, baik pengunjung domestik dan mancanegara, adalah menuju puncaknya. Melihat kota Jakarta dari puncaknya, menjadi suatu pengalaman ikonik dari Ibukota.

Anak-anak dari keluarga Australia ini berpose macam-macam dengan latar belakang Monas.

kedai kopi franchise Kopi Bangitiam dan Historia Cafe and Lounge sudah dibuka dan menempati salah satu gedung-gedung tua yang telah selesai dikonservasi. Para pemilik bangunan-bangunan lama sedikit demi sedikit terlihat memperbaiki gedung-gedungnya. Gedung Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahillah masih menjalani renovasi. Bagian luarnya tampak sudah selesai. Bagi pengunjung museum, alas kaki akan diminta untuk diganti dengan sandal yang telah disediakan museum. Pengunjung dibatasi 500 orang pada saat bersamaan. Pengunjung juga bisa mencari informasi apa yang ada di dalam museum-museum di sana mela足 lui 足situs-situsnya. Dalam situs Museum Fatahillah sekarang sudah bisa ditemukan panduan menikmati museum. n Semakin sore semakin ramai pengunjung berdatangan ke Taman Fatahillah di kawasan Kota Tua Jakarta. Museum-museum buka hingga pukul 15.00, jadi pengunjung yang datang di sore hari hanya melihat-lihat, berfoto, atau duduk-duduk sejenak. Pengunjung wisman yang berjalan kaki biasanya akan meneruskan hingga Pelabuhan Sunda Kelapa.

22

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014


Wisata Cruise Ship

Beberapa Seluk Beluk Urusan

Mendukung Wisata Bahari Ini Seabourn Legend saat bersandar di pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, setelah berlayar dari Singapura. Kapal yang memiliki panjang 135 meter, berat 10.000 GRT, dan draft kedalaman minus 6,6 LWS ini, sandar di dermaga samudera dibantu dengan kapal tunda.

Reporter penulis ini termasuk dalam satu kegiatan penelitian wisata cruise ship di Indonesia akhir tahun lalu. Temuan di lapangan, sebagian terurai dalam artikel ini, dan menarik diperhatikan oleh pemangku kepentingan di bidang wisata bahari ini.

K

endala ketika kapal pesiar akan memasuki Indonesia adalah antara lain respon yang lama untuk mendapatkan informasi terutama yang bersifat teknis seperti kedalaman pelabuh­ an. Kedalaman perairan bisa berubah-ubah setiap waktu. Yang di kapal perlu mengetahui­ nya agar misalnya, bisa memprediksikan berapa ketinggian gangway yang dibutuhkan. Jadi saat penumpang akan turun tidak akan terhambat lantaran perubahan gangway tersebut. Apabila harus diubah, kru harus segera mengumumkan­ nya kepada para penumpang, paling tidak 3–4 jam sebelumnya. Pengumuman akan dilakukan melalui pengeras suara agar para penumpang mengetahui kapan akan turun dan berapa lama waktu yang dibutuhkan. Bila ada detil sekecil apapun sampai terlupa­ kan, itu akan bisa membuat penumpang ­sa­ngat

marah dan kecewa. Manajemen pelabuhan ber­ kualitas seperti itulah yang diharapkan. Port agent dari pihak cruise ship akan meng­ urus segala keperluan kapal mulai dari adminis­ trasi port clearance, syahbandar, dinas kesehatan, imigrasi, bea cukai, dan semua instansi terkait di pelabuhan. Secara internasional, ada per­ aturan surat-menyurat seperti halnya mengenai keamanan di pelabuhan. Para petugas terkait dengan ship clearance akan naik ke kapal segera setelah kapal sandar. Bila ada penumpang yang sakit akan langsung dikarantina. Penumpang dan kru ­diperbolehkan turun dari kapal apabila statusnya ‘ship is clear’. Surat-surat yang dibutuhkan untuk proses ­clearance sudah dipersiapkan sejak sebelum ka­ pal masuk, tapi setelah tiba di pelabuhan tetap saja masih ada permintaan surat-surat lainnya. ­Normalnya, proses clearance kapal cukup 10 hingga 15 menit. Salah satu ground handling di Bali mengata­ kan proses clearance di Padang Bay memerlukan waktu 45–60 menit. Apalagi di sana kapal ber­ labuh jaraknya 45–60 meter dari pelabuhan. Dan sebelum proses clearance selesai, tender boat yang akan mengangkut penumpang ke darat belum boleh dioperasikan. Ground handling tersebut menyebutkan bahwa pelayanan proses clearance yang paling cepat selama ini adalah di Tanjung Emas, Semarang. Di Bali, masih harus lebih ditingkatkan kecepatannya.

Petugas imigrasi perlu berada di atas kapal ter­ lebih dulu. Selama perjalanan menuju destinasi di Indonesia, di atas kapal semua paspor dicap. Untuk mengecek dan mencap paspor di atas ka­ pal diperlukan waktu maksimal sehari. Umpama, kapal berlayar dari Australia menuju Bali. Petugas imigrasi sudah menaiki kapal sejak dari Australia. Itu mengingat 2–4 orang petugas imigrasi tidak mungkin mampu mengecek dan mencap 1.200 paspor milik penumpang ditambah 600 paspor kru kapal dalam waktu 1 jam. Karena pengecek­ an dan pengecapan paspor sudah dilakukan selama perjalanan, maka saat kapal tiba di Bali, penumpang yang hendak turun atau pelayaran­ nya berakhir di Bali, tinggal menunggu custom clearance. Jadi yang naik ke kapal di pelabuhan ialah petugas bea cukai. Banyaknya petugas imigrasi yang on board disebutkan tadi, bergantung dari jumlah penum­ pang. Biasanya 3–4 orang petugas. Di kapal berkapasitas 2.000 penumpang, empat orang petugas imigrasi sudah cukup. Petugas bea cukai akan datang ke kapal khususnya bila ada penumpang yang akan ­disembark. Misalnya, penumpang hanya berlayar dari Singapura sampai ke Bali. Setelah selesai 7 hari cruising dan akan turun di Bali maka barangbarang yang dibawa turun di pelabuhan tersebut yang akan diperiksa. Kapal menyediakan ruang­ an khusus untuk bea cukai, penumpang diarah­ kan ke ruangan tersebut. Diumumkan kepada

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

23


Wisata Cruise Ship

Shipping agent dan port agent itu sebenarnya hampir sama. Namun shipping agent berkecimpung dalam banyak hal. Biasanya bukan hanya kapal penumpang tapi juga Di Indonesia, yang khusus untuk kapal pesiar, masih sangat jarang.

penumpang jam berapa bertemu imigrasi dan bea cukai. Sebelumnya, kapal siap dengan semua custom form dari semua negara yang dilalui. Biasanya 1–3 bulan di muka, pihak kapal sudah meminta formulir imigrasi dan bea cukai dari Indonesia (dan semua negara yang hendak disinggahi). Semua yang berada di atas kapal selalu berpikir bagaimana caranya agar kapal clear sesegera mungkin. Bagi kru, itu adalah hal pertama mem­ berikan pelayanan kepada tamu. Kedua, proses yang cepat menunjukkan profesionalism. Officer kapal harus siap berada di sana saat proses. Bila kendala timbul, harus segera menanganinya. Karena port agent yang bisa ber­ hubungan langsung dengan kapal, maka dialah yang akan mengkoordinasikan, mengurus hingga membawa para petugas terkait ke atas kapal. Profesionalitas port agent untuk mengorgani­ sasi dan mengkoordinasikan semua itu yang ­sangat dibutuhkan oleh kapal sehingga proses berjalan cepat dan status ‘clear’ bisa diterima pada saat itu juga. Kapten kapal sangat tidak suka bila kapalnya belum clear lebih dari 20 me­ nit. Kapal membayar fee untuk port agent.

24

Shipping agent dan port agent itu sebenarnya hampir sama. Namun shipping agent berkecim­ pung dalam banyak hal. Biasanya bukan hanya kapal penumpang tapi juga mengageni kapal peti kemas dan lain-lain. Di Indonesia, yang khusus untuk kapal pesiar, masih sangat jarang. Tercatat sekitar 1.800 agen pelayaran yang sudah diberikan izin SIUPAL oleh Kementerian Perhubungan. Sayangnya, nyaris tidak ada yang bergerak di bidang port agent. Di Indonesia, untuk buat port agent harus mendirikan PT, lalu diklasifikasi pendapatan usahanya, setelah itu, dari Kementerian Hukum dan HAM mensyarat­ kan harus mempunyai kapal 175 ton. Selain banyaknya administrasi dan biaya jasa yang mesti dibayar. Di luar negeri, syarat-syarat seperti itu hampir tidak ada. Jikapun ada port agent yang memiliki kapal, itu hanya kapal kecil berkapasitas 10–15 orang. Di kekosongan posisi ini, ada beberapa investor dari luar negeri tertarik namun masih urung karena persyaratan yang, menurut mereka, masih sangat memberatkan. Tugas utama port agent adalah berkomunikasi dengan kapal dan mengurusi semua administrasi kapal dan menghubungkannya serta berkoordi­

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

nasi dengan seluruh instansi terkait di pelabuhan mulai dari pengelola pelabuhan, otoritas dan syahbandar pelabuhan, imigrasi, bea cukai dan sebagainya. Port agent akan merangkum apa saja yang dibutuhkan lalu dikirim ke kapal. Lalu, port agent akan berkomunikasi dengan pihakpihak di pelabuhan. Selain itu, dia juga mesti bisa menyiapkan ke­ butuhan kapal di luar pelabuhan. Misalnya,kapal membutuhkan menyewa cherry picker—tangga berjalan (seperti traktor) untuk membersihkan/ mengecat kapal, atau kayu untuk membetulkan properti di kapal dan lain sebagainya. Sebagai port agent dia harus mempunyai banyak kontak pemasok mulai dari tempat pem­ buangan sampah hingga makanan. Apabila ada penum­pang berada dalam situasi emergensi se­ hingga harus turun di pelabuhan berikutnya, port agent itu harus siap membantu dan menyediakan jasa-jasanya. Itu artinya harus mengontak petu­ gas custom dan imigrasi, hingga menyediakan transportasi dari pelabuhan menuju bandara. Dalam kondisi emergensi, kapal biasanya akan membantu mengurus tiket pesawat bagi pen­ umpang. Bukan hanya kebutuhan penumpang,


Jika berfokus membangun satu atau dua pelabuhan utama untuk cruise ship internasional di tahun-tahun mendatang ini, dan memerhatikan seluk beluk jalannya tata niaga dan manajemen di destinasi yang memenuhi standar internasional tersebut, perairan laut dan sumber daya alam serta budaya yang dimiliki Indonesia, menjanjikan bisnis yang relatif besar bagi pariwisata dengan multipler effect-nya.

mengageni kapal peti kemas dan lain-lain.

tapi juga kebutuhan dari seluruh kru kapal. Indonesia masih sangat memerlukan lebih banyak port agents dan shipping agents khusus yang menangani kapal pesiar. Dan operator tur di sini baru sebatas menangani tamu, belum me­ nangani kru. Kebutuhan kapal pesiar, terutama, tempat­ nya berlabuh/sandar nyaman. Pelabuhan dan ter­minal memegang peran sangat penting bagi kapal pesiar. Bayangkan, penumpang/tamu dari kapal pesiar yang sepenuhnya berpendingin udara turun di pelabuhan yang panas dan nyaris tidak ada tempat berteduh, belum lagi kalau penum­ pang harus berjalan cukup jauh dari dermaga menuju terminal penumpang. Kenyamanan yang ­dimaksud dari banyak aspek: mulai dari pe­ layanan imigrasi dan bea cukai, keamanan sejak di dermaga, di lingkungan di sekitar pelabuhan, hingga di obyek wisata. Keberadaan toilet yang bersih dan mencu­ kupi airnya, kalau bisa tidak ada kloset jongkok. Tidak ada pedagang atau yang menawarkan jasa lainnya dengan mendekati dan memaksa pe­ numpang/tamu membeli karena mereka tidak

menyukai hal-hal seperti itu. Penumpang dari luar negeri itu bukan menginginkan sesuatu yang mewah, tapi yang paling penting adalah kenyamanan dan perasaan aman ketika tiba di pelabuhan. Jadi, memang, koordinasi dan kerja sama diperlukan di antara pelabuhan, pemda, dan masyarakat di sekitar pelabuhan. Seperti yang sudah dilakukan di beberapa bandara di mana penumpang dari pesawat datang ke loket taksi bandara lalu mengantri. Tarif dan harganya sudah ditentukan, jadi tidak ada yang saling menyerobot. Tawar-menawar harga untuk me­ nyewa kendaraan masih lumrah asalkan tidak sampai memaksa.

Pengeluaran kapal, wisman dan pasar

Adapun besaran biaya yang dikeluarkan oleh kapal di pelabuhan tergantung dari bobot kapal. Biaya di pelabuhan umumnya dihitung dari gross ton. Misal kapal masuk beratnya 48 ribu ton. Biaya yang dikenakan akan dikalikan berat per tonnya. Biasanya, biaya berthing (sandar di der­ maga) akan lebih mahal karena semakin ba­nyak jasa yang dipakai. Contoh kapal-kapal Costa. Mereka lebih memilih berlabuh dan jarang sekali bersandar, karena kebanyakan tamunya memba­ yar lebih murah. Dan sebenarnya, penumpanglah yang membayar biayabiaya tersebut. Salah satu operator tur mengatakan ­operator tidak terlalu memperhatikan besar ­pengeluaran tamu-tamunya ketika mereka on shore, tapi diperkirakan rata-rata per orang bisa mengha­ biskan hingga $150. Selain itu, tamu juga harus membayar port tax sekitar $15 per orang. Masih menurutnya, Indonesia tidak perlu terlalu khawatir dengan Singapura. Karena kapal atau penumpang yang sudah sampai di ­Singapura, mereka pasti akan ke Bali. Apabila

Indonesia mau fokus ke Cina, Indonesia sudah harus mempersiapkan sejak sekarang sebelum wisatawan dari Cina benar-benar booming. Pasar potensial wisatawan kapal pesiar paling besar yang ada di Asia, ialah dari Taiwan, Cina, Hong Kong, dan Singapura. Contoh kapal pesiar Star Cruise yang sekarang paling besar di Asia. Cruise line ini baru saja meluncurkan kapal baru berkapasitas 4.500 penumpang. Itulah sebabnya Singapura sudah mempersiapkan terminal cruise di Marina Bay. Thailand pun sudah mempersiap­ kan dirinya. Jepang, sudah mempunya kapalnya sendiri. Operator tur atau ground handling di ­Indonesia masih belum kuat di sisi pemasaran. Juga pro­ mosi Indonesia secara nasional. Kondisi finansial harus benar-benar stabil. Di sisi destinasi, sudah banyak yang mem­ promosikan Indonesia, tapi infrastruktur di sini yang belum bisa memenuhi yang diinginkan dan disyaratkan oleh kapal pesiar. Misalnya ­Pulau Komodo, daerah yang masih bisa dijangkau, di sana tidak memerlukan pelabuhan. Bisa saja di sana dibangun pelabuhan, tapi haruslah jauh dari habitat hewan komodonya. Di Labuan Bajo memungkinkan karena jaraknya sekitar 5 jam naik kapal boat. Pelabuhan yang paling siap menerima kapal pesiar di Indonesia baru Benoa, Bali dan ­Tanjung Emas, Semarang. Respon dari pihak pemda di Semarang dan Jateng termasuk luar biasa. ­Respon demikian pun sudah mulai berkembang di Makassar, Sulawesi Selatan. Beberapa tahun belakangan, diberitakan ba­ nyak warga Bali bekerja di kapal pesiar. Pendidik­ an dan pelatihan untuk mempersiapkan pekerja di kapal pesiar juga mulaibermunculan. Beginilah kira-kira gambaran bekerja di ­kapal pesiar. Umpamanya, diterima bekerja di kapal. Sebelumnya akan di-training dulu selama 3 ­bulan di darat, lalu baru akan ditempatkan di ka­ pal yang akan berlayar dari Singapura misalnya. Selama satu minggu sebelum berlayar diram­ pungkan terlebih dulu berkas-berkas di darat. Setelah berada di atas kapal, barulah diberitahu­ kan pekerjaan yang mesti dilakukan. Biasanya, di level officer akan diberi waktu dua bulan untuk handover dengan staf yang ada di kapal. Kemu­ dian, harus belajar dengan cepat dan bisa bekerja secara mandiri. Di darat, pemandu senior di Bali mengakui, jumlah dan kualitas SDM pramuwisata khusus kapal pesiar di Bali mencukupi. Pramuwisata praktis belajar sendiri-sendiri. Belum pernah ada workshop tentang cruise yang melibatkan pramuwisata. Wisman dari kapal pesiar memer­ lukan special treatment dan knowledge lantaran tamu-tamu itu rata-rata senior citizens. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

25


Utama

S

ekjen INACA Tengku Burhanuddin memperkuat pengamatan positifnya perkembangan penerbangan dewasa ini. Ternyata Sriwijaya Air sudah ter­ bang dengan cara penerbangan blok charter dari Hangzhou, Chengdu, Chongqing, Changsa, ­Wenzhou, Zhengzhou, Nanjing, Ningbo, ­Nanning. Memang tujuan semua terkonsentrasi ke Bali. Ada juga reguler charter dan ternyata SLF (seat load factor) rata-rata 80 persen. Ya, masih ber­sifat reguler charter. Artinya belum sebagai ­regular scheduled flight. Mereka beralih ke Bali dari desti­ nasi Malaysia dan Bangkok. Bahkan Citilink, LCC anak perusahaan Garuda Indonesia, juga telah terbang dengan regular blocked charter dari Cina Selatan ke Bali meng­ alokasikan 3 pesawat ke rute tersebut. Tanpa disadari, menurut Tengku Burhanuddin, kedua maskapai itu telah membawa turis dari Tiongkok semakin banyak ke Bali. BUMN Garuda Indonesia tahun 2012 men­ datangkan 20 pesawat baru yang terdiri dari 4 B737-800NG, 2 A330-200, 9 pesawat A320 ­untuk Citilink, dan 5 pesawat sub 100 Bombardier CRJ1000 NextGen. Dengan kedatangan pesawat-pesawat baru tersebut, maka pada tahun 2012 jumlah armada Garuda Indonesia mencapai 105 pesawat dengan rata-rata usia 5,8 tahun. Sejumlah 18 pesawat Bombardier hendak digunakan melayani penerbangan dari hub Makassar ke beberapa kota di wilayah Indonesia Timur di antaranya rute Makassar–Ternate (vv), Makassar–Mataram (vv), Makassar–Kendari (vv), Makassar–Surabaya (vv), dan Surabaya– Denpasar (vv). Berdasarkan kontrak yang ditandatangani bulan Februari 2012, maskapai tersebut akan memiliki sebanyak 36 pesawat Bombardier CRJ1000 NextGen. Sementara itu Lion Air saat ini menggunakan tipe pesawat Boeing 737-900ER, Boeing ­737-300, 400 dan Boeing MD-90. Anggota terbaru di ­armadanya adalah pesawat tipe Next Generation B737, dikonfigurasi mengangkut 213 penumpang dalam single class. Maskapai ini hingga sekarang beroperasi dengan all Boeing dalam armadanya. Sriwijaya Air mulai menggunakan pesawat dengan konfigurasi dua kelas yaitu Executive Class delapan seats di setiap pesawat Boeing 737-800 NG Boeing 737-500, Boeing 737-400 dan Boeing 737-300, dan, kelas ekonomi.

26

Penerbangan Bergerak Pertanyaannya: Bagaimana

Terminal penumpang bandara Makassar, cukup indah dan masih lapang, mengundang airlines termasuk operator asing dari luar negeri, setidaknya dari regional dekat.

Hingga pertengahan tahun 2012 perhimpun­ an maskapai penerbangan nasional INACA men­ catat posisi jumlah dan tipe pesawat yang masuk daftar pesawat-pesawat yang sudah di-order oleh maskapai penerbangan dari pabriknya, yang ke­ seluruhannya direncanakan untuk operasi pener­ bangan berjadwal.

Penerbangan Berjadwal Dalam Negeri

Sebanyak 20 maskapai penerbangan berjad­ wal beroperasi tahun 2012. Jumlah penumpang yang diangkut meningkat 18,65% menjadi 71,42 juta dari jumlah di tahun sebelumnya 60,19 juta penumpang. Tahun 2012 tampak penambahan frekuensi dan rute penerbangan dalam negeri bergeser fokusnya pada konektivitas kota-kota antar provinsi langsung, tanpa transit atau me­ lalui hub terbesar kota Jakarta. Salah satu operator LCC, dengan armada 17 unit pesawat tahun 2011 rata-rata mengoperasi­ kan 90 frekuensi per hari dan pada akhir tahun 2012 menjadi 137 frekuensi per hari. Kota Solo dihubungkan dengan penerbangan langsung ke Balikpapan oleh dua operator, satu di antaranya bahkan meningkatkan frekuensi menjadi dua kali sehari. Kota Makassar dan Balikpapan adalah

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

dua kota besar di wilayah tengah Indonesia, yang diambil sebagai fokus pengembangan jaringan oleh beberapa maskapai. Perekonomian di Balikpapan, diprediksi akan terus mengalami pertumbuhan, didukung oleh peningkatan ekonomi daerah dari hasil eksplo­ rasi tambang mineral yang kian meluas di wilayah pulau ini. Ekspansi penerbangan ke wilayah timur ­Indonesia telah masuk agenda beberapa opera­ tor nasional. Bersamaan itu ada yang membuka rute tengah dan barat Indonesia. Denpasar–Balikpapan, Denpasar–Bandung masing-masing dua kali per hari, membuka Batam–Padang dan Batam–Surabaya satu kali per hari. Dan Surabaya–Lombok dua kali s­ ehari. Satu rute terpendek, Balikpapan–Tarakan justru dibuka oleh Garuda Indonesia dengan pe­ sawat berkapasitas 96 penumpang. Rute ini di­ ramaikan oleh para pekerja di bidang agribisnis, perminyakan, dan pertambangan di Kalimantan Timur yang melakukan perjalanan kunjungan bisnis, keluarga, maupun wisata. Lion Air kini melayani lebih dari 36 tujuan penerbangan dengan 226 penerbangan tiap hari. Perusahaan itu menandatangani kontrak dengan pabrik pesawat Embraer tahun 2010, senilai US$


Dinamis Fleksibel Pelaku Lainnya? 810 juta untuk pembelian 20 pesawat. Pesawat ini mulai dioperasikan pertengahan 2012. Tipe pesawatnya cocok untuk digunakan melayani rute feeder di mana bandaranya memiliki keterbatasan panjang landasan pacu, maka operasinya ter­ utama ke Papua, Nusa Tenggara Timur dan Malu­ ku. Pesawatnya berkapasitas 100 tempat duduk, dapat mendarat di landasan minimal 1400 meter. Mulai tahun 2012 tipe tersebut tiba berangsur. Indonesia amatlah potensial untuk menjadi destinasi bagi wisatawan dari Tiongkok. Maka pasar ini dijadikan salah satu sasaran utama dalam pemasaran pariwisata Indonesia. Adapun bagi airlines, bottom line untuk membuka rute baru dan mengembangkannya, terletak pada ‘passenger load factor’ yang bisa diperolehnya dari rute tersebut. Manakala jumlah penumpang dari pasar tersebut ternyata memang bertumbuh dan berkembang, itu pula mencerminkan upaya pro­ mosi memperkuat citra dan membangun minat wisatawan untuk berkunjung, telah dihasilkan dari apa yang dilakukan oleh Kemenparekraf. Direktur Komersial Sriwijaya Air, Toto ­Nursatyo, diberitakan mengakui tentang sejum­ lah kota-kota kecil di Tiongkok telah dimasukkan dalam rencananya tahun-tahun sekarang ini. ­Kota-kota itu adalah Nanking, Fuzhou,Guangzhou, Wenzhou, Changsa, ­Zhengzhou dan Chongqing. Rencananya Agustus hingga September ini akan membuka rute tersebut. Satu langkah lagi, anak perusahaannya, ber­ nama NAM Air, akan membuka rute penerbang­ an Indonesia–Timor Leste, yakni dari Kupang– Dili pp. Direktur Opeasionalnya Hasudungan ­Pandiangan mengumumkan bagaimana ber­ dasarkan kajiannya, arus pergerakan penumpang dan barang antara kedua kota itu cukup tinggi, bisa mencapai 200.000 orang per tahun dengan

berbagai tujuan seperti pendidikan, bisnis atau­ pun wisata. Tampaknya tinggal menunggu peresmian Bilateral Air Agreement antara Kementerian Per­ hubungan kedua negara. Dari sudut komersial, penerbangan yang tiba di Kupang, akan terkoneksi langsung ke Denpasar, dan Surabaya. Telah diberitakan, ren­ cananya Agustus tahun ini akan mener­bangi rute yang menghubungkan Kupang–Ende–Labuan Bajo–Denpasar serta Kupang–­Makassar. Jadi, sejalan juga dalam upaya mem­bangun kawasan timur Indonesia. Nah, dalam konteks itu kembali diingatkan, bahwa dinamika dan fleksibilitas pengembang­ an operasi penerbangan, tinggal mengharapkan dinamika dan fleksibilitas juga dari kalangan pelaku bisnis lain: bisnis akomodasi, bisnis para operator tur yang bisa membuat paket tur dan menjualnya, dan, para pengelola unsur-unsur daya tarik atau atraksi di daerah-daerah yang te­ lah dihubungkan sedemikian ramai oleh operator penerbangan.

Kebandaraudaraan

Kenyataan yang ‘menjanjikan peluang ­bisnis lebih luas’ tergambar tadi, ditambah kini dengan catatan, bahwa sehebat-hebat peluang yang terbuka bagi bisnis penerbangan, dan bisnis penerbangan posisinya melekat rapat pada bi­ dang pariwisata demi meningkatkan kunjungan wisatawan, namun peran kebandarudaraan ­amatlah menentukan bagi efektifnya operasi penerbangan dan bisa ditingkatkan dengan efisien, dan, menguntungkan bagi operator. Seperti telah diberitakan akhir-akhir ini, pe­ merintah akan meningkatkan kapasitas pesawat yang bisa dilayani di Bandara Soekarno-Hatta.

Suasana bandara Heathrow di Inggris, menjadi studi banding untuk pemerintah Indonesia.

Bandara lama Halim Perdanakussuma di Jakarta pun kini digunakan kembali demi meringankan beban bandara Soetta.

Diharapkan pada 2015, jumlah pesawat men­ capai 85 keberangkatan per menit. “Kami mengevaluasi kepadatan lalu lintas udara di Bandara Soekarno-Hatta. Target traffic yang mendarat dan take off dalam 1 jam bisa ditingkatkan kapasitasnya,” diberitakan sebagai pernyataan dari Menko Perekonomian Chairul Tanjung. Pemerintah, katanya, telah melakukan studi banding ke Bandara Heathrow, Inggris. Studi banding tersebut dilakukan untuk mempelajari kepadatan lalu lintas di bandara Inggris. Di ­Bandara Heathrow, dalam 1 jam, mendarat dan take off bisa lebih dari 100 penerbangan ­dengan 2 landasan pacu, sama dengan Soe­ karno-Hatta. Ditargetkan, di bandara Soetta pada Juni 2014 bisa 72 penerbangan landing dan take off per jam. Pada bulan Juni 2015, ditarget­ kan setidaknya 86 penerbangan dapat terbang dan mendarat setiap 1 jam. Jadi, tantangannya banyak. Tapi kalau mem­ bangun airport baru tentu butuh waktu lama. Maka akan dioptimalkan yang sudah ada. Kalangan operator penerbangan, memang masih akan menghadapi tantangan, terbatasnya slot time yang bisa diberikan. Padahal slot time menentukan apakah airlines, baik nasional mau­ pun asing, bisa membuka rute baru atau me­ nambah frekuensi. Bahkan, slot time yang ‘tepat’ juga menentukan bagi kepentingan perhitungan ­komersial penerbangan. Tidak heran, slot time yang cenderung diinginkan adalah jadwal di pagi dan sore hari. Urusan kebandarudaraan ini, satu ­tantangan pula dalam dinamika perkembangan yang di­ hadapi dewasa ini dan tahun-tahun mendatang. Termasuk kualitas pelayanan yang menye­ nang­kan bagi masyarakat penumpang atau wisatawan. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

27


Kita dan Dunia

Jangan Ketinggalan untuk Pemasaran

Online

Ada Tourism e-kit untuk Memajukan Kehadiran Digital Anda

T

ourism e-kit kini tersedia, dirancang khusus untuk operator wisata yang tertarik untuk meningkatkan keha­ diran digital mereka dan mengem­ bangkan strategi distribusi online mereka. “Alat pelatihan gratis secara online ini telah lebih berhasil daripada prediksi sebelumnya. Ini telah di download lebih dari 350.000 kali, serta memperoleh penghargaan nasional dan negara, termasuk pengakuan oleh Australian National Tourism Awards awal tahun ini. Tourism e-kit juga membentuk fitur kunci dalam IFITT Gold Award untuk usaha kecil—di konferensi Global ENTER 2014 —yang diadakan di Dublin, Irlandia, pada Januari 2014,“ kata Liz Ward, CEO dari ATDW (Australia Tourism Data Warehouse), yang mengelola Tourism e-kit atas nama DMO Australia. Fitur-fitur Tourism e-kit itu sebagai berikut: 4Berkualitas tinggi, konten yang kompre­ hensif, dengan lebih dari 65 tutorial meliputi sembilan topik utama, mulai dari mengembang­ kan sebuah situs web dan menggunakan media sosial secara efektif untuk melaksanakan peme­ sanan secara online; 4Konten disumbangkan oleh para ahli industri terkemuka di Australia, Amerika Utara dan Cina; 4Gaya pembelajaran orang dewasa sendiri dan nada yang sesuai dengan target demografis —operator usaha kecil yang waktu mereka sedikit (rata-rata waktu penyelesaian tutorial adalah 20 menit);

4Konten disesuaikan untuk industri pari­wisata, dengan menggunakan contoh dan termasuk informasi pariwisata spesifik untuk pemesanan secara online dan distribusi ; 4Informasi yang mudah dipahami—’bahasa Inggris’ tidak ada jargon dan ekstensif meng­ gunakan diagram dan grafis untuk menjelaskan konsep teknis dan kompleks ; 4Berisi konten menyeluruh—tidak ada iklan atau dukungan; 4Informasi cocok bagi pemula dan para pe­ masar e-marketer yang lebih berpengalaman. 4Tutorial mengikuti urutan logis, yang dapat digunakan secara berurutan atau operator dapat memilih untuk memilih topik yang menarik bagi mereka; 4Up-to-date dan konten terus berkembang— semua tutorial diperbarui dua kali setahun dan tutorial baru secara teratur ditambahkan sebagai hasil dari konsultasi industri dan umpan balik.

Perangkat ini dinyatakah telah ­memberikan hasil besar, sebagai sumber daya pelatihan ­online yang sangat sukses, yang memungkinkan bisnis pariwisata membuat peluang besar me­ laksanakan pemasaran online, maka akhirnya sekarang akan diperluas pemanfaatannya ke seluruh dunia! Sebuah inisiatif pemerintah Australia, ­Tourism e-kit itu telah menerima banyak penghargaan bergengsi, merupakan program pelatihan kom­ prehensif yang paling up-to-date tersedia. Itu dirancang khusus untuk bisnis pariwisata dan dianggap sebagai alat pembelajaran yang ber­ harga oleh industri pariwisata Australia dan ­Internasional. Setelah banyak permintaan dari Organisasi ­Pemasaran Destination internasional (DMO) ­untuk membeli Tourism e-kit, Australia Tourism Data Warehouse (ATDW) telah mengembangkan pengaturan perizinan sehingga dapat dimanfaat­ kan, diterjemahkan dan rebranded oleh destinasi lain! Ini berarti bahwa Tourism e-kit sekarang tersedia untuk kepentingan bisnis pariwisata dan badan industri di seluruh dunia. n Untuk informasi lebih lanjut tentang isi Tourism e-kit, kunjungi: http://tourismekit.atdw.com.au/media/ 231414/EkitinfoforInternational InterestedPartiesPDF.pdf

28

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014


Kita dan Dunia

B

agaimana Thailand hendak mem­ percepat pemulihan pariwisatanya setelah dihempas oleh krisis politik yang membuat wisman menjauh darinya? Otoritas Pariwisata Thailand mengalih­ kan haluan dari biasanya pasang target jumlah wisman berkunjung, kini bergeser ke statistik pengeluaran uang wisman saat berkunjung. ­Slogan kampanye singkat diganti menjadi ­Amazing Thailand–Happines Within. Dan 2015 juga akan mengharapkan perkembangan signi­ fikan pada pariwisata domestik. Diumumkan oleh Gubernur Tourism ­Authority of Thailand, Thawatchai Arunyik, pada 7 Juli 2014, perubahan yang telah di­dorong oleh keadaan ‘mengerikan’ dari semester pertama ­tahun 2014 ketika kedatangan wisman telah jauh di bawah target, terkait memanjangnya kerusuh­ an politik Oktober 2013–Mei 2014, TAT juga didukung de­ngan US$ 12 juta untuk program kampanye baru yang temanya extra­vaganza ‘kebahagiaan’bagi wisatawan di Bangkok, kick start kampanye pemulihan itu pada 25–26 Juli. Namun, tetap ada kecenderungan melihat akhir 2014 dengan pertumbuhan nol atau minimal lebih dari 2013. Perencanaan pemasaran TAT itu dirancang dengan latar belakang skenario lokal, regional dan global yang stabil dan tidak dapat diprediksi dan konsensus umum bahwa hal itu akan tetap demikian di masa mendatang. Namun, ­dengan militer sekarang yang bertanggung jawab atas stabilitas politik dan adanya para demonstran politik di jalanan, itu memungkinkan para ­eksekutif TAT muncul tapi bukan dari ­sekedar ­sebagai modus pemadam kebakaran. Tapi ­muncul dengan rencana untuk masa depan yang dekat dengan tingkat tertentu stabilitas keadaan negerinya. Berikut adalah poin-poin penting dari per­ geseran strategi:

Target Jumlah Wisman Tak Diumumkan

Thailand

Bagaimana Hendak Pulih dari krisis?

TAT menargetkan 2,2 triliun baht pendapat­ an pariwisatanya tahun 2015, yang terdiri dari 1,4 triliun baht dari pengunjung asing dan 800 miliar baht dari wisatawan domestik. Pada 2013, angka yang sebenarnya adalah 1,2 triliun baht dalam pendapatan dari 26,5 juta kedatangan

Salah seorang turis asing di Thailand bertanya pada warga yang sedang melintas di kota itu.

wisatawan asing. Kedatangan tahun 2014 ini dan perkiraan pe­ngeluaran telah disesuaikan beberapa kali, karena kerusuhan politik. Tidak mau mengam­ bil risiko membuat setiap perkiraan yang lebih umum pada jumlah kedatangan 2015, TAT kini bergeser ke menetapkan target pengeluaran, fokus pada hasil per turis, terlepas dari jumlah pengunjung. Target jumlah kedatangan wisman

akan ditetapkan, tetapi disimpan untuk peng­ gunaan internal saja, setidaknya sampai situasi eksternal stabil. Tema strategis ini akan dilaksanakan melalui kampanye utama untuk meningkatkan lama tinggal dan meningkatkan pengeluaran untuk belanja, makan dan tambahan niche market ­seperti kesehatan dan kebugaran, golf, pernikah­ an dan bulan madu, dan lain-lain.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

29


Kita dan Dunia Beberapa pejabat industri pariwisata dan ekse­ kutif Thailand mengatakan mereka ingin melihat terwujudnya program itu, dan akan mengawasi dengan cermat untuk memastikan hasilnya. Setelah analisis tren kedatangan di ­semester pertama, TAT telah membagi sumber-sumber pasar glo­bal terdiri atas orang-orang yang mem­ butuhkan kebangunan rohani—­revival, seperti di Asia Tenggara, ASEAN, Asia Selatan dan Timur Tengah, dan orang-orang yang tak banyak ter­ pengaruh (terutama Eropa, ­Amerika Utara dan Afrika). Strategi keseluruhan akan menembus kotakota sekunder dan target segmen pelanggan baru di kota-kota gateway, seperti kelompok keluarga, kelompok pemuda, mahasiswa, kelompok peru­ sahaan, wanita yang bekerja dan pekerja baru dengan daya beli yang tinggi. Untuk semua target pasar tersebut, tombol utama yang harus ditekan akan menghubung­ kan tema yang ada ‘Thainess’ ke yang baru dari ‘­Happiness’ dengan menyoroti cara hidup Thai, termasuk Thai Cuisine, budaya dan masyarakat. TAT juga akan membantu pasar baru dan mendi­ rikan atraksi turis, bekerja dengan asosiasi indus­ tri perjalanan, pusat perbelanjaan dan restoran Thailand, baik di dalam dan luar negeri Thailand. TAT juga akan terus memanfaatkan keuntung­ an unik dari lokasi geografis negaranya untuk memanfaatkan peluang yang akan terbuka di bawah Komunitas ASEAN yang terintegrasi pada 2015. Ini berarti mempromosikan perjalanan baik intra ASEAN serta wisata dari luar daerah ke ASEAN. Sejalan dengan strategi untuk mempro­ mosikan distribusi pendapatan yang lebih baik, peluang khusus diproyeksikan untuk mempro­ mosikan pariwisata lintas batas melalui pos pe­ meriksaan perbatasan Thailand dengan Laos dan Kamboja.

Kebahagiaan

Slogan pariwisata baru, Amazing Thailand, Happines Within, secara langsung sejalan dengan kebijakan lain dari pemerintah yang dipimpin mi­ liter, atau dikenal sebagai Dewan Nasional untuk Ketentraman dan Ketertiban. Menurut pernyataan kebijakan NCPO, “Apa yang NCPO bermaksud dan apa yang dianggap paling penting adalah untuk mengembalikan kebahagiaan kepada orangorang dengan bekerja cepat untuk mengurangi kecemasan yang meluas dan ketidakpercayaan, menyingkirkan korupsi, dan membangun keper­ cayaan publik dalam sistem peradilan . Kami juga

30

Gubernur Tourism A ­ uthority of Thailand, Thawatchai Arunyik, berpidato di TTM+2014, pada 6 Juni 2014.

Suasana Thailand Travel Mart (TTM+), menghadirkan 403 sellers, 314 buyers dari 45 kota, dan lebih dari 200 media internasional pun meliput.

akan bekerja untuk mengatasi semua masalah yang mempengaruhi keselamatan jiwa dan har­ ta benda rakyat; untuk menciptakan lapangan kerja dan peluang pendapatan bagi mereka yang berpenghasilan rendah; untuk menanamkan pada orang lain, kami berpikir sistematis dengan pengetahuan sehingga mereka dapat menjadi kuat, disiplin dan menghormati hukum serta siap untuk menghadapi perubahan global.“ Pernyataan itu mengatakan bahwa Psikologi Cluster Sosial NCPO bertanggung jawab ­untuk ‘memecahkan masalah yang melemahkan ma­ syarakat Thailand dengan awalnya memperke­ nalkan ‘membawa kembali kebahagiaan’ dalam berbagai bentuk kegiatan nasional untuk men­ ciptakan suasana yang baik.’ Industri pariwisata sudah mulai terima man­ faat dari ini karena pemerintah militer ­menindak mafia taksi, sindikat kejahatan terorganisir dan sarang perjudian ilegal, dan rencana ­tindakan lebih lanjut terhadap mereka yang terlibat ­dengan deforestasi dan pembalakan liar. Semua masalah lama ini, banyak dari mereka didukung oleh ‘tokoh-tokoh berpengaruh’ seperti politisi yang terpilih secara demokratis, birokrat peme­ rintah yang korup dan pejabat militer/polisi,

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

masih jauh dari terselesaikan, namun mereka telah memberikan industri perjalanan dan pari­ wisata beberapa alasan untuk percaya bahwa ada cahaya di ujung terowongan.

Pengeluaran

T

hailand baru saja menganalisis ­angka pengeluaran wisman dan baru merilisnya. Untuk 2013 orang Eropa pemboros terendah per orang per hari ketika berkunjung di Thailand. Itu mengejutkan, lantaran bahkan pengunjung dari Kamboja, seharusnya salah satu negara termiskin di dunia, justru menghabiskan lebih banyak ­setiap hari dari warga delapan negara Eropa. Jerman merupakan pembelanja ­terendah ­kedua.Warga Laos, memiliki tingkat ­pertumbuh­an belanja lebih tinggi. Jerman mungkin akan men­ jadi pemboros terendah ketika angka-angka yang diperbarui sudah rampung tahun depan. Sebuah analisis rinci memberikan indikator yang sangat baik dari mana TAT akan menga­ lokasikan anggaran pemasaran dalam rangka


Mr Thawatchai mengatakan bahwa untuk memastikan kembalinya kepercayaan wisman, kampanye nasional besar akan diminta untuk mengundang pengunjung untuk menemukan kembali ‘Thai Way of Happiness’. Dia mengatakan, “Ketika turis senang, mereka akan meneruskan pesan mereka (melalui media sosial). Kami akan fokus pada bangunan promosi melalui pesan ‘forwarding’ di dunia online. Ini akan membuat lebih banyak perjalanan ke Thailand.“ Taktis acara big-bang pertama untuk mem­ bangun tema ini akan menjadi Gambar Proyek Restorasi: Thailand Happiness yang akan di­ adakan antara 25–26 Juli. Dengan anggaran total 35 juta baht, bekas lokasi protes politik ­ Ratchaprasong di Bangkok Central akan ditutup lagi, tapi kali ini akan berubah menjadi Jalan Kebahagiaan, selama dua hari untuk berbelanja, berpesta, m ­ akanan dan konser musik. Sebuah perjalanan besar megafam media dari seluruh dunia sedang diselenggarakan ­untuk menghadiri pesta ini. The TAT ­memproyeksikan bahwa hal itu akan dihadiri oleh sedikitnya 30.000 orang dan menjangkau khalayak TV mini­ mal 50 juta. Kata Thawatchai, “Proyek ini akan ­membantu memulihkan citra keselamatan di ­Thailand dan membangun kepercayaan pengunjung agar memilih lagi Thailand sebagai tujuan untuk liburan berikutnya. Kami ingin menghadirkan suasana keamanan dan menyenangkan yang ­dapat dipublikasikan di seluruh dunia. “

Pariwisata Domestik

Pariwisata domestik telah menjadi penyela­ mat di saat krisis, namun terkendala oleh pola

Turis China berpose di Chiang Mai University, Thailand.

musiman yang berat. Rencana untuk menghasil­ kan 800 miliar baht dalam pendapatan akan dilaksanakan dengan merangsang permintaan antara kelompok-kelompok utama, keluarga, orang yang bekerja, orang tua dan orang muda. TAT telah menciptakan sebuah daftar dari 10 Destinasi Impian yang memiliki cerita yang unik dan menarik, dan wisata alam dan bunga. Mereka akan dikemas dengan tema Must Visit Kota pada tahun 2015. TAT juga bertujuan untuk mendorong rakyat Thailand untuk melakukan perjalanan se­ lama hari kerja bukan hanya selama akhir pekan dan liburan panjang, menggunakan kampanye insentif bagi berbagai daerah sepanjang tahun. Untuk pertama kalinya, TAT telah meminta selebritas Thailand paling populer Ananda

Everingham untuk mempromosikan pariwisata dalam negeri melalui kampanye TV selama tiga bulan yang akan didasarkan pada tema yang sederhana, Senang menyambut Anda. Penutup presentasi perencanaan ­pemasaran domestik dan internasional, Mr Thawatchai mengatakan, “Target tahun depan sangat menan­ tang, tapi TAT percaya bahwa dengan kerjasama yang baik dan profesionalisme dari semua sektor di sini, kita bisa melangkah maju untuk mencapai target tersebut, didasarkan pada kesamaan visi dan rasa tujuan.“ Konsep inti akan mengembalikan kepercayaan pengunjung di Thailand dengan mempromosi­ kan Thainess, kebahagiaan, keberlanjutan, serta pertumbuhan yang seimbang dan adil. n

Wisman di Thailand tindakan kebijakan baru, yakni lebih mementing­ kan meningkatkan pendapatan dari kunjungan turis—bukan mengejar jumlah pengunjung— di tahun-tahun mendatang. Ada kesenjangan yang jelas antara short-stay, pengunjung high spender, terutama dari negaranegara Asia-Pasifik, dan long stay, pengunjung rendah pengeluaran, terutama dari Eropa. Itu ­berarti TAT memotong pekerjaannya: Mening­ katkan rata-rata lama menginap tamu yang short stay, dan meningkatkan pengeluaran rata-rata harian tamu yang long stay tersebut. Angka-angka tersebut sangat sejalan dengan tren ekonomi dan sosial di seluruh dunia. Eropa, dilanda krisis ekonomi selama beberapa tahun terakhir, masih menemukan Thailand sebagai destinasi ‘value for money’. Terjemahan: Mereka

bisa tinggal lebih lama dengan biaya lebih ren­ dah, terutama keluarga, orang-orang muda dan para pensiunan. Di sisi lain, jarak pendek negara Asia-Pasifik menghasilkan sejumlah besar pengunjung yang muncul dari kelas menengah yang menabung membeli tiket penerbangan tapi berbelanja secara royal pada akomodasi, belanja dan fine dining. Campuran sebenarnya keseimbangan bottom line yang baik untuk pariwisata Thailand. Long stayers, low spender memberikan arus kas, sedangkan short stayers, high-spenders meng­ hasilkan hasil ibarat krim di atas kue. Negara-negara berpenghasilan tinggi, seperti negara-negara Teluk, merupakan pembelanja terbesar, terutama mengingat kontribusi penge­ luaran pariwisata medis. Dua pemboros alias

spender yang tinggi adalah Rusia (4.619 baht, atau US$ 150,33 per orang/hari) dan China (5.097 baht, atau US $ 165,87 per orang/hari). Angka-angka itu adalah tambang emas infor­ masi, terutama bila dianalisis lebih lanjut dengan usia dan jenis kelamin. Jika tabulasi serupa dapat dilakukan di seluruh Asia-Pasifik, mereka akan menghasilkan harta karun bagi pemasar industri dan membantu mereka menargetkan anggaran lebih baik. Fakta data ini telah diangkat ke publik oleh Travel Impact Newswire yang dieditori oleh ­Imtiaz Muqbil. Disebutkan juga 10 kewarga­ negaraan wisman pengunjung Thailand dengan tingkat rata-rata pengeluaran terendah selama mereka berkunjung Januari-Desember di tahun 2013. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

31


Aksesibilitas Penerbangan

S

ekarang, tahun 2014, — di tengah maraknya kemudahan untuk memesan, membeli tiket, dan naik pesawat untuk pergi dari A ke B (dan C dan D dan kemu­ dian ke E jika Anda ingin)— dunia penerbangan komersial merayakan ulang tahun keseratus. Telah 100 tahun kegiatan penerbangan sipil komersial menghapus perbatasan peta dari pikiran kita dengan menghubungkan orang dan tempat-tempat melalui angkasa. Penerbangan komersial pertama terlaksana di Januari 1914. Sejak itu “Industri penerbangan cepat tumbuh dari sebuah pesawat tunggal, satu rute dan penumpang tunggal. Tahun 2014 ini kita akan menerbangkan 3,3 miliar orang,” kata Tony Tyler, Direktur Jenderal & CEO IATA (International Air Transport Association) pada pembukaan RUPS 2014 IATA baru-baru ini di Doha. “Sekarang penerbangan serasa darah kehi­ dupan dari ekonomi global. Industri ini men­ dukung lebih dari 58 juta pekerjaan dan $ 2.400.000.000.000 dalam kegiatan ekonomi tahunan. Ini menciptakan pekerjaan bagi para petani (contoh di Kenya) yang menjual bunga segar di pasar dunia. Ini memfasilitasi rantai pasokan global sehingga para pekerja di banyak negara dapat berkolaborasi untuk membangun komputer, mobil dan bahkan pesawat terbang. Aviation memberikan banyak barang-barang dunia nyata yang diperdagangkan di toko-toko virtual internet commerce. Sebagai katalis untuk pembangunan ekonomi dan sosial, penerbangan dan bisnis yang kami dukung telah menyebar ke­ makmuran dan mengangkat orang-orang yang tak terhitung jumlahnya dari kemiskinan. “ “Wujudnya menciptakan nilai yang lebih be­ sar. Terbang membawa orang bersama-sama keluarga, teman dan rekan bisnis. Ini membantu mempertemukan pikiran dan bertukar pikiran. Ini memberikan orang kebebasan untuk bisa berada hampir di mana saja hanya dalam tempo 24 jam. Itu telah mengubah planet yang besar dan indah ini menjadi satu dunia kecil yang kian indah dan malah memberikan berbagai kesempatan bagi kita manusia.” Begitulah dilukiskannya dalam kata-kata tentang peranan penerbangan sipil komersial. Tambhkan bendera suatu negara bangsa ke ­dalam campuran itu, maka makna ­penerbangan

32

Setelah Seabad Dunia Penerbangan Komersial

mengambil puncak tertinggi yang demikian penting dan membawa pelbagai dampak. Bagi maskapai penerbangan nasional, tugas membawa penumpang dan kargo membuat semua lebih berarti lagi ketika juga membawa bendera bangsanya. Terutama negara ‘muda’ yang aktif bekerja untuk membangun dan me­ nanamkan identitas negara dalam komunitas global, dan di langit global. Seperti Afrika Selatan, dia ambil sebagai con­ toh. Merayakan ulang tahun ke-20 demokrasi, pembawa warisan Afrika Selatan berupa South African Airways (SAA) telah menjadi ekspresi ­semangat dan tekad rakyat negaranya. Sadar akan hubungan yang kuat bahwa ­Afrika Selatan memiliki flag carrier, CEO yang baru dilantik pada perusahaan penerbangan itu, ­Monwabisi Kalawe, memastikan bahwa ketika masuk ke dalam pekerjaannya di situ pada pertengahan 2013, dia yakin akan peran penting SAA dalam kemajuan bangsanya. “Dewan SAA dan tim kepemimpinan telah membuat Strategi ‘Turnaround’ Jangka Panjang yang kami sebut ‘Menuju Altitude’. Strategi kami ialah menetapkan maskapai dengan mandat ganda. Bukan hanya memastikan SAA sebuah maskapai penerbangan yang sukses secara ko­ mersial, tapi juga memiliki mandat ganda dan mendukung Agenda Pembangunan Nasional Afrika Selatan melalui kontribusinya terhadap

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

perekonomian Afrika Selatan, belanja pegawai dan penciptaan lapangan kerja.“ Angka-angka berbicara sendiri. Kalawe me­ lanjutkan: “Kontribusi tahunan SAA terhadap produk domestik bruto negara (GDP), yang dihitung dalam Oxford Economics Study pada bulan Juni 2012, merupakan 0,3% dari PDB keseluruhan Afrika Selatan. Selanjutnya, SAA berkontribusi ekonomi melalui belanja pegawai, mendukung maju dan berkembang hub bisnis, membuka pintu peluang, memfasilitasi akses ke pasar global dan menyebarkan kekayaan. Selan­ jutnya SAA telah menciptakan 35.000 pekerjaan (langsung dan tidak langsung, melalui rantai pasokan kami) di Afsel dan tambahan 44.000 di bidang pariwisata.” Dan itu hanyalah dampak langsung. Dampak tidak langsung, efek ganda SAA pada berbagai sektor ekonomi, memperkuat betapa kuatnya Afrika Selatan, industri dan masa depannya yang memerlukan SAA. “Meskipun SAA memiliki banyak kekuatan, kelemahan kronis perlu ditangani sebagai hal yang mendesak, seperti budaya internal, ekuitas merek, dan kelangsungan hidup strategis dan komersial maskapai. Saya sangat percaya hari ini bahwa kita dapat membuat maskapai ini sekali lagi kebanggaan rakyat Afrika Selatan, di rumah dan di seluruh dunia. “. Itulah pelukisannya ten­ tang peran maskapai penerbangan.


Atas: Bandara Dubai, home-base maskapai penerbangan Emirates. Bandaranya sedang dalam proses menggeser pusat-pusat pergerakan penerbangan dunia, dengan rencana 7 landasan pacu. Sementara Emirates terus menambah armada modern, hingga kini telah mengoperasikan 217 pesawat berusia relatif baru dan tengah menambah terus jumlah armada dan rute-rutenya ke seluruh dunia.

Di Indonesia

Sore hari 26 Januari 1949, pesawat Dakota bernama RI 001 Seulawah di Birma, setelah menjalani perbaikan-perbaikan teknis, diberikan merek baru perusahaan penerbangan Indonesian Airways oleh para pembawanaya dari Tanah Air Indonesia. Hari itu pula mendapat satu tugas penerbangan bayaran untuk pertama kalinya. Tanggal 26 Januari 1949 itulah rupanya ­dipegang teguh oleh para pendiri penerbangan niaga Indonesia, sebagai hari lahirnya secara de fakto suatu kegiatan penerbangan niaga milik

bangsa Indonesia. Dari riwayat awal itu ber­ kembang hingga menjadi Garuda Indonesia ­dewasa ini. Dalam perjalanan kemudian, lahir BUMN lain Merpati Nusantara Airlines, kemu­ dian ­perusahaan swasta seperti Bouraq Airlines, ­Mandala Airlines, Sempati Air, dan seterusnya. Memang, secara de facto pula, hingga tahun 1998 hanya Garuda Indonesia yang menggu­ nakan pesawat jet, dan setelah itu semacam ­deregulasi membuka kesempatan bagi maskapai nasional lain menggunakan pesawat jet dalam armada masing-masing. Dan beberapa maskapai

penerbangan nasional yang baru pun lahir. Per akhir tahun 2013, tercatat anggota ­Perhimpunan Perusahaan Penerbangan ­Nasional Indonesia (INACA) berjumlah 14 maskapai pe­ ner­bangan berjadwal, dan 18 perusahaan pener­ bangan tak berjadwal. Ke bidang pariwisata, statistik menunjukkan bahwa wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia, sekitar 71% menggunakan angkutan udara. Sebenarnya hingga awal tahun 1980-an statistik juga yang menunjukkan bahwa sekitar 85–90% wisman masuk ke Indonesia ­melalui pintu-pintu masuk bandara internasional. Manakala pariwisata di Pulau Batam mengalami kemajuan dan menjadi destinasi wisata bagi wisman dari Singapura dan Malaysia, pening­ katan jumlah wisman yang masuk melalui pintu ‘pelabuhan laut (ferry)’ melonjak hingga menca­ pai antara 20–25% di antara keseluruhan jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia. Tapi pada periode sekarang dan tahun-tahun mendatang, peranan angkutan udara memasuk­ kan wisman ke Indonesia tampak semakin kuat dan kian diharapkan adanya. Penerbangan nasional komersial di Indonesia tahun 2014 ini berarti berusia 65 tahun. n

Pesawat Dakota RI-001 Seulawah yang dicatat sebagai cikal bakal armada penerbangan nasional komersial pertama di Indonesia, pertama kali terbang dalam urusan komersial justru ketika sedang berada di luar negeri untuk perbaikan teknis.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

33


Indi

Realisasi Wisman Berdasarkan Pasar Utama Mei 2014 vs 2013 No.

Pasar Utama

1 MALAYSIA 2 SINGAPURA 3 AUSTRALIA 4 RRT 5 JEPANG 6 KORSEL 7 INDIA 8 AS 9 INGGRIS 10 PERANCIS 11 TAIWAN 12 JERMAN 13 TIM-TENG 14 FILIPINA 15 BELANDA 16 RUSIA LAINNYA* GRAND TOTAL

2014

Mei

119,034 117,002 90,772 55,581 33,686 24,351 22,986 20,075 19,293 18,077 16,426 14,690 14,067 12,945 12,422 5,900 155,056 752,363

2013

115,899 108,160 75,031 52,632 35,073 22,322 18,734 17,884 17,360 15,507 15,790 12,333 9,600 12,320 10,529 5,463 156,071 700,708

(+/–)

Selisih

2.70% 3,135 8.17% 8,842 20.98% 15,741 5.60% 2,949 -3.95% -1,387 9.09% 2,029 22.70% 4,252 12.25% 2,191 11.13% 1,933 16.57% 2,570 4.03% 636 19.11% 2,357 46.53% 4,467 5.07% 625 17.98% 1,893 8.00% 437 -0.65% -1,015 7.37% 51,655 Sumber: BPS

Realisasi Wisman Berdasarkan Pasar Utama Januari–Mei 2014 No.

Pasar Utama

1 SINGAPURA 2 MALAYSIA 3 AUSTRALIA 4 RRT 5 JEPANG 6 KORSEL 7 INDIA 8 AS 9 INGGRIS 10 TAIWAN 11 PERANCIS 12 TIM-TENG 13 JERMAN 14 BELANDA 15 FILIPINA 16 RUSIA LAINNYA* GRAND TOTAL

2014 580,926 532,538 406,894 379,915 178,533 138,729 95,042 94,872 87,973 83,479 70,409 68,096 64,969 57,976 55,227 41,864 762,605 3,700,047

2013 503,916 485,049 351,791 301,322 184,025 128,112 81,675 85,286 80,653 83,002 64,134 44,791 57,303 51,164 50,482 45,929 766,250 3,364,884

(+/–)

Selisih

15.28% 9.79% 15.66% 26.08% -2.98% 8.29% 16.37% 11.24% 9.08% 0.57% 9.78% 52.03% 13.38% 13.31% 9.40% -8.85% -0.48% 9.96%

77,010 47,489 55,103 78,593 -5,492 10,617 13,367 9,586 7,320 477 6,275 23,305 7,666 6,812 4,745 -4,065 -3,645 335,163 Sumber: BPS

Kunjungan Wisman ke Indonesia 2011 – 2014 900,000 850,000 800,000 750,000

2014

700,000

2013

650,000

2012 2011

600,000 550,000 500,000

2014 2013 2012 2011

Jan

Feb

Mar

Apr

JAN 753.079 614.328 652.692 548.821

FEB 702.666 678.415 592.502 568.057

MAR 765.607 725.316 658.602 598.068

APR 726.332 646.117 626.100 608.093

Mei

Jun

Jul

Agt

Sep

Okt

Nov

Des

MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES 752.363 700.708 789.594 717.784 771.009 770.878 719.903 807.422 860.655 650.883 695.531 701.200 634.194 683.584 688.341 693.867 766.966 600.191 674.402 745.451 621.084 650.071 656.006 654.948 724.539

TOTAL 3.700.047 8.802.129 8.044.462 7.649.731 Sumber: BPS

34

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014


kator

Kunjungan Wisman berdasarkan 19 Pintu Masuk Mei 2014 No.

Pintu Masuk

1 Bali 2 Jakarta 3 Batam 4 Tanjung Uban 5 Surabaya 6 Medan 7 Bandung 8 Tanjung Balai Karimun 9 Yogyakarta 10 Tanjung Pinang 11 Lombok. NTB 12 Tanjung Priok 13 Padang 14 Pekanbaru 15 Entikong. Pontianak 16 Surakarta 17 Manado 18 Makassar 19 Balikpapan Pintu Lainnya Total Wisman

2014

2013

(+/-) %

285.965 184.534 115.323 22.204 20.299 19.781 14.588 8.731 8.679 8.041 6.499 5.594 4.573 2.502 1.785 1.692 1.365 1.124 1.074 38.010 752.363

244.874 16,78% 179.737 2,67% 109.335 5,48% 23.729 -6,43% 18.128 11,98% 20.659 -4,25% 17.968 -18,81% 8.604 1,48% 7.044 23,21% 7.921 1,51% 2.434 167,01% 5.256 6,43% 4.142 10,41% 2.124 17,80% 2.009 -11,15% 2.015 -16,03% 1.693 -19,37% 1.655 -32,08% 1.410 -23,83% 39.971 -4,91% 700.708 7,37%

Selisih 41.091 4.797 5.988 -1.525 2.171 -878 -3.380 127 1.635 120 4.065 338 431 378 -224 -323 -328 -531 -336 -1.961 51.655 Sumber: BPS

Kunjungan Wisman menurut 19 Pintu Masuk Januari–Mei 2014 No.

Pintu Masuk

2014

1 Bali 1.380.360 2 Jakarta 927.526 3 Batam 565.770 4 Tanjung Uban 127.319 5 Surabaya 91.566 6 Medan 91.039 7 Bandung 80.358 8 Tanjung Balai Karimun 42.014 9 Tanjung Pinang 39.693 10 Yogyakarta 39.469 11 Tanjung Priok 29.906 12 Lombok, NTB 27.866 13 Padang 21.202 14 Pekanbaru 11.055 15 Entikong, Pontianak 8.058 16 Manado 6.557 17 Makassar 6.444 18 Balikpapan 5.476 19 Surakarta 5.412 Pintu Lainnya 192.957 Total Wisman 3.700.047

2013

(+/-) %

1.197.830 15,24% 870.418 6,56% 517.399 9,35% 126.337 0,78% 88.502 3,46% 84.426 7,83% 74.382 8,03% 43.978 -4,47% 39.168 1,34% 29.757 32,64% 28.505 4,91% 9.787 184,72% 17.661 20,05% 9.358 18,13% 9.367 -13,97% 7.811 -16,05% 6.201 3,92% 7.282 -24,80% 6.785 -20,24% 189.930 1,59% 3.364.884 9,96%

Selisih 182.530 57.108 48.371 982 3.064 6.613 5.976 -1.964 525 9.712 1.401 18.079 3.541 1.697 -1.309 -1.254 243 -1.806 -1.373 3.027 335.163

Realisasi Wisman Bulanan Januari–Mei 2014 Bulan JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JAN–MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER TOTAL

2014

2013

+/–

753.079 614.328 22,59% 702.666 678.415 3,57% 765.607 725.316 5,55% 726.332 646.117 12,41% 752.363 700.708 7,37% 3.700.047 3.364.884 9,96% 789.594 717.784 771.009 770.878 719.903 807.422 860.655 8.802.129

Selisih 138.751 24.251 40.291 80.215 51.655 335.163

Sumber: BPS

Sumber: BPS

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 55 n Juli 2014

35


Selamat Hari Raya

1435 H Mohon maaf, lahir batin

36

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n

Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata u Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jalan Medan Merdeka Barat No. 17, Jakarta u Telp. 021-3838220 u Fax. 021-3208612 Website: www.indonesia.travel u Email: kncn@indonesia.travel No. 55 n Juli 2014


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.