Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi September 2014

Page 1

Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014 Vol. 5 n No. 57 n September 2014

Tim Baru Koordinasi Kepariwisataan

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014

1


P

antai dan ombak pinggir laut di Bali itu, khususnya lagi seperti di salah satu bagian pantai Kuta ini, memang indah dipandang. Apalagi hampir seluruh pantai yang menjadi kawasan-kawasan wisatawan suka berkumpul, kerapihan telah dibangun. Daearah-daerah lain yang ingin rapi dan menyenangkan bagi wisatawan tentu memerlukan investor. Juga dari anggaran pemerintah sendiri. Pantai Losari di kota Makassar kini bisa dijadikan contoh juga.

Pengarah: Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Isi Nomor ini

Penanggungjawab: Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Wakil Penanggungjawab: Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata Penerbit/Pemimpin Redaksi: Arifin Hutabarat Dewan Redaksi: Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri; Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri; Direktur Konvensi, Insentive, Even dan Wisata Minat Khusus; Direktur Pencitraan Indonesia; T. Burhanuddin; Wisnu B. Sulaiman. Reporter: Benito Lopulalan Alamat: Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jl. Medan Merdeka Barat No.17, Lantai 3 Jakarta 10110 Telp : 021 383 8220 Fax : 021 380 8612, Email : jurnal@indonesia.travel Jika Anda mem足 punyai infomasi dan pendapat untuk Newsletter ini, 足silakan kirim ke alamat di atas.

2

Tim Baru Koordinasi Kepariwisataan

4

Semarang Jangan Ketinggalan, Daerah Lain Boleh Melirik

8

Daerah, Petik dan Kembangkanlah Setiap Hasilnya

12

Kita Longok Mulai dari Vietnam

14

Tur dan Makan Siang di Tengah Taman

18

www.newsletter-pariwisataindonesia.com

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014


Editorial

Target, Visa dan Peluang Besar Wisata Muslim

S

Menteri Mari Elka Pangestu

emakin jelas meyakinkan bahwa target jumlah kunjungan wisman tahun 2014 akan bisa tercapai dan mungkin terlampaui. Dengan kenaikan kumu­ latif selama delapan bulan ini stabil, maka diproyeksikan akhir 2014 jumlah kunjungan wisman ke ­Indonesia akan mencapai sekitar 9,3 juta hingga 9,5 juta wisman atau sesuai target yang ditetapkan, sedangkan perolehan devisa pariwisata tahun ini diproyeksikan sekitar US$ 11 miliar atau tumbuh 10,7% dibandingkan tahun lalu. Jumlah wisman ke Indonesia periode ­Januari–Agustus 2014 telah mencapai seba­ nyak 6.155.553 wisman, terjadi pertumbuhan 9,08% dibandingkan jumlah pada periode yang sama tahun lalu sebanyak 5.643.271 wisman. Sementara itu Indonesia mengajak anggota APEC untuk fokus dalam melaksanakan program Travel Facilitation. Di Indonesia sendiri fasilitasi bebas visa saat ini ada 65 negara yang bisa memperoleh VoA dan 15 negara bebas visa, immigration on board untuk beberapa rute pe­ nerbangan Garuda yaitu dari Tokyo (Narita) ke Jakarta dan Denpasar, Osaka ke Denpasar,

Wakil Menteri Sapta Nirwandar

S­ ydney ke Jakarta dan Denpasar, Incheon ke ­Jakarta dan Shianghai ke Jakarta, serta kerja sama Garuda dengan Sky Team dalam rangka mendukung konektivitas perjalanan. Di lain perkembangan, Pasar Wisata Islam Dunia (WITM, World Islamic Tourism Mart) dari Malaysia akan digabungkan dengan Indonesia Travel Fair and Holiday untuk dilaksanakan di Jakarta pada 24–26 Oktober 2014 ini. Even dengan tajuk WITM ASIA-ITHF 2014, itu mendorong pelaku industri perjalanan dan pariwisata dari Indonesia agar berpartisipasi dan mengambil kesempatan untuk memba­ ngun dan meluaskan jaringan dengan pembeli dari luar negeri demi membawa ke Indonesia lebih ­banyak turis asing terutama dari negaranegara Islam. Didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan Malaysia dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, selain merupakan Trade Mart, juga untuk konsumen mendapatkan penawaran wisata dan harga terbaik. Dan, ada Konferensi Internasional ­dengan tema, Timbulnya Kecenderungan Pariwisata ­Islam, di Sektor Travel dan Perhotelan. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014

3


Utama

Tim Baru Koordinasi

P

residen menerbitkan Peratur­ an Presiden 64/2014 tanggal 3 Juli 2014 tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan Kepariwisataan. Apa saja yang diatur dengan Perpres itu? Pasti semua kalangan ingin memahami sepenuhnya. Maklumlah, koordinasi yang efektif semakin dibutuhkan oleh dunia pariwisata di Indonesia, ­sehingga dengan koordinasi yang lancar antar­ instansi akan melancarkan pula ke­ giatan masyarakat di bidang kepariwisataan. Peraturan Presiden No. 64 Tahun 2014 yang merupakan amanat dari UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Beberapa aturan dasar dalam Perpres tersebut dapat diikuti sebagai berikut.

Ketentuan umum: Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antarawisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemda dan pengusaha. Koordinasi adalah upaya yang dilaksanakan Pemerintah guna mencapai keselarasan, keserasian, keterpaduan baik perencanaan maupun ­pelaksanaan tugas serta kegiatan agar tercapai hasil guna dan daya guna yang sebesar­besarnya. Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan Kepariwisataan yang selanjutnya disebut Koordinasi Strategis Lintas Sektor adalah upaya strategis yang dilaksanakan Pemerintah guna mencapai keselarasan, keserasian, ke­ terpaduan baik perencanaan maupun pelaksanaan tugas serta kegiatan pada tataran kebijakan, program, dan kegiat­

4

Perlu meningkatkan kualitas prasarana di pelabuhan laut yang besar maupun kecil, yang berpotensi pariwisata.

an penyelenggaraan kepariwisataan. Tim Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraaan Kepariwisataan yang selanjutnya disebut Tim Koordinasi Kepariwisataan adalah Tim yang dibentuk oleh Presiden dalam menjalankan koordinasi strategis lintas sektor kepariwisataan. Tim Pelaksana Harian adalah Tim yang dibentuk oleh Menteri Parekraf dalam rangka membantu tugas Tim Koordinasi Kepariwisataan.

Tim Koordinasi Kepariwisataan: Pemerintah melakukan Koordinasi Strategis Lintas Sektor pada tataran kebijakan, program, dan kegiatan dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014

kepariwisataan. Untuk kelancaran pelaksanaan Koordinasi Strategis Lintas ­Sektor, maka dibentuk Tim Koordinasi Kepariwisata­an.

Susunan keanggotaan Tim Koordinasi Kepariwisataan: Ketua: Wakil Presiden, Wakil Ketua: Menko Perekonomian, Ketua Harian: Menteri Parekraf, Sekretaris: Sekjen Kemenparekraf Anggota: Menlu, Mendagri, Menhuk­ ham, Menkeu, Menpendikbud, Menkes, Men PU, Menhub, Menhut, Men Kelautan Perikanan, Men Kominfo, Kepala BKPM dan Kapolri. Tim Koordinasi Kepariwisataan bertanggung jawab kepada Presiden.


Kepariwisataan

Membangun prasarana jalan menuju dan di lingkungan destinasi pariwisata.

Tugas Tim Koordinasi Kepariwisataan:

kepentingan lainnya apabila diperlukan.

a. Mengoordinasikan kebijakan, program, dan kegiatan untuk mendukung kepariwisataan; b. Melakukan sinergi melalui sinkronisasi, harmonisasi, dan integrasi program-program penyelenggaraan kepariwisataan; c. Menetapkan langlah-langkah stra­ tegis untuk mengatasi hambatanhambatan dalam pelaksanaan kepa­ riwi­sataan; dan d. Mengoordinasikan perencanaan, pe­ laksanaan, pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kepariwisataan. Ketua Tim Koordinasi dapat meng­ ikutsertakan kementerian/lembaga dan atau unsur masyarakat dan pemangku

Tim Koordinasi Kepariwisataan (TKK) dibantu oleh Tim Pelaksana Harian (TPH). TPH ditetapkan oleh Menparekraf. Susunan keanggotaan TPH beranggotalan masing-masing pejabat eselon I atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan kewenangannya dari menteri/ kepala yang menjadi anggota TKK. Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas TPH dibentuk sekretariat yang bertugas memberikan dukungan teknis dan adminisratif kepada TPH. Ketua Sekretariat bertanggung jawab kepada Ketua Pelaksana Harian. Sekretariat ditetapkan oleh Menteri.

Tata Kerja dan Mekanisme Koordinasi: TKK mengadakan rapat koordinasi sedikitnya 2 kali setahun, dipimpin oleh Ketua TKK. TPH mengadakan rapat koordinasi sedikitnya 4 kali setahun dipimpin oleh Ketua TPH. Hasil rapatnya di­ sampaikan kepada TKK. Jika terdapat permasalahan, TPH menyampaikan ke TKK untuk mendapat keputusan.

Mekanisme Koordinasi Strategis Lintas Sektor dilakukan berdasarkan prinsip: a. Saling menghormati dengan memperhatikan etika sesuai dengan bidang tugas;

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014

5


Utama

Proses apli­kasi visa dan visa saat kedatangan (visa on arrival), dan proses imigrasi di ketibaan dapat berjalan dengan cepat dan nyaman tapi tetap aman, merupakan tantangan utama yang diha­dapi oleh Indonesia dalam bidang koordinasi strategis lintas sektor.

b. Ketepatan dan kecepatan dalam pe­ laksanaan koordinasi; dan c. Kemitraan antar kementerian/lembaga.

Hubungan Koordinasi: Hubungan kerja TKK bersifat koordinatif dan konsultatif dalam rangka sinkronisasi, harmonisasi, dan integrasi kebijakan dan program masing-masing kementerian/lembaga dalam penyelenggaraan kepariwisataan. Pendanaan pelaksanaan tugas TKK dibebankan pada APBN. Diundangkan tanggal 4-7-2014 oleh Menhukham.

Mulai Terperinci

Rapat koordinasi pertama Tim Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelengaraan Kepariwisataan (Tim Koordinasi) dilaksanakan awal Oktober 2014, dipimpin ketuanya, Wakil Presiden. (PI edisi ini diterbitkan ­Oktober, sehingga sempat mengutip hasil dari

6

rapat tersebut). Wapres Boediono menyatakan “Pariwisata adalah sektor yang penting dan mudah dapat menghasilkan devisa dibanding dengan banyak sektor lain, dan banyak negara berhasil memperoleh devisa dari pariwisata. Bagi Indonesia pariwisata sudah menghasilkan devisa $10 miliar, namun masih dapat ditingkatkan potensinya. Maka seperti yang dilakukan banyak negara lain, diharapkan Tim Koordinasi dapat melakukan koordinasi dari aspek kebijakan, pembangunan destinasi wisata yang bersaing, aksesibilitas ke tempat wisata, dan promosi Indonesia yang menyeluruh dan berkelanjutan.” Rapat koordinasi pertama ini membahas dasar dan tujuan dari koordinasi agar potensi kepariwisataan dapat dioptimalkan. Rakor juga membahas tata kerja dan mekanisme koordinasi dari Tim termasuk dukungan dari keberadaan suatu sekretariat yang akan berada di Kementerian Pariwisata dan

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014

Ekonomi Kreatif. Hubungan koordinasi dari arah dan kebijakan program kepariwisataan diharapkan juga dapat diterjemahkan ke dalam kebersamaan dan koordinasi yang baik dalam mengelola program dan alokasi anggaran yang diperlukan. Adapun bidang koordinasi strategis lintas sektor yang diusulkan terkait dengan tantangan utama yang diha­ dapi oleh Indonesia berdasarkan skor rendah di dalam index daya saing pariwisata dan perjalanan (Travel and Tourism Competitiveness Index, World Economic Forum). Indonesia berada pada peringkat 70 dari 140 negara de­ ngan skor rendah untuk infrastruktur, konektivitas dan kebersihan dan kese­ hatan. Selain itu aspek pelayanan pe­ ngunjung saat tiba dan aspek keamanan dan ketertiban juga perlu diperbaiki. Sehingga diusulkan beberapa isu untuk dikoordinasikan: 1. Pelayanan Kebapeanan, Keimigrasian dan Karantina (CIQ) agar penga­


Peningkatan kualitas sarana bandara.

laman perjalanan nyaman, cepat, dan efisien tanpa mengabaikan keamanan atau hal-hal yang perlu diatur. Antara lain yang diperlukan agar proses apli­ kasi visa dan visa saat kedatangan (visa on arrival), dan proses imigrasi di ketibaan dapat berjalan dengan cepat dan nyaman tapi tetap aman. Juga mempertimbangkan kemudahan untuk jenis kunjungan tertentu (long stay untuk kesehatan atau wisata lansia) dan jenis traveler tertentu (bisnis, fre­ quent traveller). Untuk Kepabeanan di luar proses clearance barang bagi orang yang melakukan perjalanan, juga untuk barang masuk keluar dalam kaitan ­dengan pariwisata misalnya untuk MICE, Yacht dan Cruise. 2. Keamanan dan Ketertiban mencakup 1) koordinasi kebijakan dan pelayanan pengamanan di lingkungan objek vital pariwisata nasional dan dae­rah; 2) penetapan standar keamanan dan ketertiban serta pengawasan perjalanan; 3) pemberian informasi menge­nai kon-

disi destinasi pariwisata yang kondusif dan aman untuk dikunjungi dengan memberikan peringatan dini terhadap adanya suatu bencana; serta 4) peningkatan peran Polisi Pariwisata. 3. Bidang Prasarana Umum menca­ kup 1) prasarana jalan menuju dan di lingkungan destinasi pariwisata; 2) air bersih untuk fasilitas umum dan fasilitas pariwisata di destinasi pariwisata; 3) listrik untuk fasilitas umum dan fasilitas pariwisata di destinasi pariwisata; 4) sarana telekomunikasi untuk fasilitas umum dan fasilitas pariwisata di destinasi pariwisata; serta 5) sistem dan pengelolaan pembuangan air kotor, sampah, dan sanitasi. 4. Transportasi dan konektivitas mencakup 1) peningkatan jalur dan frekuensi penerbangan maskapai ­asing dan maskapai nasional dari sumber utama pasar wisatawan mancanegara; 2) peningkatan kualitas sarana bandara, terminal bus, stasiun kereta api, dan pelabuhan laut yang memenuhi

International Ship and Port Security Code (ISPS Code); 3) peningkatan kenyamanan sarana transportasi; 4) keterpaduan moda transportasi; 5) ketersediaan pelayanan transportasi perintis; dan 6) ketersediaan rambu/petunjuk perjalanan menuju daya tarik wisata dan destinasi pariwisata. 5. Promosi Indonesia bersama-­sama (Nation Branding, TTI—Tourism, Trade and Investment) dengan pemerintah daerah dan melibatkan stake­ holders terkait sehingga dapat dilakukan promosi Indonesia secara holistik dan untuk pariwisata, pentingnya Bali and Beyond. 6. Pembangunan Kawasan ­Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang membutuhkan dukungan lintas sektor dalam perencananaan, pembangunan, pengelolaan dan berkelanjutan. Untuk periode 2015–2019 Kemenparekraf telah merencanakan pengembangan di 25 KSPN dari 88 KSPN yang harusnya dikembangkan pada 2025 (Mandat PP no. 50/2011) 7. Diusulkan koordinasi untuk beberapa wisata tematik dan minat khusus seperti wisata kesehatan dan kebugaran, termasuk ‘silver hair tourism’ untuk lansia; wisata religi; wisata spiritual, wisata alam dan ekowisata yang imbang antara unsur memanfaatkan dan konservasi; dan wisata adventure. 8. Usulan lain terkait dengan pen­ tingnya kebersihan dan kesehatan termasuk adanya standar untuk toilet umum, dan agar aspek keberlanjutan diperhatikan termasuk pengelolaan sampah dan destinasi wisata agar tidak merusak lingkungan. Sebagai Ketua Harian Tim Koordinasi, Menparekraf Mari Pangestu, mengatakan “Potensi pariwisata Indonesia masih belum sepenuhnya dapat teroptimalkan, maka koordinasi dan komitmen politis tingkat tinggi diperlukan agar potensinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat terealisasi dengan baik dan berkelan­ jutan”. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014

7


Pemasaran Destinasi

Semarang Jangan Ketinggalan,

Daerah Lain Boleh Melirik

D

i Semarang, lalu lintasnya juga bisa macet tapi tidak ‘terhenti’ seperti di Jakarta yang sangat membuat stress itu. Jarak destinasi wisata di Semarang satu sama lain relatif dekat. Atraksi utama­nya adalah ancient buildings ter­ utama bagi wisman. Bagi wisnus tampaknya itu masih kurang menarik. Padahal gedung-gedung tua membuka mata dan telinga pada proses sejarah. Nyatanya memang gedung-gedung tua ada yang terawat dan yang tidak. ­Misalnya bangunan Dibya Puri, sebuah hotel terkenal pada zaman Belanda namun sudah tidak beroperasi lagi sejak 2–3 tahun lalu dan bangunannya tampak dibiarkan sampai sekarang. Itu semua tergantung dari pemerintahnya. Bangunan-bangunan tersebut sebaik­ nya tidak dirobohkan. Kenyataannya, masih ada pemimpin yang kurang peduli dengan masa lalu, bangunanbangunan tua tersebut mau diganti ya diganti saja. Bangunan-bangunan tua yang dirawat dan dipertahankan pemiliknya ada yang dimanfaatkan sebagai restoran, toko, atau perkantoran seperti Toko Oen dan Restoran Ikan Bakar Cianjur; Kantor Pos Besar Semarang, kantor cabang Bank Mandiri, kantor cabang PT Pelni, dan lain-lain. Gedung Stasiun Tawang semakin hari tampak semakin cantik karena terus dibenahi. Belum ada tanda-tanda apakah rel kereta di stasiun ini akan diangkat atau dibongkar seperti rencana awalnya. Kawasan kota lama berpusat di Gereja Blendug. Gereja ini dibangun tahun

8

Ibukota Jateng sudah dihubungkan penerbangan langsung luar negeri, Singapura dan Kuala Lumpur. Maka segenap pemangku kepentingan pariwisata mestinya ‘memproduktifkan’ dengan kecepatan tinggi, dengan merangkul operator penerbangan ­untuk secepatnya menarik lebih banyak wisman.Terlalu sayang bila peluang itu terabaikan.Selain wisnus tentunya.Bagaimana kondisinya sekarang? Kita rangkum fakta dan pendapat mutakhir dari Kota Semarang. 1700. Semua furnitur di dalamnya masih asli nyaris tak ada perubahan. Gedung gereja yang dikonservasi pada tahun 2011 kini sudah hidup kembali. Taman Srigunting di sisi kirinya pun kini lebih terawat. Gereja Blenduk le­ bih percaya diri menjadi landmark kota lama Semarang yang berjarak sekitar lima menit dari pusat kota. Tidak jauh dari sana, Mesjid Agung Kauman dan Pasar Johar masih berdiri. Mesjid Agung Kauman diarsiteki oleh orang Belanda dan dibangun oleh bupati pertama Semarang, yakni Kyai Mas Tumenggung Adipati Surokandisinan Pandanaran I pada tahun 1751. Dari luar bangunan Mesjid Agung Kauman tampak seperti mesjid-mesjid lainnya. Agak sulit melihat bentuk ba­ngunan mesjid yang menyerupai bangun­an Mesjid Demak seperti yang digambarkan oleh pengurus mesjid dalam keriuhan suasana pasar di sekitarnya.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014

Sebelum Mesjid Agung Jawa Tengah (MAJT) dibangun, mesjid ini menjadi yang terbesar di Kota Semarang. MAJT dibangun oleh Pemprov Jateng, waktu itu dipimpin oleh Gubernur Mardianto. Kompleks mesjid terpadu yang kini menjadi salah satu tujuan wisata berdiri di atas tanah wakaf Mesjid Agung Kauman. Arsitekturnya meniru Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah. Payungpayung elektronik besar dioperasikan secara otomatis. Mesjid ini cukup menarik terutama bagi wisnus. Sedangkan Pasar Johar yang berdekat­ an dengan Mesjid Agung Kauman terlihat seperti pasar-pasar tradisional lain. Jika pelancong/wisatawan tidak memasukinya dan tidak didampingi oleh pemandu yang paham betul sejarah kota Semarang, nyaris tak ada yang spesial dari pasar ini. Meskipun Klenteng Sampokong berada di luar kawasan kota lama, tetap saja menjadi obyek yang banyak dikunjungi baik oleh wisnus maupun wisman. Patung Cheng Ho di halaman klenteng mengabarkan salah seorang laksamana besar dari Tiongkok itu pernah mendarat di Semarang. Dua ba­ngunan klenteng asli yang tidak terlalu besar tetap dipertahankan dan ba­ ngunan lainnya merupakan bangunan baru atau tambahan. Selain itu, di sini ada sebuah makam yang diyakini adalah makam Kyai Jangkar, juru kemudi kapal yang dipimpin oleh Cheng Ho. Setelah direnovasi, klenteng yang fungsi utamanya adalah tempat ibadah terlihat lebih tertata. Pengunjung wisman dan wisnus bukan hanya yang


Kiri: kawasan pergudangan di kawasan kota lama di belakang Gereja Blenduk. Kanan: gedung tua yang dipakai untuk perkantoran.

menganut kepercayaan Budha atau Konghucu tapi juga dari kepercayaan lain. Ini adalah klenteng unik hasil akulturasi Konghucu, Budha dan ­Islam. Untuk melihat keunikannya, pengunjung ditarik tiket masuk sebesar Rp 10 ribu per orang untuk domestik dan lokal serta Rp 15 ribu per orang untuk asing. Agar dapat memasuki hingga ke dalam kuil pengunjung akan dikenakan lagi Rp 15 ribu per orang. Klenteng dan kuil bisa ditemui di hampir setiap sudut kota. Di china town Semarang di belakang pasar Johar, kuil-kuil dan klenteng lebih kecil bisa ditemui setiap 50 meter. Etnis Tiong­ hoa diperkirakan hampir sepertiga dari jumlah penduduk kota. Beberapa lorong jalan kecil di kawasan ini pada hari-hari tertentu ditutup bagi kenda­ raan. Itulah saat ketika Pasar Semawis digelar, di mana pengunjung bisa menemukan dan merasakan aneka kue tradisional dan kuliner khas Semarang. Keramaian pasar ini terutama selama bulan puasa dan menjelang Imlek. Lawang Sewu, salah satu ikon Kota Semarang, selesai dipugar pada 5 Juli 2011. Sejak itu, pemda terus berupaya meningkatkan koordinasi kegiatan dan promosi di Lawang Sewu sebagai obyek wisata. Beberapa ruang di dalam gedung Wilhelmina Plain—sebutannya pada zaman Belanda—dan bebe­ rapa bangunan di dalam kompleksnya, kini difungsikan menjadi ruang pamer,

kegiatan seminar, pergelaran seni, perkantoran, dan berbagai kegiatan kreatif lainnya. Festival Kuliner Jateng pada Desember 2011 sebagai pemulanya. Dan menelusuri penjara bawah tanahnya yang gelap dan selalu digenangi air setinggi lutut menjadi daya tarik lainnya. Tugu Muda berdiri tegak di depan Lawang Sewu. Ternyata, tugu itu tidak dibangun di lokasinya sekarang pada mulanya. Bentuk tugu masih tetap dipertahankan saat pemindahan lokasi dilakukan sebagai penanda sejarah pertempuran sengit yang pernah terjadi di sana. Pemindahan posisi tugu di­ resmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1950-an. Luas kota lama Semarang ­sekitar 2 hektar. Pavingisasi di kawasan kota lama dibantu dana dari APBN. ­Pavingisasi terkait dengan rencana konsep kota lama menjadi kawasan bebas kendaraan. Semua kendaraan diparkir di luar kawasan. Rencana itu digagas oleh Yayasan Kota Lama dan Pemkot Semarang. Kawasan ini akan menjadi pusat suvenir, kerajinan dan kuliner. Wisatawan datang dengan berjalan kaki tanpa polusi sehingga akan merasa nyaman. Sayangnya, rencana tersebut belum bisa direalisasikan. Wisman yang datang ke Semarang biasanya akan diajak ke Sampokong, Lawang Sewu, Gereja Blendug, ke pabrik dan museum jamu, Jamu Jago

atau Museum Jamu Nyonya Meneer di Kaligawe. Di pabrik dan museum jamu wisatawan akan diperlihatkan proses pembuatan dan mencicipinya. Rata-rata wisman hanya berwisata sehari (one-day city tour) di kota, lalu dilanjutkan ke Bandungan, Gedung Songo, Dieng, Borobudur dan lainlain. Candi Borobudur berjarak 70 km dari Semarang dan bisa ditempuh sekitar 2 jam perjalanan darat. Ke Bandungan, masih di sekitar Semarang, jaraknya 25 km dan ke Dieng membutuhkan waktu 3 jam perjalanan darat. Wisman yang ke Dieng atau Wonosobo biasanya akan bermalam untuk menikmati matahari terbit. Banjir rob masih menjadi momok di bagian utara kota, terutama di kawasan kota lama. Laut Jawa hanya terpaut 2 km dari kawasan kota lama Semarang. Polder dan pompa air di depan Stasiun Tawang, sebagai tempat menampung air dari drainase-drainase di kawasan kota lama, dimaksimalkan fungsinya kini. Penerangan umum juga mulai menerangi kawasan di sekitar polder sehingga jauh dari kesan kumuh seperti sebelumnya.

Bisnis Pariwisata

Tempatnya di Lawang Sewu. Jadi, sekaligus hendak mengangkat citra Lawang Sewu selain sebagai salah satu daya tarik wisata, merupakan ikon Jateng, khususnya Semarang. Bangunan­nya

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014

9


Pemasaran Destinasi serba bersejarah.Bersamaan itu dipadu dengan pameran industri kreatif. Nah, memasuki wacana ­bagaimana menggerakkan bisnis pariwisata di Semarang khususnya dan Jateng ­umumnya, tibalah pada fakta-fakta yang diungkapkan di sini. Di Semarang dan sekitarnya banyak program wisata murah meriah. Selama ini nyaris tidak pernah terdengar keluhan, mencerminkan Semarang cukup kondusif bagi wisatawan terutama wisman Belanda yang merasa seperti pulang kampung untuk bernostalgia. Tujuan utama wisman di Semarang: Sampokong dan kota lama. Selain itu, Bandungan di Kabupaten Semarang yang berhawa sejuk menjadi lokasi favorit akomodasi seperti resor. Di sana wisatawan bisa mengunjungi museum lokomotif dan kompleks candi di puncak gunung, Kedungsongo. Untuk urusan perut dan rasa, wisman bisa diajak makan bandeng presto, wingko, tahu pong, dan mi kopyok. Di Ungaran diajak mencicipi tahu ­ungaran dan torakur (tomat rasa kurma). Sete­ lah selesai program di Semarang, ditawarkan beberapa opsi: melanjutkan perjalanan ke Salatiga, Solo, ­Ambarawa, Magelang hingga Yogyakarta. Agen-agen di Semarang yang fokus pada inbound business terus mencari, pun agen-agen outbound di luar negeri sebenarnya sudah mengenal destinasi dan terus mencari partner. ­Perbandingannya kira-kira 70% agen Indonesia mencari wisman dan 30% wisman mencari travel agent/operator. Menurut salah seorang biro perjalanan, destinasi Jateng masih harus lebih giat berpromosi. Contoh, Candi Borobudur lebih dikenal sebagai ikon pariwisata Yogya sebab jaraknya hanya 1 jam, dari Semarang jaraknya 2 jam. Padahal banyak stop over bisa dikunjungi selama perjalanan Semarang-

10

Atas : Toko dan Restoran di kota lama. Bawah : roti jadul dari toko roti dan kue jadul.

Borobudur, antara lain: Ungaran, Ambarawa, Muntilan, dan lain-lain. Jateng pun mempunyai obyek-obyek wisata religi terlengkap di Indonesia. Selain wali songo bagi umat muslim, ada goa-goa dipercaya menjadi tempat penampakan Bunda Maria, diantara­ nya Goa Sendang Sono di Ambarawa, Goa Sriningsih, dan Goa Rosamari. Candi-candi peninggalan budaya Hindu dan Budha betebaran juga klenteng dan kuil. Potensi wisata di Jateng relatif bisa mengakomodasi berbagai macam kebutuhan wisatawan, dari segi umur, minat dan sebagainya. Bagi kaum muda, bisa diarahkan menikmati wisata bahari di Karimun Jawa dan Nusa Kambangan. Adapun wisata cruise ship, ­sementara ini belum bisa dipisahkan antara pelabuhan penumpang dan pelabuhan khusus kapal pesiar serta aksesnya baru tersedia di pelabuhan Tanjung Mas. Pertumbuhan kedatangan kapal pesiar dan jumlah pelancong yang menjalani ekskursi pasca Bom Bali dan pe­ ristiwa 1998 belum seramai kunjungan

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014

di era 1980-an hingga awal 1990-an. Yang menggembirakan, frekuensi kedatangannya saat ini menunjukkan tren positif dan pengakuan dunia terhadap Candi Borobudur turut pula menunjangnya. Pemda masih berusaha mengembalikan Kota Semarang seperti orang Belanda menjulukinya, ‘Venesia van Java’. Program-program pendukungnya antara lain pembersihan sungai yang membelah kota dan pembangunan kanal yang juga berfungsi mengendalikan banjir. Airasia mulai beroperasi ke Semarang dari Singapura dan Kuala Lumpur sejak Maret 2012. Ini harus di­ tindaklanjuti oleh pemda, industri pariwisata, dan retailer setempat lebih mempromosikan Semarang dan Jateng umumnya. Sudah tentu diperlukan kreatifitas menciptakan paket-paket misalnya mengkombinasikan menggunakan bis dan naik becak di dalam paket city tour, penawaran paket all-in tiket pesawat dan akomodasi dengan harga khusus pada saat perhelatan Festival Pandanaran dan Semarang Great Sale, dan sebagainya. Apa pun itu, saatnya kini menggalang pemda dan industri setempat, bersama operator penerbangan, untuk secara langsung ‘menjual produk wisata unik’ ke pasar yang cocok. Malaysia, Singapura, Jepang, Belanda, Jerman, tampaknya merupakan pasar potensial bagi Semarang dan Jateng. n


Ringkas

Tahun 2013 TIME di Padang

Neraca Wisman-Wisnas Positif Jumlah wisnas atau wisatawan nasional yaitu warganegara Indonesia bepergian ke luarnegeri alias outbound travel ternyata juga meningkat terus tahun demi tahun sejalan dengan me­ ningkatnya jumlah wisman masuk ke Indonsia. Tapi syukurnya jumlah wisman tetap lebih tinggi sehingga neraca yang masuk dan keluar tetap positif, jumlah wisman selalu lebih banyak di atas jumlah wisnas. Tahun 2011 tercatat masuk 7,997 juta wisman sedangkan wisnas 6,255 juta. Tahun 2012 ada 8,324 juta wisman, dan wisnas 6,771 juta. Tahun 2013 wisman 9,119 juta sedangkan wisnas 7,675 juta. Statistik menunjukkan bahwa angka sementara selama semester I 2014 jumlah wisman 4,630 juta ketika wisnas berjumlah 3,544 juta.

Maluku Utara ‘Melompat’ Tahun 2011 ke Maluku Utara tercatat wisatawan berkunjung 5.945 lalu meningkat menjadi 15.500 tahun 2012 dan tahun 2013 menjadi 37.186 wisatawan. Jadi, bergerak cepat, bukan? Menandakan konsistensi dari kegiatan promosinya telah membuahkan hasil yang cukup besar. Selanjutnya, dari selama ini kegiatan promosi banyak dilaksanakan berupa even di Maluku Utara, mulai Oktober 2014 promosinya diajak oleh Kemenparekraf ‘melompat’ keluar daerah. Yaitu menyelenggarakan even bertajuk Kie Raha International Festival 2014, mengambil tempat di senayan City Jakarta.

Aceh Didorong Lagi TIME 2014, Pasar Wisata (Internasional) Indonesia dan Ekspo tahun ini ­dilaksanakan di Banda Aceh pada 23-26 Oktober 2014 ini. Tak kurang 66 ­buyer akan datang dari Amerika, Afrika Selatan, Australia, Bahrain, ­Bangladesh, Belanda, Bulgaria, Canada, Cekoslovakia, Filipina, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jerman, Malaysia, Polandia dan Singapura. Sebanyak 36 booth akan diisi oleh 60 sellers yang akan datang dari Bali, Banten, Bangka Belitung, Bengkulu, DKI Jakarta, Jawa Timur, Kepulauan Riau, Lampung, Aceh, Nusa Tenggara Barat, Papua, Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan Sulawesi Tenggara. Banda Aceh kini dihubungkan langsung ke luar negeri hanya oleh AirAsia dari Kuala Lumpur. Selain bisa mempromosikan pariwisata dan budaya Aceh, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi itu Reza Pahlevi mengakui “TIME sekaligus memberikan kesempatan masyarakat Aceh untuk terlibat membangun pariwisata di provinsi ini”.

PDB Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Statistik menunjukkan PDB Pariwisata dari 3 sektor utama (­hotel, restoran, jasa rekreasi dan hiburan) pada semester 1 tahun 2014 bertumbuh 6,86%. Periode yang sama tahun 2013 pertumbuhannya 6,63% . PDB Nasional semester I tahun 2014 tercatat 5,17%. PDB ekonomi kreatif semester I 2014 diperkirakan meningkat sebesar 5,12% dibanding periode yang sama tahun 2013. Ekspor industri kreatif ­Indonesia sampai dengan triwulan II tahun 2014 diperkirakan meningkat 7,27% dibanding periode yang sama tahun 2013. Film ­Indonesia yang sudah lulus sensor sampai dengan bulan Agustus 2014 sebanyak 76 film, atau ­meningkat 8.6% dibanding periode yang sama tahun 2013 ketika jumlahnya 70 film.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014

11


Fam Trip

D

ari Malaysia, Thailand, Belanda, Inggris, Jerman didatangkan oleh Kemenparekraf 12 orang media ­mengikuti Fam Trip yang sengaja diarahkan khusus ke destinasi Danau Toba, dan, kota ­Medan. Begitulah kalau even se­perti Festival Danau Toba telah dirancang jauh hari sebelumnya, cukup waktu untuk persiapan lainnya, maka program fam trip yang dirancang di Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata punya waktu pula menyesuaikan dan mensinergikan salah satu program Fam Trip dibawa ke Festival. Wartawan atau penulis dan fotografer dan produser, kamerawan dan host TV, dari New Straits Times, Blogger Malaysia, majalah Big Orange Media, dari Lonely Planet Thailand, Travel Chan­ nel TV Thailand, majalah East Down ­Under, Australia, majalah Latitudes, Reisetrave Eu dan Forum Wirtschaft, Wiener Zeitung, surat kabar Jerman. Mereka menyaksikan Danau Toba Festival pada 15–21 September 2014 tetapi satu hari terakhir mereka menyaksikan kota Medan. Sepanjang perjalanan ini, mereka diajak makan di restoran lokal, menyantap kuliner lokal yang bervariasi, mulai dari yang namanya asli lokal ‘Boruku Restaurant’, Toba Corner Restaurant, ‘Simpang Tiga’ Restaurant, Toledo Restaurant, Maruba restaurant hingga ke restoran Mie Aceh yang juga menampilkan gaya amat lokal. Kuliner lokal yang representative niscaya menjadi bahan cerita menarik bagi reporter dengan menampilkan ­foto-foto. Itu menjadi bagian daya tarik bagi wisatawan ketika hendak memutuskan kemana akan berkunjung berlibur. Kalau sudah tertarik akan alam dan budaya yang diceritakan di media, kemudian gambar-gambar kuliner dan bumbu ceritanya akan membuat

12

Daerah, Petik dan Kembangkanlah Setiap Hasilnya wisatawan gourmet, setidaknya yang doyan makan, menjadikannya mimpi dengan air liur selera mendorong keinginan seseorang dalam menentukan perjalanan. Mereka ketika datang akan menanyakan atau mencarinya. Di Danau Toba mereka berkeliling meninjau Desa Ambarita, duduk mendengarkan cerita di balik kuburan kuno yang sudah ratusan tahun usianya, lalu ke Desa Tuk tuk, di ketinggian bukit dari sana memandangi indahnya alam sekitar, dan kemudian ke pusat pasar suvenir di Desa Tomok. Di kota Medan, obyek wisatanya memang kian terbatas. Dari dulu hingga sekarang hanyalah Istana Maimun, kini ditambah dengan museum ­Sumatra Utara, lalu ke pusat suvenir di Jalan Majapahit. Tapi yang paling khas di jalan ini

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014

ialah, ketika hendak tiba di situ, nafas kita langsung serasa dipenuhi aroma kue Bika Ambon yang terkenal khas oleh-oleh kuliner dari kota ini. Di situ memang terpusat beberapa ‘pabrik Bika Ambon’ yang memproduksi kue dua puluh empat jam. Hampir tak ada orang yang pulang dari Medan tanpa membawa kue Bika Ambon. Hari terakhir di Medan para wisa­ tawan mancanegara, seperti juga para wartawan, penulis dan kamerawan dalam Fam Trip ini, pulang kembali ke luar negeri melalui bandara Kuala Namu, Medan. Dari kota bisa naik keretapi api yang ‘nyaman’ sekitar se­ tengah jam untuk sampai di bandara, kalau berkendara mobil perlu sekitar 40–50 menit. Dengan kata lain Medan dan Danau


Satu sudut Danau Toba dari Kota Balige.

Jumpa pers on the spot di tengah Festival, Wamen Parekraf Sapta Nirwandar (tengah) bersama Gubernur Sumut, Gatot Pujo Nugroho (kanan), dan tokoh masyarakat TB Silalahi (kiri), memberi penjelasan dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris.

Festival Danau Toba 2014 pun dibuka dengan serba tari tradisional massal.

Toba hingga kini pintu masuk utama­nya dari luar negeri tentu melalui ­Singapura, Penang dan Kuala Lumpur di Malaysia lalu mendarat di Kuala Namu Medan. Atau, wisman terlebih dahulu ke Jakarta baru ke Medan. Hanya saja rute ini akan membuat wisatawan sedikit mengernyitkan dahi karena biaya tiket Jakarta–Medan–Jakarta sebagai rute penerbangan dalam negeri, lumayan ‘mahal’ mereka rasakan. Ketika media sudah secara ­teratur

setiap tahun ada saja yang mem­ publikasikan ‘pengalaman’ mereka, tinggal para operator tur perlu konsekuen dan konsisten menawarkan ruterute perjalanan dan tempat-­tempat makan minum yang sudah ‘­recommended’ berdasarkan apa yang mereka alami dan tulis. Lalu, para ­operator alias pengelola tempat-tempat yang dikunjungi, termasuk rumah makan dan restoran lokal tadi, perlu memelihara sikap dan pelayanan serta kualitas kuliner yang

telah dirasakan oleh para awak media. Sebenarnya ketika para operator tur dari luar negeri yang dibawa Fam Trip dan menjalani serta mengalami kenyataan-kenyataan di perjalanan itu, dari situ mereka menyusun dan menjualkan paket-paket wisata yang menurut mereka ‘layak jual’. Dengan kata lain, para praktisi di destinasi wisata, beserta dengan instansi pemerintahan setempat yang terkait, seyogianya selalu berupaya menindaklanjuti apa yang telah ditulis oleh media di luar negeri dari hasil Fam Trip, dan apa yang hendak ‘dipasarkan’ oleh operator tur dan agen perjalanan peserta Fam Trip dari mancanegara. Kemenparekraf sebagai dimaklumi setiap tahun menyusun dan menyelenggarakan program Fam Trip. Meng­ arahkan pemilihan destinasi yang disesuaikan dengan pasar dari mana para peserta Fam Trip akan diundang. Jadi, selain kerjasama diperlukan dengan kalangan daerah, pada akhirnya para pengelola pariwisata di daerah mestilah memproduktifkan lebih lanjut setiap hasil atau kesimpulan dari terlaksana­nya Fam Trip ke daerah masing-masing. Kami juga membangun, membina dan menjalin kerjasama dengan sebanyak mungkin pihak, terutama air­ lines, di samping industri akomodasi dan pemda, kata Elizabeth Hutagaol, Kepala Subdit yang mengurusi Fam Trip ini. Kerja sama dengan airlines bahkan menambah kemampuan dalam mendatangkan jumlah lebih banyak peserta Fam Trip. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014

13


Menyongsong ME ASEAN

Kita Longok Mulai dari Vietnam

D

engan kondisi dalam Apa yang sedang terjadi bangan, dan pengusaha akomodasi ­negeri tidak menentu se- di Vietnam? wisata. Metode iklan yang berbedaWisatawan inbound ke Vietnam beda dan promosi produk, misalnya lama 1,5 tahun terakhir, kunjungan dari manca­ sekitar 7,5 juta pada tahun 2013 atau diskon dan program-program undian, negara ke Thailand tumbuh -9,91% naik 10,6% dibandingkan dengan digunakan untuk menjual dan menarik 2012. Wisatawan internasional yang wisatawan baik lokal maupun manca­ selama semester pertama 2014. Malaysia pun tidak jauh beda. paling banyak berkunjung ke Viet- negara. Dua kecelakaan besar yang menimpa nam adalah Rusia, Argentina, Belanda, Menyadari infrastrukturnya belum maskapai Malaysia Airlines tampaknya Australia dan negara-negara yang ber- sebaik negara-negara ASEAN lain yang tidak terlalu berpengaruh telah menerima wisatawan terhadap angka kunjungan lebih banyak, pemerintah Perbandingan Inbound Tourist Semester I 2013–2014 manca­negara dengan perVietnam mulai membangun di antara Negara-negara ASEAN tumbuhan 10,50% dalam infrastrukturnya yang ber­ semester pertama tahun ini. tujuan untuk meningkatkan Kondisi tersebut ­bagai kondisi jaringan jalan raya blessing in disguise bagi dan transportasi kereta api ­Indonesia dan Vietnam di negaranya. Dengan ren­sebagai destinasi-destinasi cana ini, hotel dan industri wisata di kawasan ASEAN pariwisata diharapkan akan yang relatif lebih stabil tumbuh lebih tinggi dari ­selama semester pertama perkiraan sebelumnya. Sumber : masing-masing kementerian pariwisata, Kemenparekraf ­tahun ini. Dalam rangka memasPertumbuhan kunjungan tikan keberlanjutan keperwisman ke Indonesia pada semester per- batasan langsung. Pada tahun 2020 cayaan investor, berbagai kebijakan tama di tahun pemilu 2014 sebenarnya Vietnam mengharapkan akan meneri- sedang dirumuskan guna mendorong ma 1 juta wisatawan dari Rusia, menu- lebih banyak investor lokal mau ber­ cukup bagus, yakni 9,56 persen. Namun tampaknya Vietnam lebih rut ­Vietnam National Administration of investasi lebih banyak di hotel dan inberhasil daripada Indonesia dengan Tourism (VNAT). dustri wisata. Perkembangan positif itu tidak lepas memaksimalkan posisi geografisnya Meskipun pertumbuhan industri dan menawarkan perjalanan dan paket- dari promosi besar-besaran yang di­ pariwisatanya stabil, Vietnam meng­ paket dengan harga yang lebih terjang- selenggarakan oleh pelaku industri dan hadapi sejumlah isu serius termasuk isu kau. Pertumbuhan jumlah kunjungan- pemangku kepentingan yang terdiri ekonomi, politik, sosial dan keamanan dari agen perjalanan, maskapai pener­ wisatawan. nya terbesar, yakni 21,11 persen.

14

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014


Wisatawan berkeliling kota Hanoi dengan becak khas Vietnam.

Masalah utama adalah infra­struktur publik yang buruk. Jaringan jalan yang menghubungkan bagian utara ke bagian selatan sangat buruk. Banjir di jalan-jalan raya setelah turun hujan menjadi hal biasa terjadi di daerahdaerah tujuan wisata. Sistem kereta api masih di bawah standar dan keretanya masih menggunakan mesin uap. Peraturan-peraturan bisnisnya pun belum memadai. Interpretasi hukum dan aplikasi kebijakan oleh masingmasing otoritas pemerintah daerah sangat membingungkan. Hal ini telah merusak kepercayaan investor dan industri sehingga mereka enggan membuat kesepakatan bisnis di sana. Tidak heran jika Vietnam pernah merasakan kekurangan dana investasi. Tetapi, kini kredit keuangan internasional negara Vietnam meningkat, itu telah membuat kepercayaan antar bank dan investor turut meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Belum lama ini muncul sebuah ­artikel yang mengemukakan masalah keamanan di hotel berbintang di Vietnam. Dikatakan, tingkat ­kejahatan terhadap wisatawan asing telah mening­ kat di Vietnam. Statistik yang dibuat Nikko Hotel di Ho Chi Minh adalah salah satu contoh buktinya. Ada 9 kasus pembobolan pada Januari–Juli

2014 di hotel bintang 5 itu. Meskipun total kasus yang terjadi lebih rendah dibandingkan dengan 26 kasus pada tahun 2013 dan lebih dari 15 kasus pada tahun 2012, hal tersebut seperti menggambarkan hotel bintang 5 di Vietnam merupakan tempat berbahaya bagi wisatawan asing sekarang dan itu bukan materi humas yang diharapkan. Sebagian besar pencurian telah di­ rencanakan dengan baik. Pencuri akan menunggu saat wisatawan pergi keluar untuk tur, seperti dilansir oleh Nguyen Van Loi, Kapten Kepolisian Kota. Dan pencopetan telah menjadi kejahatan paling umum yang dialami wisatawan asing di sana.

Bebas visa

Sementara berusaha keras untuk menyelesaikan banyak isu kritis di dalam negeri, pemerintah Vietnam ­telah me­ningkatkan kerja sama dengan sejumlah negara di seluruh dunia dalam rangka mendorong pembangunan berkelanjut­an di bidang pariwisata. Vietnam akan dapat meningkatkan ­kedatangan internasionalnya 8–18% jika mereka menerapkan sistem VOA. Menurut VNAT, Kementerian Pariwisata dan Kementerian Olahraga, Budaya, dan Transportasi telah membuat usulan kepada pemerintah untuk

memperluas skema pembebasan visa ke sembilan negara lebih. Usulan itu ter­ utama ditujukan untuk Kanada, India, Selandia Baru, Australia, Italia, Spa­ nyol, Inggris, Jerman, dan Perancis. Langkah ini dapat meningkatkan daya tarik destinasi di pasar wisatawan asing. Menurut survei yang ­dilakukan oleh dewan pariwisata, turis Barat memiliki masa tinggal yang panjang dan pengeluaran yang lebih tinggi. Turis Kanada berada di urutan teratas dalam daftar. Selandia Baru dan Australia datang saat low season dan ini menjadi pasar potensial. Data ­statistik VNAT menunjukkan pengeluaran wisa­tawan internasional antara ­1.200–2.500 dolar Amerika. Saat ini, wisatawan dari negara­negara ASEAN mendapat pembebasan visa Vietnam selama 30 hari, kecuali Brunei yang hanya selama 15 hari saja. Pembebasan visa selama 15 hari juga berlaku untuk negara Rusia, ­Korea ­Selatan, Jepang, Swedia, Finlandia, Norwegia dan Denmark. Menurut VNAT, program pembebasan visa telah memberikan kontribusi besar bagi pengembangan sektor pariwisata dalam negeri. Delapan bulan pertama 2014, pengunjung dari luar negeri datang ke ASEAN naik. Dari total yang datang, 42% dari ­mereka ialah pengunjung yang menikmati pembe­ basan visa. Hal ini telah membawa 5,47 juta keuntungan pendapatan dan 12,2% lebih tinggi daripada periode yang sama tahun 2013. Menurut data yang diambil oleh lembaga promosi pariwisata Thailand, Malaysia, dan Singapura ­menunjukkan: Thailand memberikan bebas visa ­untuk 61 negara yang mana 49 negara di antaranya telah menandatangani perjanjian bebas visa unilateral; ­bebas visa Malaysia tersedia untuk 155 ­ne­gara, 85 dari mereka telah me­nandatangani perjanjian bebas visa unilateral; dan visa waiver oleh Singapura tersedia untuk 165 negara dan wilayah, 83 di ­antara­nya telah menandatangani

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014

15


Menyongsong ME ASEAN

Ha Long Bay, perairan teluk yang indah dan diakui sebagai salah satu warisan dunia.

­perjanjian unilateral. WTTC dan UNWTO selalu meyakinkan bahwa pemberian visa kepada para pengunjung dianggap sebagai prosedur untuk mengurangi biaya-biaya termasuk biaya tidak langsung dan biaya langsung untuk membayar visa bagi turis. Jika biaya yang dikenakan melebihi batas tertentu, maka pengunjung akan enggan melakukan perjalanan ke negara itu dan memilih pergi ke tujuan lain.

Ke mana kebanyakan wisatawan berkunjung?

Perang Vietnam seperti yang sering dilihat di layar lebar atau TV mungkin akan muncul pertama kali dalam memori kita ketika mendengar ­‘Vietnam’. Kemudian, perairan teluk yang indah yang kini telah diakui sebagai salah satu warisan dunia, Ha Long Bay. Sekarang tujuan para wisatawan datang ke Vietnam adalah untuk me­

16

ngunjungi teluk dimana naga turun ke lautan di bagian utara negeri itu. Ha Long Bay memiliki garis pantai sepanjang 120 kilometer. Dan banyak pulau di sekitarnya memiliki gua-gua besar dan dapat dieksplorasi oleh turis. Untuk mengingatkan kembali pada zaman perang, jadwal berikutnya adalah mengunjungi Chu Chi Tunnels, terletak 40 km barat laut kota Ho Chi Minh, dulu disebut Saigon. Terowong­ an bawah tanah tersebut dulunya digunakan oleh gerilyawan Vietkong selama Perang Vietnam. Pengunjung diperbolehkan untuk menjelajahi terowongan dengan merangkak di dalam tempat yang aman dan mengalami apa yang waktu itu dirasakan oleh mereka yang menggunakannya selama perang berlangsung. Pagoda Thien Mu (Hu) adalah pagoda tertinggi di negara ini. Ia berdiri menghadap ke Sungai Perfume yang dianggap melambangkan bekas ibu-

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014

kota kekaisaran. Nguyen Lords memerintah daerah itu di abad ke-16 dan pagoda dibangun pada tahun 1601. Dan ja­ngan lupa untuk mengunjungi Haon Liem Lake, tidak jauh dari ibukota, Hanoi. Ada beberapa daerah resor tepi laut di Vietnam. Hoi An adalah daerah pesisir di tepi Laut Cina Selatan. Sejak abad ke-16, Hoi An menjadi pelabuhan internasional. Yang terkenal di sini adalah desa-desa nelayannya. Kota ini juga dikenal sebagai ‘Venesia dari Vietnam’ sebab banyak ditemukan kanal sempit yang berpotongan di bagian dalam kota. Lalu ke Phu Quoc, pulau terbesar di Vietnam dengan hutan tropis yang menakjubkan, pantai yang luar biasa, dan terumbu karang yang sempurna. Phu Quoc juga dikenal sebagai produsen terbesar saus ikan yang difermentasi, Nuoc Mam. Tapi, Na Thrang yang paling terke-


Sapa ­Terraces, daerah persawahan dan area hutan bambu yang tenang yang berada di dekat perbatasan dengan Cina di bagian utara.

nal sebagai daerah resor tepi laut terbaik di Vietnam. Kawasannya sangat hidup dibandingkan dengan kawasan resor pantai lain seperti Phu Quoc dan Mui Ne. Sungai Mekong dan deltanya juga sangat terkenal, terutama untuk berlayar di atas sungai. Banyak kegiatan wisatawan yang dilakukan di sungai karena transportasi jalan raya bukan transportasi yang umum digunakan di delta Sungai Mekong. Yang tak kalah menarik, daerah persawahan dan area hutan bambu yang tenang yang berada di dekat perbatasan dengan Cina di bagian utara, Sapa ­Terraces.

Keramahtamahan, ­pelayanan dan kepedulian

Tak bisa dipungkiri, banyak desti­ nasi dengan obyek wisata yang sama ­diantara negara-negara ASEAN. ­Bahkan di dalam negeri sekalipun. Integrasi ekonomi ASEAN ke dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 akan membuka peluang lebih besar membangun konektivitas dan kemudahan perjalanan lintas batas, bukan hanya bagi warga negara anggota ASEAN tapi juga bagi masyarakat yang tinggal maupun yang berkunjung ke wilayah tenggara Asia. Calon

pelancong dan wisatawan di ASEAN akan semakin dibanjiri dengan aneka macam pilihan dan kompetisi harga tahun depan. Jikalau kita percaya, kepulauan ­Nusantara ibarat rangkuman destinasi dan obyek wisata yang ada di seluruh ­dunia. Dari padang rumput sabana sampai puncak gunung berselimut salju, dari sepertiga kekayaan terumbu karang dunia sampai bangkai kapal ­ratusan tahun dan bangkai pesawat pada masa Perang Dunia II di dalam lautannya, dari kebudayaan dan pening­galan sejak zaman prasejarah, masa kolonialisme hingga saat ini. Koleksi rasa dalam khasanah kuliner­ nya tak terkatakan lagi. Dengan diberlakukannya MEA tahun depan, dari semua persamaan dan kemiripan yang dimiliki oleh negaranegara di kawasan Asia Tenggara, siapa yang akan memenangkan hati calon pelancong/wisatawan yang semakin hari semakin sangat pemilih, ialah me­ reka yang tahu apa yang dia punya, dapat menjelaskan apa yang bisa dilakukan pengunjung di destinasinya, siapa yang bisa menikmatinya, tahu bagaimana mengelola yang dia punya, dan yang paling kreatif meyakinkan pengunjung agar mau datang. Itulah mengapa Singapura, Malaysia,

Thailand dan Vietnam rutin mengeluarkan gimmick-gimmick baru dalam advetorialnya, dan menyelenggarakan atau ikut berpartisipasi dalam pameran-pameran perjalanan dan pariwisata di Indonesia. Outbound dari Indonesia masuk 5 besar di Singapura, Malaysia, dan Thailand. Di Vietnam, jumlahnya terus bertambah. Hampir bisa dipastikan, di keempat negara tersebut, selain guide berbahasa Indonesia, juga ada penjaga toko, pelayan restoran hingga staf hotel yang berbicara bahasa Indonesia. Selain harga paket dan harga perjalanan FIT yang terkadang jauh lebih murah daripada perjalanan wisata domestik, sebagian besar wisatawan dari Indonesia mengakui infrastruktur dan pelayanan di negara-negara tersebut jauh lebih baik sehingga dirasa value for money. Meningkatkan kesadaran kepada siapapun yang menjadi bagian dari bangsa Indonesia dan apapun perannya dalam kepariwisataan negeri ini, bahwa untuk membangun industri pariwisata dan memaksimalkan manfaat ekonomisosial-budaya darinya, bukan hanya mengenai infrastruktur yang bagus, akses yang mudah, distribusi informasi, pemasaran, kreatifitas membuat paket-paket wisata dan atraksi, serta menjaga warisan kekayaan alam dan budaya, tetapi juga ada beberapa hal sederhana yang hampir dilupakan, yakni keramahtamahan, pelayanan dan kepedulian. Rudy Poh, President Director Cosmo Holiday T & T berbasis di Jakarta yang menangani inbound dan outbound tour mengatakan, ”Kalau Indonesia mau bersaing dengan Filipina, dan negara manapun, Indonesia needs more hospi­ tality, service, and care.” “Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu” (Laskar Pelangi, Andrea Hirata). Semoga kita tidak hanya berani bermimpi tetapi juga berani dan percaya mewujudkan pariwisata Indonesia itu The World Summary Tourism. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014

17


Destinasi Jakarta

Tur dan Makan Siang di Tengah Taman

J

Revitalisasi Kebun Raya Bogor untuk menjadi bagian utama dalam itinerary wisata di Jakarta sebagai destinasi agaknya kini sudah bisa dan perlu dilakukan. Sehingga Jakarta setidaknya bisa berharap lebih sukses menjual wisata di Kota Tua, Kebun Raya B­ ogor, Monas, dan museum-museum.

ika kita hendak ke Rumah Anggrek melalui pintu masuk utama Kebun Raya Bogor (KRB) yang menghadap pertigaan Jalan Surya­kencana dan Jalan Otto Iskan­ dardinata (Otista), deretan payung berwarna merah tampak mencolok di ujung hamparan rumput hijau di ­taman yang luas. Itu adalah restoran dan kafe Grand Garden yang dulunya bernama De Daunan. Setelah ditutup untuk di­ renovasi beberapa bulan lalu, restoran dan kafe ini telah dibuka kembali. Pada siang hari saat jam makan siang, lumayan ramai pengunjungnya. Tampak ada yang sedang menjamu kolega bisnisnya, seke­lompok kecil ibu-ibu sedang arisan, kakek-nenek yang mengajak makan siang cuculokal memanfaatkan waktu makan siang untuk cucunya setelah berekreasi di Tamu-tamu menjamu kolega, arisan, dan lain-lain. KRB, dan pengunjung asing yang datang silih berganti. banyak sekali turis yang datang kemari. Sinar matahari yang terik tak terasa Lama-lama kita kasihan melihatnya. sebab angin berhembus semilir. Ba­ Karena sedang trial menu jadi bahanngunan yang terbuka tidak mengha­ bahan sudah tersedia. Akhirnya kami langi mata untuk memandang ham- layani juga yang datang ke sini. Mulaiparan rumput yang luas dengan air nya sejak 16 Juli 2014,” katanya. mancur dan pepohonan besar yang Secara konsep Grand Garden tidak rimbun sehingga suasana bersantap di terlalu jauh berbeda daripada restoran tengah taman begitu terasa. sebelumnya, De Daunan. Konsepnya Menurut Marketing Officer Grand kini cenderung restoran dan kafe unGarden, Christine Jonathan, restoran- tuk keluarga. Kapasitasnya sekarang, nya belum dibuka secara resmi. “Res­ indoor dapat mengakomodasi tamu toran ini dibuka secara tidak disengaja. antara 120–130 pax dan outdoor bisa Sebenarnya kami masih tutup tetapi untuk mengakomodasi sampai dengan

18

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014

Kiri: berkeliling dengan shuttle disukai te wisman dari Korea Selatan ini misalnya.

100 pax. Jadi total bisa melayani tamu sampai 200 pax. Christine juga tidak menyangka restoran yang baru sekitar dua bulan beroperasi suatu waktu sudah menerima tamu sampai 120 pax. Tamu-tamunya didominasi oleh pengunjung/turis FIT—sendiri atau berdua—dan bersama keluarga. Turis yang datang ke sini rata-rata dari Eropa terutama dari Belanda dan Jerman. Bagi turis yang menginap di Bogor, setelah hanya minum kopi di siang hari, banyak dari mereka kembali lagi untuk santap malam dan menikmati suasana kebun raya selama dua hingga tiga jam. “Tamu-tamu bule, meski­pun tidak banyak, ada juga yang stay sampai restoran akan di­tutup. Yang datang bersama ­keluarga biasanya ngobrol-ngobrol dulu dan biasanya stay sampai 2 jam. Tamu-tamu asing kami masih terkendala dengan transportasi. ­Mereka ke sini dengan taksi dan ratarata tidak mau tinggal sampai terlalu larut sebab susah mencari transportasi untuk kembali ke penginapannya,” Christine mengungkapkan. Grup-grup yang dibawa oleh travel agent pun kini sebagian besar memasukan coffee break atau lunch di Grand Garden. Bahkan permintaan santap siang di sini setelah berkeliling di KRB terus bertambah. Manajemen restoran sedang menyegarkan kembali ingatan terhadap


What Do They Say?

erutama oleh pengunjung domestik dan lokal, serta beberapa pengunjung dari negara-negara Asia, Kanan: Grand Garden Resto & Cafe dari kejauhan.

restoran dan kafe kepada travel agent khususnya yang berfokus di inbound dan overland dengan konsumen wisa­ tawan mancanegara. Ada juga ide untuk melayangkan permintaan kepada Trip Advisor mengubah De Daunan menjadi Grand Garden. Sampai sekarang belum ada rencana menggabungkan paket restoran dan paket KRB untuk ditawarkan kepada pengusaha perjalanan. Sedang dicarikan solusi agar tamu-tamu restoran yang mengadakan acara seperti arisan, ulang tahun, gathering perusahaan dan lainlain, bisa mendapat penawaran harga yang sudah mencakup s­ emuanya. Sudah ada MoU antara KRB dengan restoran sebelumnya. Jadi diharapkan antara pengelola restoran dan KRB bisa bekerja sama. Tentu kerja sama yang akan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Pengelola restoran sudah mengerti dengan posisinya yang berada di dalam kebun raya dan pasti mematuhi peraturan-peraturan yang dibuat oleh pengelola Kebun Raya ­Bogor.

Hospitality greeting

Setiap hari ada saja grup-grup wisatawan asing berkunjung ke KRB. Penjelasan diberikan sebelum tur selama 5–10 menit tidak dilakukan di dalam ruangan. Rupanya ini adalah permintaan tour leader. Kunjungan ke KRB bertujuan rekreasi, jika dibawa ke ruangan khusus mood, santainya dikhawatirkan akan hilang. Para pemandu

lokal KRB akan menyapa dan memperkenalkan diri kepada peserta pe­ ngunjung lalu diceritakan sejarah singkat KRB dan garis besar koleksi-koleksi yang ada di dalamnya. Penjelasan lebih detil dilanjutkan sambil berkeliling kebun raya. Sedangkan paket Wisata Flora untuk anak-anak sekolah sudah termasuk ke­giatan di dalam dan luar ruang. Peserta akan mendapat penjelasan mengenai KRB, menonton film, mendapat Lem­bar Kerja Siswa (LKS) dan praktikum sederhana di dalam auditorium konservasi selama sekitar 30 menit. Se­ telah itu peserta diajak berkeliling kebun raya dan diakhiri dengan mengunjungi Museum Zoologi. Hingga saat ini paket wisata itu ditujukan bagi pelajar. Bukan berarti pengunjung umum tidak bisa tidak mengikutinya. Pembeda paket-paketnya ada pada materi yang diberikan. Paket dibedakan bagi pelajar sekolah dasar untuk kelas 1–3 dan kelas 4–6; paket untuk pelajar sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Paket Wisata Flora diadakan untuk mengimplementasikan fungsi ketiga KRB, yakni sebagai sarana pendidikan lingkungan. Sayangnya, pengunjung umum belum ada yang tertarik untuk mengikutinya. n

Keluarga kecil asal Belanda ini sudah berada di Indonesia selama sebulan. Mereka menghabiskan wak­tu liburannya dengan berke­ liling Pulau Sumatera dan Jawa. Mereka baru saja tiba dari Jogja ketika PI bertemu dengan grup kecil ini di Grand Garden Resto and Cafe di Kebun Raya Bogor. Mereka sangat suka sekali di Jogja dan mengagumi bangunan­bangunan lama di sana. Sebelum kembali ke ­negerinya, mereka se­ ngaja mampir ke Bogor untuk berkunjung ke kebun raya. ­Mereka suka dengan kota di pinggiran ­Jakarta ini sebab tidak hectic dan lebih cool dibandingkan Jakarta. Sebelum berkeliling, mereka bersantap siang dulu.

Hans, salah seorang diantaranya bertanya kepada PI, “Do you know the name of this town in Dutch?” “Yes. Buitenzorg.” Dia mengacungkan jempol sambil tersenyum. Rupanya selain berlibur mereka juga sedang bernos­talgia. Keempatnya tampak menikmati suasana restoran yang tenang dan menu makan siangnya, nasi goreng dan tempura sayur dengan nasi. Mereka sedikit tampak kaget dan tidak percaya ketika tiba-tiba suara blender cukup keras terdengar dari arah dapur. Dengan ­ekspresi memaklumi, mereka akhirnya tertawatawa. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014

19


Kita dan Dunia

D

unia kini merayakan Hari Pariwisata setiap tanggal 27 September. Tema hari pariwisata dunia tahun 2014 adalah Tourism and Community Development. Dalam kata sambutan tertulisnya yang dipublikasikan dalam situs UNWTO, Sektretaris Jenderal Taleb Rifai mengatakan bahwa pariwisata sangat berpotensi mempromosikan kesempatan sosial-ekonomi baru dan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat di seluruh dunia dengan menekankan pada peran penting ke­ terlibatan masyarakat yang telah me­ majukan pembangunan berkelanjutan. Pariwisata adalah kegiatan ekonomi berbasis masyarakat yang dibangun di atas interaksi sosial. Suatu daerah/ negara bisa makmur jika melibatkan penduduk setempat dengan berkontribusi terhadap nilai-nilai sosial seperti

20

(sumber gambar: http://wtd.unwto.org/)

Pengembangan Masyarakat partisipasi, pendidikan dan meningkatkan kualitas pemerintahan daerah. Pada saat yang sama, tidak akan ada pengembangan pariwisata nyata jika pembangunan tersebut, dengan cara apapun, merusak nilai-nilai budaya masyarakat sekitar atau jika manfaat sosial-ekonomi yang dihasilkan ­sektor pariwisata tidak menetes ke bawah sampai ke tingkat masyarakat. Seperti yang tercantum dalam ­UNWTO Global Code of Ethics for Tourism, “Penduduk lokal harus terkait dengan kegiatan kepariwisataan dan secara adil merasakan manfaat ekonomi, sosial dan budaya dari yang mereka hasilkan.” Di akhir kata sambutannya, Sekjen UNWTO mengingatkan betapa pen­ tingnya kita menggunakan transportasi lokal atau membeli produk di pasar lokal sebagai kontribusi wisatawan

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014

pada rantai lapangan pekerjaan yang panjang, memberikan penghidupan, memberdayakan masyarakat lokal, dan yang terpenting adalah memberi kesem­patan mendapat kehidupan yang lebih baik. Sebelumnya, para menteri ­pariwisata negara-negara anggota APEC berkumpul dalam The 8th APEC ­Tourism ­Ministerial Meeting (TMM8) pada tanggal 12–14 September 2014 di ­Macao, Tiongkok. Menteri ­Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka ­Pangestu hadir di forum itu. Pertemuan tingkat menteri tersebut menghasilkan Deklarasi Makau yang menyatakan komitmen negara-negara APEC menjadikan pariwisata sebagai pilar perekonomiannya. Ditargetkan pada 2025 jumlah wisatawan internasional di kawasan Asia Pasifik mencapai 800 juta orang. Dan rencana strategis


Kiri: becak yang sempat dianggap tidak berprikemanusiaan, sekarang digalakan menjadi transportasi wisata. Kanan: sanggar kesenian mendapat penghasilan dari tiket masuk dan penjualan suvenir.

pariwisata APEC 2015–2019 ditargetkan selesai ditetapkan tahun depan. Di kawasan Asia Pasifik, pariwisata secara langsung telah menyumbang PDB 3,4 persen dan secara tidak langsung 8–9 persen. Bahkan negara-negara besar seperti RRT dan Amerika Serikat mulai menjadikan pariwisata salah satu pilar perekonomiannya. Asosiasi travel di kawasan Asia ­Pasifik, PATA, juga menyelenggarakan sebuah konferensi internasional The International Conference on Community Development Through Tourism pada 16–17 September 2014 di Phnom Penh, Kamboja. Konferensi dihadiri oleh lebih dari 300 peserta dari 28 negara terdiri dari otoritas pariwisata, pakar pariwisata masyarakat dan praktisi untuk membahas berbagai aspek pengembangan pariwisata berbasis masyarakat.

Mr Tith Chantha, Sekretaris ­Negara Pariwisata yang mewakili Menteri Pari­wisata Kamboja H.E. Dr. Thong Kohn mengatakan, hasil konferensi ­internasional selama dua hari itu sejalan dengan tema Hari Pariwisata Dunia UNWTO tahun ini Dunia pariwisata dan pengembangan masyarakat. Kamboja pun bertekad untuk mencari pemahaman, partisipasi dan keterlibatan warga lebih lanjut dalam proses yang sedang berlangsung untuk mengembangkan pariwisata berkelanjutan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan secara sosial. “Sangat tepat mengumumkan Deklarasi Phnom Penh menjelang PATA Travel Mart ke-37 ketika begitu jelas ada keselarasan pragmatis antara kepentingan sektor publik dan swasta. Keaslian/otentisitas merupakan jantung dari pengalaman perjalanan yang

baik, dan masyarakat yang memberikan keaslian itu. Tidak peduli seberapa baik perangkat kerasnya, Anda tidak akan mendapat kunjungan berkali-kali (repeat customers) tanpa pengembangan sumber daya manusia dan masyarakat yang memahaminya,” tambah Martin Craigs, CEO PATA. Deklarasi Phnom Penh mengakui prinsip-prinsip dan pedoman untuk pengembangan masyarakat melalui pariwisata, pekerjaan pariwisata berbasis masyarakat dan para pemangku kepentingan untuk mempertahankan masyarakat dan atributnya yang unik, melestarikan dan melindungi lingkung­ an alam dan sumber daya budaya, mengangkat pertukaran pengetahuan, serta mempromosikan pembangunan sosial-ekonomi daerah, pembangunan kapasitas, pemberdayaan, dan pengurangan kemiskinan. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014

21


Indi

Kunjungan Wisman ke Indonesia 2011–2014 850,000 800,000 750,000

2014

700,000

2013

650,000

2012 2011

600,000 550,000 500,000

Jan

JAN 2014 753.079 2013 614.328 2012 652.692 2011 548.821

Feb FEB 702.666 678.415 592.502 568.057

Mar

Apr

Mei

Jun

MAR 765.607 725.316 658.602 598.068

APR 726.332 646.117 626.100 608.093

MEI 752.363 700.708 650.883 600.191

JUN 851.475 789.594 695.531 674.402

Jul JUL 777.210 717.784 701.200 745.451

Agt

Sep

Okt

Nov

Des

AGT SEP OKT NOV DES 826.821 771.009 770.878 719.903 807.422 860.655 634.194 683.584 688.341 693.867 766.966 621.084 650.071 656.006 654.948 724.539

TOTAL 6.155.553 8.802.129 8.044.462 7.649.731 Sumber: BPS

Jumlah Wisman menurut 19 Pintu Masuk Januari–Agustus 2014 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Pintu Masuk Bali Jakarta Batam Tanjung Uban Medan Surabaya Bandung Tanjung Balai Karimun Tanjung Pinang Yogyakarta Lombok, NTB Tanjung Priok Padang Pekanbaru Entikong, Pontianak Manado Makassar Balikpapan Surakarta Pintu Lainnya Total Wisman

2014

2013

(+/-) %

Selisih

2,405,549 1,524,188 919,439 220,676 143,895 144,664 113,968 65,976 65,204 60,412 47,778 44,158 32,271 16,838 13,817 11,550 10,309 9,014 8,978 296,869 6,155,553

2,080,056 1,459,190 847,072 213,936 137,107 144,271 107,267 69,436 65,192 51,211 18,188 44,274 26,569 14,946 16,545 12,976 11,371 11,397 11,711 300,556 5,643,271

15.65% 4.45% 8.54% 3.15% 4.95% 0.27% 6.25% -4.98% 0.02% 17.97% 162.69% -0.26% 21.46% 12.66% -16.49% -10.99% -9.34% -20.91% -23.34% -1.23% 9.08%

325,493 64,998 72,367 6,740 6,788 393 6,701 -3,460 12 9,201 29,590 -116 5,702 1,892 -2,728 -1,426 -1,062 -2,383 -2,733 -3,687 512,282 Sumber: BPS

22

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014

Jumlah Wisman Bulanan Januari–Agustus 2014 Bulan

2014

2013

+/–

Selisih

JANUARI 753.079 614.328 22,59% 138.751 FEBRUARI 702.666 678.415 3,57% 24.251 MARET 765.607 725.316 5,55% 40.291 APRIL 726.332 646.117 12,41% 80.215 MEI 752.363 700.708 7,37% 51.655 JUNI 851.475 789.594 7,84% 61.881 JULI 777,210 717,784 8.28% 59,426 AGUSTUS 826.821 771.009 7,24% 55.812 JANUARI–AGUSTUS 6.155.553 5.643.271 9,08% 512.282 SEPTEMBER 770.878 OKTOBER 719.903 NOVEMBER 807.422 DESEMBER 860.655 TOTAL 8.802.129 Sumber: BPS


kator Jumlah Wisman Berdasarkan Pasar Utama Januari–Agustus 2014 No.

Pasar Utama

2014

1 SINGAPURA 952,121 2 MALAYSIA 805,346 3 AUSTRALIA 704,572 4 CINA 645,483 5 JEPANG 309,491 6 KORSEL 219,847 7 INDIA 157,592 8 AS 157,526 9 INGGRIS 153,351 10 PERANCIS 142,296 11 TAIWAN 139,309 12 TIM-TENG 125,108 13 JERMAN 117,202 14 BELANDA 113,196 15 FILIPINA 87,712 16 RUSIA 61,989 PASAR LAINNYA 1,263,412 GRAND TOTAL 6,155,553

2013

(+/–)

Selisih

842,230 754,285 601,814 505,812 314,265 212,634 134,983 145,482 141,509 128,299 145,231 89,996 105,157 101,735 82,824 64,674 1,272,341 5,643,271

13.05% 6.77% 17.07% 27.61% -1.52% 3.39% 16.75% 8.28% 8.37% 10.91% -4.08% 39.02% 11.45% 11.27% 5.90% -4.15% -0.70% 9.08%

109,891 51,061 102,758 139,671 -4,774 7,213 22,609 12,044 11,842 13,997 -5,922 35,112 12,045 11,461 4,888 -2,685 -8,929 512,282

Sumber: BPS, Berdasarkan Kebangsaan pada 19 Pintu

Rata-Rata Lama Menginap Tamu Asing dan Indonesia pada Hotel Berbintang di 27 Provinsi di Indonesia No.

Provinsi

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.

Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat R i a u Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo 27 Provinsi

Agt 2013

Asing Jul 2014

1,75 2,28 1,66 2,07 2,06 3,11 4,75 1,50 2,99 2,17 2,09 2,59 1,85 2,06 2,38 3,86 2,93 2,61 4,86 3,02 2,32 2,63 3,71 1,90 3,13 2,12 1,69 2,58

2,14 1,64 3,41 3,13 1,84 3,13 1,69 3,28 3,64 2,37 2,22 2,62 1,83 2,04 3,51 2,61 3,50 2,68 3,24 1,82 2,15 4,58 3,39 3,24 2,88 2,26 1,29 2,93

Rata-Rata Lama Menginap Tamu (hari) Indonesia Agt 2014 Agt 2013 Jul 2014 Agt 2014 Agt 2013 2,85 1,77 2,56 2,63 2,18 3,85 4,45 3,71 2,14 1,77 2,21 2,55 1,82 1,98 2,86 2,83 3,35 2,43 4,48 1,46 2,11 3,89 4,09 1,54 2,55 2,61 2,04 2,69

1,95 1,76 1,33 1,68 2,74 1,87 1,79 1,59 2,18 1,84 1,76 1,58 1,47 1,61 1,51 1,38 3,17 2,90 1,77 1,66 1,62 2,50 1,87 1,77 1,98 2,06 2,06 1,77

2,35 1,59 1,54 1,59 2,63 1,95 1,83 2,10 2,01 2,46 1,95 1,57 1,46 1,79 1,93 1,84 3,39 2,33 2,01 1,75 1,65 1,80 2,31 1,84 2,33 2,25 1,85 1,89

2,35 1,59 1,63 1,75 2,33 2,04 2,18 1,99 1,88 2,13 1,82 1,56 1,52 1,68 1,90 1,77 3,62 2,27 1,86 1,80 1,66 1,73 1,94 1,92 1,74 1,67 1,92 1,83

1,94 1,82 1,36 1,69 2,73 1,88 1,81 1,57 2,19 2,04 1,83 1,64 1,48 1,66 1,56 1,64 2,99 2,81 1,90 1,70 1,63 2,50 1,98 1,77 2,10 2,06 2,05 1,94

Total Jul 2014

Agt 2014

2,34 1,60 1,62 1,63 2,62 1,97 1,82 2,13 2,01 2,41 2,01 1,62 1,47 1,83 2,05 1,91 3,47 2,45 2,04 1,75 1,65 1,90 2,37 1,86 2,40 2,25 1,84 2,10

2,38 1, 61 1,67 1,77 2,33 2,06 2,19 2,04 1,88 1,93 1,90 1,62 1,53 1,73 1,99 1,90 3,42 2,33 1,95 1,79 1,66 1,82 2,02 1,92 1,82 1,70 1,92 2,01 Sumber: BPS

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014

23


Penerbangan Luar Negeri Cenderung Akan Bertambah Perkembangaan bisnis penerbangan nasional Indonesia sebenarnya menghadapi situasi ‘prihatin’ di tahun 2013. Namun jumlah penumpang di rute dalam negeri masih meningkat 6,09% dari jumlah tahun 2012. Tahun 2013 jumlah penumpang dalam negeri 75,8 juta dan tahun sebelumnya 71,4 juta. Tahun-tahun ­sebelumnya selalu meningkat dua dijit hingga lebih 20%. Pada rute luar negeri, di 2013 malah meningkat 10,33%. Prihatinnya dunia penerbangan nasional terkait dengan kurs dollar yang naik terhadap rupiah ­sehingga in total menimbulkan biaya meningkat dalam ukuran ‘signifikan’. Sebuah laporan Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) yang mengutip statistik Kementerian Perhubungan, menunjukkan bagaimana pembagian pangsa pasar penumpang di dalam negeri di antara operator penerbangan nasional tahun 2013.

Pemegang pangsa pasar di atas 20% berada di tangan dua maskapai, di atas 10% di tangan satu maskapai, selebihnya di bawah 10%. Yang sangat diharapkan sekarang dan tahun-tahun yang akan datang adalah kondisi objektif di mana maskapai akan menambah terus pesawat, dan alternatif terbaik memproduktifkan armada antara lain membuka operasi ke rute luar negeri. Setidaknya rute pendek regional di kawasan ASEAN dan Asia Pasifik. Bagi pariwisata, itu membuka horizon baru lagi. Jumlah penumpang yang diangkut maskapai penerbangan nasional berdasarkan rute terlihat seperti ini:

Domestic International

2009

2010

43.808.033 5.004.056

51.775.656 6.614.937

2011

2012

2013

60.197.306 71.421.464 74.162.414 8.152.133 9.938.291 10.317.714

Yearly ave pax growth rate 15 % 17 %

Sumber: INACA / Kemenhub

24

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.