Ar inaca 2012

Page 1

INACA Annual Report 2012

1


INACA Executive Committee President Secretary General

Research Finance/Administration

: Emirsyah Satar : Tengku Burhanuddin : Wismono Nitidihardjo : Muchtar

Chairman, Scheduled Flights : Syafril Nasution Vice Chairman, Safety, Security and Environment : Capt. Novianto Herupratomo Members : Setyo W, Budi Tanjung, Harry Priyono Vice Chairman, Commercial : Hasudungan Pandiangan Members : Edward Sirait, Aditya Wardhana, Devi Yanti, Dexter Leopard, Jafrie Arief

Vice Chairman, Cargo : Akbar Masmardi Members : Yose Rizal, Prijastono Purwanto, Sukirno

Chairman, Non-Scheduled Flights :

Bayu Sutanto

Vice Chairman, Safety, Security and Environment : Capt. Nugroho Dahlan Members : Gatot Purwoko, Yosarizal, Mulyono Vice Chairman, Commercial : Budi Tutuko Members : Donny Armand, Muhammad Amin, Eko Budi G

Vice Chairman, Technique & Operation : Hotman Pangaribuan

Vice Chairman, Technique & Operation : Capt. Hendra Zayadi

Members : Soerjanto Tjahjono, Gustafeni, Zas Antemas

Members : Sadoko Bijoyo, Dedi, Thomas

Vice Chairman, Finance & Human Resources : Nadia Hasanuddin

Vice Chairman, Finance & Human Resources : IG Bambang Narayana

Members : Risa R. Kusuma, Guder Widodo, Hanif B.S.

Members : Dave Wattimena, Dian Nasution, Achmad Syarifuddin

INACA Member Airlines

Penerbangan Angkasa Semesta

INACA Report 2012 3 | I N AAnnual C A Editorial Advisors: Tengku Burhanuddin, Wismono Nitidihardjo 3 | I N A C A Published by: INACA, Jakarta

l

Editor: Arifin Hutabarat

The statistical data used and processed to prepare this Annual Report, have come from Transportation Ministry office, Central Bureau of Statistics and from different institutions in addition to that of INACA’s research. There are few of incomplete original data found, some are unavailable, however, we have cultivated them through maximum effort to make it close to accurate.

2

INACA Annual Report 2012


CONTENTS

DAFTAR ISI Pengurus dan Logo-logo Anggota

2

Executive Committee and Members Logo

Pimpinan Perusahaan Anggota

3

President/CEO of Corporate Members

Sambutan dari Pengurus

4 – 5

Prioritas Baru dengan Lompatan-lompatan yang Terarah (Kinerja Anggota) 6 – 14

Messages from the Boards New Priority on Directed Steps (Members’ Performance)

15 – 17

Welcoming of ASEAN Open Sky

INACA Mengefektifkan Koordinasi dengan Stakeholders (Kegiatan INACA) 18 – 20

How INACA Supports the Stakeholders (INACA Activities)

Menyongsong ASEAN Open Sky

Statistik Kinerja Anggota

21

Tantangan dan Peluang Besar Ketenagakerjaan (Sumber Daya Manusia) 22 – 23

Members Statistical Data Challenging Opportunity in Manpower Development (Human Resources)

Penerbangan Haji

24

Hajj Flights

Outlook

25

Outlook

RUA 2012

27

Annual Member Meeting

Pimpinan Perusahaan

President/CEO of Corporate

Anggota :

Members :

Scheduled Airlines: Cardig Air: Boyke Soebroto u Deraya Air Service: Aty Boedi Milyarti u Dirgantara Air Service: Hotman Pangaribuan Garuda Indonesia: Emirsyah Satar u Indonesia Air Transport: Syafril Nasution u Kartika Airlines, Odang Kariana Lion Mentari Airlines: Rusdi Kirana; Mandala Airlines: Diono Nurjadin u Merpati Nusantara Airlines: Sardjono J. Tjitrokusumo Metro Batavia: Yudiawan Tansari u Sriwijaya Air, Chandra Lie u Trigana Air Service: Rubiyanto u Riau Airlines: Teguh Triyanto Indonesia AirAsia: Capt Dharmadi u KAL Star Aviation: Andi Masyhur Travel Express Aviation Service: Tommy Limbunan u Trans Nusa Aviation Mandiri: Bayu Sutanto

Non-scheduled Airlines: Airfast Indonesia: Irma Reuneker u Travira Utama: Rizwan Halim u Ekspress Transportasi Antar Benua: Ari D. Singgih Air Pacific Utama: Stephanus Heru Susatyo u National Utility Helicopters: Didit Budiarto u Penerbangan Angkasa Semesta: Surja Transwisata Prima Aviation: Maxwell Armand u Intan Angkasa Air Service: Carl Albillot u Aviastar Mandiri: Donardi Rachman Pura Wisata Baruna: Yusak Hendrasatria Wibawa u Asi Pudjiastuti Aviation: Susi Pudjiastuti u Sky Aviation: Krisman Tarigan Jhonlin Air Transport: Dudy Purwagandhi u Enggang Air Service: Donny Armand u Pegasus Aviation: Kabul Ruswanto Derazona Air Service: Aty Boedi Milyarti u Eastindo: P. Daritan u Gatari Air Service: Ahmad Syarifudin (Act. Dir.) Pelita Air Service: Andjar Wibawanun u Sabang Merauke Raya Air Charter: Budi Tutuko Survai Udara Penas: Robby E. Quento u Whitesky Aviation: Denon Prawiraatmadja

INACA Annual Report 2012

3


Skala Prioritas Baru

Lompatan-lompatan yang Terarah

Annual Report 2012 ini menyajikan antara lain adanya perkembangan dalam skala prioritas yang diperhatikan oleh dunia penerbangan nasional Indonesia selama tahun 2012. Sehubungan dengan itu, cukup banyak dicatat perihal kesiapan Indonesia menyongsong pemberlakuan ASEAN Open Sky Policy yang akan mulai berlaku awal tahun 2016. Tiga tahun menuju jadwal tersebut bukanlah masa yang Tengku Burhanuddin panjang dari perspektif pembangunan dan pengembangan industri penerbangan. Bersamaan itu prioritas berikutnya yang cukup mendesak d­ i­perhatikan dan dikelola ialah menyangkut kebutuhan dan upaya pemenuhan tenaga kerja dalam periode tiga tahun mendatang. Fakta dan data dari kinerja para anggota, ditambah dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi INACA, diharapkan bisa berperan membantu proses konfergensi dan sinkronisasi kebijakan-kebijakan berbagai pihak yang berkepentingan memajukan industri penerbangan nasional.

Pada umumnya operator penerbangan n­ asional Indonesia telah mempersiapkan lompatanlompatan dalam pengem­bangan operasional selama tahun 2012. Secara keseluruhan, mengindikasikan cukup terarah menuju pada peningkatan kemampuan, baik dalam pelayanan lalu lintas penumpang maupun kargo. Arah pertumbuhan tersebut mulai ­ber­ orientasi pada upaya menyongsong ASEAN Emirsyah Satar Open Sky. Di samping itu, juga didorong oleh kenyataan meningkatnya sisi demand di pasar dalam negeri, dan, di pasar regional ASEAN hingga Asia Pasifik. Diprediksi GDP Indonesia akan tumbuh sekitar 5,7% per tahun periode 2010–2015, sementara air travel bertumbuh rata-rata lebih dua kali lipat angka tersebut. Diproyeksikan 966 pesawat beroperasi di tahun 2015 padahal tahun 2012 jumlahnya 766 pesawat, akan meningkat 26%. Tantangan kebutuhan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia, memerlukan pula lompatan-lompatan terarah demi memenuhinya. Selaku Ketua Umum INACA, saya akan menyelesaikan tugas. Perkenankan saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas dukungan dan kerja sama yang telah diberikan selama dua kali periode saya memimpin organisasi ini.

Sekretaris Jenderal INACA

Presiden INACA

New Priority Scale This Annual Report 2012 describes new priorities for the national aviation to attend in line with the readiness for ASEAN Open Sky Policy that will take effect beginning in 2016. Such three years into the schedule target is not a long time from the perspective of aviation industry. Subsequently another priority would be to fulfil the need in manpower. The facts and figures compiled in this book that indicate the members’ performance, in addition to report of activities carried out by INACA, would expectedly play a role in supporting relevant convergence and synchronization of policies by multi-stakeholder to further develop the national aviation industry.

Secretary General INACA

Leaps Towards the Target

T

he national airlines of Indonesia generally has stepped up for further operational expansion leaps during the year 2012. Overall, they indicate going into direction towards the capacity building, both in passenger service and cargo traffic. The growth has been oriented in an effort to meet the ASEAN Open Sky. In addition, it is also driven by the reality of rising demand in domestic market, and, in the regional markets of ASEAN and Asia Pacific. Indonesia’s GDP predicted to grow at about 5.7% per year for the period of 2010-2015, while air travel grew on average more than double that figures. A total of 966 aircraft is projected to be in operation in 2015 while in 2012 the number reecorded at 766 aircraft, meaning there will be an average increase of 26%. Challenges in need of quantity and quality of human resources, require also leaps to comply with. By the way, as INACA Chairman, I am going to complete my task. Please allow me to thank you very much for all support and cooperation during the two time periods I lead this organization.

President, INACA

4

INACA Annual Report 2012


Potensi Regional

Potensi Operasi Penerbangan Tidak Berjadwal

Jajaran operator penerbangan berjadwal, di tengah kesibukan melayani peningkatan relatif tinggi yang berkesinambungan pada lalu lintas penumpang dalam negeri, di tahun 2012 kian banyak melaksanakan pembukaan dan penambahan rute di regional dekat. Di antara negara-negara anggota ASEAN, Indonesia merupakan pasar terbesar, baik u­ ntuk outbound maupun inbound. Pertumbuhan Syafril Nasution ekonomi Indonesia yang relatif tinggi semakin membuka peluang pasar lebih besar. Dalam konteks itu dihidupkan konsep agar perusahaan penerbangan nasional Indonesia, di tengah negara ­kepulauan ini, tidak akan tergeser perannya menjadi sekunder ketika arus masuk operator luar negeri ke Indonesia berkemungkinan besar akan menderas terkait pelaksanaan ASEAN Open Sky. Efisiensi berkualitas menjadi kebutuhan para operator nasional untuk menghadapi persaingan yang kian tajam di bisnis penerbangan.

Sebanyak 20 maskapai nasional yang ber­gerak di sektor layanan penerbangan tidak berjadwal sangat berkepentingan dan berharap pada pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia yang berkisar 6% per tahun, yang akan mendorong terus peningkatan demand terhadap jasa penerbangan charter, baik untuk penum­pang maupun kargo. Indikator dari perluasan penanaman modal Bayu Sutando di sektor pertambangan, kehutanan, pertanian, perikanan, pariwisata, dan seterusnya, tahun 2012 menunjukkan terjadinya penambahan kebutuhan terhadap penerbangan tidak berjadwal. Situasi dan kondisi serupa itu diperkirakan akan terjadi lagi pada tahuntahun mendatang. Termasuk dalam proyeksi peluang bisnis menjelang dan setelah berlakunya ASEAN Open Sky. Dari sisi supply, jajaran operator pe­nerbangan tidak berjadwal rasanya tak akan menghadapi masalah dalam memenuhinya.

Ketua Penerbangan Berjadwal INACA

Regional Potential

S

cheduled airline operators have performed more in opening new and adding up regional nearby routes, in the midst of serving relatively high continuous increase in passenger traffic in the country during the year

2012. Among the ASEAN member countries, Indonesia constitutes a potential largest market for both outbound and inbound travel. Its relatively higher economic growth would as well enlarge market opportunities. In that context there come discourses saying that the national airline of Indonesia should not be displaced secondary role when the inflow of foreign carriers to this archipelagic Indonesia likely coming in related to the implementation of ASEAN Open Sky. Efficiency with quality, it is true, is in need for the national operators in order to cope up with increasingly sharp competition in the airline business.

Chairman Scheduled Airlines INACA

Ketua Penerbangan Tidak Berjadwal INACA

Operation of Non Scheduled Airlines

A

ll of the total 20 national non-scheduled airlines hope that Indonesia’s national economic growth expected in the range of 6% per year, will further encourage the continued increase in demand for air charter services for both passengers and cargo. Indicator reflecting the expansion of investment in the mining, forestry, agriculture, fisheries, tourism, and so on, in 2012 has also showed an increasing demand for non-scheduled airlines services. Such circumstances are expected to occur again in the years to come, in the projected business opportunities before and after the entry into force of the ASEAN Open Sky. From the supply side, non-scheduled airline operators will face no problem to accommodate.

Chairman Non-Scheduled Airlines INACA

INACA Annual Report 2012

5


Prioritas Baru dengan Lompatan-lompatan yang Terarah

Domestic Scheduled Flights Average Growth

Kinerja oleh maskapai penerbangan nasional, selama tahun 2012, Description 2005–2009 2009–2010 2011–2012 dari dimensi kuantitatif menunjukkan kembali hasil-hasil g­ emilang. Passengers carried 10.9% 18.1% 18.65% Jumlah penumpang yang diangkut di dalam negeri mencapai 71,42 Aircraft departure 3.2% 7.0% 21.84% juta, me­ningkat 18,65% dari jumlah tahun 2011. Pada penerbangan internasional jumlah penumpang yang diangkut mencapai 9,94 juta, Freight carried 11.3% 114% 18.18% meningkat 22 persen dari tahun sebelumnya yang berjumlah 8,15 juta. Sepanjang tahun rata-rata lima armada ber­bagai tipe dan jenis pesawat terbang bertambah setiap bulan. Selama lima tahun International Scheduled Flights Average Growth sebelumnya, terjadi lonjakan-lonjakan dalam jumlah armada ini. Description 2005–2009 2009–2010 2011–2012 Terlaksanalah secara beruntun penambahan fre­kuensi terbang pada Passengers carried 13.2% 32% 21.91% rute-rute yang telah dilayani oleh penerbangan berjadwal dan tidak berjadwal, selain itu, membuka rute-rute baru. Aircraft departure 10.4% 18.5% 13.26% Setidaknya ada dua macam penambahan rute baru. Yaitu, pertama, Freight carried -3.7% 71.1% 25.68% rute pendek antarkota di dalam negeri, dan rute pendek yang ­menghubungkan kota-kota secondary cities dengan kota di negara tetangga terdekat ­ASEAN. Kedua, sejumlah rute ke arah bagian tengah dan timur Indonesia, secara beruntun dibuka, dimana kota Surabaya dan Makassar dipilih sebagai hub airport. Tambah lagi, bandara Makassar cenderung dijadikan hub bagi rute domestik sekaligus rute luar negeri. The performance by the national airline, during the year Jika melihat kembali catatan sejarah ke belakang, industri penerbang­ 2012, indicating a return of brilliant results in quantitative an Indonesia mendapat peluang bertumbuh leluasa berkat deregulasi dimensions. The number of passengers carried in the country sejak dua belas tahun sebelumnya, ketika para maskapai terdorong reached 71,42 million, an increase of 18,65% from the number berlomba-lomba berinovasi dan berusaha untuk semakin efisien. Dalam in 2011. On international flights the number of passengers carried proses itu muncul maskapai-maskapai berkonsep low cost carrier (LCC) ­amounted to 9,94 million, up 22 percent from the previous year’s 8.15 yang menghilangkan in-flight service. million. Ketika pada tahun 2011 tercatat 60,19 juta penumpang domestik, Throughout the year a monthly average five aircraft of different types 60–65 persen di antaranya budget travelers sehingga premium t­ ravelers and size has come added into operation, bringing the previous five years porsinya menjadi berkisar 40 persen. BUMN kelas Garuda Indonesia a surge in total number of fleet. Such has established additions in flight kemudian me­misahkan satu anak perusahaannya untuk fokus menggarap frequency on routes that have been served, in addition to open up new routes. pasar tersebut. There are at least two kinds of new routes. First, the short routes between Konsep LCC adalah mengangkut orang dari satu titik ke titik lain cities in the country, and short routes connecting cities to secondary cities in nearby tanpa layanan le­bih. Namun, berkembang kecenderungan operator neighboring ASEAN cities. LCC menawarkan layanan-layanan lain di dalam pesawat untuk Second, a number of routes connecting central and eastern part of Indonesia, where mendongkrak pendapatan tambahan selain dari penjualan the city of Surabaya and Makassar selected as hub airport. Makassar airport tend to a hub tiket. Layanan itu termasuk ketentuan bagasi yang dikenakan for domestic as well as overseas routes. ongkos pemesanan meals, hingga pada pemesanan khusus Looking back at the historical record, Indonesian aviation industry have the opportunity pemilihan tempat duduk di posisi bagian depan kabin to grow freely thanks to deregulation since twelve years earlier, when the airline pushed vying penumpang. to innovate and strive to be more efficient. In the process then appears airlines of low cost carriers Binis penerbangan LCC menggolongkan (LCC). pendapatan tambahan tersebut sebagai ancillary When in 2011 amount of 60,19 million domestic passengers was achieved, it comprise 60-65 revenue. percent premium travelers and the budget travelers was about 40 percent. State-owned Garuda Telah satu dasawarsa perkembangan itu Indonesia then split one of its s­ ubsidiaries to focus in LCC operation. ditopang oleh tingginya pertumbuhan LCC in Indonesia while implementing its basic nature by transporting passenger from one point to ekonomi Indonesia, berkisar 6%, per tahun another,have been also developing some trending additional services such as prepaid reservation for baggage, dimana preferensi orang untuk memilih inflight meals and seat number etc, to be included as ancillary revenue. transportasi udara secara otomatis lalu It has been a decade of growth that mainly was supported by strong economic growth in Indonesia, ranging meningkat. from over 6% per year which make preference for people to choose using air transport services .

New Priority Arises

6

INACA Annual Report 2012


LCC juga dipandang berpotensi menghubungkan beberapa kota besar Indonesia ke seluruh dunia. Memang, dimulainya dengan rute dekat, yang kian ramai di periode 2012. Seperti dibukanya rute penerbangan setiap hari Makassar–Kuala Lumpur, Makassar–Singapura, Makassar–Kinabalu, Makassar–Bangkok, dan, Semarang–Singapura. Kecenderungan yang banyak dibuka tentu rute berjarak relatif dekat di dalam negeri seperti Makassar–Balikpapan, Surabaya–Semarang, sementara frekuensi penerbangan yang sudah ada di sektor antarkota besar juga bertambah lagi, seperti Surabaya–Jakarta, Surabaya–Makassar,

Makassar–Manado, dan lain-lain. Tetapi, bagian tengah Pulau Sumatera pun dilirik operator untuk strategi pengembangan rute Sumatera-Jawa, antara lain keinginan ditambahnya frekuensi dan dibukanya rute baru Pekanbaru–Jakarta, Pekanbaru–Medan, Pekanbaru–Yogyakarta, dan, Pekanbaru–Singapura. Secara keseluruhan, INACA membuat perkiraan besarnya pasar penumpang domestik di Indonesia dalam lima tahun mendatang akan berlipat dua kali dari volume yang dicapai tahun 2012. Ke arah pertumbuhan itu industri penerbangan Indonesia kini sedang menuju. Proyeksinya terlihat sebagai berikut :

Volume pasar penumpang domesk akan dua kali lipat dalam lima tahun. Domesc passenger will double in five years.

CAGR 2011 – 2015

CAGR 1999 – 2010

Total Market = 11% Premium = 6% Budget Traveler = 13%

Total Market = 21% Premium = 14% Budget Traveler = 28%

l l

Real GDP will be growing at 5.7% pa for 2010 – 2015 Air travel typically grows faster than GDP – up to 2x

Sources: Dephub, Garuda Market Survey, Garuda Market Forecast

LCC is also considered potentially to connect several major cities of Indonesia to the world. Indeed, it start with nearby route, however, increasingly crowded in the period of 2012, such as daily flight on Makassar–Kuala Lumpur, Singapore–Makassar, Makassar–Kinabalu, Makassar-Bangkok, and, Semarang and Singapore. The recent trend is opening short domestic flight like Balikpapan–Makassar, Surabaya–Semarang, increasing the frequency on major intercity sector like Surabaya–Jakarta, Surabaya–Makassar, Makassar–Manado, etc. However, the central part of Sumatra Island has taken carriers to a development strategy of the Sumatra–Java route, including the desire for frequency and opening new routes on Pekanbaru–Jakarta, Pekanbaru–Medan, Pekanbaru-Yogyakarta, and, Pekanbaru– Singapore. Overall, INACA has made estimation that domestic passenger market in Indonesia in the next five years will be doubled as shown on the graphics.

INACA Annual Report 2012

7


Armada

Boeing 737-400 dan Boeing 737-300, dan, kelas ekonomi. Sebelumnya hanya menyediakan layanan kelas ekonomi. Tipe pesawat dalam armada juga mengalami penambahan. Ada operator Telah terjadi lompatan-lompatan dalam peningkatan jumlah armada telah memesan 30 unit pesawat Sukhoi Super Jet 100 dari pabrikannya yang dioperasikan oleh para anggota INACA, dan meningkat terus sampai di Rusia, ini akan mulai dioperasikan tahun 2013. Satu airline anggota tahun 2015 seperti tergambar dalam tabel ini, yakni jumlah armada menjadi pengguna pertama pesawat Twin Otter Series 400 di Asia Tenggara, menurut daftar Air Operator Cerficate (AOC) 121 dan AOC 135, sebagai yang telah memastikan membeli empat unit pe tersebut, dua pesawat berikut: dioperasikan tahun 2012, dua sisanya pada tahun berikutnya, dikonfigurasi dengan 19 penumpang per pesawat. Ini diperuntukkan bagi penerbangan carter di kawasan tengah Indonesia. Operatornya sendiri di bisnis carter telah berusia 46 tahun. Kalangan operator melihat masih banyak lokasi terpencil di Indonesia di mana sarana masih minim, untuk itu pesawat seper Twin Otter sangat diperlukan guna Jumlah Armada Menurut Daftar AOC menjangkaunya. Total Number of Fleet by AOC Masuk pula tipe pesawat Bombardier CRJ1000 NG yang digunakan bagi ekspansi khususnya pada pasar domestik, dan regional jarak pendek yang memiliki traffic density yang tinggi. Pesawat-pesawat tersebut digunakan untuk melayani pe­ nerbangan melalui bandara-bandara hub di Makassar, Medan, dan Balikpapan. Note: F = Forecast BUMN Garuda Indonesia pada tahun 2012 mendatangkan 20 pesawat baru yang terdiri dari 4 B737-800NG, 2 A330-200, 9 pesawat A320 untuk The Fleet Citilink, dan 5 pesawat sub 100 Bombardier CRJ1000 NextGen. Dengan Type of aircraft in the fleet also experienced the addition. kedatangan pesawat-pesawat baru tersebut, maka pada tahun 2012 jumlah There is an operator that has ordered 30 units of Sukhoi Super Jet armada Garuda Indonesia mencapai 105 pesawat dengan rata-rata usia 5,8 100 from the manufacturer in Russia, the aircraft will begin operation tahun. in 2013. There is an airline became the first user of Twin Otter Series 400 Sejumlah 18 pesawat Bombardier hendak digunakan melayani pe­ner­ aircraft in Southeast Asia, which has ensured to buy four units, of which bangan dari hub Makassar ke beberapa kota di wilayah Indonesia Timur two to be operated in 2012, each configured with 19 passengers per flight. It is di antaranya rute Makassar–Ternate (vv), Makassar–Mataram (vv), for charter flights in the central region of Indonesia. The operator itself has been Makassar–Kendari (vv), Makassar–Surabaya (vv), dan Surabaya– in charter business for 46 years. There are still many remote locations in Indonesia Denpasar (vv).Berdasarkan kontrak yang ditandatangani bulan where the facilities are minimal, so suitable for such small aircraft. Februari 2012, maskapai tersebut akan memiliki sebanyak 36 Bombardier CRJ1000 NG aircraft types began in use for especially domestic market pesawat Bombardier CRJ1000 NextGen. expansion, and for regional short range that has a high traffic density. The planes were used Sementara itu Lion Air saat ini menggunakan tipe pesawat to serve flights through hub airports in Makassar, Medan and Balikpapan. Boeing 737-900ER, Boeing 737-300, 400 dan Boeing MD-90. Garuda Indonesia in 2012 brought 20 new aircraft consisting of 4 B737-800NG, 2 A330-200, Anggota terbaru di armadanya adalah pesawat tipe A320 9 for Citilink, and 5 of sub-100 aircraft Bombardier CRJ1000 NextGen. With the arrival of new Next Generaon B737, dikonfigurasi mengangkut 213 planes, then in 2012 the number of Garuda Indo nesia fleet reached 105 aircraft with an average age penum­pang dalam single class. Maskapai ini hingga of 5.8 years. sekarang beroperasi dengan all Boeing dalam A total of 18 Bombardier aircraft would be used to serve flights from Makassar hub to several cities ­armadanya. in eastern Indonesia like to Ternate (vv), Makassar–Mataram (vv), Makassar–Kendari (vv), M ­ akassar– Sriwijaya Air mulai menggunakan Surabaya (vv), and Surabaya - Denpasar (vv). Under a contract signed in February 2012, the airline will have a pesawat de­ngan konfigurasi dua kelas total of 36 Bombardier CRJ1000 NextGen aircraft. yaitu Executive Class dengan jumlah Meanwhile, Lion Air currently uses Boeing 737-900ER, Boeing 737-300, Boeing 400 and MD-90. The newest delapan seats di setiap pesawat member in the fleet is the Next Generation B737 type aircraft, configured to transport 213 passengers in a single-class. Boeing 737-800 NG (Next The airline today operates in all-Boeing fleet. Generaon), Boeing 737-500, Sriwijaya Air plane started using the two-class configuration of eight Executive Class seats on each plane Boeing 737-800 NG (Next Generation), Boeing 737-500, Boeing 737-400 and Boeing 737-300, and, economy class. Previously it only provides economy class. Jumps have taken place in an increasing number of fleet operated by members of INACA, and it rose steadily through 2015 as illustrated in this table, which lists the number of fleet by Air Operator Certificate (AOC) 121 and AOC 135. Until mid-2012 INACA recorded the number and type of aircraft in the list of planes that have been ordered by airlines members, (see the table) all of which are planned for scheduled flight operations.

8

INACA Annual Report 2012


Hingga pertengahan tahun 2012 INACA mencatat posisi jumlah dan tipe pesawat yang masuk daftar pesawat-pesawat yang sudah diorder oleh beberapa maskapai penerbangan dari pabriknya, yang keseluruhannya direncanakan untuk operasi penerbangan berjadwal, yaitu terdiri dari:

Satu rute tergolong terpendek, B­ alikpapan–Tarakan justru dibuka oleh Garuda Indonesia dengan pesawat Bombardier CRJ1000 NG berkapasitas 96 penumpang, terdiri dari 12 kursi di Kelas Eksekutif dan 84 kursi di Kelas ­Ekonomi. Rute ini diramaikan oleh para pekerja di bidang agribisnis, permi­nyakan, dan pertambangan di K­ alimantan Timur yang melakukan perjalanan kunjungan bisnis, keluarga, maupun wisata. Contoh lain, Lion Air kini melayani rute ke lebih dari 36 tujuan p­ enerba­ ngan dan mengoperasikan hingga 226 penerbangan tiap hari. Adapun penerbangan berjadwal khusus kargo di Indonesia hingga sekarang tetaplah satu maskapai yang beroperasi.

Penerbangan Berjadwal Dalam Negeri Sebanyak 20 maskapai penerbangan berjadwal beroperasi tahun 2012. Jumlah penumpang yang diangkut meningkat 18,65% menjadi 71,42 juta dari jumlah di tahun sebelumnya 60,19 juta penumpang. Tahun 2012 tampak penambahan frekuensi dan rute penerbangan dalam negeri bergeser fokusnya pada konektivitas kota-kota antar provinsi langsung, tanpa transit atau melalui hub terbesar kota Jakarta. Salah satu operator LCC, contohnya, dengan armada 17 unit pesawat tahun 2011 rata-rata mengoperasikan 90 frekuensi per hari dan pada akhir tahun 2012 menjadi 137 frekuensi per hari. Kota Solo dihubungkan dengan penerbangan langsung ke Balikpapan oleh dua operator, satu di antaranya bahkan meningkatkan frekuensi menjadi dua kali sehari. Kota Makassar dan Balikpapan adalah dua kota besar di wilayah te­ ngah Indonesia, yang diambil sebagai fokus pengembangan jaringan oleh beberapa maskapai. Perekonomian di Balikpapan, sebagai kota di wilayah Kalimantan diprediksi akan terus mengalami pertumbuhan, didukung oleh peningkatan ekonomi daerah dari hasil eksplorasi tambang mineral Domestic Scheduled Airlines A total of 20 airlines operate scheduled flights in the country in 2012 that carried yang kian meluas di wilayah pulau ini. 71,42 million passengers, compared to passengers of 60.19 million in the year before. Ekspansi penerbangan ke wilayah timur Indonesia telah In 2012, additional frequencies and new routes in the country shifted its focus on masuk agenda beberapa operator nasional. Bersamaan itu introducing connectivity between provincial cities directly, without transit through city’s larger ada yang membuka rute tengah dan barat Indonesia, hub. Denpasar–Balikpapan, Denpasar–Bandung masingOne of LCCs, for example, with a fleet of 17 aircraft in 2011 operates averagely 90 frequencies masing pp dua kali per hari, dan membuka per day and at the end of 2012 the daily frequency became 137. Solo City linked with direct flight to Batam–Padang dan Batam–Surabaya Balikpapan by two operators, one of whom even increase the frequency to twice a day. masing-masing pp satu kali per hari. Makassar and Balikpapan are two major cities in the central part of Indonesia, has been taken as the focus Surabaya–Lombok bahkan dilayani for network development by several airlines. The economy in Balikpapan, a city on Kalimantan region predicted to dengan frekuensi penerbangan continue growing, supported by increase of local economy from mineral exploration increasingly widespreaded on the dua kali sehari. island. Flight expansion to eastern Indonesia has entered the agenda of several national carriers. There is also an opening route between the central and western Indonesia, Bandung-Denpasar and Denpasar–Balik papan, each twice per day, and new Batam Padang and Batam - Surabaya each once per day. Surabaya–Lombok even coupled with flight frequency twice daily. One belonging to the shortest route, Balikpapan–Tarakan actually opened by Garuda Indonesia with Bombardier aircraft with a capacity of 96 passengers on CRJ1000 NG, consisting of 12 seats in Executive Class and 84 seats in Economy Class. This route is enlivened by the business practitionists in the areas of agribusiness, petroleum, and mining in East Kalimantan who travel on either business or family trip. Another example, Lion Air now flies to over 36 destinations and operates up to 226 flights every day. Special cargo scheduled flights in Indonesia until now remains being operated by one airline.

INACA Annual Report 2012

9


Penerbangan Berjadwal Internasional Salah satu anggota, Garuda Indonesia me­nanda­tangani kerja sama codeshare pada Oktober 2012 dengan Etihad Airways. Itu akan mencakup layanan ke 80 destinasi di 50 negara di dunia yang diterbangi oleh maskapai penerbangan Uni Emirat Arab tersebut, dari Frankfurt, Brussels, Milan, Dusseldorf, Munich, dan Bahrain. Anggota lain, Lion Air, di tahun 2012 mendirikan perusahaan patungan maskapai penerbangan berbasis di Kuala Lumpur, Malaysia. Tahun berikutnya akan memulai terbang ke beberapa destinasi di wilayah Asia Pasifik. Hingga tahun 2012, para operator Indonesia membuka rute baru berjadwal ke luar negeri masih di sekitar kawasan dekat di ASEAN, dan ke Australia. Penerbangan medium haul dari Indonesia ke Timur Tengah dan Asia Timur (Jepang, China, Korea) berjalan konstan, ke Taiwan dibuka kembali setelah sebelumnya berhenti sementara, sedangkan langkah membuka long haul flights ke Eropa dan Amerika, rencana-rencananya telah diumumkan antara lain oleh Garuda Indonesia.

Selain itu pengiriman spare parts perlengkapan rig dan pengebor­an minyak, konstruksi, mesin, dan pesawat cargo. Termasuk urgent cargo dan perishable items. Armada yang dioperasikan terdiri antara lain: Cessna C208, Pilatus PC-6, Hercules, Boeing, Kareebo, Fokker, Sukhoi Superjet 100, Sky Lander SK 105, Bizjet, Jet Phenom 300, Legacy 600, helikopter berbagai ukuran dan jenis. Sewa pesawat untuk charter per jam, rata-rata seperti ini: jet berkapasitas tujuh penumpang US$ 4.000–US$ 5.000; jet Bizjet US$ 3.500; Fokker 50 US$ 4.000; Jet Phenom 300 sewa US$ 4.000–US$ 5.000; Legacy 600, US$ 9.000–US$ 10.000.

Penerbangan Tidak Berjadwal Adapun bisnis penerbangan tidak berjadwal, tahun 2012 dilaksanakan oleh 20 operator. Di tahun 2011 jumlahnya 22 operator. Tapi pertumbuhan International yang terjadi di binis ini adalah pada volume yang merupakan dampak dan Scheduled Airlines berkaitan langsung dengan pertumbuhan ekonomi negeri ini. One member, Garuda Indonesia signed a codeshare agreement with Jasa layanan penerbangan tidak berjadwal umumnya di­gunakan oleh Etihad Airways in October 2012. It will cover services to 80 destinations in ­kegiatan bisnis pertambangan, kehutanan dan kelautan, baik kegiatan 50 countries by the United Arab Emirates, from Frankfurt, Brussels, Milan, ­operasional maupun kegiatan survey dan semacamnya. Dusseldorf, Munich, and Bahrain. Pada umumnya penerbangan tidak berjadwal beroperasi ke daerah Other members, Lion Air, in 2012 founded a joint venture airline based in ­remote, atau kota-kota kecil, di samping carter ke dan dari kota besar. Kuala Lumpur, Malaysia. It will commence flying to several destinations in the Antara lain termasuk destinasi Bali, Lombok, Kupang, Ruteng, Alor, Asia-Pacific region the next year. Until 2012, Indonesian carriers that open new route Ende, Maumere, Larantuka, Bejawa, Putusibau, Pontianak dan to overseas still focus in around the nearby area of ASEAN, and to Australia. ­Semarang. Medium haul flight from Indonesia to the Middle East and East Asia (Japan, China, Korea) runs constantly, to Taiwan resumed after a temporary stop operation, while the Bisnis Charter move to open new long haul flights to Europe and America, has been announced by Garuda Armada bisnis charter flights kini memenuhi bermacam Indonesia. kebutuhan di Indonesia, dalam tiga tahun terakhir bertambah relatif banyak. Pesawat charter di gunakan, Non-Scheduled Airlines mulai dari evakuasi medis angkutan pasien ICU/HCU, The business of non-scheduled airlines executed in 2012 by 20 operators, in 2011 the number was NICU, PICU, Emergency dan Private Cases. Untuk 22. But the growth occurred in business volume which is attributable to the impact of economic growth ini pesawat bisa dioperasikan maksimal 3 jam of this country. dari penyelesaian administrasi saat pesawat This service is generally used by business activities of mining, forestry and marine operations and memang tersedia. Dan pelayanan transportasi activities for surveys and as such. In general, non-scheduled flights operated to remote areas, or small towns, pergantian karyawan perusahaan besides charter transportation to and from bigger cities. Among other destinations, are Bali, Lombok, Kupang, pengeboran minyak dan tambang, Ruteng, Alor, Ende, Maumere, Larantuka, Bejawa, Putusibau, Pontianak and Semarang. penerbangan para VIP korporasi, penerbangan kargo, pemotretan Charter Business kawasan dari udara, kegiatan The fleet in charter flights business of today has so far met the various needs of Indonesia, it grows consistently survey, hingga memenuhi relatively large in the last three years. Aircraft in charter are used for medical evacuation transports like patients of ICU/ keinginan para penggemar atau HCU, NICU, PICU, Emergency and Private Cases. Such aircraft can take off within a maximum 3 hours after the completion of hobi penerbang. administration procedure when the aircraft is available. They transport spare parts and oil drilling rig equipment, construction, and machinery, including urgent cargo and perishable items. Charter also provide personnel transportation services of oil drilling and mining companies, corporate VIPs, air cargo, aerial photography and surveys, and so to meet the need of aviation fans or hobby aviators. Aircraft in operation consisting among others are: C208 Cessna, Pilatus PC-6, Hercules, Boeing, Kareebo, Fokker, Sukhoi Superjet 100, Sky Lander SK 105, Bizjet, Jet Phenom 300, Legacy 600, helicopters of various sizes and types. Rent a charter plane for an hour, on average is like this: a jet aircraft with seven-passenger capacity at U.S. $ 4,000 - U.S. $ 5,000; a Bizjet U.S. $ 3,500; Fokker 50 U.S. $ 4,000; Phenom 300 Jet U.S. $ 4,000-US $ 5,000; Legacy 600, U.S. $ 9,000-US $ 10,000. Rent for one-way charter flight from Jakarta to Singapore, an average price is U.S. $ 7,000 to U.S. $ 8,000. The above mentioned rental fee is valid for airport to airport transport. Delivery up to final destination beyond airport will be charged additional accordingly. Booking required one week in advance.

10

INACA Annual Report 2012


Perbandingan Produksi Penerbangan Nasional Berjadwal Luar Negeri 2011–2012 Sewa charter pesawat sekali jalan dari Jakarta ke Production of Scheduled National Airlines on International Routes in 2011–2012 Singapura, rata-rata US$ 7.000 hingga US$ 8.000. Biaya sewa pesawat dimaksudkan adalah untuk Descrirption Unit 2011 2012 Growth % pengiriman dari bandara keberangkatan menuju ke bandara Aircraft KM (000) 126,876 138,721 9.34 tujuan. Apabila menginginkan pengantaran sampai ke tempat Aircraft Departure number 61,755 69,946 13.26 tujuan akhir maka dikenakan biaya tambahan sesuai dengan Aircraft Hours number 184,312 209,107 13.45 wilayah pengantaran. Pemesannya diperlukan satu minggu Passenger Carried number 8,152,133 9,938,291 21.91 di muka. Freight Carried ton 72,163 90,692 25.68 Sejak tahun 1967 maskapai penerbangan nasional Passenger KM (000) 22,897,654 23,264,346 1.80 telah memulai bisnis charter berpengalaman banyak dalam Available Seat KM (000) 31,186,691 31,423,555 0.76 melayani berbagai kebutuhan pe­nerbangan dengan rute Passenger L/F (%) 73.42 74.03 0.84 dan keperluan khusus. Salah satu contoh, maskapai yang awalnya sebagai Air Charter mengoperasikan dua pesawat Perbandingan Produksi Penerbangan Nasional Berjadwal Dalam Negeri 2011–2012 Cirrus, lalu berekspansi merangkap sebagai penerbangan rute Production of Scheduled National Airlines on International Routes in 2011–2012 berjadwal, 3 buah pesawat Fokker 50 ditambahkan, tahun 2012 memesan 12 Sukhoi Superjet 100, juga memesan Sky Descrirption Unit 2011 2012 Growth % Lander SK 105. Aircraft KM (000) 409,073 555,748 35.86 Tahun 2012 charter memang berkembang pesat terutama Aircraft Departure number 504,519 614,712 21.84 di kawasan Pulau Suma­tera, Jawa, Kalimantan, dan Papua. Aircraft Hours number 686,784 851,127 23.93 Sekitar 350 bandara di seluruh Indonesia sudah diakses oleh Passenger Carried number 60,197,306 71,421,464 18.65 pesawat kecil dalam bisnis charter, misal menggunakan Freight Carried ton 483,736 571,668 18.18 pesawat C208, bahkan juga melayani operasi ke beberapa Passenger KM (000) 58,455,009 69,235,834 18.44 bandara dengan panjang runway 600 meter. Available Seat KM (000) 68,578,455 85,702,251 24.97 Pertumbuhan ekonomi dan bisnis di Indonesia beberapa Passenger L/F (%) 85.24 80.79 -5.22 tahun ini sungguh mendongkrak permintaan layanan pesawat pribadi dengan charter. Pemain lama berbenah menghadapi hadirnya pemain baru. Jumlah Kargo diangkut Penerbangan Nasional Berjadwal Dalam Negeri 2011–2012 Dengan kata lain, peluang bertumbuh sedang marak di di bisnis Cargo carried by Scheduled National Airlines on Domestic Routes in 2011–2012 penerbangan charter, ya dengan helikopter, pesawat turboprop dan pesawat jet. 2011 2012 Growth %

AOC dan Lompatan Armada

Total in tons

483,736

571,668

18.18

Jadi, dari perspektif jumlah armada pener­bangan nasional Jumlah Kargo diangkut Penerbangan Nasional Berjadwal Luar Negeri 2011–2012 I­ ndonesia, tampak tahun 2012 merupakan titik tolak akan terjadinya Cargo carried by Scheduled National Airlines on International Routes in 2011–2012 lompatan-­lompatan signifikan, terutama untuk pe­nerbangan berjadwal. Proyeksi yang disusun oleh Pemerintah telah menunjukkan 2011 2012 Growth % jumlah armada AOC 121 dari 442 pesawat di tahun 2012 meningkat Total in tons 72,163 90,692 25.68 cukup tinggi, akan mencapai 580 pesawat di tahun 2015, saat ASEAN Open Sky siap dilaksanakan, dan menjadi 973 pesawat di tahun 2020. Operator dengan AOC 135 mengoperasikan dari jumlah The national airline began and has experienced charter business since 1967, serving request from 258 armada di tahun 2012 akan men­jadi 421 armada public for airlines service on special routes and needs. di tahun 2020. One example is an airline that initially as Air Charter operates two Cirrus aircraft, then expands to be Sedangkan jumlah pe­numpang di dalam concurrently a scheduled airline, added up 3 Fokker 50 to its fleet, in 2012 ordered 12 Sukhoi Superjet 100, negeri telah mengalami ­lom­patan-lompatan also ordered Sky Lander SK 105. tinggi sejak tahun 2008. Charter business in 2012 was growing rapidly, especially in the area of Sumatra, Java, Kalimantan, and Papua Sementara ini untuk tahun 2020 islands. So far approximately 350 airports across Indonesia already accessed by small aircraft of charter business, for diproyeksikan jumlah penumpang example using the C208 aircraft, even also operating to serve the airport with a runway of 600 meters long. ­diangkut pada rute penerbangan Economic and business growth in Indonesia in recent years really boost the demand for private aircraft charter dalam negeri akan berjumlah services. Existing operators face the presence of new players. sekitar 119,8 juta In other words, growing opportunities are emerging in the charter airline business, yes, using helicopters, turboprops and penumpang, mendekati jets. angka 50 persen dari jumlah penduduk AOC and the Fleet ­Indonesia. Thus, from the perspective of fleet operated by Indonesia’s national airline, the year 2012 was the starting point for significant leaps, especially done by scheduled airlines. Projections prepared by the Government has shown a total fleet of 442 aircraft by AOC 121 in 2012 will rise high enough to reach 580 aircraft by 2015, the latest year preparing to enter ASEAN Open Sky, and a 973 aircraft in 2020. All airlines who operate a total of 258 aircraft on AOC 135 will have 421 aircraft fleet in 2020. As has been recorded the number of passengers in the country has experienced high jumps since 2008. For 2020 projected number of passengers carried on domestic routes would amount to about 119.8 million passengers, approaching 50 percent of Indonesia’s population.

INACA Annual Report 2012

11


Persyaratan Perusahaan Di tahun 2012 industri pe­nerbangan kembali diingatkan perihal persyaratan pendirian maskapai penerbangan, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan yang mewajibkan setiap maskapai berjadwal agar meng­ operasikan minimal 10 pesawat dengan status minimal lima unit pesawat milik sendiri dan lima lainnya berstatus sewa. Itu berarti, maskapai setidaknya harus memiliki modal awal sebesar Rp 8 triliun. Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25, disebutkan modal disetor harus sebesar biaya operasi dan investasi pada tahun pertama. Mendirikan maskapai juga harus punya jaminan bank. Sebagai contoh, jika maskapai yang didirikan ingin mendatangkan p­ esawat Boeing 737-900 sebagai milik sendiri maka dibutuhkan dana sebesar Rp 4 triliun. Ditambah lagi dengan sewa pesawat. Biaya operasional nilainya kurang lebih sama dengan pembelian lima pesawat tadi, jadi secara kese­luruhan dibutuhkan setidaknya haruslah Rp 8 triliun biaya modal mendirikan satu maskapai penerbangan.

Green Aviation Regulator dan operator penerbangan di Indonesia tahun 2012 menerapkan pemeliharaan lingkungan yang sehat, sebagaimana tertuang dalam strategi empat pilar Green Aviation yang diumumkan oleh IATA. Yaitu: 1. Improved technology mencakup pembaruan armada, biofuels dan penggunaan engine yang advanced. 2. Pengoperasian yang efektif, mencakup improved operational practices dan pengoperasian pesawat secara efisien. 3. Efficient infrastructure, ini mencakup penyelenggaraan Air Traffic Management (ATM) dan infrastruktur bandara. 4. Positive Economic Measures, ini mencakup skema Carbon Offset and Trading, dan Carbon Incentives. Indonesia untuk itu telah menetapkan untuk dilaksanakan: Policy, Strategy, Procedure, and Capacity Building; Aircraft and Airport facilities operational efficiency; Aircraft and infrastructure modernization; ATM improvement dan pelaksanaan Performance Based Navigations (dari ICAO) pada pelayanan navigasi udara; dan, peningkatan pelaksanaan bandara berwawasan lingkungan.

12

INACA Annual Report 2012

Establishing an Airline In 2012 the airline industry again reminded about requirements for airline company establishment, in accordance with Law No. 1 Year 2009 that stipulating a compulsory for any scheduled airlines to operate at least 10 aircraft, of which a minimum five aircraft on company’s possession and another five aircraft on rental status. It may mean that an airlines should at least has an initial capital of Rp 8 trillion. In the Minister of Transportation No. 25 Regulation, it is stated capital must be ready sufficiently for operating costs and investment in the first year. Establishing the airline must also have a bank guarantee. For example, if the airline which was founded to bring the Boeing 737-900 as one’s own will need funds amounting to Rp 4 trillion, in addition to funds for aircraft lease. Operational costs will approximately be the same value with the purchase of five aircraft, so overall it takes at least Rp 8 trillion to establish an airlines company.

Green Aviation Regulators and operators in Indonesia in 2012 implements healthy environment program, following the four pillars strategy towards Green Aviation announced by IATA. Namely: 1. Improved technology includes fleet renewal, biofuels and the use of advanced engine. 2. Effective operation, including improved operational practices and efficient operation of aircraft. 3. Efficient infrastructure, this includes improvement of Air Traffic Management (ATM) and airports infrastructure. 4. Positive Economic Measures, this involves in the schemes of Carbon Offset and Trading, and Carbon Incentives. Indonesia has set for carrying out the followings: Policy, Strategy, Procedure, and Capacity Building; Aircraft and Airport facilities operational efficiency; Aircraft and infrastructure modernization; ATM improvement and implementation of Performance Based Navigations (ICAO) on air navigation services, and, enhancement in the implementation of airport insightful environment.


Kebandarudaraan

dilaksanakan dan akhir tahun 2013 akan beroperasi sepenuhnya. U­ ntuk penerapan single air traffic service provider di Indonesia, Perum ini memerPihak pengelola bandara di Indonesia sedang mengatasi beberapa lukan pemenuhan kualitas sumber daya manusia, peralatan, teknologi, dan permasalahan besar di bidang kebandarudaraan. Itu termasuk program beberapa aspek teknis lain. pemenuhan kapasitas (Terminal, Landas Pacu dan Apron); pemenuhan Selama ini sebelum LPPNPI terbentuk, pelayanan navigasi penerba­ sarana dan prasarana terutama di terminal penumpang di bandara; masalah ngan di Indonesia dikelola oleh beberapa penyelenggara di antaranya Unit kekurangan dalam hal aksesibilitas ke/dari bandara (KA, jalan arteri dan Pelayanan Teknis Ditjen Perhubungan Udara, PT Angkasa Pura I, PT Angkasa jalan tol); dan permasalahan di seputar Tata Guna Lahan dan Masterplan di Pura 2, dan Bandar Udara Khusus. lingkungan sekeliling bandara. Tetapi sebenarnya masih ada aspek lain yang memerlukan upaya pe­ ningkatan kualitas di lingkungan manajemen bandar udara, yaitu pelaksanaan operasional manajemen itu sendiri, yang memerlukan sikap kepekaan dan kreatifitas tinggi dan dinamis. Itu antara lain berhubungan dengan perkembang­an bisnis penerbangan yang dinamis, terutama di sisi demand. Pelayanan spesifik seperti terhadap penyandang disabilitas, kepadatan ken­ daraan bermotor, dan pengelolaan ruang publik. Januari 2012 pemerintah mulai mensiapkan pengaturan ke arah me­ nerapkan Sistem Layanan Tunggal Elektronik Nasional Indonesia (Indonesia National Single Window/INSW), di 5 bandara internasional, dimulai dari bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Sistem ini akan menghasilkan pengelolaan data dan informasi berupa pelacakan kargo, status kargo, daftar timbun, sistem informasi penerbangan, rute penerbangan, dan persetujuan penerThe Airports bangan. Ini akan mempercepat proses-proses pengurusan dan pengambilan keputusan menyangkut kegiatan ekspor impor dan operasi penerbangan. The airport management in Indonesia was addressing Dalam tahun 2012 sedang dilaksanakan perluasan dan peningkatan some major issues in the field of airport affairs. That includes kapasitas bandar udara antara lain : Soekarno-Hatta (Jakarta), tahun pelakcapacity compliance program (Terminal, Runway and Apron); sanaan 2012–2016; Kualanamu (Medan) tahun pelaksanaan 2007–2013; fulfillment of facilities and infrastructure, especially in the passenger Sultan Thaha (Jambi), tahun pelaksanaan 2011–2015; Supadio (Pontianak), terminal buildings; shortage problems in terms of accessibility to / from tahun pelaksanaan 2009–2016; Sultan Mahmud Badaruddin II (Palemthe airport (train, arterial roads and highways), and issues on the Land bang), tahun pelaksanaan 2012–2014 ; RH Fisabilillah (Tanjung Pinang), Use master plan in the neighborhood around the airport. tahun pelaksanaan 2009–2014 ; Depati Amir (Pangkal Pinang), 2011–2015; But actually there are other aspects that need quality improvement efforts Silangit (Danau Toba, Sumatra Utara), 2013–2015; Tambolaka (Sumba, in the management of the airport,-- the operational implementation of manNTT), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Syarif Kasim II (Pekanagement itself,-- which requires an attitude of high sensitivity and creativity and baru), Bandara Internasional Minangkabau (Padang), dan lainnya. dynamic. It was among others associated with the characteristics of dynamic aviation Pada saat rampung, bandara-bandara itu akan mempunyai business, especially on the demand side. Other examples are necessity for specific kapasitas sebagai berikut (dalam juta penumpang per tahun): services for persons with disabilities, vehicle density, and management of public spaces. Soekarno-Hatta 62; Husein Sastranegara 0,6; Kualanamu 10; January 2012 the government begins making regulation towards implementing an Sultan Syarif Kasim II 4; RH Fisabilillah 1; Sultan Badaruddin Indonesia National Single Window / INSW, at five international airports, starting from the II 3,4; Sultan Thaha 1,5; Depati Amir 1,3; Supadio 3,2; dan Soekarno-Hatta Jakarta. This system will generate data and information management in the Minangkabau 2,5. form of tracking for cargo, cargo status, piling lists, flight information systems, routes and flight Tahun 2012 dengan Peraturan Pemerintah (PP) approval. This will speed up the processes of management and decision-making concerning the export Nomor 77 tahun 2012 telah dibentuk Perum and import activities in aviation operations. Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi The year 2012 sees the development implementation and expansion of airport capacity that include: Penerba­ngan Indonesia (LPPNPI). Proses Soekarno-Hatta (Jakarta), scheduled for 2012–2016; Kualanamu (Medan) scheduled for 2007–2013; Sultan pelaksanaan fungsinya yang secara tunggal Taha (Jambi), for 2011–2015 year; Supadio (Pontianak), for 2009–2016 year; Sultan Mahmud Badaruddin mengatur lalu lintas penerbangan sipil di II (Palembang), for 2012–2014 year; Fisabilillah RH (Tanjung Pinang), for the 2009-2014; Depati Amir (Pangkal seluruh wilayah udara Indonesia mulai Pinang), 2011–2015; Silangit (Lake Toba, North Sumatra), 2013–2015; Tambolaka (Sumba, NTT), Bandung (Bandung), Sultan Sharif Kasim II (Pekanbaru), Minangkabau International Airport (Padang), and others. At the time of completion, those airports will have the capacity as follows (in million passengers per year): SoekarnoHatta 62; Bandung 0.6; Kualanamu 10; Sultan Sharif Kasim II 4; RH Fisabilillah 1; Sultan Badaruddin II 3, 4; Sultan Taha 1.5; Depati Amir 1.3; Supadio 3.2, and 2.5 Minangkabau. In 2012 a state-owned Air Navigation of Indonesia (Air Nav Indonesia) has been established based on Government Regulation (PP) No. 77 of 2012. The Institute will fully function as a single civil air traffic service provider all across the airspace of Indonesia by the end of 2013. For the task the Institute requires fulfillment of human resources, equipment, technology, and other technical aspects. Till now the air navigation services in Indonesia are managed by some different organization such as Technical Services Unit under Directorate General of Civil Aviation, PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura Space II and Management of some Special Airports.

INACA Annual Report 2012

13


Koordinator Time Slot

Inilah sebagian di antara proyek pembangunan dan pengembangan bandara di Indonesia.

Dunia penerbangan sipil Indonesia telah memiliki koordinator time slot yang sudah beroperasi tahun 2012.Sebelum terbentuk dan beroperasinya komite time slot tersebut, di tahun 2012 itu juga INACA menyampaikan kembali rekomendasinya. Bahwa de­ngan meningkatnya jumlah penerbangan dan terbatasnya kapasitas bandara (airport capa­city) maupun ruang udara di Indonesia, sudah mendesak perlunya terbentuk Komite Koordinasi Pengalokasian Jadwal Penerbangan (slot) melalui Keputusan Menteri, agar berkekuatan hukum yang mengikat semua pihak, karena ini berkaitan langsung dengan kepentingan publik. Pengaturan pengalokasian slot di satu bandara harus memperhatikan k­ apasitas bandara dengan didasarkan prinsip: Fair–Transparent–Non Discriminatory. Latar belakangnya, koordinasi pengalokasian skedul selama ini diurus melalui forum IATA Schedule Conference, sekali dua tahun. Garuda Indonesia sebagai Slot Coordinator di pihak Indonesia. PT Time Slot Coordinator AP I & II selaku airport provider memberikan data kapasitas bandara berupa Notice of Airport Capacity (NAC). Slot yang dialokasikan kepada airlines Indonesian civil aviation coordinator has had a time slot tidak dipungut biaya, dan bersifat resiprokal antar dua Negara melalui coordinator that has been in operation in 2012. Slot Coordinator masing-masing. Slot yang dialokasikan dan dipergunakan Prior to the establishment and operation of the time slot oleh suatu airline yang mencapai 80% menjadi ‘historical slot’ airline yang committee, in that year 2012 INACA reiterated its recommendation for bersangkutan. Slot yang diberikan adalah subject to government approval. that purpose as increasing number of flights and the limited capacity of Ada beberapa bentuk Slot Coordinator di dunia internasional: Di Asia airport as well as limitation in air space in Indonesia, already expose urgent umumnya fungsi Coordinator dipegang oleh National Flag Carrier bersama need to have a Coordination Committee under a regulation made by Minister Airport. Misal Thai Airways, Singapore Airlines, Japan Airlines, Malaysia of Transportation, to commit legally all related parties, as it directly deals with Airlines, masing-masing bertindak sebagai Slot Coordinator mewakili public interest. kepentingan negaranya. Setting the allocation of slots at airports should consider the airport capacity Di Middle East, fungsi itu dipegang oleh otoritas penerbangan and principles of: Fair–Transparent–Non Discriminatory. sipil. Di Eropa dan USA dipegang oleh satu Badan Independen. Until now coordinating the time allocation has been taken care through an IATA Adapun penerbangan internasional ke dan dari Indonesia, slot Schedule Conference Forum, once in every two years. Garuda Indonesia acted as the Slot time management berjalan baik, dimana pihak airlines dan Coordinator in Indonesia. PT. AP I & II as airport capacity providers submitted data in the airport melaksanakan dan menjalankannya sesuai dengan IATA form of Notice of Airport Capacity (NAC). Slots are allocated to airlines free of charge, and is Worldwide Scheduling Guidelines (IATA WSG). reciprocal between every two countries through respective Slot Coordinator. Slot provided is Di dalam negeri, belum pernah terbentuk satu subject to government approval. institusi Slot Coordinator yang mengelola dan mengatur There are several forms of Slot Coordinator internationally: In Asia generally its function pengalokasian slot di bandara maupun petunjuk held by a Flag Carrier of the airport. For example Thai Airways, Singapore Airlines, Japan Airlines, sebagaimana yang dipunyai IATA. Setiap operator Malaysia Airlines for respective airport. Slot Coordinator acts as represent-ing the interests of its penerbangan dalam merencanakan jadwal country. penerbangan akan menghubungi Regulator untuk In Middle East the function was held by a civil aviation authority. In Europe and the United States held memperoleh izin (flight approval) dan kepada by the Independent Board. As for international flights to and from Indonesia, time slot management so bandara untuk memperoleh slot (jadwal far goes well, in which the airlines and airports implement and run in accordance with the IATA Worldwide berangkat ataupun tiba). Scheduling Guidelines (IATA WSG). Jadi, kini Time Slot Coordinator telah In Indonesia domestically Slot Coordinator institutions has never been formed to manage and regulate the berfungsi. Mekanisme pemberian time allocation of slots as well as the guidelines from IATA at the airport . Every operator will submit flight schedules slot dilaksanakan melalui komite plan and contact the Regulator for a license (flight approval) and to the airport management to get a slot (leaving or tersebut. arriving schedule). So, now Time Slot Coordinator works. Time slot delivery mechanisms will go through the committee.

14

INACA Annual Report 2012


Menyongsong ASEAN Open Sky

ASEAN Open Sky Market Size Antar Negara-negara ASEAN. Market Size of ASEAN Member Countries.

Selama tahun 2012 kalangan penerbangan nasional merasakan momen yang kian serius memerlukan keterlibatan dalam memperhatikan ke­siapan Indonesia menyongsong pemberlakuan ASEAN open sky policy pada akhir tahun 2015, tepatnya efektif mulai awal 2016. Kesiapan dimaksudkan selain oleh o­ perator maskapai nasional, juga kala­ngan policy maker, regulator, dan badan-badan serta lembaga pendukung lain yang berkaitan dengan industri penerba­ngan, hingga pada kesiapan ­infrastruktur kebandaraan dan sumber daya manusia. Open sky di ASEAN pada akhirnya me­nuntut peningkatan aspek kualitas, di samping kuantitas, dari operator pe­nerbangan agar memenuhi citra dan profesionalisme berkelas dunia. Bersamaan itu, juga menuntut kebandar­udaraan dan aksesibilitasnya di darat yang mumpuni, dan dari berbagai lini dalam industri penerbangan komersial dituntut pelayanan yang efisien namun menyenangkan pengguna jasa. Kenyataannya Indonesia sebagai pasar maupun sebagai destinasi merupakan terbesar di antara anggota ASEAN, sehingga peluang komersial terbuka relatif luas, maka industri penerbangan nasional Indonesia sepatutnya diarahkan agar tetap menjadi tuan di rumahnya sendiri. Aspirasi During the year 2012 the national airlines fell into a moment that tersebut hidup dan disuarakan di lingkungan masyarakat penerba­ngan requires more of their involvement and attention to the readiness of Indonesia. Indonesia to meet the ASEAN open sky policy implementation scheduled Para operator menyadari persaingan semakin keras juga berlangsung, to be effective from the beginning of 2016. It should involve from national bukan hanya antara operator penerbangan di dalam negeri, dan antara airlines, policy makers, regulators, and related and supporting agencies ­operator antarnegara, juga persaingan antara destinasi, antara negara associated with the aviation industry, to the management of airports, secara individual, dan antara regional (kawasan), di tengah bergesernya infrastructure and human resources. pertumbuhan tinggi ekonomi regional di dunia ke arah kawasan Asia ASEAN open sky at the end of the day demand higher quality aspects, in Pasifik. addition to the quantity, of the various stakeholders in order to fulfill the good Prasarana dan sarana untuk kepentingan industri penerbangan image of aviation activities and world-class professionalism. Simultaneously, it also sedang diupayakan dan dibangun oleh pemerintah, dengan requires accessibility in airport affairs and a good accessibility on land, and of the kesadaran akan berlangsungnya penambahan signifikan dalam various lines in the commercial aviation industry demanded an efficient yet convenient jumlah armada pesawat terbang, dan, tren peningkatan jumlah service for users. penumpang baik di rute dalam negeri maupun luar negeri. In fact Indonesia as a market concurrently a destination constitutes a biggest among Ini sejalan dengan kenyataan pertumbuhan ekonomi ASEAN members, so it is relatively wide open in commercial opportunities, hence the dan pertambahan jumlah penduduk kelas menengah, Indonesian national airline industry should be directed to remain a master in its own home. di Indonesia maupun di hampir setiap negara-negara Such aspirations have been voiced out in the Indonesian aviation community. anggota ASEAN. The operators realized a harder business competition also takes place, not only between airline Open Sky ASEAN berarti liberalisasi penerbangan operators in the country, and between interstate carriers, also competition between destinations, secara regional, namun Indonesia mempertahankan between individual countries, and between the regions, in the midst of shifting high-growth regional prinsip pembukaan lima point saja yakni: J­ akarta, economies of the world to towards the Asia Pacific region. Surabaya, Denpasar, Medan dan Makassar. Adequate infrastructure and facilities for the benefit of the aviation industry is being sought and was Industri penerbangan Indonesia pun being built by the government, being aware of the ongoing significant increase in the number of planes mengansipasinya dalam arah pembatasan flying, and, upward trend in the number of passengers on routes both domestically and abroad. This is in line tersebut. Maskapai penerbangan Indonesia with the reality of growth. in economy and increasing middle class population, in Indonesia and in almost every juga memaklumi tantangan, dan, peluang, ASEAN member countries. yang akan dibawa oleh liberalisasi ASEAN Open Sky means a regional aviation liberalization, but Indonesia preserve the principle of opening five tersebut. points only, namely: Jakarta, Surabaya, Denpasar, Medan and Makassar. Indonesian aviation industry is prepared toward that direction, understand the challenges, and, opportunities to be brought by liberalization.

Welcoming ASEAN Open Sky

INACA Annual Report 2012

15


Market Size Antara Indonesia–Negara-negara ASEAN Market Size Between Indonesia and ASEAN Member Countries COUNTRY

MARKET SIZE

PAX SHARE

DIFF. Run down pelaksanaan Open Sky ASEAN 2011 2012 2011 2012 terurai sebagai berikut: Indonesia Malaysia 5.295.264 5.635.693 45,76% 46,47% 6% 1 Januari 2009 : pemberlakuan freedom Indonesia Singapore 5.064.454 5.172.542 43,76% 42,65% 2% ke-3 dan ke-4 untuk ibukota negara-negara ASEAN; 1 Januari 2011 pemberlakuan Indonesia Thailand 849.429 915.766 7,34% 7,55% 8% freedom ke-5 untuk ibukota negara anggota; Indonesia Vietnam 149.156 152.551 1,29% 1,26% 2% 1 Januari 2016 pemberlakuan freedom ke-3, Indonesia Philippines 147.174 170.003 1,27% 1,40% 16% ke-4, ke-5 untuk semua kota-kota di ASEAN. Indonesia Brunei Darussalam 40.237 44.514 0,35% 0,37% 11% Dalam hal inilah Indonesia memutuskan Indonesia Cambodia 16.702% 21.311 0,14% 0,18% 28% pembatasan berlakunya hanya pada lima Indonesia Myanmar 7.658 13.120 0,07% 0,11% 71% kota seperti disebutkan tadi. Indonesia Laos 2.550 2.469 0,02% 0,02% -3% Dari sisi industri penerbangan, memang, untuk memasuki medan Open Sky itu, TOTAL 11.572.574 12.127.969 100% 100% 5% diidentifikasi kesiapan-kesiapan yang memerlukan peningkatan kualitas manajemen: operasional, pemasaran, Implementation run down of ASEAN Open Sky breaks as pelayanan, keuangan, sumber daya manusia, teknologi, dan safety, security follows: 1 Jan 2009: the application 3rd and 4th freedom to the dan compliance. capital of the ASEAN countries; January 1, 2011 implementation fifth Kalangan industri penerbangan nasio­nal Indonesia, dalam konteks freedom to members’ state capital; January 1, 2016 implementation menyeluruh kesiapan menghadapi Open Sky ASEAN, di tahun 2012 telah 3rd, 4th, the 5th freedom for all cities in ASEAN. In this case Indonesia menyuarakan perlunya tiga peran utama untuk melaksanakan langkahrestricts only open five cities as mentioned earlier. Indonesia aviation langkah dan kebijakan, yaitu sebagai berikut: Airlines Nasional: industry, however, to enter the field of Open Sky have identified requirement for membenahi pelayanan, teknologi dan meningkatkan brand improvement in the quality of management: operations, marketing, service, finance, awareness; me­ningkatkan aspek safety, security, com­pliance, sesuai human resources, technology, and safety, security and compliance. standar internasional. Regulator: melaksanakan benchmarking The national airline industry, in 2012 too, has raised the need for three main actors to atas regulasi-regulasi yang ada; melaksanakan keterbukaan implement policies and measures, as follows: National Airlines: to fix services, technologies informasi untuk airlines; me­nerapkan level playing field and increasing brand awareness, improving aspects of safety, security, compliance, according supaya maskapai nasional dapat menjadi tuan rumah to international standards. Regulator: benchmarking the implementation of existing regulations; di negeri sendiri. implement information disclosure for airlines; apply equal level playing field so that the national Pemerintah: menjaga keseimbangan dalam carrier should be the host in their own country. kebijakan-kebijakan agar m ­ emba­ngun Government: maintaining a good balance in the policies towards the airlines in order to build a strong kekuatan airlines Nasional di tengah national aviation industry amidst Indonesia’s economic strength in general. Market size that owned by kekuatan ekonomi Indonesia secara Indonesia, compared to all the members of ASEAN, indicates chances for national interests are at a relatively more umum. robust.

16

INACA Annual Report 2012


Sub-Regional

Growth Projection (Road Map of KADIN 2009–2030)

Perlu dipahami pula, realitas adanya perjanjian penerbangan feeder antara Indonesia dengan beberapa negara anggota ASEAN. Ada perjanjian segitiga subregional, antara Malaysia, Thailand, dan Indonesia, yang menghubungkan Sumatra–Malaysia–Thailand. Ada perjanjian regional Indonesia–Filipina–Malaysia menghubungkan Sulawesi–Filipina–Malaysia. Kerja sama sub-regional itu antara lain sudah membuka penerbangan langsung: antara Medan dan Bangkok, ada titik di Kalimantan yang bisa terhubung dengan Kinabalu, Malaysia. Bandara di Sulawesi bisa terhubung dengan Filipina. Jadi telah terdapat sub-region yang sudah dioperasikan antara beberapa kota. Skala sub-regional itu cenderung dimainkan oleh smaller carriers. Karenanya, dari sana dak boleh terbang ke Solo di Pulau Jawa, misalnya. Yang sudah ditandatangani dan dibuka itu belum dimanfaatkan maksimal lantaran pasarnya belum bangkit. Namun, kalau pasar pariwisatanya dibangkitkan, tentulah bisa dimaksimalkan. Boleh dikatakan, untuk penerapan open sky ASEAN, Indonesia akan memberikan izin terbang secara bertahap. Yang sudah dipastikan adalah izin penerbangan capital to capital, seper Jakarta– Singapura, Jakarta–Kuala Lumpur, Jakarta–Manila, Jakarta–Bangkok, dan seterusnya. Itu akan dibuka 100%.

Ihwal Bandara Berdasarkan pengertian ASEAN Open Sky Policy merupakan kebijakan dan strategi untuk memperluas pasar penerbangan ASEAN (dalam bentuk Sub-Regional ASEAN Single Aviation Market) yang dapat diwujudkan melalui basis It should be publicly understood also the existence of several feeder flight regional, bilateral dan multilateral, dewasa ini dihadapi beberapa isu arrangements between Indonesia and ASEAN member countries. There is a strategis berkenaan dengan fasilitas bandar udara di Indonesia. triangular sub-regional air agreement, among Malaysia, Thailand and Indonesia, Yang dihadapi dan perlu diatasi oleh Indonesia terdiri atas: which connects Sumatra-Malaysia-Thailand. There are regional treaties covering Pemenuhan kapasitas terminal penumpang, landas pacu dan connectivity on Indonesia-Malaysia-Philippines. apron; Pemenuhan sarana dan prasarana terutama di terminal Sub-regional cooperation, among others, has opened direct flights: between Medan and penumpang; Mengatasi kekurangan pada aksesibilitas ke/ Bangkok, a point in Kalimantan that can be connected to Kinabalu, Malaysia. Sulawesi airport dari Bandara, seperti keretapi, jalan arteri dan jalan tol; can connect with part of the Philippines. So there have been several cities connection already Menyangkut Masterplan tata guna lahan di sekitar operated under sub-regions agreement. bandara. Sub-regional scale tends to be played by smaller carriers. Some that have been signed has not Memang, bandara di Indonesia rata-rata opened yet due to market real situation, however, if the tourism market arise, there certainly operator berada di bawah peringkat dalam perbandingan be operating. As reported earlier, for the implementation of the ASEAN open sky, Indonesia will give di antara Negara-Negara ASEAN. Pemerintah permission to fly in stages. No doubt capital to capital flight among ASEAN members’ will be open, such as dalam programnya mendorong peningkatan Jakarta-Singapore, Jakarta-Kuala Lumpur, Jakarta and Manila, Jakarta-Bangkok and so on. It will be open infrastruktur bandara terutama di lima 100%. kota utama. Dan mendorong Airlines dan penyelenggara bandara untuk menyusun About the Airport roadmap masing-masing. Untuk Road Based on understanding on ASEAN Open Skies Policy that constitutes a policy and strategy to expand the ASEAN Map bidang penerbangan, KADIN aviation market (in the form of expected ASEAN Single Aviation Market) which can be realized through regional basis, (Kamar Dagang dan Industri bilateral and multilateral agreements, today there are some strategic issues related to airport facilities in Indonesia. Indonesia) menyajikan sebagai Those need to be addressed by Indonesia consists of the followings: Fulfillment of passenger terminal capacity, the berikut: runway and the apron; Fulfillment of infrastructure, especially in the passenger terminal; Addressing shortcomings in accessibility to / from the airport, such as train service, arterial roads and highways; Matters concerning Masterplan for land use of airport surrounding area. As a matter of fact airports in Indonesia are averagely below the rank in comparisons among some ASEAN countries’. The government therefore prioritized encouragement in airport infrastructure development mainly in five major cities. At same time also encourage airlines and airport operators to develop their respective roadmaps. Road Map in aviation field that has been presented by National Chamber of Commerce described in the graphics.

INACA Annual Report 2012

17


Kegiatan dengan Stakeholders IATEC

Kebutuhan tenaga terampil dan terlatih di bidang industri p­ enerbangan sungguh krusial dan memerlukan solusi sesegara mungkin. INACA pun ber­upaya mendukung pencarian solusi. Organisasi ini sebagai tuan rumah menyelenggarakan satu upaya magnitude dalam ketenagakerjaan,­ ­Indonesia Aviaon Training & Educaon Conference–IATEC, pada 27–28 Juni 2012 di J­ akarta. Dunia internasional mengakui dan mendukung program ini: sebagai penyelenggara, ialah sebuah International Aviation Conference Organizer, di­dukung oleh International Air Transport Association (IATA), International ­Association of Flight Training Professionals (IAFTP), Professional Aviation Board of Cerfication (PABC), dan Boeing Flight Services. Tentu juga didukung oleh Kementerian Perhubungan. Tema utamanya memenuhi kebutuhan: “Building a Comprehensive Framework for the Future of Aviation Education and Training”. Sebanyak 13 sekolah penerbangan lokal, termasuk STPI Curug, dan sekitar 150 delegasi industri penerbangan nasional Indonesia mengikuti, bahkan ditambah 20 perusahaan internasional. Dalam program itu pula dilaksanakan Diskusi Panel dengan Nara Sumber berkompeten dari dalam negeri dan luar negeri, ada pameran (exhibition) Aviation Career Day serta Workshop on Training & Qualification Initiative. Ini bertemakan: The Multi Crew Pilot License (MPL). Kegiatan ini menjadi wahana yang mendasar dan berperspektif luas bagi para penyelenggara dan penyedia jasa pelatihan dan pendidikan penerba­ ngan di Indonesia.

mesin turbo propeller berperan membuka isolasi daerah dengan penerbangan perins, membuka pertambangan, mendukung pembangunan di daerah pedalaman, serta juga menghubungkan daerah yang tidak dapat diterbangi dengan pesawat jet, maka itu sangatlah membutuhkan fasilitas berupa insentif fiskal dari Pemerintah. Latar belakangnya, sejak tahun 2008 ketika ada perubahan Undang­Undang Bea dan Cukai, pembebasan bea masuk tersebut berganti dengan skema BMDTP (Bea Masuk Ditanggung Pemerintah). Tahun 2011 pemerintah untuk itu menyediakan pagu anggaran sebesar Rp 38.034.000.000,00, namun realisasinya rendah yaitu 0,03%. Untuk tahun 2012 belum ada ­penetapan pagu anggaran BMDTP. Sementara itu impor atas pesawat latih untuk keperluan Sekolah Penerbangan dikenakan Bea Masuk 60%, karena dikategorikan sebagai barang mewah.

INACA Works with the Stakeholders

IATEC

The need for skilled and trained workers in the aviation industry has been really crucial that need a solution as soon as possible. INACA also support seeking for solutions. This association hosted a magnitude effort in men power solution by holding an Indonesia Aviation Training & Education Conference - IATEC, on 27-28 June 2012 in Jakarta. International community recognizes and supports this program: Peningkatan Kualitas Avtur it is managed by International Aviation Conference Organizer, whereas Ini satu kegiatan yang fundamental pula. Pada Februari 2012 INACA ber­ International Air Transport Association (IATA), the International Association of sama Pertamina Aviation menyelenggarakan pelatihan untuk Fuel Handling Flight Training Professionals (IAFTP), Professional Aviation Board of Certification and Quality. Konsepnya berlatar belakang pengalaman para operator (PABC), and Boeing Flight Services, and the Ministry of Transportation respecpenerbangan yang mengindikasikan sungguh diperlukan perbaikan dan tively extended their supports. pening­katan kualitas avtur yang di supply bagi pesawat terbang. Its main theme says: “Building a Comprehensive Framework for the Future of Tahun 2011 telah pernah dilaksanakan Work Shop dan dilanAviation Education and Training”. A total of 13 local flight schools, including statejutkan dengan peninjauan ke beberapa DPPU (Depot Penyedia owned aviation schoo of STPI, and around 150 of Indonesia airline industry, and 20 Bahan Bakar Pesawat Udara). INACA sangat terkesan dengan international companies attended the course. keterbukaan Pertamina Aviation terhadap pelanggan. Maka, Program was also carried out in a Panel Discussion with competent resource persons from kedua pihak dewasa ini melanjutkan program perbaikan within the country and abroad, there is an exhibition of Aviation Career Day and Workshop on kualitas avtur secara lebih komprehensif. Training & Qualification Initiative. It was themed: The Multi-Crew Pilot License (MPL). This activity is a vehicle for a fundamentally broad perspective to the organizers and providers Ihwal Pajak dan Bea Masuk of training services and aviation education in Indonesia. Aspirasi dari industri penerbangan perihal beban pajak dan bea masuk ­dilanjutkan pengurusannya Avtur Quality Improvement dengan instansi terkait. INACA mengirim surat This is one of the INACA fundamental activities as well. In February 2012 INACA jointly with Pertamina No: INC-1001/A/02/IV/2012 tanggal 27 April Aviation perform a training course for Fuel Handling and Quality. This program has been based on experience 2012 kepada Menteri Perhubungan, memoof the airline that indicating it needed improvement in the quality of supplied jet fuel for aircraft. hon agar ditentukan Bea Masuk 0% (nol In 2011 there has been a Work Shop implemented and visit was made to DPPU (Depot Aircraft Fuel Providpersen) atas Impor Barang dan Bahan ers). INACA was very impressed with Pertamina Aviation openness towards its customers. Thus, both parties Guna Perbaikan dan/atau Pemeliharaan continued program for aviation fuel quality improvement in a more comprehensive way. Pesawat Udara. Tahun sebelumnya hal yang sama diajukan dengan About the Tax and Import Duty Surat No: INC-1001/A/10/X/2011 Aviation industry’s aspirations on taxes and customs have been followed up by relevant agencies. INACA sent a letter tanggal 12 Oktober 2011. dated 27 April 2012 to Transportation Minister, requesting a specified duty 0% for Import of Goods and Materials to Repair INACA menjelaskan, Airline and / or Maintenance of Aircraft. The previous year the same has been filed dated October 12, 2011. nasional yang mengopINACA explained, the national airline that operates the turbo engine propeller aircraft as aviation pioneer insulation, to open erasikan pesawat dengan mining, support development in rural areas, as well as linking the area that can not be flown by jet, is in need of fiscal incentives. 18

INACA Annual Report 2012


CASO

Pelatihan bagi Company Aviation Safety Officer (CASO) biasanya di­selenggarakan oleh lembaga pendidikan sekolah pilot di Curug. Ini berkaitan de­ngan keharusan jajaran airlines memahami, mengidentifikasi, mengevaluasi, tentang aspek safety setiap penerbangan. Itu antara lain mengacu pada UU No. 1/2009, Civil Aviation Safety Regulation (CASR), peraturan-peraturan tentang manajemen keselamatan dan berbagai regulasi lokal lainnya. Secara internasional mengacu antara lain pada berbagai regulasi dari ICAO (International Civil Aviation Organization). Namun program pelatihan tersebut telah terhenti beberapa tahun. Tahun 2012 INACA menyelenggarakannya. Dilaksanakan tiga kali yakni di bulan Juli, September, November 2012. Yang keempat direncanakan tahun berikutnya. Rata-rata 20–25 peserta per program, membuat demikian efektif proses interaktif dalam sesi-sesinya. Selain airlines, juga peminat di luar airlines ikut serta. Ini pertama kali dan dijadikan awal kegiatan Inaca bagi training serupa seterusnya, karena memang sifatnya mandatory bagi industri penerbangan, dan merupakan hasil keputusan RUA di tahun 2002, silabusnya pun telah disetujui oleh Pemerintah.

Index Kualitas Bandara

PT Angkasa Pura I yang mengelola 13 bandara mempercayakan pada Inaca sebagai organisasi independen untuk mengukur Customer Satisfaction Index. Tim dari INACA tahun-tahun sebelumnya telah melaksanakan permintaan tersebut setiap tahun. Bagi bandara di lingkungan AP I index tersebut menjadi bagian dari KPI (Key Performace Indicator) manejemen. Surveinya mencakup aspek pelayanan, fasilitas dan SDM. Lima kategori responden, yakni penumpang, air crew, manajer stasion yang berinteraksi dengan pihak bandara, para penyewa lahan di bandara, serta para manajer kargo. Hasil akhir survei tersebut ialah berupa Service Quality Index dari bandara. Kerja sama ini cermin airport bersinergi dengan kalangan airlines.

Dengan BNN

Beberapa orang profesional di bidangnya masing-masing, pada perjamuan itu memberikan pengalaman dan pandangan-pandangan mengenai topiktopik tertentu di bidang penerba­ngan, yang antara lain topik tantangan dan peluang mutakhir, yang dihadapi oleh dunia industri penerbangan pada umumnya, dan para profesional di bidang-bidang yang lebih spesifik pada khususnya. Berbagai kegiatan lain dengan beberapa pihak telah dilakukan, dan secara ­menyeluruh terdapat tiga isu utama selama tahun 2012 yang dihadapi, yakni peningkatan kualitas pe­nerbangan, menyongsong ASEAN Open Sky, dan pelabagai aspek sumber daya manusia.

CASO

Training for Company Aviation Safety Officer (CASO) usually organized by educational institutions in Curug pilot schools. This training is for airlines to understand, identify, evaluate, about every aspect of aviation safety. They refer to Law No. 1/2009, the Civil Aviation Safety Regulations (CASR), regulations on safety management and a variety of other local regulations. Internationally referring to the various regulations of the ICAO (International Civil Aviation Organization). However, the program has been stalled several years. In 2012 INACA conducted the training three times: in July, September, November 2012. An average 20-25 participants attended, thus effectively making interactive session. INACA will continue this training as its mandatory for the aviation industry, and as result from RUA in 2012. The syllabus was approved by the Government.

Airport Quality Index

PT Angkasa Pura I, which manages 13 airports rely on INACA as an independent organization to measure Customer Satisfaction Index (CSI). INACA Team in previous years has carried out such requests yearly. The survey covers aspects of services, facilities and human resources. Five categories of respondents, ie, passengers, air crew, station manager who always interacts with the airport management, the tenants in airport terminal and cargo managers. This collaboration mirrors synergize between airport and the airlines.

INACA berinisiatif melakukan pendekatan pada BNN (Badan Narkoka Nasional) dan tahun 2012 mengadakan satu pelatihan ToT, --Training of Trainer--, berisi informasi dan pelatihan upaya-upaya penanggulangan masalah menyangkut narkoba. Pesertanya khusus anggota INACA. BNN menyediakan semua instruktur, se­hingga diberikanlah With BNN pencerahan, pengetahuan di seputar masalah narkoba INACA initiated an approach to BNN (National Narcotics Agency) in 2012 to organize a ToT training, dan meningkatkan kewaspadaan para airliners. Keg--Training of Trainers--. It provides information and training related to drug prevention issues. Particiiatan ini melahirkan 2 angkatan ToT. Setiap peserta pants specifically are INACA members. BNN provides the instructors, giving enlightenment, knowledge kemudian menyebarluaskan lagi secara internal around issues of drugs and increase the awareness among Airliners. This activity produced two trained pada masing-masing jajaran perusahaan. groups. Each participant then will disseminate the knowledge to each line of their company.

Airlines Days

Airlines Days INACA mendukung dan ikut serta akf INACA would actively support and participate in a series of activities referred to as Indonesia Aviation Day Series. pada rangkaian kegiatan yang di­sebut Year 2012 has been organized for the first time, where one day, the airlines people get together in a seminar worksebagai Indonesia Aviation Day Series. shop. Some professionals in their respective fields told their experiences and views on specific aviation topics, such as on Tahun 2012 telah diselenggarakan current challenges and opportunities faced by the airline industry, and the professionals talked on more specific particular. untuk pertama kali, di mana satu Various other activities have been conducted by several parties, and overall there are three major issues faced during the hari, kalangan airlines berhimyear 2012, the increase in air quality, to meet the ASEAN Open Sky, and aspects of human resources. pun dalam satu sarasehan.

INACA Annual Report 2012

19


Memahami Perspektif Pemerintah Kalangan industri penerbangan selama ini memang lebih mengutamakan jaringan di dalam negeri, bersamaan dengan penambahan armada, upaya mengatasi problem di aspek sumber daya manusia, meningkatkan kemampuan pemanfaatan sistem teknologi informasi. Dengan semangat dan kehati-hatian, menyongsong ASEAN Open Sky, interaksi ber­kesinambungan dilakukan dengan pemerintah selaku decision maker, fasilitator dan regulator. Perspektif Pemerintah dalam menentukan kebijakan menghadapi ASEAN Open Sky, dapat dicatat sebagai berikut: 1. Prinsip Cabotage tetap dipertahankan, yaitu rute dalam negeri hanya dapat dilayani oleh perusahaan penerbangan nasional; Aviation industry players so far have been 2. Ratifikasi perjanjian angkutan udara ASEAN dilakukan secara bertahap, sesuai Roadmap emphasizing more on materialization of domestic ­Hubungan Udara Indonesia (KP 480 tahun 2012); network simultaneously carried out continuous 3. Mendorong adanya kerja sama antar perusahaan penerbangan nasional, maupun dengan importation of additional aircraft for fleet, concurrently negara mitra dan negara ketiga untuk menghadapi persaingan global; addressing the problems in human resources, and 4. Membuka dialog dan memberikan pemahaman yang jelas mengenai isi perjanjian angkut­ enhancement in utilization of information technology an udara ASEAN; systems. Along with high spirit but prudence in facing the 5. Kepemilikan asing dalam industri penerbangan nasional diperkenankan maksimal implementation of ASEAN Open Sky, constant interaction has hingga 49% dengan prinsip single majority; been going through with government as the decision maker, 6. Pertukaran hak angkut dan pembukaan point di tingkat sub-regional (IMT-GT/Indofacilitator and regulator. Government perspective in determining the nesia Malaysia Thailand–Group Triangle, dan BIMP-EAGA/Brunei Indonesia Malaysia ASEAN Open Sky policy can be noted as follows: Philippines–East ASEAN Group Air Agreement) dilakukan lebih terbuka dibanding1. Cabotage principle will be maintained, i.e. domestic route can kan di tingkat ASEAN demi mendorong pertumbuhan sub kawasan; only be served by national airlines; 7. Tarif diarahkan untuk lebih terbuka dengan mengacu pada prinsip double 2. Ratification of ASEAN air transport agreement will be done in stages, disapproval namun wajib filing sebagai informasi; in accordance with Roadmap of Indonesian Air Communication (KP 480 in 8. Hak angkut yang dipertukarkan sementara ini maksimal adalah hak 2012); angkut ke 5; 3. To encourage the cooperation between national airlines, as well as with 9. Untuk pelaksanaan MAFLPAS (Multilateral Agreement on the Full partner countries and third countries to face global competition; Liberalization of Passenger Air Services), hanya pada 5 kota utama yaitu 4. To open dialogue and provide a clear understanding of the contents of ASEAN Jakarta, Denpasar, Makassar, Surabaya, dan Medan; air transport agreements; 10. Mendorong peningkatan infrastruktur/bandara terutama di lima 5. Foreign ownership in the national aviation industry allowed a maximum of up kota utama; to 49% with a single principle of majority; 11. Mendorong Airlines dan penyelenggara Bandara untuk me­ 6. Exchange of rights and the opening of points at sub-regional level (IMT-GT and nyusun roadmap masing-masing. BIMP-EAGA) will be more open than in the ASEAN region in order to promote growth; 7. Rates are directed to be more open with reference to the principle of double disapproval Pemerintah sedang dan akan melangkah sebagai berikut: but with mandatory filing as information; 1. Penetapan Standar Pelayanan Minimal sebagaimana 8. Transportation rights are exchanged maximally for the 5th freedom; di­atur dalam Peraturan Menteri no. 49 tahun 2012 ten9. For MAFLPAS implementation, Indonesia open only for 5 major cities namely Jakarta, tang Pelayanan Penumpang Kelas Ekonomi Angkutan Denpasar, Makassar, Surabaya, and Medan; Udara Niaga Berjadwal dalam Negeri dan Peraturan 10. Encourage the improvement of infrastructure/airport mainly in those five major cities. Menteri No. 77 jo. No. 92 tahun 2012 tentang Tang11. Encourage Airlines and airport operators to develop their respective roadmaps. gung Jawab Pengangkut Angkutan Udara; 2. Merevisi surat keputusan Menteri KM 25 tahun Meanwhile the government is going to formulate the following regulations: 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan 1. Determination of Minimum Standards as set out in the Ministerial Regulation no. 49 of 2012 on Udara agar lebih akomodatif dalam men­ Passenger Service for Economy Class on Domestic Scheduled Commercial Air Transport and Ministerial dukung persiapan menyambut ASEAN Open Regulation No. 77 jo. no. 92 of 2012 on Air Transport Carrier Liability; Sky; 2. Revise the decree of Minister KM 25 of 2008 on the Implementation of Air Transport to be more 3. Pembuatan standar kompetensi profesi accommodating in supporting the preparedness for the ASEAN Open Sky; jasa penunjang penerbangan dalam 3. Setting up of professional competency standards in the context of flight support services towards the MRA rangka menuju MRA (Mutual Recog(Mutual Recognition Agreement) ASEAN. nition Agreement) ASEAN.

Government Perspective

20

INACA Annual Report 2012


Statistik Kinerja Anggota

Members Statistical Performance Scheduled Airlines

Penerbangan Berjadwal Jumlah penumpang berangkat rute domestik 2012 menurut Airlines. Number of passengers on domestic route 2012 by Airlines

Jumlah penumpang berangkat rute internasional 2012 menurut Airlines. Number of passengers on international route 2012 by Airlines.

41,22%

21,43%

11,34%

Perbandingan Produksi Penerbangan Nasional Berjadwal Luar Negeri 2011–2012 Production of Scheduled National Airlines on International Routes in 2011–2012

Descrirption

Unit

2011

Aircraft KM Aircraft Departure Aircraft Hours Passenger Carried Freight Carried Passenger KM Available Seat KM Passenger L/F

(000) number number number ton (000) (000) (%)

126,876 61,755 184,312 8,152,133 72,163 22,897,654 31,186,691 73.42

2012

Growth %

138,721 69,946 209,107 9,938,291 90,692 23,264,346 31,423,555 74.03

9.34 13.26 13.45 21.91 25.68 1.80 0.76 0.84

Jumlah Kargo diangkut Penerbangan Nasional Berjadwal Dalam Negeri 2011–2012 Cargo carried by Scheduled National Airlines on Domestic Routes in 2011–2012 Total in tons

Perbandingan Produksi Penerbangan Nasional Berjadwal Dalam Negeri 2011–2012 Production of Scheduled National Airlines on Domestic Routes in 2011–2012

2011

2012

Growth %

483,736

571,668

18.18

Descrirption

Unit

2011

Aircraft KM Aircraft Departure Aircraft Hours Passenger Carried Freight Carried Passenger KM Available Seat KM Passenger L/F

(000) number number number ton (000) (000) (%)

409,073 504,519 686,784 60,197,306 483,736 58,455,009 68,578,455 85.24

2012

Growth %

555,748 614,712 851,127 71,421,464 571,668 69,235,834 85,702,251 80.79

35.86 21.84 23.93 18.65 18.18 18.44 24.97 -5.22

Jumlah Kargo diangkut Penerbangan Nasional Berjadwal Luar Negeri 2011-2012 Cargo carried by Scheduled National Airlines on International Routes in 2011-2012 Total in tons

2011

2012

Growth %

72,163

90,692

25.68

INACA Annual Report 2012

21


Peluang Ketenagakerjaan Permasalahan sumber daya manusia di industri penerbangan nasional merupakan satu tantangan tersendiri, cukup berat sebagai kendala sehingga memerlukan langkah-langkah tepat dengan urgensi yang tinggi, demi memenuhi kebutuhan kuantas, dan, standar-standar kualitas. Manpower planning yang rinci diperlukan bukan hanya oleh operator penerbangan, tetapi juga pada sektor-sektor yang merupakan kepanjangan kegiatan bidang penerbangan, seperti pelayanan publik di instansi pemerintah, unsur-unsur industri perjalanan seperti kalangan travel trade, dan seterusnya. Urgensi di bidang penerbangan mencakup kebutuhan cockpit crew dan cabin crew, teknisi pesawat, dan staf darat. Kenyataannya jumlah penerbang sipil komersial yang bisa dihasilkan saat ini rata-rata hanya 400 orang per tahun dari 15 sekolah penerbangan di Indonesia. Sedangkan kebutuhan tambahan pilot rata-rata 800 orang per tahun. Kendala terutama dihadapi berupa fasilitas sebagian sekolah penerbang belumlah memadai. Perlunya tambahan kru pesawat seiring rencana maskapai yang terus mendatangkan armada baru. Posisi bulan Mei 2012 tercatat seluruh lulusan sekolah pilot yang pernah Human resources issues in the national aviation dihasilkan di Indonesia berjumlah 7.428 pilot. Sepanjang 2012, di antara keseluruhan industry bring about a heavy challenge and constraint that sekitar 5.000 pilot yang aktif bekerja, tercatat lebih 500 pilot warganegara asing. demand urgently appropriate measures in order to meet the Dengan memperhitungkan penambahan jumlah armada secara nasional, dibutuhkan needs in quantity, and, standards of quality. kini antara 400–500 pilot per tahun. Keseluruhannya sekolah penerbang tadi, Detailed manpower planning is required not only in airline berkemampuan menghasilkan antara 300 hingga 500 pilot setahun. Di antaranya, satu business, but also in sectors which stands for aviation activities, sekolah milik pemerintah memasang target tahun 2012 meluluskan sekitar 200 pilot such as public service in government agencies, elements such as the tiap tahun, ini merupakan yang terbesar. travel industry, travel trade, and so on. Mengingat kebutuhan yang mendesak, digagas dorongan agar sekolah pilot Urgency in the field of aviation include cabin crew and cockpit crew, dapat secara optimal mencetak pilot melalui pendidikan setahun. Misalnya, aircraft engineers and ground staff. In fact the number of commercial pilot mulai pendidikan 1 Januari, maka lulusnya pada 31 Januari tahun berikutnya. that could be produced is averagely just 400 pilots per year by 15 aviation Biaya pendidikan per pilot untuk memperoleh CPL berkisar Rp 700 juta. schools in Indonesia. While the need for additional personnel average 800 pilots Penyelenggara sekolah pilot sedang meningkatkan kualitas hasil, per year. Constraints are faced in the insufficient facilities most notably found in the dengan jalan meningkatkan kualitas sedari awal rekrutmen lulusan existing flight schools. sekolah menengah atas yang menyangkut penilaian atitude, dan Need for additional crew members is in line with continuous arrival of airline’s new standar kesehatan; bersamaan itu para pengajar di up grade me­ fleet. Until May 2012 total number of graduates ever produced in Indonesia amounted lalui pelatihan baru dan up dating kurikulum; dan meningkatkan to 7428 pilots. Throughout 2012, among the roughly 5000 active pilots at work, more than fasilitas pendidikan dengan peralatan tekonogi baru. 500 pilots are of foreign nationals. Jadi, dalam hal ketenagakerjaan, industri penerbangan Taking into account the increase in the number of national fleet, it is now needed of benasional Indonesia menghadapi beberapa masalah utama: tween 400-500 pilots per year. All existing flight school presently is capable to produce 300 to tak seimbangnya ketersediaan jumlah pilot terhadap 500 pilots a year of which a government-owned school in 2012 set a target of around 200 pilots jumlah armada yang bertambah terus, ini dikawatirkan graduating each year, this is the largest. akan bersentuhan dengan aspek keselamatan Given the urgent need, some initiated an idea for pilot schools to graduate pilot in a year school penerbangan. periode. For example, if education starting January 1st then the graduation is to be scheduled on January Tahun 2012 hingga 2015 diproyeksikan 31 in subsequent year. Cost of education per pilot to obtain CPL is around Rp 700 million. akan bertambah sekitar 2.000 tenaga pilot. The pilot schools now enhance the quality results, by improvement begin since candidate recruitment from Sementara yang ideal sebenarnya adalah high school graduates to include attitude assessment and health standards; concurrently the teachers are also up penambahan hingga jumlah 4.000 pilot. graded through new training and updating curriculum, and improving educational facilities and equipment that Di samping itu, dibutuhkan sekitar bring in new technology. 1.000 orang Air TraďŹƒc Controller, dan So, in terms of employment, Indonesian national airline industry faced some major problems: unbalanced sekitar 7.500 orang teknisi pesawat availability in number of pilots for the fleet continues to grow, hence it may have concern with aspects of aviation safety. terbang. Years 2012 to 2015 are projected to employ 2000 additional pilot, while the ideal is actually adding up the number of 4000 pilots. Besides, it will need about 1,000 Air Traffic Controllers, and approximately 7,500 aircraft technicians.

Employment Opportunity

22

INACA Annual Report 2012


Tantangannya, memang, kekurangan tenaga pilot sedang dialami industri penerbangan secara global, persaingan antara operator dalam menarik pilot pun berlangsung, sehingga pasar tenaga kerja pilot di dunia terbuka luas. Indonesia dewasa ini sungguh memerlukan satu lompatan besar untuk bisa menyediakan fasilitas pendidikan dan pelatihan agar mencetak pilot yang dibutuhkan dalam jumlah relatif besar. Di antara negara-negara ASEAN, Indonesia memiliki nomor dua terbanyak jumlah sekolah pilot (15) setelah Filipina (53). Tetapi dengan benchmarking di antara negara berpenduduk lebih dari 230 juta jiwa, Indonesia amat jauh ternggal, di Asia terdapat 113, di Uni Eropa 369 dan Amerika Serikat 1.076 sekolah pilot. Perbandingan dan proporsi yang digambarkan melalui tabel ini akan memproyeksikan kebutuhan atas Flight School dimaksud.

Number of Flight School in ASEAN Countries

Source : Flight Training DB.com

Kargo Sampai saat ini satu operator spesialis kargo beroperasi dengan pesawat Boeing 737-300F dengan masing-masing pesawat berkapasitas maksimum 18 ton muatan kotor dengan 8 sampai 9 palet. Pesawatnya dikonversi dari pesawat penumpang menjadi kapal barang. Armadanya menjadi yang termuda dan paling hemat bahan bakar di kawasan Asia Tenggara dan The challenge seems problematical because the globe industri penerbangan kargo Indonesia. exposes also pilot shortages that push more competition between Maskapai anggota INACA ini hendak memperbesar armada untuk operators in attracting pilots, so the world labor market for pilot is mendukung potensi pertumbuhan pasar yang luar biasa di daerah-daerah di wide open. Indonesia. Mengapa? Indonesia today really require a big leap to be able to provide Pesawatnya antara lain mampu membawa CFM56-3 dan CFM56-7 atau education and training facilities that would supply licensed pilot personnel mesin pesawat lebih kecil dan telah melakukan layanan ini atas nama needed in relatively large quantities. Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air, Batavia Air, Apollo Aviation Group Among ASEAN countries, Indonesia has the second largest number of dan pelanggan lainnya untuk tujuan domestik dan internasional. Operator pilot schools (15) after the Philippines (53). But on benchmarking among the ini diberikan izin untuk membawa barang berbahaya oleh Direktorat countries of more than 230 million citizens, Indonesia is left far behind. In Asia Jenderal Penerbangan Sipil Indonesia (Dirjen Perhubungan Udara) dan there are 113 pilot schools, in the European Union and the United States 1076 and Civil Aviation Authority of Singapore (CAAS). 369 pilot schools respectively. Pelayanan kargo di Indonesia berbasis dua geografis yakni Comparison and proportions illustrated on table above will project trending demand bagian barat dan timur Indonesia, untuk tujuan dalam dan for Aviation School. luar negeri, merupakan layanan pengangkutan bandarake-bandara, operasi penerbangannya berjadwal dan juga berdasarkan charter. Air Cargo Jadi, angkutan udara kargo sudah mencakup mulai Until now a specialist cargo carrier operates Boeing 737-300F aircraft with each maximum dari general cargo hingga pengangkutan barang capacity of 18 tonnes gross payload of 8 to 9 pallets. The aircraft converted from passenger aircraft tertentu seperti barang yang mudah rusak, hewan into freighter. Its fleet ranks the youngest and most fuel-efficient in Southeast Asian region and hidup, barang berbahaya dan mesin pesawat. Indonesian cargo airline industry. The operator is to add its fleet to support the potential for tremendous growth in regional areas within Indonesia. Why? It is capable of carrying CFM56-3 and CFM56-7 or smaller aircraft engines and have been doing this service on behalf of Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air, Batavia Air, Apollo Aviation Group and other customers for domestic and international destinations. This operator is given permission to carry dangerous goods by the Indonesian Directorate General of Civil Aviation (DGCA) and the Civil Aviation Authority of Singapore (CAAS). Cargo services in Indonesia is geographically based on two, western and eastern parts of Indonesia, for destinations at home and abroad, airport-to-airport transport service on scheduled flight operations and also based on charters. So, air cargo transport already covers a range from general cargo to specific items such as perishable goods, live animals, hazardous goods and aircraft engines.

INACA Annual Report 2012

23


Penerbangan Haji Pengangkutan jamaah haji ke Arab Saudi tetap memberikan captive market yang signifkan dengan jumlah kuota angkut bagi Indonesia berkisar 200.000 orang. Pada musim haji tahun 2012/1433H, Garuda Indonesia ­memberangkatkan jamaah tanggal 21 September–20 Oktober 2012, menerbangkan 112.473 calon haji dari 10 bandara embarkasi dalam 295 kelompok terbang (kloter). Tahap pemulangan ke Indonesia dilaksanakan periode 31 Oktober– 1 Desember 2012. Untuk itu dioperasikannya satu pesawat B 767-300ER, tiga pesawat B-747-400, 11 pesawat A330, menugaskan 556 orang awak kabin yang 60% di antaranya direkrut dari daerah-daerah embarkasi. Itu demi mengatasi kendala komunikasi mengingat sebagian jemaah hanya mampu berbahasa daerah. Biaya keseluruhan perjalanan haji reguler tahun 2012 adalah Rp 33,3 juta per orang. Kali ini kapasitas angkutan ini dimanfaatkan untuk mengangkut pemulangan pekerja warga negara Indonesia di Arab Saudi yang terkena ketentuan overstay sebanyak 2.253 orang. Mereka dibawa ke Indonesia dengan tujuh pen-erbangan, tanggal 17–20 Oktober 2012 ketika pesawat charter haji itu dalam perjalanan kembali ke Indonesia yang biasanya terbang tanpa penumpang.

Asia’s Top 10 Airports 2011 :

Asia’s Top 12 Markets :

Indonesia di Tengah Asia Dilihat dari jumlah penumpang yang dilayani per tahun, bandara Soekarno-Hatta menempati peringkat keempat di antara 10 bandara besar di Asia pada tahun 2011, dilayaninya lebih 51 juta penumpang, tertinggi ialah Beijing, disusul Tokyo Haneda dan Hongkong. Sebagai pasar, Indonesia ada di peringkat keempat di antara 12 negara terbesar pasarnya di Asia, dilihat dari jumlah seat koneksi penerbangan internasional masing-masing. Tapi Indonesia mencatat tertinggi tingkat pertumbuhannya dalam hal peningkatan jumlah penumpang.

Hajj Flights Transporting pilgrims to Saudi Arabia remains a significant captive market as total quota for Indonesian amounted to 200,000 people allowed by Saudi’s. For 2012/1433H Haj season, Garuda Indonesia flew in the pilgrims on 21 September to 20 October 2012, all 112 473 passengers from 10 embarkation airports divided in 295 fly groups. Returning flights operated in period of 31 October-1 December 2012. The operator used a B 767-300ERs, three B-747-400s, 11 A330 aircraft, assigned 556 cabin crew 60% of whom were recruited from every regions of embarkation. That aimed in order to overcome communication problems as most pilgrims could only speak local languages. The overall cost of regular pilgrimage in 2012 was Rp 33.3 million per person. This time these shuttle flights were utilized also for transporting repatriation of Indonesian workers in Saudi Arabia who exposed to provisions of overstay as many as 2,253 people. It took seven flight, on 17-20 October 2012 when the hajj charter planes are on the way back to Indonesia which usually without passengers.

Indonesia Ranks in Asia Judging from the number of passengers served per year, Soekarno-Hatta airport of Jakarta was ranked fourth among the top 10 major airports in Asia in 2011, it serves over 51 million passengers. Beijing was the highest, followed by Tokyo Haneda and Hong Kong. As a market, Indonesia was ranked fourth among the 12 largest country markets in Asia, judging from the respective number of seat capacity in international flight connections. But Indonesia recorded the highest growth rate in terms of annual increase in the number of passengers.

24

INACA Annual Report 2012


Outlook Jajaran maskapai penerbangan nasional merasa bersyukur berlangBoleh dikatakan, setidaknya pertumbuhan di tahun 2013 bisa diharapsung­nya pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 6,5 persen di tahun 2012. kan tak akan di bawah tingkat pertumbuhan 2012. Investasi modal di negeri Ini merupakan momentum untuk kesekian kali dalam sedikitnya lima tahun ini secara umum juga meningkat, maka charter dan non schedule airlines terakhir dimana pertumbuhan jumlah penumpang di dalam negeri per juga akan mendapatkan bisnis yang meningkat. tahun meningkat rata-rata antara 15 hingga 20 persen. Baik pula diperhatikan, dari lingkungan luar negeri, dorongan pertumTentulah itu berkaitan dengan pertumbuhan jumlah kelas menengah di buhan datang dari peningkatan ekonomi dan pergerakan hubung­an per­ masyarakat, yang rata-rata per tahun bertambah sekitar 6 juta orang masuk dagangan dengan ASEAN dan China, dan India. China-ASEAN ada Free Trade ke golongan menengah secara ekonomi. Maka di tahun 2012 diperkirakan Agreement (FTA) dan de­ngan India tampak segera menyusul. Berbagai pihak jumlahnya berada di atas 40 persen yang berarti lebih dari 100 juta pentermasuk airlines, kalangan manajemen bandara, instansi ­pemerintah, duduk. Mereka berpotensi menggunakan jasa penerbangan. Keadaan itu tengah berupaya lebih keras meningkatkan pelayanan terhadap publik dan mencerminkan semakin banyak orang mampu terbang. industri penerbangan. Bahkan sebenarnya selain penerbangan tumbuh, juga moda angkutan darat. Di lain sisi dicatat meningkatnya kegiatan MICE (meeting, incentives, convention and exhibition) di dalam negeri, ini juga telah mengalirkan arus penumpang semakin banyak dari barat dan dari timur Indonesia ke bagian tengah. Itu pun sejalan dengan beberapa airlines yang telah menjadikan Makassar sebagai hub airport. All national airlines was grateful towards the ongoing Indonesian Kegiatan ekonomi dan penerbangan di kawasan tengah dan kawasan economic growth of about 6.5 percent in 2012. That is a moment for the timur Indonesia pun meningkat. Mulai tahun 2012 kian banyak umpteenth in at least the last five years when the growth in domestic passenger dibuka rute baru maupun pertambahan frekuensi penerbangan ke numbers increased averagely each year between 15 and 20 percent. kawasan timur indonesia. Tahun 2012 hampir semua bandara Such certainly related to the growth of the middle class in the society, which did an di kawasan timur Indonesia tampak sibuk menjalani average annual increase of about 6 million members of the public get into the middle class perbaikan, perluasan, dan peningkatan kapasitas. economically. Then in 2012 it is estimated that the number reach above 40 percent among the Dapatlah dikatakan, peningkatan-peningkatan citizens, which means a total of over 100 million people. They have the potential to use the services of yang terjadi tahun 2011–2012, baik jumlah aviation. The situation reflects a growing number of people are able to fly. penumpang di rute dalam negeri mauIn fact, in addion to airlines growth, land transport modes progressing as well. On the other hand pun luar negeri, berbarengan dengan the ­increased acvity noted as MICE (meeting, incentives, convention and exhibition) in the country, also has pe­nambahan jumlah armada enhanced of more and more passengers flying from the west and from eastern Indonesia to the center. ­penerbangan, akan cenderung That also as a matter of fact is in line with some of the airlines business that has made Makassar as a hub airport. berlanjut ke tahun 2013. Economic acvity and aviation industry in central and eastern Indonesia also rose. Starting in 2012 more and more operators opened new routes and increase the frequency of flights to those areas. In 2012 almost all the airports in eastern Indonesia have been busy undergoing repairs, expansion, and capacity building. It may be said, the improvements occurred in 2011–2012, both in the number of passengers on routes within the country and abroad, along with the addion of the fleet, will likely continue into the year 2013. Arguably, at least growth in 2013 could not be expected below the 2012 growth rate. Capital investment in the country in general is increasing, then the charter and non-schedule airlines will get increased business. It is also noted, from overseas environment, boosting the growth has come from an increase in the movement of economic and trade relations with ASEAN and China, and India. Already exist China-ASEAN Free Trade Agreement (FTA) whereas with India looks soon to follow. Well, various parties, including airlines, airport management, government agencies, are working harder to improve service to the public and the ­aviation industry.

Outlook

INACA Annual Report 2012

25


­pengawasan pelaksanaan penerbangan di bandar udara. Kalangan bandara mengatasi over capacity sembari membangun cukup Demikianlah perkembangan di lingkungan industri penerbangan massive dewasa ini, di wilayah AP I, di wilayah AP II, konsisten setiap tahun ­Indonesia. Pada intinya, tahun-tahun dekat mendatang ini, dalam berbagai mensurvei tingkat kepuasan pengguna jasa bandara. Contoh yang perlu aspek, industri penerbangan Indonesia memasuki tahap-tahap memberi diatasi segera ialah kepadatan yang sudah tergolong luar biasa di ruangan perhatian dan peningkatan kualitas pada aspek-aspek semakin detil dan parkir mobil di bandara CGK, terminal penumpang telah penuh sesak nyaris rinci dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa. setiap saat, di banyak bandara AP II. Hanya tinggal dua tahun masa untuk memasuki pelaksanaan ASEAN Selain aspek keamanan dan keselamatan penumpang, perhatian detil Open Sky. Ke sini pun jajaran maskapai penerbangan nasional bersiap kini diarahkan pada urusan untuk memudahkan pergerakan penumpang, diri, menyongsong terbukanya kota-kota di berbagai negara anggota menjamin kenyamanan jika sewaktu-waktu terjadi irregularity, kompenASEAN ­untuk dihubungkan oleh penerbangan langsung dengan lima kota sasi kerugian penumpang, dan seterusnya. Dari sisi demand dirasa perlu ­Indonesia dalam skema Open Sky tersebut. masuk ke pengaturan dan kualitas ­pelayanan yang spesifik, misal terhadap ­penumpang, pelayanan dan fasilitas disable. Kementerian Perhubungan cq Ditjen. Perhubungan Udara selama ini telah melibatkan masyarakat dalam hal membantu Kota-kota akan Terbuka untuk ASEAN Open Sky melakukan ­pengawasan penyelenggaraan penerCities to be Open for ASEAN Open Sky bangan di Indonesia, melalui: 1. Tersedianya website COUNTRY POINT pelayanan Information Center Kementerian Per Indonesia Jakarta, Medan, Surabaya, Denpasar, Makassar hubungan, yang menerima pengaduan masyarakat Brunei Bandar Seri Begawan melalui Electronic Mail; 2. Melayani laporan peng Singapore Singapore guna jasa penerbangan terhadap pelaksanaan per­ Malaysia Semua kota dengan bandara internasional (saat ini terdapat 8 bandara int`l) aturan, dilengkapi bukti tertulis yang mendukung; All cities (Now 8 international airports) 3. Diikutsertakannya lembaga-lembaga masyarakat Thailand Semua kota dengan bandara internasional (saat ini terdapat 9 bandara int`l) All cities (Now 9 international airports) dalam pembahasan rancangan peraturan sampai Filipina Semua kota dengan bandara internasional (saat ini terdapat 12 bandara int`l) dengan sosialisasi peraturan, terutama terkait All cities (Now 12 international airports) pelayanan kepada pengguna jasa penerbangan; 4. Cambodia Semua kota dengan bandara internasional (saat ini terdapat 3 bandara int`l) All cities (Now 3 international airports) Diikutsertakannya lembaga-lembaga masyarakat Laos Semua kota dengan bandara internasional (saat ini terdapat 3 bandara int`l) dalam kegiatan rapat koordinasi dengan pihak All cities (Now 3 international airports) penyedia jasa p­enerbangan; ­5. Dimintakannya opini Myanmar Semua kota dengan bandara internasional (saat ini terdapat 3 bandara int`l) pengguna jasa penerbangan melalui kuesioner All cities (Now 3 international airports) yang disiapkan oleh tim Direktorat Jenderal Per Viet Nam Semua kota dengan bandara internasional (saat ini terdapat 8 bandara int`l) All cities (Now 8 international airports) hubungan Udara pada saat melakukan monitoring

The airport is to overcome over capacity while buildi ng massive enough today, in the region of AP I, AP II they consistently every year surveying airport customer service satisfaction. One example is that density is quite remarkable in a car parking space at the airport of Jakarta, the passenger terminal was crowded almost all the time, as well at many airports under the AP II. In addion to security and safety aspects of passengers, detailed attention is now directed at matters to make things easier for passengers, ensuring comfort if at any time there irregularity ­happen, and, compensation for passengers loss, and so on. From the demand side there need to go into quality of specific services, such as the passenger facilities and service for the disabled. Civil Aviation Directorate General of the Ministry of Transportation had been involving the community in helping to supervise factual reaity in the field of aviation in Indonesia, through: 1. Providing website for Information Center, which received complaints from the public via Electronic Mail; 2. To serve consumers reports on the ­implementation of regulations, with written evidence that supports; 3. Invite to involve public institutions in the d­ iscussion of the regulations before going to become laws and regulations, especially related services for the aviation service users; 4. Inclusion of public institutions in the acvities of coordination meetings with the providers of aviation services; 5. Opinion survey on flight service users through quesonnaire prepared by the Directorate General of Civil Aviation team during the ­implementation of the surveillance flight monitoring at the airport. So to say the developments in the Indonesian aviation industry, in essence, the years to come, in many aspects, Indonesian aviation ­industry tend to go into stages that would increase attention on the quality of the detailed aspects and details in providing services to consumers. Meanwhile, only two years into the future for the effecveness of the ASEAN Open Sky. Here too the national airlines get to be prepared, to meet the opening of various cities in ASEAN member countries to connect with direct flight to five Indonesian cities.

26

INACA Annual Report 2012


RUA 2012 Rapat Umum Anggota INACA 2012 diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 19 September 2012. Seluruh anggota hadir dan menerima baik laporan kerja tahunan yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal INACA. Menteri Perhubungan meresmikan pembukaan rapat yang dilanjutkan dengan kehadiran Wakil 足Menteri Perhubungan dan Direktur Jenderal Perhubungan Udara. Beberapa presentasi diberikan oleh Boeing, Panasonic, Malakut, Airbus, Jasa Raharja. Guest Speaker adalah Ian Buchanan dari Booz & Co, Sydney. Forum diskusi berlangsung dengan panelis terdiri dari: Agus Pambagio, Pengamat Kebijakan Publik, Tri Sunoko, Direktur Utama PT Angkasa Pura II, Bambang Susantono, Wakil Menteri Perhubungan, Brendan Sobie, dari Center for Asia Pacific Aviation, dan Syafril Nasution, Ketua INACA Penerbangan Berjadwal.

Members General Meeting

INACA Members General Meeting 2012 was held in Jakarta on September 19, 2012. All members attended and well accepted the annual work reports submitted by the 足Secretary General INACA. Transport Minister officiated the opening of the meeting, followed by the presence of the Vice Minister of Transportation and the Director General of Civil Aviation. Several presentations were delivered by Boeing, Panasonic, Malakut, Airbus, Jasa Raharja. Guest Speaker is Ian Buchanan from Booz & Co, Sydney. A discussion forum took place with the panelists consisted of: Agus Pambagio, a Public Policy Observer, Tri Sunoko, President Director of PT Angkasa Pura II, Bambang Susantono, Deputy Minister of Transport, Brendan Sobie, of the Center for Asia Pacific Aviation, and Syafril Nasution, Chairman of INACA Scheduled Airlines. Source: Buku Statistik Angkutan Udara 2010

INACA Annual Report 2012

27


28

INACA Annual Report 2012


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.