ecatalog-tubuh-tubuh-margin

Page 1

september 26 - october 10, 2011



Tubuh-Tubuh Margin

Lama sekali tubuh dipinggirkan dalam sejarah peradaban. Tubuh dianggap sumber masalah atau penghalang bagi cita-cita ideal manusia terutama bagi masyarakat yang bersandarkan moralitas agama dan filsafat idealisme. Agama-agama samawi jelasnya terutama dalam berbagai perbedaan pandangan satu dengan lainnya sepakat atas yang satu ini, tubuh adalah sumber dosa! Pandangan seperti ini sejajar dengan doktrin dualisme filsafat Plato yang jelas-jelas mendiskreditkan tubuh sebagai “penjara bagi jiwa”. Tubuh menjadi target persepsi yang sudah dikonstruksi bahwa dia harus ditaklukkan! Bahkan tubuh menjadi bagian yang dianggap paling representatif untuk diangkat sebagai komoditi kekuasaan, khususnya dalam pemaksaan demi penundukan dan pendisiplinan. Tubuh harus dihajar jika perlu disiksa agar muncul ketakutan lalu tunduk dan bagaimana jika sang tubuh terus membangkang? Tak ada kata lain, “dihapuskan”!

Dalam Pameran Lukisan di Philo Art Space, kelompok lukis yang menamakan dirinya Fighting Cocks (Acil, Aris, Basori, Zam Kamil, plus Iqrar Dinata) menampilkan tema lukisan mereka tentang tubuh (manusia), tubuh dengan berbagai tantangan dan persepsi namun mengarah pada problem yang sama tubuh-tubuh dalam “garis batas”, Tubuh-Tubuh Marjin (margin). Tubuh-tubuh yang biasanya bertebaran di dalam wilayah yang cenderung tertaklukkan. Tubuh-tubuh yang mencoba menggeliat untuk eksis, tubuh-tubuh yang mencoba terus survive!

Pada lukisan-lukisan Acil diperlihatkan bagaimana tubuh terperangkap dalam ruang-ruang yang terkesan demikian formalistik dan struktural. Nampaknya relasi ruang-ruang itu fleksibel bagi dirinya sendiri namun justru itulah yang menyebabkan manusia nyaris terabaikan di sana. Secara cukup transparan di sini bahwa pada kenyataan bukanlah jiwa yang terpenjara oleh tubuh melainkan sebaliknya. Idealitas ruang kehidupan sudah demikian kuat Bagaimanapun sejarah peradaban menunjukkan bahwa tidak menutup kemungkinan tubuh-tubuh kongkrit mencari jalannya begitu mudahnya tubuh tertundukkan. Tubuh memiliki banyak sendiri. aspek yang senantiasa berkelit dan bisa memampukannya luput dari target ideal yang seringkali demikian menakutkan. Jika jiwa Senada dengan ini kita bisa simak pula napas lukisan-lukisan Aris. yang menjadi lawan tubuh maka jiwa seringkali bertindak sebagai Tubuh-tubuh di sana memperlihatkan ketakberdayaannya dalam pendendam untuk melenyapkan tubuh secara serta-merta. struktur sosial yang nyaris tak memungkinkan tubuh individual


sebagai subjek perubahan muncul dan merdeka. Tubuh sudah terkonstruksi demikian rupa ke dalam bagian-bagian komunitas yang malah terbuka atau kemungkinan hanya mampu bergerak sesuai dengan panggilan alam.

Sementara Basori fokus pada hubungan tubuh dengan waktu, berpacunya tubuh dengan gerak waktu yang memang merupakan tema kontemporer yang gamblang. Ada sesuatu yang menarik bahwa berpacunya tubuh dengan waktu ternyata menghasilkan hilangnya relasi kita dari tempat asal kita yakni “rumah alam�. Pada lukisan-lukisan Iqrar Dinata sejarah tubuh diekspos terang- Manusia kontemporer telah kehilangan aura romantisisme? Apa benderang. Sedari masa kecil seseorang sudah dibuat mau jadi sesungguhnya yang ia kejar? Mungkin ia sendiri tak tahu jawabnya apa, diobjektivikasi sesuai dengan idealitas sistem dan dima- kecuali harus berpacu dengan dan bersama waktu! tangkan oleh pengawasan dan penghukuman. Biasanya apa yang dihasilkan dari konstruksi sosial ini tak lain ialah kekerasan atas Selamat berpameran tubuh. Tubuh sosial adalah sebuah pencapaian kekerasan yang dilakukan sejak kecil dan tubuh yang lebih tak berdaya adalah tubuh Tommy F Awuy perempuan. Kurator Zam Kamil mengambil sisi relasi antar individu yang beraromakan hasrat bagaimana tubuh menjadi penting. Ada sosok maestro Vincent van Gogh disentil sebagai ikon bagi “hasrat kegilaan� sang tubuh yang memang aneh di dalam sejarah peradaban. Senyatanya ikon itu bisa dibaca sebagai reaksi yang sangat waras bagi peradaban yang tak lagi mempedulikan bagian detil dari tubuh, peradaban tak lagi merasakan bagian yang sakit dari tubuh dan bagaimana kita menyaksikan sebuah kematian rasa tubuh kita sendiri hanya apabila kita terlalu pasif atas idealitas norma-norma sosial. Zam Kamil justru ingin merayakan hasrat yang nyaris punah itu.



Circus Nine / 220 x 145 cm / acrylic on canvas / 2010


Kepompong 150 x 150 cm acrylic on canvas 2011


Mencari Mercusuar / 220 x 145 cm / acrylic on canvas / 2010


My Turn / 200 x 140 cm / acrylic on canvas / 2010


10


Victim of Innocent 120 x 100 cm acrylic on canvas 2011

11


Emotional Distress #1 / 200 x 150 cm / acrylic on canvas / 2011 12


Silent 140 x 140 cm acrylic on canvas 2011 13


14


Kutunggu Di Jakarta 120 x 120 cm oil on canvas 2010 15


Puncak 130 x 130 cm oil on canvas 2010 16


Vincent, Matahari dan Puisi Kegelisahan 130 x 130 cm oil on canvas 2010 17


Waktu Terus Berlari 130 x 130 cm oil on canvas 2010 18


19


Di atas Langit Masih Ada Langit 200 x 200 cm acrylic on canvas 2011 20


Gerbang Pintu Harapan 150 x 150 cm acrylic on canvas 2011 21


Panggilan Dari Gunung / 150 x 120 cm / acrylic on canvas / 2011 22


23


Berburu Waktu / 140 x 100 cm / mixed media on canvas / 2011

24


Dua Matahari / 200 x 145 cm / mixed media on canvas / 2011

25


Growth without Home / 140 x 100 cm / mixed media on canvas / 2011

26


The Real Vehicle / 200 x 145 cm / mixed media on canvas / 2011 27


NURUL HAYAT (ACIL) was born in Tasikmalaya, West of Java on September, 06, 1972. Graduate from Sarjanawiyata Tamansiswa University. Postgraduate Indonesian Institute of Art (ISI) Yogyakarta. He create a Jhon Doe (‘Si Polan’ in Indonesia, ‘Fulana’ in Portugal, ‘Fulan’ in Middle East, ‘Ah Beng’ in Singapore, or ‘Thio Sam’ in Tionghoa) character on his works of two-dimension. The character of this ‘Jhon Doe’ describe by masculine bodies, completely naked, with colorful bald-head that always have a flat face (without expression). Acil wants to speak loudly about the identity of humanity and so at once he wants to criticize the wrong understanding when emphasis of urban life identity based on advertisement, lifestyle, and trend. He ‘undrape’ that bodies who dependent on that crap, even with extremely he ‘shaving down’ all of the attribute about the beauty and handsomeness by removing the hair on the head of his characters. Acil is one of the artist that always want to learn everything and love to explore his works with different medium. In this time he struggling with newsprint media – as one of the urban life product – that he create to be his three-dimensions works. AWARDS 2007 : The second best TransTV and Trans7 gateway contest. 1992 : The best sketch Sarjanawiyata Tamansiswa University. SELECTED GROUP EXHIBITIONS 2011 : Tubuh-Tubuh Margin, Philo Art Space, Jakarta, Indonesia; To Know The Unknown (collaboration with Marbod Fritsch-Austria), Sewon Artspace, Yogyakarta, Indonesia; Menembus Batas, a group exhibition with Sanggar Suwung, Bentara Budaya Yogyakarta, Indonesia; D & Art, Roemah Rempah, Solo, Indonesia; 27th Dies Natalis Indonesian Institute of Art (ISI) Yogyakarta, UPT Galeri ISI Yogyakarta, Indonesia. 2010 : Art (Sem), Semarang, Indonesia; Tanah Jawa, a group exhibition with Arts Liberation Front, Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia; Jakarta Art Award, North Art Space Pasar Seni 28

Ancol, Jakarta, Indonesia; Power Wagon, a group exhibition with Kelompok Parkiran, Jogja National Museum, Yogyakarta, Indonesia; Kebersamaan, Biasa Gallery, Yogyakarta, Indonesia. 2009: Jogja Jamming, Biennale X Yogyakarta, Indonesia; Jogja Art Fair, Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia; Meeting People is Not Easy, Roommate, Yogyakarta, Indonesia. 2008: Global Warming, a performance art with Pataga Tujuh Belas Agustus University, Surabaya, Indonesia; Global Warming, a performance art at Tasikmalaya, West of Java, Indonesia; The Untranslateable, Jogja Gallery, Yogyakarta, Indonesia. 2002 : Group exhibition at Pulau Air, Seribu Islands, Jakarta, Indonesia. 2000 : Bercermin, Sanggar Suwung, Yogyakarta, Indonesia. 1998 : Instalasi Chaos, Gedung Agung, Yogyakarta, Indonesia. 1997 : Bandung-Yogya, a group exhibition with Sanggar Suwung, Yogyakarta, Indonesia; Instalation workshop with Nindityo Adipurnomo, Sanggar Suwung, Yogyakarta, Indonesia. 1996 : Weather Report, a workshop with six Netherland artists, Cemeti Art House, Yogyakarta, Indonesia; A workshop with FX Harsono, Cemeti Art House, Yogyakarta, Indonesia. 1995 : Young Artist Exhibition II, Benteng Vredeburg, Yogyakarta, Indonesia. MULTAZAM KAMIL was born in Makassar, South of Sulawesi on August, 05, 1969. Graduate from Indonesian Institute of Art (ISI) Yogyakarta. He speak of little poetic moments in life, the fallibilities of the human spirit, moods and situations in life. Matters relating to the material and physical are left behind in Zam Kamil’s painted world, one finds a sense of wonder towards nature; unceasing attempts to capture the depths of human sensations, and distilled essence of life’s milestones. The simplified and abstracted silhouette figure is a leitmotif in Zam Kamil;s paintings; it is also in them that we recall the bold early 20th century Fauvist manifestos of noted modernists like Andre Derain and Henri Matisse affirming the expressive potency of color and artistic freedom from academic realism.


RESEARCH 1995 : Examine the mural paintings of prehistoric sites Leangleang cave in the context of preparation the thesis entitled “Values of Aesthetic and Magical Religious of Mural Paintings Leangleang Cave South Sulawesi”. SOLO EXHIBITIONS 2008 : Aphostrophe, CG Artspace, Jakarta, Indonesia. 2007 : Dance of Life, Aryaseni Gallery, Singapore. 2001:Terapung, Leangleang Art Studio, Yogyakarta, Indonesia. SELECTED GROUP EXHIBITIONS 2011 : Tubuh-Tubuh Margin, Philo Art Space, Jakarta, Indonesia; Dusta Suci, a group exhibition with Spirit ‘90, Santrian Gallery, Sanur, Bali, Indonesia. 2010 : Makassar Art Moment #2, TransStudio Mall, Makassar. 2009 : Exposign The Great Exhibition, JEC Yogyakarta, Indonesia; Singapore Art Fair, Singapore; Semarak Biennale, CG Artspace, Jakarta, Indonesia. 2008 : Masterpiece South East Asian Modern and Contemporary Auction, Singapore; Singapore Art Fair, Singapore. 2007 : Indonesian Contemporary Art, Smend Gallery, Cologne, Germany; Borobudur South East Asian Fine Art Auction, Singapore Art Fair, Singapore; Zeitgenossische: Indonesische Kunst, Cologne, Germany; Indonesian Art Today: Reexploring Culture, Verona Italy. 2006 : Homage 2 Homesite: Kembali ke Gampingan, Jogja National Museum, Yogyakarta, Indonesia; Art for Jogja, Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia. 2005 : Open Rotermundt Asian Art 5, Home Gallery, Holland, Netherland; Art for Aceh, Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia. MOCH BASORI was born in Kediri, East of Java on March, 09, 1971. Graduate from Indonesian Institute of Art (ISI) Yogyakarta. He used painting as a media to depict human condition including himself. For him, the understanding of others is as important as un-

derstanding himself. This paradigm is shape by his interest in kejawen (Javanese mysticism). However, painting is just one of his artistic activities. Basori love to exploring different materials used windscreen, coconut, wood, brass, resin, cloth and bicycle frames, etc and imaginatively uses them as media or parts in his Creations. SELECTED SOLO EXHIBITIONS 2005: Ritus Kawin, Museum Affandi, Yogyakarta, Indonesia. 2001: Solo exhibition at Kedai Arya Panjalu, Yogyakarta, Indonesia. 1999: Solo exhibition at Kedai Kebun, Yogyakarta, Indonesia. 1995: Solo exhibition at Purna Budaya, Yogyakarta, Indonesia. SELECTED GROUP EXHIBITIONS 2011 : Tubuh-Tubuh Margin, Philo Art Space, Jakarta, Indonesia; Dusta Suci, a group exhibition with Spirit ‘90, Santrian Gallery, Sanur, Bali, Indonesia. 2010 : Power Wagon, a group exhibition with Kelompok Parkiran, Jogja National Museum, Yogyakarta, Indonesia. 2009 : Jogja Jamming, Biennale X Yogyakarta, Indonesia; Jogja Art Fair, Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia; Meeting People is Not Easy, Roommate, Yogyakarta, Indonesia. 2008 :Group exhibition at Sangkring Artspace, Yogyakarta, Indonesia; Group exhibition at Museum Affandi, Yogyakarta, Indonesia; Group exhibition at HeArt Space, Bali, Indonesia; 69 Sexy Nian, Jogja Gallery, Yogyakarta, Indonesia. 2007 : Group exhibition at Gallery Arus, Lombok, Indonesia. 2005 : The Survivors of Spirit, a group exhibition with Spirit ‘90, FM Cafe Sosrowijayan, Yogyakarta, Indonesia. 2002 : Ritus Kangen, a group exhibition with Spirit ‘90, Purna Budaya, Yogyakarta, Indonesia; Rekreasi Produktif, Museum Widayat, Yogyakarta, Indonesia; Widayat’s Remember Day Exhibition, Museum Widayat, Yogyakarta, Indonesia; Neurosis, an exhibition with Yeri Padang, Andi’s Gallery, Jakarta, Indonesia; Group exhibition at Mhc Gallery (Canada), New York, New Jersey and Virginia. 2001 : Spirit ‘90, INA Gallery, Jakarta, Indonesia; 7 Pendusta, Bentara Budaya, Yogyakarta, Indonesia; 7 Pendusta, Air Art House, Jakarta, Indonesia. 29


PRIYARIS MUNANDAR was born in Yogyakarta, Center of Java on February, 27, 1980. Graduate from Indonesian Institute of Art (ISI) Yogyakarta. AWARDS 2010 : Finalist 69 Indonesia Art Award (IAA) Jakarta, 2010. 2006 : 50 Best Finalist in Championship Painting of Megawati’s Face, Taman Budaya Solo, Solo, Indonesia. 1999 : The Best Sketch, Indonesian Art Institute, alumni 1999, Yogyakarta, Indonesia. SOLO EXHIBITIONS 2007 : Face to Face, Kartika Plaza, Bali, Indonesia. 2006 : Hitam Putih, Agas Hotel, Solo, Indonesia. SELECTED GROUP EXHIBITIONS 2011 : Tubuh-Tubuh Margin, Philo Art Space, Jakarta, Indonesia; Sstt...This is Art, Warning!, Syang Art Space, Magelang, Indonesia; Bling Bling Art Project, Pacific Place, Jakarta, Indonesia; Bazaar Art Jakarta, The Ritz Carlton, Jakarta, Indonesia; Sekarat, Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia. 2010 : Abstrak Indonesia, Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia; Art Liberation Front, Biasa Gallery, Yogyakarta, Indonesia; Energy 3, Bentara Budaya Jakarta, Jakarta, Indonesia; Expresif, Jogja Gallery, Yogyakarta, Indonesia; Hip! Hip! Hero!, Galeri Apik, Jakarta, Indonesia; Contemporaneity, Biennale Indonesian Art Award 2010, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta; Green Carnival (Public Art Project), Pacific Place, Jakarta, Indonesia; Bazaar Art Jakarta, The Ritz Carlton, Jakarta, Indonesia; Visit Us in The Asia Top Gallery Hotel Art Fair, Seoul, Korea; Tanah Jawa, Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia; Jogja Art Care, Jogja Nasional Museum, Yogyakarta, Indonesia. 2009 : Jogja Jamming, Biennale X Yogyakarta, Indonesia; Menjadi Indonesia, Gedung Arsip Nasional (National Archive Building), Jakarta, Indonesia; Post Boom, a group exhibition with 30

9 Block Group, Syang Art Space, Magelang, Indonesia; Group exhibition with Persatuan Paguyuban, Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia; Seniku Tak Berhenti Lama, Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia. 2008 : Mitos Kontemporer, a group exhibition with 9 Block Group, Sangkring Art Space, Yogyakarta, Indonesia; Body Painting Action, Jogja Gallery, Yogyakarta, Indonesia; Jogja Art Fair #1, Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia. 2007 : Homage 2 Homesite, Jogja Nasional Museum, Yogyakarta, Indonesia; Display 1000 Lukisan, Jogja Gallery, Yogyakarta, Indonesia; Welcome to and to, Ministry Coffee, Yogyakarta, Indonesia. 2006 : Homage 2 Homesite: Kembali ke Gampingan, Jogja National Museum, Yogyakarta, Indonesia; Welcome to and to, Ministry Coffee, Yogyakarta, Indonesia. 2004-2005 : Head to Creative Team at Tabloid Swasta, Yogyakarta, Indonesia. IQRAR DINATA was born in Sawah Lunto, West of Sumatera, October, 06, 1981. Graduate from Indonesian Institute of Art (ISI) Yogyakarta. AWARDS 2006 : Finalist Jakarta Art Award (JAA). 2003 : Finalist Asean Art Award. 2002 : The Best Artwork, Dies Natalis Indonesia Art Institute (ISI) Yogyakarta, Indonesia. SOLO EXHIBITION 1995 : Aktivitas Manusia dan Lingkungannya, Fine Art Faculty, Indonesian Institute of Art (ISI) Yogyakarta, Indonesia. SELECTED GROUP EXHIBITIONS 2011 : Tubuh-Tubuh Margin, Philo Art Space, Jakarta, Indonesia; Group exhibition graduate of Fine Art High School (SMSR) Padang, Taman Budaya Padang, West of Sumatera, Indonesia. 2010 : Bakaba, a group exhibition with Sakato Art Community, Jogja National Museum, Yogyakarta, Indonesia. 2009 : Trapesium, Edwin Gallery, Jakarta, Indonesia; Post Boom, a group exhibition with 9 Block Group, Syang Art Space, Magelang, Indonesia. 2008 : Group exhibition at Elegance


Art Space, Jakarta, Indonesia; Kaba Rang Minang, Ego Gallery, Jakarta, Indonesia; Survey, Edwin Gallery, Jakarta, Indonesia; Hulu Fantasi, One Gallery, Jakarta, Indonesia; Looking Inward, Elegance Art Space, Jakarta, Indonesia; Mitos Kontemporer, a group exhibition with 9 Block Group, Sangkring Art Space, Yogyakarta, Indonesia; Heros, Tujuh Bintang Art Space, Yogyakarta, Indonesia. 2007 : Nusantara, Galeri Nasional, Jakarta, Indonesia; Panorama, SIGI Gallery, Bukittinggi, West of Sumatera, Indonesia. 2006 : Jalin Bapilin, Benteng Vredeburg, Yogyakarta, Indonesia; Art for Jogja, Societet Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia; Jakarta Art Award, Ancol, Jakarta, Indonesia. 2004 : Sketsa Ulang Tahun Yogyakarta, Gramedia Building Yogyakarta, Indonesia; Minangese art exhibition, Galeri Nasional, Jakarta, Indonesia. 2003 : SA_AKA 99 group exhibition, Purna Budaya Yogyakarta, Indonesia; Group exhibition with Sakato Art Community, Langgeng Gallery, Magelang, Indonesia; Asean Art Award, Asean Secretary Building Jakarta, Indonesia; 18th Dies Natalis Indonesian Institute of Art (ISI) Yogyakarta, Galeri UPT ISI Yogyakarta, Indonesia; Group exhibition with Gledek 99, Purna Budaya Solo, Solo, Indonesia. 2002 : Group exhibition with Gledek 99, Sanggar Caping, Yogyakarta, Indonesia. 2001 : Group exhibition with Sakato Art Community, Purna Budaya Yogyakarta, Indonesia.

31


This catalogue is published in conjunction with a Fighting Cocks Group Exhibition TUBUH-TUBUH MARGIN september 26 - october 10, 2011 @ Philo Art Space Jl Kemang Timur 90 C South Jakarta 12730 Indonesia t/f: (62 21) 719 84 48 m: +62 811 10 60 47 e: philoartspace99@gmail.com Curator: Tommy F Awuy Special thanks : Nurul Hayat (acil) I Multazam Kamil I Moch Basori Priyaris Munandar (aris) I Iqrar Dinata Photography of Artworks: Artist Design: signscape Published by Philo Art Space 2011

Copy Rights Š Philo Art Space All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photography, recording or otherwise, without the written permission from Philo Art Space 32


33


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.