ePaper | METRO SIANTAR

Page 20

SENIN

26 November 2012

Darmaningtyas, Pengamat Pendidikan

“Kalau saya sih belum melihat keunggulan dari kurikulum yang kita jalankan sekarang. Jadi ya, ini cuma keputusan politik saja, bahwa kurikulum harus berubah. Jadi kalau substansi, saya belum melihat keunggulan dari kurikulum yang kita jalankan sekarang”

Sulistiyo, Ketua Umum PGRI

“Ini yang menyebabkan pendidikan susah untuk membangun karakter bangsa karena guru sebagai kunci keberhasilan pendidikan belum didorong dan dihargai untuk melakukan keseluruhan tugasnya dengan baik,” ujar Sulistiyo. “Jadi jika mutu pendidikan dianggap belum baik, ini persoalan kolektif akibat dari sistem dan kebijakan yang tidak tepat,”

Abraham Samad, Ketua KPK

Hari Guru : Quo Vadis Bapak dan Ibu Guru? Menjadi guru adalah sebuah pilihan hidup yang amat mulia, sebab pilihan ini harus datang dari panggilan nurani, bukan semata tuntutan pekerjaan, apa lagi hanya sekadar upaya mengatasi pengangguran dan membela kepentingan ekonomi.

Oleh : Siti Aisyah, S.Pd., M.Hum. SESEORANG dapat dibayar untuk mengajar, tetapi seseorang tak dapat dibayar untuk perduli. Seseorang, siapa pun, dapat saja mengajar di kelas, tetapi belum tentu perduli untuk apa dia mengajarkan sesuatu pada muridnya, atau hendak dibawa ke mana ilmu itu dalam kehidupan nyata sang murid. Jadi, seorang guru adalah manusia pilihan. Menjadi guru adalah sebuah kerja kemanusiaan yang luar biasa dan bukan semata sebuah profesi. Mengajaradalahkesenanganyang datang dari hati, panggilan jiwa yang tidak bisa dipaksa oleh apa dansiapapun.Menjadiguruberati berani mencapai sebuah kesimpulan yang penuh risiko bahwa guru adalah sosok yang mempersiapkan masa depan dan peradaban sebuah bangsa. Di dalam kelas, pendekatan pribadi gurulah yang menciptakan iklimnya dan suasana hati gurulah yang membuat cuacanya. Coba kita simak kata-kata bijak Haim Ginott ini: Sebagai seorang guru, aku memiliki kekuatan yang sangat besar untuk membuat hidup seseorang menderita atau gembira. Aku bisa menjadi alat penyiksa atau pemberi ilham, bisa bercanda atau mempermalukan, melukai atau menyembuhkan. Dalam semua situasi, reaksikulah yang menentukan apakah sebuah krisis akan memuncak atau mereda dan apakah seseorang akan diperlakukan sebagai manusia atau direndahkan. Kalimat tersebut mengungkapkan peran penting keberadaan seorang guru di dalam hidup manusia dan bangsa. Guru adalah orang yang memiliki ”kekuatan” untuk menciptakan ”perubahan” pada umat manusia, dengan segala tantangan, kesakitan, sekaligus kenikmatan dalam menjalankan tugas kemanusiaan yang luar biasa itu. Jika ada yang bertanya, masih perlukah hari guru diperingati?

Perlukah ada hari guru? Jawabnya, perlu dan sangat penting. Justru dalammasamasapenuhujiandan pancaroba yang dihadapi para guru dewasa ini menjadi sangat penting memperingati hari guru, agar kita dapat merenungkan dan menyerap kembali semangat perjuangan para guru pendahulu kita yang gigih menjalankan panggilan nurani keguruannya untuk kebangkitan bangsa dan negara Indonesia. Dengan pemikiran semacam ini, maka peringatan hari guru tidak sebatas hal seremonial belaka, dan langkah pemerintah untuk mencangankan hari guru di tahun 1994 yang lalu itu sudah sangat tepat. HarapandanTantangan Kini, 25 November 2012 kembali kita sambut hari guru Indonesia pada usianya yang ke 18 tahun, bersamaan dengan hari ulang tahun PGRI ke 67. Dari segi umur, PGRI sudah tergolong berusia lanjut dan sudah sepatutnya menjadi matang dan bijaksana dalam gagasan dan tindakannya, lain halnya dengan hari guru yang masih remaja, baru melewati masa pubertas. Jika diandaikan sebagai manusia maka dalam usia 18 tahun ini seseorang masih dalam proses mencari jati diri, masih labil. Akan tetapi, seseorang yang hidup di lingkungan yang positif dan berkualitas tentu akan memperoleh cukup bekal untuk melanjutkan perjalanannya. Pertanyaannya, apakah saat ini para guru di Indonesia sudah berada di “lingkungan” yang positif dan berkualitas? Sudahkah para guru mempunyai cukup bekal untuk melaksanakan dan melanjutkan tugas keguruannya itu? Sebagai ujung tombak di lapangan pendidikan, para guru telah menjalankan beberapa kali pergantian kurikulum dan harus bersiap-siap pula menerima kurikulum baru yang berbeda untuk diterapkan pada tahun 2013. Ren-

cana perubahan kurikulum pendidikan ini pun bukan persoalan sederhana bagi kita semua karena menyangkut kesiapan dan kemampuan berbagai pihak, misalnyatenagapendidikandankependidikan. Bahwa kurikulum yang pernah ada sebelumnya sudah pun diganti dengan kurikulum yang tengah dijalankan saat ini, padahal belum tuntas dilaksanakan, bahkan dalam praktiknya di lapangan (utamanya di daerah terpencil maupun di desa-desa pedalaman) para guru belum memahami sepenuhnya konsep kurikulum yang lama. Setelah melepaskan kurikulum yang lama, adalah fakta di lapangan bahwa masih banyak guru yang belum mampu melaksanakan tuntutan kurikulum (KTSP) yang sedang berlaku sekarang. Belum lagi selesai persoalan, kini terdengar kabar kurikulum akan diganti lagi tahun depan dengan konsep yang lebih baik dan tujuan yang lebih jelas, katanya. Nampaknya bapak dan ibu guru masih harus terombang-ambing antara kurikulum demi kurikulum. Demikian pula masalah uji kompetensi guru yang telah, sedang, dan akan berlangsung, menuai berbagai reaksi dari para guru menyangkut tujuan pelaksanaan, persoalan teknis pelaksanaan, materi uji, dan sebagainya yang pada intinya belum sepenuhnya dirasakan sebagai kebutuhan dan keharusan oleh para guru. Meski pemerintah telah menjelaskan bahwa uji kompetensi itu sangat perlu untuk mengukur kemampuan dan “kelayakan” seorang guru, khususnya untuk menyambut kehadiran kurikulum yang baru, tetapi banyak guru merasa risih dan menganggap hal itu sebagai suatu “penghakiman”. Realisasidilapanganduniapendidikan, para guru sesungguhnya sudah dihakimi dalam menjalankan tugasnya sebagai ujung tombak yang berhadapan langsung dengan murid-muridnya. Penghakiman yang bagaimana dapat dilihat dari tuntutan hasil belajar yang harus memuaskan, kesabaran dan kearifan yang diuji setiap saat oleh perilaku siswa yang terkadang di luar dugaan, keberatan or-

“Pendidikan karakter perlu untuk mencegah tindakan korupsi. Pendidikan yang ada saat ini hanya menekankan fungsi kognitif, yakni kecerdasan seorang anak saja. Sehingga memunculkan generasi yang memiliki kadar intelektual yang tinggi, tetapi tidak memiliki kejujuran,”

Kirim Opini Anda ke email: metrotapanuli @yahoo.com. Maksimal tulisan 5.000 karakter

Sikap Kami Timnas di Tengah Keterbatasan

ang tua atau wali siswa ketika guru “terkadang terlalu emosi” main tangan sampai mengantar sang guru ke pengadilan. Bukankah hal tersebut contoh kecil ujian dan penghakiman yang harus dihadapi guru. Di sela berbagai peristiwa yang “menyesakkandada”dialamipara guru, kita tak boleh pula menutup mata atas penghargaan yang diberikan kepada bapak dan ibu guru, misalnya kenaikan gaji yang akan terus bergulir ( tapi tidak berlaku pula bagi guru-guru honorer atau guru tidak tetap). Ditambah lagi dengan adanya sertifikasi guru, serta tunjangan sana sini yang “menunjukkan” nasib ekonomi guru sudah memberikan harapan lebihbaikdarimasa-masasebelum ini. Di antara harapan dan tantangan yang terbentang, bukankah sebaiknya seorang guru tetap berpegang pada panggilan nurani. Apapun kurikulumnya, sekecil atau sebesar apapun penghargaan yang diterima, tetaplah menjadi guru sejati, guru yang profesional. Di sini saya mengutip seruan PGRI dalam menyambut hari guru 2012 “Kita tingkatkan profesionalisme menuju pendidikan Indonesia yang berkualitas”. Momen Hari Guru ini hendaknya dapat memotivasi para guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara profesional demi memperbaiki mutu pendidikan. Seiring lajunya perubahan zaman, kemampuan seorang guru dituntut lebih dan lebih. Guru harus meningkatkan profesionalitasnya dalam menghadapi anak didikagarmemilikidayasaingantar

sesamanya maupun dengan bangsa lain. Apa jadinya andai seseorang hanya menjadikan pekerjaan guru sebagai pelarian karena tak mendapatkan pekerjaan di bidang lain, dijalani setengah hati dan asal berdiri di depan kelas saja. Hasilnya, anak didik pun menjadi manusia-manusia pelarian yang salah kaprah. Kalau pada akhirnya keadaan kian tak terkendali, mau ke mana kita, bapak dan ibu guru? Apakah kita merasa cukup menjadiguruyangbiasa-biasasaja atau tidak. Guru biasa hanya memberi, yaitu cukup menyampaikan materi pelajaran sesuai jadwal, sesuai silabus, lalu selesai. Kemudian melaksanakan penilaian secara kognitif, psikomotorik, dan afektif. Siswa tinggal melihat hasil pada laporan belajarnya, tuntas atau tidak tuntas, naik atau tinggal kelas. Pilihan kedua adalah menjadi guru yang baik. Guru yang baik, selain memberikan juga menjelaskan. Bukankah terkadang kita mengelak dari berbagai pertanyaan murid dengan alasan ’tidak nyambung” dengan pelajaran yang dibahas? Padahal seorang guru dituntut mampu menjelaskan apa pun pertanyaan murid, dan dalam penjelasan itu guru harus mampu membuat segala sesuatunya ”jadi nyambung” dengan pelajaran. Ya, ’menjelaskan’ memang bukan perkara gampang, dan konsep ’menjelaskan’ itu sangat luas, sangat kompleks. (***) Penulis Adalah Kepala SMAN 1 Andam Dewi & Dosen Sastra IndonesiaSTKIPBarus,Tengah.

BEBAN superberat disandang tim nasional Indonesia di Piala Federasi Sepak Bola ASEAN (AFF) 2012 yang mulai bergulir hari inihingga22Desember.Aralmenghadangdarisegalasisi,bahkan dari negeri sendiri. Kesebelasan ‘Merah Putih’ itu dibangun dalam situasi konflik, yaitu konflik tiada henti antara PSSI pimpinan Djohar Arifin dan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI). Konflik itu telah melahirkanPSSItandingandibawahkomandoLaNyalaMattalitti dan timnas sempalan dengan pelatih Alfred Riedl. Dampaknya pun kasatmata terlihat. PSSI tak leluasa merancang skuat ‘Garuda’. Untuk membentuk tim yang solid dan bermental tangguh, pelatih Nil Maizar dan manajer Habil Marati dipaksa pontang-panting. Keinginan PSSI memanggil pemain Indonesia Super League (ISL) untuk digabungkan dengan materi dari Indonesian Premier League (IPL) terus membentur tembok egoisme kelompok. KPSI sebagai pengendali ISL selalu punya dalih berlebih untuk menghalangi niat baik itu. Dalam nota kesepahaman yang diteken PSSI dan KPSI di Kantor Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), 7 Juni, tegas disebutkan timnas di bawah yurisdiksi PSSI. Namun, KPSI memilih menafsirkan lain. Semangat memaksakan kehendak tetap menggelegak. Mereka hanya melepas pemain ISL ke timnas jika Riedl menjadi pelatih kepala. Sebuah sikap mengada-ada. Begitulah KPSI, di depan AFC patuh, tetapi di belakang membangkang. Padahal, timnas mestinya dibangun dan berlaga di level internasional hanya punya satu misi, yakni mengangkat harkat dan martabat bangsa. Semangat timnas begitu mulia, yakni merajut beragam kepentingan demi kejayaan bangsa. Namun, di negeri ini, timnas justru menjadi lahan sebagian orang untuk memamerkankejemawaan.Timnasdiperlakukanlayaknyaajang perebutan kekuasaan politik yang sarat intrik. Timnas malah menebalkan sekat antarsesama anak bangsa. Sekat yang menjungkirbalikkan akal sehat. Simak saja, ketika Bambang Pamungkas bergabung dengan timnas, tidak sedikit yang bersuara sumbang. Bambang yang jelas-jelas ingin mengharumkan negara justru dicap pengkhianat. Celakanya lagi, pemerintah ikut larut dalam intrik. Menpora Andi Mallarangeng sempat ogah mengucurkan bantuan dana karena, menurutnya, timnas tidak diisi pemain-pemain terbaik. Bukankah PSSI sudah membuka peluang bagi pemain ISL, tetapi dijegal KPSI? Bukankah dengan sikapnya itu berarti Menpora mengerdilkan punggawa timnas yang ada? Memang, Menpora akhirnya membantu timnas Rp800 juta, tetapiituamatterlambat.Bisajadipula,iamalukarenasekelompok suporter lebih dulu menyumbang Rp56 juta hasil penggalangan dana untuk timnas. Boleh saja Menpora tak peduli. Tak masalah jika ada orang Indonesia yang berharap pasukan Nil Maizar hancur lebur di Piala AFF sehingga mereka punya amunisi baru untuk menyerang PSSI. Namun, percayalah sebagian besar rakyat tetap mencintai dan mendukung timnas. (*)

SENTRAL SUPER HERBAL

RUMAH SEHAT CLUB FIT AND FRESH CHAN

SHING-CINOLING

SEHAT ALAMI TANPA EFEK SAMPING

Di tangani langsung oleh: Mr. Nai HP 082194932600 Jika anda yakin berobat dijamin 100% SEMBUH di tempat kami SHING-CINOLING 1. Stroke 2. Jantung 3. Tumor 4. Hernia 5. Gondok 6. Gagal Ginjal 7. Maag 8. Lambung 9. Asma 10. Asam urat 11. Kencing manis, dll

4 minggu bebas dari kursi roda 3 minggu sembuh total 3 minggu sembuh total 4 minggu sembuh total 3 minggu sembuh total 4 minggu sembuh total 2 minggu sembuh total 2 minggu sembuh total 2 minggu sembuh total 2 minggu sembuh total 3 minggu sembuh

Jl. Hiu No.88 arah laut Sibolga • Tes Kadar Lemak Perut • Pemeriksaan Kepadatan Tulang • Pemeriksaan Usia Sel • Pemeriksaan Kadar Air • Pemeriksaan Kepadatan Tulang • Pemeriksaan Massa Otot dan Ranting Fisik Suplemen yang terbuat dari nutrisi buah-buahan dan sayur-sayuran 100% NUTRISI LENGKAP

• Dapat Menurunkan Berat Badan 3-10kg/bulan • Dapat Menaikan Berat Badan • Menambah Nutrisi Tubuh

Alamat praktek: Jl. P. Sidempuan. Perumahan Sibuluan Nalambok Blok B. No. 2 Tapteng Buka setiap hari. Pkl: 08.00 s/d 21.00 HARI BESAR DAN HARI LIBUR LAINNYA TETAP BUKA

SESUDAH

Hubungi EFFENDY MANALU HP 0812 6307 414; 0813 7068 2243; 0852 7774 2645

SEBELUM

Buka setiap hari SENIN s/d SABTU (Jam 08.00 - 21.00 WIB)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.