ePaper | METRO SIANTAR

Page 37

HUKUM & KRIMINAL

JUMAT

24 Agustus 2012

METRO ASAHAN

KEPALA PEMULUNG RETAK DIBACOK

PEMBANTU DIKEROYOK TETANGGA MAJIKAN

Kepala Dipukul Kursi, Leher Dicekik SIANTAR- Hanya gara-gara air, Rosdiana br Sinaga (48) dikeroyok tetangga majikannya, Rabu (22/8) sekira pukul 19.30 WIB, di Jalan Karya Kelurahan Merdeka, Siantar Timur. Peristiwa terjadi saat korban sedang bersih-bersih di Warnet Lomo Sinaga (38), tempat korban bekerja sebagai pembantu. Ketika itu, tetangga sebelah rumah Dani Rumahorbo, yang juga disebutsebut sebagai mahasiswa AMIK Multikom, membuang air kotor ke halaman rumah majikannya. Hal itu tak didiamkan begitu saja, Dani pun ditegur supaya tidak mengulang perbuatannya. Namunkarenataksenang,Dani dan ibunya Rosta br Tindaon yang berada di lokasi marah-marah. SelanjutnyaDanimengambilkursi plastik dan memukulkannya ke kepala korban. Tak tanggungtanggung, kursi pun pecah akibat kerasnya hantaman. Parahnya, aksi itu diikuti br Tindaon dengan mencekik leher korban. Sementara ayah Dani, Robert Rumahorbo, yang dikenal sebagai PNS di Disdik Pemkab Simalungun, ikut menyaksikan peristiwa tanpa melerainya. Bahkan ia mendukung tindakan keluarganya dengan berteriak agar korban di pukul saja. Tetapi tidak bagi warga. Melihat korban dikeroyok, warga mendatangilokasidanmenarikDaniserta ibunya. Usai kejadian, korban tak kuasa menahan sakit, dan memilih pulang ke rumah di Jalan Renville Lorong 2, SIantar Timur. Majikan korban yang baru saja pulang dari pajak, membesuk korban dan mengajaknya berobat. Setelah itu, mereka pergi ke Polsek Siantar Timur untuk membuat laporan pengaduan. Tetapi baru beberapa jam berada di kantor polisi, Rosta Tindaon datang dan meminta agar kasusnya tidak dilanjutkan ke proses hukum. Ia pun memohon agar mereka berdamai. Setelah lama bernegosiasi, korban menuruti permintaan br Tindaon. Kemudian korban yang masihmengalamipeningdikepala, dibawa lagi berobat ke RS Djasamen Saragih. Kepada METRO, Lomo Sinaga

mengaku heran atas tindakan tetangganya itu. Sebab baru kali kejadian seperti itu menimpa pembantunya yang masih satu marga dengannya. “Dia(korban,red)memangkerja di rumah untuk bersih-bersih. Kebetulan di rumah juga ada usaha warnet. Waktu mereka membuat pernyataan berdamai, tidak ada dimintatandatanganku.Makanya aku heran bentuk surat perjanjiannya seperti apa,” terangnya. Sementara korban yang masih terbaring di ruang CIII RS dr DjasamenSaragihmengakumasihmerasakan sakit di kepala dan belum bisa pulang. Ia juga mengaku terpaksa menandatangani surat perdamaian karena pelaku terkesan menekan dan memaksa. “Saat itu kondisiku belum baik dan dipaksa berdamai. Makanya aku kutandatangani saja,” sebut korban. Menurutnya, surat perjanjian akan dibatalkan dan tetap membuat laporan pengaduan. Saat hendak dikonfirmasi ke kediamannya, Rosta br Tindaon tidak berada di rumah, termasuk Dani. Di sana hanya terlihat suaminya Robert Rumahorbo yang sedang berjualan. Namun saat dimintai komentarnya, ia hanya mengatakan bahwa persoalan sudah selesai. “Apalagi itu, kan sudah siap masalahnya. Jadi kenapa lagi ditanya-tanya. Sudah biasa aku menghadapi wartawan,” sebutnya. Ketika ditanya soal penganiyaan, ia tidak bisa mengelak dan mengaku penganiyaan itu benar terjadi. “Kalau penganiyaan itu memang ada,” ungkapnya sembari berlalu meninggalkan wartawan. Kapolsek Siantar Timur AKP Altur Pasaribu yang dikonfirmasi menerangkan, korban tidak jadi membuat laporan pengaduan karena sudah ada perdamaian di antara kedua pihak. “Kemarin saat korban datang, kitalangsungkeTKPdanmeminta keterangan korban. Namun laporan pengaduannya tidak jadi dibuat, karena di antara mereka sudah berdamai dan membuat surat pernyataan,” terang Altur. (pra/hez)

Bocah 5 Tahun Tewas Tenggelam JATUH DARI POHON JAMBU DI PINGGIR KOLAM TEBING TINGGI- Asyik bermain di kolam bersama teman seusianya, Jelita br Sipahutar (5) terjatuh ke dasar kolam. Nyawanya tak tertolong lantaran kebanyakan meminum air, Kamis (23/8) siang. Peristiwa terjadi di Jalan Lama Kelurahan Sri Padang, Kecamatan Rambutan, Tebingtinggi. Menurut keterangan sejumlah warga, anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan Robert Sipahutar (43) dan Lina br Tampubolon (41) ini sebelumnya bermain-main di kolam yang berada di belakang rumahnya. Kala itu ia bersama dua teman seusianya, masing-masing Kristi dan Niku. Dari cerita kedua teman korban, mereka bertiga ingin mengambil buah jambu yang tumbuh di pinggir kolam. Entah bagaimana, ketika bocah yang duduk di bangku TK ini memanjat pohon jambu, ia terjatuh dan tubuhnya langsung masuk ke kolam. “Kejadian diperkirakan sekira pukul 11.00 WIB. Namun baru diketahui satu jam kemudian, setelah dua temannya memberi kabar kepada abang kandung korban,” terang Idris Silitonga, warga setempat. Menurut Idris, Kristi dan Niku yang sama-sama masih duduk di TK bersama korban, sudah melaporkan kepada Agus, warga sekitar sesaat begitu melihat Jelita terjatuh ke kolam. Tapi Agus menganggap laporan Kristi dan Niku hanya main-main saja. “Kedua bocah itu sudah memberitahukan kepada Agus kalau Jelita terjatuh ke kolam, tetapi si Agus tidak percaya. Malah dianggapnya kedua bocah itu hanya main-main, sehingga laporan kedua bocah itu diabaikan. Satu jam kemudian, mamak (ibu) Jelita mencari korban. Saat itulah baru diketahui Jelita sudah nyemplung ke kolam.Lalu abangnya Alberto Sipahutar mengangkat jenazah korban yang sudah tak bernyawa,” beber Idris. Sementara Alberto mengata-

kan, Jelita pertama kali ditemukan di dasar kolam. Posisi kepalanya berada di bawah, dan kedua kaki naik ke atas. “Ketika kuangkat, detak nadi adikku sudah tidak ada lagi. Kejadian ini langsung kukabarkan kepada ayahku yang sedang mencari sewa sebagai penarik betor,” jelas Alberto. Robert Sipahutar dan isterinya Lina boru Tampubolon, sama sekali tidak menyangka kejadian yang menewaskan anak ketiganya itu. Di mata mereka, putri bungsu mereka itu adalah sosok bocah yang periang. Tidak ada tanda-tanda khusus yang dialami ataupun yang ditunjukkan korban sebelum meninggal dunia. “Anakku ini periang dan agak lasak. Tidak ada firasat apapun sebelum kematiannya,” jelas Robert yang dulunya pernah menjadi Kepala Lingkungan di kampung itu. Ditambahkannya, kolam yang berada di belakang rumahnya itu memang sudah ada sejak lama. Dalamnya sekira 1,5 meter, dan dulunya sengaja digali petani yang kebetulan menanam bayam di sekitar lokasi. “Air kolam itu digunakan untuk menyirami sayuran bayam. Lokasi jarak kolam sekira 100 meter dari belakang rumahku. Tadi malam kan hujan, jadi air kolam agak penuh. Kalau ceritanya, Jelita memanjat pohon jambu yang tumbuh di samping kolam. Lalu ia terjatuh dan nyemplung ke dasar kolam,” ungkap Robert sembari mengusap kedua matanya. Personil polisi dari Polsek Rambutan yang datang ke rumah duka juga mengatakan hal senada. “Kematian korban murni akibat tubuhnya terjatuh dan tenggelam ke kolam itu. Jenazah sempat di bawa ke RS Sri Pamela Tebingtinggi, tetapi nyawanya sudah tidak bisa tertolong,” kata seorang polisi di rumah duka. (Awi/smg)

5

MEDAN- Sungguh Sadis yang dilakukan Adi Tambunan (28) dan Hendra Alias Kinoy (30), keduanya warga Kampung Krimping Desa Purwodadi, Sunggal, Deli Serdang. Mereka mengeroyok Safrijal Tambunan dan membacoknya hingga kriris. Peristiwa terjadi Jumat (17/8) sekira pukul 22.00 WIB.

Foto Amri

DIBACOK- Safrijal, pemulung yang dibacok teman satu kampungnya, Kamis (23/8). Persoalan dipicu hanya gara-gara tikar.

Penyeberang Jalan Luka-luka DITABRAK SATRIA FU SIANTAR- Diduga mabuk, Ronal (27) warga Jalan Asahan, menabrak penyebrang jalan di Simpang Jalan Patimura, Siantar Timur, tepat di depan Indomaret Patimura, Rabu (22/8) sekira pukul 22.00 WIB. Akibat kejadian, Raju (32) warga setempat mengalami luka dan dilarikan ke rumah sakit terdekat. Awalnya Raju baru saja membeli rokok dari warung milik Boru Sitepu yang berada tak jauh dari sekitar lokasi kejadian. Selesai membeli rokok, Raju berniat pulang ke kediamannya. Belum sempat menyeberang jalan, satu unit Suzuki F150 BK 6476 TAA yang dikendarai Ronal melaju dengan kecepatan tinggi. Ia datang dari Jalan Patimura menuju pusat kota. Akibatnya Raju yang sedang menyeberang tertabrak. Kontan saja kaki kakan Raju yang dihantam sepedamotor mengalami luka. Sedangkan Ronal yang disebut-sebut warga sedang mabuk, terpental 10 meter ke depan. Menurut saksi WR Purba, saat itu Ronal datang dari Simpang Patimura menuju kota dengan kecepatan tinggi. “Si Raju tadi sudah mau sampai ke seberang jalan, lalu ditabrak Satria itu,” ujar pria yang bekerja di Dinas Perhubungan Kota Siantar ini. Melihat kejadian, WR Purba langsung melarikan Raju ke RS Vita Insani guna mendapatkan perawatan. Sementara Ronal yang diamankan warga ke rumah WR Purba. Di sana, ia sempat diberi obat luka.

Akibatkejadian,Safrijalyangjuga tinggal di Desa Krimping ini mengalamilimalukabacokdikepaladan 3 luka bacok di punggung. Bahkan Safrijal mengalami koma selama tiga hari di RS Sundari dan harus pulang saat baru saja siuman karenatakadabiayamengobatiluka bacoknya.Ditemui di kediamannya, korban tak berada di rumah. Menurut warga, karena takut nyawanya terancam, ia dan keluarganya terpaksa mengungsi ke Desa Tani Asli, tepatnya di Jalan H Abdulah lubis. Di sana ia baru menceritakan apa yang ia alami. Menurutnya, ia dikeroyok dan dibacok dua pelaku hanya garagara tikar (ambal) yang sebelumnya dipinjam untuk tempat tidur Adi. Adi adalah perantauan yang tinggaldirumahKinoydiKampung Krimping.Setelahsetahunmeminjam tikar, Adi tak terima ketika Safrijal memintanya kembali. Bahkan menurutnya, tikar itu sudah terbakar. Akibatnya Safrijal meminta ganti rugi. Karena tidak terimadimintaidimintaigantirugi, Adi dibantu Kinoy mengeroyok Safrijal dan membacokinya. “Akucumamaumintagantirugi karena Adi merusak tikar yang kubeli seharga Rp450 ribu. Itupun hanya huminta Rp200 ribu saja, tapi dia langsung marah dan dibacokinya aku,” ungkap Safrijal. Saat kejadian, korban yang tidak bisa berbuat apa-apa terkapar bersimbah darah dan ditolong

warga serta keluarga yang kebetulan melintas di tempat kejadian, yang berada di sekitar rel kereta api Desa Krimping. Usai membacoki korban, kedua pelaku langsung kabur. “Aku nggak ingat apa-apa lagi. Yang kuingat, Adi menantangku berkelahi dan Kinoy menyiapkan parang. Terus aku dipukuli sampai pingsan. Begitu bangun, aku sudah di rumah sakit,” tambahnya. Keluarga Safrijal yang tidak terima dengan tindakan kedua pelaku kemudian melaporkan perbuatan Adi dan Kinoy ke Polsek Medan Sunggal. “KamisudahngelaporkePolsek Medan Sunggal.malam itu juga,”.ungkap pria beranak tiga ini. Saat ini korban yang berprofesi sebagai pemulung harus menganggur karena belum bisa bekerja akibat sakit yang dideritanya. Kepalanya mengalami lima luka bacok menganga dan pelipis tengkoraknya retak Bahkan sulit bagi korban untuk berbicara karena mengalami sakit. Padahal di antara pelaku dan korban masih berteman dan rekan kerja. Namun itu beberapa waktu lalu, saat ke tiganya melaut mencari ikan di Belawan. Karena alasan itupula Safrijal meminjamkan tikarnya kepada Adi yang tinggal di rumah kinoy. (mri/smg)

TAWURAN PAKAI SENAPAN ANGIN

Tiga Tersangka Dibekuk

(FOTO: DHEV BAKKARA)

DIRAWAT- Ronal, pengendara Suzuki Satria yang menabrak penyeberang jalan di Jalan Patimura. Pria ini sempat dirawat di IGD RSU dr Djasemen Saragih, Rabu (22/8). “Saya kenal dekat dengan korban, karena dia sering membeli rokok di warung istriku. Makanya saya langsung membawanya ke rumah sakit,” tambah WR Purba. Untuk menghindari amukan massa, kreta-nya juga diamankan sembari menunggu polisi datang. Bersamaan itupula seorang polisi bermarga Sinaga, yang bertugas di Polsek Siantar Timur dan berjaga di Pos Pantoan Ramayana tiba di TKP. Ia langsung mengamankan sepedamotor. Tak lama berselang, personil Unit Laka Satlantas Polres Pe-

matangsiantar datang ke lokasi dan membawa Ronal ke RS Djasamen Saragih. Begitu juga dengan kreta-nya yang ikut diamankan sebagai barang bukti. Menurut seorang dokter jaga di RS Djasamen Saragih, Ronal mengalami luka robek di bagian dengkul kiri, luka gugus di telapak tangan kanan. Selain itu di pelipis kiri Ronal juga terdapat benjolan akibat benturan. Amatan METRO, setelah mendapat perawatan, Ronal terlihat beranjak menuju rumah korban. Maksudnya adalah membuat perdamaian atas kecelakaan tersebut. (mag-4/hez)

JAKARTA- Tiga tersangka tawuran yang menggunakan senapan angin hingga mengakibatkan jatuh korban, diamankan petugas Polsek Sawah Besar, Rabu (22/8). Tersangka masing-masing, EF alias Lulung, Riyadi dan Hendi yang merupakan kakak beradik, kini ke tiganya mendekam di balik jeruji besi. Sepucuk senapan angin, dan belasan senjata tajam milik tersangka dan pelaku tawuran lainnya ikut disita petugas sebagai barang bukti. Sejumlah senjata tajam dan senapan angin tersebut, ditemukan di lokasi kejadian setelah dibuang pelaku. Dalam pengakuan Riyadi, dirinya sengaja melepaskan tembakan ke arah lawannya untuk membela diri. “Saya menembak dua kali, yang pertama ke bawah dan yang keduanya baru ke arah lawan,” terangnya. Semula

dirinya tidak mengetahui, peluru mimis yang dilepaskannya itu memakan korban luka. “Pagi setelah kejadian, baru tahu kalau ada yang terkena tembak,” jelasnya. Senapan angin itu didapat dari Hendi yang merupakan kakak kandungnya. Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol Angesta Romano Yoyo didampingi Kapolsek Sawah Besar Kompol JR Sitinjak mengatakan, tersangka menggunakan senapan angin pada saat tawuran warga di malam takbiran. Akibat kejadian, tiga orang mengalami luka di bagian paha dan pipi. “Pelurunya jenis mimis, dan pelaku ditangkap 5 jam kemudian di dalam rumahnya tanpa melakukan perlawanan,” terang Kapolres. Akibat perbuatannya, tersangka dikenakan Pasal 170 KUHP dengan ancaman 7 tahun penjara. (pk/int)

DUA PENUMPANG TEWAS TERPANGGANG

UCOK DIMAKAMKAN DI TOBASA, TONGGI DI SILINTONG MEDAN- Peristiwa tragis yang menimpa Ucok Fellin Jouskun Pandiangan (34) dan rekannya Tonggi Silaban (28) menyisakan kesedihan mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Di usia yang masih terbilang muda, kedua sahabat ini tewas dengan kondisi mengenaskan dan nyaris tak dikenali. Bagaimana tidak, pasca terlibat kejarkejaran dengan mobil L300 BTN jurusan Sidikalang, angkutan kota KPUM 63 BK 1014 DF yang dikendarai Tonggi Silaban, menabrak trafo listrik di Jalan S Parman, tak jauh dari patung Guru Patimpus. Akibatnya, keduanya tewas terbakar. Ketika ditemui METRO, kesedihan jelas dirasakan keluarga Ucok. Raut wajah kesedihan dan seakan tak percaya masih terpancar dari wajah keluarga. Terlebih bagi istrinya Boru Simbolon (30), yang terus menangis di hadapan peti jenazah sang suami. Hal serupa tampak di wajah ibunda korban yang juga Boru Simbolon (58). Bahkan ia berulangkali pingsan dan harus dibopong karena belum mampu menerima kejadian naas yang menimpa

putra satu-satunya itu. Kesedihan semakin menjadi-jadi saat mereka tak bisa melihat jasad Ucok di peti jenazah yang memang sengaja ditutup karena kondisinya gosong. Jenazah korban disemayamkan di garasi rumah, karena peti jenazah tak bisa dimasukkan ke rumah. Ada pertanda buruk di balik kematian Ucok. Di mana putranya yang masih berusia 8 bulan menangis sejadi-jadinya di malam sebelum kejadian. Itu jelas tak biasa. Bayi laki-laki itu menangis tiada henti dan membuat ibunya kebingungan. Cerita itu disampaikan Boru Simbolon (30) disela-sela isak tangisnya mengiringi kepergian suaminya. “Si ucok menangis terus malamnya. Dia tak bisa didiamkan. Mungkin itulah pertandanya sama kami,” katanya seraya menangis. Menurut keluarga, jenazah Ucok akan dikebumikan di kampung halaman orangtuanya di daerah Toba Samosir. Sering Ribut Sama istri Ucok selama ini menetap di kawasan Diski bersama istri dan dua anaknya,

Sesilia (5) dan putranya yang masih berumur 8 bulan. Keseharian Ucok bekerja sebagai supir angkot KPUM line 63 BK 1014 DF miliknya. Ia memang kerap berkumpul bersama rekan-rekannya usai menarik angkot di kawasan Diski. Ia juga sering minum tuak. Menurut rekannya Pakpahan, korban memang kerap temperamental. Mungkin dikarenakan keseharaiannya yang selalu berada di pasaran. Ucok adalah satu-satunya anak lakilaki di keluarganya. Sejauh ini Ucok hanya tamatan SMA, sementara 4 kakaknya lulusan sarjana. “Sering berantam dia dengab istrinya bang. Itu karena si Joskun sering pulang larut malam,” ujar tetangga yang enggan disebut namanya ini. Tonggi Sudah Memiliki Anak Istri Sementara jenazah Tonggi telah dibawa ke kampungnya di Silintong, Siborong-borong, untuk dimakamkan. Saat disambangi di kediamannya di Jalan Enggang Raya, Perumnas Mandala, Kamis (23/8) sekira pukul 12.00 WIB, rumah

kontrakan milik Rindu br Siregar (50) itu tak terlihat tanda-tanda kegiatan adat. Namun di warung yang berada persis di samping rumah petak berpintu papan dan tak memiliki jendela tersebut, terlihat para sopir KPUM duduk sambil menunggu antrian keberangkatan angkutannya. “Jam 4 pagi tadi, dia (Tonggi, red) dibawa ke kampungnya di Silintong, Siborong-borong, Dolok Sanggul. Katanya mau dikuburkan di sana,” ujar seorang pria yang mengaku bernama M Lumban Batu. Dari percakapan itu diketahui ternyata Tonggi telah memiliki anak dan istri di kampungnya. “Pak Manurung, Pak Manurung, rupanya Silaban itu udah punya anak dan istri di kampungnya,” ucap pak Manurung mencontohkan ucapan tukang sate yang mengatakan kalau Silaban itu telah memiliki anak dan istri. Saat ditanyakan sudah berapa lama Tonggi menjadi supir angkutan, M Lumban Batu menceritakan bahwa sepengetahuannya Silaban sudah menjadi supir sekira 5 tahun. (wel/Mri/gus/bay)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.