ePaper | METRO SIANTAR Online

Page 23

KAMIS

18 April 2013

3 Hari Traffight Light Dibiarkan Padam

Hingga Hari ke-8

Baru Dua Parpol Serahkan DCS SIDIMPUAN- Pendaftaran Daftar Calon Sementara (DCS) ke KPUD Kota Psp hanya tinggal 5 hari dari batas waktu yang ditentukan, 22 April 2013. Namun hingga hari ke-8, baru dua partai politik yang menyerahkan DCSnya. Masing-masing PKS pada Kamis (11/4) dan Partai Gerindra, Rabu (17/4). Ketua KPUD Kota Psp Muzakkir Khotib Siregar MA kepada METRO, Rabu (17/4), membenarkan hal itu. Dikatakannya, PKS adalah parpol yang pertama sekali mendaftar dan telah menyerahkan 23 nama Bacaleg untuk tiga Dapil di Kota Psp. Sementara 10 parpol yang lulus verifikasi lainnya, belum mendaftarkan calon legislatif

sementara mereka. Untuk itu, KPUD Psp mengharapkan, agar parpol segera mendaftarkan DCS, mengingat waktu yang akan segera habis. Sehingga di akhir waktu nantinya, KPUD tidak terburu-buru melakukan verifikasi berkas yang menyulitkan bagi petugas. “Memang hingga saat ini, baru dua parpol yang mendaftar. Untuk itu kami berharap agar parpol-parpol lainnya segera mendaftar, mengingat waktu hanya tinggal lima hari lagi. Hal ini juga agar mempermudah dalam proses verifikasi berkas Bacaleg nantinya,” ujar ketua KPUD Psp Muzakkir Khotib Siregar MA. (tan)

Bahas Banjir & Amdal PT Toba Surimi Sambungan Halaman 8 pembangunan insfrastruktur sarana dan prasarana kawasan Minapolitan. Guna menyempurnakan hal itu, Kepala PPN Sibolga Henry Batubara mengadakan rapat awal evaluasi bersama Ketua Komisi B DPRD Tapteng Jhonni Lumbantobing, Antonius Hutabarat dan dihadiri Direktorat Pelabuhan Dirjen Perikanan Tangkap Jonet Srialdoko serta undangan lainnya di Ballroom PPN Sibolga, Rabu (17/4) kemarin. Kepala PPN Sibolga Henry Batubara dikempatan itu menyampaikan, PPN Sibolga telah merenovasi 75 unit rumah warga di Kelurahan Pasir Bidang. Kemudian penimbunan tanah ketitik batas areal PPN Sibolga juga sudah dilakukan, dan 6 meter dari batas titik telah dibebaskan dan dikosongkan. Namun, untuk menyempurnakan terwujudnya program dimaksud kedepannya PPN Sibolga memproritaskan antara lain penanggulangan banjir. “Mengatasi persoalan banjir di sekitar Pondok Batu tentunya ini semua harus melalui kajian dan perencanaan yang matang, agar anggarannya dapat diusulkan tahun depan,” terangnya. Menurut Henry, untuk mengantisipasi banjir disekitar Pondok Batu, pihaknya juga berencana membuat semacam drainase selebar 2 meter menggunakan bronjong disisi dalam kawasan PPN Sibolga. Namun, semua ini harus terlebih dulu dikordinasikan dengan Bupati Tapteng Raja Bonaran Situmeang serta Komisi B DPRD Tapteng yang menangani hal itu. “Sifat air mencari titik terendah. Bila banjir datang setiap jam diperkirakan 30 knot kencangnya air di PPN ini,”

tukasnya. Sebagai bahan pertimbangan, Henry juga mengharapkan diskusi atau pertemuan bersama Komisi B DPRD Tapteng dapat mencarikan solusinya. Termasuk anggaran bronjong dapat ditampung dan disahkan dalam APBD Pemkab Tapteng untuk direalisasikan. Sementara, Ketua Komisi B DPRD Tapteng Jhonni Lumbantobing menjelaskan bahwa pertemuan yang berlangsung di Ballroom PPN Sibolga menindaklanjuti audensi Komisi B DPRD Tapteng baru-baru ini dengan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan di Jakarta. Dalam pembicaraan tersebut ada berisikan 2 butir kesepakatan bersama. “Butir pertama bagaimana caranya untuk segera mengatasi permasalahan banjir yang sering melanda kawasan PPN Sibolga. Kedua, permasalahan PT Toba Surimi di areal PPN Sibolga sudah melanggar ketentuan. Mengingat amdal sudah melebihi ambang batas kewajaran harus ada sanksi tegas,” terangnya. Menyikapi soal keberadaan PT Toba Surimi, Kepala PPN Sibolga Henry Batubara menyatakan meskipun perusahaan pengolahan ikan busuk itu sudah berulangkali disoroti masih saja tetap beroperasi. Bahkan, niat baik dari si pengusaha yang berjanji akan membangun atau merenovasi perusahaan tersebut menurut Henry sampai saat ini tak jelas. “Buktinya saja pabriknya itu sudah rompang ramping dan atap sengnya sudah pada terbang tak juga kunjung diperbaiki. Kalau memang sudah mengangkangi peraturan kenapa tidak, mari kita sama-sama menyikapi lebih serius,” tegasnya. (tob/nasa)

Merasa Kehilangan Kreta? Datang ke Polres Psp Sambungan Halaman 1 Menurut Kasat Reskrim AKP AA Siregar, Rabu (17/4), dalam dua bulan terakhir pihaknya terus melakukan pengamanan dengan memantau tempat-tempat yang dianggap rawan untuk seluruh wilayah hukum Kota Psp. Hasilnya, enam unit sepedamotor berbagai merek berhasil diamankan dari seluruh tempat yang ada di Psp. Keenam unit sepeda motor tanpa plat tersebut, satu unit kreta RX King, Yamaha Mio, Kawasaki Ninja RR, Honda Revo, Scorpio, dan Suzuki Satria FU. Ia menambahkan, dari keenam unit kreta yang diamankan tersebut sebahagiannya didapatkan dengan kondisi tanpa pemiliknya. Nomor rangka mesinnya juga sudah tidak seperti aslinya, terdapat bekas gosokan yang sering dilakukan para pelaku kejahatan pencurian kendaraan bermotor untuk mengubah nomor rangkanya. “Semua kendaraan yang kita amankan, rata-rata kita dapat teronggok tanpa pemiliknya. Bisa saja para pelaku curanmor sengaja meninggalkan kreta-kreta tersebut karean takut terhadap petugas yang pada saat itu sedang berpatroli,” terangnya. Ia menjelaskan, pada keenam unit sepeda motor tersebut sama sekali tidak memilik plat nomor polisi yang seharusnya berada di depan dan belakang kendaraan. “Saya mengimbau kepada masyarakat, bagi siapa yang merasa telah kehilangan kendaraan agar datang ke kantor Polres Kota Psp, dengan membawa surat dan bukti kendaraan untuk memastikan kalau kendaraan tersebut adalah miliknya,” ujarnya lagi . (mag-01)

Kinerja Dishub Dipertanyakan SIBOLGA– Sejak Senin (15/4), traffight light (lampu lalu lintas) di perempatan Jalan Thamrin, DI Panjaitan, Siswomiharjo, dan Jalan SM Raja Sibolga, padam. Hal ini membuat sejumlah warga mempertanyakan kinerja dari pemerintah daerah khususnya Dinas Perhubungan (Dishub) Sibolga, yang dianggap tidak peduli mengenai hal ini. “Sudah tiga hari mati lampu merahnya di sini. Namun sampai sekarang belum juga diperbaiki. Bagaimananya kerja dari Dinas Perhubungan ini, apakah sengaja tidak dilihat atau benar-benar tidak mengetahui mengenai hal ini. Padahal banyak petugas yang melewati jalan ini, apalagi sekarang sudah tiga hari belum juga ada perbaikan,” ujar salah seorang pengendara sepedamotor, R Simarmata, kepada METRO, Rabu (17/4). Pemerintah melalui dinas terkait seharusnya lebih memperhatikan hal tersebut, karena sangat penting untuk keselamatan pengendara maupun pejalan kaki. Bahkan, tidak

berfungsinya lampu merah tersebut mengakibatkan arus lalu-lintas menjadi kacau dan sembraut. “Jangan mengangap enteng hal ini. Karena bukan hanya arus lalulintas saja yang menjadi kacau, tetapi keselamatan dari pengendara itu sendiri bisa berakibat fatal. Masih bagus kalau setiap pengendara mengerti mengenai situasi ini, tetapi kita lihat sendiri kurangnya kesadaran masyarakat akan berlalulintas. Dan ditambah dengan matinya lampu merah seperti ini, bisa semakin berbahaya terhadap para pengendara,” ketusnya. Ketika hendak dikonfirmasi kepada Kadis Perhubungan Sibolga Junipati Ziliwu, Rabu (17/4), salah seorang petugas Dishub menyebutkan bahwa kadis sedang ada tamu dan belum bisa ditemui. “Maaf, Pak Kadisnya lagi ada tamu, jadi belum bisa ketemu, lagi pula sebentar lagi jam makan siang, mungkin sore saja atau besok datang lagi,” kata petugas ini. Ketika diberitahukan mengenai masalah lampu merah yang sudah

(Foto:Samuel)

Situasi ketika traffight light padam, lalu lintas menjadi semrawut. tiga hari mati, petugas ini mengarahkan wartawam untuk bertemu Kabid Darat J Tanjung. “Mungkin untuk masalah itu bisa langsung menjumpai Kabid Darat Bapak J Tanjung, tetapi beliau sedang keluar kota dan kemungkinan lama pulangnya,” serunya.

Namun siang harinya, di lokasi lampu merah tersebut terlihat seorang teknisi yang sedang memperbaiki kerusakan lampu merah itu. Dan beberapa menit kemudian, lampu merah tersebut kembali hidup dan arus lalu lintas berjalan normal. (Samuel/nasa)

Jalan Longsor Ancam Pengendara Sambungan Halaman 8 “Seperti yang kita perhatikan saat ini, seluruh beram jalan bahkan sedikit badan jalan sudah ikut termakan longsor. Padahal posisi longsoran itu tepat berada di tikungan. Keadaan ini sudah sangat rawan terjadinya kecelakaan lalu-lintas. Bila tidak segera dilakukan perbaikan, longsor ini bisa saja memakan nyawa,” tutur Rahmat Manullang (28), seorang sopir truk yang ditemui di salah satu warung di Jalan

Sibolga-Barus, Selasa (16/4). Dikatakan Rahmat, meski sampai saat ini belum memakan korban, tapi tidak tertutup kemungkinan keadaaan itu menjadi pemicu bahaya. Terutama pengendara yang melintas saat malam hari. “Sebab, semak-semak di sekitar longsoran itu apabila malam hari tampak samar-samar. Belum lagi pengendara yang baru melintasi jalan itu,” tukasnya. Hal senada juga diungkapkan Darwis Pangaribuan (30), sopir angkutan umum yang setiap hari melintasi Jalan Sibolga-

Barus. Menurutnya, kondisi jalan itu saat inicukupparah.Mengingatkondisicuaca yang sering turun hujan belakangan ini, dikhawatirkan akan menjadi lebih parah lagi. “Mestinyalongsoritusegeradiperbaiki. Karena bila tetap dibiarkan, maka akan bertambahparahhinggamengakibatkan badan jalan turut terkikis longsor. Jadi kami sangat berharap pemerintah memperhatikan dan melakukan perbaikan terhadap jalan yang cukup banyak dilalui kendaraan setiap harinya

ini,” harap Darwis. Terpisah, PPK 12 Pelaksana Jalan I Wilayah II Balai Pelaksana Jalan I Medan Duhuaro Dachi yang dikonfirmasi terkait keluhan warga, mengaku pihaknya akan segera melakukan peninjauan dan perbaikan.“Kamiakansegeramelakukan perbaikan terhadap jalan itu,” ucapnya melalui pesan singkat SMS, Rabu (17/4). Diketahui,bekaslongsoranyangterjadi diJalanSibolga-Barusinisudahmencapai panjang sekitar 2,5 meter dengan kedalaman sekitar 1,5 meter.(fred/nasa)

Tengah Malam, Boru Sitompul Didatangi 4 Pria Ngaku Aparat Sambungan Halaman 8 melakukan kredit sepedamotor. Pasalnya, Selasa (16/4) tengah malam, dirinya didatangi 4 pria mengaku aparat yang akan menarik sepedamotornya tersebut. Kepada METRO, Rabu (17/4), ibu rumah tangga ini kerap didesak untuk membayar tunggakan kredit sepedamotornya. Padahal dirinya bukan tidak mau membayar. Hanya saja keadaan perekonomian yang sulit membuat pembayaran cicilan terpaksa menjadi tersendat. “Kitabukantidakmaubayar.Hanyasaja keadaan ekonomi kita sedang sulit. Mestinyamereka(debtcollector,red)sedikit pahamdanmemberitenggangwaktu.Tapi justrusebaliknya.Kitadiperlakukanseperti koruptor saja,” tutur A br Sitompul saat ditemui di rumahnya, Rabu (17/4). Diterangkannya, kejadian seperti itu sudah terjadi berulang kali. Di mana ketika tunggakan kredit sepedamotornya jatuhtempoduabulantepatbulanJanuari kemarin, dirinya didatangi penagih dari PT AF dan meminta uang cicilan segera dibayarkan. Karena waktu itu tidak memiliki uang yang cukup, dirinya

meminta diberi tenggat waktu dua hari. Namun oleh si penagih tidak mau dan meminta hari itu juga untuk datang ke kantor PT AF. “Namanya kita memohon, hari itu juga sesuai arahan debt collector itu, saya mendatangi kantor PT AF yang berada di Sarudik, Tapteng, dan bicara langsung dengan atasannya. Kemudian saya bermohon padanya untuk diberi waktu duahari,namundengannadalantangdia bilangsayamewakiliorang-orangyangada di sini menyatakan tidak. Gak patuh sama aturan ya? Batasnya saya berikan hanya sampai jam 2 siang nanti, selebihnya gak ada lagi urusan diantara kita. Begitulah katanyasamasaya,”ungkapAbrSitompul menirukan perkataan pimpinan PT AF yang ditemuinya waktu itu. Merasa tidak dihargai, A br Sitompul langsung pulang. Dua hari kemudian, dirinya kembali didatangi penagih yang sama dan memaksa untuk menarik sepedamotormiliknyayangbarudikreditbulan Juli 2012 lalu. Namun karena merasa pemaksaan yang dilakukan oleh penagih itu tidak wajar, dirinya menolak memberikan sepedamotornya. “Lagian, kalaulah mereka ingin mena-

riksepedamotoritu,mestinyaadapertimbangan.Baruduabulanmenunggak,dan kitajugatidakmengelakataumenghindar saat ditemui. Selain itu, saya merasa masih punya hak atas sepedamotor itu. Mana mungkin saya relakan begitu saja,” timpal suami A br Sitompul, T Sianturi. Selain itu, lanjut T Sianturi, proses eksekusi sepedamotornya juga mestinya sesuaiprosedur.“Bukandilakukansecara paksa atau sesuka mereka saja. Saya konsumen, dan saya juga dilindungi undang-undang. Makanya saat penagih itu datang, saya sarankan mereka membawa surat jaminan fidusia atau penetapan pengadilan yangmenyatakan bahwa sepedamotor saya itu disita. Saat itu, oleh sipenagih mengatakan akan membawa surat yang saya minta esok harinya,” terangnya. Dijelaskannya, setelah penagih datang bulan Januari lalu itu, hingga Senin (15/ 4) tidak datang lagi. Tiba-tiba saja Selasa (16/4) malam sekira pukul 22.00 WIB, 4 orang pria yang mengaku oknum aparat mendatangi rumahnya dan meminta agar sepedamotor miliknya itu dikembalikan. Sontak saja dirinya kaget dengan kedatangan 4 pria yang mengaku

mendapat perintah dari PT AF. “Cobalah kita pikir baik-baik. Hal itu sama saja menakut-nakuti keluarga saya. Untung saya ada di rumah. Bagaimana kalau hanya anak-anak yang ada. Bisa jatuh pingsan dan trauma mereka. Untuk itusayapesankankepadaPTAFagarlebih sopan lagi kepada konsumennya, meskipun sedang menunggak. Karena konsumen yang menunggak itu bukan buronan. Dan saya yakin semua orang yang menunggak bukan atas kemauannya sendiri. Namun karena keadaan ekonominya yang sulit. Kemudian, bila PT AF ingin menarik sepeda motor ini, silahkan bawa surat jaminan fidusia atau penetapanpengadilan.Negaraininegara hukum, bukan negara koboi,” ujarnya kesal. Ketika hal ini dicoba dikonfirmasi kepada pihak PT AF, Pantas Harianja sebagai manejer PT AF Cabang SibolgaTapteng, mengaku tidak mengetahui hal ini. Bahkan saat dipertanyakan konsumennya yang didatangi 4 orang yang mengaku oknum aparat suruhan PT AF, hal itu juga tidak dibenarkan. “Kita tidak tahu itu. Saya sedang di luar, saya tidak tau yang anda katakan,” kilahnya. (fred)

Tak Ada Wali dan Saksi, Ngotot Pernikahan Sah Sambungan Halaman 1 yang akan menjenguknya. Hasan hanya senyum-senyum saat koran ini mulai membuka pembicaraan. Berkali-kali dia mengatakan bahwa kejadian itu merupakan musibah dan pelajaran dalam hidupnya. “Saya ini blenger (nakal), tapi ya ini mungkin cobaan dan pelajaran bagi saya,” ujarnya. Menurut dia, dalam kehidupan, seseorang pasti akan mengalami pelajaran. Itu yang bisa membuat seseorang lebih baik atau lebih buruk. “Saya ya tentu ingin menjadi lebih baik setelah ini. Maka dari itu, selepas perkara ini saya ingin umrah dan melakukan tobatan nasuha,” ujarnya. Usai berkata demikian, dia melihat ke arah Iwan (Iwan Hari Purwanto). Dia kemudian ngguyoni Iwan. “Pak Iwan itu mau saya ajak umrah nanti,” ujarnya lantas terkekeh. Dalam pembicaraan itu Hasan memang banyak bercanda. Menurut dia, jika memikirkan kasus itu terus, dirinya takut stres. “Makanya, dibuat guyon saja. Mau bagaimana lagi, namanya cobaan,” lanjutnya. Mengapa sejak awal penangkapan tidak mengaku sebagai anggota dewan? Hasan mengatakan tidak ingin mentang-mentang. Dia akan mengaku jika nanti kasusnya di kepolisian sudah selesai dan dilimpahkan ke persidangan. “Sebenarnya saat sudah di sini (tahanan) saya ingin mengaku ke Pak Iwan (mengaku sebagai anggota dewan). Tapi, saya keder dengan Pak Iwan. Apalagi, ketika itu dia tidak ingin bertemu saya lagi,” paparnya. Hingga hari H sebelum kasus ini dirilis (Senin, 15/4), Iwan memang tidak mengerti bahwa tangkapannya seorang anggota dewan. Sebab, sejak awal Hasan hanya mengaku sebagai pengusaha sandal. Iwan baru sadar bahwa Hasan adalah anggota

dewan ketika dia dihubungi Kepolisian Sampang. Bahkan, menurut Hasan, rekannya sesama tahanan di dalam sel juga tidak tahu jika dia pejabat negara. Para tahanan itu tahu ketika kasus tersebut sudah ramai di media. “Meski begitu, mereka (sesama tahanan) perlakuannya ke saya sama baiknya kok,” ujarnya. Hasan mengatakan, selama ini memang sering ke Surabaya untuk berbagai urusan. Mulai kepentingan bisnis sampai keperluan bertemu sejumlah pengurus DPW Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Jawa Timur. “Saya banyak kawan baik di DPW. Tapi, setelah kasus ini mungkin mereka sudah kecewa dengan perbuatan saya. Bagaimanapun saya sadar telah mencoreng nama partai,” ujarnya. Nah, ketika datang ke Surabaya itulah, Hasan mengaku sering melampiaskan hasrat seksualnya. Menurut dia, awalnya dirinya dikenalkan kepada seseorang yang bisa menyediakan perempuan sebagai teman kencan. Dari perkenalan itu Hasan kemudian menghubungi sendiri si mucikari saat butuh. “Ya, namanya lelaki, nakalnya ya seperti ini,” ujarnya, lantas terkekeh lagi. Menurut Hasan, apa yang dilakukannya bukan termasuk zina. Sebab, dia selalu mengajak nikah pasangan kencannya. Nah, untuk keperluan itu, dia selalu meminta temannya yang dianggap mengerti agama agar menjadi modin (penghulu). Sayangnya, Hasan merahasiakan identitas modin itu. “Janganlah, sudah cukup saya saja yang bersalah,” katanya. Hanya, bapak enam anak ini mengaku kenal modin itu sejak tinggal di Arab Saudi. Hasan mengaku pada 1992-1997 sempat tinggal di sejumlah kota di Arab Saudi. Menurut dia, banyak saudaranya yang menetap dan menjadi warga negara Arab

Saudi. “Waktu krisis moneter, saya balik ke Indonesia dan mencoba bisnis perjalanan umrah dan haji,” paparnya. Anggota Komisi A DPRD Sampang itu mengaku, modin yang diminta menikahkannya itu tidak dia bayar. Itu semua dilakukan murni pertemanan. “Dia benaran modin, bukan awuawu,” ujarnya. Dalam pandangannya, seorang perempuan bisa hanya diwakili seorang modin dalam melangsungkan pernikahan. Karena itu, menurut dia, pernikahan yang dia lakukan sah meskipun tidak ada wali maupun saksi. “Saya juga tidak memaksa kok. Yang tidak mau saya nikahi, ya tidak saya ajak ke hotel,” terangnya. Hal itu pula yang terjadi pada perceraian dengan ABG-ABG yang dikencaninya. “Saya tidak serta merta menceraikan. Kalau minta tidak ada hubungan lagi, ya sudah, saya ceraikan. Itu buktinya ada yang belum saya ceraikan,” ujarnya. Salah seorang korban Hasan, SDH, 16, memang mengaku tidak pernah ditalak oleh Hasan. Namun, SDH tidak memedulikan statusnya dengan Hasan. Sebab, ABG lugu itu juga menilai bahwa pernikahannya hanya main-main. Menurut Hasan, jika tidak takut dosa, dirinya akan lebih memilih ke lokalisasi. Namun, dia sadar bahwa perempuan di lokalisasi pasti tidak bersedia diajak nikah siri. “Menurut ilmu yang saya tahu, apa yang saya lakukan itu tidak berdosa. Sebab, saya nikahi mereka. Kalau saya tidak takut dosa, ya ke Dolly (lokalisasi terbesar di Surabaya) saja,” paparnya. Warga Desa Samaran, Tambelangan, Sampang, itu mengaku memiliki enam anak. Yang paling besar laki-laki sudah kelas 3 SMA dan saat ini menempuh unas. Yang paling kecil baru berusia empat bulan. Namun, saat ditanya apakah dia tidak ingat anaknya sendiri yang seusia dengan ABG yang dikencani itu, Hasan hanya diam.

Dia mengaku siap mempertanggungjawabkan perbuatannya jika dinilai salah. Hasan mengaku siap menjalani hukuman. Namun, dia mengaku kepikiran kondisi psikologis keluarga dan anak-anaknya. “Saat kasus saya muncul di mana-mana, saya hanya kepikiran keluarga saya,” ujarnya. Karena itu pula, Hasan keberatan ketika dikorek mengenai keluarganya. “Jangan ditanya soal keluarga ya, kasihan, jangan dikaitkaitkan,” pintanya. Ditanya perihal kegiatannya di dewan yang disebut sering membolos, Hasan tertegun. Menurut dia, isu itu tidak sepenuhnya benar. Namun, pemilik gelar sarjana pendidikan Islam (SPdI) itu mengaku, selama ini memang banyak mengembangkan bisnis pembuatan sandal. “Saya ini kan di dewan tidak menjabat apaapa, hanya anggota biasa dan tidak memiliki kegiatan banyak,” jelasnya. Menurut dia, bisnisnya itu dikembangkan juga untuk menghidupi masyarakat sekitar desanya. Di pabrik sandal miliknya, setidaknya bekerja 75 orang dan semuanya dari satu desa, Samaran, Tambelangan, Sampang. “Daripada di dewan bengong tidak ada kerjaan, kan lebih baik mengembangkan usaha itu. Itu untuk masyarakat dan warga saya juga,” jelas Hasan lalu menyeruput secangkir kopi hitam di depannya. Pasca kejadian ini, Hasan pasrah mengenai statusnya sebagai wakil rakyat. Menurut dia, yang terpenting, selepas keluar dari penjara, dia ingin benar-benar mengakhiri petualangannya mencari kepuasan seksual di luar. Hasan mengaku bukan sekali itu saja mendekam di penjara. Saat masih anak-anak dan belajar pesantren di Kalimantan, dia sempat ditahan dengan tuduhan mencuri amplifier. “Padahal, saat itu saya hanya disuruh kerabat saya membawa amplifier ke kantor polisi. Pengalaman itu sangat membekas di diri saya. Semogalah ini pengalaman pahit yang terakhir,” katanya. (c2/nw)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.