Majalah Edents Volume II Edisi XXXVII Oktober 2022

Page 1

DARI REDAKSI

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Edents secara rutin menerbitkan majalah sebanyak dua kali selama satu tahun kepengurusan. Majalah Edents merupakan salah satu produk utama LPM Edents yang mengulas isu ekonomi sebagai pembahasan utama. Pada Ma jalah Edents Volume I tahun ini, kami mengangkat tema Ekonomi, Seni, Sosial, dan Budaya. Diangkat nya tema tersebut sebagai bentuk perhatian kami terhadap perkembangan ekonomi saat ini serta keadaan produk seni budaya dan pelaku seni yang semakin lama membutuhkan banyak perhatian akah hak yang seharusnya diterima yang lebih dari sebelumnya. Selain itu, adanya pandemi Covid-19 yang masih dalam masa pemulihan juga menjadi perhatian kami untuk melihat bagaimana peran dari masyarakat, pemerintah, serta pihak lain terh adap kondisi ekonomi, seni, sosial, dan budayanya.

Kami mengulas tema utama dalam Laporan Uta ma, Laporan Khusus, Polling, Sosok, Tentang Mere ka, Sudut Profesi, Sosial Budaya, Social Movement, Komunitas, Geliat Usaha, Resensi Film, Opini Ma hasiswa, Kolom Pemimpin Umum, Kolom Redaksi, Ruang Lomba, Potret. Laporan utama membahas mengenai hubungan antara ekonomi dengan kondi si seni, sosial, dan budaya yang ada. Dimulai dengan langkah untuk beradaptasi yang dilakukan para pelaku ekonomi di era 5.0 terhadap transformasi dig ital ekonomi, proses pemulihan ekonomi pariwisata pasca pandemi Covid-19, menjabarkan upaya yang dilakukan pelaku seni budaya untuk bangkit kemba li setelah pandemi, serta membahas mengenai Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) dan kaitannya. Dalam rangka mengerucutkan kembali tema yang diambil, pada laporan khusus kami sajikan mengenai kondi si pelaku seni di era endemi, mengupas fenomena

yang booming pasca pandemi dari segi ekonomi, dan kondisi para kreator dari segi ekonomi pasca pandemi.

Kemudian kami juga membuat polling sehubun gan dengan isu yang diambil, yang mana secara garis besar membahas tentang kondisi sosial, seni, dan budaya dalam pusaran ekonomi. Lalu, kami mencoba untuk mencari tahu seberapa besar pengetahuan masyarakat terutama maha siswa mengenai kondisi sosial, seni, dan budaya dalam pusaran ekonomi, serta isu yang terkait lainnya. Kami juga membagikan kisah sosok in spiratif, geliat usaha, potret, dan rubrik lainnya yang bisa dibaca secara lengkap pada majalah ini.

Kami menyadari saat ini masih berada dalam masa pemulihan pasca pandemic Covid-19, se hingga perlu banyak adaptasi terhadap hal-hal baru yang ada. Begitupula dengan LPM Edents yang berusaha tetap memberikan yang terbaik pada semua produk kami dengan menyesuaikan keadaan saat ini. Setiap rubrik dalam majalah ini lahir dari kerja keras, kesabaran, keaktifan, dan keikhlasan reporter dalam melakukan penu lisan. Redaksi mengucapkan terima kasih banyak kepada teman-teman reporter. Melakukan pem buatan majalah secara virtual dan serba online tanpa bertemu secara langsung, menjadi salah satu prestasi yang luar biasa bagi teman-teman reporter. Kami berharap pembaca mendapatkan pengetahuan dan hal positif dari tulisan ini. Kri tik saran tentunya sangat dibutuhkan untuk men jadikan Edents lebih baik kedepannya.

MAJALAH EDENTS

diterbitkan oleh: Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Edents ISSN 0215-0255

Pelindung: Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si., ; Penasehat: Firmansyah, S.E., M.Si., Ph.D ; Pembina: Surya Raharja, S.E., M.Si., Akt., Ph.D ; Pemimpin Umum: Shela Nur Fajriya; Pemimpin Redaksi: Fitri Widyanin grum; Pemimpin Perusahaan: Erva Hamidah; Pemimpin HRD: Finecia Shinta Dewi; Pemimpin Market ing and Communication: Susan Liya; Pemimpin Artistik: Nisa Alisva; Redaktur Pelaksana Majalah: Indah Sulistyawati; Redaktur Pelaksana: Luvita Dyaningsih, Muhammad Musa, Tsania Kristya; Layout: Hatfina Dini Sabrina, Selina Aulia; Foto dan Ilustrasi: Fatimah Daffa, Diah Ayu, Fortuna Tunggadewi, Khaira Aqli ya; Staf Redaksi: Anisa Setyaningdiyah, Danny Farhan, Sulistiawati; Staf HRD: M. Arif Pratama, Shafina Munifa, Tarisa Rahmawati, Arum, Maria Fransiska; Staf Marcomm: Fadila Nadifa, Lula Salwa, Rahayu, Helen Sophia, Amanda Yasmien; Staf Perusahaan: Michelle Jenifer, Fellencia Stefania, Faizah Nikmatur, Deva Zhalzha, Siti Choiriyah, Bella Br Subakti; Magang Edents: Ariska Ardina, Coryna Dwi, Munnafatu, Zhafira Salma, Adiska Afifah, Vincentia Ipsita, Luthfia Nabila, Dewanti, Naela Rohmah, Sholeh Arrifqi, Azita Aulia, Anggita A., Dzikrina Fatahul, Syafira N., Rifqi M. Aufa, Ghassani Nur, Angel Ariani, Diva Obe lia, Noor Fadhlilah, Muhammad Labib, Vira Mahalia, Marhawa Marir, Rahayu Khairunnisa, Maulida Fau zia, Muhammad Alhafis, Riska Aulia.

LAPORAN UTAMA

LAPORAN UTAMA

POLLING

Mantan edents

TENTANG MEREKA

GELIAT USAHA

04 08 11 15 17 19 21 23 25
Transformasi Ekonomi Digital dalam Bingkai Kebudayaan
Menyoroti Lebih Jauh dalam Lingkaran Seni dan Ekonomi
Ekonomi, Sosial, Seni, dan Budaya
Berawal dari Hobi Menulis, Sampai Terjun ke Dunia Jurnalistik
Berani Berkarya bareng Nadia Mufida
Berawal dari Korean Wave, Bermuara ke Korean Cake SOSOK Muhammad Fariq Danendra : Kegagalan adalah Kemenangan yang Tertunda SOSIAL BUDAYA Membakar Hangat Suasana Kebersamaan dengan Tradisi Bakar Batu di Mutiara Ujung Timur, Papua SUDUT PROFESI Ahli Kunci : Duplikat Satu Menit, jadi Panggilan 24 Jam DAFTAR ISI 4EDENTSVolume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022
DAFTAR ISI 3 EDENTS Volume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022 29 32 35 38 39 42 44 46 48 50 LAPORAN KHUSUS Menyapa Kesenian Masa Kini : Bagaimana Kabarmu ? LAPORAN KHUSUS Kisah dibalik UMKM Yang Bertahan Setelah Pandemi Menghantam LAPORAN KHUSUS Strategi Kreator Pasca Pandemi : Senang dan Uang POTRET RUANG LOMBA OPINI Suasana Malam Semawis yang Tak Lekang oleh Waktu KOMUNITAS Si Damar, Tempat Bertumbuhnya Sineas-Sineas Muda Semarang KOLOM PU Suara Tani Yang Tercekat dalam Secangkir Kopi KOLOM REDAKSI Destinasi Super Prioritas, Pariwisata Kini tak Hanya Bersandar Pada Bali RESENSI FILM Drifting Home : Mengurai Trauma, Merelakan Masa Lalu OPINI MAHASISWA Green Economy: Menanam Harapan pada Pohon 27SOCIAL MOVEMENT Satoe Atap, Komunitas Tanpa Pamrih Mencerdaskan Anak Anak Jalanan Kita

Transformasi Ekonomi Digital dalam

Bingkai Kebudayaan

Dok. Tripadvisor.co.id

Seperti negara lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa modern ini tidak terlepas dari campur tangan teknologi. Ber langsungnya era bonus demografi menjadikan Indonesia mempunyai lebih banyak tenaga kerja produktif yang selalu memaksimalkan ilmu dan kemampuannya. Salah satu langkah pemaksimalan itu adalah dengan mengadopsi teknologi pada kegiatan sehari-hari, termasuk untuk berbisnis. Hal tersebut memicu marak nya perusahaan rintisan (startup) lokal dan jenis usaha lain di Indonesia. Para pebisnis yang mulai mengoptimumkan penggunaan teknologi dalam melakukan kegiatan mereka akhirnya menghadirkan sebuah masa baru dalam dunia ekonomi, yaitu masa transforma si ekonomi digital. Kolaborasi Transformasi Ekonomi Digital dan Pemasaran

Transformasi ekonomi digital adalah buah dari dilibatkannya teknologi pada kegiatan para pebisnis. Kegiatan tersebut dapat merupakan

kegiatan produksi, pengaturan sumber daya, pengolahan data, dan lain sebagainya. Dari sekian banyak kegiatan bisnis yang terlibat, transformasi ekonomi digital paling menonjol terlihat pada kegiatan manajemen pemasaran.

I Made Bayu Dirgantara, dosen Manajemen Pemasaran Universitas Diponegoro (Undip), menjelaskan bahwa manajemen pemasaran adalah kegiatan tentang cara para pelaku ekonomi memperluaskan transaksinya melalui platform-platform digital yang sema kin berkembang pada saat ini. Jika seseorang dapat menerapkan manajemen pemasaran dengan baik, akan terjadi sharing economy. Sharing economy adalah kondisi di mana para pelaku ekonomi saling menguntungkan satu sama lain karena mempertemukan dua atau lebih orang yang saling membutuhkan agar bisa berkoordinasi dengan efektif. Hal itu pun menggambarkan bahwa semakin berkemban gnya manajemen pemasaran, perekonomian akan semakin maju.

Oleh: Khaira, Luvita, dan Maulida
4EDENTSVolume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022
LAPORAN UTAMA

Pemasaran Berteknologi yang Lestarikan Budaya

Disamping membuat perekonomian lebih maju, kolaborasi antara transformasi ekonomi digital dan manajemen pemasaran juga mem punyai dampak signifikan bagi budaya lokal. Pelestarian batik Indonesia menjadi salah satu contoh kolaborasi kedua unsur tersebut. Penerapan transformasi ekonomi digital dan manajemen pemasaran terjadi dengan baik dalam melestarikan batik karena komoditas ini memiliki keautentikan untuk dipasarkan. Maksud autentik pada batik ialah adanya de sain dan ciri khas berbeda-beda dari setiap ba tik Indonesia.

Di era sekarang, produksi batik semakin berkembang. Banyak produsen mulai meman faatkan internet untuk promosi serta menye barluaskan produknya. Maka, manajemen pemasaran memegang peran penting dalam melestarikan batik dan budaya lokal Indone sia lainnya.

Manajemen pemasaran dipengaruhi juga oleh adanya perubahan perilaku yang menimbul kan social marketing. Social marketing ada lah cara pemasaran yang membuat seseorang menghasilkan suatu ide pemasaran karena

adanya perubahan perilaku. “Pemasaran (ke tika menerapkan social marketing) tidak selalu (berfokus untuk) menghasilkan profit saja teta pi juga harus bisa menghasilkan benefit,” tegas Made Bayu.

Kampoeng Djadoel, Refleksi Adaptasi Usaha Realisasi konsep keterhubungan antara trans formasi ekonomi digital dan manajamen pe masaran pada pelestarian budaya Indonesia berupa batik tercermin oleh Kampoeng Djad hoel. “Kampoeng Djadhoel merupakan nama sebuah brand kewisataan di Kampoeng Batik Tengah, RT 04 RW 02, Kelurahan Rejomulyo, Semarang Timur, Jawa Tengah,” papar Chris tina Riyastuti, pemilik Laksmi Art Batik dan salah satu pengelola Kampoeng Djadhoel.

Sebagai brand kewisataan, Kampoeng Djadhoel mengusung konsep belanja batik “kedulu-du luan” dan “belajar batik sambil membatik”. Walaupun terletak di wilayah Kampoeng Ba tik, Kampoeng Djadhoel memiliki ciri khasnya tersendiri. Saat masuk ke kawasan Kampoeng Djadhoel, wisatawan disuguhi berbagai mural menarik. Mural-mural tersebut menggambar kan sejarah dan cerita Indonesia, mulai dari perjuangan para pahlawan, cerita pewayan gan, hingga mitos-mitos, seperti mitos Jaka Ta rub.

Bukti Harmonisasi Teknologi, Budaya, dan Ekonomi

Kampoeng Djadhoel merupakan salah satu ikon Kota Semarang. Karena itu, demi menca pai branding maksimal, kegiatan kampung ini tidak pernah terlepas dari teknologi. Christi na menyatakan bahwa adanya transformasi ekonomi digital menjadi jalan untuk mening katkan promosi Kampoeng Djadhoel dan pe masaran produk batik miliknya. Transformasi itu tercermin dari adanya akun media sosial berupa Instagram dan Facebook milik Kam poeng Djadhoel. Selain itu, dalam hal per batikan, wisatawan yang membeli oleh-oleh batik Semarangan dari kampung ini sudah

5 EDENTS Volume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022 LAPORAN UTAMA
Dok. Pribadi
I Made Bayu Dirgantara
Dosen Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro

bisa melakukan pembayaran secara cashless melalui Quick Response Code Indonesian Stan dard (QRIS). Pembelian pun dapat dilakukan melalui e-commerce karena lokasi Kampoeng Djadhoel sudah “ditandai” oleh algoritma in ternet.

Kegiatan promosi Kampoeng Djadhoel dengan melibatkan teknologi menjadikan daya tarik wisatawan terhadap tempat ini meningkat. Peningkatan tersebut berbuah manis pada kondisi perekonomian, budaya, dan sosial di Kampoeng Djadhoel. “Tadi pagi ada yang ke sini (Kampoeng Djadhoel). (Datangnya) rom bongan,” jelas Christina saat diwawancarai pada Sabtu, 10 September 2022. Objek wisata seperti Kampoeng Djadhoel ini tentunya ti dak akan luput dari radar pemerintah, baik pemerintah kota maupun provinsi. Buktinya, pada ruang pertemuan Kampoeng Djadhoel, terpampang foto Gubernur Jawa Tengah, Gan jar Pranowo, dan Walikota Semarang, Hendrar Prihadi, sedang mengunjungi tempat ini.

Christina mengakui bahwa penerapan trans formasi ekonomi digital pada Kampoeng Djad hoel memberi banyak dampak positif. Dampakdampak tersebut antara lain mempercepat promosi Kampoeng Djadhoel, mempercepat pemasaran batik Semarangan, meningkatkan

kinerja para pengrajin batik, hingga mening katkan pendapatan ekonomi masyarakat seki tar. Berbagai manfaat itu menjadikan Kam poeng Djadoel sebagai salah satu bukti objek wisata yang mampu mengharmonisasikan antara teknologi, ekonomi, seni, sosial, dan bu daya.

Halang-Rintang Masa Kini

Meskipun memiliki beragam kekuatan, Chris tina mengaku bahwa Kampoeng Djadhoel ma sih punya kelemahan. Kurangnya lahan untuk parkir wisatawan menjadi salah satu faktor sig nifikan ketika menyinggung wisata ke Kampo eng Djadhoel. Kondisi lokasi kampung ini yang strategis, yang mana rumah-rumah penduduk sangat berdekatan. Akibatnya, tidak ada lahan yang dinilai cukup untuk dapat memarkirkan kendaraan wisatawan. Maka, kalaupun ada la han parker, tentu terlalu jauh dari lokasi Kam poeng Djadhoel.

Selain masalah lahan, Kampoeng Djadhoel juga dihadapkan dengan kesulitan sumber daya manusia. Para pebatik yang masih aktif di masa sekarang tergolong sudah sepuh. Ku rangnya minat pemuda, khususnya di daerah Semarang, menjadikan profesi pebatik di Kam poeng Djadhoel ecara khusus, dan Kampoeng Batik secara umum, terancam. Di sisi lingkun gan, padatnya limbah dari kegiatan membatik menjadi salah satu faktor penentu yang dapat menurunkan citra Kampoeng Djadhoel. Selain kekurangan, hal lain yang dihadapi Kampoeng Jadhoel adalah tantangan. Tantangan tersebut mencakup pengembangan dan inovasi motif batik Semarangan.

Christina serta para pengurus Kampoeng Djad hoel lainnya tidak tinggal diam untuk memit igasi kekurangan mereka. Christina telah menyusun strategi bahwa hal-hal yang dapat dilakukan Kampoeng Djadhoel untuk mem pertahankan eksistensinya. Dimulai dengan menggencarkan promosi batik Semarangan melalui transformasi ekonomi digital. Kemu

LAPORAN UTAMA
6EDENTSVolume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022 Dok. Pribadi
Christina Riyastuti Pemilik Laksmi Art Batik Pengelola Kampoeng Djadhoel

dian, dilanjutkan memperbanyak inovasi motif-motif batik Semarangan. Langkah beri kutnya memperluas pemasaran produk batik Semarangan dari Kampoeng Djadhoel. Mem perindah lingkungan Kampoeng Djadhoel Semarang sangat diperlukan untuk menarik minat masyarakat. Strategi terakhir, dengan menambah jumlah stan-stan batik di Kampo eng Djadhoel.

Dalam Pandangan Akademisi

Melalui sudut pandang social marketing, Made Bayu menjelaskan bahwa masyarakat Sema rang secara umum masih mengidentikkan Kampoeng Djadhoel sebagai tempat pendis tribusian batik, bukan produksi. Oleh karena itu, keautentikan batik dari Kampoeng Djadoel belum tampak. Hal tersebut ditambah dengan belum menonjolnya image Semarang sebagai kota penghasil batik. Made Bayu juga ber pendapat bahwa subjek pemasaran Kampo eng Djadhoel kurang jelas akibat adanya keter batasan dalam penyebaran informasi tempat ini.

Sebagai acuan, Kampoeng Djadhoel pun disandingkan dengan Desa Panglipuran di Bali. Penyandingan tersebut didasari karena kedua lokasi itu sama-sama sebuah brand kewisa taan. Made Bayu menjelaskan kedua brand tersebut memiliki kondisi yang berbeda apabi la dilihat dari kaca mata social marketing. Mas yarakat maupun wisatawan yang berkunjung ke Bali sudah paham bahwa Desa Panglipuran

merupakan desa autentiknya masyarakat Bali. Hal itu disebabkan karena sejak awal, Desa Panglipuran memang merupakan tempat ting gal asli masyarakat Bali, bukan sengaja dibuat sebagai brand kewisataan.

Kondisi di Desa Panglipuran berbeda dengan Kampoeng Djadhoel. Kampoeng Djadhoel bu kan merupakan desa pebatik, tetapi tempat berkumpul dan menetapnya para pebatik di Kota Semarang demi kelancaran pemasaran produk. Masalah keautentikan ini menjadi fak tor penting yang membedakan social market ing Kampoeng Djadhoel dan Desa Panglipuran.

I Made Bayu mengusulkan agar Kampoeng Djadhoel bisa dikenal masyarakat, baik Sema rang bahkan Indonesia sebagai tempat yang autentik. Usulan tersebut dapat dicapai den gan terus meningkatkan kegiatan perbatikan di Kampoeng Djadhoel, baik dari sisi kegiatan, motif dan corak, pemasaran, maupun sumber daya, sehingga mampu menjadi pusat batik. Budaya “berbatik” itu sendiri perlu meresap dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kampoeng Djadhoel secara khusus maupun Kampoeng Batik secara umum. Literasi digital terhadap masyarakat Kampoeng Djadhoel juga perlu ditingkatkan demi tercapainya kondisi maksimal atas transformasi ekonomi digital. Hal tersebut pula yang dapat menjelaskan bahwa manajemen pemasaran tidak hanya dilihat dari kecanggihan teknologi tetapi juga pengaruh budaya masyarakat asli dan komu nitas di daerah bersangkutan.

7 EDENTS Volume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022 LAPORAN UTAMA
“Pemasaran (ketika menerapkan social marketing) tidak selalu (berfokus untuk) menghasilkan profit saja tetapi juga harus bisa menghasilkan benefit,” – I Made Bayu Dirgantara –Dosen Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro “ “

Menyoroti Lebih Jauh HaKI dalam Lingkaran Seni dan Ekonomi

HaKI merupakan hak yang bisa dinikmati se cara ekonomis yang mana dihasilkan dari ke mampuan kreatif secara intelektual. Arah yang dituju dengan adanya HaKI ini adalah melind ungi karya-karya yang lahir karena adanya ke mampuan intelektual manusia. HaKI terbagi dalam berbagai macam jenis, yaitu Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri beserta ruang lingk upnya. Prinsip yang melatarbelakangi timbul nya HaKI juga terdiri dari berbagai aspek, di antaranya prinsip ekonomis, prinsip keadilan, prinsip sosial, dan prinsip kebudayaan.

Mengenal HaKI dengan Lebih Dekat

HaKI atau Hak atas Kekayaan Intelektual mer upakan terjemahan dari Intellectual Property Right (IPR) yang diatur dalam undang-undang No. 7 Tahun 1994 tentang pengesahan WTO (Agreement Establishing The World Trade Or ganization). Intellectual Property Right sendiri adalah pemahaman tentang hak atas kekayaan yang timbul dari kemampuan intelektual ma nusia, yang memiliki hubungan dengan hak ses

eorang secara pribadi yaitu hak asasi manusia. Di Indonesia, penerapan HaKI belum berjalan secara maksimal. Adanya perbedaan pendapat dan pemahaman dari setiap pihak mengenai HaKI masih menjadi salah satu faktor mengapa HaKI belum terlaksana.

Dr. Hastarini Dwi Atmanti, S.E., M.Si., salah satu Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro (Undip) menjelaskan mengenai keadaan HaKI di Indonesia yang mampu diterapkan karena banyaknya poten si yang dimiliki. “Indonesia memiliki potensi kekayaan intelektual yang besar, mengingat Indonesia sebagai negara yang berpenduduk padat ke empat di dunia. Perlindungan terha dap HaKI di Indonesia sangat dibutuhkan, agar kekayaan intelektual tersebut terlindungi,” ungkap Hasta. Menurut humas wakil presiden Republik Indonesia, hampir 90 % pelaku usaha di Indonesia yang bergerak di sektor industri ekonomi kreatif belum memiliki perlindungan kekayaan intelektual. Hal ini menyebabkan masih rendahnya kontribusi kekayaan intelek

8EDENTSVolume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022 LAPORAN UTAMA

tual terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia.

Apabila membahas lebih detail dengan kaitan nya terhadap bidang kesenian, adanya HaKi tentu saja dibutuhkan beberapa pihak terkait. Menurut Sukarjo selaku Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Undip, HaKI berasal dari produk barat seperti egophony yang menjadikan hasil karya cipta itu diakui atau dipatenkan sehingga tidak bisa ditiru dan menjadi hak orang yang mematenkannya. Dalam konteks ini, sebenarn ya tidak sosiologis dengan barat dan adanya budaya individualistis materialistis pada orang timur. Kemudian, untuk di Indonesia ini lebih ke arah komunal dan spiritual.

“Sebenernya dalam konteks untuk waktu yang lama ya nggak ada HaKI itu kita fine-fine saja. Jadi kita tidak mengenal HaKI, bahkan kita tau tentang namanya anonim. Anonim itu seperti saya berkarya ya sudah ya bukan milik saya lagi tetapi milik dari masyarakat, namanya juga tradisi lisan,”ujar Sukarjo. Sekarang ini, mulai memasuki kondisi dunia yang masuk dalam perangkap kapitalisme dan materialisme, yang mana semuanya harus jelas dan semuanya ha rus legal, yang kembali berkaitan dengan ma teri atau uang.

Pada dasarnya, pemahaman masyarakat luas terhadap HaKI belum sesuai. Masyarakat men ganggap HaKI sama dengan paten. Padahal paten adalah salah satu bentuk dari HaKI. Pat en hanya terbatas pada bidang teknologi yang memenuhi syarat kebaruan. Masyarakat belum paham bentuk perlindungan apa saja yang bisa memperoleh HaKI, belum paham untuk mem bedakan apa itu paten, hak cipta, merek dagang dan lain-lain.

Pentingkah Hak Cipta Sebuah Produk?

Beberapa waktu yang lalu, Pemerintah Indone sia sudah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Roy alti Hak Cipta Lagu dan/ atau Musik, yang mer upakan penguatan terhadap Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dalam pemungutan royalti bagi para pencipta lagu dan/atau musik. Hadirnya peraturan ini tentu saja sebagai upaya perlindungan untuk setiap produk dan pelaku seni yang ada di Indonesia.

Akan tetapi, terdapat sebagian pihak yang ma sih menganggap bahwa pemberian hak cipta itu tidak penting atau tidak dibutuhkan, yang apa-apa selalu dikaitkan dengan hak cipta. Na mun, dibalik itu semua tentu saja masih ada orang-orang yang memperjuangkan perlindun gan secara hukum atas produk yang dihasilkan. “Jika produk tersebut memiliki keunikan atau kekhasan tertentu, maka produk itu harus dilindungi. Hak cipta perlu diberikan untuk produk tersebut,” jelas Hasta.

Suatu produk yang memiliki hak cipta akan memiliki keunggulan komparatif dan kompeti tif, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah pada produk tersebut. Pada akhirnya akan mampu meningkatkan perekonomian suatu negara. Dengan pemanfaatan HaKI yang tepat, maka manfaat ekonomi yang optimal dapat di peroleh dari segala kreativitas dan inovasi hasil karya anak bangsa.

Mengulas kembali saat Reog Ponorogo yang diklaim oleh Malaysia. Saat itu seluruh mas yarakat Indonesia tentu saja marah dan tidak terima akan hal tersebut. “Tetapi dalam reali tasnya kebudayaan itu memang saling memba jak, saling mengambil,” tukas Sukarjo. Selain itu, adanya istilah soreng yang berasal cepu era penangsang, Bojonegoro. Akan tetapi pada saat itu, soreng kurang memperoleh perhatian seh ingga menjadi tarian di Magelang. Sampai saat ini menjadi icon Kabupaten Magelang yaitu Tarian Soreng.

“Jadi membajak kasusnya itu kan seperti ke banyakan bahasa ya. Kalau anda sekarang

9 EDENTS Volume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022 LAPORAN UTAMA
Dok. Pribadi Sukarjo Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

menggunakan bahasa Inggris dan sebagainya, boleh dilakukan oleh semua pihak,” jelas Su karjo. Sebenarnya menampilkan Reog Ponoro go di Malaysia maupun kesenian lainnya di luar daerah asal diperbolehkan. Akan tetapi, di era sekarang ini adanya perlindungan akan hak suatu produk memang diperlukan. Pengakuan itu menjadi penting di masa kini dalam daerah industri yang hanya dengan apa sesuatu serba material dan nasional. “Ya menurut saya silah kan saja pengakuan haki di apa di situ naman ya buat pengakuan dunia, ya memang untuk aman boleh silahkan,” tambah Sukarjo.

Perlukah Mengajukan Hak untuk Kepentin gan Pribadi?

Mengajukan hak cipta untuk sebuah produk dalam rangka memenuhi kepuasan pribadi, tentu saja menghadirkan sikap pro dan kontra dari pihak lain. “Iya kalau pada akhirnya hak itu kan hak ya hak semua orang yang punya produk gitu kan ya, dan keberadaan kesenian tadi ya kalau merasa perlu ya silahkan,” ujar Sukarjo.

Mengingat HaKI hanya diberikan secara khusus pada satu orang atau kelompok yang memang menciptakan karya cipta yang didaftarkan, maka beberapa orang mengajukannya. HaKI sebagai perlindungan hukum kepada pencip ta, juga terhadap hasil cipta karya serta nilai ekonomis yang terkandung di dalamnya. Juga sebagai sebuah perlindungan akan aset berhar ga yang dipunyai perorangan maupun kelom pok dalam bentuk hasil karya. “Dengan adanya HaKI, maka produk yang diciptakan seseorang menjadi eksklusif dan seseorang dapat mem peroleh manfaat ekonomis dari karya terse but. Kondisi demikian menyebabkan seseorang yang inovatif dan kreatif tertarik untuk menga jukan HaKI,” jelas Hasta.

Adakah Relevansi HaKI dengan Bidang Lain?

HaKI memiliki fungsi utama dalam memajukan kreatifitas dan inovasi, yang akhirnya akan ber manfaat bagi masyarakat secara luas. Namun, HaKI ini tidak mampu berdiri sendiri yang art inya akan selalu berhubungan dengan kegiatan apa saja yang dilakukan oleh masyarakat.

“Kalau kita bicara secara rasional tuh perlind ungan atas karya, dan karya itu kan strategi

nanti kan jadi hak kita nih. Tentu, memiliki pengaruh dengan hukum,” ungkap Sukarjo. Di lihat dari sisi legalitas dan penurunan ekonomi tentu saja ada keterkaitan. Sementara itu, Hasta menyatakan jika HaKI ini memiliki keterkaitan dengan prinsip ekonomi, keadilan, sosial, dan kebudayaan.

Relevansi HaKI dengan prinsip ekonomis yak ni adanya hak intelektual berasal dari kegiatan kreatif suatu kemauan daya pikir manusia yang diekspresikan dalam berbagai bentuk yang akan memberikan keuntungan kepada pemilik yang bersangkutan. Sedangkan dengan prin sip keadilan memiliki arti menciptakan sebuah karya atau hasil dari kemampuan intelektual, seseorang diberi perlindungan hukum agar memiliki kekuasaan dalam penggunaan hak atas kekayaan intelektual karyanya.

“Relevansi HaKI dengan prinsip sosial menun jukkan hak intelektual yang diakui oleh hukum dan diberikan kepada seseorang atas karyanya merupakan satu kesatuan, sehingga diberi per lindungan berdasarkan keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat. Satu lagi ya, kalo relevansi HaKI dengan prinsip kebudayaan itu berhubungan dengan pencip taan suatu karya intelektual dapat meningkat kan taraf kehidupan, peradaban dan martabat manusia yang akan memberi keuntungan bagi masyarakat, bangsa dan negara,”jelas Hasta.

Akhir tentang HaKI

Kita harus jelas dalam melihat HaKI itu dalam bidang apa, apakah ekonomi atau seni. Per lu kita tegaskan bahwa HaKI dalam bidang ekonomi memang sangatlah vital apabila suatu produk yang memiliki hak cipta akan memili ki keunggulan komparatif dan kompetitif, seh ingga dapat meningkatkan nilai tambah pada produk tersebut. Hal tersebut perlu dipikirkan dengan baik karena mengingat peran industri kreatif di Indonesia meningkat, sehingga ino vasi dan kreasi dari masyarakat perlu untuk dilindungi. Perlindungan terhadap karya anak bangsa perlu dilakukan, agar manfaat ekono mis dari suatu produk dapat diperoleh. “Peng etahuan HaKI kepada masyarakat perlu diting katkan,” pungkas Hasta.

10EDENTSVolume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022 LAPORAN UTAMA
11 EDENTS Volume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022
12EDENTSVolume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022
13 EDENTS Volume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022
14EDENTSVolume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022

Berawal dari Hobi Menulis, sampai Terjun ke Dunia Jurnalistik

Sudah 46 tahun sejak LPM Edents berdiri, eksistensi dan ketertarikan maha siswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Uni versitas Diponegoro (FEB Undip) masih ter us ada terhadap Lembaga Pers Mahasiswa Edents (LPM Edents). LPM Edents merupa kan lembaga pers tertua di Jawa Tengah dan merupakan organisasi yang pertama kali berdiri di lingkungan FEB Undip. Awalnya, LPM Edents berdiri untuk mewadahi aspirasi mahasiswa FEB, tetapi seiring dengan perjalanan Edents yang semakin maju dan berkembang, Edents juga mampu mewa dahi mahasiswa yang hobi dengan menu lis, dan melek informasi akan berita-berita di luar yang tidak hanya mengenai berita ekonomi. Edents memiliki banyak alum ni yang disebut dengan “Mantan Edents”, salah satu Mantan Edents yang dapat dita mpung hobi menulisnya oleh LPM Edents yaitu Karima Suci Ariani. Karima Suci Ariani yang akrab dipang gil Suci, merupakan salah satu “Mantan Edents” mahasiswa FEB Undip angkatan 2017 yang sudah bergabung sejak awal se mester satu sampai jabatan terakhirnya di Edents sebagai Koordinator Majalah yang karena hobinya di dunia tulis menulis.

Berawal dari Hobi Ketika diwawancarai, Suci mengatakan bahwa dirinya sudah tertarik dengan dun ia tulis menulis sejak SMP, hal inilah yang mendorong Suci untuk bergabung di organisasi jurnalistik FEB Undip. Di SMP dan SMA, Suci sudah memulai untuk menulis puisi, cerpen, dan tulisan-tulisan cerita lain nya. Ketika di masa perkuliahan, Suci men getahui ada organisasi yang dapat menam

pung kesukaannya, Suci tidak ragu untuk bergabung dan dengan niat ingin mengek splor ketertarikannya di dunia tulis menu lis namun lebih ke arah jurnalistik. Di dunia jurnalisitik Suci mengatakan, Ia ingin men getahui bagaimana menjadi seorang jurna lis dan cara menulis berita yang baik. Tu juan lain Suci mendaftar LPM Edents juga supaya apa yang sudah menjadi hobinya di dunia tulis menulis bisa seimbang. Dari sisi seni, Suci bisa mendapatkan ilmunya, pun dari sisi jurnalistik ilmu Suci bisa bertam bah.

Edents dari Sisi Mantan Menurut Suci jika dapat diibaratkan den gan dua kata, Edents merupakan tempat Ia kembali. Suci merasa dengan banyaknya organisasi yang diikuti selama menjadi ma hasiswa FEB Undip, Edents selalu memberi kan support untuk bisa berkembang ditem pat lain, tidak memberikan batasan, dan tidak memberi tuntutan yang berlebihan. Suci menuturkan bahwa kita boleh untuk ke organisasi mana saja, yang terpenting program dan tanggung jawab tetap dijala ni. Edents juga berhasil menampung eks pektasi Suci untuk belajar jurnalistik dan juga menemukan keluarga baru yang han gat. Suci merasa hubungan antar sesama magang tidak jauh berbeda dengan hubun gan antar senior di Edents.

Kekeluargaan yang suci dapatkan di Edents adalah salah satu nilai yang membuat Suci tetap yakin bertahan dan melanjut kan organisasinya di Edents sampai Ia tamat kuliah. Suci menyatakan bahwa Ia mendapatkan energi yang positif dan adanya something special dari Edents. Da

Oleh Lula Salwa
Volume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022EDENTS15 MANTAN EDENTS
16EDENTSVolume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022 MANTAN EDENTS “Tetap semangat! Salam pejuang mulia!” - Karima Suci Ariani -

Berani Berkarya bareng Nadia Mufida

Oleh : Fatimah Daffa, Indah Sulistyo, dan Luvita Dyaningsih

Mengenal Nadia secara Lebih Dekat Selama berkuliah, Nadia Mufida Syamsudin atau dikenal Nadia merupakan salah satu ma hasiswa Ekonomi Islam Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro (Un dip). Selagi mengisi waktu luang, Nadia ikut serta dalam Himpunan Mahasiswa Ekonomi Islam (HMEI) yang merupakan himpunan juru san selama dua tahun kepengurusan. Semenjak adanya pandemi, kegiatan perkuliahan men galami keterbatasan dalam kegiatan maupun pertemuan, sebagaimana sebagian besar dia lihkan ke sistem serba online. Hal itulah yang menjadi salah satu alasan Nadia, mulai men coba hal baru yang berguna untuk mengasah kemampuan diri.

Hobi, Minat, Bakat, atau Cita-cita?

Secara tidak langsung, Nadia telah tertarik den gan dunia seni sejak masih kanak-kanak. Hal ini tidak berbeda jauh dengan anak-anak lain yang memang menyukai gambar, lagu, atau hal menarik lainnya di masa kecil. Sekiranya belum pernah melihat, akan tertarik untuk mencoba kegiatan baru. “Dari kecil aku suka gambar tapi agak vacum saat SMP apa SMA gitu. Terus co ba-coba lagi setelah selesai UTBK 2019 kemarin. Awalnya sih iseng belajar otodidak terus lama kelamaan jadi hobi,”ungkap Nadia.

Kemudian, Nadia menambahkan jika mulanya Ia melihat media sosial yang menyedia gam bar-gambar lucu, sehingga tertarik juga untuk coba membuat. “Kalau iseng aja kayak gam bar-gambar nggak jelas gitu tapi lucu-lucu,” tambah Nadia.

Apabila mengulik kembali, menggambar yang dianggap Nadia sebagai hobi tidak memiliki hubungan langsung dengan jurusan perkuli ahan yang ditempuh saat ini. Menurut Nadia, antara hobi dengan apa yang ditekuninya saat ini memiliki tujuan yang berbeda, yang mana

Dok. pribadi

menggambar menjadi hobi yang mengisi waktu luangnya, sedangkan apa yang dijalaninya saat ini menjadi persiapan untuk masa depan. “Ka lau aku menekuni bidang menggambar ini aku masih belum apa-apa gitu. Pasti aku juga masih butuh proses dan emang pas masuk kuliah ini kepikiran “oh iya ternyata ekis juga hal yang menarik juga untuk ditekuni dan sebagainya” Jadi menurut aku, hobi ya hobi dan ekis juru san aku untuk masa depan, tapi hobi ya untuk mengisi waktu luang dan sebagainya,” tukas Nadia.

Puas akan Keberhasilan Sendiri

“Aku belajar dari nol dan kemauan aku sendiri gitu,” ungkap Nadia. Awal Nadia untuk menca pai titik ini dimulai dari kemauan diri sendiri. Maka, Ia menjadi lebih sadar bahwa seseorang akan semakin merasa tidak tahu akan suatu hal, sehingga terus belajar berbagai bidang un tuk mengerti sejauh mana kemampuan yang dimiliki.

“Untuk tantangan ya, awalnya aku ke watercol or. Bertahan beberapa saat. Cari-cari lagi terus ada seni pake alat lain. Coba-coba terus. Eksplor di bidang sama dengan media lain,” ujar Nadia.

MANTANEDENTS MANTANEDENTS TENTANG MEREKA 17 EDENTS Volume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022

Nadia mengungkapkan jika dalam belajar ini, Ia terus mencoba metode serta alat lainnya. “Oh ternyata ada bidang seni tapi beda lagi dengan alat lain. Terus aku juga coba-coba lain ke bidang akrilik, coba coba lagi jadi. Enggak stuck di satu tempat jadi tetap berusaha bisa gi tu,”tambah Nadia.

Waktu melakukan eksplorasi ini, Nadia merasakan hal-hal baru yang belum pernah ditemuinya. Sehingga, bisa mengetahui mana yang cocok dengannya atau patut untuk dipe lajari lebih dalam lagi. Hal ini akan menghad irkan rasa bangga atau puas akan diri sendiri yang terus belajar atau kemauan diri sendiri dan untuk mengembangkan diri sendiri.

Dukungan Orang Tua dan Sahabat

Orang terdekat menjadi pendukung utama da lam keberhasilan seseorang. Nadia mengung kapkan jika orang tua menjadi support system yang utama saat Ia melakukan kegiatan ini. “Orang tua selama melakukan yang positif dukung-dukung aja. Ngga ada yang nentang. Pandangan negatif juga ngga. Ini hobi buat ngi si waktu luang juga,” ungkap Nadia.

Pernah Merasa Nyerah?

Selama menekuni seni, Nadia pernah merasa minder atau kurang percaya diri akan kemam puan yang dimilikinya. “Kadang bener sih, ek spektasi tidak sesuai realita. Di internet yang dengan banyak ide, banyak liat inovasi juga, tapi pas dicoba amit-amit, tapi ya itu bikin jadi penasaran,” ungkap Nadia.

Belakangan ini, Nadia mencoba hal baru dalam tradisional dan digital. “Udah lama banget ga

ngelukis tradisional, jadi mulai tumbuhin se mangat lagi,” tambah Nadia. Ia mulai surfing di internet agar memperoleh ide meskipun susah untuk memulainya. Nadia mengungkapkan un tuk terus semangat, memulai dari nol jangan menjadi alasan menyerah untuk terus menco ba hal baru. “Tumbuhkan rasa ingin memulai, semua itu berawal dari niat,” tukas Nadia. Antara Kuliah, Organisasi, dan Seni Sebelumnya, Nadia pernah mengikuti Him punan Mahasiswa Ekonomi Islam (HMEI) di Divisi Litbang, yaitu divisi yang menghimpun potensi anggota HMEI untuk kegiatan perlom baan, yang masih berkaitan dengan hobinya di bidang seni. Nadia tidak pernah memaksakan diri untuk melakukan hobinya, hanya untuk mengisi waktu luang dan persiapan mengikuti lomba. “Kalau untuk pribadi, biasanya bisa sele sai sehari tapi kalau buat lomba bisa 3 sampai 5 hari, tergantung tujuannya,” ucap Nadia. Bagin ya, waktu libur semester yang jangka waktunya cukup panjang merupakan momen yang bagus untuk menumbuhkan semangat dan menggali ide baru untuk karya lukisnya.

Sabar dalam Proses Ketika menjalani setiap proses untuk mencapai kesuksesan, Nadia berpegang pada prinsip un tuk terus belajar, “Terus mengembangkan diri, pelan-pelan hingga sampai ke tujuan.” Dalam menekuni suatu bidang, seseorang harus tekun dan sabar dalam menjalani proses menghasil kan sebuah karya. Nadia berpesan agar tidak memaksakan diri dan terus belajar dalam me nekuni suatu bidang sesuai minat. “Mungkin suatu hari itu bisa menjadi bekal kalian.”

18EDENTSVolume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022 MANTAN EDENTSMANTAN EDENTSTENTANG MEREKA “Terus belajar dan mengembangkan diri pelan-pelan hingga sampai ke tujuan.” - Nadia Mufida Syamsuddin -

Berawal dari Korean Wave, Bermuara ke Korean Cake

Oleh : Rahayu

buka luas membawa Adel melihat ada potensi bisnis yang bisa dikembangkan disana. Hal ini membawanya lebih berani melangkah den gan membuka satu bisnis pada Februari 2020. Bisnis tersebut kemudian dinamakan Cakeve. id, yaitu bisnis custom Korean cake. Customer diberi kebebasan untuk memilih desain cake nya sendiri merupakan kelebihan cakeve.id jika dibandingkan dengan usaha cake lainnya. Menurutnya, cake yang dibuat sesuai request dari customer akan terasa lebih personal dan special dibandingkan cake dengan desain yang sama tanpa request customer.

Berawal dari pembeli yang kebanyakan rema ja-remaja perempuan dengan menjadi fans K-pop yang membeli cakeve,id ketika idol-nya berulang tahun. Kini, customer cakeve.id se makin meluas dari segala kalangan. Biasanya customer membeli kue di cakeve.id untuk acara birthday maupun anniversary.

“Korean Waves” sering identik dengan dunia hiburan, drama, dan variety show yang dike mas berbalut budaya-budaya Korea. Namun, seiring berjalannya waktu, “Korean Wave” kian meluas hingga masuk ke kehidupan sehari-hari, contohnya di bidang fashion, make-up, Korean skincare, makanan, gaya bicara, hingga bahasa. Meluasnya “Korean Waves” beserta para pemi natnya menginspirasi Amelia Dela Vega, maha siswa jurusan Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro (FEB Undip) un tuk membuka bisnis di bidang kuliner bertajuk Korean cake dengan nama Cakeve.id Kenapa Korean Cake?

Budaya “Korean Wave” yang tengah booming di Indonesia, serta peluang pasar yang masih ter

Dibalik Korean Cake yang Menawan Menghias Korean Cake sama halnya dengan melukis di atas canvas. Diperlukan permainan warna untuk menciptakan warna sesuai re quest serta menciptakan gradasi warna yang menawan agar cake terlihat lebih menarik. Un tuk mendapatkan keterampilan ini, Adel mem butuhkan waktu 3 bulan guna trial & error. Ma hasiswa dengan hobi melukis ini tidak merasa kesulitan dalam menghias cake sesuai request customer, lebih lanjutnya Adel mengatakan bahwa tak ada teknik khusus yang dilakukan untuk desain cake.

Kunci Keberhasilan Usaha

Adel menyadari jika tren Korean Cake ini akan surut di masa yang akan datang nanti, tetapi itu bukan masalah bagi bisnis cakeve.id, karena Ia memiliki solusi serta strategi dalam mengha dapi penurunan tren Korean cake kedepannya. Menurut Adel, kebutuhan akan cake di acara seperti birthday party dan anniversary akan

Dok. Instagram 19 EDENTS Volume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022 GELIAT USAHA

ada setiap tahunnya, guna menjadikan cakev e,id pilihan pertama customer dalam membeli kue, selain meningkatkan kualiatas cake yang ada, Adel juga berusaha mempererat hubun gan baik dengan customer. Hal ini akan ber pengaruh pada customer yang merasa puas dengan pelayanan yang diberikan dan tidak ke beratan untuk kembali membeli kue di cakeve. id. Menurutnya kepuasan customer yang akan membuat bisnisnya semakin kuat serta berkem bang nantinya.

Rencananya, cakeve.id akan memperluas jang kauan bisnisnya tidak hanya seputar wilayah Semarang tetapi juga luar Semarang. Tidak ha nya itu, untuk semakin mengembangkan bisnis, cakeve.id mulai trial & error untuk membuat varian lain dari segi rasa dan bentuk. Dengan hal ini, diharapkan akan semakin banyak cus tomer yang membeli cake di cakeve.id

Kendala dalam Bisnis Kendala yang dihadapi Adel dalam bisnis cakeve.id adalah seputar pengiriman kue ke customer. Sebelumnya pengiriman kue menuju pembeli dilakukan dengan memanfaatkan jasa driver motor, tetapi ternyata banyak customer yang mengeluh bahwa cake menjadi rusak aki

bat goncangan selama perjalanan. Kemuadian, pihak cakeve.id menyarankan kepada custom er untuk menggunakan jasa driver mobil guna mengantar cake mereka ataupun bisa mengam bil sendiri di tempat.

Tidak hanya itu, kendala lainnya yang dira sakan yaitu pilihan bentuk cake yang ada masih terbatas, yaitu berbentuk bulat. Adel berharap bahwa dikemudian hari, cakeve.id dapat mem berikan pilihan bentuk cake yang lebih banyak.

Pesan dan Harapan

Harapan Adel untuk bisnisnya adalah agar bisnisnya terus berkembang sampai nanti. Ti dak hanya itu, Adel juga meninggalkan pesan untuk sesama pembisnis Korean Cake maupun mereka yang ingin membuka bisnis untuk se lalu berani mengambil langkah dan terus be rinovasi. Dalam berbisnis, bukan hanya kuali tas produk saja yang harus diperhatikan tetapi inovasi dan menjaga hubungan baik dengan customer juga menjadi salah satu kunci dalam kesuksesan berbisnis.

“Menghias cake sama halnya dengan melukis di canvas, perlu adanya permainan warna untuk menciptakan gradasi serta warna sesuai request” -AdelDok. Instagram EDENTSVolume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022 20 GELIAT USAHA Dok. Instagram

Muhammad Fariq Danendra : Kegagalan adalah Kemenangan yang Tertunda

Muhammad Fariq Danendra atau akrab disapa Fariq, merupakan salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro (Undip). Sejak tahun 2020 menempuh Pendidikan S-1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro. Pada tahun 2022 ini, berada di tahun ketiga perkuliahan atau lebih tepat nya di semester lima. Fariq merupakan salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip yang aktif mengikuti berbagai perlombaan dan tel ah menjuarai berb agai perlombaan.

Motivasi Tertarik Mengikuti Perlom baan

Sejak masih di se kolah menengah, Fariq sudah sangat aktif mengikuti lom ba-lomba yang mana paling utama adalah lomba esai. Pernah suatu saat mengikuti lomba untuk pertama kalinya, langsung memenang kan lomba tersebut. Hal itu membuat dirinya men jadi termotivasi berkeinginan untuk mengikuti per lombaan lain dan memenangkannya

Di masa perkuliahan ini, Fariq meneruskan ketertarikannya mengikuti perlombaan. Ada cerita menarik dibalik motivasi ketertarikannya mengi kuti perlombaan, yang mana pada saat itu hanya mengikuti perkuliahan secara online dan belum mengikuti organisasi, sehingga mengikuti ber-bagai perlombaan untuk mengisi waktu. Selain itu, alasan mengikuti berbagai perlombaan tersebut adalah in gin mengeksplorasi pengetahuan dan perlombaan yang ada di perkuliahan. Hal lain yang pastinya leb ih bervariasi dan menantang. Fariq juga ingin mere alisasikan rancangan yang dimiliki sejak berada di kelas tiga Sekolah Menengah Atas.

Persiapan sebelum Mengikuti Lomba

Terkait pelaksanaan sebelum mengikuti lomba, Fariq mengikuti berbagai pelatihan workshop men genai lomba yang akan diikuti, bertemu de-ngan mentor yang sudah berpengalaman mengikuti lom ba dan sudah menang lomba. Dalam hal mentor di sini adalah kakak tingkat ataupun kenalan lain yang sering mengikuti lomba dan memenangkan perlom baan.

Selain dari persiapan tersebut, Fariq juga memper siapakan bahann ya, misalnya ketika akan mengikuti lom ba karya tulis, maka mempersiapkan ma salah yang akan di angkat, topik yang sesuai, inovasi, dan lain-lain. Hal berke san yang didapat ketika mengikuti perlombaan adalah memperoleh pen galaman yang leb ih banyak menge nai lomba, menerima tantangan yang berbeda dari lingkungan sekolah dengan di ruang lingkup perkuliahan yang tentu saja adanya jiwa kompetitif yang lebih besar.

Tips dan Trick agar Menang

Terkait tips dan trick, Fariq menuturkan bahwa kita harus mencoba terlebih dahulu karena kalau kita ti dak tau keadaan nyata di lapangan seperti apa maka tidak akan bisa meningkat dari sebelumnya (tetap stuck). Lalu, tidak apa-apa jika gagal, tetapi harus tetap mencoba dahulu dan terus mencoba hingga dapat mencapai hasil yang diinginkan dan dirasa su dah maksimal. Jangan malu untuk bertanya dan me minta saran kepada kakak tingkat atau relasi yang sudah berpengalaman mengikuti dan memenang kan lomba. Selain itu, juga dapat dengan mengikuti berbagai mentor workshop.

21 EDENTS Volume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022 MANTANEDENTS MANTANEDENTSSOSOK
Dok. pribadi

Tanggapan Keluarga dan Teman

Tanggapan keluarga terutama orang tua dengan kei kutsertaannya dalam perlombaan dan memenang kan perlombaan pastinya bangga dan se-nang kare na membannggakan keluarga. Kemudian, mendapat penghargaan dan juga uang lomba yang bisa mem bantu melancarkan perkuliahan. Dengan adanya uang perlombaan tersebut, maka tidak terlalu mem bebani orang tua.

Selanjutnya untuk respon dari teman-temannya juga tidak jauh berbeda, yang mana mereka bang ga dan senang karena Fariq telah mengangkat nama jurusan Ilmu Ekonomi. Keadaan yang sebe- lumnya hanya dipandang sebelah mata dibanding jurusan lain yang ada di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Uni versitas Diponegoro. Kini, sudah bisa membuktikan hasil yang diperjuangkan.

Suka dan Duka

“Suka dan dukanya mungkin ketika bagi waktu karena harus mengorbankan waktu yang dimiliki, waktu main, organisasi yang harus diluangkan un tuk mempersiapkan lomba. Walaupun lelah, tetapi akan senang setelahnya karena sudah mendapat pengalaman yang lebih banyak dan pastinya baru, mendapat tantangan, dan juga hadiah yang ten tunya akan sangat membantu. Dukanya sering izin mata kuliah karena waktu bertabrakan dengan lom ba. Masih bisa mengikuti perkulihaan karena seba gian besar perlombaan yang diikuti masih online,” ujar Fariq.

Hasil yang Dicapai dan Harapan untuk Kedepan

Hasil yang pernah dicapai adalah telah lebih dari sepuluh kejuaraan yang didapat dari esai, dua dari KTI dan paper, dan juga beberapa beasiswa yang didapat karena keikutsertaannya dalam mengikuti berbagai perlombaan. Beasiswa yang didapat ada lah beasiswa “DataPrint” pada tahun 2021, beasiswa “Dicoding” tahun 2022 dalam kurun waktu satu bu lan, dan beasiswa yang baru saja didapat di tahun 2022 ini yaitu beasiswa BCA.

“Yang ada di FEB menjadi orang-orang yang in gin mencoba lomba karena lomba itu mendorong menjadi lebih baik, lebih baik lagi. Karena kalau kuliah pathokannya hanya diri sendiri. Sistem pe nilaian di perkuliahan tidak terbuka, sedangkan ka lau diperlombaan sistem penilaiannya terbuka dan dapat membandingkan kemampuan kita dengan orang lain. Anak-anak fakultas lebih ditingkatkan jiwa kompetisi di semua bidang tidak hanya lomba supaya FEB menjadi Fakultas yang keren daripada fakultas lain,” ungkap Fariq.

Pesan & Kesan untuk Teman-teman yang Ingin Ikut Lomba

“Menghubungi yang sudah berpengalaman dan menang lomba, jangan sungkan, lebih dipersiapin secara matang, kalah adalah proses, jangan mera sa pesimis, dan terus mencoba. Jangan berhenti di tengah jalan, optimis, tingkatkan pikiran positif kalo bisa menang. Kesannya mendapat kebanggaan un tuk orang tua, jurusan, diri sendiri” ujar Fariq

22EDENTSVolume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022 MANTAN EDENTSMANTAN EDENTSSOSOK “Jika ingin mengikuti perlombaan jangan malu untuk menghubungi dan bertanya baik itu ke kakak tingkat maupun relasi yang sudah berpengalaman, jangan mudah putus asa dan terus mencoba karena kegagalan adalah kemenangan yang tertunda” - Farid -

Membakar Hangat Suasana

Kebersamaan dengan Tradisi Bakar Batu di Mutiara Ujung Timur, Papua

Menapaki Ragam Elok Budaya Papua

Papua, kata yang indah membawa kita ke negeri seribu satu pesona, tanah Papua di ujung timur Indonesia. Pesona penduduk asli berpadu dengan kekayaan alam yang melimpah. Konon katanya “Di Papua, pejalan kaki pun akan tersandung emas”. Sebuah kiasan untuk menggambarkan kekayaan alam Papua. Kekayaan alam ini dilengkapi dengan pesona keindahan yang memukau. Tuhan telah memberikan Provinsi Papua karunia alam yang sangat melimpah. Kekayaan terbentang dari puncak gunung hingga kedalaman lautan. Suku-suku asli dengan adat istiadat yang eksotik tersebar di seluruh Papua, setiap suku bangsa memiliki ciri khasnya masing-masing. Kaya dan tidak terpengaruh globalisasi, tradisi juga turut mewarnai kehidupan suku Papua, salah satunya Suku Dani. Tradisi yang masih dipertahankan oleh Suku Dani adalah tradisi ritual pembakaran batu. Oleh karena itu, mari kita menelisik lebih jauh tentang serba serbi tradisi bakar batu ini.

Mengenal Bakar Batu Lebih Dekat Disebut batu bakar, karena Suku Dani menggunakan

batu sebagai wadah memasak. Metode memasak massal ini digunakan untuk berterima kasih kepada pencipta kehidupan atas berkah yang telah diberikan. Ritual ini disebut juga dengan memasak bersama, karena merupakan wujud kebersamaan dalam kekeluargaan. Pembakaran batu melambangkan persahabatan dan perayaan berita positif. Ini biasanya dilakukan ketika berbagi kabar baik tentang peristiwa penting atau untuk menjalin ikatan dengan kelompok etnis di Papua. Upacara perayaan suka cita dan kedamaian ini menggunakan batu-batu yang digunakan untuk memasak yang telah dibakar sampai membara. Tradisi ini terjadi ketika dua kelompok atau negara mencapai kesepakatan dan mengakhiri perselisihan mereka. Perayaan kegembiraan bersama atau kesepakatan yang melibatkan kelompok yang dipisahkan oleh konflik menggantikan media batu yang dibakar hingga membara. Atau, individu yang terlibat dalam konflik atau ketegangan menggunakan batu yang membara untuk menciptakan metafora perdamaian.

Persiapan Bakar Batu

Cara hidup yang dimiliki nenek moyang Suku Dani tidak melibatkan peralatan masak seperti

Yogi
MANTAN EDENTSMANTAN EDENTSSOSIAL BUDAYA
Oleh: Luthfia Nabila Putri
23 EDENTS Volume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022

masyarakat modern, maka masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitar bebatuan harus memasak makanannya dengan cara tradisional. Mereka melakukan ini dengan memanaskan batu dan menempatkan sayuran seperti jagung dan ubi jalar di dalamnya untuk dimasak. Orang-orang di Distrik Kalome terus menggunakan metode memasak ini karena merasa berguna hari ini. Mereka menggunakan bahan makanan apa pun yang dimiliki untuk membuat lubang kecil di batu datar yang kemudian dipanaskan di api. Setelah makanan matang, mereka bisa memakannya langsung dari lubangnya. Saat mempersiapkan tahap memasak, membutuhkan batu bekas, kayu, rumput dan daun. Kemudian, bahan-bahan ini dikumpulkan dan berlanjut makan bersama sebagai tahap akhir. Bahan makanan yang siap di masak yang paling utama adalah daging babi beserta sayur-sayuran dan umbi-umbian sejenisnya. Dalam bakar batu tidak diwajibkan hanya menggunakan daging babi atau jenis umbi-umbian tertentu saja, tetapi bebas mau menggunakan daging ayam dan lainnya. Secara khusus untuk upacara adat tetap menggunakan daging babi. Setelah semua itu siap, tidak lupa untuk menyiapkan sebuah kolam (digali) atau lebih tergantung berapa babi yang mau di masak. Kolam yang di buat atau digali berbentuk seperti wajan dan kedalamannya lebih kurang sekitar 50-60 cm.

Memasak atau Bakar Babi

Bagi masyarakat suku Dani di Papua, babi memiliki nilai historis sebagai simbol yang dijadikan hidangan utama di dalam tradisi ritual bakar batu. Pada tahap memasak kaum pria akan membersihkan babi yang telah dibunuh dengan cara membakar rambut babi di atas api yang sudah disediakan. Di atas batu-batu panas itu diletakkan berhelai-helai daun pisang dengan menggunakan pando (jepit kayu) yang nantinya berfungsi sebagai alat memasak. Setelah itu, dimasukkan sayur-sayuran berupa bingga atau hipereka (daun ubi), tirubug (daun singkong), kopae (daun papaya), nagamburunga (daun labu siam), dan bato atau tuwambuk (jagung), hipere atau mbi (umbi-umbian) serta daging-daging hewan yang utuh seperti wam (daging babi) dan ikena atau tuwe (daging ayam) serta bumbu-bumbu yang digunakan untuk memasak bakar batu. Setelah bahan makanan dimasukkan, ditutupi lagi dengan daun-daunan pisang dan batu-batu panas kemudian ditutupi tanah sebagai penahan agar uap panas dari batu tidak menguap. Proses memasak semua bahan

ini memakan waktu berkisar dua jam.

Makan Bersama

Saat tahapan makan bersama, para tamu undangan duduk berkelompok seraya menunggu makanan dimasak, dan mengenakan moge (rok rumbai jerami untuk wanita Papua), kobewak (koteka untuk pria Papua). Ada juga yang datang mengenakan pakaian adat. Dua ingen atau yowa (untaian mutiara) pun juga menghiasi badan. Setelah makanan matang, maka gundukan batu mulai dibongkar dan daging babi, ubi jalar dan sayuran yang dimasak siap disajikan. Situasi saat itu dimulai dengan duduk berkelompok dari anak-anak hingga orang tua. Hal ini menjadi ouncak pesta dari pembakaran batu. Saat makan bersama, setiap kelompok biasanya membentuk lingkaran berdasarkan klan mereka. Di Kalome, lebih sering disebut paguyuban.

Makna Mendasar Ritual Bakar Batu bagi Masyarakat Papua

Tradisi upacara bakar batu menjadi sarana kemajuan dalam beribadah, menopang kehidupan, mengungkapkan rasa syukur, terima kasih kepada kekuatan yang lebih besar dari mereka atas kesuburan dan keberhasilan dalam bertani, berburu, serta beternak. Terakhir, upacara bakar batu juga merupakan media untuk merayakan kelahiran, merayakan pernikahan, berkabung kematian, dan mensyukuri berkah dari panen.

Manfaat Tradisi Bakar Batu

Dengan bakar batu nyatanya dapat mempersatukan semua suku bangsa yang tersebar di dataran tinggi, lembah, tengah pegunungan maupun pesisir pantai pulau Papua. Dari cara memulai, mempersiapkan bahan-bahan sampai pada saat proses pembagian hasil masakan, dibutuhkan kerja sama yang baik (kekompakan). Dengan tradisi bakar batu ini, diharapkan dapat meningkatkan solidaritas antar masyarakat suku yang berbeda, terpecah bahkan mempunyai masalah seperti perang suku pun bisa dapat kembali berdamai. Pada saat ini, upacara bakar batu sudah dilakukan di tempat umum, bersama dengan seluruh masyarakat Papua (berbagai suku bangsa) dari Sorong sampai Merauke. Suku lain dari wilayah adat yang lain juga bisa bergabung mengikuti bakar batu dan makan bersama. Disinilah tercipta nilai sosial antara seluruh masyarakat Papua pada umumnya. (lth)

- Bung Hatta

MANTANEDENTS MANTANEDENTS SOSIAL BUDAYA
“Ke
mana kita dibawa oleh nasib, ke mana kita dibuang oleh yang berkuasa, tiap-tiap bidang tanah di dalam Indonesia ini, itulah juga Tanah Air kita. Di atas segala lapan gan tanah air, aku hidup, aku gembira. Dan di mana kakiku menginjak bumi Indonesia, di sanalah tumbuh bibit cita-cita yang tersimpan di dadaku”
24EDENTSVolume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022

Ahli Kunci : Duplikat Satu Menit, jadi Panggilan 24 Jam

Sebagian orang mungkin menganggap sepele jika berbicara mengenai sebuah kunci. Akan tetapi, tidak sedikit juga orang yang menganggap kunci sebagai benda yang sangat berharga. Permasalahan mengenai kunci rasanya tidak pernah habis, hingga saat ini masih saja ada orang yang sering kali kehilangan kunci atau mengalami kerusakan kunci. Dengan kejadian tersebut seseorang pasti akan mengalami kepanikan yang luar biasa.

Saat ini profesi ahli kunci sangat dibutuhkan karena banyaknya property yang bisa diamankan oleh sebuah kunci. Ahli kunci panggilan adalah jasa keahlian khusus profesi baik sebagai ahli duplikat kunci, ahli tukang kunci, jasa kunci, maupun service kunci.

Awal Mula Mendalami Profesi Ahli Kunci

Anwar menjadi salah satu orang yang sudah berkecimpung dalam ruang lingkup ahli kunci. Saat ini, Anwar berusia 46 tahun dan tinggal di Kota Semarang, Jawa Tengah. Ia telah menggeluti hal ini sejak tahun 1997, yaitu sekitar 25 tahun lamanya. Awal mulanya, Anwar belum pernah terpikir untuk bekerja sebagai ahli kunci, karena ingin bekerja sesuai dengan bidang yang

Dok. pribadi diminati sewaktu kuliah dan ijazah yang diperoleh. Oleh karena itu, Anwar sempat membuka jasa rental mobil (go car) untuk coba-coba. Akhirnya, Ia memilih menyudahi bisnis tersebut. Semua berjalan begitu saja, hingga pada satu waktu beliau duduk di salah satu lapak ahli kunci dan melihat proses pembuatan duplikat kunci, “Kelihatannya kok lumayan, setelah dipikir pikir kok prospeknya bagus” ucap Anwar. Bermula dari kejadian tersebut, Anwar pun ingin belajar dan mulai mendalami dengan sungguh-sungguh profesi tersebut, sehingga berlanjut hingga saat ini.

Waktu yang dihabiskan Anwar untuk bekerja setiap harinya sebanyak sembilan jam, yang terhitung dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore. Lapak akan dibuka setiap hari senin sampai sabtu setiap minggunya. Namun, jam kerja yang diiklankan di google adalah selama 24 jam. Hal ini dikarenakan Anwar siap menerima panggilan 24 jam, yang artinya orderan tetap berlangsung secara online.

Apabila membicarakan mengenai harga, setiap duplikasi kunci berbeda-beda, tergantung dari jenis kuncinya. Kisaran harga yang diberikan untuk jenis kunci

Oleh: Bella Surbakti dan Vira Mahalia
MANTAN EDENTSMANTAN EDENTSSUDUT PROFESI 25 EDENTS Volume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022

yang biasa paling murah sebesar Rp15.000 atau 20.000. Berbeda dengan kunci untuk property yang cukup mahal seperti mobil, kunci brankas mampu mencapai kisaran Rp1.500.000 jika duplikat.

Pandemi Mengubah Banyak Hal

Semenjak pandemi, seluruh sektor yang ada di masyarakat tentunya terkena dampak termasuk dari sisi perekonomian. Tidak terkecuali pada profesi sebagai ahli kunci. Anwar sebagai salah satu ahli duplikat kunci, mengatakan bahwa pendapatan dari sebelum hingga sesudah pandemi Covid-19 memiliki perbedaan yang sangat signifikan.

Ketika ditanyai mengenai pendapatan per harinya, “Kalo saya terus terang nanti dikira sombong ya mba, jadi banyak juga orang berkecimpung di ahli kunci, semakin banyak pesaing” ungkap Anwar sambil guyon.

Sehari penghasilan sebagai ahli kunci sebelum pandemi lebih berkisar Rp1.000.000 terkadang bahkan Rp3.000.000 sampai Rp4.000.000. Namun, ketika adanya pandemi penghasilan sehari hanya sekitar Rp300.000. Sekarang setelah semuanya normal kembali, kegiatan sudah beralih ke oflline sangat berpengaruh terhadap pendapatan, termasuk pengaruh dari mahasiswa Universitas Diponegoro, Semarang.

“Banyak yang mandang ahli kunci di pinggir jalan itu kaya apa tidak ada hal yang bisa dikerjakan selain itu? Kaya nya kok kasian gitu ya, tapi setelah dialami alhamdulilah sampai sekarang sudah 25 tahun, sudah berkeluarga, anak empat bisa makan semua. Itu awalnya dari diri sendiri yaa, kalo kita memang yakin kita berusaha mencari rejeki yang halal, insyaalah dilancarkan,” tegas Anwar.

Hal yang Paling Berkesan selama Berprofesi sebagai Ahli Kunci

Dulu waktu masih belum lama bekerja sebagai ahli kunci, Anwar pernah dipanggil

polisi sambil marah-marah. Hal ini karena kemungkinan polisi tersebut mempunyai masalah panggilan buka pintu yang bisa dibilang memang cukup sulit. “Polisi nya datengin saya, Bisa ga sih? Kaya gitu aja kok gabisa, sampe saya diancam ditembak juga” kata Anwar.

Selain itu, Anwar juga pernah ada kasus dengan TNI, “tangannya diumpetin, terus dia ngomong, bisa bukain gembok ndak mas, bisa pak, dimana saya jawab gitu, ini mas tangan saya di gembok anak saya mas. Itu kan borgol saya pajangin di tembok, terus saya tidur, dimainin sama anak saya, digembok. Datang ke saya suruh bukain itu karena gak punya kuncinya,” tukas Anwar sambil tertawa.

Suka Duka Profesi Ahli Kunci Tantangan pekerjaan yang paling sulit sejauh ini menurut Anwar adalah menduplikat jenis kunci brankas (tempat uang), tetapi tetap masih bisa ditangani oleh beliau. Hanya saja membutuhkan waktu yang lebih lama untuk tetap terselesaikan. Selain itu, “kan saya kalo online buka 24 jam, kadang jam 1 malam pas tidur itu ada orderan, saya telponnya berdering. Jadi ya bisa dibilang suka, bisa duka juga sih mba, suka karna kan alhamdulilah dapat orderan sama tambahan pemasukan, dukanya ya gitu jam tidur agaknya terganggu”, tukas Anwar.

Dok. pribadi
26EDENTSVolume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022 MANTAN EDENTSMANTAN EDENTSSUDUT PROFESI

Satoe Atap, Komunitas Tanpa Pamrih Mencerdaskan Anak-anak Jalanan Kota

Oleh: Dewanti dan Diah Ayu A.

Satoe Atap merupakan komunitas yang bersi fat sosial di Kota Semarang dengan tujuan meningkat kan pendidikan bagi anak – anak menengah ke bawah dan anak-anak jalanan yang ada di Kota Semarang. Komunitas Satoe Atap ini singkatan dari “Sayang Itoe Asli Tanpa Pamrih”. Sehingga harapannya Komunitas Satoe Atap ini memberikan ilmu pengetahuan kepa da anak-anak dengan ikhlas dan tanpa pamrih. Hingga majalah ini terbit, keanggotaan dalam Satoe Atap bersi fat sukarela (volunteer) dan tidak mempunyai struktur kepengurusan dimana tidak ada anggota tetap dida lamnya, baik dari mahasiswa, Sekolah Menengah Atas, hingga pekerja dikenankan menjadi relawan pengajar ataupun pengurus dalam Satoe Atap. Untuk keang gotaannya sendiri terdiri dari koordinator, sekretaris, bendahara, dan volunteer. Akan tetapi, dalam periode mendatang Satoe Atap akan membentuk struktur kepengurusan, di mana membagi kepengurusan tetap dan volunteer lepas.

Awal Berdirinya Satoe Atap

Komunitas Satoe Atap yang berdiri sejak 12 April 2007 ini awal mulanya berasal dari kumpulan maha siswa-mahasiswi UNDIP yang peduli akan pent ingnya pendidikan untuk anak-anak jalanan. Seiring berjalannya waktu komunitas ini semakin berkem bang dengan para pengurus dan volunteer yang beras al dari luar UNDIP seperti UDINUS, UNIKA, UNISULA, UNNES, POLTEKES, POLINES, dan lainnya.

Awalnya pengurus awal Satoe Atap tergugah hat inya ketika melihat anak-anak jalanan yang tidak bisa menempuh pendidikan formal. Kemudian dari situlah mengumpulkan anak jalanan untuk diberikan edukasi

dan pengajaran kepada mereka. Seiring berjalannya waktu, Satoe Atap tidak perlu mengumpulkan anakanak jalanan kembali dikarenakan sudah mulai ban yak anak-anak yang berdatangan karena diajak oleh temannya.

Sasaran yang Diajar dalam Komunitas

Sesuai dengan awal mula berdirinya Komunitas Satoe Atap ini yang merasa iba melihat anak jalanan yang tidak dapat menempuh pendidikan formal, komunitas ini memberikan edukasi dan pengajaran dengan sasa ran anak-anak jalanan dan anak-anak dari kalangan pra sejahtera atau ekonomi menengah kebawah yang tinggal di bantaran sungai.

Seiring dengan berjalannya waktu, total keseluruhan anak-anak yang diampu komunitas Satoe Atap ini ku rang lebih 70 orang dari beberapa wilayah, antara lain wilayah Seroja, Tanggul, dan Simpang Lima. Anak-anak tersebut mencakup berbagai umur dari yang berumur balita hingga SMA. Selama mereka bisa dibantu. Maka, Komunitas Satoe Atap ini siap sedia untuk mencurah kan tenaga dan pikirannya.

Kegiatan Satoe Atap

Komunitas Satoe Atap ini memberikan pengajaran edukasi formal dan juga diselingi dengan bermain, membuat prakarya, melakukan kegiatan seni seperti menari dan lainnya. Materi yang diajarkan ini sudah ditentukan oleh kurikulum Satoe Atap yang berfokus kepada materi umum dan akademik. Selain dari kuri kulum Satoe Atap, Satoe Atap juga menjalin kerjasama dengan universitas yang berada di Semarang untuk

instagram.com/satoeatap
MANTANEDENTS MANTANEDENTSSOCIAL MOVEMENT 27 EDENTS Volume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022

turut memberikan materi dalam pengajaran.

Kegiatan pengajaran dari Satoe Atap ini dilakukan di 2 tempat, yaitu Pelataran, Kelurahan Karangkidul yang dilakukan tiap hari Selasa dan depan SD Pande an Lamper 02 yang dilakukan tiap hari Sabtu. Setiap pengajaran yang dilakukan oleh Satoe Atap biasanya dilakukan dengan durasi satu sampai setengah jam, dimulai dari pukul 15.30 – 17.00.

Tidak terbatas kegiatan pengajaran rutin, Satoe Atap memiliki kegiatan lain seperti Ulang Tahun Satoe Atap, Satoe Atap Agustusan (SAgustusan), Bazaar for Kids (BFK), Anjangsana, Paper for Charity, dan Karya Wisa ta. Selain itu, turut melakukan kegiatan sosial seperti open donation saat pembuatan acara besar ataupun donasi untuk keberlangsungan kegiatan pengajaran di Satoe Atap. Acara besar Satoe Atap salah satunya adalah Bazaar For Kids 2022, dimana mereka melaku kan kegiatan – kegiatan seru seperti pembuatan mo zaik, pentas seni, penampilan Tari Saman, games, dan banyak hal seru lainnya. Selama pengajaran, responsi dari anak – anak merasa senang belajar di Satoe Atap karena mereka senang mendapatkan ilmu tambahan di luar sekolah. Sistem pengajaran yang bersifat inter aktif tidak terbatas hanya memberikan materi, adanya permainan, adanya hadiah, dan adanya donasi mem buat mereka merasa tidak monoton dalam mengikuti kegiatan pengajaran.

Harapan Satoe Atap

Maraknya anak – anak Indonesia yang belum bisa membaca huruf menjadi target Satoe Atap dalam men gentaskan jumlah buta huruf terhadap anak – anak di Indonesia. Kesulitan, kejenuhan yang dirasakan oleh anak – anak di Indonesia terhadap sistem pendidikan Indonesia yang monoton juga menjadi sumber hara pan bagi Satoe Atap dalam menciptakan pendidikan yang asik dan inovatif. Selain harapan terhadap peser ta, Satoe Atap juga berharap terhadap pihak eksternal yang dapat memberikan sumbangan lebih banyak da

lam keberlangsungan program Satoe Atap dan mem bantu anak-anak jalanan dan kurang mampu. Puncak dari harapan Satoe Atap ini adalah bisa membuat bea siswa kepada anak – anak sehingga anak – anak tidak perlu khawatir dalam mengembang ilmu pendidikan yang tinggi.

Kesan dan Pesan Mengajar

Widya, mahasiswi dari Universitas Diponegoro yang merupakan salah satu pengurus Satoe Atap. Widya merupakan mahasiswi yang mempunyai jiwa so sial tinggi dalam melakukan kegiatan sosial sehingga memutuskan untuk terjun ke dalam kegiatan Satoe Atap. Ia merasa diterima baik oleh kakak pengurus dan adik – adik yang ada di Satoe Atap. Pengalaman yang baru dan keluar dari zona nyaman adalah hal yang paling menarik dalam mengikuti kegiatan dalam Satoe Atap. “Saya benar-benar happy karena aku menjalank an passion-ku di jiwa sosial dan senang diterima den gan baik oleh kakak-kakaknya maupun adik-adik di Satoe Atap. Selain itu, aku dapat berpartisipasi dalam dunia pendidikan jadi Aku bener- bener bangga sama diri aku sendiri,” ujar Widya.

Widya juga merasakan tidak adanya kendala dalam pengajaran selama masa kuliah daring, dimana kegia tan pengajaran dan kuliah bisa dilakukan secara bersa ma. Akan tetapi, berubahnya sistem pendidikan ke lur ing membuat Widya merasa kesulitan dalam membagi jadwal kuliah dan jadwal pengajaran. Untuk suka duka dalam mengikuti kegiatan Satoe Atap adalah Widya merasakan banyak hal dalam berinteraksi ke banyak orang dari berbagai jenis umur.

Awal menjadi Volunteer Satoe Atap merupakan komunitas sosial yang membu ka kesempatan luas bagi para pendidik untuk memban tu anak-anak jalanan dan kurang mampu tanpa ada syarat kriteria pendidik. Niat yang besar untuk hadir akan diterima secara luas oleh Satoe Atap tanpa adan ya sudut menyudut dalam pandan gan. Kriteria dari pendidik juga tidak terdapat kriteria khusus, mempunyai niat yang tinggi dan dapat men gajar anak-anak jalanan adalah kunci dalam menjadi sukarelawan di Satoe Atap ini.

Bagi yang ingin bergabung dengan komunitas Satoe Atap ini dapat langsung datang di spot pengajaran Sa toe Atap yaitu pada hari Selasa di Balai Kelurahan Se roja dan hari Sabtu di SD Pandean Lamper 02 sekitar pukul 15.30 -17.00 WIB dengan membawa jiwa yang se mangat dan ikhlas. Informasi lebih lanjut dapat dilihat di sosial media Satoe Atap baik instagram atau twitter @Satoeatap.

instagram.com/satoeatap MANTAN EDENTSMANTAN EDENTSSOCIAL MOVEMENT 28EDENTSVolume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022

Menyapa Kesenian Kini : Bagaimana Kabarmu?

Dok. pexels.com

Seni menjadi bagian yang paling sering kita temui dalam beraktivitas se hari-hari. Sejak bangun sampai tidur lagi, sedikit kemungkinan seseorang tidak terpa par yang namanya seni. Negara Indonesia pun kaya akan seni dan budaya. Dari Sa bang sampai Merauke, kita dapat melihat dan menikmati berbagai karya dan budaya yang luar biasa.

Mengenal Seni secara Lebih Dekat Tak jarang dalam satu wilayah, kita me makai bahasa yang sama, tetapi dengan logat yang berbeda. Sama-sama memiliki kesenian Batik dengan corak yang berbeda. Khothibul Umam, salah satu Dosen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universi tas Diponegoro (FIB Undip) mengartikan seni sebagai bagian dari kehidupan. Umam bergabung dalam beberapa kelompok seni pertunjukkan. Secara aktif dan menjadi an ggota dalam organisasi Gambang Semarang Art Company, Kelompok Seni Pertunjukkan Tradisional, Kesenian Gambang Semarang. Hingga saat ini, mereka telah memproduksi

lagu Empat Penari (Gambang Semarang).

Menurut Umam, seni memang bukan ke butuhan primer, tetapi seni yang membuat manusia sadar bahwa hidup mereka hanya tidak hitam atau putih. Seni datang dalam berbagai bentuk menyapa setiap insan, mu lai dari suara, guratan, bahkan pertunjuk kan. Dibingkai dalam sebuah gambar, lagu, buku, tarian, bahkan aksi seperti teater. Lebih dari itu, banyak inovasi dan perkem bangan yang dialami dalam bidang seni. Mengacu pada ekonomi, muncul bidang Ekonomi Kreatif, bagaimana sebuah seni bisa menghasilkan dan menambah devisa. Akan tetapi, sebenarnya seni bahkan bisa lebih dari itu.

“Kesenian adalah bagian integral dari kehidupan masyarakat Indonesia. Namun, masih banyak yang belum mengetahui po tensi seni. Seni belum menjadi prioritas dan mendapat apresiasi yang benar. Sebelum bisa mengerjakan sebuah ‘Ekonomi Kreatif, masyarakat harus sadar bahwa dari seni, kita bisa mengasah emosi, kepekaan, dan

Oleh: Michelle Jenifer Kristianti, Adiska Afifah Zahro, dan Anggita Annisa Putri
LAPORAN KHUSUS
29 EDENTS Volume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022

lainnya,” ungkap Umam.

Adakah Daya Tarik dari Sebuah Seni?

Berkaca pada sistem pendidikan Hindia Belanda, para murid diwajibkan memba ca hampir puluhan novel setiap tahunnya. Hasilnya dapat dilihat melalui Bapak Bang sa Indonesia yang dulu mengenyam pendidikan dari Belanda, mereka bisa disebut sangat intelektual. Tidak hanya cakap da lam menjadi profesi mereka sebagai politi si, tetapi mereka juga cakap menulis. Oleh karena itu, apresiasi dan pendidikan sastra sangat penting.

Seni menambah rasa kemanusiaan dalam diri seseorang, meningkatkan rasa empati kepada sesama. Dimulai dari lagu, novel, bahkan pertunjukkan, seseorang mampu mengambil moral dan pelajaran mengenai kehidupan. Selain itu, bisa menyerap rasa dan meluapkan emosi yang dalam diri yang dianggap sesuai dengan seni tersebut.

Perlukah Apresiasi Seni?

Tidak semua orang harus menjadi seorang seniman untuk dapat mengapresiasi seni dengan benar. Seluruh profesi bisa men gapresiasi seni dengan benar. Pendidikan dan apresiasi seni tersebut bisa didapatkan dibangku sekolah. Melihat beberapa negara seperti Jepang, Amerika Serikat, atau Korea Selatan yang menjadikan bidang seni se bagai salah satu sumber devisa negara, artinya mereka memiliki pondasi bahwa kes enian itu penting dan dapat memberikan efek yang bagus pula dalam perekonomian.

Jepang memiliki industri seni yang terke nal seperti manga dan anime, telah dirintis sejak awal abad ke-20. Industri film Amer ika Serikat, Hollywood juga sudah dirintis sejak awal abad ke-20. Industri seni Korea Selatan seperti Korean Pop, drama, dan film juga dirintis sejak awal 90an. Melihat ha sil dari rintisan tersebut, terdapat pondasi yang kuat mengenai pemahaman dan apre siasi seni dan budaya di Indonesia juga ha

rus ditanamkan. Hal ini dihrapkan terjadi agar nantinya seni tidak hanya dinikmati untuk rasa, tetapi dapat bermanfaat se bagai penambah devisa untuk negara. Na mun sayangnya, seni belum menjadi prior itas dalam kalangan masyarakat Indonesia, masih ada orang-orang yang belum terlalu peduli.

“Pelaku seni belum memahami yang namanya managerial seni atau manajemen untuk mengelola karya sebuah seni,” tutur Umam. Indonesia masih kurang akan hal tersebut. Untuk Indonesia juga bisa mer intis seni menjadi bagian Ekonomi Kreatif, harus kembali membangun pondasi sedari awal, sejak duduk di sekolah dasar untuk mulai mengerti dan memahami sebuah seni, menikmatinya, bahkan mengelolanya.

Kondisi Penggiat Seni Pasca Pandemi

Kembali pada kenyataan, sudah hampir dua tahun sejak COVID-19 melanda Indone sia dan seluruh dunia. Penggiat seni yang biasa menampilkan karya secara langsung melalui pementasan, konser, bazzar, galeri, terpaksa berhenti karena pembatasan so sial dan karantina. Kegiatan seni terbatasi dengan adanya pandemi. Sebuah seni ter utama dalam seni pertunjukkan (teater, konser, tari) merupakan bagian yang san gat terdampak dari pandemi. Saat tampil, seni pertunjukkan berfokus pada momen tum atau kejadian. Menonton konser idola yang sama pada hari pertama akan berbeda pada hari kedua walaupun dengan lagu ataupun koreografi yang sama.

Salah satu kelompok seni yang diikuti Umam, “ Forum Senin Legi”, yaitu tempat di mana mereka mewadahi pelaku seni pertunjukkan, drama, performance art, musik ketika mereka memerlukan tempat pentas atau wacana seni pertunjukkan. Fo rum ini berdiri tahun 2019 di daerah Sema rang, tetapi harus terhenti di tahun 2020 karena pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia. Demi tetap eksis di dunia per tunjukkan, Forum Senin Legi pun beralih

LAPORAN KHUSUS 30EDENTSVolume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022

pada kegiatan virtual, yaitu aktif pada situs (seninlegi.com) dan channel youtube untuk mempublikasikan produknya yaitu dokumentasi dari pertunjukkan yang dilak sanakan maupun wacana (teks terkait seni dan seni pertunjukkan). Tidak semuanya berjalan sesuai dengan harapan, tetapi ada upaya untuk terus berkembang ditengah keterbatasan.

Terdapat pelaku seni lainnya, Baim Fahri za, seorang mahasiswa yang menempuh pendidikan di Universitas Negeri Semarang yang memiliki ketertarikan dan keterampi lan melukis dan mural. Baim biasa meneri ma tawaran melukis mural, tetapi menjadi lebih sepi saat pandemi. Ia yang menjad ikan ketertarikan seninya menjadi peluang usaha pun menurun pendapatannya se menjak pandemi. Pemasukan yang kurang membuatnya agak sulit membeli bahan untuk melukis. Namun, untuk mengatasi hal tersebut, Baim tetap mempromosikan tawaran melukisnya disamping mencari pekerjaan seputar kesenian lain.

Saat ini seluruh kegiatan sudah mulai kem bali normal. Perlahan-lahan bisa dilihat, produksi seni yang mulai bermunculan seperti konser dari artis dalam maupun luar negeri silih berganti. Walaupun tetap menjalani protokol kesehatan dan masih ada potensi terpapar virus, acara-acara tersebut ramai diikuti para fans. Pelaku in dustri seni mulai melakukan produksi be sar-besaran setelah dua dan hampir tiga tahun terhalang pandemi.

Baim yang saat ini menekuni pekerjaannya dalam melukis mural, seperti sekarang se dang melakukan Project Mural di warung burjo (bubur kacang ijo). Lalu Forum Senin Legi yang diikuti Umam pun mulai kem bali aktif dengan rencana kegiatan Parade Monolog Semarang yang mungkin akan diselenggarakan akhir bulan Oktober 2022.

Kegiatan ini akan berkolaborasi dengan Dewan Kesenian Semarang, Komite Teater, dan UKM Teater yang ada diberbagai kam pus. Tidak ada yang bisa memprediksi sam pai kapan euphoria pelaku industri ini akan berlangsung. Akan tetapi, harapannya, hal ini bisa menjadi awal bagi industri kese nian untuk eksis dan kembali berkarya.

Inovasi dalam Seni “Inovasi dan penyesuaian pun dilakukan agar seni dapat dinikmati dan tetap eksis dimasyarakat. Seperti contoh, kita lihat banyak penyanyi atau agensi musik yang akhirnya mengadakan pertunjukkan se cara virtual. Bahkan mungkin idola kesu kaan pembaca melakukan hal yang sama. Adaptasi perlu dilakukan, seperti contoh saya sebagai pelaku seni teater migrasi ke virtual. Tidak semua lancar, tidak semua hasilnya sesuai dengan harapan. Itu usaha supaya kami bisa tetap eksis di bidang seni pertunjukkan.” tukas Umam.

Seni Memang Perlu Dilestarikan

Akhirnya, perlu disadari kembali bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki keragaman seni dan budaya. Secara sadar ataupun tidak, hampir terpapar bagian seni setiap hari. Sehingga jangan remehkan se buah seni. Layaknya, keberagaman terse but harus terus dilestarikan agar tidak ter hilang ditengah jaman yang semakin maju. Harusnya pun, kemajuan zaman menjadi alat yang efektif untuk tetap melestarikan kesenian budaya. Hampir semua orang ak tif di sosial media, bisa melestarikan den gan ikut mempromosikan dan mengapresi asi seni lewat media tersebut agar semakin banyak orang yang mengetahui dan men genal budaya. Tidak harus menjadi seorang seniman untuk bisa melestarikan, kita bisa menjadi apresiator atau bahkan pendana untuk seni.

LAPORAN KHUSUS 31 EDENTS Volume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022

Kisah Dibalik UMKM yang Bertahan setelah Pandemi Menghantam

kat tajam, pinjaman pemerintah melonjak naik, penurunan harga komoditas atau de flasi, dan peningkatan harga komoditas se cara tajam atau inflasi.

Pada awal tahun 2020, dunia dihe bohkan dengan merebaknya virus baru yaitu SARS-CoV-2 dan penyakitnya yang disebut Coronavirus Disease (Covid-19). Dilansir dari kompas.com, Covid-19 diyak ini pertama kali muncul di China pada bu lan November 2019. Pemerintah Indonesia sendiri mengkonfirmasi kasus pertama infeksi virus SARS-CoV-2 pada tanggal 2 Ma ret tahun 2020. Pada saat itu juga terjadi re sesi ekonomi pada kuartal III tahun 2020 saat Produk Domestik Bruto (PDB) Republik Indonesia (RI) mencapai minus 3,49 persen (year on year/yoy). Pertumbuhan ekonomi yang lambat selama dua kuartal atau leb ih secara berturut-turut, membuat pere konomian nasional mengalami resesi atau kemerosotan. Resesi ini menyebabkan an gka pengangguran menjadi semakin tinggi, kesenjangan dan ketidaksetaraan mening

Pandemi Covid-19 kala itu berdampak pada perekonomian nasional tidak terkecuali Us aha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Kondisi pandemi yang memaksa antar individu un tuk melakukan social distancing (berjaga ja rak) membuat sebagian besar UMKM merasa kebingungan untuk berjualan. Pelaku UMKM terpaksa harus bertahan di tengah kondisi yang tidak memungkinkan. Kala itu, banyak bermunculan inovasi dalam bidang teknologi yang dikembangkan untuk mem bantu perekonomian. Mungkin sebagian pelaku UMKM merasa terbantu. Individu yang merasa terbantu, kemungkinan kare na dapat mengikuti perkembangan, tetapi tidak dengan yang gagap teknologi. Melihat keadaan yang saat ini serba teknologi, pent ing bagi setiap individu untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi, terutama banyak digaungkan kepada masyarakat di kala pandemi.

Awal Memulai Bisnis

Seiring pesatnya perkembangan teknologi, fase pandemi pun sudah terlewati. Namun, menilik kondisi UMKM, “apakah sudah membaik atau sebaliknya”? Pada tanggal 20 Oktober 2022, telah dilakukan tanya jawab pada salah satu pelaku UMKM di Semarang tepatnya di kawasan Pleburan. Kawasan Pleburan memang terkenal dengan ramain ya UMKM dalam bidang makanan yang se hari-hari berjualan. Hendrik, sebagai salah satu pelaku UMKM tersebut menceritakan

Dok. Pribadi
LAPORAN KHUSUS 32EDENTSVolume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022

pasang surut usahanya sebelum, saat, dan sesudah pandemi. Banyak sekali perubah an yang terjadi dari segi omzet dan inovasi. Tidak dipungkiri, masyarakat dituntut untuk kreatif dan inovatif yang perlu dikem bangkan untuk bertahan.

Awalnya Hendrik mendirikan UMKM yang bernama “MARPORAN (Martabak Pojok Pleburan)” ini dikarenakan pengalamann ya yang pernah dilakukan sebelumnya. Ia pernah menjadi karyawan dari salah satu UMKM yang berjualan martabak. Hendrik berpikir bahwa pengalaman yang diper olehnya saat itu dirasa cukup untuk bisa membangun UMKM sendiri. Faktor peng hasilan pun menjadi bahan pertimbangan nya juga. “Dulu sih ikut orang, terus coba mendirikan sendiri, karena bakal tau kalo profitnya bakal lebih besar daripada ikut sama orang,” jelas Hendrik.

Sedikit mengulas UMKM yang ditekuni Hen drik, Marporan merupakan UMKM yang bergerak di bidang makanan dan bertem pat di Kawasan Pleburan. Saat ini Marpo ran telah memiliki cabang di Kawasan Pu cang Gading yang bernama Martabak Bang Hendrik. Marporan sendiri menjual martabak telur dan kue bandung yang memiliki berbagai varian dan rasa. Di bagian kertas menu ditawarkan sekitar 10 rasa untuk kue bandung dan 4 varian untuk Marta bak telur. Pelayanan yang cepat dan tempat yang bersih juga merupakan ketertarikan pelanggan untuk memesan kembali marta bak telur dan kue bandung di Marporan.

Bertahan di Pasca Pandemi?

Tepat pada pada bulan Februari tahun 2014, Hendrik memberanikan diri untuk mendirikan UMKM makanan tersebut. UMKM yang telah ditekuninya selama dela pan tahun ini termasuk dalam kategori

sukses. Keberhasilannya ini terbukti den gan keadaannya saat ini, yang mana Mar poran masih bertahan dan sudah memiliki satu cabang di Kawasan Pucang Gading, Semarang dengan nama “Martabak Bang Hendrik”. Keberhasilan yang dicapai seka rang bukan sekadar kebetulan, tetapi kare na proses dan perjuangan yang dilakukan apalagi setelah terkena hantaman pandemi kala itu.

Pasang surut dalam dunia usaha mungkin sudah biasa terdengar, tetapi siapa yang bertahan itulah yang butuh dibangga kan. Seperti kisah Hendrik yang memulai mendirikan Marporan di usia 20 tahun. Di usianya yang sangat muda, Ia telah mem beranikan diri untuk mendirikan UMKM sendiri. Harapannya, supaya penghasilan yang diperoleh akan lebih besar dibanding yang sebelumnya. Namun, tidak semudah yang dibayangkan, banyak lika liku yang dilaluinya. Untuk memperbesar jangkauan pembelinya, Ia memutuskan untuk bekerja sama dengan beberapa e-commerce (bisnis kuliner) yaitu Go-food dan Grabfood di ta hun 2019. “partneran sama Gojek, Grab gitu udah tiga tahun sih,” ungkap Hendrik. Penghasilan Menurun karena Pandemi?

LAPORAN KHUSUS
Hendrik mengungkapkan sebelum pan
Dok. Pribadi
EDENTS Volume 2 Edisi XXXVII Tahun 202233

demi, penghasilan bersih yang diterima cukup menjanjikan. Namun, saat pandemi mulai menyebar, keuntungan yang diper oleh mengalami penurunan. “Omzetnya waktu pandemi sempet turun sekitar 50 persen,” ungkap Hendrik.

Jumlah pembeli yang mengalami penurunan, tidak menyurutkan semangat Hendrik untuk tetap berjualan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Waktu jualan yang ia ubah, menjadi salah satu usaha yang dilakukannya. “Karena pandemi ini malam hari sudah harus cepat tutup, jam 3 sore udah mulai buka pesenan dari pembeli sama buka warungnya, padahal biasanya jam 5 sore baru buka,” tambah Hendrik.

Semenjak pandemi, Marporan meneri ma kerjasama dari e-commerce lainnya untuk mempermudah penjualan. Hal ini menjadi langkah setelah pandemi untuk meningkatkan kesempatan bagi Hendrik dalam menambah jangkauan pembeli dan pendapatan. Maka, penting untuk seseo rang paham akan penggunaan teknologi yang tepat. Setelah dua tahun, pandemi telah berubah menjadi endemi, yang mana keadaan mulai membaik seperti semula. Omzet yang diterima Hendrik mulai men galami kenaikan hingga saat ini.

Usaha untuk Bangkit

Setiap pelaku usaha perlu memutar otak agar usahanya tetap berjalan normal meskipun pandemi Covid-19 semakin menyebar. Hendrik menjadi salah satunya yang melakukan inovasi untuk menarik mi nat pembeli. Promosi perlu dilakukan un tuk menjadikan produk usahanya semakin dikenal masyarakat luas. Berbagai upaya dilakukan oleh pelaku usaha, salah satun ya melakukan bazar makanan, yang mana saat ini sedang tren dilakukan. Akan tetapi,

setiap pelaku usaha memiliki ide dan pandangan sendiri akan keberhasilan usahan ya.

“Dari saya sendiri sebenernya ga kepikiran untuk ikut bazar gitu-gitu, karena sudah padat waktunya saat ini. Tapi memang bakal dapet untung yang lebih besar kalo ikut bazar, karena kan pasti rame” ungkap Hendrik.

Selain acara bazar makanan yang banyak diperbincangkan, baru-baru ini tepat pada tanggal 3 September 2022, terdapat berita yang tidak kalah ramai. Pemerintah Indo nesia mengumumkan kenaikan harga ba han bakar minyak (BBM) jenis Pertalite, Solar, dan Pertamax. Bersamaan dengan pengumuman tersebut, t erdapat sejumlah bahan pokok makanan yang ikut mengala mi kenaikan harga. Dilansir dari katadata. co.id, dapat dilihat data Sistem Pemantau an Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Ke menterian Perdagangan, komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga tertinggi adalah cabai rawit merah. Rata-rata har ga cabai rawit merah nasional mencapai Rp67.400/kg pada 21 September 2022. Har ga ini naik 10,31% dibanding 1 September 2022. Tidak hanya itu, tepung terigu, daging ayam ras, beras medium, beras premium, dan gula pasir juga harganya naik di kisaran ±1% pada periode yang sama. Beberapa kenaikan harga pada bahan pokok tersebut sempat membuat Hendrik sedikit keber atan. Namun, Hendrik mengatakan jika Ia tidak terlalu menuntut pemerintah untuk bertindak seperti apa.

Sebagai tambahan, Hendrik mengungkap kan harapannya untuk semua cabang us ahanya bisa terus berkembang. “Udah ada cabang baru kan di Pucang Gading, terus juga harapannya bisa buka cabang lain,” tukas Hendrik.

LAPORAN KHUSUS 34EDENTSVolume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022

Strategi Kreator Pasca Pandemi: Senang dan Uang

Berseni dalam Segi Ekonomi

Seni, adalah satu aspek yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Menciptakan seni sendiri jika dilihat dari segi ekonomi memiliki peranan dan kedudukan yang cukup pen-ting dalam kehidupan manusia. Ekonomi dalam artian kegiatan, secara sederhana dapat didefi nisikan sebagai pemenuhan kebutuhan ma nusia. Kebutuhan manusia terdapat ber-bagai jenis, salah satunya kebutuhan jasmani dan ro hani. Kebutuhan jasmani meliputi hal-hal yang dibutuhkan untuk keberlangsungan hidup ma nusia secara fisik. Sedangkan kebutuhan rohani lebih kepada pemenuhan kebutuhan jiwa.

Seni sendiri merupakan barang kebutu han yang dibutuhkan rohani manusia untuk mengekspresikan diri, mencari kesenangan dan hiburan, serta lainnya. Bahkan, tak jarang ditemui seni bernilai komersial, artinya dengan menciptakan seni dapat menghasilkan uang atau pendapatan, seperti seorang pelukis dan musisi. Dalam mengomersilkan seni, ada beberapa orang yang menjadikannya sebagai sumber pendapatan utama. Akan tetapi, ada juga yang menjadikan kegiatan seni sebagai ak

tivitas untuk mengisi waktu luang atau sekadar menyenangkan diri sendiri. Maka, nilai utama hal ini adalah mencari kesenangan, disamp ing menambah pundi-pundi pendapatan.

Salah satu kreator yang memiliki kesena- ngan dan akhirnya megubah seni menjadi uang ada lah Pijar. Penghasilan utamanya berasal dari kedai miliki sendiri yaitu Kedai Samsara, salah satu coffee shop yang berada di Semarang Ten gah, Kota Semarang, Jawa Te-ngah. Tak puas berkegiatan di kedai kopinya, Pijar mencari ke giatan lain, dengan menggeluti kesenian. Awal nya, Pijar menggeluti kesenian untuk menca pai kesenangan belaka. Namun, tak disangka dapat mendatangkan rezeki di masa pandemi Covid-19.

Kontribusi Pelaku Seni

Pijar sendiri menggeluti dua bidang seni, yakni seni musik dan seni rupa. Tak tang- gung-tang gung dalam terjun ke dunia musik, dia ber gabung ke dalam tiga band sekaligus untuk menyalurkan hobinya bermusik. Band yang pertama bernama Babak Bondas dengan genre balada, band kedua bernama Batarmortri den

LAPORAN KHUSUS Dok.
pribadi
35 EDENTS Volume 2 Edisi XXXVII Tahun

gan genre eskperimental, dan band ketiga ber nama Pratarma dengan genre dum. Sedangkan dalam bidang seni rupa sendiri, Pijar memilih untuk menekuni ilustrasi.

Pijar menekuni sebagai seorang illustrator se cara fokus mulai tahun 2019, meskipun sebel umnya sudah berhobi menggambar, di samping menekuni bisnis kedai kopinya. Pijar sendiri termasuk kreator atau seniman yang memulai fokus dan mencoba konsisten di era pandemi Covid-19, sekitar tiga tahun lalu, meskipun da lam kondisi yang serba sulit.

Pijar secara pribadi menjelaskan perekonomi annya bisa dikatakan terbilang normal di masa pandemi. Hal ini dikarenakan perekonomiann ya tidak terpengaruh secara signifikan dengan kegiatan berseninya. Ia menjelaskan bahwa kegiatan berseninya hanya untuk kesenangan, untuk mengekspresikan dan menghibur diri sendiri. Walaupun begitu ia tidak memungkiri, di sisi lain kesenian justru menjadi pertolongan untuk perekonomiannya, menambah pendapa tannya.

Motivasi dan Solusi Era Pandemi

Tak dapat dipungkiri bahwa pandemi Covid-19 pada tahun 2019 yang menyerang seluruh dun ia, tak hanya menyerang dari aspek keseha tan masyarakat dunia. Akan tetapi, juga aspek penting kehidupan lainnya, seperti perekono mian dan kesenian. Dua aspek inilah yang men jadi motivasi penting Pijar untuk berkegiatan di masa pandemi hingga saat ini.

Konsistensi Pijar dalam berkegiatan seni termo tivasi atas situasi yang terjadi. Seni dapat men jadi pelipur hati di tengah kesulitannya dalam bekerja di kedai kopi, guna memenuhi kebutu han jasmaninya, seperti pangan dan sandang. Selain itu, dikarenakan telah memilih keputu san untuk menjadi seniman, sehingga menja di semangat tersendiri untuk berseni melalui ekspresi gambar atau ilustrasi. Seperti yang telah disebutkan di awal, motif dalam berseni yang ditekuni oleh Pijar tidak lepas dari motif ekonomi. Dengan demikian, sambil menambah penghasilan, ada rasa senang yang dirasakan.

Maju dengan Strategi

Pijar sendiri bergabung menjadi seorang free

lancer dalam suatu situs online untuk berke giatan di bidang ilustrasi. Dia bergabung pada masa pandemi, mulai tahun 2019 hingga 2021. Oleh sebab itu, kondisi kegiatan Pijar dalam bidang seni bisa dikatakan aman karena fokus nya melalui media online. Hal ini me- rupakan dampak kebijakan untuk bekerja di rumah atau work from home, yang dikeluarkan oleh pemer intah serentak pada tingkat nasional.

Meski dilanda kesulitan, secara paradoks, per mintaan dalam bidang seni terutama dalam ilustrasi justru meningkat dalam harganya. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena semua kegia tan harus dilaksanakan secara online, sehingga ilustrasi sangat berguna untuk banyak tujuan seperti promosi atau kegiatan belajar-mengajar. Lain halnya dengan berkegiatan dalam bidang musik. Akibat dari kebijakan WFH (work from home), acara dalam bermusik ditiadakan sama sekali.

Menurut Pijar menumbuhkan dan mengem bangkan mindset yang positif itu diperlukan. Hal ini jelas terkait kesulitan yang terjadi di masa pandemi dan hobinya dalam menggeluti seni.

“Yang berusaha tak buat acuan itu walaupun kondisinya bagaimanapun karena sudah memi lih jalan kaya gini jadi tetap berkarya aja, kare na setiap halangan pasti ada, mungkin saat itu pandemi mungkin masa depan ada apa lagi. Jadi kudu terus melanjutkan saja,” ungkap Pijar saat ditemui dalam wawancara pada 4 Oktober 2022 lalu, di kedai miliknya.

Selanjutnya, selain mindset, harus ada strategi secara riil untuk dilakukan. Berbicara tentang dampak pandemi pada perputaran ekonomi dalam berseni sangat kompleks. Oleh sebab itu, untuk mengatasi dampak-dampak yang terjadi, diperlukan perubahan atau penataan strategi. Hal ini tidak lepas dari dampak pandemi Covid 19, yang merubah hampir 180 derajat aspek dan kegiatan keseharian. Perubahan yang ce pat dan drastis ini, tentunya memerlukan tang gapan yang juga cepat dan tepat. Menurut Pi jar, lebih kepada bagaimana mengatur strategi dengan fleksibel, arti- nya mampu beradap tasi dengan kondisi yang ada, memaksimalkan apa saja yang ada de-ngan apa yang dihadapi, juga tak lupa menyesuaikan dengan target dan

LAPORAN KHUSUS 36EDENTSVolume 2 Edisi XXXVII Tahun

tujuan.

Lika Liku Seni Pasca Pandemi

Kala ditanyai terkait ada tidaknya inovasi baru yang dilakukan dalam bidang kesenian agar dapat beradaptasi dalam masa pandemi Covid-19, Pijar pun mengiyakan.“Pasti mas, karena di illustrator merupakan bagian dampak pandemi karena ada website sekarang beralih ke online jadi mau tidak mau harus mau mem baur dengan website baru. Karena mas ing-masing memiliki karakter sendiri-sendiri. Jadi, harus pinter pinter beradap tasi,” tutur Pijar terkait strategi inovasi berseni dalam era pandemi.

Untuk website yang ditekuni dalam menyalur kan ekspresi berilustrasi, Pijar memiliki ban yak ruang referensi yang memiliki arah sama, tetapi dibedakan sesuai kegunaan. Mi- saln ya, website Believer jikalau fokusnya ada pada penjualan. Kemudian untuk menyoko- ngnya didukung oleh Instagram seperti website Jin gling. Selanjutnya apabila fokusnya ada pada portofolio, maka menggunakan website Pinter est. Pijar kemudian melanjutkan terkait peng gunaan strategi portofolio. Strategi ini menga rahkan untuk menggunakan beberapa channel website. Kemudian menentukan rencana-ren cana dan target sesuai kegunaan tiap website untuk dieksekusi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan berkesenian di masa pandemi secara offline berubah secara to tal dengan signifikan. Akan tetapi, perubahan itu dapat tertolong dengan kemajuan teknologi dan informasi, sehingga kegiatan berkesenian dapat dilakukan tanpa adanya kontak fisik, yakni dengan melalui media online. Kemudian, dapat ditarik kesimpulan pula bahwa di pasca

pandemi, kompetensi diri dalam penguasaan teknologi digital juga sangat diperlukan untuk menjadi aspek dalam strategi.

Selanjutnya, Pijar kembali merasakan semangat berseni di masa pasca pandemi, dalam meng gambarkan kesenian di masa pasca pandemi ini. “Dalam waktu dekat ketika saya mengama ti teman-teman seniman banyak banget yang terdampak karena pada offline kan? Tapi seka rang setelah pandemi sudah mulai semangat dari kekacauan saat pandemic karena mulai normal. Jadi, ya akhir- nya sebelum puasa ke marin ada acaranya bisa sampai 3 kali sehari, jadi mungkin karena itu semangatnya mulai tumbuh,” ungkap Pijar.

Seperti kebanyakan orang, Pijar memiliki kesan buruk dengan hadirnya pandemi Covid-19. Dia merasa cukup pusing dan repot dalam kegiatan kesehariannya selama kurang lebih tiga tahun terakhir. Walaupun begitu, dia juga memiliki kesan baik selama pandemi, yakni pengalaman dan pembelajaran. Dia merasa menjadi bela jar untuk beradaptasi dengan situasi yang ada berikut perubahan- nya, juga menjadi lebih ulet dalam menggeluti kegiatan berkesenian. “Ng gak masalah pandemi atau tidak yang penting jalani saja,” begitu pesan Mas Pijar untuk tetap berkesenian di masa apapun.

Selanjutnya, secara khusus kepada para kreator yang sedang berkegiatan dalam bidang seni, Pi jar juga menyampaikan motivasi. Dia lebih me nekankan pada adanya strategi untuk berseni dalam menghadapi situasi, segala situasi, tidak hanya pandemi. Fleksibilitas dalam berstrategi adalah hal utama yang ia tekankan.

LAPORAN KHUSUS “Apapun kondisinya mau tidak mau harus fleksibel, harus lebih pintar men gatur strategi sesuai dengan keadaan. Mungkin saat ini yang didapat pan demi mungkin tahun depan ada kendala lagi. Sehingga harus pintar-pintar mengatur strategi. Karena setiap masalah ada jalan,” tutup Pijar. 37 EDENTS Volume 2 Edisi XXXVII Tahun
38EDENTSVolume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022

Si Damar, Tempat Bertumbuhnya Sineas-sineas Muda Semarang

Sineas Muda Semarang atau yang lebih dikenal dengan sapaan “Si Dam ar”, merupakan sebuah komunitas para pemuda penyuka seni perfilman yang ber domisili di wilayah Semarang. Berdiri se jak tahun 2021, tepatnya tanggal 30 Maret yang bertepatan dengan hari film nasional. Meskipun masih terbilang baru, Si Dam ar mampu berkembang dengan pesat dan banyak mendapatkan simpati serta apresiasi dari masyarakat luas atas program dan pendekatan yang mereka lakukan da lam memperkenalkan dunia perfilman ke semua jenjang generasi.

Keanggotaannya yang berbasis pada sesa ma peminat di dunia film membuat keang gotaan dari Si Damar tidak begitu kaku dan terbuka dalam melakukan kerja sama pro duksi film. Sistem organisasi kekeluargaan yang dikedepankan membuat para pen gurus dari Si Damar merasa nyaman dan dapat memberikan kemampuan terbaikn ya dalam memproduksi film dan memba wa mereka mendapatkan prestasi-prestasi mumpuni sampai kancah internasional.

Menilik Cerita Awal Si Damar Aktif dalam dunia perfilman sejak me makai pakaian putih abu-abu, founder dari Si Damar melanjutkan minatnya tersebut ketika masuk dalam dunia perkuliahan. Berawal ketika melakukan screening film di suatu cafe, ada sebuah pertanyaan yang timbul mengenai situasi jika ditanya siapa yang menyelenggarakan kegiatan tersebut. Melalui sebuah diskusi yang sebenarnya

pada saat itu juga sedikit diselipkan gelak tawa, akhirnya ketemu dengan nama Si Damar yang dalam bahasa jawa sendiri memiliki arti sebuah cahaya/pelita.

Sesuai dengan namanya, Sineas Muda Semarang, yang mana Sineas adalah sebu tan untuk orang yang memiliki keahlian di bidang perfilman, sedangkan Muda Sema rang dikarenakan keanggotaannya dan sasaran utamanya untuk Generasi Muda di wilayah Semarang. Di sisi lain, singkatan Si Damar mengandung arti bahwa mereka ingin menjadi sebuah cahaya baru di dun ia perfilman terutama pada generasi muda yang terkhusus di wilayah Semarang. Nama tersebut terlihat unik dan ternyata meny impan cerita unik juga. Ketika pertama kali Si Damar diperkenalkan, terdapat salah satu artikel yang keliru dengan arti damar sendiri dan menyebut bahwa kepanjangan Si Damar adalah Sinar Muda Semarang. Mulai saja Dulu, Bergerak saja Dulu

KOMUNITAS
Oleh: Deva Zhalzha A
Dok. Pribadi
39 EDENTS Volume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022

Dalam awal keberjalanan, Si Damar belum melakukan banyak kegiatan dan bahkan pernah terdapat masa vakum karena saat itu mereka belum memiliki perencanaan dengan target tertentu. Mereka hanya ber kumpul, sharing pandangan, diskusi, dan membuat project film bersama, tetapi tidak ada perencanaan yang pasti. Saat itu, para founder dari Si Damar sendiri masih awam mengenai manajemen dari sebuah komu nitas sampai pada akhir tahun 2021, ketika mereka akhirnya membuat suatu produksi film yang cukup besar. Hal tersebut men jadi sebuah titik kehidupan dari Si Damar sebagaimana mereka mengadakan sebuah workshop salah satunya nama programnya yaitu, sini school yang pada saat itu bekerja sama juga dengan SMA Negeri 2 Semarang.

Akhir tahun yang cukup padat bagi Si Dam ar akhirnya membuahkan hasil baik. Bulan Januari 2022, Si Damar mengadakan se buah festival film selama 4 hari dengan 4 penayangan karya yang berbeda di setiap harinya, yang mana 2 film pendek fiksi, 1 film dokumenter, dan 1 musik video yang mereka produksi sendiri. Keberhasilan festival tersebut membuat para founder Si Damar berpikir untuk mengembangkan komunitas ini dengan sistem manajemen organisasi yang sebagaimana umumnya agar kegiatannya dapat sustainable. Bukan hal mudah bagi Si Damar untuk menerap kan sistem tersebut, sampai sekarang pun mereka masih dalam tahap perkembangan

untuk trial and error.

“Karena, saat itu kami berprinsip yang penting kami mulai saja dulu,” ucap Ikhla salah satu founder Si Damar.

Produksi dan Screening sebagai Kegiatan Utama Mereka

Sejak awal berdiri, Si Damar telah memi liki kegiatan sesederhana melakukan penayangan layar tancap di kampung-kam pung daerah Semarang yang berdekatan dengan tempat tinggal founder-founder Si Damar. Tujuan awal kami ketika mem bentuk sebuah komunitas Si Damar ses ederhana ingin membangkitkan simpati masyarakat mengenai dunia perfilman di Indonesia dan mengajak pada sineas muda di Semarang untuk dapat turut andil dalam mengembangkan dunia perfilman di Sema rang. Karena jika melihat history daerah Semarang dalam dunia perfilman, Sema rang memiliki cerita sejarah sendiri dalam dunia perfilman.

“Semarang itu memiliki banyak potensi yang bisa diperkenalkan melalui dunia per filman dan geografis yang dimilikinya men jadi keunikan yang menjadi faktor pen dukung dalam memproduksi sebuah film,” ungkap Ikhla.

Kegiatan Si Damar sendiri lebih banyak yang bersifat eksternal, karena untuk in ternalnya hanya mencakup kegiatan pro duksi, menonton film, dan kumpul-kumpul untuk bonding, berdiskusi ringan tentang keberjalanan komunitas, dan brainstorm ing ide untuk pembuatan karya. Untuk ke giatan eksternalnya sendiri yang sebelumn ya sudah di-mention di bagian awal juga, Si Damar memiliki kegiatan workshop sampai berhasil mengundang salah satu content creator terkenal, penayangan film layar tancap, dan bahkan sampai screening film

KOMUNITAS
Dok.
Pribadi
40EDENTSVolume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022

di bioskop yang untuk pertama kalinya di XXI Paragon Mall Semarang. Melalui pro gram-program tersebut, Si Damar berharap dapat mencapai tujuan komunitasnya un tuk memperkenalkan dan mengapresiasi perfilman lokal dan memupuk rasa ingin berkarya pada sineas-sineas muda Sema rang.

Karya-karya yang mereka produksi juga ti dak hanya dipromosikan di wilayah Sema rang. Mereka memanfaatkan platform sosial media yang memberikan tayangan video untuk para penggunanya untuk bisa men jangkau lebih luas khalayak. Bahkan, ketika awal merintis dan membuat penayangan layar tancap salah satunya ketika acara 17 Agustusan yang dirasa kurang memberikan kesan kepada penonton, akhirnya mereka melakukan pendekatan melalui anak-anak kecil sekitar di daerah yang akan diadakan penayangan layar tancap untuk memeriah kan acara mereka dan menonton penayan gan film tersebut dengan antusias.

Prestasi dari Film Produksi Si Damar

Satu tahun awal yang sangat berharga bagi pengurus komunitas Si Damar. Di tengah kesibukan mereka sebagai mahasiswa dan beberapa sebagai pelajar SMA, mereka dapat memproduksi film-film terbaik dan mendapatkan prestasi yang luar biasa sam pai ke kancah internasional. Film mereka yang berjudul Ketika Bocah itu Bermimpi menjadi finalis dalam Boden International

Film Festival di Swedia dan Lift-Off Global Network Film. Kemudian, film Pangarep se bagai song design winner di Euro Music Vid eo Awards dan juga finalis di International Music Video Awards (IMVA) di tahun 2022.

Di balik Keberhasilan Si Damar

Keberjalanan dan prestasi yang diraih bu kan tanpa sebuah perjuangan yang cukup menguras tenaga dan pikiran bagi pengu rus Si Damar. Permasalahan keanggota an menjadi salah satu kendala yang cuk up sering terjadi dalam kegiatan produksi film. Kegiatan produksi yang cukup meny ita waktu para anggota Si Damar, menjadi kendala karena kesibukan masing-masing anggotanya. Perdebatan-perdebatan antar anggota saat produksi juga menjadi sebuah kendala yang cukup besar, kendati demikian pada akhirnya hal itu menjadi sebuah suatu cerita dan candaan ketika masa pro duksi tersebut telah usia.

Komunitas Si Damar mengedepankan sifat kekeluargaan dalam mengelola keanggota anya. Ketika mereka sedang tidak dalam masa-masa produksi, mereka tetap me laungkan waktunya untuk sekedar berkum pul dan bersantai ataupun menonton film bersama. Mereka juga saling mendorong satu sama lain untuk bisa sama-sama ber karya dengan sharing-sharing berbagai ajang lomba perfilman yang ada dan mem berikan kritik saran satu sama lain.

“Semoga komunitas Si Damar dapat berkembang dan menciptakan sineas-sineas muda daerah Semarang untuk menciptakan produksi film yang bisa bersaing secara nasional dan internasional. Kita masih sama sama untuk belajar, berkarya, dan bersinergi untuk mencapai sebuah kesuksesan. Si Damar, Jaya! Jaya! Jaya!”

- Ikhla, CEO Si Damar -

KOMUNITAS
41 EDENTS Volume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022

Suara Tani yang Tercekat dalam Secangkir Kopi

Budaya ngopi tidak bisa dipisahkan dari kesehari an masyarakat Indonesia. Jauh sebelum ngetrennya kedai kopi kekinian di era milenial saat ini, minum kopi sudah jadi budaya bahkan gaya hidup di kalan gan anak muda hingga orang tua di Indonesia.

Pernah dengar istilah “Kopdar”? Istilah “Kopdar” merupakan singkatan dari Kopi Darat. Kopi Darat di artikan sebagai sebuah ajakan berkumpul bersama di suatu tempat yang menyajikan menu kopi, seperti warung kopi, angkringan, atau kafe. Kegiatan yang lekat dengan perkumpulan anak muda ini jadi salah satu buktinya.

Dari sisi orang tua, minum kopi seakan menjadi kegiatan wajib sebelum, saat, dan sesudah berak tivitas bak minuman penambah stamina. Suguhan kopi juga tidak boleh ketinggalan saat berceng kerama dengan teman-teman. Tidak lupa ditemani berbatang-batang rokok dan juga sajian gorengan. Konon katanya yang seperti ini nikmat rasanya. Jackie Chan, salah satu aktor dunia, pernah berkata, “Coffee is an language in itself”. Ia meyakini jikalau kopi adalah sebuah bahasa tersendiri. Maka dari itu, kopi termasuk ke dalam rangkaian kebudayaan. Agaknya hal ini memang benar, sudut pandang bu daya melihat kegiatan ngopi, terlebih di warung kopi atau coffee shop, memiliki sebuah fungsi sebagai pusat interaksi sosial (meeting point) yang menye diakan sebuah tempat untuk berkumpul, berbicara, menulis, membaca, menghibur satu sama lain, atau melewatkan waktu, baik secara individu atau dalam kelompok kecil anggota sosial tersebut.

Tapak Telapak si Ranking Empat Sebagai produsen kopi terbesar keempat di dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia, perkemban gan pesat industri kopi di Indonesia tidak dapat dielakkan. Sampai saat ini, Indonesia telah men galami evolusi kopi atau yang dikenal dengan istilah waves of coffee. Tiga gelombang evolusi yang dilewa ti oleh Indonesia disebutkan dengan istilah asing, yaitu first wave, second wave, dan third wave. Pada tahap first wave, cara penyajian kopi men galami inovasi berupa sajian instan. Negara-negara

di dunia termasuk Indonesia mulai memproduksi kopi kemasan instan dalam bentuk sachet. Bentuk ini memudahkan masyarakat untuk menyeduh dan meminum kopi karena kemasannya yang praktis membuat kopi dapat dibawa ke mana saja dengan cara penyajiannya pun terbilang mudah, bisa den gan melarutkan bubuk kopi instan dengan air panas.

Fenomena second wave muncul pada awal tahun 2008. Berbeda dengan evolusi pertama, hadirnya fenomena ini ditandai dengan masuknya waralaba kedai kopi asing ke dalam negeri. Waralaba kedai kopi asing inilah yang memperkenalkan konsep nongkrong di kafe dan juga penyediaan layanan internet sebagai fasilitas tambahan yang bisa digu nakan untuk beragam aktivitas, misalnya mengerja kan tugas sekolah hingga pekerjaan kantor. Di samp ing itu, mulai bermunculan beraneka ragam varian kopi, seperti jenis espresso yang dapat dikreasikan menjadi menu americano, latte, moccahino, cappuc cino dan yang lainnya.

Melihat kondisi terkini sudah memasuki evolusi ge lombang ketiga atau third wave. Setelah para waral aba kedai kopi asing hadir, kedai kopi lokal seakan tidak ingin kalah dalam hal kualitas sehingga bisnis kopi lokal mulai bermunculan. Varian kopi yang di hidangkan tidak melulu berfokus pada “kopi hitam”. Terdapat juga varian lain, seperti kopi berbasis man ual brew hingga artisan coffee. Manual brew sendiri memiliki arti sebagai cara menyeduh kopi secara manual tanpa mesin, sedangkan artisan kopi mer upakan sebuah konsep kedai yang hanya menjaja kan satu jenis kopi untuk pembelinya.

Tentunya, bisa menjadi salah satu minuman popul er berkat menjamurnya kedai kopi lokal membuat tingkat konsumsi kopi domestik di Indonesia men galami peningkatan secara konsisten dari tahun ke tahun. Menurut data International Coffee Organiza tion (ICO), konsumsi kopi di Indonesia mencapai 5 juta kantong berukuran 60 kilogram pada periode 2020/2021. Angka ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat konsumsi kopi ter besar kelima di dunia.

Petani Kopi vs Tengkulak

Ironisnya, dibalik derasnya eksistensi kopi di kalan gan masyarakat Indonesia, petani kopi belum juga memperoleh kesejahteraan yang setimpal. Dengan jumlah produksi sekitar 600.000 ton kopi tiap tahun, petani kopi di Indonesia belum bisa dikatakan me nerima kelayakan atas hasil jerih payahnya. Bah kan, masih banyak petani kopi yang tercatat sebagai kelompok miskin yang hidupnya disokong oleh sub sidi dari pemerintah.

Padahal, petani kopi disebut-sebut sebagai penjaga lingkungan dan intelektualitas rakyat Indonesia. Be nar, penjaga intelektualitas. Apabila diperhatikan, pasti ada saja diskusi-diskusi beragam yang tergelar sesaat setelah cangkir-cangkir kopi dihidangkan. Entah itu diskusi berat persoalan negara, keluarga, hingga asmara ataupun obrolan ngalor-ngidul peng hilang suntuk.

Bagaimana tidak, mayoritas petani kopi masih be rada dalam jeratan para tengkulak. Hal ini dikare nakan para petani umumnya tidak memiliki posi si tawar dalam menentukan harga jual dari hasil panen kopi mereka. Di dalam benak mereka, siapa lagi yang akan membeli hasil tani tersebut jika bu kan sang tengkulak. Pemahaman ini dapat terben tuk disebabkan terbatasnya akses dan informasi ter hadap relasi di dunia luar. Akibatnya, para petani jarang mempunyai pengetahuan mengenai alterna tif pasar yang lebih potensial selain kepada tengku lak. Lebih-lebih, hasil penjualan kopi berupa uang diperoleh dengan cepat apabila langsung menjual buah kopi hasil panen kepada para tengkulak yang bersedia menerima ceri kopi dalam kualitas apap un.

Beberapa pengamat menyarankan kepada para petani untuk tidak terburu-buru dalam menjual ha sil panennya. Maksudnya, petani kopi dapat melaku kan penyortiran kualitas ceri kopi terlebih dahu lu sebelum dijual atau yang lebih dikenal dengan nama processing dan sorting. Hal ini memungkink an hadirnya kesempatan baru untuk mendapatkan konsumen lain yang mampu membeli dengan harga yang lebih sesuai. Misalnya saja, pemilik kedai kopi yang sedang mencari pemasok baru melalui tangan pertama.

Tetapi, kenyataanya saran hanyalah sekadar saran. Tidak semua petani kopi teredukasi dengan lapisan proses yang ada untuk meningkatkan kualitas hasil panennya. Apalagi banyaknya proses ini membu tuhkan bantuan teknologi untuk mengolah buah ceri kopi secara cepat dengan hasil yang konsisten.

Selain faktor melek proses beserta teknologinya, ada pula faktor ekonomi yang menekan.

“Uang siapa yang akan dipakai untuk membeli per alatan teknologi tersebut”? Siapa pula yang dapat menunda-nunda pendapatan apabila daftar tagihan kebutuhan hidup sudah meraung di depan mata. Terlebih pendapatan dari panen kopi ini didapat se tahun sekali, biasanya pada bulan Mei hingga Juli. Satu kali pendapatan untuk menanggung biaya hid up satu tahun.

Para petani kopi pun bukannya tidak mencoba berb agai cara untuk meningkatkan pendapatan. Mer eka telah mencoba, salah satunya dengan pindah tengkulak. Namun, tengkulak yang menguasai pas ar di suatu daerah biasanya kompak menawarkan harga yang sama.

Memang benar saat ini sudah tersedia berbagai ma cam solusi untuk meningkatkan harga jual panen kopi tersebut. Sebut saja koperasi, pemanfaatan plat form e-commerce, dan yang lainnya. Bantuan dari pemerintah maupun swasta pun turut mengalir, baik dalam bentuk transfer ilmu maupun transfer teknologi. Akan tetapi, tidak dapat ditampik jikalau bantuan-bantuan tersebut belum terasa maksimal dan tentunya rawan penyimpangan, baik dari pihak penyokong maupun pihak petani.

Pada akhirnya, pengadaan pasar yang apresiatif untuk para petani kopi ini sepenuhnya dibutuhkan. Pasar ini sangat penting untuk diciptakan agar para petani dapat memutus hubungannya dengan para tengkulak. Hal ini juga bisa memperpendek rantai distribusi kopi, sehingga harga penawaran dapat lebih bersaing dan mampu meningkatkan kese jahteraan hidup sang penjaga lingkungan dan in telektualitas rakyat Indonesia.

Dok. Edents 43 EDENTS Volume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022 KOLOM PU *)PenulismerupakanPemimpinUmum LPM Edents 2022

Destinasi Super Prioritas, Pariwisata Kini tak Hanya Bersandar pada Bali

Oleh: Fitri Widyaningrum *)

Tidak dipungkiri ketika berbicara perihal pariwisata Indonesia, Bali masih menjadi prima dona, baik di mata wisatawan asing maupun domes tik. Padahal, Indonesia memiliki destinasi wisata lain yang tidak kalah menarik dibandingkan Pulau Dewata. Hingga akhirnya beberapa tahun lalu, ter bitlah gagasan Destinasi Super Prioritas yang di canangkan oleh pemerintah untuk mendongkrak industri pariwisata Indonesia. Lima Destinasi Super Prioritas yang merupakan Kawasan Strategis Pari wisata Nasional (KSPN) ini tersebar di bagian barat, tengah, sampai timur Indonesia, diantaranya ada Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang.

Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) dikabar kan telah berhasil menarik investasi sebesar 435 juta dolar AS atau sekitar 6,5 triliun rupiah. Kabar ini juga telah dibenarkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenkraf) Sandiaga Uno da lam Market Review IDX Channel (19/9). Pengelolaan kawasan, pembangunan infra- struktur, akomodasi dan aksesibilitas merupakan komitmen perusahaan dalam investasi 5 DPSP. Dalam pengembangannya 5 DSPS in, juga membidik potensi pembukaan lapan gan kerja di sektor pariwisata, sekitar ada 1,1 juta lapangan kerja baru di tahun 2022 dan pada tahun 2024 akan ada 4,4 juta lapangan kerja baru.

Sekilas terlihat betapa menggiurkan prospek ke de pannya, terlebih melibatkan investasi yang tidak dapat dibilang sedikit. Namun, agak-nya perlu diin gat juga, jangan hanya terpaku pada besar- nya nominal investasi atau prediksi hasil yang belum tentu sepenuhnya terjadi. Nyatanya masih banyak ‘pekerjaan rumah’ yang perlu digarap demi mewu judkan ambisi itu semua, tak terkecuali kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan asas keberlanju tan dalam pengembangan DPSP.

Kilas Balik Terbentuknya 5 Destinasi Super Pri oritas

Keunikan budaya dan keindahan alam tanah air mampu menarik perhatian dunia. Hal ini tergambar pada peringkat Indonesia di tahun 2021 yang ber hasil naik 12 peringkat menjadi 32 dari 117 ne- gara dalam Travel Tourism Competitiveness Index (TTC) yang dirilis oleh World Economic Forum pada bulan Mei lalu. Lantas apa keuntungan yang kita peroleh, ketika peringkat Indonesia naik? Seberapa penting Peranan TTCI?

TTCI setidaknya akan berperan dalam menentukan

arah dan kualitas pariwisata Indonesia dalam pan dangan dunia. Pertama, index yang dikeluarkan ber fungsi sebagai standar global untuk meningkatkan citra pariwisata Indonesia. Kedua, memiliki nilai untuk dijual kepada calon wisatawan mancanega ra sehingga meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara. Ketiga, sebagai salah satu alat promo si yang efektif guna mendatangkan investor bidang pariwisata, termasuk dalam mempromosikan desti nasi super prioritas.

Tidak banyak orang yang tahu, DPSP sudah ada se jak tahun 2015 lalu. Akan tetapi, waktu itu ada 10 kawasan yang termasuk ke dalam DPSP, yakni Da nau Toba, Tanjung Kalayang, Tanjung Lesung, Kepu lauan Seribu dan Kota Tua, Borobudur, Bromo Teng ger Semeru, Mandalka, Labuan Bajo, Wakatobi, dan terakhir Morotai. Barulah, di tahun 2019 pemerin tah mengerucutkan 10 kawasan tersebut menjadi 5 kawasan yang akhirnya dinamakan 5 DPSP, dengan harapan pembangunan agar lebih fokus dan tereal isasi dengan cepat dan tepat.

Tak Ada Proyek yang Mangkrak, ‘Katanya’ Berita tentang persiapan G20 memenuhi timeline media pemberitaan akhir-akhir ini. Keuntungan besar sebab di tahun ini Indonesia memegang pres idensi KTT G20. Sebuah keputusan yang tepat saat peme- rintah mampu memanfaatkan momentum tersebut sekaligus menjadi strategi dalam rangka mendukung destinasi super prioritas. Tak heran jika pembangunan kawasan 5 DPSP masif dilakukan da lam rangka menyambut G20.

Lima destinasi pariwisata super prioritas tengah dikebut pengembangannya. Hingga 2024, estima si anggaran yang dibutuhkan mencapai 18,9 trili un rupiah. Mengutip dari website kemenparekraf. go.id, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pand jaitan memastikan bahwa tidak ada proyek yang mangkrak terkait pengembangan 5 DPSP (15/7). Ia juga menambahkan keterangan bahwa proyek ini akan selesai 2024, seiring berjalannya proyek, pe merintah dikabarkan akan terus menyisir satu per satu setiap proyek demi mengantisipasi terjadinya penyalahgunaan anggaran.

Mandalika dan Labuan Bajo Gencar Dibangun, Apa Kabar dengan Likupang?

Saat ini pemerintah tengah gencar mengembang kan pariwisata berbasis event, salah satunya adalah

KOLOM REDAKSI Kunjungi! www.lpmedentsundip.com
44EDENTSVolume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022

Kunjungi!

pelaksanaan dari Presidensi G20 Indonesia 2022. Kita ambil contoh, pada event di Mandalika Nusa Tenggara Barat (NTB) kemarin, investasi yang dita namkan saat itu ditaksir mencapai 2 triliun rupiah. Berdasarkan kajian yang dilakukan investasi terse but menghasilkan multiplier effect hingga 5 sam pai 7 triliun rupiah. Selain Mandalika, pemerintah juga gencar melakukan pembangunan di kawasan Labuan Bajo. Keseriusan dalam mengebangkan La buan Bajo sebagai salah satu destinasi super priori tas terlihat dalam kurun dua tahun belakangan ini.

Bulan Juli lalu, Presiden usai meresmikan dan meninjau penataan kawasan Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, La buan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dari penata an di Pulau Rinca, kemudian penataan di pelabuhan lama di Marina, kemudian juga infrastruktur jalan yang dilebarkan dan juga ada yang diperpanjang. Selain itu, juga memperlebar runway dan memper luas terminal bandara Komodo.

Sirkuit Mandalika sukses mengangkat nama daerah Mandalika, alhasil membuat orang berbon dong-bondong untuk datang mengunjunginya. Sedangkan, Labuan Bajo identik dengan Pulau Ko modo yang sudah terkenal sejak dulu. Borobudur dikenal dengan candi Budha terbesar di dunia, bah kan sempat dinobatkan sebagai salah satu keajaiban du-nia. Danau Toba terkenal dengan legendanya yang mendunia. Lantas bagaimanakah dengan Li kupang? Bahkan belum banyak yang tahu letak te patnya Likupang, padahal Likupang juga termasuk salah satu dari kelima DPSP.

Likupang, terletak di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Wisata alam masih menjadi anda lan destinasi tersebut. Pantai, goa, dan ekowisata berupa pemandangan bawah laut dan terumbu karang menjadi surga duniawi para penyelam. Lik upang ditetapkan menjadi salah satu destinasi super prioritas dikarenakan Likupang memiliki potensi khasanah budaya benda (tangible) dan tak benda (intangible) yang luar biasa, di mana termasuk di da lamnya adalah potensi saujana yang belum tergali lebih dalam.

Saujana di sini merujuk pada kondisi geografi yang khas, sejarah kawasan, sumber daya pusaka serta kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Likupang terletak di wilayah pesisir pantai Minahasa Utara yang mana memiliki topografi yang unik dan asli, terdiri dari perbukitan, sungai, dan dataran rendah hingga pesisir pantai. Kawasan pesisir memiliki po tensi atraksi wisata alam yakni Pantai Pulisan dan Pulau Lihaga. Sementara, di wilayah daratan , po tensi yang perlu dikembangkan adalah destinasi wisata berupa Situs Waruga Sawangan.

Habis G20, Terbitlah ATF

Sejauh ini, G20 telah berperan penting dalam per cepatan pengembangan kawasan destinasi super prioritas. Sayangnya, periode Presiden Indonesia akan berakhir di akhir bulan November men datang. Namun bak peribahasa ‘Mati Satu Tumbuh Seribu’, setelah masa Presidensi G20 Indonesia be rakhir, Indonesia resmi menerima tongkat estafet kepemimpinan Asean Tourism Forum (ATF) pada tahun 2023 yang akan datang. Kesempatan emas ini tentunya tidak akan disia-siakan begitu saja.

ATF 2023 akan diselenggarakan di Yogyakarta pada bulan Januari 2023 mendatang. Penyelenggaraan ATF 2023 ini merupakan kali kedua bagi Indonesia selaku tuan rumah. ATF sendiri terdiri dari 10 nega ra anggota ASEAN beserta Jepang, Korea, dan China. Pada pertemuan di 2023 nanti, terdapat dua agenda besar yang akan dilaksanakan di Yogyakarta, yakni pertemuan para menteri Pariwisata para peserta ATF 2023 dan Travel Expo.

Forum ini diinisiasi agar dapat mendorong kolab orasi antara negara-negara anggota terutama un tuk mempromosikan daerah secara holistik sebagai satu tujuan, dengan berbagai budaya, masakan dan komunitas. Alasan Yogyakarta dipilih sebagai loka si puncak acara ATF 2023 karena dinilai memiliki ka- pasitas dan fasilitas memadai. Bukan sebuah keputusan yang salah ketika menjadikan Yogyakar ta sebagai lokasi puncak acara ATF 2023, akan tetapi sangat disayangkan ketika momentum seperti ini tidak dimanfaatkan secara maksimal. Di samping melakukan kunjungan ke Borobudur yang mana se bagai salah satu kawasan destinasi super prioritas, harapan- nya penyelenggaran forum ini juga dapat berdampak pada sektor-sektor lainnya seperti kriya, fashion, senirupa, seni pertunjukan, kuliner, dll.

KOLOM REDAKSI
www.lpmedentsundip.com
45 EDENTS Volume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022 Doak. Edents
*) Penulis merupakan Pemimpin Redaksi LPM Edents
2022

Resensi Film Drifting Home

Trauma, Merelakan Masa Lalu

Oleh : Shela Nur Fajriya

FILM

Genre : Animasi, Drama, Fantasi, Keluarga, Petualangan.

16 September 2022

Aktor : Kana Hanazawa, Mutsumi Tamura, Daiki Yamashita

Hiroyasu Ishida

Hiroyasu Ishida, Hayashi Mori

Eksplorasi Emosional Kosuke dan Natsume

Produser

Koji Yamamoto

120 Menit Rate : 6,2/10 by IMDb

Film animasi besutan Hiroyasu Ishida ini ber cerita mengenai petualangan fantasi enam anak Sekolah Dasar (SD) yang terjebak di se buah apartemen tua yang kelak menjadi kapal dalam mengarungi lautan lepas misterius ber isikan berbagai kenangan. Petualangan surea lis ini berfokus pada dua karakter utama, yai tu Kosuke dan Natsume.

Kosuke dan Natsume adalah sepasang anak yang telah berteman baik sedari kecil karena dahulu tinggal di apartemen tua tersebut. Na mun, hubungan keduanya mulai merenggang seiring bertambahnya usia mereka. Mereka saling menghindari satu sama lain dan senang untuk bertengkar. Petualangan ini memba wa mereka untuk saling membuka luka mas ing-masing dan akhirnya belajar untuk mele paskan.

Cerita dimulai dengan narasi Natsume yang di hadapkan dengan kebingungan karena tidak memiliki rencana liburan apapun, sedangkan liburan musim panas sudah di depan mata. Di sisi lain, Taishi memiliki rencana melakukan proyek uji nyali di gedung apartemen angker yang akan segera dibongkar.

Tidak dapat disangkal, setelah larut dalam cerita dapat dirasakan bahwa fokus dalam film ini adalah mengenai kerumitan hubun gan Kosuke dan Natsume. Natsume sendiri memiliki ikatan emosional dengan apartemen tua tersebut. Banyak kenangan indah saat Ia masih tinggal di sana. Termasuk kenangan ba hagianya bersama Yasujii, kakek Kosuke, yang sudah dianggap sebagai ayahnya. Berada di lingkungan keluarga yang tidak harmonis karena sifat ayahnya yang tempra mental, membuat Natsume membutuhkan so sok ayah yang penuh cinta dan kasih sayang. Sosok ini akhirnya Ia dapatkan dari Yasujii. Namun, kematian Yasujii membuat Natsume kehilangan sumber kebahagiannya dan kem bali merasa hampa. Kesedihan Natsume se makin memuncak dikarenakan apartemen tua itu terbengkalai dan akan dihancurkan dalam waktu dekat. Alhasil, Ia memutuskan untuk menghabiskan banyak waktunya saat liburan musim panas di apartemen angker tersebut. Hal ini disembunyikan kepada Tai shi dan teman-teman lainnya. Takdir berkata lain, Taishi menemukan Natsume di dalam lemari di salah satu unit apartemen tersebut. Singkat cerita, keadaan tidak sesuai rencana. Tiba-tiba saja, saat keenam anak SD tersebut sedang mengalami pertengkaran di rooftop apartemen, hujan deras disertai badai datang dan membuat mereka berpindah dimensi ke lautan lepas dalam sekejap.

Hujan deras disertai badai ini seakan-akan menggambarkan kesedihan hati Natsume yang sudah tidak terbendung. Lautan luas yang terjadi setelahnya seakan duka menda lam yang tidak berujung. Apartemen yang be ralih fungsi menjadi kapal menggambarkan diri Natsume yang terombang-ambing tanpa arah dan semakin tenggelam kian waktu. Leb

: Mengurai
RESENSI FILM 46EDENTSVolume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022
Rilis :
Direktor :
Writers :
:
Distributor : Netflix Durasi :
RESENSI

ih lanjut, setiap Natsume menyalahkan dirin ya atas keadaan yang terjadi, berusaha men ahan perasaannya, dan berpura-pura untuk kuat, akan terjadi suatu kejadian berbahaya. Sementara itu, Kosuke memiliki caranya sendi ri untuk berduka. Kosuke lebih memilih untuk menepis hal-hal yang mendekatkannya pada apartemen tua itu. Menghindari Natsume juga menjadi salah satu jalan yang dipilihnya. Pun, Ia tidak suka dan tanpa segan menolak ajakan Taishi untuk menjalankan proyek uji nyali di apartemen tersebut. Meski pada akhirnya, Ia turut mengikuti misi Taishi dalam proyek tersebut. Walaupun menunjukkan kesedihan dalam bentuk yang berbeda, kehilangan Yasu jii juga memiliki dampak yang signifikan terh adap kehidupan Kosuke.

Nilai Persahabatan Secara keseluruhan, meskipun terkesan ber fokus pada kerumitan hubungan Kosuke dan Natsume, karakter empat tokoh lainnya juga berkembang dengan baik. Dibalik perteng karan demi pertengkaran yang terjadi, insting mereka untuk bekerja sama dalam menghada pi berbagai misteri dan bahaya yang mengha dang tetap berjalan dengan lancar. Kerja sama dalam tim yang dilakukan berha sil membuat mereka bertahan hidup di apar temen dalam kondisi yang mencekam. Dim ulai dari menipisnya bahan makanan untuk bertahan hidup, terungkapnya identitas Nop po, teman Natsume, yang bukan merupakan manusia, hingga macam-macam kapal yang mendekat berwujud bangunan-bangunan yang menyimpan memori yang telah lalu. Film ini juga berhasil mengenalkan sisi so sial manusia yang pasti membutuhkan ban tuan orang lain. Meski merasa mampu untuk melakukan suatu hal secara mandiri, bantuan dari orang lain terasa berarti karena dapat melengkapi kekurangan diri yang seringkali tidak disadari.

Nyaman untuk Ditonton

Di balik keseruan kisah yang tersaji, film ini masih memiliki kekurangan berupa penyele saian konflik yang terasa tanggung. Petual

angan yang disajikan pun belum dapat me menuhi ekspektasi sebagai petualangan yang penuh aksi. Petualangan dalam cerita ini lebih tersuguh sebagai sebuah cerita survival den gan suasana yang menegangkan. Meski demikian, film animasi ini layak diton ton bagi seseorang yang memiliki waktu lu ang dan ingin menonton suatu film. Memiliki grafis animasi yang halus dan terkesan realis tis, film ini cukup nyaman untuk disaksikan meskipun sebelumnya kalian bukan peng gemar film animasi. Karakter-karakter yang hadir mendapatkan porsi berkembang yang tidak terlalu timpang. Adegan-adegan yang ditampilkan juga memiliki makna mendalam nya sendiri sehingga film ini dapat dikatakan sebagai film yang filosofis. Keterampilan sang sutradara dalam menyajikan cerita fantasi ini tidak dapat diragukan.

Kesimpulan Film

Drifting Home adalah film animasi Jepang den gan tokoh anak-anak yang sarat akan pelaja ran dalam hal merelakan kenangan-kenangan yang terjadi di masa lalu. Tentang melepaskan memori yang melekat dalam diri kepada ter minal akhir sehingga dapat bangkit dan move on dari apa-apa yang telah terjadi. Tentang rumitnya manusia dalam merespon duka den gan berbagai caranya masing-masing. Akhir kata, selamat menonton!

47 EDENTS Volume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022
Dok. IMDb.com

Beberapa waktu lalu, berbagai produk Indonesia mejeng di papan iklan Times Square. Tak hanya produk komersil, “program budaya” dan ucapan selamat ulang tahun seorang influencer ternama pun seolah tak ingin ketinggalan untuk tampil di papan iklan tersebut. Ironisnya, respons khalayak untuk kemudian menjadi wacana yang mendominasi ialah melulu rasa kagum dan bangga yang berlebihan sekaligus menganggap hal terse but sebagai sebuah “kemajuan”. Tidak hanya bagi netizen, anggapan semacam ini pun diamini oleh seorang menteri yang gencar mengampanyekan kemajuan UMKM Indonesia melalui perkembangan ekonomi kreatif.

Meskipun sarat ironi, respons semacam itu jelas mudah dimengerti. Mengingat fokus utama dalam arus budaya konsumerisme dan populerisme di ruang urban, tak pernah lepas dari wacana tekstual, wacana visual, dan bentuk-bentuk simbolis lainnya yang, sejauh ini berhasil menyaru, bahkan pada titik tertentu menyatu dengan “sinonim kemajuan.”

Oleh karena itu, bagi negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia yang mayoritas masyarakatnya

mengamini bahwa segala sumber kemajuan melu lu berasal dari Barat, tak heran jika pemasaran produk komersil atau “kampanye budaya” yang diinisiasi jenama lokal atau desa wisata di Bantul pada billboard Times Square itu sebagai capaian yang luar biasa, sebagai sebuah prestasi.

Kita mampu menarik garis demarkasi untuk mem buktikan asumsi itu. Kendati sama-sama ruang publikasi, terdapat perbedaan simbolik yang amat terang benderang antara Times Square dengan pa pan iklan di kota-kota Indonesia.

Alhasil, sebagai komoditi di masyarakat urban, Times Square tentu dianggap jauh lebih “menjual” sebagai ruang pemasaran karena mengandung konotasi “kemajuan” dalam makna simbolisnya. Tak peduli biarpun fungsi utamanya telah, apa yang disebut filsuf cum ahli semiotik Italia, Umberto Eco, “diminimalisasi.”

Padahal, menukil data dari Cavendish University, Zambia pada 2019, sebagaimana dilansir Narasi Newsroom, tingkat keefektifan penjualan seka ligus pertumbuhan perusahaan yang beriklan di Times Square tak sampai di angka 50%. Belum lagi besaran uang yang mesti dikeluarkan untuk biaya

Oleh: Jafar Nur Rizal Tayang di Times Square demi Viral, padahal Industri Iklan dalam Negeri google.com 48EDENTSVolume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022 RUANG LOMBA

pemasangannya. Seperti data yang dilansir oleh Investopedia pada 2020, biaya pemasangan iklan di Times Square berada di kisaran 1,1 hingga 4 juta USD atau setara Rp 15 sampai 57 miliar.

Hal lain yang tidak boleh luput yakni pelbagai pro duk Indonesia yang diiklankan di Times Square sejatinya menarget publik Indonesia sebagai kon sumen produk mereka. Lantas, mengapa mes ti jauh-jauh memasang iklan di papan iklan luar negeri, jika di Indonesia pun berjejalan papan-pa pan iklan “serupa”?

Maksud penulis, di satu sisi semua tahu bahwa memasang iklan di Times Square memang mem bikin cepat viral dan dalam beberapa hal mungkin menguntungkan. Namun, di sisi lain kita juga tahu bahwa mayoritas konsumen produk yang muncul di papan reklame itu masyarakat Indonesia. Entah yang di Jakarta, Jogja, Medan, Jayapura, hingga Makassar, umpamanya.

Tentu sulit menampik bahwa sekalipun mema sang iklan di billboard Times Square, mereka tetap berhasil mencapai target pasar yang diinginkan dalam konteks ini publik Indonesia. Hal ini dikare nakan pola konsumsi kita telah berubah seturut kemudahan akses komunikasi lintas batas jejaring sosial media. Tapi sejenak, mari kita ajukan pertanyaan, “banyakkah publik New York yang me-ngenal produk-produk Indonesia dan peduli terhadap hari ulang tahun seorang influencer Indo nesia yang toh, influencer ini pada dasarnya men jadi terkenal karena memproduksi konten-konten untuk publik Indonesia?”

Terlebih di tengah pemulihan ekonomi pasca pandemi, terlampau banyak pelaku UMKM yang masih kelimpungan, tak terkecuali para pebisnis dunia periklanan di seantero Indonesia. Sebab, di masa hampir segalanya telah “didigitalkan”, bukan berarti kita mesti abai pada apa yang tidak dan/atau belum sempat tampak dalam dunia digital.

Sebagaimana dinyatakan oleh Merilyn Lim dalam pidato kebudayaan 10 November 2021 bertajuk “Algoritme dan Ritme Kebudayaan”, bahwa

sekalipun algoritme media sosial membuat konten tertentu, terutama konten yang dikurasi, muncul, kasat mata, dan menjadi popular, bukan berarti hal-hal yang tidak muncul dan tidak popular adalah tidak penting.

Misal keluhan “kalah saing” dari mereka yang bergelut di dunia bisnis atau jasa percetakan dan periklanan, tetapi sampai saat ini tidak atau belum pernah memasarkan jasanya di jagat digital. Lebih jauh, seperti dilansir Bisnis.com, dalam wawancaranya bersama ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) DKI Jakarta, menerangkan secara paradoks bahwa pertumbuhan belanja iklan di Indonesia dewasa ini terus menurun, khususnya pada masa pandemi.

Seakan-akan menyindir mereka yang memasang iklan di papan reklame luar negeri, bisa kita lihat bagaimana secara mengejutkan sosok Raditya Dika bersama permintaan maafnya di reklamereklame pernah bermunculan di beberapa penjuru Indonesia. Setali tiga uang dengan baliho ucapan selamat ulang tahun buat Bu Sarmintul dari Pak Sarmintul di Jogja. Terlepas dari apa pun alasan Raditya Dika meminta maaf dan kepada siapa ia meminta maaf, juga un gkapan cinta Pak Sarmintul kepada istrinya yang membuat beberapa jiwa jomblo resah, dengan menggunakan jasa reklame dalam negeri, terlebih di tengah pandemi, penulis justru mengang gap apa yang keduanya lakukan lebih luar bia sa dibandingkn mereka yang memasang iklan di reklame luar negeri hanya untuk urun serta dalam ajang kontestasi “Go International!”. Akan tetapi, abai pada industri periklanan dalam negeri. Dengan demikian, agaknya pemasaran produk Indonesia pada papan iklan luar negeri patut kita pertanyakan kembali. Sebab, “bukankah seandainya instansi yang mengampanyekan kebijakan, juga jenama lokal yang mengiklankan produk komersilnya pada papan iklan dalam negeri, perputaran uangnya pun dapat membantu stabilitas laju ekonomi masyarakat Indonesia, terlebih bagi industri iklan Indonesia?”

RUANG LOMBA
49 EDENTS Volume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022

Suasana Malam Semawis yang Tak Lekang oleh Waktu

google.com

Mengenal Waroeng Semawis

Pasar Semawis atau Pasar Malam Semawis yang dikenal juga sebagai Waroeng Semawis, merupakan pasar malam yang menjual berbagai jenis makanan dan minuman (kuliner) serta oleh-oleh khas Semarang. Pasar yang hanya ada setiap akhir pekan ini “digelar” di kawasan pecinan Kota Semarang, tepatnya di sepanjang jalan Gang Warung. Lahirnya pu sat kulineran ini digagas oleh perkumpulan Kopi Semawis (Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata). Pasar Semawis terma suk sebagai bentuk upaya revitalisasi untuk menghidupkan kembali Kawasan Kota Lama Semarang. Kawasan Pecinan telah menja di bagian di mana etnis Tionghoa hidup ber dampingan dengan kota modern Semarang.

Secara administratif juga Pasar Semawis ini termasuk dalam wilayah Kelurahan Krang gan, Kecamatan Semarang Tengah.

Pasar Semawis dimulai dengan Pasar Semawis Imlek pada tahun 2005, setelah pem bukaan Tahun Baru Imlek sebagai hari libur nasional di Indonesia. Agenda pasar yang awalnya hanya dibuka ketika menjelang per ayaan Imlek, justru saat ini menjadi aca ra reguler dan permanen. Terselenggaranya pasar ini diperkuat juga dengan adanya pen cabutan Instruksi Presiden No 14 Tahun 1967 yang melarang perayaan kebudayaan Tiong hoa, yang dilakukan langsung oleh Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Hal ini sekaligus menandai dimulainya perubahan

OPINI MAHASISWA 50EDENTSVolume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022

era keterbukaan budaya di Semarang. Ber tempat di sepanjang jalan Gang Warung, yang termasuk dalam wilayah Kelurahan Krang gan, Kecamatan Semarang Tengah. Kawasan ini dikenal dengan budaya Tionghoa yang kuat. Oleh karena itu, Pasar Semawis banyak didominasi oleh makanan khas Tionghoa dan Semarang.

Mengulik Isi Pasar Semawis

Kawasan Pecinan ini terkenal sebagai ka wasan wisata budaya Tionghoa di Semarang. Saat menginjakkan kaki ke pasar semaw is menyusuri ke dalam gang akan menemu kan banyaknya tenda-tenda yang berjejeran di depan bangunan-bangunan tua menjual berbagai jenis makanan. Adanya semerbak aroma dari setiap makanan terasa menggeli tik hidung dan menjadikan perut keroncongan merasa lapar. Di Pasar Semawis ini sebagai street food kekinian seperti egg roll, cumi ba kar, gula jawa warna warni, hingga makanan khas Semarang semuanya tersedia. Makanan khas Semarang lainnya seperti pisang plenet Semarang, nasi ayam, bubur kacang, es puter, serabi, aneka sate, hingga makanan steamboat yang menarik untuk dicicipi bersama keluar ga atau teman.

Kesibukan Gang Warung semakin ramai de-ngan hadirnya beberapa warga yang berkumpul di ruang tamu rumahnya.

Meskipun tenda-tenda berjejer di depan rumah, pemiliknya tetap membukakan pintu. Bahkan, ada sebuah rumah yang menampilkan pemandangan keluarga berkumpul sambil menyanyikan lagu-lagu Mandarin menggunakan microphone. Layaknya sedang berkaraoke dan juga ada live musik dari band lokal Semarang sehingga menambah keseruan di Pasar Semawis. Tidak hanya wisata kuliner saja, di sini juga bisa melihat bagaimana sejarah kampung pecinan terlihat dari Klenteng yang masih sangat terjaga kelestariannya hingga saat ini. Biasanya jika datang waktu perayaan perayaan hari imlek, kawasan Pecinan Semarang akan menjadi kawasan yang ramai.

Banyak vendor menjual logam dan pernakpernik, terutama dalam warna merah dan emas. Penduduk setempat juga sering melakukan kegiatan arak-arakan, barongsai, dan panggung kesenian tradisional Tionghoa. Pasar Semawis Semarang ini tidak hanya menawarkan wisata kulinernya yang memuaskan, tetapi juga soal suasananya yang mana menunjukkan sebuah kawasan dengan usia yang sudah ratusan tahun. Walaupun demikian, masih menawarkan suasana yang begitu ‘hidup’ dan tak lekang oleh zaman. Bila ingin berkunjung ke Pasar Semawis, memiliki waktu buka di akhir pekan, tepatnya dari hari Jum’at, Sabtu dan Minggu, pukul 18.00 sampai

51 EDENTS Volume 2 Edisi XXXVII Tahun 2022 OPINI MAHASISWA
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.