Bebas Obesitas Dimulai Dari Diri Sendiri

Page 1

BEBAS OBESITAS DIMULAI DARI DIRI SENDIRI Karina Agustin

Dewasa ini, obesitas sudah merupakan suatu epidemi yang mendapatkan perhatian lebih khusus oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh selain permasalahan “kosmetik� yang dapat disebabkannya, kelainan metabolik ini juga dapat menimbulkan berbagai penyakit serius, yang beberapa di antaranya adalah diabetes mellitus tipe 2 yang meningkatkan mortilitas dengan berbagai komplikasi yang disebabkannya, osteoartritis, koleitiasis, sampai penyakit kardiovaskular yang masih merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. 1, 2 Prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahun sejalan dengan modernisasi zaman. Berdasarkan IMT, Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) pada tahun 2010 menyimpulkan bahwa permasalahan gizi pada orang dewasa cenderung lebih dominan untuk kelebihan berat badan, dengan presentase kelebihan berat badan dan obesitas pada penduduk usia diatas 18 tahun sebanyak 21,7%, dibandingkan dengan presentase penduduk yang kurus yaitu 12,6%. Disebutkan pula bahwa presentase obesitas pada laki-laki lebih rendah (16,3%) dibanding perempuan (26,9%). Berdasarkan karakteristik, permasalahan obesitas sangat dominan pada kelompok penduduk yang tinggi di perkotaan, status ekonomi yang lebih baik, dan tingkat pendidikan yang tinggi.3 Obesitas sebagai suatu sindroma metabolik, menurut kamus kedokteran Dorland memiliki definisi sebagai suatu peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan skeletal dan fisik sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh.4 Penentuan obesitas dapat dilakukan dengan pengukuran menggunakan indeks massa tubuh (IMT) sebagai alat indikator utama, yaitu berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi dalam meter kuadrat (m2). Menurut Kriteria Asia Pasifik, dikatakan obesitas apabila jumlah IMT >25 kg/m2. Sedangkan orang memilki faktor resiko apabila IMT 23 – 24,9 kg/m2.1 Obesitas memiliki etiologi yang kompleks bersifat multifaktorial dan jarang memiliki penyebab yang spesifik. Penelitian menunjukan bahwa mutasi


genetik yang diturunkan berperan dalam peningkatan insidensi obesitas dalam suatu keluarga. Penelitian lain juga menunjukan bahwa genetik memberikan konstribusi sebanyak 33% terhadap timbulnya obesitas5, dan beberapa diantaranya yang telah ditemukan adalah mutasi pada gen leptin dan reseptor leptin yang terdapat nukleus arkuatus dan nukleus paraventrikel di dalam hipotalamus.6 Leptin adalah hormon yang berhubungan dengan lipogenesis, yang membatasi penyimpanan lemak tidak hanya dengan mengurangi masukan makanan, tetapi juga dengan mempengaruhi jalur metabolik yang spesifik di adiposa dan jaringan lainya.1 Mutasi yang terjadi pada leptin dan reseptornya dapat mengganggu keseluruhan proses tersebut sehingga dapat mencetuskan terjadinya obesitas.6 Namun, perlu diketahui bahwa dalam satu keluarga, anggota keluarga tersebut tidak hanya berbagi gen, tetapi juga kebiasaan gaya hidup dan makanan. Sehingga ketersediaan makanan juga menjadi salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam memicu terjadinya obesitas.7 Selain itu, faktor krusial lainnya adalah kurangnya aktivitas fisik. Orangorang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Sehingga apabila seseorang mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik, maka kecenderungan untuk menderita obesitas juga akan semakin meningkat. Masalah psikologis seperti stres, rasa cemas, depresi dan kebosanan juga terbukti mengubah perilaku makan melalui cara-cara yang tidak berkaitan dengan kebutuhan energi. Pengaruh hormon juga megambil andil dalam memicu obesitas yaitu dengan penurunan hormon tiroid dalam tubuh akibat menurunnya fungsi kelenjar tiroid akan mempengaruhi metabolisme dimana kemampuan menggunakan energi akan berkurang.7 Obesitas yang melibatkan mutasi genetik merupakan sindroma yang tidak dapat dicegah dan sampai saat ini belum dapat diobati. Pengaruh hormon juga memerlukan tatalaksana farmakologik dalam penanganannya oleh dokter yang berkompeten dibidangnya. Namun sebagai suatu kelainan yang bersifat multifaktorial, pencegahan dapat dilakukan pada penyebab-penyebab selain genetik dan hormon, sehingga kemungkinan terjadinya obesitas dapat dihindari. Terdapat tiga modifikasi yang dapat dilakukan guna mencegah terjadinya obesitas


yaitu, The role of dietary composition, The role of exercise, dan The Role of behavior modification.8 The Role of dietary composition, merupakan faktor penting dalam mencegah terjadinya obesitas. Makanan yang kaya gula yang diserap usus akan diubah menjadi lipid apabila glikogen yang dibentuk melalui perantara hormon insulin sudah melebihi dari ambang batas dan disimpan di jaringan adiposit.9 Penelitian oleh Qibin Qi dan rekan-rekannya menyimpulkan bahwa dengan mengkonsumsi minuman yang kaya gula berkonstribusi terhadap obesitas melalui beberapa mekanisme potensial termasuk kandungan kalori yang tinggi, tingkat kekenyangan yang rendah dan mekanisme kompensasi yang tidak lengkap terhadap kalori jenis cairan ini, sehingga mengakibatkan peningkatan konsumsi.10 Pada orang yang beresiko obesitas, kalori per hari yang dianjurkan adalah berat badan dikali 20 kalori.11 Kabohidrat sebagai sumber glukosa utama yang berperan dalam metabolisme terdapat pada padi-padian atau serealia, umbi-umbian, kacang-kacang kering, dan gula. 1 gram karbohidrat mengandung 4 kkalori. Konsumsi karbohidrat yang dianjurkan adalah 60-75% dari kalori total. Lipid sebagai makronutrien esensial tubuh lainnya yang bersumber dari minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang kedelai, jagung, dan sebagainya), mentega margarin, lemak hewan, susu, keju, serta makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak dapat memicu obesitas apabila simpanannya dalam jaringan adiposa di tubuh telah berlebihan. Setiap 1 gram dari lemak dan minyak mengandung 9 kkalori. WHO menganjurkan untuk mengkonsumsi lemak sebanyak 20-30% dari kebutuhan energi total yang dapat memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan untuk penyerapan vitamin-larut lemak. Protein yang berfungsi sebagai pembangun dan pemeliharan sel-sel jaringan tubuh serta sebagai “pengangkut� bahan-bahan esensial metabolisme tubuh yang terbagi menjadi protein hewani (telur susu , daging, unggas, ikan, dan kerang) dan protein nabati (kacang kedelai dan produk olahannya serta kacang-kacangan lain) mengandung 4 kkalori untuk tiap gramnya. Jumlah protein yang dibutuhkan untuk kesehatan adalah 10-20% dari kebutuhan energi total.12 Penelitian terbaru menemukan bahwa ekstrak teh hijau dapat mengurangi lemak viseral dengan


mengubah ekspresi dari gen pengkatabolisme lipid dan SOCS3 (suppressor of cytokine signaling 3b)13 The role of exercise, menjadi acuan penting berikutnya dalam mencegah terjadinya kelainan metabolik ini. Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Copenhagen di Denmark menyimpulkan bahwa olahraga paling optimal dilakukan selama 30 menit.14 Olahraga yang teratur setiap hari selama 30 menit dapat mengurangi resiko obesitas dengan menggunakan simpanan glukosa dan lipid yang terdapat pada hati dan jaringan adiposa sebagai sumber energi sehingga dapat mencegah akumulasi lipid yang berlebihan pada jaringan tersebut.7 Penelitian lain juga menemukan bahwa olahraga dapat meningkatkan sensitisasi insulin terhadap reseptornya di sel tubuh sehingga meningkatkan kualitas dan kuantitas metabolisme tubuh.15 The role of behavior modification, menjadi pelengkap dalam upaya menjaga tubuh dalam bentuk proposional dan ideal dalam tolak ukur IMT. Walaupun bukan sebagai faktor yang absolut, seringkali kebiasaan makan yang berlebihan akibat stres, rasa cemas, depresi dan kebosanan, menyebabkan peningkatan resiko obesitas.7 Selain itu, kebiasaan yang buruk seperti tidur malam dapat memicu sekresi dari hormon Ghrelin yang dapat meningkatkan nafsu makan.16 Selain itu jadwal makan yang tidak teratur juga dapat menyebabkan metabolisme yang tidak optimal karena tubuh kita memiliki jam biologis penentu sekresi hormon dan metabolisme yang bersifat individual.17,18 Mengkonsumsi alkohol yang berlebihan juga dapat meningkatkan resiko obesitas dalam mekanisme yang belum diketahui.19 Oleh karena itu penting diperhatikan untuk menjaga pola dan jadwal makan, kebiasaan hidup yang baik, dan menghindari gangguan emosi berlebihan dan alkohol dalam menghindari resiko terjadinya obesitas. Akhirnya, Pencegahan obesitas sebenarnya bukan merupakan hal yang sulit apabila setiap orang lebih menaruh perhatian terhadap resiko obesitas dan cara penanggulangan resiko tersebut. Pencegahan obesitas akan lebih efektif apabila terdapat kesadaran diri untuk memulai dari diri sendiri.


Daftar Pustaka: 1. Sugondo S. Obesitas. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta: EGC.2009 Hal 1973-83. 2. Brandt KD. Osteoartritis. Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper, et al, editor. Harrisons: Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi 13. Jakarta: EGC; 2000. Hal 1331-40. 3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar [online]. Cited 2012 Nov 20. Available from URL:http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/lapnas _riskesdas2010/Laporan_riskesdas_2010.pdf 4. Dorland’s illustrated medical dictionary. 31th ed. USA: Saunders Elsevier; 2007. Obesity; p. 1329. 5. Stunkard AJ. Factors In obesity: Current Views. Pena M, Bacallao J, editor. Obesity and Poverty: A New Public Health Challenge. Washington DC: PAHO. 2000 Hal 23-7. 6. Kumar, Cotran, Robbins, editor. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC; 2007. Hal 336-42. 7. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 7. Jakarta: EGC; 2009. 8. Rosenbaum M, Rudolph L, Leibel, Hirsch J. Obesity. N Engl J Med. 1997 Aug 7;337:396-407 9. Harris RA. Carbohydrate Metabolism I: Major Metabolic Pathways. Devlin TM, editor. Textbook of Biochemistry with Clinical Correlations. New York: Wiley-Liss; 2002. Hal 597-664. 10. Qibin Q, Audrey Y, Chu, Kang JH, Majken K, Jensen, et al. SugarSweetened Beverages and Genetic Risk of Obesity. N Engl J Med. 2012 Oct 11;367:1387-96. 11. Budiyanto AK. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Edisi 2. Malang: UMM Press; 2004 12. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan ke 9. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2010.


13. Hasumura T, Shimada Y, Kuroyanagi J, Nishimura Y. Green Tea extract Suppresses Adiposity and Affects the Expression of Lipid Metabolism Genes in Diet-Induced Obese Zebrafish. BMC NM. 2012;9:73. doi:10.1186/1743-7075-9-73 14. Rosenkilde M, Auerbach P, Reichkendler MH, Ploug T, Stallknecht BM, SjÜdin A. Body Fat Loss and Compensatory Mechanisms in Response to Different Doses of Aerobic Exercise—a Randomized Controlled Trial in Overweight

Sedentary

Males.

AJP

Regu

Physiol.

2012

Sept

15;303(6):571-9. 15. Borghouts LB, Keizer HA. Exercise and Insulin Sensitivity: a Review. Int J Sports Med. 2000 Jan;21(1):1-12. 16. Denke MA. Obesity: Epidemiologi, Pathophisiology, Prevention. Bagchi D, Preuss HG, editor. CRC Series in Modern Nutrition Science. Boca Raton (FL): CRC Press. N Engl J Medn. 2007 Dec 13;357:2526-2527. doi: 10.1056/NEJMbkrev58804 17. Hatori M, Vollmers C, Zarrinpar A, DiTacchio L, Bushong EA, Gill S, et al. Time-Restricted Feeding without Reducing Caloric Intake Prevents Metabolic Diseases in Mice Fed a High-Fat Diet. Cell Metabolism. 2012 Jun 6;15:1-13. doi:10.1016/j.cmet.2012.04.019. 18. Salk study may offer drug-free intervention to prevent obesity and diabetes. Salk Institute for Biological Studies [Internet]. [cited 2012 May 17]. Available from: http://www.salk.edu/news/pressrelease_details.php?press_id=560 19. Cready G, Kyle T. Alcoholism & Obesity. Obesity Action Coalition [Internet].

[cited

2012

Nov

22].

Available

from:

http://www.obesityaction.org/educational-resources/resource-articles2/general-articles/alcoholism-obesity.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.