Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto

Page 64

PENDAHULUAN

kebisuan.”93 Suharto yang merencanakan pembunuhan namun ia memastikan bahwa ia tidak dapat dibuktikan sebagai dalangnya. Saat pembunuhan-pembunuhan terjadi ia tidak menyinggungnya sama sekali, tapi memuji-muji proses abstrak tentang penghancuran PKI “sampai ke akarakarnya.”94 Caranya menutupi dan sekaligus memuji pembunuhan itu mirip dengan cara yang dipakai para pelaku genosida di Rwanda: “Serang korban secara verbal, bantah – bahkan di hadapan bukti yang paling jelas sekalipun – bahwa telah atau sedang terjadi kekerasan fisik dan hindari masalah tanggung jawab sehingga, sekalipun ada korban, identitas para pembunuh tetap kabur dan tidak dapat dipastikan, hampir lebur dalam ketiadaan. Saat berbicara kepada para pendukungmu jangan pernah menuntut ‘penghargaan’ atas apa yang sesungguhnya kamu perbuat tetapi isyaratkan keuntungan besar yang diperoleh dari perbuatan-perbuatan tak bernama yang telah dilakukan, berbagi persekongkolan dalam rahasia tak terkatakan dengan pendengarmu.”95 Kesimpulan yang saya tarik dari literatur yang tersedia dan dari wawancara dengan para korban, pelaku, dan saksi ialah bahwa pada umumnya pembunuhan itu merupakan eksekusi terhadap tawanan. Berlawanan dengan keyakinan umum, kekerasan gila-gilaan oleh penduduk desa bukanlah merupakan pola. Biasanya pasukan Suharto memilih melakukan penghilangan misterius ketimbang eksekusi di depan publik untuk memberi contoh kepada masyarakat. Tentara dan milisi cenderung melancarkan pembantaian besar-besaran secara rahasia: mereka mengambil para tahanan dari penjara pada malam hari, membawa mereka dengan truk ke tempat-tempat terpencil, mengeksekusi mereka, lalu mengubur jasad-jasad mereka dalam kuburan massal tanpa tanda, atau melemparnya ke sungai.96 Jika dibandingkan dengan pembunuhan massal itu, G-30-S tampak seperti peristiwa kecil saja. Buku ini saya beri judul Dalih Pembunuhan Massal untuk menekankan bahwa arti penting sesungguhnya G-30-S terletak pada hubungan gerakan ini dengan peristiwa yang mengikutinya. Gerakan 30 September menjadi peristiwa penting hanya karena Suharto dan para perwira di sekitarnya pada awal Oktober 1965 memutuskan untuk membuat peristiwa itu menjadi penting: mereka mengeramatkan G-30-S, maksudnya, mereka berikan arti penting yang lebih besar dari yang sebenarnya termuat dalam gerakan ini. Mereka mengguna-

38


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.