Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto

Page 53

DALIH PEMBUNUHAN MASSAL: GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO

istilah karet tidak langsung.) Dua orang pakar tentang Indonesia dari Cornell University, Benedict Anderson dan Ruth McVey, pada awal 1966 mengamati bahwa tentara Suharto telah memulai kampanye antikomunis cukup lama sesudah G-30-S hancur dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangkit kembali. Di antara saat G-30-S tamat riwayatnya dengan saat penangkapan massal oleh tentara dimulai, “tiga minggu berlalu tanpa adanya kekerasan atau tanda-tanda terjadinya perang saudara, bahkan menurut Angkatan Darat sendiri.” Dua penulis itu berpendapat bahwa G-30-S dan kampanye antikomunis yang mengikutinya “merupakan fenomena politik yang sama sekali terpisah” (cetak miring penegas dalam teks asli).58 Kekerasan yang terjadi sepanjang akhir 1965 sampai awal 1966 harus dilihat lebih sebagai saat awal pembangunan sebuah rezim baru, ketimbang sebuah reaksi wajar terhadap G-30-S. Suharto dan para perwira tinggi Angkatan Darat lainnya menggunakan G-30-S sebagai dalih untuk menegakkan kediktatoran militer di negeri ini. Mereka perlu menciptakan keadaan darurat nasional dan suasana yang sama sekali kacau jika hendak menumbangkan seluruh generasi kaum nasionalis dan menyapu bersih cita-cita kerakyatan Presiden Sukarno. Mereka mengetahui bahwa mereka harus melawan pendapat umum.59 Suharto saat itu relatif bukan siapa-siapa, seorang pejabat biasa, yang bersiasat untuk menggeser sang pemimpin karismatik bangsa. Ia dan para pemimpin militer lainnya mengetahui bahwa mereka akan menghadapi perlawanan hebat jika militer melancarkan kudeta terhadap Sukarno secara langsung tak berselubung. Alih-alih menyerang istana terlebih dulu, Suharto justru menyerang masyarakat dengan kekerasan secepat kilat, lalu dengan menginjak-injak penduduk yang dicengkam ketakutan dan kebingungan melenggang masuk ke istana. Suharto sendiri, tak mengherankan, menyangkal bertanggung jawab atas kekerasan massal 1965-66 – pelaku jarang mau mengakui kejahatan mereka di hadapan publik.60 Dalam catatan resmi dinyatakan bahwa “penumpasan PKI” telah dilakukan melalui tindakan administratif dan tanpa pertumpahan darah; orang yang dicurigai ditangkap, diperiksa untuk memastikan bersalah atau tidak, lalu dibagi dalam tiga golongan (A, B, dan C) sesuai tingkat keterlibatan masing-masing di dalam G-30-S, lalu dipenjarakan. Catatan resmi tidak pernah menyebut

27


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.