Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto

Page 351

DALIH PEMBUNUHAN MASSAL: GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO

mengundurkan diri.4 4. Waktu diteliti kembali ternjata kekuatan jang positip di fihak kita hanja satu kompi dari Tjakrabirawa. Pada waktu itu telah timbul keragu2-an, tetapi ditutup dengan sembojan “apa boleh buat, kita tidak bisa mundur lagi.” 5. Dengan adanja kawan perwira jang mengundurkan diri, maka terasa adanja prasangka dari team pimpinan terhadap kawan lain di dalam kelompok itu. Saran2 dan pertanjaan2 dihubungkan dengan pengertian tidak kemantapan dari si penanja. Misalnja, bila ada jang menanjakan bagaimana imbangan kekuatan, maka didjawab dengan nada jang menekan: “ja, Bung, kalau mau revolusi banjak jang mundur, tetapi kalau sudah menang, banjak jang mau ikut.” Utjapan2 lain: “kita ber-revolusi pung-pung5 kita masih muda, kalau sudah tua buat apa.” 6. Atjara persiapan di L.B. [Lubang Buaya] kelihatan sangat padat, sampai djauh malam masih belum selesai, mengenai penentuan code2 jang berhubungan dengan pelaksanaan aksi. Penentuan dari peleton2 jang harus menghadapi tiap2 sasaran, tidak dilakukan dengan teliti. Misalnja, terdjadi bahwa sasaran utama mula2 diserahkan pelaksanaannja kepada peleton dari pemuda2 jang baru sadja memegang bedil, kemudian diganti dengan peleton lain dari tentara, tetapi ini pun bukan pasukan jang setjara mental telah dipersiapkan untuk tugas-tugas chusus.6 Fakta2 pada hari pelaksanaan: 7. Berita pertama jang masuk bahwa Djenderal Nasution telah disergap, tetapi lari. Kemudian team pimpinan kelihatan agak bingung dan tidak memberikan perintah2 selandjutnja. 8. Menjusul berita bahwa Djenderal Nasution bergabung dengan Djenderal Suharto dan Djenderal Umar di Kostrad. Setelah menerima berita ini pun, pimpinan operasi tidak menarik kesimpulan apa2.

325


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.