Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto

Page 272

5. AIDIT, PKI, DAN G-30-S

anggota Dewan Harian. Saya tidak tahu siapa di antara pimpinan PKI yang masih hidup yang berbicara atas nama Central Comite yang secara mendasar sudah dihancurkan pada akhir 1970-an. Pengarang atau para pengarang anonim ini menempuh garis pro-Uni Soviet dan mengutuk G-30-S sebagai akibat dari kecenderungan Maois Aidit dan lingkarannya. Subekti secara selintas menyebut dalam dokumen rahasianya pada 1986 bahwa Ruslan Wijayasastra, sesama kawannya di penjara Cipinang, adalah Ketua Central Comite. Subekti pastilah bukan pengarang buklet itu karena dalam dokumennya tahun 1986 ia mengkritik Aidit dari sudut pandang Maois. Buklet ini tanpa bukti juga menuduh Sukarno merancang G-30-S dan minta Aidit untuk membantu melaksanakannya. Sebagian besar argumentasi dalam buklet ini dapat diabaikan sebagai spekulasi yang sengaja dirancang untuk berbetulan dengan kesimpulan dogmatik yang telah ditetapkan sebelumnya. Namun, buklet ini boleh jadi benar tentang beberapa hal tertentu yang dapat diperkuat dengan sumber-sumber lain, misalnya tentang Aidit yang dalam minggu-minggu menjelang peristiwa menggunakan orang-orang kepercayaannya saja. 32 Friend, Indonesian Destinies, 102. Informasi Friend berasal dari Kolonel George Benson,

asisten Duta Besar Amerika Serikat di Jakarta untuk program Amerika Serikat yang mendorong para perwira Angkatan Darat agar lebih aktif dalam urusan-urusan sipil. 33 Subekti, “G-30-S Bukan Buatan PKI,” 13. 34 Ibid., 12. 35 Ibid., 15. 36 Subekti, “Jalan Pembebasan Rakyat Indonesia,” 45-46. 37 Analisis Subekti dapat dikritik karena sifatnya yang membenarkan diri-sendiri. Ia mengecam Aidit karena bertindak sendiri dan mencela hampir setiap anggota Politbiro lainnya karena mereka tidak melawan. Tapi ia tidak mengkritik dirinya sendiri yang tidak melawan. Seperti diakuinya dalam pledoinya di depan mahkamah pengadilan, sebelum G-30-S terjadi ia semacam abdi setia Aidit. Subekti menyetujui, walau mungkin tak sepenuhnya sepakat, strategi Aidit untuk mendahului Dewan Jenderal secara militer. Kesalahan nahas yang disadari oleh Subekti dan pimpinan Politbiro lainnya sesudah kekalahan G-30-S merupakan kesalahan yang sebelumnya tidak terlihat oleh mereka. 38 Wawancara dengan Tan Swie Ling. 39 Mantan anggota Politbiro Peris Pardede mengklaim bahwa Aidit menyampaikan kepada Politbiro pada Agustus, saat menjelaskan tentang beberapa perwira progresif yang akan bertindak melawan Dewan Jenderal, bahwa strategi mendahului mempunyai keuntungan dan kerugian. Ketika ditanyai mana yang lebih baik, menunggu Dewan Jenderal bertindak atau mendahului mereka, Aidit menjawab, “Mengenai untung rugi, dua-duanja ada untung, ada ruginja.” (kesaksian Pardede, G-30-S Dihadapan Mahmillub, Perkara Njono, 132). Pengakuan ini tampaknya bisa dipercaya. Kita harus membayangkan bahwa Aidit sedang menimbang-nimbang pilihannya. 40 Yani, Profil Seorang Prajurit TNI, 178; Soebandrio, Kesaksianku Tentang G-30-S, 12. 41 Mortimer, Indonesian Communism Under Sukarno, 394.

246


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.