Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto

Page 238

5. AIDIT, PKI, DAN G-30-S

Subekti jauh lebih terus terang tentang hal ini dalam dokumen rahasianya tahun 1986. Ia mempersalahkan Aidit dan para pimpinan partai lainnya jauh lebih mendalam dalam hal merancang G-30-S. Versi Subekti mengenai kejadian-kejadian tersebut patut diperhatikan dengan cermat karena ia, dibanding dengan tokoh-tokoh lainnya, dalam posisi lebih mengetahui gerak-gerik Aidit selama Agustus dan September. Sebagai panitera Politbiro, ia juga berperanan sebagai semacam sekretaris pribadi Aidit. Dalam uraian rahasianya Subekti menyatakan bahwa Aidit bertemu Sjam dalam Agustus 1965 untuk membahas kemungkinan melancarkan aksi militer melawan Dewan Jenderal. Aidit masih mempelajari pilihan-pilihannya pada saat itu. Sjam meyakinkan Aidit bahwa ia dapat mengerahkan para simpatisan partai di dalam tubuh militer untuk pelaksanaan aksi itu. Kemudian Aidit melakukan pendekatan terhadap Politbiro. Dengan bayangan aksi militer itu akan dilaksanakan oleh para perwira militer sendiri, terlepas dari partai, Politbiro sepakat pada sebuah sidang di Agustus untuk memberikan “dukungan politis.” Aidit lalu membentuk satu tim khusus pilihan dari anggota-anggota Politbiro untuk membahas dengan cara-cara apa partai akan mendukung para perwira itu. Subekti tahu tentang tim ini karena ia sendiri termasuk di dalamnya. Ia mengikuti diskusi-diskusi tim “tidak sebagai peserta penyumbang pikiran atau pendapat, tetapi sebagai tukang catat keputusankeputusan yang diambil oleh kolektif tersebut di atas.”29 Para anggota tim ialah, menurut ingatan Subekti, Aidit, Sudisman, Oloan Hutapea, Lukman, dan Rewang. Tim ini kerap bertemu dari akhir Agustus sampai akhir September dengan tiga anggota inti Biro Chusus, Sjam, Pono, dan Bono. Dengan demikian Aidit tidak melibatkan Politbiro beserta seluruh Dewan Hariannya dalam proses pengambilan keputusan. Beberapa anggota badan-badan ini dibiarkan dalam kegelapan. Khususnya Njoto disisihkan dari lingkaran ini. Subekti mencatat, “Dalam semua diskusi ini kawan Mansur (Njoto) oleh DN Aidit dengan sadar tidak diikutsertakan karena pertimbangan ideologis. Bagi Nyoto tidak dipercaya karna berdasarkan pengalaman lebih dianggap Sukarnois daripada Komunis.”30 Oey Hay Djoen (yang dekat dengan Njoto) menyampaikan kepada saya bahwa Aidit hanya bersandar pada orang-orang kepercayaannya saja dalam minggu-minggu sebelum kejadian.31

212


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.