Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto

Page 224

4. SJAM DAN BIRO CHUSUS

pernah di Tiongkok dan mengenal Sjam dengan baik. 39 Iskandar Subekti, “G-30-S Bukan Buatan PKI,” 15. 40 Heru Atmodjo teringat bagaimana Supardjo terkesan oleh cerita yang didengarnya tentang kemampuan fisik tentara gerilya Mao semasa perang dalam tahun-tahun pra-1949 di Tiongkok. Para gerilyawan tersebut dilatih untuk berlari sehari penuh tanpa berhenti. Ini memungkinkan mereka mengecoh pasukan musuh yang tidak memperhitungkan bahwa para gerilyawan mampu berpindah posisi dengan begitu cepat. Dengan mencamkan cerita ini di batinnya Supardjo membujuk teman-temannya sesama tahanan di Cimahi – Atmodjo, Untung, dan beberapa lagi yang lain – untuk lari-lari mengelilingi halaman dalam penjara dan berangsur-angsur membangun daya tahan fisik mereka. Ia belajar dari tuan rumahnya di Tiongkok bahwa jika orang mampu berlari dengan langkah-langkah ajek selama empat puluh menit tanpa henti, ia akan mampu berlari sepanjang hari. Karena itu para tahanan ini lalu berlatih berlari. Supardjo mempunyai tujuan praktis: ia merencanakan bahwa mereka akan melarikan diri dari penjara dan kemudian berlari sepanjang malam tanpa henti. Dengan demikian mereka akan mampu berada di luar kawasan yang akan menjadi sasaran pencarian penguasa terhadap mereka (wawancara dengan Heru Atmodjo, 14 Desember 2002). 41 Wawancara dengan Sucipto. 42 Anderson kepada penulis. 43

Dalam kesaksiannya pada Juli 1967 Sjam menyebut “Kolonel Sidik” sebagai “perwira progresif,” yang biasa bertemu dengan Biro Chusus. Pada waktu itu Kolonel Muhammad Sidik Kardi adalah penuntut untuk Mahmilub. Ia ditangkap hanya beberapa pekan kemudian, pada Agustus 1967, dan dipenjarakan selama dua belas tahun. Saya kebetulan mewawancarai Kolonel Sidik pada 2000 sebelum saya membaca kesaksian Sjam. Sidik menganggap bahwa ia ditahan karena ia menolak bekerja sama dalam usaha menuntut Presiden Sukarno. Sidik tidak menyebut tuduhan Sjam (wawancara dengan Kardi). Namun, kesaksian Sjam tentu merupakan faktor di balik penahanannya. Sayang Sidik meninggal sebelum saya bisa mewawancarainya lagi. 44 Iskandar Subekti, “Kata Pendahuluan,” 3. 45 Di sidang Mahmilub untuk Pono, Sjam mengatakan bahwa ia sudah diminta sebagai saksi dalam kira-kira sepuluh persidangan (Kesaksian Sjam, transkrip Mahmilub, persidangan Supono (Pono), Januari 1972). 46 Siauw Giok Tjhan, “Berbagai Catatan,” 9. 47 Saya mengetahui tentang pengkhianatan Pradigdo dan Pardede sudah terlebih dahulu. Informasi yang diungkapkan Pradigdo mengakibatkan banyak pimpinan dan anggota partai ditangkap. Tentang Suwarto, Kusnan, dan Komalasakti lihat Siauw Giok Tjhan, “Berbagai Catatan,” 9, 15-16. Orang-orang ini menjadi interogator dan penyiksa untuk kepentingan tentara. Martin Aleida mengatakan bahwa Komalasakti menjadi pembantu tentara di Jakarta untuk mengejar bekas kawan-kawannya sendiri (wawancara dengan Aleida). Cerita yang tidak menyenangkan tentang Komalasakti juga terdapat dalam karangan otobiografi Munadi, mantan tapol juga, “Yang Tak Terlupakan,” 5-6.

198


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.