Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto

Page 135

DALIH PEMBUNUHAN MASSAL: GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO

sebuah aksi yang direncanakan untuk gagal.55 Dalam karangan berikutnya pada 1979 Wertheim sekali lagi menuduh Sjam sebagai antek tentara di dalam PKI. Ada “satu orang tertentu sebagai manipulator konspirasi yang lihai: manusia misterius Sjam yang bekerja sebagai agen Angkatan Bersenjata.”56 Sjam bekerja atas nama unsur-unsur antikomunis dalam Angkatan Darat dan diganjar dengan perlakuan istimewa di penjara, “Ia diperlakukan dengan hormat oleh para interogator dan tak seorang pun pernah melihatnya dianiaya atau disiksa selama atau sesudah interogasi. Ia diberi balas jasa untuk sikapnya yang ‘kooperatif ’ selama persidangan dengan perlakuan yang sangat istimewa baik ketika di penjara Nirbaya dekat Jakarta, maupun belakangan ketika di Rumah Tahanan Militer (RTM). Ia dipindahkan ke RTM atas permintaan sendiri karena rupanya ia merasa lebih aman di sana. Semua ini terjadi kendati putusan hukuman mati telah dijatuhkan atasnya.”57 Kiranya Wertheim benar dalam satu hal: Suharto mengenal dekat baik Latief maupun Untung. Dalam sidangnya pada 1968 Latief membenarkan apa yang sudah diakui Suharto: keduanya bertemu pada malam hari 30 September 1965. Tapi ia membantah pernyataan Suharto bahwa keduanya tidak saling berbicara. Latief bersaksi bahwa ia memberi tahu Suharto tentang adanya beberapa perwira Angkatan Darat yang akan mengambil tindakan terhadap Dewan Jenderal, “sehari sebelum kejadian itu saya melapor langsung kepada Bapak Mayjen. Suharto, sewaktu beliau berada di RSPAD [Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat] sedang menunggui putranya yang ketumpahan sup panas. Dengan laporan saya ini, berarti saya mendapat bantuan moril, karena tidak ada reaksi dari beliau.”58 Latief bercerita lebih lanjut. Ia menyatakan bahwa ia juga sudah membicarakan masalah Dewan Jenderal dengan Suharto satu hari sebelumnya (29 September) di kediaman Suharto di Jakarta, Dua hari sebelum peristiwa tanggal 1 Oktober 1965, saya beserta keluarga mendatangi ke rumah keluarga Bapak Jenderal Suharto di Jalan Haji Agus Salim, yang waktu itu beliau masih menjabat sebagai Panglima Kostrad. Di samping acara kekeluargaan saya juga bermaksud: ‘Menanyakan dengan adanya info Dewan Jenderal, sekaligus melaporkan kepada beliau.’ Beliau sendiri justru memberitahukan kepada saya: ‘Bahwa

109


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.