Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto

Page 111

DALIH PEMBUNUHAN MASSAL: GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO

wakil komandan pasukan kawal istana. Tapi malam itu ia juga pejabat komandan karena komandan pasukan, Brigjen Sabur, berada di luar kota. Dalam pasukan kawal istana, yang disebut Cakrabirawa, ada satu satuan kecil pengawal pribadi presiden yang dikenal sebagai Detasemen Kawal Pribadi Presiden (DKP). Satuan kecil DKP ini merupakan lingkar pertama yang berada paling dekat dengan sekeliling tubuh presiden. Komandan DKP, Letnan Kolonel Mangil Martowidjojo, telah menulis dengan rinci dalam memoarnya tentang gerak-gerik Sukarno pada pagi hari 1 Oktober 1965 (lihat Martowidjojo, Kesaksian Tentang Bung Karno, 378-398). 9

Kolonel Saelan menyatakan bahwa salah seorang bawahan Untung, Kapten Suwarno, menghampirinya pada sekitar pukul 5.45 pagi dan bertanya di mana presiden berada (Saelan, Dari Revolusi ‘45 Sampai Kudeta ‘66, 309). Ini mungkin memberi petunjuk bahwa sampai detik terakhir kelompok Untung masih mencari-cari presiden. Suwarno inilah yang menjumpai Supardjo di istana dan menyampaikan bahwa presiden tidak ada di tempat. 10 Wawancara dengan Heru Atmodjo, 14 Desember 2002. 11 Lihat wawancara dengan Omar Dani dalam Katoppo, Menyingkap Kabut Halim 1965, 240. 12 Lihat pernyataan Sukarno pada 3 Oktober 1965, dalam Setiyono dan Triyana, Revolusi Belum Selesai, 1:18. 13 Waktu yang ditunjukkan di sini waktu perkiraan. Menurut ingatan Letkol Mangil Martowidjojo, Sukarno tiba di pangkalan udara Halim sekitar pukul 9.00 pagi (Martowidjojo, Kesaksian Tentang Bung Karno, 389). Agaknya Supardjo tiba lebih awal dari Sukarno. Ketika Supardjo tiba, ia berbicara sebentar dengan Omar Dani di kantor utama, kemudian pergi menemui para pimpinan inti G-30-S. Supardjo sudah meninggalkan kantor komandan Halim saat Sukarno dan rombongannya tiba. 14 Kapan waktu pembunuhan setepatnya tidak diketahui. Badan intelijen AS, Central Intelligence Agency (CIA), dalam laporannya tentang G-30-S yang diterbitkan, menyebut jenderal-jenderal itu dibunuh sekitar pukul 7.00 pagi (CIA, Indonesia – 1965, 21). Menurut ingatan seorang prajurit kawal istana, yang berada di Lubang Buaya saat itu, Sersan Mayor Bungkus, pembunuhan terjadi sekitar pukul 9.30 (wawancara dengan Bungkus). Untuk komentar Bungkus tentang pembunuhan yang telah terbit, lihat Anderson, “World of Sergeant-Mayor Bungkus,” 27-28). 15 Tanggal-tanggal pertemuan, topik-topik diskusi, nama-nama semua yang hadir, dan berbagai pendapat yang dikemukakan dalam pertemuan tidak dapat diketahui dengan kepastian sedikit pun. Kisah-kisah dari rezim Suharto disusun atas dasar kesaksian Sjam. Tapi kita tidak mempunyai alasan mempercayai kata-kata Sjam tentang masalah ini. Notosusanto dan Saleh menyatakan bahwa komplotan ini bertemu sepuluh kali dari 17 Agustus sampai 29 September (lihat Tragedi Nasional, 11-13). Laporan CIA menyatakan, mereka bertemu delapan kali dari 6 September sampai 29 September (Indonesia – 1965, 110-157). 16 Wawancara dengan Heru Atmodjo, 14 Desember 2002. 17 Tentang kehadiran Kusno, lihat Siauw Giok Tjhan, “Berbagai Catatan,“ 5-7. Iskandar Subekti di depan pengadilan mengakui ia berada di Halim bersama Aidit (Subekti, “Jalan

85


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.