Paper Show 5 2017

Page 1

Upaya Petani Sagu Dalam Usaha Budi Daya Sagu Pasca-Proyek Kanalisasi Studi di Desa Sungaitohor, Riau Anugrah Cahyo Widodo Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Khoirunnisa Damayanti Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan

M. Faiz Rambey Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Prihatini Dini Novitasari Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan

Startian Bonata Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

ABSTRAK. Desa Sungaitohor merupakan desa yang berada di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Kabupaten Kepulauan Meranti dijuluki sebagai “Gerbang Sagu Nusantara� karena produksi sagunya yang sangat melimpah. Salah satu desa yang menyumbangkan sagu paling tinggi adalah Desa Sungaitohor. Desa ini melakukan budi daya sagu sejak akhir tahun ‘60an. Di masa itu, sagu dibudidayakan untuk diolah menjadi panganan dan juga dijual. Konsep budi daya sagu di desa itu pun semakin lama semakin berkembang dari yang awalnya menjual tanaman sagu, hingga mengolah batang sagu dan menjualnya ke tengkulak. Selain itu, beberapa upaya yang dilakukan petani dalam rangka budi daya sagu antara lain pemilihan lahan, pola penanaman sagu, pola pengairan, hingga pengendalian hama. Upaya-upaya itu yang dilakukan oleh para petani dalam budi daya sagu. Namun, pada sekitar tahun 2009, ditemukan sebuah galian kanal besar yang ternyata milik PT. LUM yang bertujuan untuk mengeringkan lahan gambut dan menanamkan tanaman akasia. Hal ini tentu merugikan petani sagu yang membuat tanaman sagu mereka banyak yang mati. Akibatnya, produksi sagu di desa itu sempat menurun dikarenakan kerusakan lahan gambut. Pada tahun 2016, izin dari pemerintah terhadap PT. LUM akhirnya dicabut dan kini masyarakat Desa Sungaitohor mulai menggalakan lagi budi daya sagunya. Upaya budi daya sagu yang dilakukan oleh petani sagu disana sedikit berubah. Pemilihan lahan tidak seperti sebelum adanya kanalisasi karena kini lahan gambut yang tersedia semakin menyempit dan kualitasnya menurun. Selain itu, penanaman sagu pun yang awalnya bisa dilakukan pada msuim kemarau sekalipun hanya bisa dilakukan di musim penghujan. Untuk pengairan lahan, warga lebih mengandalkan kali-kali yang dibangun oleh pemda dengan member sekat-sekat di aliran air tersebut, sehingga kebutuhan air untuk perkebunan masih dapat terpenuhi. Pada pengendalian hama, masih tetap sama seperti sebelum adanya kanal. KATA KUNCI: KATA KUNCI:Budi daya sagu, Kanalisasi, Pemilihan lahan, pola penanaman, pengairan, penangann hama..

KELOMPOK STUDI MAHASISWA EKA PRASETYA UNIVERSITAS INDONESIA

1


A.PENDAHULUAN Desa Sungaitohor merupakan sebuah desa yang terletak di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau dengan komoditas utamanya yaitu perkebunan sagu. Perkebunan sagu di desa tersesebut sudah menjadi tulang punggung di sector perekonomian, selai bertani dan berternak. Luas lahan perkebunan sagu yang dimiliki Desa Sungaitohor adalah 2650 Ha. Selain itu, terdapat juga tempat produksi sagu yang biasa disebut “Kilang Sagu� yang terletak di dekat kebun sagu. Namun, pada tahun 2009, PT. LUM yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan akasia mengadakan proyek kanalisasi atau pembuatan kanal-kanal di Desa Sungaitohor di daerah lahan gambut yang digunakan oleh perkebunan sagu. Perkebunan sagu dibangun di atas lahan gambut karena tumbuhan sagu membutuhkan banyak sekali air untuk pertumbuhannya, sehingga cocok ditanam di daerah lahan gambut. Namun, dengan adanya kanalisasi ini, lahan gambut yang banyak sekali menyimpan air mengering dan membuat tanaman-tanaman sagu pun mengalami kerusakan. Hal tersebut menyebabkan produksi sagu di Desa Sungaitohor menurun. Kini, para petani sagu di Desa Sungaitohor ini mulai bangkit kembali untuk meningkatkan produksi sagunya kembali. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat upaya para petani dalam meningkatkan hasil produksi sagunya kembali setelah diadakannya proyek kanalisasi. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu untuk dijadikan referensi dalam hal pembudidayaan sagu di daerah gambut yang mengering. Dalam penelitian ini, diajukan suatu rumusan masalah yang berfungsi sebagai pedoman dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimanakah upaya para petani di Desa Sungaitohor dalam budi daya sagu pascaproyek kanalisasi? Desa Sungaitohor Manfaat dari penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai referensi dalam meningkatkan produksi sagu melalui 2

budi daya sagu terutama di lahan gambut yang kering. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat sebagai sarana aspirasi petani sagu di Desa Sungaitohor kepada pemerintah, khusunya Kementrian Pertanian, agar dapat membantu para petani yang sedang meningkatkan produksi sagunya kembali, terutama pasca-proyek kanalisasi dari PT. LUM.

B. PEMBAHASAN Pengembangan sagu merupakan kegiatan membudidayakan secara intensif pada kawasan yang sesuai dengan habitat/tempat tumbuh asli tanaman sagu. Pengembangan kebun sagu akan diarahkan ke tingkat petani dengan tujuan untuk menjaga kontinuitas sumber genetik, pelestarian komoditi unggul serta meningkatkan kesejahteraan petani di sentra-sentra produksi. Selain itu, pengembangan sagu dapat dilakukan dengan menata hutan sagu menjadi kebun sagu. Menurut Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor 34/Permentan/OT.140/12/2013 Tentang Pedoman Budidaya Sagu (Mertoxylon spp)yang Baik, beberapa upaya dilakukan petani sagu dalam budidaya sagu adalah : 1. Pemilihan Lokasi Petani memahami bahwa sagu merupakan tanaman yang membutuhkan kandungan air yang cukup untuk tumbuh secara optimal. Petani harus dapat memilih lokasi penanaman yang tepat untuk pembudidayaan sagu. Syaratsyarat lokasi yang tepat untuk pembudidayaan sebaiknya dekat dengan hutan sagu dan memiliki sistem drainase yang baik. Pemilihan lokasi pembudidayaan sebaiknya mudah dijangkau. Upaya yang dapat dilakukan petani dalam pemilihan lokasi budidaya sagu adalah sebagai berikut. a. Memastikan lahan budidaya baik bagi tanaman sagu, misalnya tanah humus atau rawa yang tergenang secara periodik.

WIDODO, DAMAYANTI, FAIZ, BONATA


b. Memilih lokasi yang mudah terjangkau. c. Memilih lokasi yang memungkinkan terdapatnya air dalam jumlah yang cukup. 2. Pola Penanaman Sagu Pembudidayaan sagu dilakukan sesuai dengan kebudayaan masyarakat setempat. Biasanya, petani menanam sagu di musim hujan. Upaya yang dilakukan petani dalam penanaman sagu adalah sebagai berikut. a. Membersihkan lahan dari tanaman lain. b. Membuat lubang dengan ukuran 30x30x30 cm. c. Menanam benih yang dapat dikembangkan baik secara vegetatif ataupun generatif. Jarak tanam harus diperhatikan dengan baik. d. Memberikan penahan yang disilangkan di depan leher benih. e. Melakukan perawatan secara rutin pada tanaman sagu terutama mengontrol peranakan tanaman sagu dan pemupukan. 3. Pola Pengairan Lahan Petani telah memahami bahwa pertumbuhan sagu dapat berlangsung optimal jika tanaman memperoleh air yang cukup. Hal ini mendorong petani untuk terus mengupayakan pengairan lahan yang baik. Upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut. a. Membuat kanal-kanal di sekitar lahan pembudidayaan. Kanal tersebut dapat berupa kanal primer, kanal sekunder, ataupun kanal tersier. b. Pembuatan kanal harus memperhatikan aturan dan tata letaknya. c. Memastikan tanaman sagu tidak kekurangan ataupun kelebihan air dalam pertumbuhannya. d. Mengupayakan air yang menggenangi lahan memiliki pH yang optimal. 4. Pola Pengendalian Hama

Petani tidak hanya mengupayakan penanaman sagu yang baik, namun juga harus melakukan perawatan yang optimal terhadap gulma, hama, dan penyakit. Petani dapat melakukan pembasmian terhadap gulma, hama, dan penyakit dengan berbagai cara sesuai dengan jenisnya. Petani juga dapat memanfaatkan beberapa hama sebagai penghasilan sampingan. Upaya tersebut diperlukan hingga sagu siap dipanen.

C.METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang diawali dengan studi literatur untuk menyusun konsep penelitian dan mencari teori yang digunakan dalam penelitian. Hal-hal yang dicari dalam studi literature ini mencakup teori penelitian, indikator penelitian, metodelogi, serta alat ukur penelitian dan pengolahan datanya. Pada tahap studi literature ini, didapatkan teori penelitian yang digunakan yaitu mengenai mengenai dampak kanalisasi dan pembudidayaan sagu. Selain itu, didapatkan juga indikator untuk melihat usaha-usaha budidaya sagu yang dilakukan oleh para petani yang akan digunakan sebagai pedoman pertanyaan dalam wawancara mendalam. Pengumpulan informasi dilakukan dengan cara wawancara mendalam (in-depth interview) dengan narasumbernya itu adala para petani sagu. Jumlah narasumber yang diambil adalah 12 orang (6 orang petani, 1 pembuat mie sagu, 5 tokoh masyarakat). Waktu yang dibutuhkan dalam pengumpulan informasi adalah 8 hari, sedangkan untuk pengolahan sementaranya dibutuhkan waktu 2 hari. Hal itu dilakukan agar informasi dan hasil pengamatan sementara lebih representative. Jenis sampling yang digunakan adalah purposive sampling agar wawancara yang dilakukan lebih mendalam dan lebih efektif. Lama wawancara setiap responden kurang lebih 60 menit tiap informan. Waktu yang dibutuhkan pun bersifat tentative tergantung banyaknya informasi yang bisa didapatkan. Wawancara akan dilakukan di dekat

KELOMPOK STUDI MAHASISWA EKA PRASETYA UNIVERSITAS INDONESIA

3


perkebunan sagu yang banyak ditempati oleh petani, di kilang-kilang sagu, dan di rumah tokoh masyarakat. Selain para petani sagu, pengumpulan informasi juga akan dilakukan dari orang-orang yang berpengaruh di Desa Sungai Tohor seperti sekretaris desa dan sesepuh-sesepuh desa. Hal ini dilakukan agar informasi yang kami dapatkan lebih banyak. Waktu yang dibutuhkan adalah selama 4 hari. Wawancara dilakukan dengan secara terstruktur, mulai dari membahas sejarah budi daya sagu, konsep budi daya sagu, konsep dari kanalisasi, dan upaya para petani dalam budi daya sagu. Selain melakukan in-depth interview, dilakukan juga observasi ke kanal-kanal yang ada di sekitaran desa Sungaitohor, Selain kanal-kanal, observasi juga dilakukan ke lahanlahan gambut yang kering dan bekas terbakar. Observasi ini dibantu oleh petani sagu di Desa Sungai Tohor. Dokumen-dokumen berupa foto dan video pun diambil pada saat observasi ini, sehingga interpretasi informasi yang didapat dengan keadaan dilapangan pun semakin jelas. Analisis data akan dilakukan dengan menggunakan analisis reduksi data. Reduksi data ini dilakukan dengan cara memilah data mana saja yang sifatnya jenuh. Selain itu, analisis data dilakukan agar memfokuskan data kepada tujuan dari penelitian. Analisis ini akan dilakukan selama 8 hari agar lebih banyak nantinya informasi yang didapatkan dan untuk mencegah kebiasan. Setelah dilakukan analisis, penulisan laporan akan dilakukan di Jakarta. Laporan ini ditulis dengan menyusun hasil penelitian-penelitian yang sudah dirangkum dan didapat poin-poinnya. Hasil yang didapat disusun berdasarkan alur permasalahan, mulai dari sejarah budi daya sagu, konsep budi daya sagu, konsep kanalisasi, dan upaya para petani dalam budi daya sagu. Laporan penelitian ini akan dipresentasikan di acara ISRS 2016.

pun berupa informasi mengenai indicator yang ditetapkan dari awal mengenai upaya budi daya sagu. Berikut adalah daftar topic yang ditanyakan kepada para narasumber.

D. HASIL DAN DISKUSI

Pola Pengairan Lahan 1. Pengaturan

NO

ASPEK

YANG

JAWABAN

DINILAI Pemilihan Lokasi Tanam 1. Jarak antara kanal ke

Sekitar 10 Km

2.

lahan perkebunan Jarak antara lahan ke

3.

laut Cara lahan

Penentuan yang

dipilih 4.

yang

rusak Pola Penanaman Sagu 1. Tanaman 2.

3.

liar

menggali tanah

untuk

sekitar 30 cm

dan karet

atau

Tanaman terpola

tumbuhan

ke

tumbuhan

sagu

Sekitar 5 m

lainnya Pengaturan

Tanaman

penanaman

tumpang sari tumpang

sari

5.

Ditanami kelapa

telah

terpola Jarak tanam dari satu

tumbuhan

4.

Dengan

akan

penanaman Cara pengelolaan lahan

Sekitar 10 Km

berupa kayu di antara pohon

Pengaturan

sagu Bibit sagu

pemilihan bibit yang

berduri berwarna

digunakan Pengaturan

waktu

putih Penanaman sagu

dari

proses

pada

setiap

penanaman

sagu

(pemilihan

lahan

sampai panen)

musim

penghujan panen

dan kurang

lebih 10 tahun kemudian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif. Data yang diperoleh 4

irigasi

saluran

Hanya mengandalkan

WIDODO, DAMAYANTI, FAIZ, BONATA


2.

Kondisi

air

gambut 5.

lahan

kanal Pemda Baik

untuk

penanaman sagu Upaya sekat kanal

Keuntungan:

yang telah dilakukan

Dapat membantu

(serta keuntungan

menjaga lahan

dan kekurangannya)

gambut basah Kekurangan: Tidak tahan lama

6

Pengaturan genangan

tinggi air pada

Melalui penggalian lahan

lahan gambut

gambut 7

hingga

pompa

menemukan air Tidak ada

pengendalian

Menanggkal

Pengaturan irigasi

Penanganan Hama 1. Pola Hama

hama babi dengan kayu dan ulat dengan membasahi kayu

2.

Jenis sering

Hama

yang tampak

tual Hama ulat dan monyet

terlihat

3.

Pemanfaatan

TIdak

dimanfaatkan Hama Selain dengan metode in-depth interview, penelitian ini juga dilakukan dengan observasi kanal-kanal di sekitar desa Sungaitohor. Observasi ini dikhususkan untuk melihat jarak perkiraan dan besar kanal-kanal. Berikut adalah beberapa hal yang diperhatikan saat observasi. N ASPEK YANG DINILAI

O Pemilihan Lokasi Tanam 1. Jarak antara kanal ke

lahan

perkebunan 2. Jarak antara lahan ke laut Pola Penanaman Sagu 1. Jarak tanam dari satu tumbuhan 2.

ke tumbuhan sagu lainnya Pengaturan penanaman

tumbuhan tumpang sari Pola Pengairan Lahan 1. Pengaturan saluran irigasi 2. Kondisi air lahan gambut untuk 3.

penanaman sagu Tinggi genangan air pada lahan

gambut 4. Ukuran Kanal 5. Pengaturan pompa irigasi Penanganan Hama Selain itu, hal yang harus diperjelas pada penelitian ini adalah tentang sejarah budi daya sagu dan sejarah kanalisasi. Informasi mengenai sejarah budi daya sagu dan sejarah kanalisasi ini didapat melalui para tokoh masyarakat yang ada di Desa Sungaitohor, terutama yang berkecimpung di budi daya sagu. Hasil penelitian ini dijabarkan dalam sebuah alur mulai dari sejarah budi daya sagu, konsep budi daya sagu, sejarah kanalisasi, dan upaya budi daya sagu pasca-proyek kanalisasi. Berikut ini adalah alur budi daya sagu pascaproyek kanalisasi di Desa Sungaitohor. 1. Sejarah Budi Daya Sagu di Desa Sungaitohor Desa Sungaitohor merupakan ibukota Kecamatan Tebing TInggi Timur dengan luas sekitar 9500 Ha. Desa ini terkenal sebagai salah satu penghasil sagu meranti terbaik di Kabupaten Kepulauan Meranti. Para pendatang yang datang dari Pelelawan tahun 1905 awalnya melakukan cocok tanam padi untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Selain itu, mereka juga menanam sagu walaupun tidak terlalu banyak pula. Batang sagu awalnya didatangkan dari daerah Merbau. Sagu ditanam di Desa Sungaitohor karena supaya tual sagu

KELOMPOK STUDI MAHASISWA EKA PRASETYA UNIVERSITAS INDONESIA

5


lebih mudah untuk dibawa ke daerah Pelelawan. Pada sekitar tahun ‘60an, terjadi kekeringan yang panjang sekali selama kurang lebih 9 bulan yang menyebabkan padi saat itu susah untuk ditanam. Hal ini diperparah dengan terjadinya pergolakan politik yang terjadi, terutama di Jakarta, sehingga harga beras dan bahan makanan pokok lainnya mengingkat. Pada saat inilah masyarakat mulai mengurangi mengonsumsi beras dan mulai beralih mengonsumsi sagu. Pada sekitar tahun ‘70an, masyarakat sudah ramai menanam sagu sebagai pengganti makanan beras. Budi daya sagu pun dimulai pada era itu juga. Pada saat itu, sagu yang ditanam tidak hanya untuk dimakan sendiri, tapi juga untuk dijual ke para pedagan g yang berasal dari Tiongkok. Pada sekitar akhir ‘80an dan awal ‘90an, masyarakat mulai kembali beralih untuk mengonsumsi beras dan mulai mengurangi konsumsi sagu. Masyarakat lebih memilih beras sebagai makanan pokoknya ketimbang sagu. Namun, budi daya sagu di Desa Sungaitohor terus berkembang dan bahkan, produksinya semakin besar dengan adanya kilang-kilang pengolahan sagu. Kilang-kilang pengolahan sagu ini merupakan tempat untuk untuk mengolah sagu dari tual hingga terbentuk sagu basah, sehingga nanti yang diekspor ke luar adalah sagu basah. 2. Konsep Budi Daya Sagu di Desa Sungaitohor Sagu di desa Sungaitohor merupakan sagu yang dibudidayakan oleh masyarakat. Pada masa awal budi daya sagu, sistem dalam budi daya sagu masih dengan menggunaka sistem ijon. Sistem ijon merupakan sistem dimana masyarakat menanam pohon sagu dan para pedagang dari Tiongkok membeli pohon-pohon sagu mereka yang masih muda. Sistem ini cukup merugikan para petani sagu di Desa Sungaitohor. Akhirnya, sistem ijon ini dihentikan dengan dibangunnya kilang-kilang sagu di Desa Sungaitohor. Para petani sagu kini 6

tidak perlu menjual pohon sagunya, namun cukup dengan menjual tual-tual sagu yang dipanen dari pohonnya. Para petani akan menjual tual-tual tersebut ke para pemilik kilang dan para pemilik kilang akan membeli tual-tual sagu itu. Tual-tual sagu itu akan diolah menjadi sagu basah yang akan dijual ke daerahdaerah lain untuk diolah menjadi sagu siap makan. Selain itu, konsep budi daya yang dilakukan petani sagu juga difokuskan dalam rangka pemilihan lahan, penanaman sagu, pengairan, dan penangan hama. Konsep pemilihan lahan merupakan hal yang penting dalam budi daya sagu. Lahan yang dipilih untuk menanam sagu adalah lahan gambut yang basah. Para petani juga memperhatikan warna, kelembaban, dan kondisi tanahnya itu. Lahan gambut ini dipilih karena sagu membutuhkan air yang sangat banyak dan lahan gambut mampu menyimpan air dengan jumlah yang banyak. Dulu, pembukaan lahan sagu dilakukan dengan cara dibakar, namun sekarang cara itu sudah tidak digunakan karena akan merusak lahan gambut.Lahan yang digarap oleh petani disana kebanyakan adalah lahan sagu milik sendiri, namun ada juga yang menggarap lahan milik orang lain. Selain pemilihan lahan, penanaman juga menjadi hal yang penting dalam budi daya sagu, Masyarakat lebih memilih sagu yang berduri karena harga anakannya yang murah. Selain dari tunas, petani juga menanam sagu dari bibit sagu. Bibit sagu yang biasa digunakan adalah bibit berwarna merah. Penanaman dilakukan dengan menggali lahan gambut dengan kedalaman sekitar 30 cm. Penanaman dilakukan biasanya pada musim-musim hujan karena memang pada musim hujan, air yang dibutuhkan melimpah, namun tidak jarang ada yang menanam pada musim kemarau dengan pertimbangan jumlah air yang ada di tanah gambut. Sagu dapat panen setelah kurang lebih 10 tahun, namun pada 2 tahun pertama dibutuhkan perhatian khusus agar tunas yang sedang tumbuh tidak mati. WIDODO, DAMAYANTI, FAIZ, BONATA


Pengairan lahan juga menjadi hal penting dalam budi daya sagu. Sistem pengairan di desa Sungai Tohor, terutama di perkebunan sagu hanya mengandalkan air-air yang berasal dari sungai atau kanal. Masyarakat tidak menggunakan pompa air dalam mengairi lahan gambut mereka. Masyarakat lebih mengandalkan aliran sungai yang disekat menggunakan sekat kanal yang fungsinya untuk menahan air yang mengalir agar tertahan dan lebih efektif dalam pengairannya. Konsep penangan hama juga merupakan hal yang penting dalam budi daya sagu. Penangan hama dilakukan dengan menjaga tanaman sagu pada saat anakan dan pada saat tumbuh. Hama yang paling sering menyerang tanaman sagu adalah babi hutan, monyet, dan ulat sagu. Perlindungan tanaman sagu dari hama dilakukan para petani dengan membuat pagar kayu yang bentuknya menyilang yang mengelilingi tanaman sagu agar tidak diserang oleh hama terutama hama babi hutan. 3. Sejarah Kanalisasi yang Ada di Desa Sungai Tohor Di sekitar Desa Sungai Tohor terdapat tiga buah kanal yang memotong atau melewati desa ini, yaitu kanal Pemda, kanal PT. NSP, dan kanal PT. LUM. Kanal Pemda merupakan kanal yang sudah ada sejak tahun ‘90an. Kanal ini dibangun oleh Pemda kabupaten Bengkalis karena waktu itu, Kepulauan Meranti masih menjadi bagian dari Kabupaten Bengkalis. Kanal ini memiliki fungsi yaitu pengairan untuk lahan sagu dan transportasi tual-tual sagu dari kebun ke kilang sagu. Selain kanal Pemda, ada juga kanal PT. NSP yang letaknya di sekitar Desa Sungai Tohor. Kanal ini fungsinya mirip seperti kanal Pemda, namun yang menggunakan adalah PT. NSP itu sendiri. Kemudian, ada pula kanal yang dibangun oleh PT. LUM yang merupakan salah satu penyebab dari menurunnya produksi sagu di Desa Sungai Tohor. Kanal PT. LUM merupakan kanal yang dibangun oleh perusahaan HTI PT. Lestari

Unggul Makmur (PT. LUM). Perusahaan ini bergerak di bidang tanaman HTI seperti akasia. Perusahaan ini mendapatkan izin untuk membuka lahan di daerah Desa Sungaitohor. Selain itu, perusahaan ini membangun kanal secara diam-diam untuk mengangkut kayu hasil tebangannya dan mengeringkan lahan gambut untuk menanam tanaman akasia. Kanal PT. LUM diketahui oleh warga sekitar tahun 2009. Kanal yang dibangun oleh PT. LUM ini berbeda dari kanal-kanal yang sebelumnya dibangun oleh Pemda maupun yang dibangun oleh PT. NSP. Kanal yang dimiliki PT.. LUM memiliki lebar hampir 10 m dengan kedalaman sekitar 7 m yang jumlahnya sangat banyak dengan pola menyerupai tulang ikan, sedangkan kanal milik Pemda dan PT. NSP ini ukurannya tidak terlalu besar. Selain itu, dampak dari pembangunan kanal oleh PT. LUM dapat merusak lahan gambut, sehingga kekeringan pun dapat terjadi pada lahan gambut. Akibat kekeringan ini, penggunaan lahan gambut pun akan semakin terbatas dan menyebabkan penurunan produksi dari sagu. Selain itu, kekeringan lahan gambut membuat lahan gambut mudah terbakar, sehingga dapat menyebabkan kebakaran hutan. Oleh karena itu, pada tahun 2016, izin berdirinya PT. LUM di kecamatan Tebingtinggi Timur dicabut oleh pemerinta. Masyarakat tidak menyetujui pembangunan PT. LUM lantaran lahan PT LUM mencaplok lahan masyarakat, pembangunan kanal PT. LUM yang merusak perkebunan sagu milik masyarakat, dan lahan PT. LUM yang izinnya dicabut oleh pemerintah akan digunakan masyarakat untuk menanam kelapa dan karet dalam rangka pembenahan kembali lahan gambut. 4. Upaya Budi Daya Sagu oleh Para Petani Pasca-Proyek Kanalisasi Pencabutan izin PT. LUM benar-benar dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sungai Tohor untuk berbenah, terlebih dalam hal perbaikan lahan gambut dan pertanian sagunya. Setelah proyek kanalisasi dari PT. LUM

KELOMPOK STUDI MAHASISWA EKA PRASETYA UNIVERSITAS INDONESIA

7


diketahui oleh masyarakat, proyek kanalisasi pun mulai berhenti. Masyarakat mulai memperbaiki tanaman-tanaman sagu mereka agar produksi sagu mereka meningkat kembali. Para petani mulai memaksimalkan kembali budi daya sagu yang sebelumnya sangat melimpah. Pemilihan lahan tidak sebebas sebelumnya karena jumlah lahan yang semakin berkurang terkait dengan kerusakan lahan yang diakibatkan oleh adanya kanalisasi PT. LUM. Sebenarnya, lahan yang rusak masih bisa ditanami kembali. Namun, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperbaiki lahan itu. Lahan-lahan yang rusak pun hanya bisa ditanami oleh tanaman-tanaman seperti kelapa dan karet. Untuk penanaman sagu, dibutuhkan perbaikan lahan yang baik karena tumbuhan sagu membutuhkan air yang banyak. Selain itu, lahan yang rusak juga menyebabkan intrusi air laut yang menyebabkan lahan gambut di dekat laut tidak dapat digunakan untuk menanam sagu. Pola penanaman pun juga berubah karena lahan gambut yang semakin berkurang airnya. Jika sebelumnya penggalian lahan cukup 30 cm, namun kini dibutuhkan kedalaman hingga 50 cm untuk menemukan air di lahan gambut. Hal ini menunjukkan bahwa memang kekeringan sudah terjadi cukup parah hingga dibutuhkan kedalaman tanah yang cukup dalam untuk menemukan air. Selain itu, penanaman juga dilakukan hanya pada musim hujan. Sebelumnya, penanaman sagu tidak terbatas pada musim, namun karena lahan gambut yang semakin berkurang, kandungan air di lahan gambut pun semakin berkurang, penanaman sagu pun hanya bisa dilakukan pada musim hujan. Pada pola pengairan, terjadi perubahan dengan semakin banyaknya sekat kanal. Sekat kanal ini dibutuhkan untuk menahan air agar dapat menggenangi lahan gambut selalu. Dengan begitu, sekat kanal merupakan solusi yang tepat saat ini untuk menanggulangi kekeringan lahan gambut di Desa Sungaitohor.

8

Pada pola penangan hama pun tidak terjadi perubaha yang banyak karena memang hama pun sama seperti sebelum adanya proyek kanalisas. Selain in-depth interview, penelitian ini dilakukan dengan observasi beberapa perkebunan sagu.

Gambar. 1: Foto kanal PT. LUM (sumber dokumen pribadi) Dari hasil observasi dan keterangan para petani sagu, jarak antara kanal PT. LUM dengan perkebunan sagu sekitar 10 Km. Jarak ini cukup dekat dari perkebunan sagu warga. Namun, lahan disekitaran kanal ini mengalami kerusakan karena kekeringan air. Kekeringan air ini terjadi karena air di lahan gambut banyak yang terserap ke dalam aliran kanal hingga lahan mengering. Keringnya lahan ini menyebabkan lahan gambut mudah terbakar. Akibatnya, lahan gambut di sekitar kanal ini pernah terbakar. Ukuran kanal ini pun cukup besar, sehingga dapat menampung air dengan debit yang cukup besar,

E. KESIMPULAN DAN SARAN Desa Sungaitohor merupakan suatu desa yang memiliki komoditas utamanya, yaitu sagu. Penanaman sagu dimulai sejak tahun 1905 oleh para pendatang dari Pelelawan. Meskipun makanan utama masyarakat desa adalah nasi, tapi budi daya sagu tetap dilakukan, bahkan produksi sagu bisa miliyaran rupah.

WIDODO, DAMAYANTI, FAIZ, BONATA


Konsep budi daya sagu di Desa Sungaitohor dimulai dengan pemilihan lahan yang tepat, yaitu lahan gambut. Selain itu, pola penanaman pun juga diperhatikan dengan tepat, begitu juga dengan pengairan dan penanganan hama. Tual sagu yang sudah dipanen diolah di kilang-kilang sagu di Desa Sungai Tohor juga. Produksi sagu di Sungaitohor pun sempat menurun karena adanya kanalisasi oleh PT. LUM. Kanalisasi PT. LUM dilakukan dengan membangun kanal yang ukurannya cukup besar, Kanal-kanal yang besar ini memiliki tujuan sebagai transportasi kayu dan mengeringkan lahan untuk ditanami akasia. Adanya kanal ini menyebabkan kerusakan lahan gambut yang membuat lahan mengering dan sagu sulit ditanam. Akibatnya, produksi sagu pun semakin berkurang. Setelah proyek kanalisasi ini berhenti, perbaikan lahan gambut dan peningkatan produksi sagu kembali. Setelah proyek kanalisasi berhenti, terjadi beberapa perubahan dalam upaya budi daya sagu. Terjadi perubahan dalam hal pemilihan lahan dan penanaman sagu. Namun, perubahan tidak terlalu banyak dalam hal pengairan dan penanganan hama. Dari penelitian ini, kami menyarankan kepada pemerintah setempat khusunya untuk Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti untuk mendukung selalu perjuangan petani sagu yang sedang meningkatkan produksi sagunya, terutama dari segi pembiayaan atau peningkatan sumber daya manusianya. Selain itu, kami menyarankan kepada Kementrian Pertaniannya untuk membantu petani sagu di Desa Sungaitohor, terutama dari segi pengadaan bantuan mesin.

Pedoman Budidaya Sagu (Metroxylon Spp) Yang Baik. Nugroho, L. I., & Hidayat, A. (2008). Strategi Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Pengembangan Pertanian Berkelanjutan. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian, 295-298. Patilima, Hamid. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press S. Wahyudi, Leo. 2013. Sungai Tohor Mimpikan Hutan Desa. Bpredd.reddplusid.org Saadhama. 2013. Potensi Ekonomi Sagu Sungai Tohor. Diambil dari www.Sadhana.wordpress.com Suwondo, Sabiham, S., Sumardjo, & Pramudya, B. (2010). Analisis Lingkungan Biofisik Lahan Gambut pada Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal Hidrolitan, 20-28. Tabloid Kontan. 2014. Saat Warisan Hutan Sagu Terancam Luruh. www.facebook.com/TabloidKontan Taylor. J. R, Bogdan. Robert, De Vault. Marjorie, 2015, Introduction to Qualitative Research Methods: A Guidebook and Resource. New Jersey. Library of Congress Cataloging in Publication Data Widyati, Enny. 2011. Kajian Optimasi Pengelolaan Lahan Gambut DanIsu Perubahan Iklim. Bogor. Pusat Litbang Konversi dan Rehabilitasi Zami, Zam. 2015. Hutan Gambut Sungai Tohor yang Terus Dikeringkan. www.greenpeace.org

REFERENSI Kementrian Pertahanan, 2013, Lampiran Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 134/Permentan/Ot.140/12/2013 Tentang

KELOMPOK STUDI MAHASISWA EKA PRASETYA UNIVERSITAS INDONESIA

9


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.