EDISI 769 - 9 AGUSTUS 2010

Page 22

22

KUANTUM

Senin 9 AGUSTUS 2010

ÂŽ

Depresi Pertanda Awal Alzheimer Depresi pada orang berusia lanjut bisa menjadi pertanda awal penyakit alzheimer. Perlu penanganan segera agar penyakit tidak bertambah parah dan mengganggu kehidupan penderita.

P

ara kaum lanjut usia (lansia) yang sering melamun sendiri sebaiknya waspada. Pasalnya, hal itu bisa menjadi pertanda penyakit psikiatrik depresi. Berdasarkan hasil sebuah studi diketahui bahwa mereka yang mengalami depresi memiliki risiko besar terkena penyakit sindrom kerusakan otak atau penyakit alzheimer. Studi yang dilakukan oleh Pusat Medis Universitas Rush, Amerika Serikat (AS), itu menujukkan keterkaitan antara depresi dan alzheimer. Mereka yang mengalami depresi kemungkinan besar berisiko dua kali lipat terkena penyakit gangguan pada otak tersebut. Depresi merupakan penyakit psikologis yang ditandai dengan kondisi sering melamun, merasa sedih, lelah berlebihan, kehilangan minat dan semangat, malas beraktivitas, mengalami gangguan pola tidur, serta menarik diri dari lingkungan sosial. Dalam tingkat yang lebih parah, seseorang yang menderita depresi akan melakukan tindakan ekstrem, yakni bunuh diri. Adapun alzheimer merupakan penyakit sindrom kerusakan otak atau penyakit yang ditandai terjadinya kerusakan sel-sel otak pada saat yang bersamaan. Secara fisik, otak mengerut dan mengecil. Penyakit itu biasanya menimpa para lansia yang berusia di atas 65 tahun. Pada beberapa kasus, penyakit alzheimer disertai dengan dimensia alias pikun. Penderita yang umumnya para lansia biasanya mengalami gangguan daya ingat. Seiring dengan pertambahan usia, risiko seseorang untuk menderita alzheimer pun semakin besar. Orang yang berusia 65 tahun memiliki risiko sebesar lima persen terserang alzheimer dan akan meningkat dua kali lipat setiap lima tahun. Meski umumnya alzheimer menyerang para lansia yang berusia di atas 65 tahun, bukan berarti mereka yang berusia di bawah itu tidak berisiko terkena penyakit itu. Faktanya, alzheimer pernah pula menyerang perempuan yang berusia 50-an tahun. Menurut Robert S Wilson, kepala penelitian di Pusat Medis Universitas Rush, tanda-tanda awal seseorang terkena penyakit otak alzheimer biasanya terjadi penurunan kognisi ringan. Mereka yang menderita alzheimer dengan riwayat depresi, kemungkinan terkena dimensia dua kali lipat lebih besar. Wilson dan timnya melacak daerah pada otak yang terkena gejala depresi. Pelacakan dilakukan pada masa sebelum terjadinya penurunan fungsi otak menuju kepikunan. Hasilnya, diketahui bahwa sindrom depresi pada otak berkembang bersamaan dengan semakin meluasnya alzheimer.

AFP/SAUL LOEB

WASPADA I Meski alzheimer umumnya menyerang lansia berusia di atas 65 tahun, bukan berarti mereka yang berusia di bawah itu tidak berisiko terkena penyakit ini. Faktanya, alzheimer bisa menyerang orang berusia 50-an tahun. Waspadai hal ini, dan lakukan langkah-langkah pencegahan dengan segera. observasi. Penurunan kognisi ringan sebagai gejala awal alzheimer terjadi selama rata-rata tiga tahun pengamatan. Pada penelitian dengan menggunakan kuesioner untuk mengantisipasi laporan dianggap kurang akurat karena responden mengalami dimensia atau kepikunan. Para peneliti pun kemudian mewawancarai keluarga, teman, orang-orang lainnya yang dekat dengan responden. Kerabat dan temanteman penderita ditanyai apakah penderita WORDPRESS.COM

Studi yang dipublikasikan di jurnal Neurology, sebuah jurnal di bawah pengelolaan Akademi Neurologi AS itu menegaskan depresi berisiko menyebabkan penyakit alzheimer. “Studi kami memberikan petunjuk bahwa depresi benar-benar merupakan risiko bagi penyakit alzheimer,� kata Wilson. Tidak Terpisahkan Dia melanjutnya, setelah diketahui depresi merupakan pertanda awal penyakit alzheimer, maka perlu diketahui tanda-tanda awal terjadinya depresi. Tujuannya agar dapat dilakukan diagnosis dan

REUTERS/KATJA HEINEMANN

terapi sebelum penyakit bertambah parah. Depresi, jelas Wilson, harus dilihat sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari penyakit alzheimer. Dia menegaskan bila seseorang, khususnya orang tua, menderita alzheimer disertai dengan depresi, maka depresi itu harus ditangani terlebih dahulu dengan segera agar dampaknya tidak meluas. Studi yang melibatkan lembaga kesehatan dan anti penuaan Chicago, AS, itu menggunakan individu dewasa sebagai sampel penelitian. Para responden diminta untuk memberikan laporan teru-

kur tentang tanda-tanda depresi. Penelitian itu dilakukan selama enam hingga tujuh tahun. Selanjutnya, proses penganalisisan terfokus pada 357 individu yang mengalami alzheimer. Pada penderita penyakit itu ditemukan adanya peningkatan sindrom depresi pada otak. Rata-rata peningkatannya 0,04 gejala per tahun selama enam sampai tujuh tahun

mengalami ciri-ciri depresi atau tidak. Hasil wawancara menunjukkan adanya konsistensi di semua tingkat demografi. Menurut Wilson, dari hasil studi itu bisa disimpulkan bahwa depresi dan alzheimer harus segera ditangani meskipun kehidupan normal memaklumi hal tersebut apabila terjadi pada orang tua. Penanganan itu dianggap penting karena penyakit itu merampas kehidupan penderita. Betapa tidak, kemampuan penderita dalam satu hal hilang ketika penyakit tersebut muncul. Penyakit ini juga mengganggu kegiatan penderita. Lebih lanjut, Wilson memaparkan perlu dilakukan studi lanjutan apakah penderita alzheimer dengan depresi dapat menimbulkan penyakit yang lebih parah atau sama dengan penderita alzheimer lain yang tidak ditandai dengan depresi sebelumnya. Sebagai informasi, di AS saat ini tercatat empat 4 juta penderita alzheimer. Mereka yang terserang penyakit itu rata-rata berusia 65 tahun ke atas. Pada 2050 diperkirakan jumlah penderita alzheimer akan meningkat empat kali lipat. Hal tersebut berkaitan pula dengan semakin tingginya usia harapan hidup masyarakat di negara maju, sehingga populasi penduduk yang berusia lanjut pun semakin bertambah. hay/L-2

WWW.HIN.COM

Ditandai dengan Gangguan “Mood�

F

REUTERS/TYRONE SIU

aktor penyebab depresi bisa beragam, di antaranya biologis, psikologis, dan sosio-lingkungan. Faktor biologis dikarenakan ketidakseimbangan neurotransmiter di otak, terutama serotonin. Faktor psikologis disebabkan oleh beban psikis, yaitu dampak pembelajaran perilaku yang berhadapan dengan suatu situasi sosial. Sementara itu, faktor sosio-lingkungan, salah satunya dikarenakan kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, pascabencana, dan dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya. Pada orang tua depresi lebih disebabkan karena gangguan organ biologis, yaitu terjadinya gangguan neurologis atau sel otak seiring dengan menurunnya kualitas sel. Di banyak negara di dunia jumlah orang tua yang menderita depresi diperkirakan semakin meningkat. Hal

ini disebabkan pula karena meningkatnya usia harapan hidup masyarakat seiring dengan meningkatnya kesejahteraan. Di Indonesia, berdasarkan data Biro Pusat Statistik dari hasil sensus tahun 1971, diketahui usia harapan hidup masyarakat Indonesia adalah 47,7 tahun. Artinya bayi yang dilahirkan pada periode 1967-1969 dapat hidup hingga usia 47 atau 48 tahun. Sedangkan, usia harapan hidup untuk bayi yang dilahirkan pada 1980-an diperkirakan meningkat menjadi 52,2 tahun. Setelah tahun 2000, usia harapan hidup meningkat menjadi 73,5 tahun. Usia tua menyebabkan keterbatasan mobilitas fisik dan terjadinya penurunan kognitif. Mereka yang berusia di atas 65 tahun biasanya mengalami depresi yang merupakan gangguan psikiatrik. Para ahli memperkirakan hampir 25 per-

sen lansia menderita depresi dan menjadi beban keluarga mereka. Depresi pada lansia biasanya ditandai dengan gangguan mood. Celakanya, gejala-gejala depresi pada lansia sering tidak dikenali oleh keluarga, bahkan dokter. Mereka menganggap gejala depresi merupakan hal yang wajar seiring dengan bertambahnya usia. Depresi dalam ilmu psikiatrik ditandai dengan gangguan neurologis atau syarat otak. Biasanya karena kesulitan dalam menganalisis, dokter membutuhkan obat antidepresan untuk menguji kebenarannya. Studi yang dilakukan oleh The European Depression Study (EURODEP) menyimpulkan terdapat beberapa tingkatan depresi pada lansia. Angka prevalensi menunjukkan mereka yang mengalami gangguan depresi mayor mencapai 1,8

persen, gangguan depresi minor sebanyak 9,8 persen, sedangkan lansia yang mengalami gejalagejala depresif diperkirakan sebesar 13,5 persen. Untuk mengurangi bahkan menghilangkan gejala depresi, sebaiknya lansia menjalankan terapi yang dilakukan oleh psikiater. Namun, lebih dari itu, perlu dilakukan pula upaya pengurangan risiko kekambuhan, kecacatan, dan kematian, serta mengembalikan peran lansia dalam kehidupan sosial. Peran dalam kehidupan sosial itu berkaitan erat dengan aktivitas yang dilakukan lansia. Para lansia harus dapat menolong diri sendiri dengan melakukan banyak aktivitas. Mereka juga hendaknya berperilaku lebih fleksibel, realistis, dan bijak. Hal yang tidak kalah pentingnya ialah berpikir positif yang bisa mengurangi penderitaan. berbagai sumber/hay/L-2


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.