EDISI 1147 - 7 SEPTEMBER 2011.pdf

Page 9

EKONOMI IHSG

DOW JONES*

0,62%

-2,20%

3.889,97

11.240,30

HANGSENG

DOLLAR AS

0,48%

0,40%

19.710,50

EURO

EMAS

-0,05%

84,38dollar AS per barel

12.126,16

9

6 September 2011

MINYAK

-0,27%

8.616,00

Rabu

7 SEPTEMBER 2011

-0,30%

1.886,30 dollar AS per ons

*Hingga5/9

10 SAHAM MARGIN TERAKTIF

Peluang Usaha I Selama Musim Libur Lebaran Omzet Meningkat hingga 500 Persen

6 SEPTEMBER 2011

Kode

Frek

Volume

Penutupan

PGAS

5.192

145.937.500

2.750

BMRI

3.070

33.406.000

6.800

BBRI

2.827

49.159.000

6.650

ASII

2.305

3.312.500

68.500

TLKM

1.958

28.917.500

7.650

ADRO

1.887

51.780.000

2.025

BBNI

1.864

36.496.000

4.050

BUMI

1.574

41.689.000

2.575

INDF

1.535

10.314.000

5.950

INTP

1.463

9.387.000

15.600

SUMBER:BEI

Bank BRI Terimbas Potensi “Rebound” 6.700

Saham BBRI

6.600

Rp6.650

6.600 6.500 6.400 6.300 6

8

11

15

18

22

25

6

SEPT

AGUS

JAKARTA – Masa konsolidasi saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) diperkirakan akan segera berakhir seiring dengan terbukanya peluang indeks menguat kembali (rebound). Saham BRI dianggap sebagai salah satu saham perbankan yang paling menarik dari sisi teknikal dan fundamental. Analis HD Capital Yuganur Wijanarko mengatakan sektor perbankan memiliki kapitalisasi terbesar di Indeks Harga Saham Gabungan (33 persen). Dengan demikian, bisa dipastikan sektor ini akan memimpin momentum pasar dalam technical rebound keluar dari trading range. “Outlook suku bunga dan kepercayaan konsumen masih optimistis didukung oleh rupiah yang stabil dan tidak terpengaruhnya sektor UKM terhadap faktor luar,” katanya, Selasa (6/9). Dengan target harga di level 7.100 rupiah per saham, Yuganur merekomendasikan investor masuk di titik 6.650 rupiah per saham dan 6.550 rupiah per saham. Adapun titik cut loss yang direkomendasikan berada di level 6.350 rupiah per saham. Sebelumnya, BRI masuk 10 besar perusahaan versi Forbes Indonesia edisi Agustus 2011 dengan total pendapatan di atas 1 miliar dollar AS. Penilaian Forbes ini dilandaskan pada beberapa indikator, yakni konsistensi pendapatan operasional perusahaan dalam lima tahun terakhir, penjualan selama pertumbuhan earning per share (EPS) perusahaan tiga hingga lima tahun terakhir. Dalam perdagangan kemarin (6/9), saham berkode BBRI itu ditutup stagnan di level 6.650 rupiah per saham. Total frekuensi tercatat 2.827 kali transaksi atas 49,159 juta saham senilai 326,263 miliar rupiah. � nse/E-2

STATISTIK

Bisnis Oleh-oleh Menjanjikan Banyaknya pelancong yang datang ke Yogyakarta turut memengaruhi pertumbuhan bisnis oleh-oleh di kota itu. Apalagi pada musim libur Lebaran kali ini, omzet usaha bisa meningkat hingga berkali-kali lipat.

M

eski telah memasuki H+6 Idul Fitri, suasana berlebaran masih terasa di berbagai daerah di Indonesia. Jalanan pun masih dipadati kendaraan-kendaraan, baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum, yang mengangkut para pemudik kembali dari kampung halaman masing-masing. Selama musim libur Lebaran pula, tempattempat penjualan oleh-oleh ramai didatangi konsumen. Di Yogyakarta, misalnya, banyak pasar oleh-oleh yang kerap diserbu pengunjung, terutama pada saat musim liburan. Pengunjung biasanya mendatangi pusat penjualan kue bakpia dan gudeg, dua produk makanan yang selama ini menjadi oleh-oleh khas Yogya. Tingginya permintaan konsumen terhadap oleh-oleh khas Yogya itu turut mendongkrak keuntungan bisnis para pelaku usahanya. Hal itu semakin terlihat dalam dua pekan belakangan ini. Bahkan, bisa dikatakan masa itu merupakan puncak pencapaian omzet usaha. Sebagai gambaran, pada masa libur Lebaran tahun ini, para pengusaha bakpia dan gudeg menikmati pertumbuhan pendapatan 300 hingga 500 persen dari hari-hari biasa. “Sejak akhir Agustus 2011, omzet usaha mulai naik, tetapi belum signifikan. Kenaikan sangat tajam hingga 400 persen terjadi sejak awal September,” kata Sinta, salah seorang penanggung jawab produksi rumah produksi bakpia di Patuk, Yogyakarta, baru-baru ini.

ANTARA/NOVERADIKA

CUKUP PROSPEKTIF | Sejumlah pekerja membuat bakpia di pusat oleh-oleh bakpia kawasan Patuk, Yogyakarta, beberapa waktu lalu. Bisnis oleh-oleh di Yogyakarta dipandang prospektif sehingga para pemain baru memiliki peluang besar untuk memasuki bidang bisnis tersebut. Satu kotak bakpia yang berisi 15 buah rata-rata dibanderol harga 15 ribu hingga 27 ribu rupiah, bergantung pada mereknya. Selama ini, Bakpia 25 dan 75 merupakan dua merek yang merajai pasar bakpia di Yogyakarta. Merek-merek lain biasanya dibanderol dengan harga yang lebih murah. Konsumen Meningkat Untuk melayani konsumen yang membeludak, beberapa toko besar di daerah Patuk, Yogyakarta, menambah jam operasional toko hingga pukul 01.00 dini hari. Padahal, pada hari-hari biasa, toko hanya buka hingga pukul 22.00. Mengingat banyaknya pengunjung yang datang, pihak pengelola toko menerapkan sistem buka-tutup agar pembeli tidak berebutan dan merasa nyaman ketika berbelanja. Selain sentra penjualan bakpia, pusat penjualan gudeg di kawasan Wijilan juga mengalami peningkatan omzet yang

cukup signifikan. Dua jenis produk yang paling laris dibeli konsumen untuk dijadikan oleholeh adalah gudeg besek dan gudeg kendil. “Pada H-2 Lebaran pengunjung sudah mulai ramai, dan keramaian itu terus meningkat sampai-sampai pada H+2 Lebaran kami menolak pembeli karena tempat sudah penuh,” ujar Elina, salah satu pengelola Gudeg Bu Lies, di Yogyakarta. Dia mengatakan selama musim liburan Lebaran, pengunjung yang datang dan makan langsung di tempat bertambah hingga 50 persen dari hari-hari biasa. Sementara, untuk pesanan besek dan kendil meningkat hingga lima kali lipat dari biasanya. Harga produk bervariasi, mulai dari 40 ribu hingga 200 ribu rupiah. “Mayoritas pembeli dari Semarang, Jakarta, Surabaya, dan sekitarnya, bahkan ada pula pembeli dari luar Jawa,” tambah Elina. Raihan keuntungan usaha

yang didapat para penjual oleholeh di Yogyakarta bisa menjadi salah satu indikator prospektifnya bisnis oleh-oleh di daerah tersebut. Hal itu pula yang mendorong munculnya pemain-pemain baru di bisnis penjualan oleh-oleh. Bahkan, selama musim liburan Idul Fitri 1432 H, banyak pemain baru yang meraih omzet usaha berlipat ganda seperti halnya para pemain lama. Cokro Telacake dan Coklat Roso, misalnya, mengalami kenaikan omzet hingga 300-an persen. “Biasanya dalam satu pekan, produk yang dijual hanya menghasilkan pendapatan sebesar 20 juta rupiah. Namun, selama Lebaran ini hasil penjualan bisa mencapai hingga 60 juta rupiah,” papar Firmanzah, pemilik Cokro Telacake. Keuntungan yang sama dialami oleh Coklat Roso. Menurut Meika Hazim, pemilik merek Coklat Roso yang baru eksis sejak sembilan bulan yang lalu itu, dalam kurun waktu satu pe-

kan selama musim libur Lebaran, nilai produk yang terjual bisa mencapai sekitar 40 juta rupiah. Padahal, pada hari-hari biasa penjualan produk hanya mencapai 15 juta rupiah. Dengan pencapaian usaha yang menjanjikan tersebut, Firmanzah meyakini bisnis oleholeh khas Yogya masih terbuka lebar bagi para pemain baru. Dia beranggapan ada kebutuhan sangat tinggi dari para pelancong untuk membawa oleholeh khas Yogya yang tidak melulu berupa bakpia dan gudeg. Hal itu diperkuat dengan branding Yogya sebagai kota meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE). “Para pelancong sebagai kon sumen sasaran kami memiliki kebutuhan diferensiasi yang tinggi,” ujar Firmanzah. Hal itu pulalah yang mendorong pengelola Cokro Telacake membuat produk kue yang berbahan dasar singkong, bukan gandum. � YK/E-2

Kurs Transaksi BI (Rp) ^ Spread

13.717,95

141,75

Dollar Hong Kong

1.105,66

1.094,61

11,05

Yen Jepang (100)

11.218,75

11.103,88

114,87

Ringgit Malaysia

2.885,95

2.854,27

31,68

203,83

201,56

2,27

7.128,32

7.051,34

76,98

288,06

284,9

3,16

8.616,00

8.530,00

86,00

Peso Filipina Dollar Singapura Baht Thailand Dollar AS

06 SEPT 2011

SUMBER: BANK INDONESIA

Bursa Global Indeks IHSG Jakarta Frankfurt Dax Index* Hang Seng Index

05 Sept

06 Sept

3.866,17

3.889,97

5.336,06

^% 0,62

5.302,57

-0,63

19.616,40 19.710,50

0,48

Singapore Strait Times

2.773,17

2.774,33

0,04

KL Composite Index

1.463,12

1.454,37

-0,60

Tokyo Nikkei 225

8.784,46

8.590,57

-2,21

Shanghai SE A Index

2.596,27

2.587,62

-0,33

Philipine SE Index

4.382,56

4.303,08

-1,81

Stock Exchange of Thai

1.049,23

1.055,60

0,61

11.493,60 11.240,30

-2,20

Dow Jones Indl Average** SUMBER: BLOOMBERG

*HINGGA PUKUL 19.00 WIB **HINGGA 5/9

Menarik Konsumen dengan Strategi “Branding”

S

Pengelola Cokro Telacake mempromosikan produknya dengan memberikan tambahan narasi di flayer yang disertakan di dalam kemasan produk. Inti dari narasi tersebut ialah mengajak konsumen menggunakan bahan baku lokal dan tidak melulu bergantung pada impor. Menurut Firmanzah, pemilik Cokro Telacake, pihaknya meyakini pola narasi merupakan bagian dari strategi promosi yang cukup efektif. Tidak hanya itu, dia juga gencar mempromosikan produk dengan menggelar berbagai event kuliner. Pada pertengahan Agustus 2011, misalnya, pihaknya mengadakan Festival All Tela di Alun-alun Sewandanan Pakualaman, Yogyakarta. Selain itu,Cokro Telacakedia rutin menggelar Festival Tela Indonesia from Hero to Zero.

aat ini, peluang bisnis penjualan oleh-oleh khas Yogyakarta dipandang masih terbuka lebar. Meski demikian, bagi pemain-pemain baru, bukan hal mudah untuk menguasai pangsa pasar. Pasalnya, selama ini sebagian besar konsumen kadung mengidentikkan bakpia dan gudeg sebagai produk khas Yogyakarta. Bahkan, kedua produk itu kerap disandingkan dengan nama Yogya sebagai Kota Gudeg atau Kota Bakpia. Dengan brand yang begitu melekat, para pelaku usaha di luar produk bakpia dan gudeg mesti pintar-pintar mencari strategi untuk menarik minat konsumen. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melalui penciptaan merek yang kreatif. Langkah itu coba ditempuh oleh Cokro Telacake, produsen cake berbahan baku singkong.

10 BURSA & KORPORASI Direksi Bursa » Regulator pasar modal Indonesia, Bapepam-LK, akan merevisi aturan tentang pemilihan tiga lembaga otoritas di bursa.

« Dengan brand yang

begitu melekat, para pelaku usaha di luar produk bakpia dan gudeg mesti pintar-pintar mencari strategi untuk menarik minat konsumen.

»

Meski berbagai langkah promosi terus dilakukan, Firmanzah mengaku pihaknya tidak mengabaikan kualitas produk. Oleh karena itu, dia selalu berusaha membuat produk dengan rasa lezat dan bergizi. “Hingga kini, konsumen masih kerap menyangsikan rasa cake yang berbahan dasar singkong. Namun, apabila kami dapat memproduksi cake dengan rasa yang enak, tentu konsumen akan me-

13 EKONOMI INTERNASIONAL

BA NK BANK BANK

13.859,70

BA

KB

BA

NK

N K BA

A KB

NK

A BA A NK KB KB AN BAN BAN K BANK B ANK BANK B

NK

Pound Inggris

NK BANK

124,45

BANK BANK NK BA NK BA

92,92

12.001,71

BANK BANK

8.960,77

12.126,16

BA NK

9.053,69

Euro

BA NK

Dollar Australia

Kurs Beli

NK

Kurs Jual

NK

Mata Uang

A KB AN BAN K B AN K B

Kebijakan Moneter » Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada posisi 4,75 persen.

nyukai,” kata Firman. Rasa dan kualitas produk juga menjadi fokus Coklat Roso. Produk cokelat dengan rasa jamu-jamuan itu dipandang unik karena berbeda dengan cokelat pada umumnya. Dalam mempromosikan produknya, pengelola Coklat Roso mengusung tagline “taste of Jogja” untuk mencitrakan bahwa cokelat mereka benar-benar khas Yogyakarta. “Untuk memperkenalkan cokelat rasa jamu ini, sebelumnya kami harus menawarkan tester kepada konsumen agar rasa penasaran mereka terjawab. Hal itu bisa dilakukan melalui pergelaran pameran-pameran,” kata Meika Hazim, pemilik Coklat Roso, di Yogyakarta, beberapa waktu lalu. Demi menarik minat konsumen pula, tambah Meika, pihaknya membuat kemasan yang benar-benar khas Yogyakarta.

Beberapa contoh kemasan tersebut di antaranya gambar Tugu Jogja, Taman Sari, sepeda onthel, dan becak. Dalam rangka peningkatan pendapatan usaha, para pelaku bisnis oleh-oleh khas Yogya juga memandang perlu memperlebar pangsa pasar. Salah satu strategi yang dilakukan adalah menjalin kemitraan strategis. Langkah itu ditempuh pula oleh Cokro Telacake. Melalui strategi kemitraan tersebut, pengelola Cokro Telacake mengeluarkan merek lain, yakni Casava Brownis Tela. Adapun biaya pengadaan produk baru tersebut berkisar 35 juta hingga 65 juta rupiah. Produk tersebut benar-benar disiapkan khusus sebagai oleh-oleh khas Yogya sehingga tidak akan ditemukan di daerah mana pun kecuali di Kota Pelajar tersebut. � YK/E-2

15 SEKTOR RIIL Angkutan Kargo » Kadin Indonesia meminta evaluasi kembali pelaksanaan aturan agen inspeksi atau dikenal regulated agent bagi industri angkutan kargo nasional.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.