EDISI 1064 - 14 JUNI 2011

Page 4

4

GAGASAN

Selasa

14 JUNI 2011

PERSPEKTIF

Peringatan untuk Demokrat

H

asil survei yang dilansir Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Minggu (12/6) mencerminkan konfigurasi baru dalam hal peta dukungan terhadap partai-partai besar. Perubahan signifikan terjadi pada Partai Demokrat yang mengalami penurunan dukungan sebesar lima persen. Selain itu, perubahan besar juga terjadi pada Partai Golkar, yang naik sebanyak lima persen. Hasil ini tentunya menjadi semacam peringatan (warning) bagi partai pemenang Pemilu 2009 itu. Direktur Eksekutif LSI Denny JA mengungkapkan, penurunan dukungan Partai Demokrat karena faktor kasus Nazaruddin. Upaya penindakan yang tidak tuntas terhadap mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu membuat lima persen pendukung beralih ke Golkar. Tapi, limpahan suara itu juga bukan karena Golkar tidak bekerja. Dalam beberapa pekan, partai berlambang pohon beringin itu rajin mengampanyekan pemberdayaan usaha kecil dan menengah. Sebenarnya prediksi penurunan itu sudah diperkirakan oleh elite Demokrat sendiri. Artinya, hasil survei LSI itu makin menguatkan bahwa sejumlah kasus yang mendera partai yang dibidani Susilo Bambang Yudhoyono, yang kini Presiden, dan juga Ketua Dewan Pembina, tidak boleh dianggap enteng. Sebagai sebuah survei yang harus kita tempatkan sebagai upaya mengukur tingkat popularitas dan dukungan pemilih, maka, kita mesti percaya. Sebab dalam berbagai survei, LSI telah menunjukkan profesionalisme dan validitas hasil survei, apalagi hal ini dilakuMasih cukup banyak kan jauh sebelum pemilu digelar. waktu bagi Demokrat Hasil survei LSI ini selain untuk membuktikan harus menjadi pelajaran diri kepada rakyat yang dan introspeksi, maka Partai Demokrat harus pula dulu begitu semangat melakukan konsolidasi mendukungnya. dan pembenahan internal yang serius dan konsisten. Terutama terhadap kader dan elite yang terbukti melakukan berbagai penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang, apakah melakukan suap, korupsi, dan tindak pidana lainnya. Jika partai tidak tegas, apalagi melindungi mereka yang diduga melakukan tindak pidana korupsi, maka bukan tidak mungkin penurunan lebih besar akan terjadi. Sebagai sebuah partai besar dan pemenang Pemilu 2009, Partai Demokrat menghadapi berbagai ujian. Maklum, usia partai ini relatif muda dibanding dengan Golkar, PDIP, PPP, maupun partai lain. Kecenderungan partai yang “mendadak besar” dan “mendadak berkuasa” memang mudah tergoda, salah satunya terjadi pada diri Nazaruddin dan mungkin banyak kader lain yang kejahatannya belum terungkap. Melihat fenomena seperti itu, tidak ada jalan lain bagi Partai Demokrat untuk segera melakukan pembenahan dan pembersihan. Rakyat sekarang makin realistis dan rasional. Partai yang dinilai sungguh-sungguh memperjuangkan kepentingan rakyat dan menegakkan kebenaran dan keadilan, pasti akan didukung. Sebaliknya, partai yang kurang amanah dan menjadi tempat berlindung kader-kader bermasalah, akan ditinggalkan. Rakyat menjadi penentu naik-turunnya suara partai, termasuk Demokrat. Menurut kita, kasus Nazaruddin harus menjadi peringatan terakhir bagi Demokrat untuk tidak toleran terhadap kader dan elite yang hanya membuat partai ini makin terpuruk. Partai Demokrat sebagaimana janji, jargon, dan ikon pada pemilu lalu, mesti dibuktikan. Rakyat sudah bosan mendengar makin banyaknya penyelenggara negara yang melakukan korupsi dan kolusi. Ini merupakan kesempatan bagi Demokrat untuk membabat mereka dan menegakkan keadilan karena pengaruh kekuasaan terbesar sekarang berada di tangan Demokrat. Jika kita lihat kehidupan masyarakat Indonesia secara umum, tingkat kesulitan hidup makin tinggi. Korupsi dan kurang berpihaknya penyelengara negara pada kepentingan rakyat kecil, membuat mereka yang tidak memiliki akses ke berbagai pintu perubahan dan kemajuan akan tetap berada pada struktur masyarakat miskin. Dalam konteks ini, sebenarnya Partai Demokrat sedang diberi tugas berat dan suci yakni memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya. Karena bertugas memberantas dan membersihkan, maka tidak boleh ada kader dan pemimpin Demokrat yang kotor dan malah ikut menjadi masalah. Masih cukup banyak waktu bagi Demokrat untuk membuktikan diri kepada rakyat yang dulu begitu semangat mendukungnya. Semua itu kini terpulang pada seluruh jajaran partai, jika kesempatan ini tidak diambil, maka sejarah akan berkata lain. �

«

»

RUANG PEMBACA Sarang Kecoa di Taksi Express Beberapa minggu yang lalu, saya bersama ketiga teman kuliah saya naik taksi dari daerah Hayam Wuruk menuju Grand Indonesia. Taksi yang kami pilih adalah Taksi Express. Setelah lima menit saya dan teman-teman saya menaiki Taksi Express tersebut, tiba-tiba teman saya menjerit kecil karena kakinya dirayapi oleh anak kecoa. Teman saya kemudian mengibasnya karena takut, dan saya menginjak anak kecoa itu sampai mati. Kami mengira pada saat itu keadaan sudah aman dan tidak ada kecoa lagi. Namun kemudian, kami melihat ada dua anak kecoa lagi yang sedang berjalan di dekat kaki kami. Merasa penasaran dengan begitu banyak kecoa yang ada, dan tentunya dengan perasaan takut, teman saya memutuskan untuk membuka karpet yang ada di bawah kakinya, kontan kami merasa kaget karena ternyata di bawah kaki kami ada begitu banyak anak kecoa yang bersarang. Retno Dewanti Roxi, Jakarta Pusat.

Setiap tulisan Gagasan/Perada yang dikirim ke Koran Jakarta merupakan karya sendiri dan ditandatangani. Panjang tulisan maksimal enam ribu karakter dengan spasi ganda dilampiri foto, nomor telepon, fotokopi identitas, dan nomor rekening bank. Penulis berhak mengirim tulisan ke media lain jika dua minggu tidak dimuat. Untuk tulisan Ruang Pembaca maksimal seribu karakter, ditandatangani, dan dikirim melalui email atau faksimile redaksi. Semua naskah yang masuk menjadi milik Koran Jakarta dan tidak dikembalikan. Redaksi tidak bertanggung jawab terhadap semua isi tulisan.

KORAN JAKARTA

®

Revitalisasi Produk Pangan Oleh: Nuruzzaman Amin

M

e m a s u k i 2011, dunia dihadapkan kembali dengan krisis pangan. Harga komoditas pangan secara bertahap mulai naik. Akibatnya, banyak negara mengalami inflasi. Berbeda dengan 2008, krisis pangan kali ini diprediksi lebih hebat. Jika 2008 krisis terjadi akibat persoalan cuaca dan bersifat temporer, kali ini penyebabnya lebih kompleks. Ada tiga faktor yang disinyalir penyebab utama. Pertama, lonjakan jumlah penduduk, jumlah penduduk bumi meningkat drastis sehingga permintaan pangan ikut melonjak. Kedua, penggunaan komoditas pangan untuk bahan bakar. Ketiga, meningkatnya kesejahteraan penduduk yang berujung pada kenaikan permintaan komoditas pangan. Ketiga penyebab itu tertuang dalam tulisan residen Earth Policy Institute Lester R Brown yang dipublikasikan Earth Policy Institute yang berjudul “The Great Food Crisis of 2011”. Brown dan lembaganya sudah lama telah menjadi otoritas resmi yang dipercaya dunia dalam memprediksi krisis pangan. Dari sisi konsumsi, ketiga faktor tersebut menyebabkan kenaikan konsumsi pangan dalam jumlah yang besar. Dalam 25 tahun terhitung 1990-2005, tercatat konsumsi pangan hanya 25 juta ton per tahun, namun kenaikan luar biasa yang angkanya melebihi konsumsi pangan selama lebih dari 25 tahun terjadi antara 2005-2010. Dalam lima tahun terakhir ini, konsumsi pangan menjadi 41 juta ton per tahun. Kenaikan terbesar akibat penggunaan komoditas pangan untuk bahan bakar pada 2006-2008 di Amerika Serikat (AS). Pada masa itu, sejumlah komoditas pangan dikonversi menjadi etanol. Ada tiga negara yang diprediksi akan terimbas krisis pangan paling parah, yakni China, India, dan Indonesia. Indonesia barang kali perlu belajar kepada tetangganya, Thailand dan Vietnam, dalam mengelola stok beras. Kedua negara itu berhasil mengamankan kebutuhan pangan karena memiliki target jelas dalam manajemen stok. Selama ini, target menjaga ketersediaan pangan dalam negeri baru sebatas di atas kertas. Berbagai kebijakan mengenai petani dan produksi padi tak cukup ampuh karena tak ada pengendalian. Saat ini, Thailand memiliki 9-11

juta hektare lahan tanaman padi dengan produksi 30-31 juta ton gabah per tahun. Hasil produksi Thailand melimpah sehingga bisa mengeksport 45 persen hasil produksinya atau setara 7-9 juta ton beras. Thailand bahkan menargetkan mampu menambah luas lahan sawah hingga 9,2 juta hektare. Riset terus dikembangkan. Thailand menargetkan bisa mendapatkan kualitas gabah dengan bobot 42 gram per batang padi. Kesuksesan Thailand tidak terlepas dari kebijakan tak lepas dari kebijakan nasional Thailand terkait dengan padi, beras, dan petani, yang dituangkan dalam Thai Rice Master Strategies 20072011. Kebijakan itu disusun bersama Kementerian Pertanian dan Koperasi serta Kementerian Perdagangan. Meskipun kondisi politik mengalami kekisruhan, pemerintah Thailand tetap menjalankan kebijakan tersebut.

« Jalan keluar yang bisa

dilakukan pemerintah adalah melakukan proses transformasi sektor pertanian secara utuh.

»

Pemerintah Vietnam sangat tegas menjalankan kebijakan mendukung produksi beras. Salah satunya, melakukan moratorium konversi persi lahan per tanian menjadi kawasan n perumahan atau industri. Semenjak diberlakukannya kebijakan tersebut, konversi lahan pertanian menjadi lapangan apangan golf, perumahan, atau industri, ri, menurun. Hasilnya, produksi padi pada 2010 meningkat 1 juta ton lebih ih menjadi 39,90 juta ton. Vietnam juga memperbaiki mperbai aiki k sistem irigasi. Pemerintah ah Vietnam menganggarkan 145 juta dollar AS serta menekan pajak impor bagi alat-alat pertanian, pupuk dan pestisida. Belakangan, Kementeririan BUMN mencanangkan kan Gerakan Produksi Pangan n dengan Sistem Korporasi. Program rogram ini untuk memproduksi bahan ahan pangan yang terdiri atas padi, di, jagung,, kedelai, daging dan gula. Selain mendukung pencapaian surplus us pangan nasional, mereka mengoptimalkan malkan BUMN terkait memperkenalkan sistem korporasi dalam budi daya tanaman man pangan kepada petani.

Dalam rapat koordinasi di DPR, Kementerian BUMN akan membuat semacam konsorsium sejumlah perusahaan BUMN untuk menyewa lahan petani. Program sinergi ini terpisah dari program Kementerian Pertanian meskipun tujuannya sama; mencapai target swasembada pangan nasional. Lokasi pelaksanaan akan terpisah dengan program Kementerian Pertanian. Lahan yang akan disewa tersebar di Aceh, Jatim, Jabar, dan Sulsel. Namun yang perlu diingat, kondisi teritorial Indonesia yang berbentuk kepulauan membutuhkan “jembatan” penghubung agar arus transfer barang pangan menjadi lebih hemat dan mudah. Barang kali, faktor keterlambatan pembangunan sektor infrastruktur pendukung pertanian inilah yang membedakan Thailand, Vietnam, dengan Indonesia. Menyikapi hal ini, jalan keluar yang bisa dilakukan pemerintah adalah melakukan proses transformasi sektor pertanian secara utuh. Ada empat yang perlu ditanamkan dalam proses transformasi pertanian. Pertama, pemerintah menyediakan dan memperbaiki infrastruktur dasar yang diperlukan bagi pembangunan pertanian, misalnya pengadaan jalan, jembatan, sistem irigasi terutama di luar Jawa, penelitian dan pengembangan bibit yang mampu beradaptasi dengan perubahan iklim, penyuluhan dan land reform. Kedua, memperkuat pasar ssebae aeb

gai media yang akan mempertemukan transaksi antar sektor hulu dan hilir di sektor pertanian. Setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan pemerintah, yakni mendesain sistem keuangan yang sesuai dengan kebutuhan pelaku di sektor pertanian, sistem pasokan input dan pasar output lokal. Ketiga, menggandeng pelaku ekonomi swasta (private sector) untuk mengeksekusi kegiatan lanjutan di sektor pertanian, khususnya pemasaran dan pengolahan komoditas pertanian sehingga keterkaitan antar sektor nonpertanian mampu menciptakan daya saing yang kuat bagi produk-produk pertanian. Keempat, revisi atas Undang-Undang No 7/1996 tentang Pangan yang selama ini masih belum sesuai dengan harapan dan upaya penyediaan pangan berkelanjutan. Belum jelas orientasi pengembangan pangan sebagai pemenuhan kebutuhan manusia, instrumen ekonomi dan politik. Melalui upaya di atas, diharapkan pencapaian pertumbuhan sektor pangan dan pertumbuhan ekonomi pertanian lebih dapat diprediksi dan kesejahteraan pelaku ekonomi di hulu (petani, peternak, nelayan, dan penduduk sekitar hutan) dapat diperbaiki secara gradual. � Penulis adalah Pengurus Lembaga Ketahanan Sosial, Jakarta.

KORAN JAKARTA/GANJAR DEWA

PERADA

INFO BUKU

Jazirah Arab Abad 21 Judul : Ben Ali, Mubarak, Khadafi Penulis : Nurani Soyomukti, Muhammad Iqbal Penerbit : Medium, Bandung Tahun : 1, Mei 2011 Tebal : +191 halaman Harga : Rp29.500

T

imur Tengah dan Afrika Utara adalah kawasan yang tak pernah lekang dari isu peradaban dan sejarah dunia. Pertengahan abad ke-20, kawasan tersebut telah menjadi pusat terjadinya peristiwaperistiwa dunia, dan menjadi wilayah yang sangat sensitif, baik dari segi kestrategisan lokasi, politik, ekonomi, kebudayaan dan keagamaan. Lebih menggiurkan, Timur Tengah memunyai cadangan minyak mentah dalam jumlah besar dan merupakan tempat kelahiran serta pusat spiritual agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Kini, di abad ke-21 kawasan tersebut kembali mengukir sejarah penting. Berawal dari aksi bakar diri (dilakukan 7 Desember 2010) Mohamed Bouazizi, masyarakat dunia dikagetkan dengan aksi kemarahan rakyat di sekitar wilayah tersebut. Aksi “beruntun” itu ditujukan kepada pemimpin negaranya yang terlalu lama berkuasa. Bouazizi berasal dari Tunisia. Dalam keseharian, sarjana muda ini berprofesi sebagai pedagang sayur. Aksi bakar diri dilakukan sebagai tamparan keras bagi pemerintah setelah gerobak jualannya disita polisi Tunisia (hlm 16). Siapa sangka aksi heroik tersebut menyulut keprihatinan mendalam di lingkungan masyarakat. Media jejaring sosial dan elektronik lain

«

Buku ini sangat direkomendasikan bagi peneliti dan pemerhati perkembangan media. Bagi generasi muda agar tidak melewatkan pengetahuan sejarah penting abad ini, di sana terdapat pelajaran politik yang sangat berharga.

»

berperan penting dalam menggugah solidaritas massal. Pada 14 Januari, Ben Ali (Pemimpin Tunisia) turun dari jabatannya, tepat setelah 28 hari setelah peristiwa Bouazizi. Kesuksesan rakyat Tunisia melengserkan kepala negaranya pun sampai ke negeri tetangga dan menimbulkan efek domino. Di Mesir, otoritas Hosni Mubarak digugat. Setelah gelombang protes selama 15 hari yang menewaskan sedikitnya 300 orang, Ia akhirnya mundur pada 11 Februari 2011 (hlm 84). Nurani Soyomukti dan Muhammad Iqbal (penulis) dalam hal ini me-

ngemukakan bahwa dua faktor yang menggiring gelombang demonstrasi rakyat khususnya di Tunisia, Mesir, adalah keterpurukan ekonomi dan kesenjangan sosial rakyat Arab akibat pemerintahan otoriter dan korup. Sasaran selanjutnya tertuju pada penguasa Yordania, Yaman, Kuwait, Bahrain, Aljazair, Maroko, dan Libia yang rata-rata berkuasa lebih dari 20 tahun. Mengetahui bahwa media penyebaran informasi dapat menjadi referensi rakyat untuk melakukan perlawanan berarti, tanggapan mereka berbeda-beda. Ada yang reaktif dengan menetapkan beberapa kebijakan baru yang prorakyat, ada juga yang angkuh dan menutup jaringan internet guna menghambat akses informasi. Dari sini, kita renungkan perkataan Lord Acton, “Kekuasaan itu cenderung korup, kekuasaan mutlak akan korup secara mutlak” (power tends to corrupt, absolute power corrupt absolutely). Agaknya, semua itu tak membuat gentar. Gelombang revolusi telah dijalankan. Segala kebijakan baru dianggap sebagai keterlambatan. Bersama mereka berteriak, “Sekarang, tak ada lagi ketakutan” (La Khouf Ba’da al-Yaum). Buku ini sangat direkomendasikan bagi peneliti dan pemerhati perkembangan media. Bagi generasi muda agar tidak melewatkan pengetahuan sejarah penting abad ini, disana terdapat pelajaran politik yang sangat berharga. � Peresensi adalah Durrotun Yatimah, mahasiswi Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang.

Judul

: Zona Bebas Gosip; Trik Menciptakan Lingkungan Kerja Produktif untuk Memaksimalkan Profit Penulis : Samuel P Chapman Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Tahun : I, Juni 2011 Tebal : 218 halaman Harga : Rp48.000,Fakta bahwa rata-rata karyawan menghabiskan 65 jam setahun untuk bergosip di kantor—angka yang jelas-jelas merugikan. Untunglah, ada sebuah cara untuk mengubah lingkungan beracun di tempat kerja, sekolah, serta organisasi lainnya, yakni semua itu terungkap dalam Zona Bebas Gosip. Sam Chapman mengembangkan cara untuk mengurangi kenegatifan dengan berfokus pada komunikasi yang autentik. Dalam waktu singkat, pembaca akan dapat mengendalikan gosip yang merusak di lingkungan kerja dan menciptakan lingkungan yang menyenangkan. Buku berjudul Zona Bebas Gosip menjadi bacaan bagi setiap orang yang ingin membawa hubungan mereka ke tingkat selanjutnya, baik di tempat kerja maupun di rumah. Buku ini menunjukkan cara yang unik dan mudah diikuti untuk bersikap autentik. �

Pemimpin Redaksi: M Selamet Susanto Wakil Pemimpin Redaksi: Adi Murtoyo Asisten Redaktur Pelaksana: Adiyanto, Khairil Huda, Suradi SS, Yoyok B Pracahyo, Alma Silvana Hasiani Tobing. Redaktur: Antonius Supriyanto, Dhany R Bagja, Edwin Karuwal, Marcellus Widiarto, M Husen Hamidy, Sriyono Faqoth. Asisten Redaktur: Ade Rachmawati Devi, Ahmad Puriyono, Budi, Mas Edwin Fajar, M. Yasin,Nala Dipa Alamsyah, Ricky Dastu Anderson, Sidik Sukandar. Reporter: Agung Wredho, Agus Supriyatna, Benedictus Irdiya Setiawan, Bram Selo, Citra Larasati, Danang Priambodo, Dini Daniswari, Diya Farida, Doni Ismanto, Eko

Nugroho, Faisal Chaniago, Fransiskus Hasiholan, Frans Ekodhanto, Hansen HT Sinaga, Haryo Brono, Haryo Sudrajat, Irianto Indah Susilo, Mochamad Ade Maulidin, Muchammad Ismail, Muhammad Fachri, Muslim Ambari, Nanik Ismawati, Rahman Indra, Setiyawan Ananto, Tya Atiyah Marenka, Vina Iklima Idris, Wachyu AP, Wandi Yusuf, Xaveria Yunita Melindasari, Yudhistira Satria Utama Koresponden: Budi Alimuddin (Medan), Noverta Salyadi (Palembang), Agus Salim (Batam), Henri Pelupessy (Semarang), Eko Sugiarto Putro (Yogyakarta), Selo Cahyo Basuki (Surabaya) Bahasa: Yanuarita Puji Hastuti, Fadjar Yulianto Desain & Produksi : Yadi Dahlan.

Penerbit: PT Berita Nusantara Direktur Utama: M Selamet Susanto Direktur: Adi Murtoyo. Managing Director: Fiter Bagus Cahyono Manajer Iklan: Diapari Sibatangkayu Senior Sales Manager: Andhre Rahendra Adityawarman Manajer IT: Parman Suparman Asisten Manajer Sirkulasi: Turino Sakti Asisten Manajer Distribusi: Firman Istiadi Alamat Redaksi/Iklan/Sirkulasi: Jalan Wahid Hasyim 125 Jakarta Pusat 10240 Telepon: (021) 3152550 (hunting) Faksimile: (021) 3155106. Website: www.

koran-jakarta.com E-mail: redaksi@koran-jakarta.com

Tarif Iklan: Display BW Rp 28.000/mmk FC Rp 38.000/mmk, Advertorial BW Rp 32.000/mmk FC Rp 40.000/mmk, Laporan Keuangan BW Rp 17.000/mmk FC Rp 32.000/mmk, Pengumuman/Lelang BW Rp 9.000/mmk, Eksposure BW Rp 2.000.000/kavling FC Rp 3.000.000/kavling, Banner Halaman 1 FC Rp 52.000/mmk, Center Spread BW Rp 35.000/mmk FC Rp 40.000/mmk, Kuping (Cover Ekonomi & Cover Rona) FC Rp 9.000.000/Kav/Ins Island Ad BW Rp 34.000/mmk FC Rp 52.000 Obituari BW Rp 10.000/mmk FC Rp 15.000/mmk, Baris BW Rp 21.000/baris, Kolom BW Rp 25.000/mmk, Baris Foto (Khusus Properti & Otomotif ) BW Rp 100.000/kavling.

Wartawan Koran Jakarta tidak menerima uang atau imbalan apa pun dari narasumber dalam menjalankan tugas jurnalistik


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.