kabar sumatera

Page 5

5

SABTU, 19 RABIUL AKHIR 1434 H 2 MARET 2013 M

KabarSumatera

KABAREKBIS

BAWANG PUTIH IMPOR JADI ‘RAJA’ PALEMBANG|KS Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional mencatat sepanjang 2012, Indonesia mengimpor sebanyak 415.000 ton bawang putih dari beberapa negara dengan nilai US$ 242,3 juta atau senilai Rp 2,3 triliun bawang putih. Cina dianggap sebagai penyumbang terbesar yakni 410.100 ton atau senilai Rp 2,27 triliun. Periode 2012, bawang putih ini penyebab terjadinya inflasi sebanyak 0,32 persen di Kota Palembang. Nyonya Lelly, pedagang bawang putih di Pasar 16 Ilir Kota Palembang kepada Kabar Sumatera membeberkan saat ini produk bawang putih impor cukup diminati warga di kota ini. Selain harga jualnya yang murah, selera konsumen cukup tinggi. Ujar Lelly, bila dipandang dari kasat mata tentunya bawang putih impor berukuran lebih besar. Bila dibandingkan kualitasnya, bawang putih impor jauh lebih baik. Dengan alasan inilah sehingga membuat bawang putih impor diminati banyak pembeli. “Kalau aroma justru bawang putih lokal lebih menyengat dan harganya agak mahal. Namun, pembeli tidak memilih aroma melainkan kuantitas dan harga yang murah. Ini yang menyebabkan kenapa permintaan bawang putih impor kian melambung,” ungkap Lelly. Selanjutnya Lelly berkata, adapun alasan lainnya adalah bawang putih impor memiliki ciri bonggolnya besar sehingga konsumen lebih gampang untuk mengupasnya. “Berbeda dengan bentuk bawang putih lokal yang lebih kecil dan mahal sehingga membuat konsumen kurang menyukainnya. Harga dan kelezatannya tidak jauh berbeda. Untuk harga, baik bawang putih impor Cina maupun lokal berkisar Rp 20.000 hingga

Rp 23.00 per kilogram,” Lelly menjelaskan. Dominasi bawang putih Cina di pasar tradisional Kota Palembang terlihat nyata. Menurut Syamsurijal, Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Koperasi, Perindustrian, Usaha Mikro Kecil dan Mengeh dan Perdagangan, berhamburnya jenis bawang putih impor berlangsung hampir lima tahun ini. Boleh dikata bawang putih lokal sulit beredar di pasaran. “Hasil sidak yang kita lakukan tidak ada bawang putih lokal. Sebabnya, di Sumatera Selatan (Sumsel), Lampung, dan Bengkulu bukan pengimpor langsung, tetapi membeli dari agen di Pulau Jawa dan Jakarta,” terang Syamsurijal. Lanjut Syamsurizal, merajanya bawang putih impor Cina sepenuhnya diserahkan ke mekanisme pasar. Bila memang permintaan konsumen lebih tinggi, tiada yang sanggup melarangnya. “Dan, sekiranya ada bawang putih lokal yang beredar tidak ada masalah. Biarkan saja masyarakat yang memilihnya,” ucapnya. Berdasarkan data yang dimiliki Syamsurijal, hingga Februari 2013 tidak ada kenaikan harga yang signifikan pada beberapa kebutuhan pokok. Daging sapi, misalnya dijual seharga Rp 89,000 per kilogram, daging ayam potong sebanyak Rp 22.000 per kilogram, dan daging ayam kampung sebanyak

Rp 38.000 per ekor. “Harga bawang putih sebanyak Rp 22.000 per kilogram. Bawang merah seharga Rp 19.000 per kilogram,” ujarnya. Namun begitu, Fauziah Wardani, pengamat ekonomi Sumsel yang dibincangi Kabar Sumatera menuturkan komoditas bawang putih di pasar tradisional di Kota Palembang masih didominasi bawang putih impor dari negeri tirai bambu. Gita Wirjawan, Menteri Perdagangan mengakui bila Indonesia masih ketergantungan dengan impor bawang putih. Makanya hal terpenting yang perlu dibenahi ialah perbaikan sistim agar terjadi produktivitas yang tinggi terhadap bawang putih lokal. Bisa dengan nggunaan teknologi tepat guna dan penambahan areal lahan pertanian bawang putih domestik. “Yang harus kita lakukan adalah peningkatan produksi nasional kita. Kita butuh lahan dan teknologi tetapi yang jauh lebih penting itu adalah lahannya. Bila kita harus memilih opsi untuk mengurangi atau tidak mengkonsumsi bawang putih itu sangatlah tidak bijak. Kalau tidak mau meningkatkan produksi lokal, kita jangan banyak makan bawang putih. Itu saja pilihannya,” demikian kata Fauziah. Informasi Data BPS tahun 2012 mencatat 411.300 ton bawang putih asal negeri tirai bambu dengan nilai US$ 267,7 juta. Di tahun yang sama impor bawang putih dari India sebanyak 3.424 ton dengan nilai US$ 1,7 juta, impor dari Malaysia sebanyak 1.124 ton dengan nilai US$ 1,1 juta, bawang putih dari Pakistan sebanyak 203 ton dengan nilai US$ 81,2 ribu, dan Thailand sebesar 58 ton dengan nilai US$ 37 ribu. l TEKS:JEMMY SAPUTERA. EDITOR:RINALDI SYAHRIL. FOTO:BAGUS KS

Tersebab Melambungnya Bawang Putih JAKARTA|KS Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan menyebut penyebab harga bawang tinggi karena masih tergantung impor. Karena itu, solusinya adalah menambah produktivitas nasional. “Solusinya kita naikan produksi na-

sional atau jangan makan bawang putih,” kata Gita. Ucap Gita, kurangnya lahan serta kurangnya teknologi membuat kurangnya produksi bawang nasional. “Saya rasa perlu lahan, perlu teknologi dan saya rasa paling penting itu lahan

terlebih dahulu,” katanya. Sebelumya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang 2012, Indonesia mengimpor 415.000 ton bawang putih dari beberapa negara dengan nilai USD242,3 juta atau senilai Rp2,3 triliun bawang putih. Mayoritas bawang putih

CMYK

impor datang dari Cina yaitu sebanyak 410.100 ton dengan nilai USD239,4 juta atau Rp2,27 triliun untuk periode Januari sampai Desember 2012. Sebagai pembanding, berdasarkan data BPS pada 2011 terdapat 411.300 ton bawang putih asal negeri tirai bambu

dengan nilai USD267,7 juta. Dari data tersebut menunjukkan secara volume dan nilai impor bawang putih dari Cina mengalami sedikit penurunan yang tak signifikan. l TEKS/FOTO:ISTIMEWA. EDITOR:RINALDI SYAHRIL


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.