/contoh

Page 1

DRAFT TEHNIS PENGGUNAAN REPEATER RAPI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN REPEATER RAPI VHF 143.550 -200 KHz][offset -200 KHz] untuk public safety VHF[offset 143.550 MHz [disampaikan oleh tim JZ09ZWS pada acara diskusi public safety di Cipayung 10 Pebruari 2007]

Pendahuluan 1.

2. 3.

4.

5.

Bahwa anggota RAPI memiliki tanggung jawab moril dalam mengantisipasi terjadinya bencana alam/situasi darurat di JABODETABEK dalam bentuk penyebaran informasi kepada pihakpihak terkait maupun keperluan intern organisasi. Untuk keperluan tersebut diatas diperlukan fasilitas repeater VHF yang dapat menjangkau wilayah JABODETABEK. Fasilitas repeater yang di bangun oleh rekan-rekan RAPI di Bogor adalah asset yang perlu mendapat support dari RAPI JABODETABEK karena letak repeater yang secara geografis mampu menjangkau JABODETABEK, Lampung, Perbatasan Sumatera Selatan dan perbatasan Jawa Tengah ini dapat di manfaatkan untuk public services/safety seperti dalam komunikasi bencana alam. Untuk memanfaatkan repeater tersebut perlu diatur tehnis dan operating prosedur, agar komunikasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Repeater pada umumnya bekerja selama 24 jam, oleh karena itu perlu maintenance secara berkala agar dapat beroperasi dengan maksimal.

Landasan Operasional 1. 2.

3. 4. 5. 6.

UU. Telekomunikasi No. 36. Tahun 1999 KEPMENHUB No. 77 tahun 2003, Pasal 28 Point a : 1 [“Penyelenggaraan KRAP dengan menggunakan pancar ulang (repeater) oleh organisasi, pada frekwensi : a. RX : 142.000 MHz dan 142.025 MHz, b. TX : 143.550 MHz dan 143.575 MHz”]. Pasal 28 point e [“Setiap frekwensi dapat pula digunakan untuk penyampaian berita gawat darurat”]. Pasal 30 tentang Tehnis pendirian repeater. AD/ART RAPI Kode Etik RAPI

Visit us at www.jz09zws.net e-mail : inforapi@jz09zws.net

Repeater and Public safety

1


Prosedur Penggunaan Repeater Tujuan utama membangun sebuah repeater adalah untuk mencapai efektifitas komunikasi, karena repeater dapat meningkatkan daya transmit dan receive “client” atau stasiun pengguna repeater tersebut, misalnya : Dengan output TX minimum dapat menjangkau radius secara maximum Mobilitas komunikasi menjadi lebih tinggi Keperluan Base Stasiun dapat di kurangi Untuk mencapai tingkat efektifitas komunikasi tersebut, maka perlu prosedur penggunaan repeater yang harus dipahami oleh anggota RAPI khususnya dan unsur masyarakat yang menyangkut dengan public safety. Prosedur umum yang sering dilakukan adalah : Memfungsikan repeater hanya untuk pembicaraan yang yang bersifat urgent atau penyampaian “10-14” “Client” harus memahami siapa yang akan dihubungi, monitoring adalah pre-contact yang harus dilakukan. Langsung pada pokok pembicaraan atau inti “10-14”, sehingga di dapat komunikasi yang singkat, jelas dan lengkap. Karena berita-berita yang muncul adalah hal yang perlu di record maka setiap “client” harus mencatat pada logsheet pribadi. Pada situasi bencana, fungsi komunikasi menjadi hal yang penting komunikasi sangat berfungsi pada tahap siaga (keadaan bahaya/darurat) baik pada tahap SEBELUM terjadi musibah/bencana, SAAT terjadi musibah/bencana maupun pada tahap PASCA musibah/bencana. Fungsi-fungsi tersebut adalah : 1.

2. 3. 4.

Sarana Penginderaan dini (Early warning system), agar musibah/bencana dan marabahaya yang diperkirakan akan terjadi dapat di deteksi secara dini, sehingga semua usaha pertolongan/ penyelamatan dapat dilakukan tepat waktu dan tepat guna serta mengurangi timbulnya kerugian-kerugian yang banyak (harta benda bahkan jiwa manusia). Suatu koordinasi antara Institusi/organisasi/potensi lain yang terlibat, secara tepat, cepat efektif dan efisien. Sarana komando dan pengendalian atas unsur-unsur yang terlibat dalam operasi pertolongan/ penyelamatan (Search and Rescue). Sarana bantuan administrasi dan logistik.

A. Kondisi Normal [Planning A] a.

Kondisi pada tahap alert/early warning system a.1 Semua anggota RAPI pengguna repeater VHF 143.550 MHz yang melihat tanda-tanda akan adanya bencana wajib menyampaikan informasi pada pengurus lokal, wilayah, daerah terdekat. a.2 Monitoring “disaster alert” ini kemudian dibantu oleh anggota RAPI yang lain dengan tetap menggunakan operating prosedur yang berlaku serta didukung dengan data yang akurat. a.3 Pengurus lokal, wilayah serta daerah terdekat dengan sumber “early warning” berkewajiban melakukan persiapan untuk membangun jaring komunikasi darurat sebagai bentuk “first responding” dan bila diperlukan dan menjadi SMC (SAR Mission Commander). Repeater and Public safety

2


b.

Kondisi pada tahap terjadinya bencana b.1 Prioritas pada saat terjadi bencana harus dilakukan prosedur tetap organisasi, antara lain : b.1.1Pengurus Pusat Membuka stasiun darurat dan bekerja sama dengan instansi terkait. • Menentukan frekwensi, Band dan mengajukan Callsign Stasiun Zulu sesuai kebutuhan stasiun darurat • Mengirim radiogram untuk semua stasiun daerah • Melakukan Net Emergency Nasional minimal 2 x 24 jam • Melakukan sirkulasi berita dari stasiun Zulu kepada pihak terkait di tingkat Pusat. b.1.2 Pengurus Daerah Membuka stasiun darurat dan bekerja sama dengan instansi terkait. · Menentukan frekwensi, Band dan pengajuan Callsign untuk Stasiun Zulu Wilayah dan lokal · Mengirim radiogram untuk semua stasiun Wilayah · Melakukan Net Emergency Daerah minimal 2 x 24 jam · Melakukan sirkulasi berita dari stasiun Zulu kepada pihak terkait di tingkat Daerah dan Pusat. b.1.3 Pengurus Wilayah Membuka stasiun darurat dan bekerja sama dengan instansi terkait. · Membuka stasiun sesuai dengan juknis dari tingggkat daerahTentukan. · Mengirim radiogram untuk semua stasiun Lokal · Melakukan Net Emergency Wilayah minimal 2 x 24 jam · Melakukan sirkulasi berita dari stasiun Zulu kepada pihak terkait di tingkat Wilayah dan meneruskan ke tingkat daerah. b2. Pada saat terjadi bencana seluruh anggota RAPI di JABODETABEK harus memberikan prioritas penuh kepada stasiun Zulu dan stasiun pribadi yang terlibat operasi SAR dalam menggunakan repeater. B4. Mengijinkan Instansi pemerintah yang terkait dengan penanganan bencana untuk bergabung pada repeater RAPI sebagai wujud koordinasi terpadu atas referensi pengurus Pusat/Daerah/Wilayah/Lokal. b.5 Jika di anggap perlu Pemerintah Daerah/Pengurus Pusat/Daerah dapat menetapkan repeater VHF. 143.550 MHz untuk keperluan “disaster traffic coordination” sesuai dengan skala dan kualitas bencana dan jangka waktu tertentu

c.

Kondisi Pasca Bencana Untuk keperluan rehabilitasi bencana seluruh stasiun Zulu dibantu dengan stasiun individu dapat menggunakan repeater VHF. 143.550 MHz dengan komunikasi terbatas dan tetap memprioritaskan informasi yang terkait dengan rekontruksi pasca bencana.

B.

Kondisi Independent (Planning B) Jika stasiun organisasi tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka anggota RAPI dapat menjadi volunteer pada LSM, Instansi lain dengan menggunakan stasiun pribadinya. Membuat jaring komunikasi sendiri untuk membangun SMC (SAR Mission Commander) hingga SRU (SAR Unit). Membuat dokumentasi tertulis atas semua aktivitas public safety untuk input pada organisasi Repeater and Public safety

3


Operating Prosedur. a.

Alokasi Callsign Alokasi Callsign/Stasiun Zulu harus berdasarkan SK dari RAPI Pusat/Daerah dengan tembusan kepada Dinas Perhubungan terkait. Setiap Stasiun Zulu harus memiliki penanggung jawab stasiun.

b.

Kode komunikasi dan Alphabetic Phonetic Seluruh stasiun Zulu harus menggunakan operating prosedur RAPI. Penggunaan Alphabetic Phonetic nasional/lain hanya di dipergunakan jika komunikasi melibatkan instansi lain yang kurang memahami kode 10 Menggunakan Istilah komunikasi secara umum untuk memperjelas penyampaikan berita, misalnya : 1.

Break Istilah break mempunya dua macam pengertian, pertama digunakan apabila dalam komunikasi jarak jauh dan propagasi tidak bagus sehingga penerimaan sulit, maka break dapat digunakan sebagai pengganti over. Pengertian kedua ialah memutus komunikasi yang sedang berlangsung secara paksa, ini hanya di gunakan apabila sangat perlu untuk menyampaikan berita marabahaya/darurat.

2.

Contact Apabila sedang dalam komunikasi net atau dalam round table ada keperluan penting diluar giliran kita, JZ10B contact ..!

3.

CQ ..CQ .. Panggilan ini digunakan sebelum terdengar ada stasiun yang memanggil

4.

QRZ Digunakan apabila ada yang memanggil kita dan panggilannya kurang jelas.

5.

Over / go ahead Digunakan untuk mengakhiri pembicaraan pada tiap akhir transmisi.

6.

Roger Roger berarti berita sudah diterima, dan tidak boleh diucapkan secara berlebihan karena menyimpang dari pengertian sebenarnya.

7.

Copy Berita dapat terbaca di mengerti.

8.

Rollcall Panggilan bergilir pada suatu Net / absensi udara.

Repeater and Public safety

4


9.

Sked / on sked Panggilan yang dilakukan oleh stasiun tertentu karena adanya janji di hari/jam/ waktu/frekwensi yang telah di tentukan. Oleh karena itu jika mendengar on sked kita harus memberikan prioritas pada stasiun tersebut.

10. Zero beat Artinya frekwensi lawan bicara kita tepat dengan frekwensi yang kita gunakan, misalnya : frekwensi 142.600 MHz c.

Stasiun Zulu harus memiliki perlengkapan administrasi yang memadai.

d.

Sistem Reporting Signal.

Jika range repeater terlalu jauh dan memerlukan reporting signal, maka tukar menukar informasi tentang kekuatan signal dan jelasnya penerimaan menggunakan tata cara yang berlaku secara internasional. Hal tersebut ditempuh untuk menghindari kesalah fahaman dan kesimpang siuran yang tidak dimengerti. Secara umum pelaporan signal pada saat radio chek meliputi pelaporan kekuatan signal dan kualitas audio.

Kualitas Readibility/Audio meliputi Penilaian Uraian sebagai berikut : 5 kuat sekali 4 kuat 3 cukup 2 lemah 1 hampir tidak diketahui / lemah sekali Kualitas Signal meliputi Penilaian Uraian sebagai berikut : 9 signal luar biasa kuat 8 sangat kuat 7 kuat sekali 6 kuat 5 cukup kuat 4 cukup 3 lemah 2 sangat lemah 1 menghilang, tidak diketahui

Contoh : JZ12AA 10-32 5/9 ...

Repeater and Public safety

5


Formulir Berita dan Logsheet RADIO ANTAR PENDUDUK INDONESIA STASIUN DISASTER LOKAL KEBAYORAN - JZ09ZSA Jl. H. Muhi No. 4 Kebayoran Lama Telp. 7620000

RADIOGRAM Stasiun asal berita

Tempat asal berita

Dari Untuk Tembusan Klasifikasi Nomor Isi berita

: : : : : : .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... : : : :

Pengirim Nama Callsign Jabatan BERITA DIKIRIM DITERIMA

DARI/KE STASION

Jenis Nomor Derajat Instruksi Group Tgl/Waktu Pengajuan

TANGGAL & WAKTU

CARA

TANDA TANGAN OPR.

Header diatas diisi sebagai berikut : 1. Isi Callsign Pengirim 2. Isi Lokasi pengiriman 3. Jenis di isi dengan (a) PLN/Planning (b) Incerfa (c) Alerfa (d) Distresfa (e) Sarex, Drill 4. Nomor di isi dengan urutan berita 5. Derajat di isi dengan (a) Z/Emergency-Kilat (b) O/Operational Immediate-amat segera (c) P/Priority-(segera) (d) R/Routine-rutin 6. Di isi dengan T (relay to) bila berita tersebut akan di teruskan ke stasiun lain. 7. Group di isi dengan jumlah kata (bila diperlukan) Di isi dengan format MMDDHHMM ditambah huruf Z (G) = WIB Keterangan Bagian Footer : Cukup Jelas, kolom cara di isi dengan RDO - radio+frekwensi misal : RDO 7075 MHz. Format berita harus di isi sesingkat mungkin, jelas dan berbobot.

Repeater and Public safety

6


FORMULIR LAPORAN MUSIBAH BENCANA ALAM

RADIO ANTAR PENDUDUK INDONESIA DAERAH DKI JAKARTA FORMULIR LAPORAN MUSIBAH BENCANA ALAM 1. 2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Tingkat keadaan bahaya Sumber Berita a. Dilaporkan oleh b. Alamat c. Telp/Fax/Telex d. Frekwensi Radio Keterangan tentang musibah a. Jenis Musibah b. Tgl/Waktu/Kejadian c. Posisi/tempat/lokasi Keterangan tentang korban a. Perkiraan jumlah korban luka-luka

:

Incerfa/Alerfa/Destresfa

: : : : : : : :

………………. Callsign ……….. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ……………….

:

b.

:

Dewasa ……………….. orang anak-anak …………… orang Dewasa ……………….. orang anak-anak …………… orang

Perkiraan jumlah korban Meninggal

Perkiraan kerusakan Materi a. Fasilitas Umum b. Fasilitas Sosial c. Rumah Hunian Alat Bantu penyelamatan yang ada a. Perahu karet/pelampung b. Radio Komunikasi c. Lain-lain Keadaan ditempat musibah a. Cuaca b. Sarana jalan menuju lokasi c. Penyakit yang berjangkit d. Lain-lain Tindakan yang diambil

: : :

………………. ………………. ……………….

: : :

………………. Band …. Meter, Frek …. MHz. ……………….

: : : : :

………………. ………………. ………………. ………………. ……………….

Diterima di : ……………………..

Penerima ………………Callsign ………….

Tgl/waktu : ……………………..

Tanda Tangan ………………………………

Repeater and Public safety

7


Simulasi Jaring Komunikasi Emergency Care dan Disaster Respon JZ09ZDK

JZ09ZZD RAPI DKI Jakarta

Dinas Kesehatan Prov. DKI Jakarta

Instansi Terkait

Stasiun Wilayah

Rumah Sakit

Puskesmas

Unit Mobile Stasiun Lokal

Potensi Komunikasi Masyarakat

Anggota RAPI

Repeater and Public safety

8


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.