Jambi Independent | 07 Oktober 2010

Page 29

Jambi Independent

Kamis, 07 oktober 2010

Anak Demam setelah Imunisasi ? Vaksinasi atau yang lebih sering disebut dengan imunisasi adalah pemberian suatu vaksin ke dalam tubuh seseorang yang bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Imunisasi tersebut diberikan sejak lahir hingga dewasa, sesuai dengan jenis vaksinnya. FITRILIDIA, Jambi

Eddi Junaedi/Jambi Independent

KEKEBALAN

Seorang anak sedang divaksin. Dengan imunisasi bukan berarti anak kebal 100 persen. Tapi, sakit yang diderita anak menjadi lebih ringan.

Pemberian imunisasi dilakukan dengan harapan apabila terjadi infeksi terhadap bakteri/kuman/virus yang telah diberikan imunnya sehingga tidak me­ nimbulkan sakit yang lebih parah. Menurut Dr Pandji PB Sp A, vaksin imunisasi tidak memberikan kekebalan seratus persen. “Hanya saja bayi atau anak yang sudah diimunisasi, sakit yang dideritanya akan lebih ringan,” jelasnya saat ditemui di RS Theresia, kemarin (6/10). Ada lima jenis vaksin program pengembangan imunisasi (PPI-diwa­ jibkan). Masing-masing vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin), Hepatitis B, Polio, DPT (difteri, pertusis, dan tetanus) dan campak. BCG diberikan sejak lahir, kata Dr Pandji. Apabila umur bayi sudah lebih tiga bulan, maka harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. Yakni tes untuk mengetahui apakah bayi su­ dah terinfeksi kuman TB atau belum. Karena ada kemungkinan bayi sudah ada kontak dengan penderita TB. Jika uji tuberkulin negatif, baru diberikan vaksin BCG. Normalnya, kata Dr Pandji, reaksi BCG (berupa bisul pada bekas suntikan) muncul setelah 4-6 minggu disuntik. Pada keadaan tertentu bila reaksi ter­ jadi lebih cepat (accelerated reaction) yakni 3-7 hari tandanya anak sudah kena TB. Kedua, vaksin Hepatitis B. Yang diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada usia satu, dua dan empat bulan. Ketiga, vaksin polio diberikan pada kunjungan pertama

bayi atau usia nol bulan. Keempat, vaksin DPT merupakan campuran dari tiga vaksin yang diberikan untuk memberikan kekebalan pada tubuh terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin ini diberikan tiga kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan jarak waktu antar pemberian minimal empat minggu. Kemudian diberikan lagi pada umur 18 bulan dan lima tahun. Lima, yakni vaksin campak. Imunisasi ini dilakukan dua kali, pada bayi usia sembilan bulan dan anak usia enam tahun. Mengapa mulai usia sembilan bulan? Dikatakan Dr Pandji, di negara berkem­ bang termasuk Indonesia, kekebalan alami bayi yang didapat dari ibu sudah hilang pada usia sembilan bulan. Yang digantikan dengan kekebalan tubuh bayi, hanya saja belum maksimal. Lima jenis vaksin yang diwajibkan oleh PPI, diakui Dr Pandji, ada yang diberikan secara berulang. Vaksin ulang dilakukan agar kekebalan dalam tubuh lebih lama dan kuat. Diharapkan vaksin yang wajib diberi­ kan lengkap saat anak berusia satu tahun. Sementara itu, ada tujuh yang menjadi program imunisasi non-PPI (dianjur­ kan). Yakni Hib, Pneumokokus/IPD (invasive pnewmococcal diseases), influenza, MMR (measles, mumps, ru­ bella), Tifoid, Hepatitis A, varisela dan HPV (human papilloma virus). Pertama, Hib (haemophillus influenza tipe B) untuk mencegah terjadinya ra­ dang otak/meningitis dan radang paru. Kedua, Pneumokokus/IPD (invasive pnewmococcal diseases), yang diberikan pada bayi di atas enam bulan. Bayi yang berusia 7-11 bulan diberikan vaksin IPD sebanyak tiga kali. Bayi berusia 12-23 bulan diberikan IPD sebanyak dua kali sedangkan pada bayi berusia 24 bulan diberikan sebanyak satu kali. Juga ada vaksin influenza yang diberi­ kan sejak anak usia enam bulan hingga orang dewasa, maksimal usia 65 ta­ hun. Vaksin influenza penting diberikan, kata Dr Pandji, terutama untuk anak yang terkena penyakit asma, diabetes, ginjal, dan anak yang punya bakal lemah sistem imun. Vaksin yang juga dianjurkan adalah

MMR. Yang dikenali sebagai penyakit campak, gondongan dan rubela. Gondongan (parotitis) merupakan penyakit yang menimbulkan pembeng­ kakan /infeksi kelenjar air liur. Yang bisa menyebabkan anak tuli, bahkan bila terjadi infeksi pada orkitis (radang pada testis) atau radang pada indung telur, bisa menyebabkan gangguan kesuburan. Vaksin yang juga dianjurkan adalah Tipoid, berfungsi untuk mencegah in­ feksi tipes. Selanjutnya vaksin hepatitis A untuk mencegah penyakit hati tipe A. Dua lainnya yakni vaksin varisela dan HPV. Varisela adalah vaksin untuk ca­ car air. Penyakit cacar air penyebabkan kematian yang tinggi pada penduduk yang punya gangguan pada kekebalan, “Terutama untuk mencegah terjadinya syndrom varisela konginital (cacat bawaan bayi baru lahir). Selain itu, katanya bila pada masa kehamilan, calon ibu menderita varisela, setelah bayi lahir bisa menyebabkan kulit bayi tidak mulus. Terakhir, vaksin HPV, yang diberi­ kan untuk mencegah terjadinya kanker mulut rahim (serviks). Vaksin tersebut diberikan pada remaja mulai usia 15 tahun. Demikian, sejumlah vaksin yang wajib atau dianjurkan diberikan kepada anak, untuk memberikan kekebalan pada tu­ buh. Sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan usianya. Selanjutnya, bagaimana setelah dii­ musasi bila anak demam? Menurut Dr Pandji, setiap imunisasi yang diberikan pasti ada gejala ikutannya. “Hal itu adalah wajar, dan biasanya demam anak tidak disertai dengan panas yang tinggi dan tidak lama,” jelasnya. Anak demam, biasanya setelah diimu­ nisasi DPT. Hal tersebut terjadi, karena anak sensitif terhadap komponen fortu­ sis dari vaksin DPT. Untuk mengantisipasi, kata Dr Pandji, hindari demam anak dengan memberi­ kan terlebih dahulu obat penurun panas. “Pemberian obat penurun panas yang diberikan sebelum imunisasi, tidak harus dengan resep dokter. Baiknya diberikan satu atau dua jam sebelum anak divaksin,” urainya. (*)

aktual

Turunkan Kolesterol dengan Cokelat SIAPA tak suka cokelat? Ma­ kanan manis yang sering di­ anggap tidak sehat ini ternyata memiliki sejumlah manfaat. Di antaranya dapat menurunkan tingkat kolesterol. Namun hal itu hanya berlaku pada sebagian orang, demikian hasil satu anali­ sis atas delapan studi. Studi Dr Rutai Hui dari Chi­ nese Academy of Medical Scien­c es dan Peking Union Medical College di Beijing, Cina, dan rekannya menyim­ pulkan bahwa cokelat hanya membantu orang yang memi­ liki faktor risiko sakit jantung dan ketika dikonsumsi dalam jumlah yang tak berlebihan. Sebagaimana disebutkan dalam American Jounal of Clinical Nutrition. Sebuah studi yang dirilis pada Maret memperlihatkan bahwa dari 19.300 orang, mereka yang makan paling banyak cokelat memiliki tekanan darah yang lebih rendah. Selain itu mereka juga memiliki kemungkinan lebih kecil menderita stroke

atau serangan jantung selama 10 tahun ke depan. Namun, para peneliti mengeluar­ kan peringatan, perbedaan dalam konsumsi cokelat antara kelompok yang mengonsumsi cokelat paling banyak dan paling sedikit adalah sekitar enam gram. Hui dan rekannya mencari catatan medis untuk menemu­ kan studi yang mengkaji ba­ gaimana cokelat mempengaruhi lemak darah, atau lipid, dan menemukan delapan percobaan yang melibatkan 215 orang. Ketika semua studi dianalisis secara bersama, para peneliti tersebut mendapati bahwa ma­ kan cokelat mengurangi tingkat LDL, atau kolesterol “jahat” sampai lima miligram/dL dan mengurangi total kolesterol dalam jumlah yang sama. Analisis lain memperlihatkan, hanya orang yang makan sedikit cokelat dengan 260 miligram polyphenols, atau kurang dapat mengalami dampak menurunkan kolesterol. Namun hal itu tak ber­ pengaruh pada orang yang me­

KONSUMSI: Mengonsumsi cokelat dapat menurunkan kolesterol meski hanya berlaku bagi sebagian orang.

ist/Jambi Independent

ngonsumsi lebih banyak cokelat. Polyphenols adalah zat antiok­ sidan yang terdapat pada buah, sayur-mayur, cokelat dan anggur putih. Satu batang cokelat susu seberat 1,25 ons berisi sebanyak 300 miligram polyphenols. Para peneliti itu juga menda­ pati bahwa orang yang sehat

tak memperoleh dampak menu­ runkan kolesterol dari cokelat. Sedangkan bagi orang de­ngan faktor risiko sakit jantung, seperti diabetes, cokelat dapat menurunkan tingkat kolesterol LDL mereka dan seluruh koles­ terol turun hingga 8 miligram/ masing-masing.(*)

tip

Atasi Bibir Pecah-pecah BIBIR adalah salah satu bagian kulit yang sangat sensi­ tif dan sering pecah-pecah. Jika tidak segera ditangani, bibir yang kering akan bertambah parah dan bisa menyebabkan masalah yang lebih serius. Bibir yang pecah-pecah ditan­ dai dengan mengelupasnya lapisan tipis kulit bibir, seh­ ingga memicu keluarnya darah, kemerahan dan peradangan pada bibir serta memberikan sensasi seperti terbakar. Bibir tidak dapat membentuk pertahanan yang efektif untuk selalu melembabkannya karena lapisan kulit bibir sangat tipis. Sebagai tambahan, bibir tidak memiliki lapisan pelindung dari keringat dan minyak pada tu­ buh. Selain itu, bibir tidak bisa melembabkan sendiri seperti kulit pada bagian tubuh lainnya. Karena itu bibir menjadi sangat rentan untuk kering dengan

cepat dan masalah bibir pecahpecah akan berkembang dengan mudahnya. Kedengarannya merupakan masalah sederhana, bila bibir pecah-becah. Tapi, jika sudah pernah merasakannya, Anda pastinya tahu kalau masalah ini bisa menyebabkan iritasi dan menimbulkan rasa sakit, teru­ tama saat makan. Bila tidak segera ditindaklan­ juti, bisa muncul radang dan luka goresan. Jika tidak ditan­ gani dengan benar malah bisa memicu retakan dan perdarahan pada bibir. Hal ini tentunya akan sangat mengganggu ak­ tivitas Anda. Tetapi, masalah ini bisa dicegah dan jika sudah mengalaminya, Anda juga bisa melakukan berbagai cara untuk menghentikannya. Upaya pencegahan yang bisa dilakukan adalah saat bibir mulai mengering, biasanya

hal pertama yang mungkin Anda lakukan adalah beru­ saha melembabkannya dengan cara menjilatnya. Hal ini akan meredakan masalah bibir ker­ ing untuk sementara waktu. Tapi, begitu ludah menger­ ing, bibir Anda bahkan akan lebih kering dari sebelumnya. Penyebabnya, menjilat bibir akan menghilangkan minyak pelindung alami bibir Anda. Selain itu, zat kimia di ludah yang berfungsi mencerna ma­ kanan malah akan berusaha “mencerna” bibir. Karena itu, salah satu cara mencegah bi­ bir kering jadi pecah-pecah adalah dengan berusaha tidak menjilatnya. Beriku ini berbagai pera­ watan alami untuk mengatasi bibir pecah-pecah dan meng­ hambat bibir menjadi kering. 1. Memijat bibir sebelum tidur dengan sedikit krim susu

yang ditambahkan beberapa tetes air mawar dan jus jeruk atau limau. 2. Mengoleskan sedikit men­ tega coklat untuk menjaga bibir tetap lembab sepanjang hari. 3. Mengoleskan sedikit madu pada bibir, gula alami yang terkandung di madu akan men­ jaga kelembaban bibir. 4. Memberi makanan pada bibir dan membuat pertahanan untuk melembabkan dengan menggunakan sayuran yang mengandung gliserin dan di­ campur dengan vitamin E. 5. Menghancurkan pepaya matang, lalu dioleskan ke bibir dan kulit sekitarnya selama 10-15 menit, lalu bilas dan gunakan lip balm. Mengatasi bibir yang pecahpecah dengan cepat bisa mence­ gah berkembangnya masalah bibir lainnya yang lebih serius. (*)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.