NANAN BATALJADI CAGUB

Page 8

Aspirasi

INILAH GRUP: INILAH KORAN PORTAL NEWS : WWW. INILAH.COM, WWW. INILAHJABAR.COM, WWW.YANGMUDA.COM, WWW. JAKARTAPRESS.COM MAJALAH INILAH REVIEW

- RABU 31 OKTOBER 2012

>8

Karikatur

Fokus Inilah

Pemimpin yang Amanah NANAN Sukarna bersikap. Wakil Kepala Polri ini akhirnya memilih tetap mengabdi di institusi kepolisian dibanding bertarung di ajang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar yang akan digelar Februari 2013 mendatang. Keputusan ini diambil hanya beberapa hari menjelang pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur yang akan dibuka Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jabar, awal November nanti. Alasannya, sederhana. Nanan ingin menyelesaikan tugasnya terlebih dulu di Kepolisian yang telah membesarnya. Terlebih saat ini, tugas berat masih menanti Nanan sebagai orang nomor dua di kepolisian. Seabrek tugas negara harus ditunainya. Terorisme misalnya, atau penyelesaian konflik horizontal, atau perselisihan Polri dengan KPK yang harus juga diperhatikan. Atau ada alasan lain? Bisa jadi alumnus Akademi Kepolisian tahun 1974 ini mundur dari pencalonan Pilgub Jabar karena gara-gara restu dari PDIP, dalam hal ini ketuanya, Megawati Soekarnoputeri, tidak kunjung turun? Terlepas dari alasannya, sikap sang Jenderal Polisi bintang tiga ini, bisa menjadi contoh baik bagi para politisi kita. Masa jabatan di Polri yang hanya tersisa beberapa bulan lagi, tidak membuat Nanan gelap mata untuk mencari cadangan jabatan sehingga tidak perlu menganggur bila pensiun nanti. Sikap Nanan ini berseberangan dengan langkah sejumlah politisi saat ini. Tak sedikit yang buru-buru mencari jabatan baru, salah satunya melalui pesta demokrasi pemilihan kepala daerah, di saat masa jabatannya saat ini akan segera berakhir. Toh, mereka tidak akan rugi apa-apa ketika dinyatakan kalah. Namun mendapatkan posisi baru yang lebih baik, sebelum tugasnya sebelumnya berakhir. Pilkada DKI Jakarta, salah satu contohnya, ketika dua kepala daerah ikut berkompetisi, yakni Joko Wali Kota Solo Widodo dan Gubernur Sumsel Alex Noerdin. Yang satu berhasil, dan yang lainnya gagal. Tapi keduanya tetap menang, dalam arti tetap menjadi pejabat pu­ blik. Satu yang pasti, jabatan -dari mulai ketua RT hingga presiden- hakikatnya adalah amanah, sebuah kepercayaan yang telah diberikan oleh rakyat atau negara. Ketiga sebuah amanah dibebankan kepada dirinya, harusnya diselesaikan dengan tuntas. Menanggalkan amanah di tengah jalan, sungguh bukan pilihan terpuji, dan tentunya mencederai sang pemberi amanah. Apalagi alasannya semata-mata hanya untuk mengejar jabatan atau kedudukan yang lebih tinggi. Kita membutuhkan seorang pemimpin yang amanah, yang menjalankan kepercayaan rakyat­ nya dengan sebaik-baiknya. Bukan pemimpin yang hanya mencari jabatan atau kedudukan. (*)

Surat Pembaca

Layanan Firstmedia Mengecewakan HAMPIR dua minggu lalu saya mengadukan permasalahan layanan TV kabel yang selalu ’error’ atau tidak ada gambar. Tak lama kemudian saya di telepon teknisi Firstmedia bahwa teknisi akan berkunjung ke rumah saya dua hari kemudian. Lantaran sibuk, pada 23 Oktober saya baru coba cek TV saya, ternyata masih blank. Sebelumnya saya komplain ke contact center dan teknisi yang dijadwalkan datang pada 15 Oktober tak datang. Saya kecewa sekali de­ ngan layanan Firstmedia.

Selama lima tahun saya berlanggan­an internet tidak ada masalah, tapi kenapa saat saya berlangganan TV kabelnya selalu dirundung masalah sejak pertama di instalasi? Bahkan decoder+remote yang saya sewa pun tidak layak pakai. Saya menunggu jawaban dari pihak Firstmedia untuk secepatnya menye­ lesaikan permasalahan yang saya hadapi ini. Saya juga meminta kompensasi biaya bulanan saya, karena tiga ming­gu berlangganan TV kabel selalu bermasalah. Terima kasih. Andri IDPEL: 478155

Kirim artikel opini dan surat pembaca ke Redaksi INILAH KORAN: inilahkoran@inilah.com, redaksijabar@inilah.com. Aspirasi bisa dikirim juga melalui SMS ke 022-7099 1183

ILUSTRASI INILAH/KENYO JABAR

PADA batas tertentu, ‘aku’ dibentuk oleh kehadiran ‘kamu’, ‘mereka’, ‘kami’, ‘kita’, demikian juga alam yang berada di sekitarnya. Dengan kata lain, ‘aku’ dibentuk dengan kehadiran manusia lain di luar ‘aku’ dan alam sekitar yang menjadi masalah dan melingkupi ‘aku’. Dengan demikian, ‘aku’ pun harus mengambil sikap pada ‘diriku’, orang lain, sekaligus alam sekitarnya.

S

Aku dan Buku

ementara itu, buku adalah medium. Dan medium menurut pakar komunikasi Marshall McLuhan disebut sebagai ‘the extension of man’. Dengan kata lain ekstensi atau kepanjangan tangan manusia. Singkatnya, medium adalah alat yang membantu upaya manusia. Dalam hal ini, buku hadir memenuhi kepentingan ‘aku’ untuk memperpanjang ingatan. Caranya? Dengan mencatatkan berbagai pengalaman, perasaan, dan pikiran ‘aku’ selama hidup. Dengan kata lain selama ‘mengada’ di dunia ini. Tentu kehadiran buku berangkat dari kenyataan bahwa kemampuan ‘aku’ untuk mengingat berbagai perasaan yang terasa, berbagai pengalaman yang teralami, dan berbagai pikiran yang sempat terpikirkan, sangat terbatas. Di sisi lain, buku, yang pada mulanya dimaksudkan untuk membantu ‘aku’, pada gilirannya juga turut memengaruhi dan menemukan eksistensi ‘aku’ yang ‘mengada’ di dunia. Dengan buku, ‘aku’ menyadari posisi ‘diriku’ yang hidup hari ini, menyikapi dengan kritis kehadiran manusia lain dan alam sekitar, senantiasa menimbang masa lalu dan masa kini, sehingga dapat ‘meramalkan’ apa yang akan terjadi di masa depan. Kesadaran itu tentu saja diarahkan untuk mencapai kehidupan yang lebih maju, sebagai konsekuensi kesadaran itu. Bagaimana caranya buku menemukan ‘aku’? Dengan laku refleksi, tentu saja. Laku membuat jarak dengan realitas yang harus dihadapi. Laku ini mewujud dalam bentuk membaca buku secara bersunyi-sunyi, di dalam hati. Bukan membaca nyaring, karena membaca demikian mengisyaratkan kehadiran orang lain yang turut membaca buku. Kalau orang lain hadir, maka akan mengganggu pembacaannya. Akan ada perhatian ke sebelah sanake sebelah sini bagi yang membaca buku. Ketika membaca dalam hati seorang diri, ‘aku’ hanya berhadapan sendiri-sendiri dengan buku. Membaca dalam hati memungkinkan ‘aku’ memikirkan apa yang hendak ditawarkan buku. Dalam bentuk membaca dalam hati, pengarang buku menjadi absen. Oleh karena itu, ketika membaca dalam hati, ‘aku’ tidak usah bersusah-susah untuk mengetahui niatan ‘sebenarnya’ yang hendak disampaikan pengarang. Di sini, dengan absennya pengarang, ‘aku’ sepenuhnya diberi kebebasan untuk

Atep Kurnia Pusat Studi Sunda (PSS)

menguliti dan menafsir teks. Dengan laku demikian, buku memaksaku menjadi subjek, menjadi seorang yang melakukan pekerjaan. Sementara itu, buku membiarkan dirinya menjadi objek ‘aku’, atau menjadi sesuatu yang menjadi harus menahan ‘derita’ yang ditimbulkan laku membaca dan menafsir ‘aku’. Oleh karena itu, sampai pada batas tertentu, yang kemudian terjadi adalah ketergantungan ‘aku’ kepada buku. ‘Aku’ selalu saja terpesona dengan kehadiran buku. ‘Aku’ selalu saja merindukan penampilan fisik dan yang hendak ditampilkan buku. Dalam artian, di

ILUSTRASI INILAH/KENYO JABAR

sini terjalin hubungan intim antara ‘aku’ dengan ciptaan yang mulanya dimaksudkan untuk memperpanjang ingatan ‘aku’ dan ingatan orang lain terhadap ‘aku’ yang menciptakan buku. Bagaimana ketergantungan dan

PENDIRI: Muchlis Hasyim, Syahrial Nasution; PEMIMPIN UMUM/PEMIMPIN REDAKSI: Andi Suruji; WKL PEMIMPIN UMUM/PEMIMPIN PERUSAHAAN: Syahrial Nasution; WKL PEMIMPIN REDAKSI: Zulfirman Tanjung; DEWAN REDAKSI: Muchlis Hasyim, Andi Suruji, Syahrial Nasution, Zulfirman Tanjung, Gin Gin Tigin Ginulur, Fonda Lapod, M Dindien Ridhotulloh, Budi Winoto; REDAKTUR SENIOR: Derek Manangka, Herul Fathony. REDAKTUR PELAKSANA: Gin Gin Tigin Ginulur, Budi Winoto; KOORDINATOR LIPUTAN: Sonny Budhi Ramdhani, Tantan Sulton Bukhawan, Deni Mulyana Sasmita; REDAKTUR: Sirojul Muttaqien, Budi Safa’at, Nurholis, Ricky Reynald Yulman, Ghiok Riswoto, Reni Susanti, Daddy Mulyanto, Ageng Rustandi, Hanhan Husna; EDITOR BAHASA: Suro Udioko Prapanca; REPORTER: Dery Fitriadi Ginanjar, Jaka INILAH GRUP : PORTAL NEWS : WWW. INILAH.COM PORTAL NEWS : INILAH JABAR MAJALAH INILAH REVIEW Permana, Dani Rahmat Nugraha, Ahmad Sayuti, Doni Ramdhani, Dadi Haryadi, Astri Agustina, Riza Pahlevi, Evi Damayanti, Yogo Triastopo, Putra Prima, Yuliantono; PORTAL NEWS : WWW. JAKARTAPRESS.COM FOTOGRAFER: Syamsuddin Nasoetion (Koordinator), Bambang Prasethyo, Dicky Zulfikar Nawazaki; PRODUKSI & ARTISTIK: Agus Sudradjat (Kepala), Tian Rustiana, Sunandar, Harry Santosa, Yoga Enggar Agustha, Ahmad Sulaeman, Eri Anwari, Dicky Hendrianas; GRAFIS: Salman Farist, Kenyo Jabar; BIRO JAKARTA: Ediya Moralia, Tri Juli Sukaryana, Theresia Asteria, Charles Siahaan, Wirasatria, Arief Bayuaji, R Ferdian Andi R, Wahid Ma’ruf, Abdullah Mubarok, Vina Ramitha, Boy Leonard, Ahmad Munjin, Mevi Linawati, Dahlia Krisnamurti, Aris Danu Cahyono, Agus Priatna, Agustina Melani, Aulia Edwin F, Bayu Hermawan, Billy Audra Banggawan, Ferry Noviandi, Irvan Ali Fauzi, Laela Zahra, Mosi Retnani Fajarwati, Rizwan M Dien, Rizki Meirino, Rio Muhaimin, Santi Andriani, Supriyanto, Renny Sundayani, Agus Rahmat, Catur David Hardiansyah, Arie Nugroho; KONTRIBUTOR DAERAH: Benny Bastiandy (Cianjur), Budiyanto (Sukabumi), Andriansyah (Ciamis), Asep Mulyana (Purwakarta), Vera Suciati (Sumedang); Nul Zainulmukhtar (Garut), Dian Prima (Bogor); MANAJER SIRKULASI: Unggung Rispurwo; MANAJER IKLAN: Hendra Karunia; MANAJER HRD & GA: Aris Sandhi; IT: Subhi Sugianto. Ade Kesuma PENERBIT: PT INILAH MEDIA JABAR Alamat Redaksi/Sirkulasi/Iklan: Jalan Buahbatu No 32 Kota Bandung No Telp 022 733 0803, Jalan Rimba Buntu No 42 Kebayoran Baru, Jakarta No Telp 021-7222338 Fax 021 7222659. *) isi di luar tanggung jawab percetakan PT GRANESIA

keintiman itu mewujud, barangkali kita dapat melihatnya dalam bentuk kegiatan mengoleksi buku. Dalam hal ini, kita dapat melihat eksemplarnya dari peri kehidupan Walter Benjamin (1892-1940). Dia penggila dan pengumpul buku nomor satu. Bahkan di akhir hayatnya, ketika Fasisme memaksanya meninggalkan Jerman ke Prancis. Alih-alih menuruti Nazi pindah dari Paris, dia menolak meninggalkan kota itu dan perpustakaannya. Dan saat dia melakukan negosiasi, tapal batas tertutup, dan akhirnya dia memilih bunuh diri. Dalam ‘Unpacking My Library: A Talk about Book Collecting’ yang dimuat dalam kumpulan esai Illuminations (1968), dia menguraikan signifikansi mengumpulkan buku. Maksudnya, menurut Walter, tiada lain, “... Yang benar-benar saya maksudkan adalah memberi Anda beberapa pandangan ke arah hubungan kolektor buku dengan benda yang dikumpulkannya, ke arah kegiatan mengumpulkannya daripada kumpulan bukunya itu sendiri.” Karena dalam kegiatan tersebut terdapat semacam getaran jiwa. Karena ada yang disebut Walter sebagai ‘a magic encyclopedia’ (ensiklopedia ajaib), ketika buku dibuat, tempat membuatnya, keahlian merawatnya, dan pemilik buku sebelumnya. Singkatnya, seorang kolektor selalu memperhatikan masa lalu dan hal-hal yang menyertai hayat buku yang dikoleksinya. Memperoleh buku tua, dalam anggapan Walter, sama dengan memberi buku tersebut kehidupan yang baru. Namun juga sebaliknya, buku-buku tidak hidup dalam pemiliknya, melainkan pemilik itu hidup di dalam bukunya. Walter (‘aku’) dengan buku, sangat intim hubungannya. Karena dia menganggap buku sebagai manusia, sehingga ketika mendapatkannya sama dengan, “Laku seorang pangeran membeli budak cantik dalam Kisah Seribu Satu Malam. Bagi seorang kolektor buku, kebebasan sejati buku-buku itu terletak di rak-rak buku miliknya”. Oleh karena itu, sekali lagi, di ujung tulisannya, Walter menegaskan, “ ... Kolektor buku sejati yang saya maksudkan, sebagaimana seharusnya kepemilikan, adalah yang menjalin hubungan sangat intim dengan benda-benda miliknya.” (*)

TARIF IKLAN Iklan Halaman 1 FC Banner di atas lipatan (324 mm x 50 mm) Rp60.000 FC di bawah lipatan Rp50.000 Display Halaman Dalam FC Rp30.000 BW Rp25.000 Iklan Baris Min 2 baris Rp12.500/baris

BERLANGGANAN Informasi Langganan

022-7330803


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.