Niagara Mini Bandung Barat

Page 5

FIGUR NAMANYA unik, hanya satu kata saja: Nestri. Tapi jangan ditanya bagaimana kepedulian dokter muda ini terhadap anak jalanan. Bersama komunitasnya, Nestri dkk bergiat membantu pendidikan anakanak tak mampu.

S

udah sejak kecil gadis kelahiran Jakarta ini bercitacita menjadi dokter. Sebuah profesi mulia yang bisa membantu menyembuhkan orang sakit. Maka ketika lulus SMA pada 2006, keinginannya untuk menjadi dokter semakin menggebu-gebu. Sayangnya, karena masalah di keluarganya, keinginan Nestri untuk kuliah harus ditunda. Namun Nestri tak mau menunggu terlalu lama. Pada 2007, meski kondisi keluarganya tidak terlalu harmonis, dia akhirnya mendaftar ke Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, dan diterima. Namun akibat ketidakharmonisan keluarganya, pada awal masuk kuliah Nestri mengaku menjadi lebih pendiam dan sering risau. Nestri seperti sedang mencari tujuan hidup. “Masalah keluarga sudah tentu berimbas pada kehidupan sehari-hari, walaupun begitu semasa kuliah, tetap bisa aktif di berbagai organisasi untuk mengisi kekosongan waktu,” ucap Nestri kepada INILAH beberapa waktu lalu. Namun sikap Nestri berubah 180 derajat ketika dia mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di daerah Garut pada 2010 lalu. Sikap Nestri menjadi lebih terbuka, dan yang lebih penting, dia merasa lebih dihargai keberadaannya. Di lokasi KKN itu, Nestri sering berinteraksi dengan penduduk setempat, terutama dengan anak kecil yang masih polos. Di sana, Nestri merasa dibutuhkan. Padahal apa yang dilakukannya sebenarnya sederhana, seperti menemani waktu belajar mereka, bercerita, dan mengajaknya bermain. “Hati ini merasa senang saat mampu memberikan sesuatu pada anak-anak tersebut. Saat mereka mengucapkan terima kasih, dalam hati ini berucap, seharusnya kakak yang mengucapkan terima kasih, karena kalian telah membuat kakak bahagia,” paparnya. Interaksinya dengan anak kecil seakan membuat matanya terbuka, bahwa peduli pada pendidikan anak merupakan salah satu tujuan hidupnya. Tentu selain tugasnya menjadi seorang dokter kelak. Dia mengaku, salah satu tujuan hidupnya adalah memberikan manfaat bagi orang lain. Saat dia bisa membuat orang lain bahagia, dia merasa menjadi lebih bahagia. “Ketika kita membahagiakan orang lain, sebenarnya kita juga telah membahagiakan diri sendiri,” terang perempuan berjilbab ini. Setelah selesai KKN, Nestri semakin memantapkan niatannya

Ada dua program utama dalam program ini. Pertama, memberikan motivasi yang tinggi kepada para anak agar tetap semangat bersekolah. Kedua, memperkuat finansial keluarganya.”

>5

INILAH GRUP: INILAH KORAN PORTAL NEWS : WWW. INILAH.COM, WWW. INILAHJABAR.COM, WWW.YANGMUDA.COM, WWW. JAKARTAPRESS.COM MAJALAH INILAH REVIEW

- MINGGU 15 APRIL 2012

FOTO-FOTO: DOKUMEN PRIBADI

untuk terus bergelut pada pendidikan anak. Melalui organisasi intra kampus yang diikutinya, Nestri sering ikut melakukan penelitian terhadap anak-anak jalanan. Keseharian anak jalanan yang tidak teratur, dalam kehidupan sehari-hari dan masalah pendidikan, membuat Nestri semakin prihatin pada anak-anak yang tidak mampu. Petualangannya dalam mengamati masalah pendidikan bagi anak tak mampu membawanya berkenalan dengan banyak orang yang juga memiliki visi dan pandangan yang sama: membantu menyediakan sarana pendidikan yang layak bagi anak tak mampu. Dari sinilah, akhirnya pada Maret 2011, Nestri dan rekan-rekannya membentuk sebuah komunitas yang dinamakan Nadezda Act. Di komunitas ini, Nestri dipercaya menjadi ketua. Dia menjelaskan, komunitas ini berusaha memberikan perhatian lebih pada pendidikan anak tak mampu. “Melalui obrolan di dunia maya, tema bahasan adalah masalah-masalah pendidikan anak tak mampu. Kita merasa prihatin saat membaca berita atau melihat di televisi, keadaan anak tak mampu yang kondisi pendidikannya sangat memprihatikan. Dari sana terpikirlah membuat sebuah wadah khusus yang dapat menyatukan visi dan tujuan kita, yakni membantu anak tak mampu,” tandasnya. Di sela-sela kesibukannya, Nestri dan rekan-rekannya mulai mengadakan berbagai kegiatan bagi anak tak mampu. Kegiatan insidental seperti outbond, pemberian motivasi melalui game, sering dilakukannya di berbagai tempat. Harapannya, agar anak-anak tak mampu tetap memiliki motivasi tinggi untuk terus sekolah, meski tuntutan keadaan yang sulit. Meski komunitasnya lebih fokus pada pendidikan nonformal, seperti melalui pemberian motivasi, Nestri berharap hal itu dapat memberikan efek langsung pada pendidikan formal. Selain itu, saat ini dia pun tidak hanya fokus pada anak tak mampu, namun mulai menyasar para orang tua anak. “Program motivasi dilakukan pada anak dan pendampingan terhadap orang tuanya. Dengan cara ini diharapkan anak-anak tidak dipaksa berhenti sekolah karena harus bekerja membantu meringankan beban ekonomi keluarga,” tegasnya. Di tengah kesibukannya dalam membantu pendidikan anak tak mampu, Nestri mengaku tetap menjalankan tugas utamanya sebagai dokter. Namun agar kegiatannya di Nadezda Act tidak terlalu terganggu, saat ini dia mengaku memilih menjadi dokter umum, sehingga masih ada waktu untuk mencurahkan perhatiannya pada pendidikan anak tak mampu. “Ini agar tetap bisa meluangkan waktu dalam kegiatan komunitas. Karena meski sudah menjadi dokter, keinginan untuk berkecimpung dalam masalah pendidikan anak tak mampu, masih tetap ada,” ujar dia. (riza pahlevi/hus)

Beri Motivasi Anak untuk Tetap Sekolah

K

Nestri

ONDISI ekonomi keluarga yang serba kekurangan seringkali mengorbankan hak anak untuk mendapatkan pendidikan. Tak jarang orang tua terpaksa mengeluarkan anaknya dari sekolah agar dapat membantu mencari uang untuk sesuap nasi. Padahal, pendidikan sangat penting bagi masa depan anak. Pendidikan merupakan hak yang harus dipenuhi oleh orang tua. Di sinilah Nestri dan kawan-kawannya di komunitas Nadezda Act berupaya membantu. Komunitas ini berusaha membantu memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anak tak mampu, sekaligus berupaya menyadarkan orang tuanya akan pentingnya pendidikan. Nestri mengatakan, masih banyak anak-anak yang terpaksa meninggalkan sekolah karena tidak ada biaya. Dia mencontohkan di Jatinangor, Kabupaten Sumedang, banyak anak yang tidak sekolah. Salah satu cara membantu pendidikan anak tak mampu ini, kata dia, dengan merancang program desa binaan. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama

setahun penuh, sehingga lebih fokus dan tidak sekadar seremonial belaka. “Ada dua program utama dalam program ini. Pertama, memberikan motivasi yang tinggi kepada para anak agar tetap semangat bersekolah. Kedua, memperkuat finansial keluarganya. Dengan cara seperti itu, diharapkan mereka menjadi keluarga mandiri yang tetap mementingkan pendidikan,” terang Nestri. Saat ini, program desa binaan baru dilakukan di Desa Cinenggang Kecamatan Jatinangor. Namun ke depan, dia berharap program tersebut menjangkau desa lainnya yang selama ini luput dari perhatian pemerintah. Apalagi, komunitasnya terdiri dari berbagai kampus, tak hanya di Jatinangor, juga dari Bandung dan sekitarnya. (riza pahlevi/hus)

i l u d e P a d u M r e Dokt Anak Jalanan


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.