Majalah sinar edisi II 2014

Page 1

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

SINAR BNN EDISI II - 2014


2 SINAR BNN EDISI II - 2014

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


dariredaksi

Membangun Sinergi Pelindung DR. Anang Iskandar, SiK,SH,MH Penasehat Drs. Nicolaus Eko Riwayanto, PGD, MSc Drs. Sulistyono, M.Si

Dewan pengarah Yappi Wilem Manafe, SH Drs. V. Sambudiyono, MM dr. Diah Setia Utami SpKJ, MARS Drs. Deddy Fauzi Elhakim Charles Victor Sitorus Drs. Ahwil Luthan Dewan Redaksi Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si, Ir. Eswe Andrisias Tanpas, DR. Sulastiana, SIP, SH, M.Si, Adikta Suryaputra, SH. Pemimpin Redaksi/Penanggungjawab Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si Redaktur Pelaksana Eswe Andrisias Tanpas Redaktur DR. Sulastiana, SIP, SH, M.Si Adikta Suryaputra, SH Reporter Ari L, Vidya, Budi, FOTOGRAFER Iyan Fauzi Alamat Redaksi Gedung Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia Jl. MT. Haryono No. 11, Cawang, Jakarta Timur Telp. 021 - 80871556, 80871557 Fax. 021 - 80852525, 80871591, 80871592 Design Grafis/Layout tanpas design Percetakan CV. Viva Tanpas

Majalah SINAR bisa diunduh di: www.indonesiabergegas.com

S

inergitas BNN dan Polri sangat penting dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN). Mengingat permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi masalah yang sangat serius, serta tren perkembangannya menunjukan kondisi yang memprihatinkan serta menjadi ancaman kejahatan masa depan yang serius terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat ini kita dihadapkan pada permasalahan narkoba yang sudah sangat menghawatirkan, dimana terdapat 4 juta orang lebih yang sudah terlanjur mengkonsumsi narkoba, ditambah lagi dengan narkoba ilegal, baik sintetis, alami maupun narkoba jenis baru yang beredar luas di masyarakat. Sebenarnya segala upaya dalam menyelesaikan masalah narkoba sudah banyak dilakukan terutama oleh para penegak hukum, tersangka dan barang bukti yang disita cukup besar, namun sampai saat ini pengguna narkoba belum berkurang bahkan cenderung bertambah sehingga masalah narkoba di Indonesia tidak kunjung usai. Salah satu hal yang menyebabkan permasalahan tersebut belum dapat diselesaikan adalah pandangan masyarakat terhadap pengguna narkoba yang masih di kategorikan atau digolongkan sebagai pelaku kejahatan, sampah masyarakat, dan berbagai stigma lainnya sehingga mereka dihukum penjara. Tetapi kini, telah terjadi perubahan besar pada orientasi penanganan pengguna narkoba pasca ditandatanganinya peraturan bersama Ketua Mahkamah Agung, Menkumham, Menkes, Mensos, Jaksa Agung, Kapolri dan Ka BNN, dimana selama ini pengguna bermuara pada hukuman pidana penjara, kedepan pengguna narkoba akan bermuara di tempat rehabilitasi, karena hukuman bagi pengguna disepakati berupa pidana rehabilitasi. Dampak yang diharapkan dari paradigma ini adalah pertama, para pengguna narkoba yang saat ini “bersembunyi� dapat keluar dan tidak takut dihukum, untuk melaporkan diri secara sukarela kepada Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) agar mendapatkan perawatan. Kedua dapat memberikan pemahaman persepsi yang sama kepada masyarakat maupun para penegak hukum bahwa pidana rehabilitasi adalah hukuman yang paling tepat dan bermanfaat bagi pengguna dalam menyongsong kehidupan masa depannya. Ketiga dalam rangka Lapas Reform agar Lapas tidak over load, dan terakhir dapat menurunkan prevalensi pengguna narkoba sebagai indikator tingkat keberhasilan menangani masalah peredaran narkotika di Indonesia. Padadigma baru ini selaras dengan konvensi Internasional tentang narkotika yang menekankan penanganan narkoba dengan pendekatan seimbang antara pendekatan demand (pencegahan, pemberdayaan, rehabilitasi) dan supply (pemberantasan jaringan peredaran gelap) serta memberikan alternatif penghukuman rehabilitasi bagi pengguna narkoba. Dengan berlakunya peraturan bersama ini, pengemban fungsi rehabilitasi yaitu Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial dan BNN harus bekerja sama dan bekerja lebih keras untuk merumuskan tugas merehabilitasi 4 juta lebih warga bangsa agar berhenti mengkonsumsi narkoba untuk mewujudkan Indonesia negeri bebas narkoba. PEMIMPIN REDAKSI

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

SINAR BNN 3 EDISI II - 2014


daftar isi LIPUTAN UTAMA : Gelorakan Semangat Perkokoh Kerjasama Sinergis......................................... 8

Tingkatkan Sinergitas.....................................10 Harus Miliki Komitmen................................... 12 Saatnya Kita Mulai Berubah.............................14

LIPUTAN UTAMA

Sinergitas BNN dan Polri dalam P4GN

Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), DR. Anang Iskandar, mengatakan, sinergitas BNN dan Polri sangat penting dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN), “Mengingat permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi masalah yang sangat serius, serta tren perkembangannya menunjukan kondisi yang............................................... 5

LINTAS SEKTORAL

KOLOM

Perempuan Kurir Narkoba................................ 16 Bangkitkan Semangat.................................... 18

Membangun Paradigma................................ 38

KTP Elektronik............................................... 20

MANCANEGARA

Anak-anak harus dilindungi............................. 21

Barkada...................................................

OPINI

SIRAMAN ROHANI

Ekologi Kejahatan.......................................... 22

Terapi Pengguna Narkoba..............................52

LINTAS SEKTORAL Ribuan Napi Narkoba...................................... 24 DPRD Kota Balikpapan................................... 25

44

Polisi Seattle............................................ 45

TESTIMONI Harapan Itu Masih Ada..................................54

ASPIRASI WARGA Setiap Individu.................................................. 27 Narkoba, Agama................................................28

ARTIKEL Membangun Keluarga........................................ 30

LIPUTAN KEGIATAN Pakai Narkoba.................................................. 32 Tumbuhkan Kesadaran....................................... 35

ARTIKEL Orangtua Memegang.......................................... 36

4 SINAR BNN EDISI II - 2014

Redaksi menerima tulisan dengan syarat: Panjang tulisan 2 halaman kuarto diserta foto minimal 2 lembar. Dilengkapi identitas dan alamat jelas. Kami juga menerima kritik dan saran dari pembaca.

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


liputanutama

Sinergitas BNN dan Polri dalam P4GN

Kepala BNN, DR. Anang Iskandar memberikan sambutan dalam Rakor antara BNN dan Polri.

K

epala Badan Narkotika Nasional (BNN), DR. Anang Iskandar, mengatakan, sinergitas BNN dan Polri sangat penting dalam

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN), “Mengingat permasalahan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi masalah yang sangat serius, serta tren perkembangannya menunjukan kondisi yang SINAR BNN 5 EDISI II - 2014


liputanutama memprihatinkan serta menjadi ancaman kejahatan masa depan yang serius terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara,” katanya, dalam Rapat Koordinasi dengan Polri, di Hotel Bidakara, Jakarta, belum lama ini. Selanjutnya, Anang Iskandar menjelaskan, saat ini dunia juga

dengan ancaman undang – undang narkotika, tetapi juga dijerat dengan ancaman undang - undang pencucian uang secara terpisah, “Sedangkan terhadap pengguna narkoba diberikan alternatif penghukuman selain hukuman penjara berupa rehabilitasi,” jelasnya. UNODC (organisasi

masyarakat dunia diingatkan untuk tetap melakukan pencegahan melalui pendidikan formal dan non formal serta mendorong masyarakat, penyelenggara negara, pemimpin organisasi politik, tokoh agama, budayawan, pelaku bisnis, organisasi serikat pekerja, LSM, media

mengkonsumsi narkoba, ditambah lagi dengan narkoba ilegal, baik sintetis, alami maupun narkoba jenis baru yang beredar luas di masyarakat, “Segala upaya dalam menyelesaikan masalah narkoba sudah banyak dilakukan terutama oleh para penegak hukum, tersangka dan barang

dihadapkan pada masalah yang sama, dimana langkah – langkah yang diambil dalam rangka menanggulangi masalah narkoba menunjukkan keseimbangan antara pendekatan demand dan supply reduction. Terhadap jaringan peredaran narkoba dilakukan langkah – langkah yang lebih progresif, dimana pelaku kejahatan yang terlibat dalam jaringan dalam peredaran gelap narkoba, tidak hanya dihukum

dunia yang menangani masalah narkotika) mendorong kita semua untuk sepakat menangani penyalah guna dan pecandu narkoba secara terintegrasi ke dalam sistem kesehatan dan kesejahteraan masyarakat serta menjamin program rehabilitasi yang dapat diakses oleh semua orang yang membutuhkan. Dalam sesi khusus sidang CND (the commission narcotic on drugs) di Wina, Austria,

untuk aktif mencegah penyalah gunaan narkoba, dengan kegiatan alternatif yang sehat, produktif dan menanamkan gaya hidup anti narkoba sebagai langkah yang paling efektif untuk menahan jumlah pengguna narkoba agar tidak bertambah. Saat ini kita dihadapkan pada permasalahan narkoba yang sudah sangat menghawatirkan, dimana terdapat 4 juta orang lebih yang sudah terlanjur

bukti yang disita cukup besar, namun sampai saat ini pengguna narkoba belum berkurang bahkan cenderung bertambah sehingga masalah narkoba di Indonesia tidak kunjung usai,” ujar mantan Gubernur Akpol. Menurut Lulusan Akpol tahun 1982 ini, salah satu hal yang menyebabkan permasalahan tersebut belum dapat diselesaikan adalah pandangan masyarakat terhadap pengguna narkoba yang

6 SINAR BNN EDISI II - 2014

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


liputanutama masih di kategorikan atau digolongkan sebagai pelaku kejahatan, sampah masyarakat, dan berbagai stigma lainnya sehingga mereka dihukum penjara, “Permasalahan ini perlu kita diskusikan bersama untuk mencari solusi yang tepat dalam rangka mengurangi permintaan (demand) karena kalau demandnya turun dapat berakibat pada penurunan jumlah peredaran narkoba (supply) di Indonesia,” papar Anang Iskandar. Permasalahan lainnya, tambah Anang Iskandar, yang dihadapi saat ini adalah belum optimalnya rehabilitasi terhadap pengguna dan pecandu narkoba. Sedangkan potensi pelayanan rehabilitasi di Indonesia sangat besar. Kita memiliki 2.200 Rumah Sakit dan 11.000 Puskesmas yang tersebar di seluruh indonesia. Rumah sakit dan puskesmas yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan sebagai IPWL sebanyak 274 Rumah Sakit dan Puskesmas, namun secara aktual ini semua belum berjalan secara optimal karena masyarakat masih menghindari melaporkan diri secara sukarela untuk mendapatkan pemulihan, “Ini disebabkan masyarakat takut, karena secara faktual pengguna narkoba yang ditangkap, bermuara masuk ke dalam penjara,” kata Anang. Di tengah permasalahan yang belum dapat diselesaikan, BNN

Kepala BNN DR. Anang Iskandar bersama Kabareskrim Komjen Pol. Suhardi A, usai mengikuti Rakor antara BNN dan Polri.

masih dihadapkan pada kebutuhan sumber daya manusia. Saat ini jumlah pegawai BNN sebanyak 3.436 orang, yang bersumber dari hasil rekrutmen, pegawai yang dipekerjakan, dan anggota polri yang ditugaskan, “Berpedoman pada grand design BNN sampai tahun 2025, kami membutuhkan pegawai sebanyak 36.201 orang

yang akan ditempatkan di 33 BNNP dan 445 BNNK/ KOTA. Dengan penentuan base line, jumlah pegawai dan organisasi vertikal di tahun 2014 sebanyak 3.719 pegawai dan 100 BNNK/KOTA, maka rencana kebutuhan setiap tahun sebanyak 2.963 pegawai. Sementara itu jumlah anggota polri yang ditugaskan saat ini sebanyak 716, dengan

Deputi Pemberantasan BNN, Deddy Fauzi Elhakim, Dir IV Narkoba Mabes Polri, Arman Depari, Pokahli Ahwil Lhutan dan Deputi Rehabilitasi dr. Diah Setia Utami, dalam Rakor antara BNN dan Polri.

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

rincian pada BNN pusat 335 orang, BNNP 223 dan BNNK/KOTA 158 orang, “Hal ini juga perlu kita diskusikan bersama agar memperoleh solusi yang strategis mengingat tuntutan dan harapan masyarkat dalam penanggulangan masalah narkoba cukup besar,” tuturnya. Dari rakor tersebut, Kepala BNN mengharapkan adanya masukan – masukan guna ditindak lanjuti dalam jabaran pelaksanan tugas di lapangan, serta diperoleh kesepahaman bagaimana upaya kita bersama dalam menekan laju peningkatan pengguna narkoba di Indonesia, “Saya yakin dengan kerja keras, dedikasi serta komitmen yang tinggi upaya penangulangan bahaya narkoba akan tercapai sesuai dengan yang kita rencanakan,” pungkasnya. (pas) SINAR BNN 7 EDISI II - 2014


liputanutama

Kapolri Jenderal Sutarman

Gelorakan Semangat Perkokoh Kerjasama Sinergis

Kapolri Jenderal Sutarman

K

epala Polri Jenderal Sutarman, mengungkapkan, bahwa rapat koordinasi antara Polri dan Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2014, mempunyai makna yang sangat strategis, “Sebagai sarana evaluasi sekaligus momentum untuk memperkokoh kerja sama yang sinergis antara Polri dan BNN, dalam rangka mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan 8 SINAR BNN EDISI II - 2014

peredaran gelap narkoba di Indonesia, guna menyelamatkan masyarakat, bangsa dan negara dari bahaya narkoba,� ungkap Kapolri, dalam Rakor antara Polri dan BNN, belum lama ini. Selanjutnya Kapolri mengatakan, kondisi geografis Indonesia yang terletak diantara dua benua, dengan bentuk negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.000 Pulau, serta garis pantai sepanjang 85.000

kilometer, merupakan akses yang sangat strategis bagi jalur masuknya peredaran gelap narkoba ke Indonesia. Selain itu, secara demografis, jumlah penduduk Indonesia yang demikian besar, dengan komposisi 40 % berusia muda, merupakan pasar yang sangat potensial bagi sindikat narkoba. Kondisi tersebut memicu Indonesia saat ini tidak hanya sebagai negara transit peredaran gelap

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


liputanutama narkoba, tetapi telah menjadi negara tujuan perdagangan dan peredaran gelap narkoba internasional, “Dengan adanya pengungkapan clandestine laboratory oleh Polri dan BNN selama ini, semakin kuat mengindikasikan bahwa Indonesia telah menjadi negara produsen narkoba. Hal ini sangat memprihatinkan dan memerlukan perhatian serius kita,” katanya. Menurut Kapolri, peredaran gelap narkoba di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Bahkan BNN telah memperkirakan jumlah pengguna narkoba di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 4,5 juta orang. Selain itu, berdasarkan laporan UNODC (United Nations Office On Drugs And Crime), dalam sidang CND (Commission On Narcotics Drugs) selama kurun waktu dua tahun terakhir (tahun 2012 dan 2013), telah muncul ancaman narkoba jenis baru berupa New Psychoactive Subtances (NPS) atau zat psikoaktif baru, yang menjadi ancaman global bagi generasi muda, Hal tersebut menunjukkan bahwa penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba merupakan ancaman serius yang perlu mendapat perhatian dan prioritas penanganan secara komprehensif, yang didukung melalui partisipasi seluruh komponen bangsa,” ujar Kapolri. Mencermati bahaya

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba terhadap masa depan bangsa dan negara, sebagaimana diamanatkan dalam Undang - Undang Nomor 2 tahun 2002, maka penanganan bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba merupakan bagian dari tugas pokok Polri dalam memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, serta penegakan hukum terhadap kejahatan narkoba. Perlu kita ketahui, tambah Kapolri, selama tahun 2013, sebanyak 32.470 kasus narkoba telah berhasil ditangani oleh Polri, dengan tersangka sebanyak 40.057 orang, dan barang bukti narkoba yang disita antara lain 16 ton Ganja, 370 kilogram sabu, 10 kilogram heroin, 2 kilogram kokain, 153 gram hasish, serta 1 juta tablet ectasy, “Hal tersebut menunjukkan keseriusan Polri, yang selalu siap berada pada garis terdepan dalam melakukan penegakan hukum secara tegas, guna memutus mata rantai peredaran gelap narkoba di Indonesia,” tandas Kapolri. Namun demikian, jumlah tersangka yang cukup signifikan tersebut, menunjukkan kecenderungan masyarakat untuk menyalahgunakan

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

narkoba masih cukup tinggi. Untuk itulah diharapkan, kebijakan strategis sebagai upaya mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dimasa mendatang, dapat lebih diarahkan pada upaya menumbuhkembangkan kesadaran masyarakat, untuk memiliki daya cegah, daya tangkal, dan daya lawan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, mulai dari diri sendiri dan lingkungannya, sehingga tidak mudah terpengaruh dan terjerumus narkoba. “Guna mewujudkan hal tersebut, tentunya diperlukan suatu kerja sama sinergis yang saling memperkuat dari seluruh stakeholders, terutama yang berkompeten dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, antara lain kementerian terkait, Polri, BNN maupun segenap elemen masyarakat lainnya, dalam koridor aturan hukum yang berlaku, sehingga berbagai upaya yang dilakukan dapat berjalan efektif sebagaimana yang kita harapkan,” jelas Kapolri. Pada kesempatan tersebut, sebagai bagian dari upaya untuk mengoptimalkan pemberantasan dan pencegahan peredaran gelap narkoba, Kapolri menekankan bahwa kerja sama sinergis antara Polri

dan BNN dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba harus dilakukan secara lebih efektif dan efisien, sehingga hasil yang dicapai dapat lebih optimal. Fokuskan arah kebijakan dan strategi melalui penguatan kerja sama, khususnya fungsi Binmas Polri dengan BNN, dalam rangka membangun dan menumbuhkembangkan daya cegah, daya tangkal dan daya lawan masyarakat terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba; Tetapkan rumusan peraturan yang tepat, untuk dijadikan pedoman dan pegangan bersama, sebagai payung hukum dalam menerapkan kebijakan, khususnya terkait pelaksanaan rehabilitasi terhadap para pecandu dan korban penyalahgunaan narkoba. “Semoga kegiatan ini, dapat menyatukan tekad dan menggelorakan semangat untuk memperkokoh kerja sama sinergis, guna mengoptimalkan seluruh potensi yang kita miliki, untuk berperan aktif dalam memberantas dan memerangi narkoba, sehingga terwujud Indonesia bersih dari narkoba yang memiliki tunas - tunas muda harapan bangsa yang sehat, unggul dan berkualitas,” pungkas Kapolri. (pas) SINAR BNN 9 EDISI II - 2014


liputanutama

Tingkatkan Sinergitas dan Koordinasi

Deputi Pemberantasan BNN, Drs. Deddy Fauzi Elhakim, MH

S

aat ini Indonesia telah menjadi pasar paling potensial di Asia Tenggara bagi perdagangan dan peredaran gelap narkotika. Selain itu sindikat narkotika telah menjadikan Indonesia sebagai tempat memproduksi narkotika dalam skala besar. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya jaringan sindikat peredaran gelap narkotika dan clandestain laboratory yang berhasil 10 SINAR BNN EDISI II - 2014

diungkap oleh Polri maupun BNN. Peredaran zat psikoaktif baru atau New Psychoactive Substances (NPS) akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, menurut United Nations Office On Drugs And Crime (UNODC) tidak kurang dari 251 jenis NPS telah ditemukan atau diciptakan. Diperkirakan ada 26 jenis NPS yang sudah beredar di

Indonesia, “Fakta tersebut menjadi tantangan kita bersama untuk mengantisipasi agar tidak semakin bertambah banyak NPS yang beredar di Indonesia dan tidak semakin meluas peredarannya. Selain itu hampir semua NPS tersebut belum diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika atau Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang psikotropika, sehingga

mempersulit dalam pelaksanaan penegakan hukumnya,� kata Deputi Pemberantasan, Drs. Deddy Fauzi Elhakim, MH dalam Rakor antara BNN dan Polri, belum lama ini. Selanjutnya Deddy menjelaskan, berdasarkan hasil survey nasional yang dilaksanakan atas kerjasama antara BNN dengan Universitas Indonesia Tahun 2011 menunjukkan bahwa prevalensi penyalahguna narkoba di Indonesia

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


liputanutama telah mencapai 4,2 juta orang atau 2,2% dari total populasi penduduk Indonesia (umur 10-60 tahun), “Demand ini menjadikan Indonesia sebagai pasar yang sangat potensial bagi tujuan perdagangan narkoba, sehingga supplay dari para produsen selalu diarahkan ke Indonesia. Akibatnya, korban penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia meningkat terus,” jelasnya. Walaupun sudah banyak peraturan perundang–undangan yang dapat dijadikan dasar pelaksanaan penegakan hukum di bidang kejahatan narkoba, namun masih belum optimal dalam pelaksanaannya dan masih banyak kendala di lapangan yang harus dicarikan solusi atau jalan keluarnya. “Sebagaimana diatur dalam pasal 71 Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika, BNN berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika. Hal ini menjadi dasar hukum atau legalitas pelaksanaan tugas penegakan hukum dibidang kejahatan narkotika dan prekursor narkotika oleh penyidik BNN,” ujar Deddy. Selain itu, tambah Dedi, Pasal 18 Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Badan Narkotika Nasional

menegaskan, bahwa Deputi Bidang Pemberantasan BNN mempunyai tugas melaksanakan P4GN di bidang pemberantasan, “Selanjutnya dalam pasal 19 Perpres tersebut juga mengatur bahwa Deputi Bidang Pemberantasan BNN menyelenggarakan fungsi pembinaan, operasional, koordinasi dan evaluasi di bidang pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika,” tambahnya. Pelaksanaan P4GN telah diatur dalam Inpres Nomor 12 Tahun 2011 tentang pelaksanaan dan strategi nasional pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba tahun 2011 – 2015, yang pada intinya menginstruksikan kepada seluruh instansi pemerintah termasuk didalamnya Polri dan BNN untuk melaksanakan P4GN dengan aksi nyata. Sebagai tindak lanjut dari Inpres tersebut, BNN dan Polri telah menanda tangani nota kesepahaman nomor : NK/75/X/2012/BNN dan nomor : B/40/X/2012 tanggal 23 Oktober 2012 tentang P4GN, yang isinya diantaranya Melaksanakan tukar menukar data dan informasi tentang kejahatan narkoba baik secara kualitatif maupun kuantitatif; Melaksanakan kerja sama penelitian di bidang P4GN dengan

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

memanfaatkan fasilitas dan sarana yang ada di lembaga masing-masing; Melaksanakan kerjasama dibidang pencegahan dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka implementasi P4GN; Melaksanakan kerjasama dibidang pelayanan laboratorium untuk pemeriksaan barang bukti maupun penelitian dan pengkajian; Melaksanakan kerjasama dibidang assesmen dan penerbitan rekomendasi dalam rangka rehabilitasi untuk tersangka penyalahguna dan korban penyalahgunaan narkoba; Melaksanakan kerjasama dan koordinasi dalam penyelidikan dan penyidikan kejahatan narkotika, prekursor narkotika dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU); Melaksanakan kerjasama dalam hal diperlukannya bantuan sarana dan prasarana secara timbal balik guna menunjang kelancaran dan efektifitas pelaksanan P4GN; Melaksanakan kerjasama dalam mensosialisasikan setiap produk peraturan perundang-undangan yang harus diketahui oleh masyarakat luas. “Berdasarkan analisa dan evaluasi yang telah dilakukan oleh BNN, ditemukan beberapa hal yang menurut hemat kami masih perlu ditingkatkan sinergitasnya, antara lain Koordinasi dalam pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan tindak

pidana narkotika, prekursor narkotika dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU); Koordinasi dalam rangka tukar menukar informasi intelijen dan bantuan sarana prasarana dibidang teknologi intelijen; Pelaksanaan operasi bersama antara BNN dengan Polri dalam rangka pemutusan jaringan sindikat peredaran narkotika dan prekursor narkotka; Pelaksanaan kerjasama pendidikan dan pelatihan di bidang penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, prekursor narkotika dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU); Mengoptimalkan tukar menukar informasi data base secara online dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang sudah terinstalasi yaitu Sistim Informasi Narkotika Dan Tindak Pidana Narkotika (SIN TPN),” jelas Deddy. Selaku aparatur penegak hukum dan pengemban amanah undang-undang Dedi menghimbau untuk meningkatkan komitmen dan integritas dalam pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, serta menjadikan kejahatan narkotika sebagai musuh bersama yang harus diperangi secara sinergi dan melibatkan segenap komponen masyarakat, bangsa dan Negara. (pas) SINAR BNN 11 EDISI II - 2014


liputanutama

Seluruh Jajaran BNN

Harus Miliki Komitmen dan Integritas

Kepala BNN, DR. Anang Iskandar bersama Menteri PAN dan RB, Azwar Abu Bakar, usai melakukan penandatanganan MoU.

P

ermasalahan pengguna narkoba yang telah menyentuh empat juta jiwa menjadi tantangan yang sangat serius bagi Badan Narkotika Nasional (BNN). Oleh karena itu, seluruh jajaran BNN

12 SINAR BNN EDISI II - 2014

harus memiliki komitmen dan integritas, yang tercermin dalam sikap anti korupsi dan sanggup memberikan pelayanan prima pada masyarakat. Dalam rangka melaksanakan seluruh tugas dan fungsinya

(empat pilar utama) yaitu pencegahan, rehabilitasi, pemberdayaan masyarakat dan penegakkan hukum, seluruh unsur dalam satuan kerja di lingkungan BNN harus mampu menggunakan

anggaran yang telah ditetapkan dalam mendukung kegiatan operasional sesuai dengan ketentuan, “tanpa korupsi, kolusi dan nepotisme�. Terkait dengan komitmen BNN dalam membangun integritas organisasi dan mewujudkan konsep good governance dan clean government, BNN menyatakan sikapnya dengan tegas melalui Pencanangan Pembangunan Zona Integritas di Lingkungan BNN Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani. Sebagai langkah konkretnya, Kepala BNN, DR. Anang Iskandar mendeklarasikan komitmen BNN untuk menjadi Wilayah Bebas Dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM), melalui pembacaan Naskah Pencanangan Pembangunan Zona Integritas, disusul dengan penandatanganan Piagam Pencanangan Pembangunan Zona Integritas, Rabu (5/2), di Jakarta. Hal ini sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.60 Tahun 2012. Kegiatan Pencanangan

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


liputanutama Pembangunan Zona Integritas ini disaksikan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Pimpinan KPK, dan Ketua Ombudsman RI. Dalam konteks pencegahan tindakan penyelewengan anggaran, sejauh ini BNN telah melakukan serangkaian langkah penting. Pertama, melakukan koreksi rencana kegiatan dengan cara menghilangkan kegiatan yang tidak efektif dan menghilangkan kegiatan yang dinilai merugikan keuangan negara. Langkah kedua, melakukan upaya pengawasan audit yang sangat ketat baik secara internal maupun eksternal. Kegiatan pembangunan zona integritas di setiap instansi memang menjadi keharusan jika ingin mendapatkan predikat lembaga yang bebas dari korupsi dan instansi yang bersih dan melayani. Hal ini dituangkan dalam Peraturan Menteri PAN dan RB No.60 Tahun 2012. Dalam konferensi persnya, Kepala BNN menegaskan, kegiatan pada kali ini merupakan wujud komitmen BNN untuk menciptakan lingkungan kerja yang bebas dari tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme, sekaligus menjadi instansi yang dapat memberikan pelayanan prima pada

BNN harus serius dalam memulihkan para pengguna narkoba, dan pada sisi lainnya dapat memutus kejahatan narkoba. Ketika disinggung bagaimana komitmen Menpan terhadap jajaran abdi negara yang terlibat dalam kejahatan narkoba, Dalam konteks pencegahan tinpihak Menpan tidak akan dakan penyelewengan anggaran, banyak kompromi. “Pasti kami akan memecatnya”, sejauh ini BNN telah melakukan tegas Azwar. serangkaian langkah penting. PerBelum Ada Aduan Ketidakpuasan Kinerja tama, melakukan koreksi rencana Sementara itu, di selakegiatan dengan cara menghilangsela kegiatan pembangunan zona kan kegiatan yang tidak efektif dan integritas di lingkungan menghilangkan kegiatan yang diniBNN, Ketua Ombudsman, Danang lai merugikan keuangan negara. Giriindrawardhana Langkah kedua, melakukan upaya menyatakan hingga saat ini pihaknya belum pengawasan audit yang sangat menerima aduan dari ketat baik secara internal maupun masyarakat tentang ketidakpuasan kinerja eksternal. BNN dalam konteks pelayanan terhadap masyarakat. program yang tepat upaya penanganannnya “Hingga saat ini kami sasaran atau tidak hanya pun harus maksimal. menghambur-hamburkan belum menerima aduan Integritas akan menjadi atau laporan dari uang negara. elemen yang sangat kuat Dalam penanggulangan masyarakat mengenai sehingga para personel BNN tidak tergoda dengan masalah narkoba, Azwar keluhan atas lemahnya kinerja BNN dalam menilai BNN merupakan korupsi, kolusi ataupun melayani masyarakat”, lembaga yang sangat nepotisme dalam ujar Danang. strategis dan benteng mengeksekusi program Meski demikian, terdepan. Karenanya, pencegahan dan Danang tetap BNN dituntut untuk pemberantasan narkoba mengingatkan agar BNN memiliki daya dobrak di negeri ini. terus meningkatkan agar kejahatan narkoba “Untuk itulah, kami ditangkal dan penggunaan kinerja sesuai aturan, dan selalu memberikan menguatkan pelayanan pembinaan dan penguatan narkoba bisa ditekan. pada masyarakat dalam Kenapa harus punya kepada para petugas di empat pilar utama yaitu BNN agar tidak melenceng daya dobrak? Azwar pencegahan, menegaskan, masalah dari aturan, dan tidak narkoba telah merambah pemberantasan, melakukan tindakan rehabilitasi dan segala lini, dari mulai korupsi”, tandas Kepala pemberdayaan rakyat biasa hingga BNN kepada media. Ditantang Punya Daya pejabat negara. Sehingga masyarakat. (bk) masyarakat. Menyinggung pentingnya integritas sebuah lembaga, Kepala BNN menegaskan bahwa masalah narkoba merupakan tantangan yang serius sehingga

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

Dobrak Sementara itu, Menteri PAN dan RB, Azwar Abu Bakar mengatakan, integritas tidak cukup hanya di mulut saja, tapi harus tergambarkan dalam pelaksanaan

SINAR BNN 13 EDISI II - 2014


liputanutama

Saatnya Kita Mulai Melangkah OLEH : DR. Anang Iskandar

P

erubahan besar terjadi pada orientasi penanganan pengguna narkoba pada pasca ditandatanganinya peraturan bersama Ketua Mahkamah Agung, Menkumham, Menkes, Mensos, Jaksa Agung, Kapolri dan Ka BNN, dimana selama ini pengguna bermuara pada hukuman pidana penjara, kedepan pengguna narkoba akan bermuara di tempat rehabilitasi, karena hukuman bagi pengguna disepakati berupa pidana rehabilitasi. Undang-Undang narkotika yang berlaku saat ini, menganut double track system pemidanaan terhadap pecandu, orang yang menggunakan atau menyalahgunakan narkoba dan dalam keadaan ketergantungan pada narkoba, baik secara fisik maupun psikis, dapat 14 SINAR BNN EDISI II - 2014

dijatuhi hukuman pidana penjara atau pidana rehabilitasi. Hakim mempunyai peran yang sangat penting dalam rangka mendekriminalisasikan pengguna narkoba dengan menjatuhkan hukuman rehabilitasi. Untuk lebih memfungsikan peran hakim tersebut perlu dukungan dari aparat penegak hukum berupa peraturan bersama. Pada peraturan bersama tersebut dibentuk Tim Asessment Terpadu yang berkedudukan di tingkat pusat, tingkat provinsi, tingkat kabupaten/kota terdiri dari tim dokter dan tim hukum yang bertugas melaksanakan analisis peran tersangka yang ditangkap atas permintaan penyidik yang berkaitan dengan peredaran gelap narkoba terutama pengguna, melaksanakan analisis

hukum, analisis medis dan analisis psikososial, serta membuat rencana rehabilitasi yang memuat berapa lama rehabilitasi diperlukan. Hasil asessment tersebut sebagai kelengkapan berkas perkara berfungsi sebagai keterangan seperti visum et repertum. Hasil analisisnya akan memilah-milah peran tersangka sebagai penguna murni, pengguna merangkap pengedar atau pengedar. Terhadap pengguna narkoba murni tetap menjalami proses pidana dan diancam dengan pasal tunggal yaitu pasal 127 UU No 35 tahun 2009 tentang Narkotika dimana ancaman pidana paling tinggi 4 tahun, terhadap pengguna yang merangkap sebagai pengedar/bandar dapat dilakukan pasal berlapis. Analisis Tim

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


liputanutama Asessment terhadap pengguna ini akan menghasilkan tingkatan pecandu mulai dari pecandu kelas berat, menegah dan kelas ringan, dimana setiap tingkatan pecandu memerlukan rehabilitasi yang berbeda. Hal ini sangat diperlukan dalam rangka mengoperasionalkan pasal 54 Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika dimana pecandu narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Dengan ditanda tanganinya keputusan bersama tersebut, terjadi perubahan paradigma penanganan pengguna narkoba dimana penangananya lebih humanis dan berorientasi pada rehabilitasi, karena pengguna narkoba akan diancam pasal pengguna saja (pasal 127, red), sehingga menurut hukum acara (KUHAP) tidak memenuhi syarat untuk dilakukan penahanan selama proses mempertangung jawabkan perbuatannya dan hakim diharapkan menggunakan pasal 103 UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika dimana hakim dapat memutuskan atau menetapkan untuk memerintahkan menjalani rehabilitasi. Dampak yang diharapkan dari paradigma ini adalah pertama, para pengguna narkoba yang saat ini

“bersembunyi� dapat keluar dan tidak takut dihukum, untuk melaporkan diri secara sukarela kepada Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) agar mendapatkan perawatan. Kedua dapat memberikan pemahaman persepsi yang sama kepada masyarakat maupun para penegak hukum bahwa pidana rehabilitasi adalah hukuman yang paling tepat dan bermanfaat bagi pengguna dalam menyongsong kehidupan masa depannya. Ketiga dalam rangka Lapas Reform agar Lapas tidak over load, dan terakhir dapat menurunkan prevalensi pengguna narkoba sebagai indikator tingkat keberhasilan menangani masalah peredaran narkotika di Indonesia. Padadigma baru ini

selaras dengan konvensi Internasional tentang narkotika yang menekankan penanganan narkoba dengan pendekatan seimbang antara pendekatan demand (pencegahan, pemberdayaan, rehabilitasi) dan supply (pemberantasan jaringan peredaran gelap) serta memberikan alternatif penghukuman rehabilitasi bagi pengguna narkoba. Ketentuan tersebut sudah diadopsi dalam Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang narkotika dimana tujuan Undang-Undang narkotika tercantum dalam pasal 4 yaitu : mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika; memberantas peredaran gelap narkotika dan perkusor

narkotika; dan menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial bagi penyalah guna dan pecandu narkotika. Dengan berlakunya peraturan bersama ini, pengemban fungsi rehabilitasi yaitu Kementerian Kesehatan, Kementrian Sosial dan BNN harus bekerja sama dan bekerja lebih keras untuk merumuskan tugas merehabilitasi 4 juta lebih warga bangsa agar berhenti mengkonsumsi narkoba untuk mewujudkan Indonesia negeri bebas narkoba, dengan dua cara yaitu dipaksa melalui penegakan hukum dan secara sukarela melaporkan diri ke IPWL yaitu Rumah Sakit yang telah ditujuk oleh Menteri Kesehatan yang tersebar di seluruh Indonesia.

Penandatanganan Keputusan Bersama

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

SINAR BNN 15 EDISI II - 2014


lintassektoral

Menteri PPPA Linda Gumelar :

Perempuan Kurir Narkoba

Permalukan Bangsa

M 16 SINAR BNN EDISI II - 2014

enteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, (PPPA) Linda Gumelar, mengecam para perempuan asal Indonesia yang bersedia menjadi kurir narkoba

internasional dengan iming-iming harta atau dinikahi. “Apa yang mereka lakukan telah mempermalukan bangsanya sendiri,� tandasnya. Selama ini para bandar

dan pengedar narkoba mengambil keuntungan dari para perempuan Indonesia, mereka mengira bahwa perempuan akan lebih mudah untuk memasuki tempat-tempat tertentu,

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


lintassektoral dan perempuan tidak akan diperiksa terlalu ketat di bandara atau pelabuhan. Modus yang biasanya dipakai untuk mengelabui penegak hukum adalah dengan cara menyembunyikan narkoba pada organ kewanitaannya. Perbuatan itu bisa terjadi karena sebagian perempuan memaksakan untuk hidup konsumtif, “Pengaruh sikap konsumtif, mau serba enak, serba instan itulah yang menyebabkan mereka rela menjadi kurir dan berurusan dengan masalah narkoba,” ujar Linda Gumelar. Menurut Linda, penyebab utama banyaknya perempuan terjerumus narkoba adalah kurangnya perhatian dari keluarga. Saat mereka menunjukkan gejala dan tindak tanduk yang berbeda dari biasanya, keluarga terdekat tidak segera proaktif, mereka pun luput dari perhatian. “Saya harap orangtua terus memperhatikan anak-anaknya walaupun mereka sudah di SMA atau kuliah,” harapnya. Pada umumnya orangtua melonggarkan batasan bagi anaknya yang sudah dewasa. Padahal siapapun dapat terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. Hampir tak ada kelompok masyarakat yang bebas dari ancaman narkoba. Dampak penyalahgunaan narkoba

narkoba di kalangan anak dan remaja. Sekolahsekolah tidak Selama ini para bandar dan pe- memberikan pembekalan sejak dini mengenai ngedar narkoba mengambil bahaya narkoba, hukum yang ada juga belum keuntungan dari para peremmemberikan efek jera. “Baiknya pengetahuan puan Indonesia, mereka memengenai narkoba ngira bahwa perempuan akan dimasukkan kedalam kurikulum pendidikan lebih mudah untuk memasuki sejak sekolah dasar,” harap Linda lagi. tempat-tempat tertentu, dan Selain itu, pemahaman perempuan tidak akan dipeakan bahaya narkoba pada orangtua perlu riksa terlalu ketat di bandara ditingkatkan. Dan para orangtua perlu dilibatkan atau pelabuhan. dalam edukasi tentang narkoba dan kampanye anti narkoba. Dengan begitu diharapkan tidak ada lagi akan menurun. Misalnya mulai dari menurunkan perempuan yang menjadi rentan terkena penyakit produktivitas belajar, kurir atau pengedar hepatitis, atau tertular mengubah perilaku HIV/AIDS. “Hanya dengan narkoba, karena itu menjadi sering adalah pekerjaan yang sedikit narkoba, berbohong, mudah sangat hina, bahkan hancurlah satu generasi,” melakukan kejahatan dan terkutuk karena dapat tandas Linda. tindak kriminalitas. Hal menghancurkan Selain faktor keluarga, yang paling buruk, kehidupan generasi Linda juga mencermati kualitas kesehatanbangsa. (pas) kurangnya pendidikan generasi korban narkoba

Perempuan yang mejadi kurir narkoba, berhasil diamankan oleh aparat.

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

SINAR BNN 17 EDISI II - 2014


lintassektoral

Bangkitkan Semangat Generasi Muda

Wakil Bupati dr. Cellica Nurrachadiana, di hadapan generasi muda

G

erakan anti narkoba dengan memberdayakan masyarakat, menjadi sebuah gerakan berkekuatan dahsyat jika dikelola dengan manajemen yang cerdas. Gerakan ini tidak hanya memberikan perubahan pada diri warga masyarakat, tapi juga lingkungan sekitar dan 18 SINAR BNN EDISI II - 2014

pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Wakil Bupati Karawang, dr. Cellica Nurrachadiana, mengungkapkan hal itu, ketika ditemui di ruang kerjanya, belum lama ini. Lebih lanjut dr. Cellica mengatakan, generasi muda sebagai sebuah elemen penting dalam sejarah bangsa

Indonesia, merupakan sebuah kekuatan yang memiliki karakteristik tersendiri. Tujuan luhur, serta idealisme dan semangat tinggi yang dimiliki generasi muda memiliki posisi penting dalam menentukan keberhasilan bangsa ini, “Perubahan-perubahan yang terjadi, dimulai pada masa penjajahan, revolusi, hingga bergulirnya reformasi, merupakan indikator keberhasilan generasi muda dalam mengaktualisasikan dirinya sebagai agent of change, agen perubahan yang sesungguhnya,� kata dr. Cellica. Namun, suatu hal yang sangat disayangkan, kata dia, apabila ketika semangat hebat yang dimiliki generasi muda yang haus terhadap munculnya perubahan ini, menjadi sangat rentan terhadap pengaruhpengaruh negatif yang cenderung mengarahkan mereka ke arah perbuatan yang bersifat destruktif, apabila tidak terdapat sistem pengawasan yang sanggup mengawal perkembangan kehidupan generasi muda tersebut

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


lintassektoral dalam proses pengaktualisasian dirinya. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya potensi generasi muda yang dapat terberdayakan dengan baik guna menjaga, mempertahankan dan membangun bangsa ini ke arah yang lebih baik. “Dengan kata lain, potensi luar biasa yang dimiliki generasi muda tersebut akan tergerus oleh karakteristik generasi muda itu sendiri, apabila tidak ada pengawasan yang kuat dari setiap elemen bangsa. Masalah terbesar yang dapat menghambat berkembangnya potensi generasi muda tersebut adalah peredaran dan penyalahgunaan narkoba secara berlebihan, yang telah memasuki situasi yang sangat memprihatinkan,” kata dr. Cellica. Menurut dr. Cellica,

peredaran narkoba sudah mulai berada pada ranahranah yang sangat dekat dalam kehidupan masyarakat sesungguhnya, dengan generasi muda yang dijadikan sebagai objek potensial terhadap kelangsungan proses ini. Hal ini dapat dilihat dari fakta penemuan perumahan-perumahan warga sebagai tempat pembuatan dan penyimpanan narkoba, dengan berlindung di balik usaha-usaha seperti warnet, showroom mobil dan lain-lain. “Permasalahan ini diperjelas dengan ditemukannya sebuah pabrik pembuatan narkoba di sebuah bangunan ruko di wilayah Daan Mogot, Jakarta Barat beberapa waktu lalu, yang bersebelahan dengan sebuah tempat bimbingan belajar, yang notabene merupakan tempat para

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

generasi muda mendapatkan tambahan penguatan intelektualitas yang dimilikinya,” ujar dr. Cellica. Oleh karena itu, tandas dr. Cellica, diperlukan suatu komitmen kuat dari pemerintah untuk mengawasi dan membatasi masalah ini. Diperlukan adanya tindakan tegas dan tidak ‘tebang pilih’ terhadap para pembuat, penyelundup dan pengedar narkoba yang menjadi titik utama meluasnya peredaran narkoba tersebut. “Hal ini sangat diperlukan, karena dampak yang sangat jelas dari peredaran dan penyalahgunaan ‘barang haram’ tersebut sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia,” tandas dr. Cellica. Setelah itu, diperlukan kejelasan sikap dari setiap elemen bangsa agar dapat

meminimalisasi atau bahkan memutus mata rantai peredaran serta penyalahgunaan narkoba tersebut. Badan Narkotika Nasional ( BNN ) serta lembaga-lembaga lain yang membidangi masalah ini bukanlah aktor utama yang dapat memainkan perannya secara sempurna dalam menghadapi masalah ini. Diperlukan kerjasama dalam memberdayakan keseluruhan daya dan upaya seluruh masyarakat Indonesia untuk dapat berperan aktif dalam menghadapi masalah ini. “Niat-niat luhur seperti inilah yang dibutuhkan untuk kemudian dijalankan dengan tindakan nyata oleh seluruh bangsa Indonesia untuk mengurangi bahkan menghentikan peredaran barang-barang berbahaya tersebut,” pungkas dr. Cellica. (pas)

SINAR BNN 19 EDISI II - 2014


lintassektoral

Pencegahan dan pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). “Karena itulah kami menjalin kerjasama dengan kemdagri dalam hal pemanfaatan data KTP elektronika,” katanya. Penggunaan KTP elektronika terkait dengan P4GN jelas memberikan dampak signifikan terutama dalam bidang TP elektronik mulai rehabilitasi pecandu dapat digunakan narkoba dan untuk mengetahui pemberantasan jaringan keberadaan pecandu narkoba. narkoba, teroris, serta Dalam konteks penerima aliran dana pemberantasan jaringan ilegal sehingga akan narkoba, data KTP memudahkan pihak elektronik dapat membuat berwenang untuk kinerja petugas efisien. menangkap atau melacak “Dengan data yang personelnya, kata Menteri pasti petugas tidak akan Dalam Negeri Gamawan mungkin mendatangi Fauzi. target yang salah, “Keberadaan KTP sehingga efisien waktu elektronik sudah memiliki dan materi tidak terbuang banyak manfaat setelah percuma,” katanya. Mendagri Gamawan Fauzi sejumlah instansi Anang mengatakan melakukan kerja sama untuk kasus pencucian menangkap teroris serta Pelaporan dan Analisis dengan Kementerian untuk melacak pihak yang uang hasil kejahatan Transaksi keuangan Dalam Negeri dan kerja (PPATK), Komisi Yudisial, dicurigai menerima aliran narkoba, data KTP sama akan terus elektronik dapat membantu serta Badan kepegawaian dana ilegal. diperluas,” kata Gamawan Negara yang juga petugas memeriksa “Dengan KTP kepada pers di Kantor rekening pelaku. disaksikan Wakil Presiden elektronika maka akan Wapres Jakarta, Kamis. “Ketika diketahui data bisa dilacak aliran dana Boediono. Hal tersebut dilakukan identitas rekening itu kemana baik itu ke istri, Menurut Gamawan, usai dirinya melakukan palsu, maka penyidik saat ini setidaknya sudah anak, maupun saudara,” penandatanganan dapat mengajukan kata Gamawan. ada 29 kementerian/ kerjasama dengan permohonan pada Kepala BNN Anang instansi pemerintah yang sejumlah instansi seperti pengadilan negeri untuk Iskandar mengatakan melakukan kerjasama Badan Nasional Narkotika dengan Kemdagri untuk memblokir rekening fiktif KTP elektronika dapat (BNN), PT Taspen sehingga asetnya segera dimanfaatkan secara memanfaatkan (Persero), Otoritas Jasa dirampas negara,” kata maksimal dalam keberadaan KTP keuangan (OJK), Pusat Anang. (pas) mengakselerasi program elektronik, seperti untuk

Mendagri Gamawan Fauzi:

KTP Elektronik Bisa Digunakan Lacak Pengguna Narkoba

K

20 SINAR BNN EDISI II - 2014

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


lintassektoral

Prof. Dadang Hawari

seks bebas akibat pengaruh narkoba yang dapat melemahkan fungsi kontrol diri, sehingga dorongan seksual tidak terkendali. Bagi pengguna jarum suntik ke nadi (intravena) yang menerapkannya secara bergantian di kalangan pecandu jenis opiat (morfin dan heroin) juga berisiko tinggi menularkan HIV/AIDS. Penyalahgunaan narkoba merupakan fenomena enyalahgunaan gunung es, yakni apa yang narkoba di kalangan tampak tidak seperti aslinya. anak dan remaja di Bahkan, Organisasi Indonesia semakin Kesehatan Dunia (WHO) memprihatinkan. Akan mencatat angka di lapangan tetapi, upaya untuk bagi pecandu narkoba dapat melindungi dan mencegah diasumsikan menjadi 10 kali anak-anak dan remaja lipat dari jumlah yang tercatat terjerumus ke resmi. penyalahgunaan narkoba Dadang sangat prihatin, masih belum maksimal. karena penyalahgunaan Hal itu diungkapkan Prof. narkoba sudah banyak Prof. Dadang Hawari Dr. dr. H. Dadang Hawari, merengut nyawa ribuan psikiater yang aktif dalam putra-putri bangsa Indonesia. padahal anak itu sebenarnya generasi penerus. Banyak pencegahan penyalahgunaan menjadi korban,” ujar Dadang kasus penyalahgunaan Penelitian yang dilakukan narkoba, ketika dimintai terhadap pasiennya narkoba yang saya tangani, Hawari. komentarnya berkaitan menunjukkan, tingkat akibat hilangnya kontrol Dadang mengatakan, UU dengan maraknya anak-anak Perlindungan Anak secara kematian penderita keluarga, serta lemahnya dan remaja menjadi pengguna tegas mengatur sanksi dan ketergantungan narkoba iman dan ketaqwaan si narkoba, di kediamannya di mencapai 17,16 persen. korban,” jelas Dadang. hukuman bagi pihak-pihak, daerah Tebet, Jakarta Selatan, yang sengaja ataupun tidak ”Banyak di antara anakSebanyak 70 persen belum lama ini.. anak tersebut yang pasien penyalahgunaan sengaja menyebabkan anakMenurut Guru Besar tetap anak itu terjerumus ke dalam narkoba yang ditangani berpotensi menjadi orang di Fakultas Kedokteran UI, penyalahgunaan narkoba,. Dadang Hawari adalah remaja hebat dan sukses, namun ini, salah satu faktor yang narkotika telah membuat usia sekolah, baik yang “Orang yang tahu namun menyebabkan anak-anak dan tidak mencegah atau mereka kehilangan masa duduk di bangku SMP, SMU, remaja dapat mudah depannya,” katanya. membiarkan anak-anak itu maupun Perguruan Tinggi. terjerumus dalam Peredaran gelap narkotika “Mereka terkontaminasi halterkena narkoba diancam penyalahgunaan narkoba dan precursor narkotika hal terlarang itu melalui pidana lima tahun penjara adalah akibat tidak harus dihentikan dengan dan denda Rp 100 juta,” tandas pergaulan yang tidak sehat. berjalannya komunikasi kerja sama berbagai pihak, Padahal, narkoba itu, dapat Dadang. antara anak tersebut dan yaitu orangtua, guru, merusak sistem Peran keluarga serta keluarganya, “Anak-anak masyarakat, terutama lingkungan, dan agama neurotransmitter (sinyal menjadi korban akibat tidak pemerintah dan aparat pengantar saraf). sebagai kontrol pergaulan terjadinya komunikasi di penegak hokum, ”Bagi yang Selain itu, mereka juga remaja sangat penting dalam dalam keluarga. Tidak jarang menghindari penyalahgunaan dapat terjerumus dalam dua sudah terlibat dengan pula, setelah si anak ini narkotika, berobat dan hal yang fatal, yaitu terkena narkoba di kalangan anakterjerumus menjadi bertobatlah sebelum maut virus maupun sindroma anak dan remaja, “Mereka penyalahguna narkoba, dia adalah anak bangsa, aset merapuhnya kekebalan tubuh menjemput,” pesan Dadang yang justru disalahkan, Hawari. (pas) (HIV/AIDS) dan pengaruh negara dan merupakan

Anak-Anak Harus Dilindungi dari Bahaya Narkoba

P

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

SINAR BNN 21 EDISI II - 2014


opiniopini

Ekologi Kejahatan Sebagai Pendekatan Baru dalam Menjawab Maraknya Clandestine Laboratory OLEH : Sulastiana

P

revalensi penyalahgunaan narkotika sintetis seperti amphetamine, methamphetamine, methcathinone, dan ectasy yang mencapai rata rata 0,3 hingga 1,3% pada tahun 2001, merupakan fakta global yang dicatat sebagai indikasi pergeseran konsumsi narkotika dari narkotika alami ke narkotika sintetis. Dengan jumlah antara 13,7-56,4 juta orang berumur antara 15-64 tahun, terdata Asia Tenggara dengan pengguna paling tinggi mencapai 20.870.000 orang. Adapun Indonesia, prevalensi penyalahgunaan narkotika mencapai 1,99% dengan trend penyalahgunaan narkotika sintetis tertinggi khusus shabu dan ekstasi pada periode tahun 2006 hingga tahun 2010. Pergeseran tersebut berpengaruh terhadap kenaikan penggunaan ATS (amphetamine type stimulant) yang menjadi bahan dasar pembuatan obat. Pasar ATS sulit ditemukan walaupun beberapa bahan mentah

22 SINAR BNN EDISI II - 2014

dijual secara legal dan tersedia secara memadai. Akibatnya produsen cepat mendapatkan pasar produk baru seperti ketamine, mephedron dan spice. Perbedaan pengaturan ATS di berbagai yurisdiksi mendorong pengawasan terhadap distribusi bahan baku semakin ketat, sehingga para pengolah mengubah pola produksi ilegal atau clandestine laboratories yang semula menggunakan metode tradisional berubah ke produksi bertahap untuk menyesuaikan dengan strategi pengawasan. Pola produksi dan distribusi pun mengalami perubahan sehingga berpengaruh terhadap peningkatan pengungkapan produksi ilegal. Estimasi awal dunia bahwa produksi sangat tergantung pada tingkat konsumsi, jumlah produk akhir, dan jumlah kimia prekursor, mendorong asumsi bahwa lokasi produksi selalu dekat dengan konsumen, dan mengarah ke perbatasan dengan lokasi yang jauh dari pengawasan, dengan tujuan untuk memperpendek jarak tempuh dan memperkecil resiko. Namun lebih lanjut,

fakta empiris menunjukkan bahwa produksi dan distribusi ilegal mengalami pergeseran dari wilayah pedalaman ke wilayah perkotaan dengan skala produksi yang lebih kecil dan cenderung berpindahpindah. Tesis tentang pergeseran pemilihan wilayah produksi dan distribusi ilegal narkotika sintetis tersebut tentu menyisakan sederet pertanyaan terkait faktor-faktor determinan yang berpengaruh, hubungan antara tipe wilayah dengan pergeseran itu sendiri, serta kecenderungan karakteristik wilayah yang menjadi tempat produksi dan distribusi ilegal narkotika sintetis. Hasil penelitian yang melibatkan 32 responden kelompok pelaku yang sedang menjalani hukuman di 4 lapas yang terlibat dalam produksi dan distribusi ilegal di 23 titik lokasi kejadian yang terungkap dari tahun 2006 hingga 2010, kelompok masyarakat yang berada di lokasi kejadian, dan aparat penegak hukum menunjukkan bahwa

produksi dan distribusi ilegal narkotika sintetis, secara ekologis telah bergeser dari wilayah pedalaman ke wilayah perkotaan, baik dalam konteks global maupun lokal. Walaupun dalam konteks global belum ada kesamaan pendapat tentang hal ini, namun di indonesia, secara spasial, wilayah perkotaan yang menjadi tempat kejahatan tersebut adalah tempat tempat yang memiliki beberapa karakteristik, yang ditandai dengan faktor-faktor determinan baik ekologis maupun non ekologis. Dari segi ekologis, tempat produksi dan distribusi ilegal narkotika adalah lokasi dengan lingkungan spasial yang baik, modern dengan tata ruang yang baik dan dilengkapi fasilitas infrastruktur pendukung. Walaupun dari segi ekologi sosial lokasi tersebut berada di lokasi dengan tingkat kohesivitas masyarakat yang sedang saja dan diwarnai dengan ketiadaan norma, tetapi lokasi ini tidak berada di lokasi tersembunyi seperti perbatasan, atau lokasi yang secara

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


opiniopini geografis sulit dijangkau. Pemilihan tempat telah bergeser ke lokasi yang berada di pusat kota, dengan aksessibilitas tinggi dari segi sarana transportasi dan komunikasi. Dua aspek tersebut merupakan aspek yang sangat diperhitungkan dengan tidak lagi melihat sisi-sisi konvensional lainnya seperti jarak atau waktu. Melainkan lebih pada momentum terjadinya kejahatan yang dihadapkan pada lingkungan sosial termasuk pola pengawasan yang dilakukan aparat penegak hukum. Pergeseran ini lebih merupakan pilihan rasional dalam mempertimbangkan risiko ketahuan atau tertangkap, seriusitas penghukuman, dan jaringan yang dapat dibangun di lokasi tersebut, untuk memaksimalkan keuntungan yang dapat diperoleh. Dari dimensi non ekologis secara kontekstual terkait life style warga yang berada di lokasi tersebut. Faktor life style telah menjadi sebuah media rasionalisasi pelaku dalam memilih tempat, dan sekaligus sebagai faktor mandiri terkait dengan probabilita jaringan yang dapat dibangun di lokasi tersebut. Mengingat lokasi tersebut berada di lokasi pemukiman, lokasi bisnis, atau lokasi transisi, kontrol aparat bukan lagi

satu-satunya pertimbangan, karena keuntungan yang diperoleh dari aktivitas yang dilakukan di lokasi tersebut lebih besar dari kompensasi hukum yang harus ditanggung oleh pelaku. Pertimbangan tersebut didukung juga oleh kondisi aparat yang rentan suap yang dapat memperkecil risiko tertangkap. Faktor kontekstual penting lainnya adalah aspek pemahaman warga dan aparat tentang karakteristik produksi ilegal yang sangat memberikan peluang positif bagi tempat tersebut dipilih sebagai lokasi produksi dan distribusi ilegal. Dengan menggunakan bisnis sebagai modus operasional, produksi ilegal ini menjamur di tempat-tempat yang minim sekalipun, sehingga sangat tersamar oleh aktivitas penduduk atau bisnis. Pengendalian sosial melalui pemolisian masyarakat di lokasi dengan tipologi di atas, merupakan solusi yang perlu dikedepankan dengan mempertimbangkan faktor-faktor kriminologis lainnya seperti pengaturan pengamanan swakarsa untuk mengurangi risiko meningkatnya angka kejahatan di wilayah yurisdiksinya. Dari segi tipe wilayah, faktor-faktor tersebut tentu secara bervariasi mewarnai tiga kategori

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

tipe wilayah yang dipilih oleh Pelaku, yaitu : Pertama, kategori wilayah pemukiman dengan karakteristik : • Interaksi warga rendah • Kontrol sosial rendah • Lingkungan Spasial baik—all in service by building management • Lokasi berada di pusat kota • Kegiatan penduduk sebagai kamuflase • Chemical hazard sulit dideteksi • Aksessibilitas tinggi dari segi infrastruktur telekomunikasi dan transportasi • Pengamanan swakarsa/ security agent tersedia • Kegiatan rekreasional warga tinggi Kedua, kategori wilayah bisnis/perkantoran dengan karakteristik : • Kontrol sosial rendah • Interaksi sosial rendah • Tempat berada di ruang publik • Bisnis sebagai modus kejahatan • Chemical hazard tersamar • Aksessibilitas memadai khususnya untuk bahan baku dan pelanggan • Pengamanan swakarsa/ security agent tersedia • Frekuensi kegiatan warga ke tempat keramaian tinggi Ketiga, kategori wilayah pemukiman yang dekat dengan lokasi keramaian, dengan karakteristik : • Interaksi sosial normal • Kontrol sosial sedang • Lingkungan spasial baik • Berada di Circle of city • Chemical hazard

tersamar • Aksessibilitas memadai dari segi pelanggan, tempat, dan waktu • Pengamanan lingkungan—satpam tersedia • Kegiatan rekreasional warga tinggi Wilayah pemukiman dengan level yang lebih tinggi seperti apartemen, residensial, dan perumahan dengan cluster khusus seperti town house lebih banyak dipilih dibandingkan dua tipe lainnya. Kecenderungan ini mengarah pada karakteristik wilayah dengan sejumlah gejala yaitu kohesi sosial rendah, berada di lingkungan publik berkelas dengan persepsi penduduk tentang lingkungan spasial baik, tersamar dengan kegiatan penduduk, lingkungan fisik yang baik, tidak tercemar oleh chemical hazard, aksessibilitas tinggi, pengendalian sosial rendah, dan life style modern. Dengan menyimak hasil penelitian di atas, sudah saatnya Badan Narkotika Nasional mengembangkan teknologi intelijen dengan menggunakan model spasial yang dapat memaksimalkan hasil law interception untuk memfokuskan pada lokasi produksi dan distribusi ilegal narkotika sintetis. Penulis adalah Doktor Kriminologi dengan status cumlaude dan IPK tertinggi Program Doktoral Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia pada Wisuda Tahun 2013.

SINAR BNN 23 EDISI II - 2014


lintassektoral

Ribuan Napi Narkoba Cemburu pada Corby alasan Presiden SBY memberikan grasi kepada narapidana narkoba harus dilatarbelakangi niat adil. “Ada ribuan meminta hak sama. Kenapa hanya Corby yang diberikan grasi dan pembebasan bersyarat?” ungkap anggota Komisi I DPR ini. “Apakah karena dia warga negara asing, apakah karena ada tekanan, atau bargaining position?” tambah Tjahjo bertanya-tanya. Dia tegaskan, hukum di Indonesia harus diterapkan adil dan Tjahjo Kumolo semua orang sama di muka hukum. Sementara itu, Pakar angkah pemerintah beralasan memberikan Hukum Pidana hak narapidana narkoba memberi grasi dan Universitas Indonesia, dengan grasi ke Corby, pembebasan Akhiar Salmi, bersyarat kepada Schapelle tapi lainnya tidak mengungkapkan, diberikan grasi, maka Corby hanya membuat iri seharusnya ada akan muncul para narapidana narkoba penegasan hukum yang kecemburuan. Kenapa yang saat ini masih dimaksud dengan bebas narapidana narkoba mendekam di penjara. bersyarat ratu narkoba lainnya tidak dapat grasi?” dari Australia tersebut. Hal itu ditegaskan kata Tjahjo. Sekjen DPP PDI Menurut Akhiaar, grasi Dengan contoh Perjuangan, Tjahjo bebas bersyarat jika sederhana itu, ia Kumolo, belum lama ini. merujuk pada KUHAP, mengatakan, seharusnya “Kalau pemerintah diberikan setelah terpidana

L

24 SINAR BNN EDISI II - 2014

menjalani hukuman dua pertiga penjara. Dari penjelasan itu, Akhiar pun mempertanyakan keputusan pemerintah, dalam hal ini Menteri Hukum dan HAM yang memberi kebebasan bersyarat bagi terpidana kasus korupsi,”Pidana yang mendapat bebas bersyarat itu tidak boleh pada kasus kejahatan narkoba, korupsi, dan terorisme, karena ketiga kejahatan tersebut dampaknya sangat besar dan luas yang merusak bangsa ini,” tegasnya. Dia minta hak asasi manusia (HAM) tidak dijadikan alasan atau justifikasi untuk memberikan grasi kepada kejahatan narkoba. Menurut dia, ke depan perlu diatur lebih jelas dan konkrit. Hal ini menjadi kewajiban DPR RI, pers dan masyarakat untuk mengkritisi bersama,”Jangan hanya mengejar target, tapi kualitas terabaikan,” ujarnya. (pas)

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


lintassektoral

DPRD Kota Balikpapan Akan Terbitkan Perda Pencegahan Narkoba

D

alam waktu dekat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Balikpapan akan menerbitkan Peraturan Daerah Tentang Pencegahan dan Pemberantasan penyalahgunaan narkoba di kota Balikpapan. Menurut Ketua DPRD Kota Balikpapan Andi Burhanuddin Solong saat berkunjung ke Badan Narkotika Nasional (BNN), belum lama ini, mengatakan, saat ini Balikpapan sedang di rundung persoalan yang sangat serius. Yakni persoalan penyalahgunaan narkoba, “Dengan adanya pelabuhan laut berskala internasional dan Bandar udara yang juga berstandar internasional, memunculkan persoalan tersendiri di Balikpapan. Mobilitas masyarakat yang tinggi di khawatirkan menjadi celah masuknya Narkoba

ke Balikpapan,” kata Andi. Andi yang mengaku pernah menjadi budak dari narkoba menyatakan, pihaknya sangat serius dalam memberantas dan mencegah penyalahgunaan narkoba di Balikpapan, “Karena sebelumnya saya punya pengalaman yang buruk dengan narkoba, maka saya tidak ingin hal serupa terjadi kepada generasi muda di Balikpapan,” tegas Andi.

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

Narkoba dapat merusak cita-cita generasi muda dan lambat laun akan melemahkan daya saing bangsa ini. Pada Kesempatan yang sama Ketua Komisi IV DPRD Kota Balikpapan Ida Prahastuti menjelaskan, saat ini DPRD Kota Balikpapan sudah melakukan penjajakan dengan Universitas Atmajaya Jakarta untuk melakukan kajian akademis ihwal rencana

membuatan Peraturan Daerah (Perda) tentang Pencegahan dan Pemberantasan penyalahgunaan narkoba di Kota Balikpapan, “Intinya kami ingin ada payung hukum untuk melindungi masyarakat Kota Balikpapan dari penyalahgunaan narkoba yang semakin memprihatinkan. Tujuan kami kesini (BNN, Red) untuk meminta arahan dan masukan dari BNN dalam proses perumusan Perda tersebut,” ujar Ida. Sementra itu, Direktur Diseminasi Informasi, Deputi Bidang Pencegahan, BNN, Gun Gun Siswadi saat berdialog dengan anggota DPRD Kota Balikpapan mengatakan, niat penerbitan Perda Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba di Kota Balikpapan adalah langkah maju yang perlu di dukung, “Sebelumnya sudah ada Perda tentang pencegahan penyalahgunaan Narkoba di Batam. Selain itu, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2013 Tentang Fasilitasi Pencegahan penyalahgunaan Narkoba dapat menjadi acuan DPRD Kota Balikpapan dalam proses perumusan Perda tersebut,” jelas Gun Gun. (pas) SINAR BNN 25 EDISI II - 2014


aspirasiwarga

26 SINAR BNN EDISI II - 2014

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


aspirasiwarga

TIKA KARTIKA (Aktivis Perempuan)

Setiap Individu Harus Lindungi Dirinya dari Ancaman Narkoba Di dalam upaya pencegahan, tindakan yang dijalankan dapat diarahkan pada dua sasaran proses. Pertama diarahkan pada upaya untuk menghindarkan remaja dari lingkungan yang tidak baik dan diarahkan ke suatu lingkungan yang lebih membantu proses perkembangan jiwa remaja. Upaya kedua adalah membantu remaja dalam mengembangkan dirinya dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan.

M

otivasi dalam penyalahgunaan narkoba ternyata menyangkut motivasi yang berhubungan dengan keadaan individu seperti aspek fisik, emosional, mentalintelektual dan interpersonal. Di samping adanya motivasi individu yang menimbulkan suatu tindakan penyalahgunaan narkoba, masih ada faktor lain yang mempunyai hubungan erat dengan kondisi penyalahgunaan narkoba yaitu faktor sosiokultural seperti suasana hati yang tertekan akibat perpecahan keluarga, misalnya perceraian, kurangnya komunikasi, dan rapuhnya nilai-nilai agama serta ketidakseimbangan keadaan ekonomi, kemiskinan atau kemewahan yang membosankan. Semua itu bisa membawa seseorang

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba. Adanya faktor-faktor sosial kultural tersebut akan mempengaruhi kehidupan manusia dan dapat menimbulkan motivasi tertentu untuk menyalahgunakan narkoba. Pengaruh ini akan terasa lebih jelas pada golongan usia remaja, karena ditinjau dari sudut perkembangan, remaja merupakan individu yang sangat peka terhadap berbagai pengaruh, baik dari dalam diri maupun dari luar dirinya atau lingkungan. Karakteristik psikologis yang khas pada remaja, merupakan faktor yang memudahkan terjadinya tindakan penyalahgunaan narkoba. Bukan hanya itu, masih ada faktor lain yang memainkan peranan penting yaitu faktor lingkungan. Faktor lingkungan tersebut

memberikan pengaruh pada remaja dan mencetuskan timbulnya motivasi untuk menyalahgunakan narkoba. Dengan kata lain, timbulnya masalah penyalahgunaan narkoba dicetuskan oleh adanya interaksi antara pengaruh lingkungan dan kondisi psikologis remaja. Di dalam upaya pencegahan, tindakan yang dijalankan dapat diarahkan pada dua sasaran proses. Pertama diarahkan pada upaya untuk menghindarkan remaja dari lingkungan yang tidak baik dan diarahkan ke suatu lingkungan yang lebih membantu proses perkembangan jiwa remaja. Upaya kedua adalah membantu remaja dalam mengembangkan dirinya dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan. SINAR BNN 27 EDISI II - 2014


aspirasiwarga

YOGA HARDONO (wartawan)

Narkoba, Agama dan Pendidikan Kita

S

etiap tanggal 26 Juni, diperingati sebagai Hari Anti Narkoba Internasional. Itu menyiratkan bahwa narkoba sudah lama menjadi isu keprihatinan global, bahkan oleh bangsa liberal sekalipun. Indonesia sendiri sejak 2005, masuk dalam tiga besar negara perdagangan narkoba terbesar di dunia bersama China dan Amerika Serikat. Fenomena gunung es, istilah itu sering digunakan untuk menggambarkan bahwa kasus kejahatan narkoba yang terdata biasanya jauh lebih kecil dari jumlah yang sebenarnya. Apalagi saat ini pelaku penyalahgunaan narkoba tidak hanya masyarakat perkotaan, melainkan juga masyarakat di pelosok perdesaan dan dari semua level perekonomian. Ironis memang. Saat harus mengakui bahwa kejahatan narkoba sudah menjadi realitas terdekat bangsa, bukan sekadar fiksi atau imajinasi di layar 28 SINAR BNN EDISI II - 2014

kaca. Demi narkoba, sudah banyak anak bangsa yang mati sia-sia dan tata nilai dalam keluarga serta masyarakat hancur setelah kehilangan kualitas positif dalam pribadi dan kehidupan mereka. Kerja keras Badan Narkotika Nasional (BNN), aparat kepolisian dan semua pihak yang terjun dalam upaya pemberantasan narkoba masih belum mampu menahan lonjakan kasus yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Pertanyaan yang menggelitik kini adalah mengapa bangsa kita mudah terjerat dalam kerumitan permasalahan narkoba. Uang yang menggiurkan, sindikat yang terorganisasi rapi dan perangkat hukum negara yang lemah karena keadilan masih bisa dibeli dan itu bukan rahasia lagi, adalah faktor penyubur maraknya kejahatan narkoba. Bahkan, di penjara pun tidak

menutup kemungkinan transaksi tetap dilakukan. Tapi ternyata, lemahnya daya tahan bangsa adalah keprihatinan lain yang harus kita perhatikan. Reduksi makna beragama, menjadi salah satu faktor lemahnya daya tahan bangsa terhadap godaan penyalahgunaan narkoba. Dengan predikat negara berpenduduk muslim terbanyak di dunia, keterjebakan atas narkoba menjadi lakon cerita yang tidak lucu. Jika merefleksi lagi makna beragama bagi bangsa ini, seringkali agama tertafsirkan hanya sebagai ritual simbolis seperti shalat, puasa, zakat, berhaji atau pembicaraan tentang pahala, dosa, surga dan neraka. Akibatnya, agama berjarak dengan kenyataan sehari-hari yang juga memerlukan perhatian dan keseriusan. Padahal salah satu fungsi agama adalah memberikan solusi atas permasalahan, kesulitan dan kegelisahan hidup.

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


aspirasiwarga Gangguan psikis seperti merasa tidak percaya diri, terisolasi, tidak berharga, malu dan depresi yang biasanya menjadi faktor penyebab penyalahgunaan narkoba. Hal itu tentu berlawanan dengan ajaran agama yang menginginkan umatnya untuk optimis

sangat dekat dengan manusia. Ia bisa menjadi tempat manusia melarikan diri dari kenyataan, kapan saja. Berangkat dari hal itu, peran pemimpin agama sangat diharapkan untuk memberikan pembinaan yang lebih mencerdaskan masyarakat sehingga

pelajar dan mahasiswa, tentu membuat kualitas pendidikan kita perlu dipertanyakan kembali. Secara filosofis, pendidikan diyakini sebagai proses memanusiakan manusia. Atau, sebuah upaya untuk membantu manusia mengembangkan semua

bukan hal yang sulit lagi. Tetapi selama sukses tidaknya pendidikan hanya dinilai dari patokan angka UAN, maka keluarga, guru, dosen dan praktisi pendidikan tidak akan bisa menyentuh hati dan jiwa anak didik saat di luar pelajaran. Narkobalah yang lebih dekat dengan

memandang hidup, membersihkan jiwa dan pikiran serta tidak menjatuhkan diri kepada kerusakan. Tapi karena ajaran agama seakan terpisah dari kehidupan nyata, maka solusi spiritualitas menjadi terlupakan. Narkoba di sisi lain, adalah benda nyata yang

narkoba bukan hal yang menarik lagi untuk dijadikan solusi semu permasalahan hidup. Lemahnya fungsi pendidikan, juga menjadi pelemah daya tahan bangsa selanjutnya. Banyaknya pelaku penyalahgunaan narkoba dari kalangan berpendidikan seperti

potensi kemanusiaannya. Tidak hanya intelektual, tapi juga emosional, sosial, fisik dan spriritual. Jika pendidikan dengan semua perangkat dan regulasinya sudah mampu mencetak manusia yang kuat dalam setiap aspek kemanusiaannya, tentunya melawan godaan penyalahgunaan narkoba

dunia mereka. Tentu kita sepakat bahwa pencegahan dan pemberantasan narkoba adalah tugas semua elemen bangsa, karena kebaikan yang tidak terorganisasi akan mudah dikalahkan oleh kejahatan yang terorganisasi. Mari bersinergi! ()

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

SINAR BNN 29 EDISI II - 2014


artikelartikel

Membangun Keluarga yang Bebas dari Narkoba Oleh : Bobby Hartanto, MPsi proaktif dengan orang reaktif adalah bahasa yang mereka gunakan. Bahasa orang reaktif misalnya, “Tidak ada lagi yang bisa saya lakukan, saya memang sudah begitu dari dulu, saya harus...� Sementara itu, orang proaktif menggunakan bahasa, “Mari kita lihat alternatif lain, saya mau mencoba pendekatan yang lain, saya memilih untuk...� Covey menyarankan untuk tidak bersikap embali pada contoh reaktif (berdasarkan di atas, emosi atau kondisi sesaat sesungguhnya saja). Keluarga- keluarga kitalah yang memilih perlu menyadari perilaku respons untuk marah atau yang ditampilkan dalam tidak marah pada waktu keluarga sebenarnya kita sedang dimarahi bukan korban keadaan orang lain. Kita bisa (condition), melainkan memilih untuk tidak sebuah pilihan (decision). mengomel atau tetap Kebiasaan itu dapat merasa nyaman pada ditumbuhkan di dalam waktu ada orang yang keluarga, misalnya dengan berbuat tidak enak tidak ikut-ikutan kepada kita. Jika kita membicarakan seseorang sadar bahwa kita yang tidak hadir pada memiliki kemerdekaan waktu pembicaraan untuk memilih respons terjadi, meminta maaf jika apa yang ingin kita melakukan kesalahan, dan tampilkan dalam sebuah tidak menyontek situasi, kita sudah meskipun tidak belajar. mengembangkan Kebiasaan kedua kebiasaan pertama yaitu adalah memulai segala jadilah proaktif (be sesuatu dengan gambaran proactive). hasil akhir (begin with Salah satu hal yang the end in mind) yang bisa membedakan orang jelas. Dari sini kita bisa

Diharapkan, dengan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan seperti itu, Anda sudah berperan dalam mencegah anggota keluarga kita terkena pengaruh buruk narkoba. Lebih baik cegah sekarang daripada menyesal kemudian.

K

30 SINAR BNN EDISI II - 2014

membuat langkahlangkah apa yang akan kita lakukan untuk mencapai hal tersebut. Itu akan membuat perilaku kita lebih efisien dan terarah. Membuat rumusan tentang keluarga seperti apa yang ingin kita bentuk bisa menjadi sebuah cara untuk membangun keluarga efektif. Kita juga bisa membiasakan setiap anggota keluarga untuk selalu memiliki end in mind yang jelas sebelum melakukan sesuatu. Selain itu, kita juga perlu mengingatkan setiap anggota keluarga apakah perilaku yang ditampilkan mendukung pencapaian end in mind yang telah dicanangkan. Kebiasaan ketiga adalah dahulukan hal-hal yang penting (put first things first). Hal yang penting adalah hal yang memang memiliki kaitan erat dengan tujuan keluarga. Di luar itu boleh diturunkan prioritasnya. Sebaiknya kita memang memikirkan hal-hal apa yang penting buat keluarga kita. Misalnya ada seorang kawan dekat yang mengatakan hal penting bagi dia adalah keluarga. Karena itu, bekerja keras

dianggapnya sudah memberikan yang terbaik bagi keluarga, Namun, dia bekerja tidak kenal waktu sehingga keluarganya telantar. Memang dia menghasilkan banyak uang, tapi bukan itu semua yang diharapkan keluarganya. Pada titik ini, klarifikasi terhadap hal yang dianggap utama menjadi penting. Apa yang dianggap sebagai hal utama oleh seorang anggota keluarga belum tentu selaras dengan hal utama anggota keluarga yang lain. Saran yang diberikan Covey untuk bisa mendahulukan yang utama adalah membangun kebiasaan membuat rencana. Duduk bersama keluarga, merencanakan dua bulan ke depan mau melakukan apa (mengunjungi keluarga lain, mempersiapkan ulang tahun, berlibur, ke mal, nonton bareng, atau apa pun). Pastikan anakanak diberi kesempatan untuk memberikan ideidenya. Keempat adalah berpikir menang menang (think win-win). Hindari cara berpikir untuk menang- kalah atau kalah-kalah. Di sini, perlu

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


artikelartikel kreativitas untuk mencari solusi-solusi yang bisa membuat seluruh pihak merasa menang dalam penyelesaian masalah. Perlu diingat, tidak ada seorang pun yang suka mengalami kekalahan. Covey menuturkan sebuah kisah beberapa anak yang ditinggal ayah dan ibunya karena kecelakaan. Tidak lama setelah itu, mereka ribut memperebutkan bendabenda yang bisa membuat mereka memiliki kenangan akan orangtuanya. Mereka tidak mau saling mengalah, mendahulukan kepentingan pribadi, dan lupa mereka adalah satu keluarga. Mereka akhirnya bisa menyelesaikan masalah mereka setelah menggunakan pendekatan menang- menang dengan menyadari hubungan persaudaraan jauh lebih penting. Keluarga dengan pendekatan menang-kalah akan menciptakan atmosfer yang kurang baik sehingga tidak terjadi relasi yang hangat di dalamnya. Padahal suasana keluarga yang akrab dan bersahabat merupakan salah satu faktor pencegah penyalahgunaan narkoba. Kebiasaan kelima adalah berusahalah terlebih dahulu untuk mengerti, baru kita akan dimengerti (seek first to understand, then to be understood). Kebiasaan itu penting karena para anggota keluarga kadang-

kadang tidak menyadari apa yang mereka lihat, pikir, atau rasakan belum tentu sama dengan apa yang dilihat, dipikir, atau dirasakan anggota yang lain. Persepsi memegang peranan penting disini. Dalam interaksi orangtuaanak, perbedaan persepsi sering kali menimbulkan persoalan. Dalam beberapa kasus, berujung pada penggunaan narkoba. Menurut Covey, kunci utama untuk bisa mengatasi perbedaan persepsi itu adalah kerelaan untuk mau memahami orang lain. Dengan tegas ia mengatakan, “When you understand, you don Ăƒ-t judge.â€? Lebih jauh, ia mengatakan daripada mengharapkan orang lain untuk memahami kita terlebih dahulu, lebih berguna jika kitalah yang terlebih dahulu coba memahami orang lain. Covey mengajak kita untuk melakukan refleksi pada anggota keluarga kita. Apakah semua suara anggota keluarga sudah didengarkan? Apakah ada yang merasa tidak dipahami? Adakah yang merasa diperlakukan secara tidak adil? Dengan melakukan diskusi seperti itu, kita bisa membangun kebiasaan untuk memahami orang lain. Itu juga salah satu faktor pencegah penyalahgunaan narkoba. Remaja yang kurang merasa dipahami orang tuanya akan berpaling mencari tempat lain dan

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

paling mudah adalah pada teman sepermainannya. Di sini, mereka akan merasa lebih dipahami dan didengarkan. Pada beberapa kasus ekstrem, mereka bahkan rela mengikuti tekanan kelompok untuk tetap bisa berada di dalam kelompok yang mampu memahami mereka. Jika tekanan kelompok mengarah pada hal positif, kita akan sangat bersyukur, namun jika tekanan mengarah ada penyalahgunaan narkoba, kita perlu waspada. Kebiasaan keenam adalah sinergi. Berdasarkan kelebihan dan kekurangan setiap anggota keluarga, kita bisa membentuk sebuah kesatuan yang lebih kuat. Hal itu mirip dengan perumpamaan sapu lidi yang lebih kuat jika bersama-sama daripada batang lidi sendiri-sendiri. Dalam sinergi, tiap anggota keluarga meyakini perbedaan yang ada di antara anggota merupakan kekuatan dan bukan kelemahan. Sinergi bukan hanya kerja sama tim, melainkan sebuah kerja sama tim yang sangat kreatif. Hal-hal yang sebelumnya tidak terpikirkan menjadi ada dalam proses sinergi. Pernikahan sebenarnya sebuah perwujudan nyata dari sinergi. Orang tua yang tidak sejalan dalam mendidik anak bisa melemahkan sinergi dan hal itu rentan terhadap penyalahgunaan narkoba. Kebiasaan ketujuh

diistilahkan dengan mengasah gergaji (sharpen the saw). Keluarga diharapkan melakukan hal-hal yang bisa membuat keenam kebiasaan tadi terus berlangsung. Janganlah kita seperti orang yang terus memotong pohon dengan gergaji tumpul dan mengatakan tidak ada waktu untuk mengasah gergajinya. Setiap keluarga disarankan untuk selalu melakukan pembaruan. Pembaruan, menurut Covey, sebaiknya dilakukan pada empat area yaitu fisik, sosial emosional, mental, dan spiritual. Pola berulang dalam pembaruan bisa menjadi dasar terbentuknya tradisi dalam keluarga. Tradisi keluarga merupakan sebuah cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan perasaan kompak, didukung, dan dipahami anggota keluarga yang lain. Membangun keluarga seperti itu memang bukan perkara mudah, tapi sangat layak untuk dicoba. Tidak perlu 100 persen sama. Diharapkan, dengan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan seperti itu, Anda sudah berperan dalam mencegah anggota keluarga kita terkena pengaruh buruk narkoba. Lebih baik cegah sekarang daripada menyesal kemudian. Penulis adalah Praktisi Quantum Learning dan Pemerhati Masalah Remaja

SINAR BNN 31 EDISI II - 2014


liputankegiatan

Pakai Narkoba dan Menangkan Hadiahnya OLEH : Yanti Samangun (Wartawan Harian Rakyat Maluku)

P

otongan judul di atas, sengaja saya pelintir dari salah satu iklan komersil di Televisi. “Ayo bergabung dan menangkan hadiahnya”. Kutipan singkat yang menurut saya efektif untuk membujuk konsumen. Tidak peduli apa benar atau sekedar omong kosong, yang pasti sugesti hadiah langsung menguasai pertimbangan. Itupun yang terbesit dalam pikiran saya, mengapa narkoba diminati masyarakat. Mungkin karena tawaran hadiahnya yang menggiurkan, yaitu “rumah luas beratap langit, plus tiket langsung menuju akhirat. Aneh memang kemiskinan bahkan kematian oleh narkoba justru diminati. Jika digambarkan, Narkoba dan Kematian ibarat garis lurus yang

32 SINAR BNN EDISI II - 2014

saling berkaitan. Mencoba, kecanduan, dan meninggal. Begitu penjelasan sederhananya. Tak satupun dari para junkies atau pecandu berat hidup normal dengan Narkoba. Mereka akan berakhir tragis. Namun, efek membunuh Narkoba masih kalah

dalam narkoba tidak pernah bereaksi positif pada tubuh manusia. Fungsi otak, jantung, ginjal, ataupun hati akan langsung dirusak saat terkontaminasi. Bahkan pada tingkat pengkonsumsian berlebihan (over dosis), zat itu bisa langsung membunuh dengan sekejap. Begitu tegasnya peringatan medis terhadap bahaya Narkoba, membuat golongan zat ini diibaratkan senjata pembunuh melebihi ancaman nuklir. Korban Narkoba seratus kali lebih pamor dengan banyak dibanding ledakan predikatnya. “Pakai Narkoba, itu baru hebat”. Hiroshima atau Nagasaki. Inilah fakta yang Sebuah persepsi yang diabaikan. Bahaya sempit. Ada saja oknum narkoba adalah bahaya yang mau menyerahkan global. diri pada mesin Di Indonesia sendiri, pembunuh massal ini. ancaman narkoba telah Mengkonsumsi narkoba berarti meracuni mencapai batas kritis. 4 diri sendiri. Zat-zat adiktif juta orang lebih tercatat Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


liputankegiatan sebagai pengguna Narkoba tahun 2012. Angka itu mungkin bisa lebih besar jika tidak dilakukan upaya pencegahan oleh instansi terkait. Hasil survey yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan Universitas Indonesia mencatat, tahun 2012 lalu, prevalensi penyalah guna narkoba pada kelompok pekerja sebesar 72% dan kelompok remaja/ pelajar/siswa 28 %. Dengan perbandingan laki - laki terhadap perempuan 8 : 2. Angka yang mengerikan memang jika penganalogiannya, satu dari tiga pengguna Narkoba aktif berujung pada kematian. Maka berapa juta nyawa yang harus disumbangkan penduduk Indonesia hanya karena mengkonsumsi Narkona? Ini peringatan yang harus diwaspadai. Apalagi fakta menunjukkan, korban terbesar Narkoba datang dari usia produktif antara 10-50 tahun. Bisa dibayangkan, nasib generasi muda kita nanti? Bagaimana dengan Maluku? Trend yang sama juga berlaku disini. Terhitung sejak tahun 2008 lalu Maluku masuk zona merah peredaran Narkoba. Tingkat penyalahgunaan obatobat terlarang ini menempati posisi ketiga skala nasional. Itu artinya Maluku lahan subur bisnis Narkoba.

haram ini selalu diidentikkan sebagai symbol kekayaan maupun kepopuleran. Belum lagi film-film yang gencar mempertontonkan penyalahgunaan Narkoba. Pelabelan media untuk sebuah peran antagonis, liar, maupun bebas selalu diidentikkna dengan Narkoba. Hal itu memicu rasa penasaran masyarakat khususnya di kalangan remaja. Karakter mereka yang selalu menyukai Begitu tegasnya peringatan mekebebasan, pengalaman dis terhadap bahaya Narkoba, baru, maupun rasa ingin dikenal memunculkan membuat golongan zat ini diibaketertarikan mencoba ratkan senjata pembunuh meleNarkoba seperti yang ditontonnya. bihi ancaman nuklir. Korban Inilah predikat Narkoba seratus kali lebih banyak negative yang ditangkap masyarakat awam dalam dibanding ledakan Hiroshima penayangan media massa. atau Nagasaki. Inilah fakta yang Entah darimana datangnya anggapan diabaikan. Bahaya narkoba adasempit itu, yang pasti lah bahaya global. fenomena Narkoba selalu dikampanyekan dalam media massa. Efek penayangan seperti ini masyarakat yang kurang Massa dijadikan legitimasi Ada sisi negatif yang menyadari bahaya anggapan hidup modern disimak dari narkoba, menganggap ala selebritis. Gaul apabila penangkapan tersangka grafik peningkatan tidak Narkoba, yaitu kampanye mengkonsumsi Narkoba. lebih dari sebuah angka. Tak bisa dipungkiri gaya hidup. Media massa Fakta kematian dan terpaan media massa menjadikan kasus kemiskinan seolah sangat mempengaruhi tenggelam oleh gaya hidup narkoba sebagai berita pola pikir dan gaya hidup besar jika berkaitan menyimpang. Budaya masyarakat. Kalangan dengan orang terkenal gaul, modis, bebas, yang paling terpengaruh konsumtif diartikan salah seperti selebritis. oleh kampanye negative Kelompok tersangka tanpa ada filtrasi logis. adalah kelompok remaja dari publik figur ini Narkoba adalah gaul, dan warga miskin. memiliki kedekatan Narkoba adalah modis, Kecenderungan mengikuti dengan penggemarnya Narkoba adalah bebas. idola adalah alasan khususnya kalangan Padahal narkoba adalah terbesar mengapa Kematian dan Kemiskinan. masyarakat ekonomi kelompok ini menjadi rendah. Itu sebabnya, Sekali berkenalan sasaran transaksi tidak salah jika barang dengan Narkoba maka Belakangan masyarakat sedikit bernafas lega pasca peran aktif Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Maluku, yang bekerjasama dengan instansi terkait serta masyarakat. Jalur peredaran Narkoba bisa sedikit ditekan hingga menempati urutan ke 11 tahun 2012 lalu. Meski begitu, bagi

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

kematian dan kemiskinan menjadi teman akrab kita. Tak satupun bukti pengguna narkoba berakhir bahagia. Sebaliknya, dengan menggunakan Narkoba, mungkin satu diantara kita menjadi penyumbang angka kematian narkoba di Indonesia. Narkoba, Kemiskinan dan Kampanye Media

SINAR BNN 33 EDISI II - 2014


liputankegiatan Narkoba. Bukti tersebut bisa dilihat dari angka konsumen Narkoba di Maluku. Kelompok remaja menempati urutan ke dua dari jumlah konsumen di Indonesia. Prevalensi tersebut mencatat 9,9 persen dari total pengguna antara umur 10-19 tahun. Sebuah peringatan keras untuk generasi muda Maluku. Menurut Kepala Badan Narkotika Nasional (BNNP) Maluku, Benny Pattiasina, kecenderungan mengkonsumsi Narkoba berasal dari kebiasaan mengkonsumsi minuman keras dan merokok. Pola hidup negatif ini

kebanyakan diadopsi dari sesuatu yang mereka tonton dan lihat sehari-hari. Efek kausalitas yang mendekati perilaku tersebut adalah kemiskinan. Sifat zat pada rokok dan minuman keras menciptakan ketergantungan yang membuat masyarakat ingin terus mengkonsumsinya. Pembelian rumah tangga untuk rokok sendiri tercatat sebesar 3,4 persen dibanding biaya kesehatan yang dikeluarkan. Data yang dirilis Litbang Maluku tersebut menunjukkan bagaimana kuatnya pengaruh ketergantungan

terhadap perekonomian rumah tangga. Lebih dari itu, jika trend konsumsi rokok dan minuman keras beralih ke Narkoba yang nilai jualnya lebih tinggi. Bisa dibayangkan bagaimana dampak kemiskinan yang ditimbulkan akibat Narkoba. Fakta itu bukan sekedar data. Jutaan rupiah yang sudah dikeluarkan masyarakat untuk mendapatkan Narkoba. Di Tahun 2012 saja, nilai transaksi pembelian Narkoba di Indonesia mencapai Rp. 17,5 triliun atau setara dengan pembangunan monorel

sepanjang 120 KM. Belum lagi anggaran kesehatan yang harus dikeluarkan untuk proses penyembuhan. Faktafakta itu mungkin perlu dipertimbangkan masyarakat sebelum terlambat. Media sebagai sarana sosialisasi masa diharapkan bisa memainkan fungsinya dengan baik. Saya cukup mengapresiasi siaransiaran media televisi saat ini yang mulai melakukan sensor ketat. Beberapa tayangan televisi, seperti film mulai menyensor gambar yang memperlihatkan orang merokok. Itu sebuah terobosan positif. (*)

Peduli Narkoba, Wartawan Menulis

U

paya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika (P4GN) tidak lah mudah karena harus dilakukan secara integrated dan berkesinambungan serta membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak. Media massa sebagai salah satu sarana KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) yang berperan dalam penyebaran berita/informasi memegang peranan penting dalam mendidik dan mencerdaskan bangsa. Berkat media, masyarakat menjadi tahu informasi 34 SINAR BNN EDISI II - 2014

– informasi lintas budaya, waktu dan tempat yang tepat. Sisi negatif dari penyebaran informasi tentang kasus penyalahgunaan narkoba menjadi “booming” ketika liputan tersebut menyeret nama-nama orang terkemuka maupun public figure. Hal tersebut menimbulkan opini publik tentang narkoba yang seolah-olah menjadi bagian dari gaya hidup mewah, modern dan gaul. Disisi lain, masyarakat secara tidak langsung terpengaruh sehingga tertarik untuk menggunakan narkoba sebagai bentuk aktualisasi diri agar dianggap orang modern dan gaul, dan bisa mengikuti gaya hidup ala selebritis. Fenomena ini menunjukkan bahwa pemahaman yang salah di masyarakat tidak lepas dari peran media massa dalam mengemas peristiwa – peristiwa yang terjadi men-

jadi sebuah berita. Sehingga tidak dapat dipungkiri betapa besar pengaruh media massa dalam membentuk pola pikir (mindset) masyarakat mengenai narkoba itu sendiri. Disisi lain penyebaran informasi yang semakin luas, tepat waktu dan sasaran menambah pengertian masyarakat untuk selalu mencari berita-berita tentang berbagai hal. Untuk menumbuhkan pemahaman yang benar mengenai narkoba dan dampak buruk multi dimensi, BNNP Maluku mengajak para wartawan untuk menulis artikel mengenai “dampak buruk penyalahgunaan narkoba multidimensi”. Artikel tersebut kemudian dimuat di media massa sehingga informasi yang ditulis dapat diakses secara mudah dan luas oleh masyarakat. Kegiatan ini se kaligus memperingati Hari Anti Narkoba Internasional

tahun 2013. Ada 7 wartawan dari berbagai media massa lokal yang ada di Ambon yang turut berpartisipasi dalam lomba ini. Dari 8 artikel yang masuk, 3 artikel yang menjadi juara adalah “Narkoba, dari VOC sampai Dampak Multidimensi (juara 1) oleh Zairin Embong Salampessy dari Koran Antara , “Narkoba dan Penyumbang Kemiskinan Laten” (juara 2) oleh M. Iqbal Husein dari Titah Bipolo, “Pakai Narkoba dan Menangkan Hadiahnya” (juara 3) oleh Yanti Samangun dari Harian Rakyat Maluku. Lomba penulisan artikel ini, diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan membentuk pemahaman serta sikap positif masyarakat terhadap dampak buruk penyalahgunaan narkoba. Kegiatan ini direncanakan akan dilakukan setiap tahun dan dibuka untuk masyarakat umum.

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


liputankegiatan

Tumbuhkan Kesadaran Pegawai Tentang Bahaya Narkoba

pegawainya dari ancaman bahaya penyalahgunaan narkoba di lingkungan tempat kerja. “Adapun tujuan kegiatan pembentukan kader anti narkoba di lingkungan Instansi Pemerintah, adalah memberikan pembekalan pengetahuan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba ermasalahan secara benar dan faktual penyalahgunaan kepada para pegawai agar narkoba telah memiliki pemahaman dan merambah ke semua tatanan cara pandang yang obyektif kehidupan masyarakat, terhadap dampak buruk dari termasuk di lingkungan penyalahgunaan narkoba, Instansi Pemerintah. Oleh membentuk kader-kader anti karena itu, para pegawai di narkoba yang dapat lingkungan Instnasi menyebarluaskan informasi Pemerintah perlu diberikan tentang bahaya informasi tentang ancaman penyalahgunaan narkoba di bahaya penyalahgunaan lingkungan tempat kerja, dan narkoba secara baik dan menumbuhkan kesadaran benar, agar mereka dan kepedulian pegawai dan mempunyai daya tangkal pimpinan untuk saling secara pribadi, keluarga bekerjasama dalam maupun masyarakat. Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di Puskesmas sedang mengikuti diskusi mensosialisasikan bahaya Karena dampak buruk yang diakibatkan oleh kehidupan. Masalah narkoba dilakukan upaya dari seluruh penyalahgunaan narkoba di lingkungannya,” jelas Edi. penyalahgunaan narkoba di pihak dan segenap elemen membuat situasi menjadi Sedangkan hasil yang lingkungan Instansi termasuk para pegawai di genting karena merusak diharapkan diantaranya Pemerintah, dapat lingkungan Instansi kehidupan dan adanya peningkatan menurunkan produksivitas Pemerintah, untuk keberlangsungan generasi pengetahuan dan dan prestasi kerja, memerangi penyalahgunaan dimasa mendatang. menurunnya kualitas dan peredaran gelap narkoba terbentuknya pemahaman “Kegiatan ini sangat yang benar dan faktual produksi, hilangnya potensi di lingkungan tempat kerja, penting, terutama bagi tentang bahaya SDM terbaik dan dengan menempatkan para pemberdayaan peran Kader penyalahgunaan narkoba diskualifikasi kader anti narkoba sebagai Anti Narkoba di lingkungan profesionalisme. “Ini sangat inti untuk memperkuat daya hingga terbentuk komitmen Instansi Pemerintah dalam untuk menghindari narkoba merugikan pegawai itu sendiri, upaya menyelamatkan para tahan para pegawai dan pada diri setiap pegawai, Negara maupun masyarakat,” pegawai dari penyalahgunaan pimpinannya. adanya komitmen untuk tegas Edi Mulyono dari Badan narkoba, menumbuhkan Menurut Edi, menyebar luaskan informasi Narkotika Nasional (BNN), pembentukan kader anti komitmen agar peduli bahaya penyalahgunaan disela-sela menggelar kegiatan terhadap permasalahan narkoba di lingkungan narkoba di lingkungan pembentukan kader anti Instansi Pemerintah penyalahgunaan narkoba di keluarga dan lingkungan narkoba di lingkungan instansi lingkungannya, serta dapat dimaksudkan untuk tempat kerja yang pemerintah, belum lama ini. menumbuhkan memberikan pengetahuan Selanjutnya Edi kewaspadaan dan peran aktif diaplikasikan dalam aksi dan informasi bagi para mengatakan, penyalahgunaan pegawai pemerintah untuk para pegawai atau karyawan nyata, dan terciptanya situasi dan kondisi yang kondusif dan peredaran gelap narkoba mewaspadai penyalahgunaan terhadap upaya pencegahan dalam melaksanakan bukan lagi fenomena yang penyalahgunaan narkoba, narkoba,” katanya. program Pencegahan mengglobal, tetapi lebih serta membangkitkan Seiring dengan Penyalahgunaan Narkoba di menjadi masalah yang kepedulian para pimpinan permasalahan narkoba yang lingkungannya. (pas) mengancam berbagai bidang terus meningkat, maka perlu dalam membentengi

P

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

SINAR BNN 35 EDISI II - 2014


artikelartikel

Orangtua Memegang Peranan Penting Narkoba adalah isu yang kritis dan rumit yang tidak bisa diselesaikan oleh hanya satu pihak saja. Karena narkoba bukan hanya masalah individu namun masalah semua orang. Mencari solusi yang tepat merupakan sebuah pekerjaan besar yang melibatkan dan memobilisasi semua pihak baik pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan komunitas lokal.

36 SINAR BNN EDISI II - 2014

A

da yang harus diperhatikan ketika melakukan program anti narkoba di sekolah. Yaitu dengan mengikutsertakan keluarga. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa sikap orangtua memegang peranan penting dalam membentuk keyakinan akan penggunaan narkoba pada anak-anak. Strategi untuk mengubah

sikap keluarga terhadap penggunaan narkoba termasuk memperbaiki pola asuh orangtua dalam rangka menciptakan komunikasi dan lingkungan yang lebih baik di rumah. Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba

dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar narkoba yang senang mencari mangsa didaerah sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan tempattempat perkumpulan genk. Tentu saja hal ini bisa membuat para orang tua, ormas, pemerintah khawatir akan penyebaran narkoba yang begitu meraja rela. Upaya pemberantas

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


artikelartikel narkoba pun sudah sering dilakukan namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi Narkoba. Menurut kesepakatan Convention on the Rights of the Child (CRC) yang juga disepakati Indonesia pada tahun 1989, setiap anak berhak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi (termasuk HIV/AIDS dan narkoba) dan dilindungi secara fisik maupun mental. Namun realita yang terjadi saat ini bertentangan dengan kesepakatan tersebut, sudah ditemukan anak usia 7 tahun sudah ada yang mengkonsumsi narkoba jenis inhalan (uap yang dihirup). Anak usia 8 tahun sudah memakai ganja, lalu di usia 10 tahun, anak-anak menggunakan narkoba dari beragam jenis, seperti inhalan, ganja, heroin, morfin, ekstasi, dan sebagainya (riset BNN bekerja sama dengan Universitas Indonesia). Hal ini menegaskan bahwa saat ini perlindungan anak dari bahaya narkoba masih

belum cukup efektif. Walaupun pemerintah dalam UU Perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002 dalam pasal 20 sudah menyatakan bahwa Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak (lihat lebih lengkap di UU Perlindungan Anak). Namun perlindungan anak dari narkoba masih jauh dari harapan. Narkoba adalah isu yang kritis dan rumit yang tidak bisa diselesaikan oleh hanya satu pihak saja. Karena narkoba bukan hanya masalah individu namun masalah semua orang. Mencari solusi yang tepat merupakan sebuah pekerjaan besar yang melibatkan dan memobilisasi semua pihak

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

baik pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan komunitas lokal. Adalah sangat penting untuk bekerja bersama dalam rangka melindungi anak dari bahaya narkoba dan memberikan alternatif aktivitas yang bermanfaat seiring dengan menjelaskan kepada anakanak tentang bahaya narkoba dan konsekuensi negatif yang akan mereka terima. Anak-anak membutuhkan informasi, strategi, dan kemampuan untuk mencegah mereka dari bahaya narkoba atau juga mengurangi dampak dari bahaya narkoba dan pemakaian narkoba dari orang lain. Salah satu upaya dalam penanggulangan bahaya narkoba adalah dengan melakukan program yang menitikberatkan pada

anak usia sekolah (schoolgoing age oriented). Di Indonesia, perkembangan pencandu narkoba semakin pesat. Para pencandu narkoba itu pada umumnya berusia antara 15 sampai 29 tahun. Artinya usia tersebut ialah usia produktif. Pada awalnya, pelajar yang mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalannya dengan rokok. Karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal yang wajar di kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat, apalagi ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah menjadi pencandu narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami ketergantungan. (pas)

SINAR BNN 37 EDISI II - 2014


kolomkolom

Membangun Paradigma Baru Penanganan Narkoba

I

stilah dekriminalisasi pada penyalah guna narkoba yang mulai “akrab” di telinga kita merupakan bagian dari upaya konstruksi hukum di negeri ini yang membutuhkan jalan yang sangat panjang. Upaya penggantian hukum pidana dengan sanksi administratif pada pengguna narkoba masih dalam tahap merangkak, dan tertatih-tatih. Namun perlahan tapi pasti, paradigma ini terus mendapat perhatian seluruh elemen bangsa ini. Sejatinya, konstruksi hukum di negeri ini memang masih menganut double track system pemidanaan, yang artinya hakim diberikan pilihan untuk menjatuhkan vonis penjara pada pengguna narkoba atau menempatkan pengguna ke tempat rehabilitasi. Namun tentu saja pilihan yang terbaik seharusnya rehabilitasi, karena

38 SINAR BNN EDISI II - 2014

Sosialisasi bahaya narkoba bagi pelajar

dengan pemulihan pengguna, otomatis akan mengurangi pasar narkoba. Disadari betul, paradigma penanggulangan masalah narkoba di negeri ini memang belum sepenuhnya bergeser dari orientasi law enforcement kepada pendekatan public

health, seperti yang terjadi di negara-negara eropa. Seperti yang dijelaskan dr Nova Rianti Yusuf, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, bahwa dekriminalisasi memang membutuhkan jalan yang sangat panjang. “Tidak semerta-merta negara Portugal dapat menerapkan konsep law

enforcement ke pendekatan public health dengan mudah”, kata Nova. Menurutnya, ada perjalanan panjang yang harus ditempuh sebelum dekriminalisasi terhadap pengguna narkoba ini diberlakukan di Portugal. Ternyata kunci penting dari perubahan paradigma ini adalah derasnya gerakan masyarakat yang menginginkan adanya perubahan. Besarnya gerakan masyarakat yang mengaspirasikan dekriminalisasi, direspon oleh parlemen selaku perumus kebijakan. “Untuk pematangan konsep ini, gencarlah kegiatan diskusi terarah atau FGD di tengah masyarakat yang menghasilkan sejumlah rekomendasi”, urai Nova. Setelah parlemen cukup yakin dengan rumusan-rumusan

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


kolomkolom dekriminalisasi ini baru mereka rumuskan dalam pasal demi pasal untuk sebuah rancangan undang-undang hingga akhirnya disahkan. Namun, Nova menyarankan agar keberhasilan Portugal dalam menekan demand narkoba harus dikaji lebih dahulu. Artinya harus disesuaikan dengan kondisi di tanah air, mengingat Portugal sama sekali tidak menyentuh penekanan suppy narkoba, yang artinya narkoba bisa tersaji di mana-mana. Namun uniknya, masyarakat enggan untuk mengonsumsinya, sehingga pada akhirnya angka demand narkoba di negeri pesepakbola tenar Ronaldo ini turun meski supply tidak ditekan. “Nah apakah itu bisa diterapkan di sini?”katanya. FGD Embrio Kebijakan Seperti banyak kalangan, Nova juga mengapresiasi BNN yang terus gencar melakukan FGD dalam rangka mencari formulasi landasan pemikiran dalam penanggulangan masalah narkoba. “Intinya, Indonesia harus tegas mencari pola-pola yang tegas, apakah pendekatan yang balance antara penegakkan hukum dan pendekatan kesehatan, ataukah pendekatan kesehatan semata dan mengabaikan penegakkan hukum?”, katanya. “Semua konsep itu harus dikaji lebih dalam,

dan mudah-mudahan melalui FGD ini akan muncul rumusan pemikiran yang tepat”. Pada dasarnya, diskusi yang terarah memberikan ruang yang luas untuk mengidentifikasi, mengkaji hingga memunculkan rekomendasi tentang segala persoalan yang menjadi “bottle neck” atau hambatan dalam permasalahan narkoba. Dengan munculnya banyak ide yang datang dari suara hati masyarakat, dan diakomodir oleh level pemangku kebijakan, maka bukan tidak mungkin, paraigma baru benar-benar dapat direalisasikan. Memahami betul bagaimana pentingnya sebuah diskusi, BNN tentu saja menggarapnya dengan serius dan masif. Program diskusi yang sangat fokus atau FGD telah menjadi salah satu terobosan BNN dalam merumuskan permasalahan yang ada, dan memformulasikannya dalam bentuk rekomendasirekomendasi untuk solusi atas masalah yang dihadapi. Pada intinya, FGD menjadi wahana pihakpihak terkait dalam membahas berbagai persoalan, mencari solusinya, dan memunculkan rekomendasi untuk ditindaklanjuti di level kebijakan. Badan Narkotika Nasional

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

(BNN) mengundang sejumlah pakar untuk mengupas masalah narkoba dari konteks demand dan supply reduction. Masing-masing bidang di BNN yang berkompeten dalam bidang demand reduction, menggelar FGD ratusan kali dalam setahun. Konsepnya, setiap diskusi dihadiri narasumber dan peserta yang berasal dari kalangan akademisi, penegak hukum, pekerja, hingga masyarakat biasa. Semua bebas bicara, bebas mengkritisi, tapi tidak lupa dapat membangun spirit bersama dalam memecahkan masalah. Dalam penggarapan FGD ini, tim BNN harus meningkatkan ritme kerjanya mengingat harus terjun langsung dengan masyarakat, bahkan tak jarang harus blusukan ke tempat-tempat terpencil. Sementara itu, di jajaran pemangku kebijakan, diskusi yang lebih serius juga ditempuh BNN. Karena masalah narkoba terkait dengan sistem hukum dari hulu ke hilir (penyidikan hingga pengadilan), maka BNN mulai berkiprah dalam pengkajian masalah narkoba bersama dengan Mahkamah Agung, Kementerian Hukum dan HAM, Kejaksaan, Kepolisian (Mahkumjakpol) mulai 24 Juli 2013. Lantas sebenarnya, apa yang ingin dicapai dari diskusi dari segala lini

ini? Tentu saja, yang diinginkan dari semua ini adalah paradigma baru, paradigma yang dapat membangunkan empat roh undang-undang narkotika yang berlaku saat ini. Jika ditelaah lebih rinci, roh undang-undang yang ada saat ini, yaitu UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika, jelas tujuannya menyelamatkan bangsa dari jeratan narkoba, termasuk para pengguna narkoba. Pengguna narkoba harus ditempatkan pada proporsi yang ideal, yaitu mereka korban, bukan kriminal bukan pula residivis. Mereka sudah kehilangan masa lalu, , dan tidak boleh kehilangan masa depan. Kini, angin segar segera berhembus, karena kebijakan atau payung hukum baru telah mendapatkan kesepakatan dari berbagai stake holder yang tergabung dalam Mahkumjakpol, mengenai perihal penanganan pengguna narkoba yang proporsional. Tidak dapat dipungkiri, munculkan kesepahaman di level atas, dipengaruhi kuat oleh desakan aspirasi arus bawah yaitu masyarakat yang peduli dan tak bosan-bosan membisikan suara kebenaran dan suara keberpihakan pada korban narkoba. Tak dapat dipungkiri pula, program diskusi menjadi media penghantarnya. (budi kurniapraja) SINAR BNN 39 EDISI II - 2014


liputankegiatan

Menyelamatkan Pengguna Narkoba

“Roh� UU No.35 Tahun 2009

P

ada dasarnya, payung hukum penanganan masalah narkoba yaitu UU No.35 Tahun 2009, menyiratkan pesan jelas pada masyarakat Indonesia bahwa salah satu roh undang-undang ini adalah menyelamatkan pengguna narkoba. Hakim Agung Surya Jaya mengungkapkan, UU 35/2009 rohnya jelas yaitu menyelamatkan pengguna narkoba, tapi faktanya pelaksana tatanan sistem hukum di negeri ini belum sepenuhnya bisa menangkap pesan dari UU

40 SINAR BNN EDISI II - 2014

tersebut. Ia memaparkan pada pasal 4 dijelaskan bahwa UU ini diciptakan diantaranya untuk melindungi segenap bangsa dari penyalahgunaan narkoba, dan menjamin rehabilitasi bagi pengguna narkoba. “Sayangnya masih banyak penegak hukum baik dari penyidik, penuntut, hingga hakim masih terbelenggu dengan konsep legalistik, sehingga orang yang benar-benar pecandu atau korban penyalahgunaan narkoba justru diproses hukum hingga bermuara

di penjara�, kata Surya Jaya saat menjadi pembicara dalam diskusi terarah di Berita Satu, beberapa waktu yang lalu. Meski fakta demikian, ia tidak bisa menyalahkan ketidakberanian para penegak hukum untuk menerapkan pasal penyalahgunaan pada orang yang memang jelasjelas pengguna narkoba murni. Karena itulah, ia mengusulkan adanya peraturan bersama yang bisa menjadi pedoman penegak hukum sehingga muncul kesamaan persepsi dalam menangani pengguna

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


liputankegiatan narkoba. Sementara itu, di tingkat awal, yaitu penyidikan seyogyanya, para penyidik memiliki orientasi yang lebih humanis ketika dihadapkan dengan tersangka yang terindikasi kuat pengguna narkoba murni. Rubah Kultur Lama Kegamangan para penegak hukum menjadi faktor ketidakpastian hukum dalam konteks penanganan narkoba. Hal ini disadari betul oleh pelaksana di lapangan. Seperti diutarakan Mulyatno, seorang penyidik dari Polri yang mengaku masih sulit melakukan penanganan tersangka penyalahguna narkoba murni. “masalahnya adalah belum ada payung hukum yang jelas bagi kami untuk menerapkan pasal penyalah guna”, papar Mulyatno. Karena itulah, ia sangat berharap adanya peraturan bersama yang bisa menjadi acuan jelas bagi pihaknya dalam menangani perkara narkoba. Terlepas dari payung hukum yang seringakali dikeluhkan dan dianggap jadi kendala, Slamet Pribadi, seorang penyidik dari BNN mengungkapkan, bahwa ada sebuah kultur di lingkunga penyidik yang semestinya harus bergeser. Menurutnya, penyidik memang telah terdidik dengan kultur “tangkap, tahan dan penjarakan”. Sehingga,

sistem hukum yang ada memang menganut double track system pemidanaan. Namun dari kacamata BNN, sebaiknya hakim mengambil opsi vonis rehabilitasi, karena hal ini dinilai lebih baik daripada penjara. Berdasarkan fakta yang ada, pidana penjara hanya akan memindahkan pengguna dari luar ke dalam tembok penjara. Karena itulah, dalam perspektif Hakim Agung Surya Jaya, hakim bisa menjadi sumber hukum. Ketika pasal pengguna tidak dicantumkan sejak “Sayangnya masih banyak penegak penyidikan, namun jika hukum baik dari penyidik, penuntut, hakim yakin bahwa tersangka tersebut adalah hingga hakim masih terbelenggu denarkoba yang ngan konsep legalistik, sehingga orang pengguna sakit, dan telah dikuatkan yang benar-benar pecandu atau kordengan rekomendasi tim asesmen, maka hakim ban penyalahgunaan narkoba justru bisa membuat terobosan diproses hukum hingga bermuara di hukum dengan menerapkan pasal penjara”, kata Surya pengguna agar tersangka menjalani rehabilitasi bukan penjara. Benang merah yang Penyidik pada Andar Perdana, seorang mungkin harus jadi dasarnya diberikan ruang jaksa berharap agar perenungan bersama untuk melakukan asesmen benar-benar adalah, semua penegak penyelamatan pengguna. dilakukan dari mulai Seperti tertera dalam penyidikan, sehingga bisa hukum dapat memahami konsep dan kriteria Peraturan Pemerintah menguatkan pasal 127. penyalah guna itu seperti No.25 Tahun 2011 Pasal “Dari mulai penyidikan, apa, sehingga tindakan 13 ayat 4, disebutkan hasil tim asesmen harus “Penempatan dalam disertakan dalam berkas hukum yang diambil itu benar-benar objektif dan lembaga rehabilitasi medis perkara”, imbuh Andar. proporsional. Selain itu dan atau rehabilitasi sosial Sementara itu, di diperlukan keberanian sebagaimana dimaksud tangan hakim, vonis pada ayat (3) merupakan penjara atau rehabilitasi dalam mengambil kewenangan penyidik, harus dijatuhkan. Ketika keputusan berdasar pada pendekatan filosofi penuntut umum, atau dihadapkan pilihan itu, humanis, bahwa orang hakim sesuai dengan tentunya hakim tidak yang sakit memang harus tingkat pemeriksaan salah untuk tetap diobati bukan setelah mendapatkan menerapkan pidana dipenjarakan. (budi rekomendasi dari Tim penjara bagi pengguna kurniapraja) Dokter. karena pada hakikatnya dalam penanganannya, sekalipun tersangka yang bersangkutan terindikasi kuat pengguna narkoba, namun penyidik tidak memiliki cukup keberanian untuk melakukan terobosan humanis seperti rehabilitasi. Karena itulah, kultur tadi harus diubah. Dalam penanganan kasus penyalahgunaan narkoba, tidak selamanya sang tersangka harus berakhir di balik penjara.

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

Ketika aturan ini kurang diperhatikan oleh para penyidik maka yang terjadi adalah jaksa seringkali membuat tuntutan dengan pasal pengedar, karena dari level penyidikan tidak dicantumkan pasal pengguna. Sehingga, ketika masuk pengadilan, pasal yang didakwakan tetaplah pasal pengedar yang akhirnya berujung vonis penjara dari sang hakim. Mengomentari kegamangan hukum yang masih kentara terjadi,

SINAR BNN 41 EDISI II - 2014


liputankegiatan

Spirit Berbagi dan Melayani Masyarakat S

epanjang bulan Januari hingga awal Februari, hujan deras masih terus mengguyur Jakarta dan sekitarnya. Imbasnya, sejumlah kawasan digenang banjir, dan akhirnya membuat kesulitan warga untuk melakukan aktivitasnya. Melihat kondisi ini, BNN tidak bisa hanya jadi penonton dan diam. BNN bergerak, dengan memberikan pelayanan dan bantuan pada masyarakat yang membutuhkan. Namun, hujan deras tak membuat para petugas BNN ciut semangatnya dalam melayani masyarakat. Petugas BNN tetap membuka klinik kesehatan yang berada di Komplek Permata. Karena air sudah mencapai ketinggian betis kaki orang dewasa, tim medis terpaksa harus memindahkan layanan kesehatannya di tempat yang aman, yaitu di sebuah gereja di kawasan Komplek Permata. Menurut pantauan tim 42 SINAR BNN EDISI II - 2014

BNN Peduli korban banjir di Jakarta

BNN pada akhir Januari lalu, puluhan warga dari mulai kanak-kanak hingga lanjut usia datang ke klinik kesehatan untuk mendapatkan layanan medis. Mereka datang berbagai keluhan kesehatan. Meski dalam kondisi yang sulit, tim medis BNN tetap memberikan pelayanan dengan senang hati. “Sakit apa Bu?..ada yang bisa kami bantu�, tanya salah seorang dokter yang berjaga di posko kesehatan dengan

ramah. Sang ibu mengeluhkan kondisi cuaca yang buruk hingga membuat badannya demam. Tim BNN yang terdiri dari Deputi Bidang Rehabilitasi dan Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat bahu membahu memberikan layanan pada warga. Menurut salah seorang petugas BNN yang tidak mau disebutkan namanya, cuaca buruk sekalipun tidak akan membuat semangat

mereka turun untuk membantu masyarakat. Bantu Warga Kampung Melayu Selain bantuan medis, BNN juga memberikan bantuan makanan dan minuman pada korban banjir di daeah Kampung Melayu. Bantuan yang diberikan berupa 300 kaleng biskuit dan 50 dus air minum bersih yang akan diberikan kepada pengungsi yang ada di wilayah Kampung Melayu. Bantuan tersebut secara simbolis diserahkan kepada RW setempat di pos pengungsian RW 01, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, baru-baru ini. Meski belum sepenuhnya menyelesaikan masalah, namun diharapkan dapat mengurangi beban para korban. Hal yang terpenting, spirit untuk berbagi dan melayani menjadi nilai penting yang harus dijaga oleh semua pihak, termasuk instansi BNN. (vidya/ budi)

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


liputankegiatan

Mantan Pengguna Perlu Pertolongan

pengobatan serta proses pemulihan mantan penyalah guna narkoba sangat dibutuhkan, sehingga dapat membantu mereka untuk tetap

B

adan Narkotika Nasional (BNN) telah mencanangkan tahun 2014 sebagai tahun penyelamatan pengguna narkoba, karena saat ini di Indonesia sekitar empat juta lebih warganya terjerat narkoba dan mereka perlu pertolongan untuk bisa terbebas dari jeratan narkoba. Menurut dr. Kusman Suriakusumah, Sp.Kj.MPH, pengguna narkoba bisa pulih total harus memenuhi empat hal yaitu Drugs free (bebas narkoba), Crime free (bebas dari criminal) Produktif (bekerja) dan Health life (hidup sehat),”Bagi mantan penyalah guna narkoba dapat dikatakan produktif, jika mantan penyalah guna narkoba tersebut sudah mampu bekerja sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan kegiatan-kegiatan bagi mereka yang dapat membuka jejaring untuk memperoleh pekerjaan,” kata dr. Kusman, di hadapan para konselor dan mantan penyalah guna narkoba, dalam diskusi panel yang digelar Direktorat Pasca Rehabilitasi BNN, di Puskesmas Tebet, Jakarta,

Diskusi Panel yang digelar Direktorat Pasca Rehabilitasi BNN

kemarin. Selanjutnya Kusman, menjelaskan, menumbuhkan kepercayaan bagi mantan penyalah guna narkoba juga sangat penting, karena permasalahan mereka adalah stigma. Menurut Kusman, pada metode rawat jalan, para mantan penyalah guna narkoba ini harus memiliki kegiatan rutin, quality of life dan konseling yang dilakukan secara rutin baik secara berkelompok maupun individu, “Mantan penyalah guna narkoba jika sudah dapat bebas narkoba dan bebas dari tindakan criminal, serta sudah mampu produktif melalui pekerjaan dan mampu hidup sehat, maka mereka dapat mendorong

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

dirinya kembali hidup normal sehingga mampu menjalani fungsi sosialnya di masyarakat,” ujar Kusman. Sementara itu, dr. Fadlina mengungkapkan, pada umumnya para mantan penyalah guna narkoba terkadang mengalami kesulitan dalam memperoleh pekerjaan sehingga menghambat produktivitasnya, “Untuk mendorong mantan penyalah guna narkoba agar dapat menjalankan fungsi sosialnya di masyarakat dibutuhkan berbagai kegiatan medis diantaranya konsultasi dan pemeriksaan medis,” ungkap Fadlina. Fadlina menjelaskan, informasi mengenai kesehatan fisik dan

termotivasi dalam menjalankan hidup sehat, “Dalam metode rawat jalan dibutuhkan tenaga dokter, perawat, psikolog, psikiater dan konselor,” jelas Fadlina. Selain itu, tambah Fadlina, dibutuhkan adanya lapangan pekerjaan bagi mantan penyalah guna narkoba dan pelatihan keterampilan bagi mantan penyalah guna narkoba agar bisa memperoleh pekerjaan, serta terbentuknya komunitas yang dapat saling memberikan informasi yang positif, “Seperti informasi-informasi lowongan pekerjaan, isuisu kesehatan dan informasi terkait dengan penyalah gunaan narkoba,” terang Fadlina. SINAR BNN 43 EDISI II - 2014


mancanegara

Barkada Kontra Droga Cegah Narkoba Ala Filipina

P

rogram Barkada Kontra Droga (BKD) atau pencegahan narkoba ala Filipina di lingkungan rekan sebaya menjadi salah satu proyek unggulan di Filipina. Jika melihat geliat Filipina sejauh ini, rupanya pemerintah Filipina sangat serius dalam menggarap aspek pencegahan narkoba, dengan pendekatan pemberdayaan anak muda. Melalui Dangerous Drugs Board (DDB), lembaga penanganan

44 SINAR BNN EDISI II - 2014

narkoba di Filipina menyusun sebuah kerangka kerja berbasis pencegahan yang banyak mendapatkan antusiasme dari anak-anak mudanya. Program BKD yang notabene sasarannya anak muda, telah menyerap lebih dari 50 ribu kader anti narkoba generasi muda yang giat mengampanyekan pentingnya hidup sehat dan jauh dari narkoba. Anak muda dari seluruh negeri difasilitasi untuk aktif membuat program anti narkoba khususnya dalam konteks

prevensi, dan diberikan apresiasi oleh lembaga ini. Setiap tahunnya, DDB menyelenggarakan survey di seluruh pelosok daerah untuk mencari formula program pencegahan anti narkoba terbaik. Selain pemberian anugerah program terbaik dalam bidang pencegahan, DDB juga memfasilitasi penyelenggaraan kongres anak muda dalam bidang penanggulangan narkoba. Kongres ini diselenggarakan setiap tiga tahun sekali. Dalam

kongres terakhir, pada tahun 2012 lalu, di kota Dagupan, lebih dari 2.700 anak muda yang sudah terlatih sebagai kader anti narkoba hadir untuk mendiskusikan permasalahan narkoba. Seserius ini pemerintah Filipina menggerakan komponen anak mudanya untuk lebih waspada akan bahaya penyalahgunaan narkoba. Gerakan besar pencegahan narkoba diawali dari level terkecil. Di tingkat sekolah dasar, bahkan materi bahaya narkoba sudah dikenalkan oleh pemerintah. Dalam mendukung program ini, pihak kepolisian Filipina turut terlibat langsung dengan menjadi pembicara di setiap sekolah, untuk kelas 5 dan 6 sekolah dasar. Para petugas kepolisian ini sudah terlatih untuk memberikan informasi kepada siswa sekolah dasar tentang bahaya penyalahgunaan narkoba, dan melatih para siswa agar kebal terhadap godaan narkoba. (sumber http:// www.ddb.gov.ph/ preventive-education/ campaign-andadvocacies)

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


mancanegara

Polisi Seattle Tangkap Pengguna, Tidak Dikirim Ke Penjara

S

isi kelam kota Seatle, tepatnya di Belltown Jelas terlihat dari maraknya perdagangan narkoba di berbagai titik di sudut kota. Tak hanya di gang sempit, bahkan di area terbuka yang berdekatan dengan ruang publik pun tak luput dari incaran pada sindikat untuk melakukan transaksi. Maraknya perdangan narkoba ini dipengaruhi oleh banyaknya pengguna narkoba, sehingga kota ini dijuluki dengan nama “junkietown�. Dari hasil penelusuran tim investigasi jurnalistik, dapat dipetakan bagaimana sindikat ini bekerja. Satu tim khusus membuat narkoba (kebanyakan kokain), sementara tim lainnya berjualan di jalan. Fenomena ini tentu tak luput dari incaran pihak kepolisian. Hebatnya, kepolisian di kota Seattle tidak menerapkan

hukuman yang keras terhadap para pengguna yang kedapatan sedang atau telah menggunakan narkoba. Saat dilakukan operasi terhadap para bandit narkoba, tim kepolisian yang dipimpin oleh Sersan Tom Yoon, berhasil mengamankan seorang

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

pria yang kedapatan membeli narkoba dari polisi yang menyamar menjadi penjual. Petugas langsung membawa tersangka ke kantor polisi. Di kantor polisi, sang tersangka mengaku hanya pengguna. Namun untuk

sementara waktu polisi menahan si tersangka. Setelah beberapa saat, Tom mendatangi si tersangka dan memberikan tawaran, apakah ingin tetap dipenjara atau bebas. Sontak si tersangka ingin bebas dan bertanya apakah besok dirinya bisa bebas. Sambil tersenyum, Tom mengatakan saat ini pun ia bisa bebas dengan catatan bersedia menjalani perawatan dan bekerja sosial untuk sebuah yayasan. Program yang dianut oleh kepolisian Seattle ini dinamakan LEAD (Law Enforcement Assisted Diversion). Program ini pada intinya, para pengguna tidak dipenjara, tapi menjalani terapi rehabilitasi dan melakukan pekerjaan sosial untuk masyarakat. Langkah ini dinilai lebih efisien dan tidak menghambur-hamburkan biaya. SINAR BNN 45 EDISI II - 2014


publikfigure

Peredaran Narkoba di Indonesia

Kuantitas Menurun Kualitas Meningkat

M

enurunnya jumlah kasus narkoba tidak menjamin pemberantasan narkoba di Indonesia akan semakin terhenti begitu saja. Sebab, peredaran barang haram itu sudah seperti bahaya laten yang bisa mengemuka sewaktuwaktu. “Sebagian besar kasus yang diungkap itu barang buktinya selalu di atas 5 kilogram. Itu artinya walaupun secara kuantitas menurun, tapi secara kualitas justru meningkat,” kata Kriminolog dari Universitas Indonesia, Andrianus Meliala, belum lama ini. Menurutnya, dari kasus-kasus yang telah diungkap oleh Kepolisian, kebanyakan selalu melibatkan jumlah barang bukti yang relatif besar. Andrianus mencontohkan kasus narkoba yang menimpa dua warga negara Malaysia, Lim Fong Yee dan Lee Chee Hen. Dalam kasus tersebut Polisi menyita barang bukti berupa narkotika golongan satu seberat

46 SINAR BNN EDISI II - 2014

Ruhut Sitompul

Adrianus Meliala

44.000 gram. Menurutnya, itu membuktikan kalau saat ini sebenarnya peredaran narkoba di Indonesia justru semakin marak. “Walau kasusnya sedikit, tapi narkoba yang disita jumlahnya semakin banyak,” ucapnya. Hal itu, lanjutnya, menunjukkan para produsen semakin berani berinvestasi di bisnis barang haram itu, karena keuntungannya menggiurkan. “Sasaran mereka bukan lagi masyarakat dari kalangan ekonomi menengah ke bawah saja, tetapi ekonomi menengah ke atas,” ujarnya. Andrianus mengatakan, keberanian

para produsen untuk berinvestasi di bisnis ini akan semakin mempersulit kerja Kepolisian dalam memberantas kasus narkoba. Setahu dia, untuk mensukseskan bisnisnya, para bandar narkoba, rela menyediakan pesawat sendiri, dan membuat dermaga sendiri. Bahkan ada yang berani menempatkan orangorangnya di dalam dunia politik dan ekonomi. “Mereka sampai menyiapkan aparat keamanan sendiri untuk menjamin bisnisnya,” ungkapnya. Oleh karena itu, Andrianus menyarankan, agar BNN lebih

meningkatkan usaha pencegahan, dengan cara meneruskan kerja sama dengan instansi-instansi dan dengan negara lain, “Cegah narkoba masuk ke dalam negeri, karena kalau sudah masuk susah dibendung,” pungkasnya. Sementara itu Ruhut Sitompul, Anggota Komisi III DPR mengatakan, kasus-kasus narkoba yang diungkap pihak Kepolisian belakangan ini, merupakan signal bagi BNN dan aparat penegak hukum untuk terus meningkatkan kesiagaannya dalam mengawasi peredaran narkoba di Indonesia. “Jumlah kasus memang menurun. Tapi barang bukti yang disita juga relatif besar. Itu artinya narkoba yang rencananya diedarkan juga relatif besar. Polri dan BNN harus ekstra waspada,” kata anggota Komisi III DPR ini. Untuk mencegah semakin maraknya peredaran narkoba di Indonesia, Ruhut menyarankan agar BNN lebih mengedepankan upaya pencegahan. Misalnya, mendeteksi negara mana saja yang biasanya menggunakan Indonesia sebagai pangsa pasarnya. Dengan demikian setidaknya, hal ini bisa memudahkan mencegah peredaran narkoba di Indonesia.“Kalau sudah disini akan lebih sulit lagi pengawasannya. Sebab aparat kita terbatas,” ucapnya. (pas)

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


publikfigure

Ian Kasela Anti Menyalahgunakan Narkoba

M

akin maraknya kalangan selebriti yang terjerat kasus narkoba mengundang keprihatinan tersendiri bagi sebagian selebritis yang selama ini dikenal sangat anti menyalahgunakan narkoba. Salah satu selebritis yang sangat anti menyalahgunakan narkoba adalah vokalis Grup Band Radja, Ian Kasela. Ia merasa sangat prihatin dan sedih melihat selebritis Indonesia banyak yang tersangkut masalah narkoba. “Sebagai public figure, seharusnya mereka bisa menjadi teladan dan panutan bagi generasi muda Indonesia, bukan malah sebaliknya, memberi contoh yang negative dengan menyalahgunakan narkoba,” ujar Ian Kasela, sedih. Ian yang ditemui Plaza Senayan, Minggu pekan lalu, menjelaskan, karena rasa keprihatinannya itu, beberapa kali ia turut

aktif melakukan kampanye Indonesia bebas narkoba kerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) anti narkoba. Selain itu, dalam setiap kesempatan manggung, ia selalu menghimbau kepada penggemarnya untuk menjauhi narkoba, “Himbauan itu selalu kami lakukan sebagai pembuktian, bahwa gak semua orang yang kerja di dunia musik itu make narkoba. Soalnya musik gak bisa dipungkiri deket banget sama narkoba. Di sini kita membuktikan kalau Radja jauh dari narkoba. Ini adalah satu moment untuk memagari atau antisipasi, paling tidak untuk diri sendiri,” jelas Ian. Dengan makin banyaknya institusi yang bertujuan untuk memberantas penyalahgunaan narkoba, Ian Kasela sangat berharap peredaran dan penyalahgunaan naroba di Indonesia dapat ditekan, bahkan kalau bisa sampai ketitik nol.

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

“Meskipun itu berat, tapi bukan berarti tidak mungkin. Kita harus bersama-sama menjalin kerjasama dengan seluruh komponen masyarakat untuk memerangi penyalahgunaan narkoba. Kalau semua masyarakat sudah bergerak, tidak ada lagi ruang bagi pengedar narkoba untuk memasarkan dagangannya,” kata Ian. Ian Kasela atau lengkapnya Iandhika Mulya Ramadhan, yang lahir di Banjarmasin,

Kalimantan Selatan, dikenal sebagai vokalis Band yang sangat anti narkoba. bersama personel grup Band Radja, Moldy (gitar), Shuma (bassis) dan Adit (drummer), berjanji akan terus mengkampanyekan dan menghimbau kepada generasi muda Indonesia untuk tidak menyalahgunakan narkoba, selain tidak berguna, akibatnya akan menyengsarakan diri sendiri dan keluarganya. (pas) SINAR BNN 47 EDISI II - 2014


publikfigure

Haruskah Roger di Penjara ?

M

asih lekat dalam ingatan kita, kisah pesinetron Roger Danuarta (33), yang ditemukan warga dalam keadaan tak sadarkan diri di dalam mobil Mercedes Benz miliknya yang terparkir di tengah jalan di kawasan Kayu Putih Tengah, Jakarta Timur, pada hari Minggu (16/2) lalu. Berkat laporan warga, mantan kekasih Sheila Marcia itu akhirnya diamankan oleh aparat kepolisian Polsek Pulo Gadung, Jakarta Timur. Di dalam mobil, Roger ditemukan tengah tertidur dengan jarum suntik yang masih tertancap di tangan kanannya. Dari penemuan ini, Roger diduga tengah ‘teler’ akibat pengaruh Narkoba jenis heroin. Hal ini dibuktikan dengan adanya heroin yang tersisa di jarum suntik tersebut. Selain itu, polisi juga menemukan barang bukti berupa satu paket heroin seberat 1,5 gram yang dikemas dalam plastik bening, 15,7 gram ganja kering dalam

48 SINAR BNN EDISI II - 2014

DPD RI, Wakil Ketua MPR RI, Kapolri, dan Kepala BNN bersama instansi terkait, civitas akademika, dan segenap organisasi kemasyarakatan, pada tanggal 26 Januari 2014 lalu, yang menyatakan bahwa Tahun 2014 sebagai Tahun Penyelamatan Pengguna Narkoba. Sudah jelas dan terbukti, bahwasanya hasil pemeriksaan Roger saat ini murni sebagai Roger memberikan keterangan kepada wartawan usai ditangkap Polisi. penyalah guna Narkoba semata. Maka dari itu, ancaman hukuman yang bentuk penghukuman kemasan permen tengah dihadapi oleh bertuliskan Good Sh*it, berupa rehabilitasi dinilai Roger akibat kasus ini? satu jarum suntik yang paling tepat dibandingkan Dalam keterangannya dengan kurungan penjara. belum dipakai, dan kertas kepada awak media, papir untuk melinting Menurut Kepala Badan Kapolsek Pulo Gadung, ganja, yang berada di Narkotika Nasional Kompol Zulham Effendy (BNN), Anang Iskandar, dalam mobil bernopol B menyatakan bahwa Roger pengguna narkoba 368 RY tersebut. terancam Pasal 111, 112, seharusnya hanya dijerat Dugaan ‘teler’ Roger akibat pengaruh Narkoba dan 127 Undang-Undang dengan Pasal 127 Undangdiperkuat dengan hasil tes Nomor 35 Tahun 2009 Undang Nomor 35 Tahun tentang Narkotika dengan 2009 tentang Narkotika urine dan darah yang ancaman kurungan empat dengan ancaman menunjukkan positif sebagai pengguna heroin tahun penjara atau hukuman maksimal 4 maksimal 12 tahun dan ganja. tahun penjara. penjara. Dari pengakuannya Dengan dasar tersebut, Ancaman hukuman ini tidak dapat dilakukan kepada polisi, Roger berbanding terbalik diketahui mengonsumsi penahanan, namun yang dengan semangat baru Narkoba aktif sejak tiga bersangkutan tetap yang telah dicanangkan bulan terakhir. disidik untuk memper oleh Ketua DPR RI, Ketua tanggungjawabkan Lalu, bagaimana Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


publikfigure perbuatannya. Lebih lanjut, Anang mengatakan, langkah penyidik dalam menangani pengguna narkoba, seharusnya melakukan assessment terlebih dahulu. Hal ini untuk memastikan peran pengguna murni atau pengguna merangkap pengedar. Perlu diingat, penanganan masalah narkoba dewasa ini tidak melulu pemberantasan jaringan sindikat narkoba semata, akan tetapi mengedepankan aspek keseimbangan antara pendekatan demand dan supply reduction. Terhadap jaringan peredaran narkoba dilakukan langkahlangkah yang lebih progresif, dimana pelaku kejahatan yang terlibat dalam jaringan peredaran gelap narkoba tidak hanya dihukum dengan Undang-Undang Narkotika saja, tetapi juga dijerat dengan UndangUndang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) secara terpisah. Sedangkan terhadap penyalah guna narkoba diberikan alternatif penghukuman berupa rehabilitasi. Penyalah guna narkoba adalah korban. Mereka sudah kehilangan masa lalu dan masa kininya, jangan sampai mereka kehilangan masa depannya. Selamatkan mereka dengan rehabilitasi bukan dipenjara. (DND) Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

SINAR BNN 49 EDISI II - 2014


resensibuku

Bandar Candu dalam Lingkaran Kuasa

D

i negeri ini, candu seolah menjadi bau busuk dari lingkaran kuasa. Bisnis gelap berupa candu, merambah beragam sektor dengan silang sengkarut kepentigan. Bisnis candu adalah bisnis politik, yang kemudian menemukan ladangnya dengan ambisi kekuasaan, kejahatan hukum dan narasi ekonomi negara. Rantai bisnis candu ini menjerat politisi, artis, pejabat hukum hingga menyebar sebagai transaksi haram bagi mahasiswa dan pelajar. Jika dirunut dalam sejarahnya, bisnis candu ini tidak hanya terjadi pada masa sekarang ini, dengan beragam rupa produk narkoba. Bisnis 50 SINAR BNN EDISI II - 2014

Judul Buku : Candu Tempo Doeloe : Pemerintah, Pengedar dan Pecandu 1860-1910 Penulis : James Rush Penerbit : Penerbit Komunitas Bambu, Depok Cetakan : I, 2013 Tebal : xvi + 280 halaman

candu hadir dalam narasi sejarah kuasa di paruh pertama abad 19. Kajian James Rush dalam buku “Candu Tempo Doeloe: Pemerintah, Pengedar dan Pecandu 1860-1910� ini menjadi catatan penting untuk mengulas bisnis candu dalam lingkaran kuasa kolonial Hindia Belanda. Intrik politik di balik bisnis pada masa kolonial Belanda, terasa efeknya hingga kini. Negeri Candu Dalam historiografi Nusantara, candu merupakan salah satu komoditi perdagangan pada masa kolonial, yang melibatkan kuasa Residen Belanda, pejabat pribumi Jawa dan cukong

Tionghoa. Wajah candu adalah wajah politik Indonesia masa kini. Candu menembus jejaring kuasa tingkat elite, yang kemudian mampu mengontrol jaringan politik, lingkaran hukum hingga pengusaha. Sejarah Indonesia berjejal sejarah candu. Pada abad 19, candu berwajah opium, yang hadir sebagai bisnis di lingkaran kuasa yang melahirkan kontestasi antara cukong Tionghoa dan rezim kolonial. Cukong Tionghoa menjadi bandar besar dengan strategi penyelundupan opium, untuk mengelabui pajak penguasa kolonial.

Sedangkan, pemerintah Hindia Belanda berusaha menjadikan komiditi madat ini sebagai perdagangan legal, yang efeknya menghabisi masa depan warga pribumi. Intinya, bisnis opium menjadi alat untuk mencipta kolonialisme dengan segala macam kepentingan yang menungganginya. Kemudian, di era ini, perdagangan opium beralih wajah menjadi bisnis narkoba dengan segala macam varian produknya. Dari catatan Badan Narkotika Nasional (BNN), pada tahun 2011 pengidap narkoba sekitar 4 juta, atau sekitar 2,2

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


resensibuku persen dari jumlah penduduk. Peredaran narkoba di Indonesia ditengarai tak hanya menjadi bisnis lokal, namun juga melibatkan pemain internasional. Beragam modus terbongkar; penyelundupan dari negeri jiran, transaksi online, bisnis di tempat karaoke, hingga pabrik ekstasi rumahan yang beromset ratusan miliar rupiah. Bandar Candu Pada awal abad 19, perdagangan opium dikuasai oleh jaringan orang Tionghoa yang memegang monopoli hak pajak, terutama di kawasan pesisir Jawa. Jaringan pengusaha candu ini meneruskan struktur penguasa bandar (Syahbandar) yang menangani pelabuhanpelabuhan penting di pesisir pantai. Bandar kota Semarang, Juanda dan Lasem merupakan kota penting dalam periode bisnis opium pada abad 19. Ketika bisnis candu menggeliat, orang-orang Tionghoa mengimpornya dari Turki, Persia atau British Bengal. Bunga opium (papaver somniferum) tidak ditanam di Jawa, pemerintah Hindia dan cukong Tionghoa membelinya dari saudagar-saudagar swasta Belanda di Levant, di Calcutta atau dari agenagen di British Singapore, dan kemudian mengalirkannya dalam

interval waktu yang teratur ke gudang-gudang di Batavia, Semarang, dan Surabaya (Rush, 2012: 136-7). Kemudian, bisnis menjadi penuh kepentingan politik karena mendongkrak perekononiam secara signifikan. Pengusaha Tionghoa yang memegang monopoli bandar berusaha disingkirkan oleh pejabat kolonial Hindia, yang berambisi mengeruk kepentingan dengan menggunakan cap legal politik negara. Akibatnya, penyelundupan candu marak terjadi di bandarbandar pesisir, terutama Lasem. Di kota ini, masih ditemukan rumah milik orang Tionghoa yang menjadi gudang candu, dengan sistem terowongan bawah tanah yang terhubung langsung dengan sungai. Tidak semua orang Tionghoa dapat bermain di wilayah bisnis ini. Dalam catatan Rush, hanya golongan ‘Cabang Atas’ yang dapat bermain di perdagangan opium. Kelompok inilah yang menjadi jembatan penghubung antara bisnis candu, konglomerasi Tionghoa dan penguasa kolonial. Namun, ambisi pejabat kolonial tak bisa dibendung, ketika melihat bisnis opium menggiurkan. Ketika orang-orang Tionghoa sudah menguasai bisnis opium sebagai ladang bisnis mereka, timbul

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

kecemburuan mendalam dari rezim kolonial Hindia Belanda. Meski, sudah dibentuk Jenderal Angkatan Laut yang berusaha menangkis perdagangan gelap opium, namun tetap saja tidak dapat memberangus penyelundupan candu di beberapa bandar penting, terutama di pesisir Jawa. Akibatnya, politik kolonial terintegrasi dengan ambisi priyayi lokal menggerus rantai bisnis candu orang Tionghoa. Dalam analisis James Rush di buku ini, isu-isu anti-China menjadi bagian dari kampanye untuk menggoyahkan rantai bisnis candu yang dikuasai juragan Tionghoa. Kontestasi ini kemudian merembet ke ranah hukum. Kasus penyelundupan opium menjadi perkara penting di pengadilan-pengadilan pada penghujung abad 19. Di pengadilan-pengadilan pribumi, kasus-kasus yang melibatkan kurang dari 1 tahil (38 gram) candu—setelah 1877, 1 kati (618 gram)—diadili oleh hakim polisi; sedangkan untuk jumlah yang lebih besar, diadili di depan Lanraad (Rush, 2012: 240). Penyelundupan opium mencapai puncaknya pada penghujung abad 19, hingga rezim kolonial Belanda mengangkat Residen Laut pertama, yakni Charles TeMechelen. Residen laut ini lahir di Rembang, dan kemudian belajar di Delf Academy di

negeri Belanda. Pada 1882, ia menjadi Asisten Residen Kawedanan Juwana di Karesidenan Jepara. Dari pengalamannya ini, ia berkawan dengan beberapa pengusaha Tionghoa dan mengerti betul tentang penyelendupan opium. Hingga ia ditugasi untuk memberantas penyelundupan opium yang marak terjadi pada akhir abad 19, dan resmi diangkat sebagai residen laut pada 1885. Dari catatan Charles TeMechelen, pada tahun 1880-an, satu dari dua puluh orang Jawa menggunakan opium; pada tahun 1928, menurut statistik Regi Opium, satu dari 600 orang mengisapnya (Rush, 2000: 553). Tentu, jumlah ini bukan angka sedikit, mengingat jumlah penduduk Jawa dan Madura pada tahun itu mencapai 2,8 juta jiwa (Ricklefs, 2001). Kisah opium di masa rezim Hindia Belanda relevan dengan narasi bisnis candu di negeri ini. Kisah perselingkuhan kepentingan antara bandar narkoba, pejabat hukum, artis dan penguasa merupakan kisah getir di tengah upaya untuk menciptakan bangsa yang besar. Kajian James Rush dalam buku ini, mengingatkan kita untuk merenungi historiografi nusantara. Bahwa, narasi sejarah Indonesia berkelindan dengan sejarah candu. SINAR BNN 51 EDISI II - 2014


siramanrohani

Terapi Pengguna Narkoba dengan Sholat A

gama lahir membawa seperangkat peraturan yang mengatur kehidupan umat manusia. Peraturan-peraturan yang bersumber dari kitab suci Al-Quran, sebagai pedoman manusia untuk meraih kemaslahatan hidup dan kebahagiaan lahir batin di dunia dan akhirat. Hukum-hukum yang termuat dalam peraturan tersebut pada hakekatnya memiliki lima tujuan, yaitu menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga akal, menjaga harta dan menjaga keturunan. Pelanggaran terhadap peraturan-peraturan yang ada dalam agama dapat merusak jiwa, akal, harta dan keturunan. Dari sekian banyak pelanggaran yang dilakukan manusia, salah satunya adalah penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba tidak hanya menjadi masalah lokal maupun nasional, tetapi sekarang sudah menjadi masalah global (dunia). Karena itu tanggung jawab

52 SINAR BNN EDISI II - 2014

penanggulangannya harus menjadi tanggung jawab internasional. Indonesia adalah Negara Islam terbesar di dunia. Kita harus memiliki modalitas terapi berbasis Islam yang akan kita perkenalkan ke seluruh Negara terutama negaranegara Islam, karena masalah penyalahgunaan Narkoba, adalah bencana global. Jika ditimpa ketakutan, Rasulullah segera melakukan shalat. Pernah dia berkata

kepada Bilal, “Wahai Bilal, tentramkan hati kita dengan shalat.” Pada kali lain beliau bersabda, “Ketenanganku ada pada shalat.” Jika hati terasa menyesak, masalah yang dihadapi terasa sangat rumit, dan tipu muslihat sangat banyak, maka bersegeralah datang ke tempat shalat, dan shalatlah. Jika hari-hari menjadi gelap gulita, malam-malam mencekam, dan kawan-kawan berpaling, maka lakukanlah shalat. Dr. Alexis Carel, seorang

pemenang hadiah Nobel dalam bidang kedokteran, dan Direktur riset Rockfeller Foundation Amerika, memberikan pernyataan sebagai berikut : “Sholat memunculkan Aktifitas pada perangkat tubuh dan anggota tubuh. Bahkan sebagai sumber aktifitas terbesar yang dikenal sampai saat ini. Sebagai seorang dokter, saya melihat banyak pecandu narkoba yang gagal dalam pengobatan. Ketika pecandu narkoba itu dibiasakan mengerjakan sholat, justru ketergantungan mereka pada narkoba jadi hilang. Sesungguhnya Sholat bagaikan tambang Radium yang menyalurkan sinar dan melahirkan kekuatan diri. Sholat menciptakan fenomena yang mencengangkan, mendatangkan Mukjizat. Semua gerakan, sikap dan prilaku dalam Sholat dapat melemaskan otot yang kaku, mengendorkan tegangan system syaraf, menata dan mengkonstruksi

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


siramanrohani persendian tubuh, sehingga mampu mengurangi atau bahkan menghilangkan stress.� Dengan sholat lima waktu dapat melatih disiplin mental yang jujur. Dengan menjalankan sholat yang baik, kita akan selalu bicara benar, sesuai dengan kata hati, kenyataan dan perbuatannya. Juga bicara yang mempunyai nilai sopan, bagus, dan bermanfaat. Sebab lisan kita sudah dibiasakan mengucap kalimatkalimat suci dalam menjalankan sholat. Dalam sholat, disiplin berpikir akan menentukan arti sholat. Disiplin berpikir disebut khusyuk, ialah penyerahan dan pembulatan kekuatan jiwa dan akal budi pada Allah. Membiasakan khusyuk akan mudah disiplin berpikir yang lain. Khusyuk sangat menentukan produktivitas pahala secara langsung, dan mudah menciptakan konsentrasi jiwa waktu belajar, tenang, tertib, dan pemusatan pikiran serta perhatian, mutlak diperlukan bagi ahli ilmu dan pelajar serta mahasiswa, sehingga terhindar dari pikiranpikiran negatif melakukan penyalahgunaan narkoba. Menurut hasil penelitian Alvan Goldstein, ditemukan adanya zat endorphin dalam otak manusia, yaitu suatu zat yang

meditasi, bersembahyang, berzikir, tahajud, akan mampu menjinakkan sistem saraf otonom tubuhnya. Tabiat saraf otonom kita, lantaran kehidupan serba modern sekarang ini, rata-rata kian liar dan binal. Secara sadar kita sendiri tak mampu mengendalikannya. Aktivitas saraf otonom, yang bikin kita garang dan pemberang selama ini, ada di luar pengaruh alam sadar kemauan kita. Satu cara menjinakkannya, dengan lebih banyak melakukan kegiatan spiritual. endorphin di dalam otak memberikan efek Orang yang tinggi bisa dilakukan dengan menenangkan yang spiritualitasnya tinggi Meditasi, sholat yang disebut endogegonius pula gelombang alfa di benar atau melakukan morphin. Drs Subandi otaknya. Ini yang dzikir-dzikir yang menjelaskan, bahwa membuat hidup menjadi memang banyak kelenjar endorfina dan memberikan ketenangan. lebih tenang, sekali pun enkefalina yang badai kecemasan, Dr. Handrawan dihasilkan oleh kelenjar ketakutan, dan kepanikan Nadesul, dalam salah satu pituitrin di otak ternyata terus menerjang tanpa artikel yang ada di buku mempunyai efek mirip perlu minum obat atau berjudul “Memahami dengan opiat (candu) minta bantuan dukun. Otak� (diterbitkan oleh yang memiliki fungsi Dengan demikian risiko Penerbit Kompas), menimbulkan kena stroke, jantung menulis : “Hidup kita kenikmatan (Pleasure sudah begini susah, maka koroner, sakit jiwa, dan principle), sehingga kanker menjadi lebih jangan lagi ditambah disebut opiate endogen. Apabila seseorang dengan susah. Pilihan untuk lebih kecil. Kebanyakan stres dan sengaja memasukkan zat banyak melakukan berperasaan negatif yang perenungan sungguh morphin ke dalam mengguyur orang modern bijaksana. Kini agaknya tubuhnya, maka akan sekarang ini mencetuskan kita perlu lebih banyak terjadi penghentian banyak sekali penyakit. produksi endorphin. Pada melakukan kegiatan Gerak spiritualitas akan spiritualitas. Kita perlu pengguna Narkoba, bisa meredamnya?. meningkatkan apabila dilakukan Badan Narkotika penghentian morphin dari intelegensia spiritualitas Nasional, juga telah (Spiritual Quotient, SQ, luar secara tiba-tiba, melakukan berbagai Danah Zohar & Ian orang akan mengalami kegiatan terapi dengan Marshal), antara lain Sakaw (ketagihan yang pendekatan spiritualitas, lewat pencarian ke dalam menyiksa dan gelisah) diri dengan perjuangan ke di Pusat Rehabilitasi, Lido, karena otak tidak lagi Bogor, Jawa Barat, luar. memproduksi zat Baddokka, Makassar, dan Orang-orang yang tersebut. Untuk Tanah Merah, . mengembalikan produksi banyak melakukan doa,

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

SINAR BNN 53 EDISI II - 2014


testimoni

Harapan Itu Masih Ada

D

i kedua lengan tangan bawah bagian dalam terdapat sejumlah goresan kecil-kecil yang kayaknya nggak bisa hilang. Sepintas orang melihat pasti sudah bisa menyimpulkan bahwa itu adalah bekas luka-luka suntikan narkoba. Setiap hari, terutama ketika mandi, ia selalu memandang goresan54 SINAR BNN EDISI II - 2014

Ikan Lele, menceritakan kisahnya saat ia terbenam dalam dunia hitam narkoba. Ia sudah lupa bagaimana awalnya sampai terserumus ke dalam penyalahgunaan narkoba. Yang ia ingat ketika keinginan untuk mengkonsumsi narkoba itu mulai menyeruak, keinginan itu tidak bisa dikendalikan. Satusatunya yang dapat ia lakukan adalah memenuhi keinginannya itu, meski ia harus main kucing-kucingan dengan keluarga. Berbagai macam cara ia lakukan kini telah sembuh dan goresan itu sehingga untuk memenuhi kembali menjalani hidup selalu mengingatkan ia keinginannya itu. akan bahaya narkoba.Tak normal tanpa narkoba. Termasuk menjual Ia mengungkapkan itu, barang-barang yang ada ada hari ia lewati tanpa ingat betapa menyiksanya karena ia tidak ingin anak- di rumah. anaknya mengalami nasib narkoba. Akibat untuk sama dengan dirinya. Ia “Saya tak ingin anakmemenuhi keinginannya selalu teringat bagaimana anak menjadi pecandu itu, harta benda miliknya tersiksanya saat ia seperti saya.� di rumah habis dijual, ia berjuang mati-matian Kalimat itu meluncur pun tidak peduli lagi keluar dari jerat narkoba. dari mulut Sony (40) dengan keluarganya, Ditemui di Kolam Ikan (bukan nama hingga pada akhirnya Lelenya, Sony yang sebenarnya) mantan keluarga terlantar dan sekarang menjadi peternak berantakan karena Sony pecandu narkoba yang Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


testimoni lebih asyik dengan dunianya. Tapi penyesalan selalu datang terlambat. Setelah semuanya hancur, karir hancur, rumah tangga hancur, kesadaran untuk keluar dari jeratan narkoba itu perlahanlahan menyeruak, mengisi rongga-rongga di hatinya dan mendorong semangatnya. “Pada awalnya memang susah, sakit dan tersiksa. Tapi dorongan semangat ingin sembuh dan terhindar dari jeratan narkoba itu lebih kuat menyeruak dalam dada, sehingga mampu mengalahkan rasa sakit yang menyiksa itu,” ceritanya. Berkat bimbingan dari Ustadz Roni, perlahanlahan Sony mulai bisa mengendalikan dirinya, mengendalikan emosinya dan mengendalikan nafsunya untuk mengkonsumsi narkoba. Meskipun perlu perjuangan dan waktu yang lama untuk bisa mengendalikan nafsunya, Sony mencoba tabah dan terus berusaha pantang menyerah, mengikuti semua arahan Ustadz Roni. Sony bercerita, saat masih menjadi pecandu narkoba, untuk memenuhi keinginannya mengkonsumsi narkoba, ia harus menebusnya dengan harga Rp 300.000 untuk mendapatkan narkotika jenis putauw. Lalu menyuntikkannya malam hari menjelang tidur, tanpa sepengetahuan anak-

anak. Penghasilannya sebagai Karyawan Pabrik, habis terkuras untuk memenuhi keinginannya itu. Selama belasan tahun Sony bergelimang dengan narkoba, sejak kelas 3 SMP ia mulai mengenal barang-barang tersebut. Mula-mula ia hanya ingin mengikuti dunia gaul, tapi malah keterusan. Seusia belasan tahun, ia sudah mengenal dan mencicipi berbagai jenis narkoba, mulai dari metadon, rohipnol, nipam, kristal hingga lexotan. Semua itu membuatnya terlena. Ibarat jaring labalaba, keinginan itu pada waktu-waktu tertentu muncul tak terkendali dan menjeratnya. Gara-gara kesukaannya itu, Sony juga mengaku pernah ditangkap Polisi, dan dijebloskan dalam penjara. Sebenarnya waktu dipenjara ia sadar

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

harus menutup lembaran kelam ini, namun pengaruh “komunitas”nya demikian kuat mencengkeram, sehingga begitu keluar dari penjara, ia kembali memakai narkoba. “Sebenarnya para pengguna ini hanya korban. Kalau mau memberantas, mestinya yang ditangkap pengedarnya, bukan hanya penggunanya,” harap Sony. Dalam kesempatan itu Sony berpesan kepada generasi muda Indonesia untuk tidak mencobacoba narkoba, karena akan merusak masa depannya. Ia juga mengimbau kepada para pecandu untuk segera mengakhiri petualangannya. Pecandu hanya bisa sembuh berkat dorongan dari dirinya sendiri. di akhir obrolan dengan Sony, terungkap

sejumlah harapan, yang sesungguhnya dapat mewakili suara hati para pecandu narkoba lainnya. Menurut dia, peran LSM, terutama yang berhubungan langsung dengan masalah narkoba, sangat berarti bagi para pengguna barang haram ini. Namun, menurut dia, bantuan yang diberikan jangan hanya sebatas masalah kesehatan atau kepentingan sosial yang menyangkut para pengguna. “Sesungguhnya, bantuan setelah kami ini sembuh, sangat berarti, misalnya penyediaan lapangan pekerjaan atau menyalurkan ke dunia kerja,” katanya. Sekali lagi ia mengatakan, mengembalikan aspek psikologis atau kepercayaan diri di hadapan masyarakat juga tidak kalah pentingnya.

SINAR BNN 55 EDISI II - 2014


tipssehat

7 Manfaat Dahsyat Minum Air Putih Di Pagi Hari

A

ir putih merupakan salah satu minuman segar dan sangat menyehatkan bagi seluruh anggota tubuh anda. Tak bisa di bayangkan, jika tubuh kekurangan cairan atau air putih dalam jangka waktu yang relatif lama. Haus merupakan salah satu respon tubuh yang membutuhkan asupan cairan dalam waktu segera. Berdasarkan faktanya, seluruh organ tubuh manusia membutuhkan cairan atau air dalam jumlah yang cukup untuk menunjang berbagai aktivitas yang dilakukan. Waktu terbaik untuk mulai mencukupi kebutuhan air putih yaitu di pagi hari. Lalu, apa saja manfaat dahsyat minum air putih di pagi hari bagi kesehatan tubuh anda...???. Sahabat, tips kesehatan. Idealnya seseorang membutuhkan 8 (delapan) gelas air putih per harinya. Ini dikarenakan, banyak sekali aktivitas yang dilakukan yang dapat

56 SINAR BNN EDISI II - 2014

memiliki kekuatan lebih untuk melawan infeksi yang dapat menganggu kualitas kesehatan tubuh yang anda miliki. Mengontrol Berat Badan Tubuh. Berat badan yang ideal merupakan impian setiap orang. Bagi anda yang ingin menyesuaikan berat badan yang proporsional, maka mulailah mencukupi kebutuhan air putih di pagi hari. Miliki Usus Besar Yang Sehat. Usus besar merupakan salah satu organ di sistem pencernan kita. Dengan minum air putih di pagi hari. akan berdampak positif untuk kesehatan usus besar. Sehingga penyerapan nutrisi makanan dapat berjalan dengan baik pula. Organ Ginjal Yang menguras tenaga dan air putih di pagi hari cairan yang berada di sangat efektif membuang Lebih Sehat. Mencukupi dalam tubuh. Jika dan membersihkan racun kebutuhan asupan air putih di pagi hari dapat kebutuhan air putih tidak yang berada di darah membantu meringankan terpenuhi, maka akan melalui keringat dan kerja organ ginjal mengakibatkan seseorang urine. Sehingga tubuh menjadi lebih cepat capek akan lebih sehat dan segar sekaligus menjaga kesehatan organ ginjal dan kurang produktif. Pagi sepanjang hari. tersebut. hari setelah bangun dari Peremajaan Otot Memperlancar tidur merupakan waktu Dan Sel-Sel Darah Anda. Buang Air Besar. Bagi yang tepat untuk mulai Minum air putih di pagi seseorang yang minum air putih tersebut. hari bermanfaat untuk mengalami sembelit atau Tips kesehatan kali ini memperbaharui organ susah air besar di pagi akan mengulas berbagai otot serta seluruh sel hari, maka sebaiknya manfaat minum air putih darah di tubuh. di pagi hari. Berikut ini 7 Penyeimbang Sistem minum air putih saat manfaat dahsyat minum Getah Bening. Saat sistem bangun tidur yang mana bertujuan untuk air putih di pagi hari. : getah bening dapat membantu melancarkan Selalu Tampil Awet bekerja dengan optimal, buang air besar tersebut. Muda. Faktanya, minum maka tubuh akan Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


tipssehat

Hidup Sehat Sepanjang Hari

H

idup sehat merupakan salah hal yang harus kita lakukan di setiap waktu dan kesempatan. Namun, seiring padatnya aktivitas atau pekerjaan yang dikerjakan, banyak diantara kita yang dengan sengaja tidak memperhatikan cara hidup sehat yang benar. Padahal, kesehatan tubuh merupakan hal terpenting dan utama yang harus kita jaga di setiap waktu. Tapi banyak diantara kita yang kurang paham tentang hidup sehat yang benar dan mudah. Lalu, bagaimana tips mudah agar dapat hidup sehat sepanjang hari...??? Sahabat, tips kesehatan. Penyakit tidak akan mudah menyerang tubuh, jika kita tidak mengundangnya. Dalam hal ini, usahakan untuk menerapkan berbagai hal yang dapat membantu tubuh menangkal berbagai penyakit tersebut. Ini dapat dilakukan, jika seseorang berusaha dan menerapkan hidup sehat

tubuh. Berbagai jenis sayursayuran yang hijau sangat baik di konsumsi setiap harinya. Aneka sayuran tersebut berperan penting untuk memenuhi berbagai kebutuhan gizi penting yang di butuhkan oleh tubuh untuk menunjang berbagai aktivitas yang dilakukan. Protein juga memiliki peran penting, agar derajat hidup sehat seseorang meningkat. Protein nabati serta hewani merupakan dua protein yang dimaksud. Khusus untuk protein hewani dapat anda peroleh dari per hari untuk hidup yang mengkonsumsi daging yang seharusnya di anjurkan. Berikut ini tips lebih sehat sepanjang hari ayam serta ikan di menu anda. mudah hidup sehat harian anda. Adakah kandungan sepanjang hari : Usahakan makan Sudahkah anda minum gizi pada sarapan pagi malam tidak berlebihan. air putih yang cukup hari anda...???. Usahakan Karena saat malam, untuk mencukupi ini....???. Air merupakan aktivitas tubuh akan salah satu elemen penting kebutuhan serat pada menurun drastis. Karena sarapan pagi anda. Anda yang di butuhkan oleh malam hari, merupakan tubuh anda. Semua organ bisa mengkonsumsi waktu yang tepat aneka jenis buah-buahan mengistirahatkan tubuh. tubuh membutuhkan yang merupakan salah pasokan air atau cairan Makan malam yang agar dapat bekerja dengan satu jenis makanan yang berlebihan akan memicu merupakan sumber serat meningkatkan kadar gula optimal. Usahakan, yang di perlukan oleh minum air putih 8 gelas darah pada tubuh anda.

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

SINAR BNN 57 EDISI II - 2014


gayahidup

Waspada, Pria Penderita Kanker Penis Semakin Meningkat

P

ENYAKIT menular seksual dapat sangat memengaruhi kesehatan maupun kualitas hidup seseorang. Khusus untuk kalangan pria, nampaknya benar-benar harus mewaspadai penyakit menular seksual HPV (Human Papilloma Virus) yang menjadi penyebab AYA hidup tidak kanker penis. Apa pasal? sehat dapat Menurut data dari Cancer berdampak buruk charities, jumlah pria yang terhadap kesehatan, salah didiagnosis terkena kanker satunya kebiasaan penis telah mengalami merokok. Nampaknya, peningkatan. Angka baru ini seorang pria benar-benar menunjukkan peningkatan harus berhenti dari sebesar 20 persen jumlah kebiasaan merokok pria yang didiagnosis kanker karena dapat penis dalam 30 tahun mempengaruhi terakhir. Para ahli percaya alasan kehidupan seksualnya. menjadi lebih besar. “Padahal, menyadari utama dari peningkatan Penelitian baru yang “Hal ini karena tanda-tanda dan gejala dilakukan the Male Cancer sangat penting untuk kebiasaan merokok dapat jumlah pria yang terdiagnosis kanker penis karena Charity Orchid menjadi faktor yang segera mendapatkan perubahan perilaku seksual. mengatakan bahwa angka rekomendasi medis memodulasi risiko Menurut peneliti, hal ini kejadian kanker penis pengembangan infeksi mengenai tindakan terkait dengan paparan yang terus meningkat setiap lanjutan yang dilakukan,” HPV lesi prakanker dan lebih besar terhadap infeksi tahun. Hal ini karena kanker penis invasif,” lanjutnya. penyakit menular seksual menurut peneliti sangat jelasnya. Lebih lanjut, dia seperti HPV (Human Papilsedikit seseorang yang Selain itu, Rebecca menjelaskan bahwa loma Virus) dan penurunan mengaku memiliki mengatakan bahwa bahan jumlah anak yang disunat. penyebab pasti dari Seperti dikutip oleh kanker penis. kimia beracun yang kanker penis tidak Dailymail, penyakit genital “Tidak seperti kanker diketahui, tetapi berbagai ditemukan dalam rokok warts atau penyakit kutil yang lebih umum, kanker faktor telah dihubungkan akan diekskresikan di kelamin terkait HPV dihupenis jarang terjadi dan urin. Zat-zat berbahaya dengan peningkatan bungkan dengan risiko enam sebagian besar orang risiko. Selain disebabkan yang terbangun di bawah kali lipat terkena kanker malu dan tidak berbicara oleh penyakit menular kulit penis dapat penis. Selain itu, prevalensi secara terbuka mengenai seksual seperti HPV menyebabkan perubahan penyakit ini telah meningkat hal itu ke tenaga (Human Papilloma Virus), dalam sel-sel kulit yang drastis pada pria sejak 1970 kesehatan,” ujar the Rebecca mengatakan bila sehat dan normal, sampai 2009 dan selama Charity Chief Executive sehingga pada akhirnya kebiasaan merokok 2000 sampai 2009 terjadi Rebecca Porta, dikutip peningkatan sebesar 30 menyebabkan risiko pria mengakibatkkan sel-sel Dailymail. kanker berkembang. (tty) persen. (tty) terkena kanker penis

G

58 SINAR BNN EDISI II - 2014

Merokok Tingkatkan Risiko Pria Kena Kanker Penis

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


artikel

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara

SINAR BNN 59 EDISI II - 2014


SINAR BNN EDISI II - 2014

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.