tugas

Page 1

F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

Perencanaan Lingkungan Permukiman Paper Persoalan Lingkungan Permukiman di Kali Code Yogyakarta

Oleh: Benny Hartanto Heru Ismantoro Gunawan

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2010

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c


F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

Persoalan Lingkungan Permukiman di Kali Code Yogyakarta

A. Pendahuluan Salah satu problem pelik perkotaan adalah laju urbanisasi yang cukup tinggi. Sejumlah persoalan kemudian berkembang seiring dengan terus meningkatnya migrasi penduduk ke wilayah perkotaan, salah satunya adalah problem permukiman. Pertumbuhan penduduk perkotaan yang sangat pesat tidak seimbang dengan ketersediaan lahan untuk permukiman. Akhirnya masyarakat pun berdesak-desakkan memaksakan diri mendirikan permukiman di lahan-lahan sempit hingga lahan di bantaran sungai. Fakta ini lantas melahirkan fenomena permukiman kumuh (slums) dan permukiman liar (squatters) di wilayah-wilayah perkotaan. Di Kota Yogyakarta, fenomena permukiman kumuh dan permukiman liar banyak bermunculan di sepanjang bantaran sungai. Di Kota Yogyakarta setidaknya ada tiga sungai yang melintas yakni Code di bagian tengah kota, Winongo di bagian barat dan Gajah Wong di bagian timur. Kumorotomo dkk (1995) menyebutkan berkembangnya permukiman di bantaran melahirkan dua problem urban yakni tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan kualitas lingkungan yang terus menurun. Kepadatan di wilayah-wilayah bantaran sungai terus berkembang. Di dua sungai besar di Yogyakarta, Kepadatan di Code mencapai 142.95 orang per hektare dan di Winongo 132.46 orang per hektare. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kepadatan Kota Yogyakarta yang 130 orang per hektare (Kumorotomo dkk ,1995). Problem kedua adalah kualitas hidup yang berpotensi memburuk. Penelitian Kumorotomo dkk (1995), lima dari 14 kelurahan yang mempunyai wilayah permukiman kumuh mempunyai rasio tutupan bangunan hingga 80 persen dengan kualitas lingkungan dan kesehatan yang minimum. Sementara berdasarkan dara Geocitra Consultant (1991), 22% penduduk di sepanjang Code dan Winongo diketahui legal alias memiliki hak menempati lahan, 18% penduduk adalah penyewa, 4% penduduk melakukan okupasi lahan

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c


F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

dengan mendasarkan rekomendasi dari pejabat kelurahan dan 38% diketahui liar. Secara umum, rata-rata luas bangunan di areal tersebut hanya 32-52 meter persegi dan ditempati sekitar 8,6 orang per rumah. Kumorotomo

dkk (1995)

juga

menyebutkan

fasilitas umum

di

permukiman sekitar sungai sangat minim yakni hanya 15% dari jumlah penduduk itu mendapat fasilitas air bersih dan 2% dari warga memanfaatkan air sungai untuk kepentingan rumah tangga. Sekitar 65% warga diketahui tidak memiliki pekerjaan yang permanen. Pada tahun 1995, jumlah pendapatan rata-rata di bawah Rp 96.000 per bulan. Masih banyak lagi persoalan permukiman di warga bantaran sungai misalnya soal pendidikan dan ancaman bencana dalam hal ini banjir. Salah satu persoalan permukiman yang cukup fenomenal di Yogyakarta adalah permukiman di bantaran Kali Code. Pada awal perkembangannya permukiman Kali Code menjelma menjadi permukiman kumuh sehingga sempat akan digusur oleh Pemerintah Daerah Yogyakarta pada awal 1980-an, namun berkat campur tangan budayawan Romo Mangunwijaya, penggusuran batal dilaksanakan. Permukiman Code kemudian ditata ulang sehingga menjadi tampak lebih cantik dan layak sebagai sebuah area tempat tinggal. Namun demikian kualitas lingkungan permukiman di Kali Code belakangan ini terus mengalami penurunan, di antaranya disebabkan oleh semakin meningkatkan limbah akibat aktivitas di sekitar sungai tersebut. Kondisi inilah yang mendorong kelompok masyarakat yang tergabung dalam Forum Code (Pemerti Code) merasa prihatin. Kelompok masyarakat itu lantas meluncurkan program �Nol Sampah Kali Code 2010� dengan mewacanakan ide �Koin Peduli Code�. Gerakan sosial ini bertujuan untuk meningkatkan kembali kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan sungai. Paper ini bertujuan untuk mengurai tipologi permukiman di Kali Code dan mengurai kembali problem lingkungan permukiman di tempat itu dalam konteks mutakhir. Uraian persoalan-persoalan itu diharapkan bisa menjadi bahan kajian atau diskusi bersama demi kebaikan permukiman Kali Code di masa yang akan datang.

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c


F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

B. Dinamikan Permukiman di Kali Code B.1. Zaman Kolonial Kali Code yang membelah Kota Jogja memiliki peran yang sangat sentral sejak Kerajaan Mataram Ngayogyakarta eksis pada abad ke-18. Sebagai kenampakan alam yang khas Kali Code dipakai sebagai batas kekuasaan antara Keraton Ngayogyakarta dengan wilayah merdikan Puro Pakualaman. Faktor politis ini kemudian mendorong Kali Code sebagai titik yang sangat strategis dan menjadi patokan pembangunan rumah-rumah elite oleh Kolonial Belanda sejak dekade 1900-an. Mengutip Margana, pada dekade 1900-an setidaknya tujuh wilayah pemukiman Eropa (Belanda) di Yogyakarta yang berbatasan langsung dengan Kali Code. Ketujuh wilayah pemukiman Eropa itu berada di wilayah Lempuyangan, Tugu, Loji, Gondomanan, Kraton, Bintaran, Pakualaman dan Jetis. Pemukiman Eropa di Lempuyangan dibagian barat berbatasan dengan Kali Code, di bagian selatan dari barat ke timur hingga gardu dekat Kali Buntung. Pemukiman Eropa di Tugu bagian utara berbatasan dengan jalan besar dari timur ke barat dimulai dari jembatan Bondolayu di atas Kali Code sampai jembatan Badran di atas Kali Winongo. Di bagian selatan dibatasi jalan Menduran Tengah dari Sungai Code ke barat terus sampai Jalan Gandekan Pemukiman Eropa Loji di bagian utara dibatasi Jalan Menduran Tengah, ke arah timur dari Jalan Gandekan sampai Kali Code. Bagian selatan berbatasan dengan sisi utara jalan Alun-Alun hingga tembok Utara Kraton, terus ke timur sampai Jalan Gondomanan. Dari Gondomanan ke utara sampai diperempatan jalan Taman Wilhelmina, terus ke timur jalan Sekengan sampai Jembatan Code. Di bagian timur berbatasan dengan Kali Code. Pemukiman Eropa di Gondomanan di bagian utara berbatasan dengan Jalan Sekengan dari perempatan dekat Taman Wilhelmina ke timur sampai Kali Code. Di bagian selatan dari barat ke timur sampai Kali Code, dan dibagian timur di batasi oleh Kali Code. Pemukiman Eropa di Bintaran di sebalah utara berbatasan dengan jalan dari Jembatan Code ke timur sampai Kali Buntung. Di sebelah barat berbatasan dengan Kali Code dan sebelah selatan dan timur

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c


F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

berbatasan dengan Kali Buntung. Pemukiman Eropa di Pakualaman di bagian utara berbatasan dengan batas bagian selatan pemukiman Eropa di Lempuyangan, di bagian barat berbatasan dengan Kali Code. Bagian selatan berbatasan dengan Jalan Bintaran atau batas utara pemukiman Eropa Bintaran dan bagian timur berbatasan dengan Kali Buntung. Pemukiman Eropa di Jetis di bagian utara berada di antara Kali Winongo di Barat dan Kali Code di Timur. Bagian barat berbatasan dengan Kali Winongo dan bagian selatan dibatasi oleh jalan besar dari Jembatan Badran di atas Kali Winongo ke timur sepanjang Tugu paal sampai dengan jembatan Bondolayu di atas Kali Code, dan bagian timur dibatasi oleh Kali Code. Sektiadi (2002) menyebutkan pada tahun 1917, pemerintah Kolonial membangun sebuah kawasan kota mandiri yang dinamakan Kotabaru. Secara umum, kawasan Kotabaru yang juga disebut dengan Nieuwe Europeesche villapark dapat digambarkan sebagai berikut. Kawasan ini berpusat pada sebuah tempat terbuka di bagian tengah, yang sekarang menjadi Stadion Kridosono. Dari tempat ini, lima jalan utama menyebar ke barat daya, utara hingga timur. Di bagian selatan, seruas jalan pendek menghubungkan Kotabaru dengan Stasiun Kereta Api Lempuyangan. Di bagian utara hingga berhampiran dengan lembah Sungai Code di barat, terdapat rumah-rumah tinggal. Berkembangnya permukiman-permukiman Eropa itu membuat Kali Code menjadi titik yang sangat sentral dalam pembangunan Kota Yogyakarta.

B.2. Pemanfaatan Tanah Wedikengser Pemanfaatan lahan di tepi Kali Code diperkirakan dimulai pada dekade awal 1970-an. Yuliawan (2004) menuliskan sisi timur bantaran kali di sebelah selatan Jembatan Gondolayu dirambah pemukim liar pada tahun 1970-an. Sulastriyono dkk (2002) menyebutkan warga memanfaatkan tanah timbultenggelam (wedikengser) Kali Code untuk areal pertanian dan sebagian untuk permukiman. Karena berada di areal timbul-tengelam, maka lokasi ini sering mengalami kebanjiran.

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c


F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

Secara umum Sulastriyono dkk membagi pola pemanfaatan dan penguasaan tanah wedikengser di Kali Code atas sebelum dan sesudah tanggul pengaman banjir dibangun. Pola itu adalah: a). Sebelum ada tanggul pengaman banjir sebagian tanah wedikengser dimanfaatkan untuk mandi, cuci, buang air besar, buang sampah dan sebagian tempat permukiman. Adapun status tanah wedikengser bermacammacam yaitu tanah milik, tanah negara, tanah sultan dan tanah pemerintah daerah. b). Sesudah ada tanggul pengaman banjir sebaguan tanah wedikengser yang ada di sepanjang Kali Code dikuasai warga setempat dengan berbagai macam hak seperti hak milik dengan bukti sertifikat, hak guna bangunan dan tanpa bukti hak kecuali untuk PBB yang dimanfaatkan untuk tempat tinggal, wasaha warung arena bermain dan pos ronda. Pemanfaatan tanah wedikengser di pinggiran Code untuk tempat tinggal merupakan salah satu akibat dari perkembangan penduduk Kota Yogyakarta baik karena kelahiran atau urbanisasi. Melihat dari pola bentukan permukiman, pola yang terjadi di bantaran Kali Code berjalan mengikuti pola yang dikenal dengan infiltrasi (Drakakis-Smith, 1981). Pada pola ini ada pioner yang kemudian secara perlahan-lahan diikuti individu-individu atau grup-grup kecil yang menempati lahan-lahan kosong di bantaran kali. Sulastriyono dkk (2002) menyebutkan warga yang mendirikan bangunan di tanah wedikengser tidak mengajukan izin ke pemerintah daerah. Sementara pihak pemerintah kota tidak begitu saja serta merta menggusur mereka karena ongkos sosialnya tinggi dan rawan konflik. Sektiadi (2002) menuliskan pada sekitar akhir tahun 1980-an atau awal 1990-an, pinggir Kali Code digunakan untuk merelokasi para pedagang bunga dari sebelah utara Hotel Garuda. Bangunan-bangunan baru ini umumnya berlantai dua, berderet-deret tepat di pinggir jalan, berfungsi sebagai toko bunga. Sejak saat itu permukiman di tepi Kali Code terus bertambah di mana sebagian besar dihuni oleh kelompok masyarakat ekonomi menengah ke bawah.

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c


F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

B.3. Penataan di era Romo Mangun Banjir besar tahun 1984 di Kali Code menyadarkan pemerintah dan masyarakat yang bermukim di sepanjang Kali Code bahwa sungai itu memiliki peran yang sangat penting bagi kelangsungan hidup masyarakat sekitar. Pemerintah sempat ingin menggusur kawasan ini, namun ditentang oleh Budayawan Romo YB Mangunwijaya. Hingga dicapai kesepahaman bahwa penggusuran bukan pemecahan masalah untuk mengatasi problem permukiman di Kali Code. Pemerintah kemudian melakukan penataan lingkungan permukiman di Kali Code yang di antaranya diinisiasi oleh oleh Romo Mangun. Program penataan pertama yang diluncurkan pemerintah adalah Program Pemberdayaan Kampung atau Kampong Improvement Program (KIP) pada tahun 1984/1985 di Terban, di sebelah utara Kali Code. Program pemberdayaan ini dibiayai oleh Bank Dunia. Program ini memfokuskan pada pembangunan sarana fisik untuk perbaikan lingkungan dan sanitasi. Di antaranya dilakukan perbaikan jalan, perbaikan drainase, jamban keluarga, pengadaan fasilitas air bersih dan lain sebagainya. Melalui kegiatan pembangunan ini sisi kumuh dari permukiman di Kali Code sedikir bisa diatasi (Kumorotomo dkk, 1995). Pada saat itu, infiltrasi warga untuk mendiami bantaran Kali Code terus mengalami peningkatan, mereka mulai menempati daerah Gondolayu, Prawirodirjan dan wilayah selatan Kali Code yang pada akhirnya wilayah-wilayah itu tumbuh sebagai permukiman liar. Hingga akhirnya muncul ide untuk melakukan penggusuran yang lantas ditentang oleh Romo Mangun. Romo Mangun berpendapat warga dapat menikmati hidup dan terbebas dari ancaman banjir jika pemerintah mampu membangun (menyediakan) bantaran itu hingga layak untuk ditinggali. Sejak saat itulah dimulai penataan Kali Code yang langsung diinisiasi oleh Romo Mangun dan teman-teman. Arsitektur lingkungan rumah kaum papa di pinggir Kali Code merupakan karya Mangunwijaya yang paling banyak diingat. Karya arsitektural tersebut dianugerahi penghargaan arsitektur internasional bergengsi, Aga Khan Award, pada 1992. Romo Mangun dengan para mahasiswanya dan masyarakat sekitar mengubah permukiman di pinggir kali yang biasanya identik dengan kumuh

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c


F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

dan jorok menjadi kawasan bersih, apik, dan artistik. Bedeng-bedeng kardus kaum pendatang menjadi rumah susun berdinding anyaman bambu dicat warnawarni, sealur dengan garis anyaman. Metode rasional transparan tampak pada karya permukiman Kali Code. Romo Mangun mengikutsertakan masyarakat dalam berkarya, sejak pembentukan konsep sampai hasil akhir. Romo Mangun hanya memberikan contoh cara mengecat. Lalu, dengan bantuan asistennya, warga mengecat sendiri bangunan tersebut. Ciri khas lain karya Mangunwijaya di Kali Code adalah menggunakan bahan yang dapat ditemukan di tempat, juga barang bekas. Sayangnya, kawasan Kali Code tak secantik dulu lagi. Dilihat dari atas jembatan, bangunan warisan itu tak tampak istimewa lagi. Tak beraturan, kusam, tak beda dengan rumahrumah lain di pinggir kali. Jendela bambu miringmiring, reot. Catnya yang dulu berwarna-warni tak lagi moncreng, kelihatannya sudah lama tak disentuh kuas dan pewarna baru. (Majalah Tempo, 18 Mei 2009). Perubahan lain yang dilakukan adalah mengubah mindset warga soal sungai atau Kali Code. Sebelum ada tanggul pengaman banjir, penduduk membangun rumahnya membelakangi sungai. Hal ini karena warga berpikiran bahwa sungai tempat mandi, cuci, buang air besar dan tempat membuang sampah atau limbah rumah tangga. Pola penataan permukiman yang membelakangi

sungai

tersebut

tidak

mendorong

masyarakat

untuk

memperhatikan lingkungan sungai tetapi justru lebih banyak merusak atau memperburuk tingkat pencemaran sungai dan sungaipun semakin menyempit. Namun demikian setelah didirikannya tanggul penahan banjir, pola pemikiran diubah, beberapa rumah mulai dirancang menghadap sungai. Dengan demikian diharapkan warga akan menjaga kebersihan sungai karena sungai dianggap menjadi �halaman depan� rumah warga.

C. Kondisi Fisik Kali Code Sumber air utama Kali Code ini adalah mata air dari Merapi dan tanah (base flow) karenanya sungai ini memiliki sifat permanen alias airnya tak pernah kering meski pada bulan kemarau. Saat kemarau aliran air biasanya berkurang tapi tidak mengering.

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c


F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

Masalah lingkungan yang muncul saat ini adalah pencemaran sungai baik itu pencemaran karena limbah rumah tangga atau pencemaran akibat aktivitas perusahaan tertentu. Siradz (2004) dalam penelitiannya menemukan kadar total logam berat kromium (Cr) pada air di Kali Code relatif kecil < 0,01 mg/l, sedangkan akumulasi kada Cr total dalam tanah terbesar pada bagian tengah aliran sungai Code mencapai 0,8373 mg. Permasalahan ini perlu mendapat perhatian karena dinilai membahayakan apabila sampai ke manusia. Hasil-hasil pengukuran BOD dan DO menunjukkan bahwa nilai kedua parameter ini untuk semua sampel telah berada di atas baku mutu air untuk air minum (Golongan I), tetapi masih layak digunakan untuk perikanan, peternakan dan pertanian. Analisis COD memperlihatkan bahwa hanya ada dua sampel yang mempunyai nilai dibawah ambang mutu untuk air minum, sampel yanglain berada di atas ambang mutu. Hasil penelelitian ini memberi petunjuk bahwa air sungai Code pada saat pengambilan sampel (8 Oktober 2004) tidak layak untuk digunakan sebagai air konsumsi karena beberapa sifat air yaitu BOD, DO dan COD telah melampaui ambang batas baku mutu sebagaimana yang ditetapkan dalam PP-82 tahun 2001. Padatnya hunian disekitar sungai juga membuat fungsi sungai menjadi terganggu karena berbagai aktivitas manusia. Pembuatan karamba dan adanya budidaya pertanian di teras sungai sedikit banyak membuat sungai tidak berfungsi sebagai mestinya yakni fungsi drainase. Padatnya hunian juga membuat sungai dipenuhi dengan selokan atau saluran pembuangan yang tentunya berpotensi mencemari sungai. Di Kali Code terdapat aktivitas pertanian dan perikanan skala kecil yang diusahakan oleh warga sekitar. Bagi sebagian orang Kali Code juga dipakai untuk aktivitas sehari-hari misalnya cuci pakaian atau sekadar membersihkan tubuh. Bahkan saat dilakukan pengamatan ada orang yang memanfaatkan air Code untuk mandi.

D. Penutup Seiring dengan berjalannya waktu dan laju urbanisasi yang terus berjalan kawasan permukiman Kali Code berpotensi terus disesaki oleh warga sehingga perlu upaya penataan atau antisipasi yang lebih terprogram agar kualitas

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c


F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

lingkungan dan kesehatan di kawasan itu bisa tetap optimal. Saat ini cukup banyak kalangan yang memiliki concern dengan problem lingkungan di Kali Code dan warga di Code pun memiliki organisasi berbasis rakyat yang cukup solid, dua hal ini adalah modal yang cukup besar bagi pemerintah untuk penciptaan atau pelaksanaan program penataan di wilayah Code.

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c


F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

Daftar Referensi Ahmad Taufik, L.N. Idayani, Soh (2009), Kultur Arsitektur Rakyat, Majalah Tempo13/XXXVIII 18 Mei 2009. [Http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/05/-18/ART/mbm.20090518.ART130313.id.html] Diakses Minggu 23 Agustus 2009. Drakakis-Smith, 1981. Urbanisation, Housing and The Development Process. St Martins Press New York. Kumorotomo, Wahyudi., Muhadjir Darwin., Faturochman. 1995. The Implementation Of Slum And Squatter Improvement Programs In The River Basins Of Yogyakarta. Populasi, 6(2), 1995 ISSN: 0853 - 0262 Margana, _____. Jogja Tempo Doeloe 1: Memisahkan Kampung dan BangkaiBangkai. http://anakdaun.blogspot.com/2009/04/jogja-tempo-doeloe-1.html Diakses 17 April 2010

Sektiadi, 2002. Perubahan Fisik dan Fungsi Bangunan di Kawasan Kotabaru. http://sektiadi.staff.ugm.ac.id/?p=27 Diakses 17 April 2010 Sulastriyono, Sri Natin, Rafael Edy Bosko, 2002. Pola Penguasaan dan Upaya Penataan Lingkungan Tanah Wedikengser di Tepi Sungai Code dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah di Yogyakarta. Mimbar Hukum, Fakultas Hukum UGM Yogyakarta

Syamsul A. Siradz (2004), Taraf Pencemaran Dan Kandungan Kromium (Cr) Pada Air Dan Tanah Di Daerah Aliran Sungai Code Yogyakarta, Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta. [http://digilib.biologi.lipi.go.id/view.html?idm=31806] Diakses Minggu 23 Agustus 2009. Yuliawan, Rohman, 2004. Mengulik Saujana Budaya Tiga Kawasan Cagar Budaya Di Yogyakarta. http://www.indonesiapusa-ka.org/mt3/archives/artikel/index.html

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.