Haluan 24 Juni 2011

Page 4

4

Opini

JUMAT, 24 JUNI 2011 M 22 RAJAB1432 H

Haluan Kita Mencermati Dampak Moratorium TKI DISERANG dari segalka penjuru, akhirnya Pemerintah Indonesia mengambil keputusan penting soal pengiriman TKI ke Arab Saudi. secara resmi pemerintah menghentikan sementara pengiriman tenaga kerja Indonesia ke Arab Saudi mulai 1 Agustus 2011, hingga kesepakatan perlindungan TKI dengan Arab Saudi ditandatangani. Langkah soft moratorium memperlihatkan dampak yang nyata, baik positif maupun negatif. Setidaknya dapat kita lihat setelah sejak awal tahun ini pemerintah memulangkan sekitar 7ribu orang pekerja asal Indonesia yang bermasalah di Arab Saudi. Rupanya, sejak awal Januari pemerintah sudah melakukan semi moratorium —pengetatan total— yang dilaksanakan dalam dua langkah, yaitu regulasi dan sosialisasi. Regulasi diterbitkan dengan membuat kebijakan terkait sistem rekrutmen, antara lain dengan mengendalikan job order secara ekstra ketat. Job order secara ekstra ketat itu yakni dengan menambah syarat-syarat agar majikan yang mempekerjakan TKI terseleksi dengan lebih baik. Jadi tidak bisa sembarangan majikan saja yang disetujui. Calon majikan harus melengkapi diri dengan surat kelakuan baik, gaji minimum 11 ribu riyal, peta rumah, jumlah dan foto keluarga serta pernyataan kesediaan membuka akses komunikasi. Tentu saja moratorium ini akan menimbulkan dampak baik positif maupun negatif. Sebagaimana diungkapkan di atas, maka dampak positifnya antara lain terjadi penurunan yang amat drastis apply job order dari 1.000 permintaan setiap hari menjadi hanya lima permintaan sejak Januari–Juni. Dampak positif lainnya terjadi kelangkaan TKI karena terjadi penurunan drastis keberangkatan ke Arab Saudi dari 30 ribuan per bulan menjadi 12-15 ribuan per bulan. Ini akan meningkatkan posisi tawar Indonesia terhadapo Arab Saudi yang selama ini merasa memang jadi juragan penerima pekerja dan pemberi kerja serta upah. Dampak positf lainnya adalah kalau selama ini pemerintah Saudi ogah melakukan negosiasi soal TKI itu dengan Indonesia, sekarang mereka mulai melunak. Mungkin karena khawatir akan terjadi kekisruhan sosial di negerinya di tengah tekanan kelompok prodemopkrasi yang mulai unjuk gigi di sana. Tercatat ada dua pertemuan penting, yaitu pertemuan tingkat menteri dan Senior Officer Meeting (SOM) putaran I di Arab Saudi, yang akhirnya menghasilkan penandatanganan nota awal kesepahaman menuju MoU oleh Menteri Perburuhan Arab Saudi dan Kepala BNP2TKI pada akhir Mei lalu. Tetapi moratorium juga akan memberi dampak negatif terutama bagi internal Indonesia. Antara lain dampak negatifnya adalah akan membengkak jumlah TKI bermasalah dimana menurut data Kemlu dan Kemenakertrans dalam tiga bulan terakhir terdapat kurang lebih 180 ribu TKI yang habis kontrak kerjanya akan memilih untuk tidak pulang dan memperpanjang kontrak, sehingga status menjadi ilegal (overstayer). Akan terdapat kesulitan mempertemukan calon pekerja dengan pemberi kerja. Karena calonm majikan di Saudi tidak bersedia memenuhi persyaratan karena beratnya syarat untuk mempekerjakan TKI yang diberlakukan oleh perwakilan RI. Tetapi apapun resikonya, apa yang sudah ditetapkan oleh Presiden SBY kemarin itu tentang moratorium paling tidak dapat memberikan dukungan moral bagi semua pekerja di luar negeri maupun calon pekerja baru yang hendak berangkat. Mereka akan merasa ‘pede’ untuk berangkat karena akan dilindungi. Sedangkan para perusahaan pengirim juga sudah bersiap-siap untuk memperbaiki kualitas baik skil maupun pendidikan serta perilaku calon TKI yang hendak mereka kirim. Kita juga menyerukan sekaligus mengajak semua pihak untuk mengawasi jalannya moratorium yang dicanangkan Presiden itu. Mari kita bersama mengawasi lembaga pengiriman. Yang mengirim TKI bukan pemerintah. PJTKI jangan hanya semata mengharapkan keuntungan dari pelaksanaan pemenuhan job order yang mereka terima dari pemberi kerja di luar negeri.***

Presiden cemas, ada usulan ditambah 33 provinsi lagi di Indonesia

Mau menyalurkan penganggur jadi Cagub dan Cawagub, bagus juga itu Pak

Ketua MA: tak ada pejabat yang bersih

Ck ck ck ck…….

Haluan Aspirasi

082170625544/ 08163253248

TdS Ganti Nama Saja NAMANYA Tour de Singkarak tetapi kelilingnya kok jalan Kelok 44 Maninjau dan kebun sawit/singkong Payakumbuh. Seharusnya ke Jalan Lingkar Singkarak saja baru tepat. Ganti nama saja. +6275118224***

Minta Keseriusan Pemko SAYA merasa sangat prihatin dengan kondisi Pasar Raya dan juga “terminal” angkot di depan Masjid Muhammadiyah di Padang. Sangat sumpek dan tak ada kenyamanan, baik untuk berbelanja maupun untuk beribadah. Saya kira perlu keseriusan pemerintah kota Padang untuk menangani masalah ini. Jika tidak, maka Padang tak layak jadi ibukota Sumbar. +628163253***

Terbit Sejak 1948 Pendiri H. Kasoema

Penerbit: PT Haluan Sumbar Mandiri (Haluan Media Group). SIUPP No 014.SK.Menpen.SIUPP A.7 1985 tanggal 19 November 1985.

Kisruh Terjemahan Alquran Depag Oleh WAHID MUNFARID

DALAM sebuah Seminar Nasional dan Lokakarya (seminaloka) baru-baru ini yang diadakan di Sekolah Tinggi Agama Islam Pengembangan Ilmu Quran (STAIPIQ) Padang, dibahas tentang polemik terjemahan Alquran dalam bahasa Indonesia. Tak jelas penelitian semacam apa yang dilakukan, atau pengganas (baca teroris) mana yang diwawancarai, terjemahan Alquran oleh Departemen Agama (Depag) Republik Indonesia yang telah beredar beberapa puluh tahun ini dituding sebagai pemantik ideologis para pengganas. Intinya, terjemahan Alquran oleh Depag—sekarang Kemenag—adalah terjemahan harifiah, bukan tafsiriah. Terjemahan harfiah ini disebutsebut menyesatkan pembaca dari makna asli Alquran dan terjemahan ini haram secara hukum. Kalangan itu menyatakan ada sekitar tiga ribu seratus lima puluh kesalahan dalam terjemahan Alquran oleh Depag. Sebelum masuk pada contoh-contoh yang diberikan, ada baiknya didudukkan dulu apa itu terjemah harfiah dan tafsiriah. Manna’ Alqaththan dalam “Mabaahits fii ‘Uluum al-Qur’aan” menerangkan bahwa kata terjemah dapat dipergunakan dalam dua hal; pertama, terjemah harfiah, yaitu mengalihkan lafaz-lafaz dari suatu bahasa (bahasa asal) ke dalam lafaz-lafaz yang serupa dari bahasa lain (bahasa tujuan) sedemikian rupa sehingga susunan dan tertib bahasa tujuan itu sesuai dengan susunan dan tertib bahasa asal yang di terjemahkan. Kedua, terjemah tafsiriah atau terjemah maknawiah, yaitu menjelaskan makna perkataan dengan bahasa lain (bahasa tujuan) tanpa terikat dengan tertib kata-kata bahasa asal yang diterjemahkan atau tanpa memerhatikan susunan kalimatnya apakah harus sama antara bahasa asal dan bahasa tujuan. Dengan lebih spesifik, bila para ulama melakukan penafsiran Alquran, dengan cara mendatangkan makna yang dekat, mudah, dan kuat; kemudian penafsiran ulama itu diterjemahkan dengan penuh kejujuran dan kecermatan, maka cara ini dinamakan dengan terjemah tafsir Alquran atau terjemah tafsiriah, dalam arti ulama itu mensyarahi Alquran dan menjelaskan maknanya ke dalam bahasa lain.

Manna’ Alqaththan juga menjelaskan bahwa terjemahan harfiah dengan pengertiannya itu adalah mustahil untuk dapat dicapai dengan baik jika konteks bahasa asal dan cakupan semua maknanya tetap dipertahankan. Sebab karakteristik setiap bahasa berbeda satu dengan yang lain dalam hal tertib bagian kalimat-kalimatnya. Selain itu bahasa Arab banyak menyelipkan rahasiarahasia bahasa yang tidak mungkin dapat digantikan oleh ungkapan lain dalam bahasa bukan Arab. Alquran juga berada pada puncak kefasihan dan gaya bahasa Arab. Ia mempunyai ciri khas susunan, rahasia struktur, makna-makna yang unik dan kemukjizatan ayat-ayatnya, yang semua itu tidak dapat diberikan oleh bahasa manapun juga. Di samping itu, dalam disiplin ilmu terjemahan, terjemah harfiah dikenal sebagai Form-based Translation atau Literal Ttranslation. Menurut Newmark dalam “A Text Book of Translation”, keduanya bermakna terjemahan kata perkata, bahkan dalam bentuk kata yang paling lemah sekalipun, yang merekat sangat erat kepada bahasa asal secara leksikal dan sintaksis. Literal Translation ini terbagi dua, yaitu Interlinear Translation yang bertujuan untuk menghasilkan segi linguistik dari bahasa asal kepada bahasa tujuan. Seperti ‘what is your name’ menjadi ‘apa adalah kamu nama’. Ini benar-benar sangat harfiah. Setiap kata diartikan dan susunannya pun seperti bahasa asal. Membingungkan memang. Kemudian Modified Literal Translation, yaitu merubah susunan dan tata bahasa terjemahan kepada kalimat yang berterima pada bahasa tujuan, tapi bentuk kata cenderung diartikan secara harfiah. Seperti good girls go to heaven menjadi gadis-gadis baik pergi ke surga. Susunan kata good girls tidak diterjemahkan menjadi baik gadis-gadis tetapi diubah menjadi gadisgadis baik. Juga bentuk plural (jamak) dari girls diterjemah-

kan dengan mengulang kata, sehingga menjadi gadis-gadis. Kata kerja go diterjemahkan secara leksikal menjadi pergi. Mengenai beberapa contoh kekeliruan terjemahan Alquran oleh Depag yang diajukan oleh kalangan itu, seperti firman Allah, “Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka, dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu…” (Q.S 2: 191), sedangkan terjemahan tafsiriahnya menurut mereka hendaklah, “Wahai kaum mukmin, perangilah musuh-musuh kalian di mana pun kalian temui mereka di medan perang dan dalam masa perang. Usirlah musuh-musuh kalian dari negeri tempat kalian dahulu diusir…” Jika coba ditelisik kepada teks asli Alquran yang berbahasa Arab, akan janggal sekali menerjemahkan waqtuluuhum (asal katanya adalah qatala) menjadi perangilah mereka, padahal arti asli qatala adalah membunuh. Perang atau memerangi sendiri sebenarnya mempunyai padanan dalam bahasa Arab, yaitu haraba (memerangi) dan ghazaa (menyerang). Allah itu Maha Tahu, kenapa Ia menggunakan kata kerja qatala dalam ayat itu, bukan kata kerja lain, pasti ada hikmahnya. Inilah yang dikaji dalam tafsir, bukan terjemahan. Adapun anggapan-anggapan akan terjadi kesalahpahaman oleh pembaca jika dalam terjemahan tidak dimasukkan konteks ayat—situasi perang—adalah sangat berlebihan. Selain selama ini hal itu tidak pernah terjadi dan tidak pula terbukti, juga sangat merepotkan bila harus memasukkan konteks pembicaraan pada setiap ayat. Padahal Alquran—seperti juga bacaan lainnya—telah memasukkan konteksnya pada beberapa ayat sebelum dan sesudahnya. Masih berkenaan dengan contoh ayat di atas, sebenarnya ayat sebelumnya telah memberikan gambaran konteksnya kepada para pembaca, “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan me lampaui batas. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” Bahkan ayat sesudahnya memberikan pemahaman paripurna atas ayat-ayat sebelumnya. “Tetapi jika mereka berhenti, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” Siapapun yang membaca Alquran dan atau terjemahannya dengan rangkaian ayat seperti telah dijelaskan, pasti tidak akan berpikiran keliru seperti yang didramatisasi

oleh kelompok itu bahwa penerjemahan versi Depag memicu radikalisasi teroris. Sangat jelas sekali bukan, konteks contoh ayat-ayat di atas adalah dalam masa perperangan? Pun, jika masih ada yang tersalah memahami ayat di atas—dan ini sekali lagi tidak pernah terjadi dan tidak pula terbukti—adalah lebih kepada memahami ayat secara sepotong-sepotong, tidak menyeluruh. Laksana membaca suatu artikel dengan hanya mencatut satu paragraf saja, lalu mengabaikan paragraf-paragraf lain. Tentu saja pembaca seperti ini akan salah mengerti dan salah paham. Mengambinghitamkan hal ini kepada terjemahan adalah tindakan gegabah dan terburuburu. Kemudian tentang terjemahan firman Allah oleh Depag, “Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal.” (Q.S 17: 29), sebaliknya terjemah tafsiriahnya, “Dan janganlah kamu berlaku kikir, tetapi jangan pula kamu berlaku boros, karena kelak kamu akan menjadi hina dan menyesal atas sikapmu yang berlebihan.” Dalam kasus ini, nampaknya penerjemah tafsiriah memahami bahasa hanya secara lurus tabung sebagai media komunikasi sederhana antara beberapa pihak dengan bentuk langsung dan seadanya. Padahal di dalam bahasa, penggunaan kiasan dalam menyampaikan maksud sudah lazim sekali. Dalam ayat ini, Allah pun menggunakan kiasan dalam susunan kalimat ketika menyampaikan maksud agar manusia jangan terlalu kikir dan terlalu pemurah dalam hal rezeki dengan kiasan membelenggu tangan ke pundak dan terlalu mengulurkannya. Sangat indah, bukan? Dari uraian singkat atas dua contoh di atas, jelaslah bahwa terjemahan Alquran oleh Depag bukanlah terjemahan harifiah—dalam istilah Newmark dikategorikan sebagai Interlinear Translation. Bahkan pada praktiknya, terjemahan apapun selalu menghindari bentuk harfiah ini. Selain mustahil karena sangat jarang ada padanan kata yang sama pada bahasa asal dan bahasa tujuan, juga karena kerancuan susunan kalimat yang membingungkan dari terjemah harfiah. Walaupun demikian, seki-

ranya terjemahan harfiah ini terpakai juga disebabkan satu dan lain hal, itu lebih kepada Modified Literal Translation. Karena memang, dalam menerjemahkan teks yang sarat dengan gaya bahasa, kiasan, dan sebagainya, penerjemah akan berusaha menampilkan warna asli bahasa asal kepada bentuk dan hasil bahasa tujuannya. Seperti dalam penerjemahan puisi, prosa, syair. Apalagi ini adalah Alquran yang mencapai balaghah bahasa Arab tertinggi. Akan sangat berbeda jika teks yang diterjemahkan itu hanyalah teks biasa, mungkin cukup saja diterjemahkan maksudnya secara umum. Tak perlu bersusah-susah mencari padanan kata paling dekat antara bahasa asal dan bahasa tujuan, serta menyesuaikan susuanan gramatika antara dua bahasa ini, seperti yang dilakukan oleh dewan penerjemah Depag. Juga tidak dipungkiri bahwa ada beberapa kekeliruan dalam terjemahan Depag itu, seperti, “…Dan janganlah kamu berinfak melainkan karena mencari rida Allah…” (Q.S al-Baqarah [2]: 272). Kata yang dicetak miring seharusnya diartikan dengan ‘wajah Allah’ karena demikianlah terjemahan utuh dari ‘wajhillaah’. Pembahasannya telah berlalu pada tulisan sebelum ini (Agar Tak Sesat Memahami Alquran). Akan tetapi, bagaimanapun ini hanyalah kekeliruan dalam bentuk pilihan kata, bukan metode yang digunakan, sebagaimana klaim kelangan itu. Depag sendiri, sejak pertama kali menerbitkan Alquran dan terjemahannya, telah beberapa kali melakukan revisi untuk memperbaiki kualitas terjemahan. Ini mengisyaratkan bahwa Depag akan selalu melakukan revisi, karena memang bahasa itu sendiri dinamis, berkembang sesuai zaman. Terakhir, perlu diingatkan kembali, karena ini adalah Alquran, tanpa memandang ia dalam bahasa aslinya atau bahasa terjemahan, sangat penting untuk menyertakan ilmu-ilmu Alquran dalam proses penghayatan ayatayatnya, agar tercapainya pemahaman yang utuh. Disebabkan Alquran adalah lautan ilmu yang sangat luas dan dalam, yang tak akan pernah habis untuk diselami dan dikuak rahasianya. Ilmu-ilmu Alquran itu akan menghindarkan sesorang dari tersesat dan tenggelam ketika mengarungi kumparan hikmah dan kandungan kalam Allah tersebut.

Penghafal Alquran Pantas Dikagumi Oleh H Zulkifli Imam Said Pimpinan dan pengasuh Pesantren Sabbihisma-Padang ADA orang yang berkata kepada kami, anak-anak yang kuat hafalannya lemah dalam Matematikanya atau dalam ilmu pasti. Dalam pengalaman kami di pesantren, anak-anak yang baik hafalan Qurannya bisa dipastikan mereka jago dalam bidang Matematika dan Fisika demikian juga dengan ilmu-ilmu yang lainnya. Mereka tidak pernah ketinggalan, begitupun dalam bidang sains

dan teknologi mereka tidak akan ketinggalan. Sayangnya kita tidak pernah menyatukan kedua ilmu ini, anak-anak yang diajar sains dan teknologi tidak disuruh menghafal Alquran. Demikian sebaliknya anak yang diajarkan/disuruh menghafal Alquran tidak diajarkan sains dan teknologi. Alhamdulillah Sabbihisma telah menyeimbangkan kedua ilmu itu, dalam pendidikan

sama pentingnya Matematika dan Alquran. Syarat naik kelas nilai Matematika harus bagus, nilai Alquran juga harus bagus. Kalau ingin meninggikan Matematika anak, suruh mereka menghafal Alqurna. Dalam menghafal Alquran selain niat, banyak lagi syaratnya seperti konsentrasi yang sempurna. Bila dalam menghafal Alquran tidak konsentrasi bisa saja pindah dari satu surat ke surat yang lain, karena ujung-ujung ayat banyak yang bersamaan. Bisa pindah dari Wal ‘ashri ke Wa thini. Belum lagi panjang pendek, tasydid dan lainnya.

Penghafal Alquran adalah orang yang sempurna rajin, sempurna teliti dan sempurna hati-hati. Pantas sekali umat ini dahulu sangat sempurna jadi manusia karena pengaruh Alquran yang mewarnai hidup mereka. Kalau kita benar-benar yakin bahwa Islam merupakan kebenaran mutlak. Di setiap sudut pendidikan kita wajib Alquran pelajaran pokok/ utama. Insya Allah akan bermunculan anak-anak bangsa yang berkualitas baik di bidang ilmu maupun dalam kepribadian.

Setiap hari kita diributkan soal moral dan akhlak, sepantasnyalah kita kembali kepada petunjuk Ilahi, pencipta langit dan bumi, yang tidak pernah salah dan lupa. Jika kita mengerjakan sesuatu itu setengah-setengah, maka yakin dan percayalah bahwa kita tidak akan pernah berhasil. Rasul kita Muhammad SAW selalu memberikan contoh dan tauladan kepada kita bahwa dalam hal yang berguna dan bermanfaat, beliau pasti menjadi yang terdepan sekali. Ya Allah, tunjukilah kami ke jalan yang engkau ridhoi.

Pemimpin Umum: H. Basrizal Koto. Konsultan Pengembangan Media: H. Hasril Chaniago, Pemimpin Redaksi: Zul Effendi, Pemimpin Perusahaan: Irfan Jasri, Tim Kerja Redaksi: Eko Yanche Edrie (Koordinator), Ismet Fanany MD, Nasrul Azwar, Atviarni, Dodi Nurja, Syamsu Rizal, Afrianita, Gusni Yenti Putri, David Ramadian, Nova Anggraini, Aci Indrawadi, Perdana Putra, Rahmatul Akbar, Gustedria, Reporter: Andika Destika Khagen, Ade Budi Kurniati, Suswinda Ningsih, Mice Angelasari, Rudi Antono, Haswandi, Koresponden: Syamsuardi S, Jon Indra, Ridwan (Bukittinggi), Dedi Salim (Pariaman), Zulkifli, Syafril Nita (Payakumbuh), Atos Indria (Lubuk Sikaping), Miazuddin, Kasra Scorpi (Lubuk Basung), Iwan DN, Darwin Danin (Padang Panjang), Yuldaveri, Emrizal (Batusangkar), M.Junir, Gusmizar (Pasaman Barat), Sabrul Bayang, M.Joni, Haridman (Painan), Syamsuardi Hasan, Riswan Jaya, Alfian, Almito (Solok), Marnus Chaniago (Solok Selatan), Alamsyah Halim, Fadilla Jusman (Sawahlunto), Azneldi (Sijunjung), Maryadi (Dharmasraya), Biro Jakarta: Syafruddin Al (Koordinator), Syafril Amir, Jamalis Jamin, Surya, Biro Riau: M. Moralis Biro Kepri: Yon Erizon Tim Kerja Usaha: Isbadri Bakri (Koordinator Sirkulasi), Alfarino Ikhsan (Koordinator Promosi), Layout: Andri Idra (Koordinator), Syafrizal, Nurfandri, Rahmad Doni, Rahmi, David Fernanda. Alamat Redaksi/Bisnis: Komplek Bandara Tabing, Jl Hamka Padang. Telp. (0751)4488700, 4488701, 4488702, 4488703, Fax (0751) 4488704 Email: redaksi_haluan@yahoo.com, website: http/harianhaluan.com, Kantor Jakarta: Basko Group, Jalan H.R. Rasuna Said Kav. H1-2 Kuningan, Jakarta 12920, telp.: 021-5250868, faks: 021-5273310, Harga Langganan/iklan: Harga langganan bulanan dalam kota Padang Rp57.000, Harga eceran Rp2.500,- Tarif iklan: FC: Rp25.000/mm kolom, Produk BW: Rp 10.000/mmkolom, Spot Colour: Rp20.000/mmkolom, Display: Rp 10.000/mmkolom, Sosial BW: Rp 8.000/mmkolom, Sosial FC: Rp 15.000/mmkolom, Iklan Mini(Max 1kolom X50mm) Rp 100.000/1 kali muat, Iklan Baris: Rp 10.000/ baris Bank: BRI Cabang Padang Rek No: 0058-01-001430-30-8, PT Haluan Sumbar Mandiri Dicetak oleh Unit Percetakan PT Haluan Sumbar Mandiri Padang. Klik http://www.harianhaluan.com


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.