Sengketa Tiada Putus: Matriarkat, Reformisme Islam, dan Koloniasme di Minangkabau

Page 89

Sengketa Tiada Putus

47

menyimpulkan bahwa baik syariat Islam maupun adat istiadat lokal sama-sama berlaku dan saling bergantung.25 Imam Bondjol mengklaim semacam kemenangan dalam akomodasinya dengan kaum tradisionalis. Tapi kita tahu bahwa dia sudah membongkar Padri sebagai pergerakan revivalis Muslim dan bahwa dia akan segera mundur, untuk sesaat, dari perannya sebagai pemimpin. Suara memoar itu kini sudah susut: Tuanku Imam meng­ ingin­kan perdamaian dengan Kompeni (nama umum untuk pemerintah kolonial Belanda, lama sesudah pembubaran Veree­ nigde Oostindische Compagnie [VOC], atau Kompeni Hindia Timur Belanda); dia sudah capai hidup dalam suatu negara di mana para pemimpinnya terpecah-belah.26 Segera setelah rapat dengan kepala-kepala lokal, dia mengumpulkan keluarganya dan meninggalkan Bonjol pergi ke Alahan Panjang, menyerahkan benteng itu kepada tiga kepala tradisional. Dalam hitungan hari, ketiga panghulu itu sepakat menyerahkan Bonjol kepada Belanda dengan janji bahwa pasukan Belanda tidak akan meng­ ganggu benteng itu sendiri. Tapi serdadu-serdadu Belanda dan Jawa segera mengusir orang Minangkabau dari Bonjol dan menduduki benteng itu, memakai rumah Tuanku dan bahkan mesjid sebagai garnisun. Tuanku Imam mendapat kabar tentang 25 Francis, “Korte Beschrijving van het Nederlandsch Grondgebied”, 113-114. Formula ini umum dikenal selama abad ke-19 dan dicatat oleh J. Habbema, “Menangkabausche Spreekwoorden [2]”, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde 26 (1881): 170. Selama pendudukan Jepang, edisi pertama suatu kumpulan peribahasa yang otoritatif meyakinkan kembali bahwa “Adat bersendi sjara’, sjara’ bersendi adat”. K. St. Pamoentjak, N. St. Iskandar, dan A. Dt. Madjoindo, Peribahasa (Djakarta: Balai Poestaka, 1943 [2603 dalam kalender imperial Jepang], 10. Tapi kemerdekaan menimbulkan tuntutan politis baru, dan pada pertengahan abad ke-20 peribahasa itu berubah menjadi adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah (Adat bersendi Syariat, Syariat bersendi Kitab Allah). Lihat edisi ketujuh Peribahasa (Djakarta: Balai Pustaka, 1956), 12. Versi terakhir inilah yang dikutip oleh tetua adat pada masa kini. 26 Tuanku Imam Bondjol dan Caniago, 43.

ISI Sengketa new.indd 47

22/09/2010 23:03:35


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.