Sengketa Tiada Putus: Matriarkat, Reformisme Islam, dan Koloniasme di Minangkabau

Page 187

Bab 4

Mendidik Anak-Anak

P

ada abad ke-19, orang-orang kampung di Sumatra Barat bertumbuh dengan gagasan-gagasan berbeda-beda tentang rumah dan keluarga. Keorangtuaan diperdebatkan dan dine­ gosiasikan oleh ibu dan bibi, ayah dan paman. Baik Islam reformis maupun negara kolonial lebih menyukai patriarki tapi saling bercuriga satu sama lain. Matriarkat mencari jalan di antara kedua kekuatan ideologis ini. Sementara reformisme dan kolonialisme menempatkan otoritas mereka pada kebenarankebenaran universal dan absolut Quran dan Hadis dan pada gagasan-gagasan pasca-Pencerahan,∗ matriarkat memandang diri sendiri sebagai terutama bersifat lokal dan fluid. Selain rumah dan keluarga, dialektik tiga arah itu terus berlanjut. Anak-anak menghadiri sekolah yang hampir selalu menerapkan pedagogipedagogi yang bertentangan. Anak-anak perempuan dan lakilaki mendengar tentang matriarkat di rumah, belajar tentang Islam di surau, dan menerima pendidikan Eropa di sekolahsekolah “pribumi” yang didirikan Belanda. Negarawan besar Haji _______________ ∗

Pencerahan atau Enlightenment adalah masa abad ke-18 di Eropa ketika kehidupan budaya dan filosofis menekankan akal budi sebagai sumber otoritas, dengan keyakinan tinggi terhadap sains dan metode eksperimental, serta pementingan pendidikan sebagai alat mencapai kehidupan yang lebih baik. Prefiks “pasca-” mengacu pada masa sesudahnya yang tetap memiliki ciri-ciri serupa—Penerj.

ISI Sengketa new.indd 145

22/09/2010 23:03:42


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.