Sengketa Tiada Putus: Matriarkat, Reformisme Islam, dan Koloniasme di Minangkabau

Page 173

Interior dan Bentuk-Bentuk Keluarga

131

menyatakan bahwa orang pribumi pastilah “ras yang kaya”, dinilai dari harga dan keindahan rumah-rumah mereka yang tampak: Interior rumah-rumah ini bukan tanpa kenyamanankenyamanan modern dalam hal ranjang yang nyaman, dengan bantal dan kanopi, yang bagus di antaranya seringkali dihias dengan ornamen-ornamen gantung yang menarik dan mencolok yang seluruhnya terbuat dari inti batang semacam tanaman tropis. Rumah-rumah ini lebih nyaman daripada rumah-rumah ras-ras lain di Hindia Timur Belanda, dan tampak mewah bila dibandingkan dengan gubuk-gubuk kumuh orang Maori atau rumah-rumah berlantai kerikil orang Samoa.57

Sensibilitas orang Minangkabau dan Eropa mulai melebur; penjelajah-penjelajah pertengahan 1800-an boleh jadi meman­ dang rumah-rumah Minangkabau mengesankan tapi tidak pernah “nyaman”. Namun, serupa dengan Fairchild, seorang perempuan Amerika yang berkeliling di Minangkabau pada 1914 menggambarkan interior rumah-rumah Minangkabau: Di bagian belakang dan ujung-ujungnya ada kamar-kamar tidur, sebuah rumah kadang-kadang berisi sampai 15 kamar. Pada keluarga-keluarga kaya kamar-kamar ini diisi dengan ranjang dan kasur, ditutupi seprai menggantung dengan pinggiran bersulam, yang tampak di dalam setiap rumah Belanda di Hindia Timur. Meja, kursi, lampu gantung, jam, gambar berpigura, mesin jahit, dan grafofon [untuk memutar rekaman silinder berlilin] sering terdapat.58 57 David G. Fairchild, “Sumatra’s West Coast”, National Geographic Magazine 9, no. 11 (1898): 453-454. 58 Carrie Chapman Catt, “A Survival of Matriarchy”, Harper’s Magazine (April 1914): 741.

ISI Sengketa new.indd 131

22/09/2010 23:03:42


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.