Sengketa Tiada Putus: Matriarkat, Reformisme Islam, dan Koloniasme di Minangkabau

Page 138

96

SENGKETA TIADA PUTUS

Gambar 3.1. Penduduk desa Kinali [sic, desa itu mungkin sekali adalah Kinari, di Solok] sekitar 1890. Dari koleksi Koninklijk Instituut voor Taal-, Land-, en Volkenkunde (KITLV), Leiden, Belanda, foto #2986.

suatu keluarga adalah ruang yang sudah ada sejak semula masa. Sementara seorang anak laki-laki menghabiskan banyak waktunya di surau, ritus-ritus pengalihan (rites of passage) sehari-hari terjadi di dalam rumah ibunya dan, kemudian, rumah istrinya. Dengan kehadiran negara kolonial pada 1840-an tibalah intrusi baru. Belanda merasakan kebutuhan obsesif untuk meningkatkan ukuran dan produktivitas keluarga yang bisa dipajaki. Mereka berkampanye melawan praktik-praktik aborsi Minangkabau dan meluncurkan serangan invasif secara medis melawan cacar melalui program pendidikan orang dewasa dan inokulasi anak. Undang-undang Belanda bergabung dengan hukum Melayu dan Islam berusaha mengatur kehidupan di dalam rumah gadang. Dan pada 1920-an, reformis-reformis Islam dan perempuan-

ISI Sengketa new.indd 96

22/09/2010 23:03:39


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.