Manual Pembangunan Sekolah, Untuk Digunakan Sekolah dan Masyarakat

Page 1

MANUAL PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH

Untuk Digunakan Sekolah dan Masyarakat

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah


KATA PENGANTAR Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun yang terdiri atas 6 tahun di tingkat Sekolah Dasar dan tiga tahun di tingkat Sekolah Lanjut Tingkat Pertama memerlukan wadah pendidikan yang baik untuk meni ngk atkan kesempatan belaj ar bagi masyarakat Indonesi a. Pemerintah melalui Proyek Peningkatan Pendidikan Dasar memiliki program yang bertumpu pada masyarakat berupa Pembangunan Unit Sekolah Baru SLTP-MTs (dengan tujuan meningkatkan akses kesempatan belajar siswa SLTP-MTs melalui pembangunan gedung sekolah baru) dan Rehabilitasi Gedung SD-MI (dengan tujuan meningkatkan mutu melalui perbaikan sarana belajar mengajar bagi guru dan siswa-siswi). Diharapkan dengan adanya partisipasi yang aktif, masyarakat dapat belajar untuk mandiri sekaligus menanamkan rasa memiliki terhadap gedung sekolah di daerahnya sendiri. Kita melihat masih banyak terdapat daerah-daerah dimana gedung sekolah untuk sarana belajar mengajar yang ada kurang jumlahnya untuk menampung banyaknya jumlah siswa pada daerah tersebut, maka diperlukan pembangunan unit-unit sekolah baru. Untuk itu diperlukan suatu panduan cara- cara membang un un it sek ol ah baru yang bai k dan benar. Buku Manual Pembangunan Gedung Sekolah ini disusun dengan harapan sekolah dan masyarakat dapat menjadikan buku ini sebagai acuan. Adapun buku manual ini bukan merupakan peraturan baku karena kondisi lokasi, geografis dan klimatologis akan ikut mempengaruhi bentuk gedung sekolah tersebut. Pada akhirnya terima kasih kepada seluruh jajaran Proyek Peningkatan Pendidikan Dasar atas masukkan yang telah diberikan.

i Jakarta, September 2003 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Jakarta

Dr. Ir. Indra Djati Sidi NIP 130672115


DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

.....................................

i

DAFTAR ISI

.....................................

ii

DAFTAR ISTILAH

..................................... iii

1. PENDIRIAN GEDUNG SEKLAH YANG BARU 1.1 Pendahuluan 1.2 Desain bangunan sekolah

..................................... 1 ..................................... 1 ..................................... 2

2. MENDIRIKAN BANGUNAN 2.1 Pemilihan lokasi 2.2 Pemetaan tapak 2.3 Mempersiapkan tapak 2.4 Mengatur tata letak bangunan bag. 1 2.5 Mengatur tata letak bangunan bag. 2

..................................... ..................................... ..................................... ..................................... ..................................... .....................................

3

..................................... 15

PENGGALIAN PONDASI

6 6 6 8 11 13

4. PEMBUATAN ADUKAN SEMEN

..................................... 18

5. PEMBUATAN PONDASI

..................................... 22

6. PEMBUATAN ADUKAN BETON

..................................... 25

7. PEMILIHAN dan PENGGUNAAN TULANGAN

..................................... 30

8. PEMBUATAN SLOOF

..................................... 33

9. PEMBUATAN KOLOM BETON

..................................... 37

10. PEMBUATAN BALOK BETON

..................................... 42

11. PEMBUATAN KOLOM DIATAS BALOK BETON

..................................... 46

12. PEMBUATAN RANGKA KUDA-KUDA ATAP

..................................... 50

13. PEMBUATAN KOLOM dan ATAP KANTILEVER TERAS

..................................... 54

14. PEMASANGAN PENUTUP ATAP

..................................... 58

15. PEMASANGAN PENUTUP ATAP LEMBARAN METAL atau LEMBARAN ASBES

..................................... 60

16. PEMASANGAN PENUTUP ATAP TANAH LIAT

..................................... 65

17. PEMASANGAN SUSUNAN BATA

..................................... 69

18. PEMBUATAN LANTAI

..................................... 73

19. PEMASANGAN PINTU dan JENDELA

..................................... 78

20. PEMASANGAN LANGIT-LANGIT RUANGAN

..................................... 83

21. MEMBERI PLESTERAN PADA DINDING BANGUNAN

..................................... 87

22. PEKERJAAN PENGECATAN

..................................... 90

ii


23. TOILET dan INSTALASI PENYALURANPEMBUANGAN AIR

..................................... 95

24. PEMASANGAN INSTALASI KELISTRIKAN

..................................... 99

25. PEKERJAAN PADA LINGKUNGAN SEKELILING TAPAK BANGUNAN 25.1 Pendahuluan 25.2 Saluran drainase air 25.3 Paving dan jalan setapak 25.4 Dinding penyangga 25.5 Septic tank dan rembesannya 25.6 Persediaan air 25.7 Tempat penyimpanan air 25.8 Sumur 25.9 Pembuangan sampah

..................................... ..................................... ..................................... ..................................... ..................................... ..................................... ..................................... ..................................... ..................................... .....................................

102 102 102 104 105 107 110 111 112 115

iii


DAFTAR ISTILAH Dalam buku manual ini terdapat istilah-istilah teknis konstruksi (misalnya: Bekisting) dan istilah-istilah yang menggunakan bahasa asing (ditandai dengan huruf miring, misalnya: Curing). Untuk memudahkan pembaca untuk mengerti arti istilah yang dipergunakan, maka disusun daftar istilah-istilah berikut definisinya yang sering dipergunakan dalam buku ini. Istilah-istilah tersebut adalah: Adhesive: Zat perekat. Lem. Aanstamping: Batu kali yang dipasang/disusun dibawah pondasi. Fungsinya untuk mengatasi gerakan dinamis tanah/ bumi sehingga tidak merusak pondasi dan struktur diatasnya. Balok Lintel: Balok yang terbuat dari kayu atau beton (1 semen: 2 pasir: 4 kerikil), berfungsi untuk menopang beban dinding diatas bingkai kusen pintu/jendela dan sekaligus mencegah terjadinya retakan rambut diatas bingkai tersebut. Bekisting: Papan cetakan beton. Block: Bahan yang berfungsi sama dengan batu bata tanah liat namun terbuat dari material yang berbeda, misalnya: batako. Block panel: Susunan batu bisa berupa bata atau batako. Blueprint: Denah cetak biru. Cat Emulsion: Cat berbahan dasar air. Chicken Wire: Kawat Ayam. Anyaman kawat. Claw-Hammer: Palu-cakar. Palu yang dilengkapi dengan “cakar” yang berfungsi untuk mencabut paku. Curing: Kegiatan untuk menjaga kelembaban beton saat beton semakin mengeras. Dolak: Tempat pengangkutan dan pengukuran volume bahan/material. Drainase: Parit/got. Ekspose: Dalam kondisi terbuka. Misalnya: “Kayu yang terekspose…” artinya kayu yang kondisinya terbuka atau terlihat langsung tanpa ada lapisan atau apapun yang menjadi penghalang. Fibrecement: Atap yang terbuat dari lembaran asbes. Finishing: Penyelesaian akhir. Satu tahap terakhir sebelum kegiatan konstruksi bangunan berakhir. Misalnya: Pengecetan pada dinding. Glosspaint/weathershield: Jenis cat tahan air. Inbaudoss: Pipa kabel listrik yang ditanam di tembok. Kantilever: Balok yang satu ujungnya terjepit. Ujung lainnya bebas. Meni: Cat da sar u ntu k ka yu da n me tal . Di ap li kasi kan se be lu m me laku kan c at ak hi r. Mesin Molen: Mesin pengaduk beton. Oil Paint: Cat minyak. Paving Block: Block yang digunakan untuk pejalan kaki atau penutup tanah. Plafond: Panel penutup langit-langit. Polyurethane Lacquer: Vernish. Bahan pemoles kayu.

iv


Portland Cement (PC): Sejenis semen untuk membuat adukan beton. Propierty Filler: Cairan yang digunakan untuk perbaikan bagian bangunan yang mempunyai campuran semen, misalnya; dinding, pondasi, dsb. Rehabilitasi: Definisi rehabilitasi disini adalah perbaikan gedung, yang mana perbaikan tersebut sedemikian menyeluruh sehingga bentuk dan fungsi arsitektural yang dicapai setelah direhabilitasi berubah dari kondisi sebelumnya. Perbedaan mendasar definisi “renovasi� dengan “rehabilitasi� adalah; renovasi adalah perbaikan gedung dengan upaya mempertahankan bentuk dan fungsi arsitektural kondisi sebelumnya, sedangkan rehabilitasi tidak. Ring: Cincin atau ikatan kolom yang terbuat dari tulangan besi diameter 6mm berbentuk segi empat. Ring Balok: Balok beton yang terbuat dengan menggunakan perbandingan 1 semen: 2 pasir: 4 kerikil. Fungsinya untuk mengikat struktur kolom dari bagian atas bangunan. Scaffolding: Balok penyangga sementara. Guna mendukung orang dan bahan bangunan selama pembangunan gedung. Seal/Sealant: Lem sambungan rapat. Septic Tank: Tangki penampungan air kotor padat. Sloof: Balok beton diatas pondasi yang terbuat dengan menggunakan perbandingan 1 semen: 2 pasir: 4 kerikil. Fungsinya untuk mengikat struktur kolom dari bagian bawah bangunan. Stek/Starter Bars: Sisa tulangan kolom/balok yang menonjol keluar untuk menyambung tulangan berikutnya. Stop-cock: Alat kontrol penyaluran air induk. Stop-valve: Alat kontrol penyaluran setempat. Tahu Beton/Spacers/Beton Decking: Kotak kecil terbuat dari beton berukuran 25x30x30mm (atau 25x40x40mm) ya ng d iber i dua b uah kawat. Fungsinya untuk menj aga posisi tulan gan be si pada b ekisti ng. Thinner: Larutan ter pentin. Digunakan untuk membersihkan kuas atau permukaan lainnya dari cat. Vibrator: Mesin getar. Digunakan pada papan bekisting untuk mengeluarkan gelembung-gelembung udara. Wastafel: Tempat mencuci tangan. Waterpass: Alat untuk menentukan garis horizontal maupun vertikal dengan menggunakan tabung kaca kecil berisi air. Wheelbarrow: Kereta dorong berfungsi untuk mengangkut dan mengukur volume semen, pasir, dsb.

v


1.1 Pendahuluan Sebelumnya, pendirian gedung sekolah merupakan tanggung jawab dari pemerintah daerah dan dilaksanakan oleh kontraktor bangunan lokal yang diawasi pelaksanaannya oleh Departemen Tenaga Kerja. Namun proses ini dalam banyak kasus menghasilkan kualitas konstruksi bangunan yang buruk. Oleh sebab itu beberapa proyek pembangunan gedung sekolah akhirakhir ini menggunakan komite sekolah untuk mengelola atau menjalankan pembangunan gedung sekolah. Sebagaimana pemerintah secara bertahap meningkatkan tanggung jawab pengelolaan sekolah kepada masyarakat, metode pembangunan gedung sekolah menjadi semakin umum dan manual ini telah dirancang untuk menjadi panduan baik bagi sekolah maupun masyarakat untuk mengatur dan melaksanakan pekerjaan tersebut. Sementara itu, baik staf sekolah maupun anggota masyarakat tidak dapat diharapkan sepenuhnya untuk menggantikan tugas dari kontraktor bangunan, biasanya ada beberapa anggota masyarakat yang mempunyai keahlian tertentu seperti perancang bangunan, pekerja bangunan, ataupun

1. PENDIRIAN GEDUNG SEKOLAH BARU insinyur yang dapat membantu sekolah dan masyarakat untuk melaksanakan tugas tersebut. Manual ini dipergunakan sebagai panduan bagi pembangunan unit kelas sekolah standar. Unit ini dapat dikombinasikan untuk berbagai variasi bentuk bangunan sekolah standar yang dapat dikerjakan dengan mudah dan ekonomis konstruksinya, dengan menggunakan bahan-bahan material lokal dan bila dibangun secara benar, kuat dan dapat bertahan lama sehingga dapat berfungsi dengan baik. Manual ini juga menjelaskan tahap-tahap utama yang diperlukan untuk mendirikan bangunan melalui kumpulan instruksi-instruksi dan ilustrasi yang mudah untuk diikuti.

1


Tahap-tahap, instruksi, dan ilustrasi ini tidak hanya berhubungan dengan unit-unit kelas bangunan sekolah dalam manual ini, namun juga bagi sekolah-sekolah umumnya yang akan dibangun diseluruh Indonesia bagaimanapun desainnya dan dapat digunakan bagi siapa saja yang berkepentingan dengan pembangunan fasilitasfasilitas baru untuk sekolah. Selain manual pelaksanaan konstruksi gedung sekolah ini, terdapat dua manual lagi yang melengkapinya, yaitu manual rehabilitasi gedung sekolah yang sudah ada, serta manual pemeliharaan gedung sekolah setelah dibangun. Ketiga manual ini diharapkan dibaca secara bersamaan. 1.2 Desain Bangunan Sekolah Desain bangunan ruang-ruang kelas sekolah dengan biaya efektif telah dipersiapkan yang secara umum mudah dikerjakan oleh masyarakat untuk dibangun (lihat ilustrasi 1.2-1.5). Walaupun serupa dengan desain tradisional, namun rancangan tersebut telah mengalami berbagai perubahan, baik untuk mempermudah pengerjaan konstruksi, maupun untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang sering terjadi pada desain sebelumnya.

2

Perubahan ini diantaranya: . Memperendah jarak antara ring balok dengan kusen jendela/pintu dengan maksud dapat berfungsi sebagai lintel dan juga ring balok, sekaligus mencegah keretakan dari dinding. . Menambah jarak daerah kanopi pada bagian belakang bangunan untuk memperluas area yang terlindungi dari hujan dan panas. . Menambah dimensi ukuran pada semua kolom dan balok beton (kecuali balok lantai untuk daerah teras) menjadi 20cm x 20cm yang diperkuat dengan 4 tulangan besi dengan diameter No. 12mm. Ini akan mempermudah proses penuangan semen, mendapatkan daerah tulangan yang tertutup semen secara memadai, serta kualitas beton yang lebih baik secara keseluruhan. Ruang-ruang kelas standar dapat dikombinasikan dalam berbagai cara untuk memenuhi keb ut uhan yang s pesi fi k dari masi ng -m as i ng sek ol ah. Dua buah variasi dari bangunan ruang kelas standar dapat dilihat pada ilustrasi. Pada ilustrasi pertama (1.2) dengan tiga ruang kelas dan toilet pada bagian belakang. Pada ilustrasi kedua (1.3) dengan tiga ruang kelas tanpa toilet.


Untuk membimbing komite sekolah dalam pembangunan unit-unit ruang kelas, terdapat daftar bahan-bahan bangunan yang diperlukan untuk pembangunan ruang kelas standar, tiga ruang kelas dengan toilet, dan tiga ruang kelas dengan ruang kantor. (lihat lampiran) Beberapa bahan bangunan yang berbeda yang dapat dipergunakan, antara lain : . Bata atau block ( concr ete block, batako, dsb) untuk di ndi ng. . Genteng tanah liat, genteng metal berprofil, atau genteng asbes untuk atap. . B eton , k erami k b ergl azur, at au s l ab beton untuk l an tai . Manual ini menggambarkan konstruksi dari bangunan ruang kelas tipikal menggunakan bata atau block untuk dinding, dan genteng metal berprofil, atau genteng tanah liat untuk atap, namun dapat digunakan material bangunan yang lain sebagai pengganti tergantung ketersediaan daerah masing-masing tanpa mempengaruhi metode dasarnya.

3

Ilustrasi 1.1 Bangunan ruang kelas tipikal


9.00

9.00

9.00

Ruang kelas

Ruang kelas

3.00

Ruang kelas

KM/WC

7.00

2.00

Teras

Ilustrasi 1.2 Contoh denah bangunan ruang kelas tipikal dengan km/wc

4

9.00

9.00

7.00

2.00

Ruang kelas

Ruang kelas

Teras

Ilustrasi1.3 Contoh denah bangunan ruang kelas tipikal

9.00

Ruang kelas


Ilustrasi 1.4 Tampak depan bangunan sekolah

5

Gambar 1.5 Tampak samping bangunan sekolah


2.1 Pemilihan Lokasi Lokasi untuk bangunan sekolah baru harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: . Luas lahan minimal 6.000 m2 dengan ruang yang cukup untuk bangunan sekolah, arena bermain, dan pengembangan di masa depan yang mungkin diperlukan. . Memiliki akses yang mudah yang dapat dilalui dengan berjalan kaki bagi sebagian besar siswa-siswi yang akan bersekolah. . Akses yang mudah bagi persediaan air bersih. Lokasi harus: . Datar dan tidak pada l okasi rawan banj ir. . Berada cukup jauh dari sumber kebisingan (jalan raya, rel kereta, dsb). . Berada cukup jauh dari sumber bau (tempat pembuangan sampah, limbah, dsb) . Memiliki keadaan tanah yang baik untuk daya dukung bangunan, tidak lunak maupun berbatu-batu yang memerlukan perlakuan khusus sehingga tidak memerlukan biaya lebih bagi pembuatan pondasi.

6

Ilustrasi 2.1 Contoh tapak untuk pembangunan USB

2. MENDIRIKAN BANGUNAN Maka lokasi yang tepat untuk mendirikan bangunan sekolah yang baru, harus memiliki lahan yang cukup luas untuk mendirikan dua bangunan, masing-masing dengan tiga ruang kel as, ruang bermai n, serta l ahan unt uk pengembangan di masa datang, serta berada di lokasi yang tenang. Keadaan tanah pada lokasi harus memiliki daya dukung bangunan yang baik, daerah datar yang cukup luas untuk bangunan sekolah dan lapangan bermain, serta memiliki saluran air (drainase) alami yang baik.

Tapak Terpilih


2.2 Pemetaan Tapak/Zonasi Pada waktu mengatur perletakan bangunan pada tapak, terdapat beberapa aturan yang harus diikuti, yaitu sebagai berikut: . Mengatur orientasi dari bangunan sehingga jendela- jendela menghadap ke arah utara-selatan (dengan cara antara lain meletakkan panjang bangunan membujur ke arah timur-barat) untuk mengurangi jumlah sinar matahari yang masuk ke ruang kelas. Apabila memungkinkan, bangunan dapat diorientasikan secara diagonal setidaknya 15 derajat dari garis lintang barat-timur. Teknik seperti ini dapat mengoptimalkan cahaya pagi yang masuk dan mengurangi panas matahari di siang hari tanpa mengurangi aksesibilitas penghawaan. Apabila panjang bangunan tidak dapat dibangun membujur ke arah timur-barat (karena alasan kondisi topografi, orientasi view, dsb), maka bagian bangunan yang terekspose panas matahari dapat diatasi dengan menggunakan bantuan pepohonan, kanopi, dsb. . Meletakkan bangunan ruang kelas pada bagian pinggir tapak dengan lapangan bermain, taman, dsb berada di depannya. Hal ini dimaksudkan agar memberi lebih banyak privasi dan menjaga ruang kelas dari suara-suara yang mengganggu seperti suara dari j al an raya, dl l. R. Guru Ar eal pengembangan masa depan Lab

Ruang Kelas

Ruang Kelas dan Lab Posisikan bangunan membujur ke arah timur-barat untuk menghindari panas matahari. Apabila tidak memungkinkan, gunakan pepohonan atau kanopi untuk mengatasi panas matahari. Lapangan Bendera

R. Administrasi

Parkir dan Halaman Depan Jalan/Akses

Ilustrasi 2.3 Pemetaan pada tapak/Zonasi

R. Kantor/ Administrasi Jaga jarak antara R. Kelas atau R. Administrasi dengan jalanan untuk menjaga ketenangan.

7


. Meletakkan sumur persediaan air bersih minimal 10m dari septic tank toilet sekolah. . Memperhatikan kontur dari tapak, dan tidak meletakkan bangunan pada daerah yang rendah dimana air dapat berkumpul atau pada tanah yang lunak. Bangunan harus berada pada lokasi tapak yang memungkinkan air seperti air hujan maupun cucuran atap mengalir menjauhi bangunan. . Hindari meletakkan masing-masing bangunan ruang kelas terlalu berdekatan satu sama lain, untuk menghindari suara dari ruang kelas yang satu mengganggu kegiatan belajar kelas yang lain. Jarak minimum 20 meter sudah mencukupi. . Hindari meletakkan bangunan sekolah terlalu dekat dengan pepohonan, dimana akar pohon tersebut dapat merusak pondasi bangunan, atau dahannya dapat merusak atap. Walau demikian pohon sebanyak-banyaknya harus dipertahankan untuk memberi keteduhan pada tapak. 2.3 Mempersiapkan Tapak Membersihkan lahan tapak dari semak-semak serta tanaman-tanaman liar seh i ng g a b angu nan dapat di per si apk an unt uk di bang un.

8

Mempertahankan pohon- pohon besar yang memiliki letak strategis (mempunyai jarak yang cukup dari rencana lokasi bangunan) untuk memberikan keteduhan pada area tapak.

Direksi keet pada tapak

Ilustrasi 2.4 Membersihkan tapak dari semak-semak dan tanaman liar


Orientasikan bangunan menghadap utara-selatan. Hal ini paling baik dilakukan dengan bantuan kompas, tetapi bila tidak tersedia kompas dapat dilakukan oleh orang yang mengawasi pelaksanaan dengan cara berdiri dengan tangan dibentangkan. Tangan kiri menunjuk ke arah matahari terbit, sedangkan tangan kanan menunjuk ke arah matahari terbenam. Maka orang tersebut akan menghadap arah selatan dan teras/beranda dari bangunan sekolah tersebut haruslah menghadap ke arah tersebut. Kanopi dari teras bangunan tersebut akan memberi keteduhan pada jendela-jendela bangunan sekolah sepanjang hari.

Mengingat bahwa Indonesia terletak di daerah tropi s, maka pertimbangan perancangan sebaiknya memperhatikan kondisi klimatologis sebagai konsep dasarnya.

Utara

Timur Barat

Selatan

Utara

Kemiringan + 15 0

Timur Barat Selatan

Ilustrasi 2.5 Orientasi bangunan menghadap utaraselatan

Berdasarkan penelitian,bangunan di daerah tropis sebaiknya meletakan bagi an bangunan yang memanjang membujur ke arah timur-barat. Hal ini untuk mengurangi akumulasi panas yang menerp a badan bang unan dan mengoptimalkan penghawaan alami yang berasal dari arah sel at an. Namun karena sinar matahari hanya menyinari bagian terpendek dari bangunan, maka bidang bangunan yang ada bukaan jendelanya justru tidak menerima pencahayaan alami yang cukup di pagi hari. Oleh sebab i tu, peneli t ian meng anjurk an unt uk mem ir i ngk an bad an bang unan setidaknya 15 derajat dari bujur timurbarat untuk menerima cahaya yang cukup di pagi hari, mengurangi terpaan panas dan mengoptimalkan penghawaan alami.

9


Posisikan bangunan pada tapak dan beri tanda pada setiap sudut bangunan. 0 Bangunan harus membentuk sudut 90 pada sudutnya. Pada saat mengukur sudut gunakan pengukur besi yang besar atau dengan metode phytagoras 3-4-5. Tanah bagian atas serta tumbuhan tempat masing-masing bangunan akan didirikan beserta jarak minimum 2 meter di sekeliling bangunan dibersihkan. Tanah sisa tersebut kemudian ditumpuk pada daerah yang tidak akan mengganggu proses pembangunan gedung untuk sewaktu-waktu dapat digunakan di masa datang. Area di sekeliling bangunan akan diperlukan sebagai ruang bekerja pada saat konstruksi.

5

4 3

Ilustrasi 2.6. Dimensi phytagoras 3-4-5

Penting untuk menggali dan membuang akar-akar pohon serta membersihkan tumbuhan-tumbuhan (vegetasi) yang berada pada sekitar tapak gedung yang akan dibangun. Akar-akar tumbuhan yang tertinggal akan menyebabkan permukaan lantai yang tidak rata serta dapat merusak pondasi bangunan yang akan membutuhkan biaya yang sangat tinggi untuk memperbaikinya. Setiap sarang rayap maupun serangga-serangga lain yang ditemukan harus digali serta dimusnahakan. Perhatikan:

10

. Orientasikan arah hadapan bangunan men gh a da p u ta ra -sela t an bi la memungkinkan. . Bersihkan bagian atas tanah dan tumbuh-tumbuhan (vegetasi) pada area tapa k d an sekelilin gnya dima na bangunan akan berdiri. . Gali dan buang semua akar-a kar tumbuhan yang ada pada area tapak dan sekitarnya. . Musnahkan semua sarang rayap dan serangga.


2.4 Mengatur Tata Letak Bangunan bag.1 Setelah membersihkan lahan tapak dan menetapkan posisi bangunan, maka letak bangunan harus diatur/ditata. Bowplank kayu dipasak pada setiap rencana sudut bangunan pada jarak sekitar 1 meter diluar area rencana bangunan. Bowplank terdiri dari dua bagian vertikal yang dipasak serta bagian horizontal berupa papan kurang lebih 1.5 m yang dipaku pada bagian atas kedua tiang vertikal dengan tinggi antara 50-80 cm (lihat ilustrasi 2.6). Posisi sudut bangunan bagian luar ditandai dengan menggunakan benang/tali panjang, bagian ujungnya kemudian ditandai dengan menggunakan paku yang ditanam pada bagian atas papan horizontal. Benang/tali kemudian diikatkan pada paku tersebut dan dihubungkan ke sudut bangunan lainnya. Sebelum melakukan proses tata letak selanjutnya, adalah penting sekali garis luar (outline) bangunan diperiksa sudutnya untuk membentuk sudut 90 0 yang akurat. Cara paling mudah untuk melakukan hal ini adalah memeriksa diagonalnya. Bila sudut bangunan sudah 90 0 maka perhitungan phytagorasnya akan tepat (32 +4 2 =52 ). Bila setelah diperiksa sudutnya tidak tepat maka posisi tanda pada sudut tersebut harus diatur kembali sampai perhitungan diagonal yang benar dan garis luar bangunan membentuk posisi sudut dengan tepat 900 .

+ 0.50 - 0.80 Ilustrasi 2.6 Dimensi Bowplank

11


Benang/tali yang terikat pada paku kemudian dapat digunakan sebagai tanda bagian luar dan batas dinding bangunan serta pondasi. Bowplank yang lain kemudian dapat diletakkan dengan perlakuan yang sama pada tiap sudut. Bowplank diperlukan untuk pengerjaan tembok antara, kolom, dan pondasi. Bowplank harus lurus dan sejajar dengan permukaan laut. Bila permukaan tanahnya turun atau naik maka ketinggian bowplank harus disesuaikan sehingga cara menaikkan atau menurunkannya. Bowplank yang saling berseberang an harus sej aj ar pada s el uruh t apak b ang unan. Perhatikan: . Semua bowplank harus lurus dan sejajar dengan bowplank yang berseberangan. . Pele ta kka n su du t-su dut b an gu na n h ar us a ku rat . . Tata letak bangunan pada tapak harus diperiksa secara cermat unt uk memb ent uk 900 pada tiap su dutnya .

12

Benang yang ditarik dari bowplank yang satu ke bowplank yang lainnya sesuai dengan rencana axis bangunan.

Bandul untuk menentukan axis

Apabila sudut rencana bangunan sudah 90 0, maka perhitungan phytagorasnya akan tepat (3 2 + 42 = 52). Ilustrasi 2.7 Menentukan garis bangunan dengan bowplank


2.5 Mengatur Tata Letak Bangunan bag.2 Tandai posisi setiap pondasi, dinding, dan kolom pada bowplank. Dimulai dari sudut dengan menggunakan paku dan benang/tali yang ditarik untuk menandai posisi bagian luar pada setiap pondasi, dinding,dan kolom pada bagian atas papan bowplank.

Area rencana penggalian pondasi

Pengerjaan ruang kelas dapat dikerjakan secara menyeluruh atau per kelas. Apabila dikerjakan per kelas, buat garis panduan outline ketiga kelas tsb, kemudian buat garis panduan lebih detail pada ruang kelas yang dikerjakan. Benang outline keseluruhan R. Kelas

13 Ilustrasi 2.8 Menentukan pondasi dengan bowplank

Hubungkan masing-masing paku pada setiap pertemuan sudut dengan benang/tali untuk menandai garis batas luar pada semua pondasi dan beri garis pada tanah sebagai tanda garis luar pondasi. Untuk menandai sudut-sudut pondasi dapat digunakan dengan cara menggantungkan bandul yang diikatkan vertikal pada tiap- tiap sudut pertemuan benang. Kemudian garis luar bangunan beserta sudut pertemuan ini diberi tanda di permukaan tanah dengan menggunakan taburan pasir atau dengan mencongkel permukaan tanah tersebut dengan sekop.


Setelah pengerjaan bowplank selesai, ketinggian lantai bangunan harus ditentukan. Ketinggiannya ini minimal 30 cm dari permukaan tanah tertinggi (lebih tinggi apabila keadaan tanah basah/becek). Pancang tiang dengan ukuran kurang lebih 50cm pada bagian tanah tertinggi diluar garis bowplank. Ditanam hingga tinggi permukaan tiang dari tanah 30cm. Tinggi tiang ini akan menjadi pat okan bagi pengerj aan tinggi lantai bangunan. Pada saat garis pondasi telah ditandai pada tanah, tali/benang dapat dilepas untuk tidak menghalangi proses pengerjaan . Jika diperlukan untuk memeriksa garis pondasi maka tali/benang tersebut dapat kembali diikatkan pada pakupaku di tiang bowplank.

bowplank

benang

14

Ilustrasi 2.9 Menentukan garis lebar lubang pondasi dengan bowplank


P ondasi bangunan

pada umumnya terdiri dari batu-batu besar yang dikombinasikan dengan pasir dan adukan semen (1 bagian semen : 4 bagian pasir) tergantung volume. Pondasi batu terdiri dari batu-batu besar yang disusun dengan alas pasir. Pada lahan yang memiliki tanah lunak, tidak stabil, maupun basah, bangunan harus menggunakan pondasi khusus. Jenis pondasi tersebut tidak akan dibahas karena berada di luar lingkup manual ini. Tenaga teknis yang berkualitas diperlukan untuk menentukan desain dari pondasi. Pondasi dapat berupa pondasi beton dengan tulangan besi untuk kolom, pondasi rafting, dsb. Tergantung dari keadaan masing-masing tapak. Pondasi yang digunakan bangunan sekolah pada manual ini adalah pondasi menerus (lajur) batu kali. Lebar galian lubang untuk pondasi batu kali yang normal adalah 80-100 cm dengan kedalaman minimal 110 cm diukur dari lantai yang sudah jadi (diukur dengan menggunakan tiang ukuran tinggi lantai). Sisi dari lubang pondasi dapat dipotong tegak lurus maupun miring, dan bagian bawahnya rata. Jika lahan miring, maka galian pondasi dibuat mengikuti kontur/bertingkat dengan masi ng- masi ng lubang pondasi ho ri zont al dan sej aj ar.

3. PENGGALIAN PONDASI Fill Cut

Ilustrasi 3.1

Jika lahan miring, maka galian pondasi dibuat mengikuti kontur/bertingkat dengan menggunakan teknik cut and fill.

15


Gunakan water pass untuk mendapatkan lubang yang horizontal yang rata. Jika kemiringan lahan besar, maka bangunan harus dibagi menjadi 2 bagian dengan ketinggian lantai yang berbeda, untuk menjaga agar pondasi letaknya tidak terlalu tinggi. Tinggi permukaan pondasi yang muncul diatas tanah tidak melebihi 120 cm dari permukaan tanah. Gali pondasi sampai permukaan tanah keras. Pondasi harus sel alu dibuat diatas permukaan tanah keras. Pembuatan pondasi pada tanah yang lunak sering menyebabk an pondasi tidak berfungsi baik dan mengak ibatkan runtuhnya di nding atau kolom. Dasar dari galian harus dijaga kebersihannya, bebas dari reruntuhan sisa-sisa bahan bangunan. Jika terjadi hujan sebelum pondasi jadi, keringkan dasar pondasi dari sisasis a ai r huj an, dan k otoran- kotoran lai nnya.

16

Tumpuk sisa-sisa tanah dari penggalian pondasi didalam garis tapak, yang akan digunakan kemudian untuk menimbun kembali di sekeliling lubang pondasi dan dibawah lantai.

Bowplank

Ilustrasi 3.2 Awal penggalian pondasi

Daerah yang digali

Ilustrasi 3.3 Potongan galian pondasi

Ilustrasi 3.4 Penggalian pondasi menerus


Perhatikan: . Dasar dari pondasi haruslah berada pada tanah keras. . Mintalah pendapat dari ahli jika keadaan tanah sangat lunak atau basah.

Setelah benang pada bowplank dilepaskan, penggalian pondasi dapat dilakukan Tumpuk tanah galian untuk digunakan sebagai tanah urug

17

Ilustrasi 3.5 Proses penggalian pondasi

Beri anti-rayap pada permukaan lubang pondasi


Sebelum melanjutkan pada tahap pembuatan pondasi, dimana akan diperlukan adukan semen, terdapat beberapa panduan yang harus diikuti dalam pembuatan adukan semen yang dapat dilakukan secara manual (tanpa mesin), yang umumnya digunakan pada pembangunan gedung sekol ah, atau deng an menggunakan mesin pengaduk (molen). Adukan semen akan diperlukan untuk membuat pondasi, dinding, lantai, dan juga plesteran dinding.

Ilustrasi 4.1 Dolak

Ada beberapa masalah yang berhubungan dengan mencampur campuran/adukan semen secara manual, yaitu: 1) Bahan-bahan tidak tercampur secara baik pada saat kering, sebelum diberi air. 2) Komposi si dan volume bahan adukan yang digunakan tidak tepat. Adukan semen untuk pembuatan pondasi, penyusunan bata atau block adalah 1 bagian semen: 4 bagian pasir.

18

Ilustrasi 4.2 Contoh wadah/bak pengangkut dan pengukur bahan/material bangunan atau dolak. Kapasitas muatan dolak adalah 1 sak semen

4. PEMBUATAN ADUKAN SEMEN Adukan semen untuk plesteran dinding dapat memakai perbandingan yang sama yaitu 1 semen: 4 pasir. Adukan semen trasraam untuk daerah basah memakai perbanding an mi nim al 1 s em en : 3 pasir. Adukan untuk menempel keramik pada lantai dan tegel plint, mempunyai perbandingan 1 semen: 3 pasir. Bahan-bahan tersebut harus dihitung berdasarkan volume, dianjurkan dengan meng gunakan wadah khusus yang cukup besar untuk menampung 1 sak semen, atau dengan menggunakan k eranjang. Pengukuran untuk campuran adukan harus tepat.

Ilustrasi 4.3 Bahan adukan semen yaitu semen dan pasir


Pasir yang digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu.Untuk menyusun bata dan plesteran gunakan pasir yang memiliki butiran halus, sedangkan untuk menempel keramik gunakan pasir dengan butiran yang kasar. Jangan menggunakan pasir laut kecuali t el ah b enar - ben ar di cu ci /d i ber si h k an. 1.5m- 2m 1.5m- 2m Ilustrasi 4.4 Tempat pengadukan semen

Campur adukan pada wadah yang bersih dan tidak diatas tanah. Dasar wadah sebaiknya terbuat dari semen atau papan tripleks dan cukup besar untuk menampung adukan sebanyak yang dapat diaduk secara manual. Buat adukan hanya sebanyak yang dapat dilakukan secara manual dan akan habis dipakai dalam waktu kurang dari satu jam. Campur adukan pada saat bahan-bahan berada dalam keadan kering sebelum dicampur dengan air dan aduk sampai didapat warna abu-abu yang merata.

Ilustrasi 4.5 Campur bahan-bahan adukan dalam keadaan kering

Pada saat adukan telah berwarna abu-abu secara merata, tambahkan air sedikit demi sedikit dan terus diaduk pada saat yang bersaman, jangan menyisakan adukan untuk ditambahkan air kemudian. Untuk mendapatkan kekuatan maksimal gunakan volume bahan yang tepat sampai mencapai hasil adukan yang cukup mudah untuk digunakan. Volume bahan yang tidak tepat dal am adukan semen akan mengakibatkan k ekuat an semen berkurang. Ilustrasi 4.6 Tambahkan air sedikit demi sedikit secara perlahan dalam jumlah kecil dan terus diaduk

19


Pada beberapa daerah telah tersedia mesin pengaduk untuk mencampur bahan-bahan tersebut yang umumnya disebut mesin molen. Dengan mesin pengaduk ini adukan yang dihasilkan akan lebih baik kual itasnya. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan mesin ini, yang pertama harus dilakukan adalah memasukkan air ke dalam mesin tersebut, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pemampatan yang mengakibatkan kerusakan pada mesin tersebut, setelah itu masukkan semen sedikit demi sedikit kemudian bahan-bahan berikutnya seperti pasir, kerikil, dsb. Setelah semua bahan tercampur dalam mesin molen, yang terakhir dilakukan adalah kembali memasukkan air sedikit demi sedikit sehingga tercapai kekentalan yang diinginkan. Buat adukan hanya sebanyak yang akan habis dipakai dalam waktu kurang dari satu jam. Perlu diingat pada saat penuangan bahan dan pengadukan, tabung pengaduk beton berada dalam keadaan miring. Jika tabung dalam posisi tegak maka pengadukan tidak dapat berjalan karena tabung pengaduk beton selalu berputar dalam keadaan miring.

20

Semua bahan yang mengandung semen memerlukan waktu tertentu sebelum mencapai kekuatan maksimumnya (kurang lebih 1 minggu), pada periode ini adukan semen harus dijaga kelembabannya pada keadaan agak basah (curing).

Masukan material kedalam tabung pengaduk dalam posisi miring.

Ilustrasi 4.7 Mesin pengaduk (molen)


Perhatikan: . Gunakan alas/wadah yang bersih pada saat mengaduk campuran semen. . Ukur perbandingan bahan-bahan campuran adukan semen dengan tepat berdasarkan volume. . Campur bahan-bahan adukan semen dalam keadaan kering sebelum ditambahkan air. . Gun akan volume air yang tep at pad a adukan sesuai keperluan sampai mencapai hasil adukan yang cukup mudah untuk digunakan dalam pengerjaan.

21


Pada saat pengerjaan lubang galian pondasi telah selesai dilakukan, maka bagian paling dasar dari lubang pondasi diberi lapisan pasir yang dipadatkan setebal 10cm, diatasnya diberi lapisan batu besar/kali yang dipadatkan setebal 20cm. Kemudian pada bagian paling atas diberi lapisan batu kali dengan adukan semen dan pasir dengan perbandingan 1:4 hingga mencapai ketinggian pondasi sepenuhnya (lihat ilustrasi 5.1). Pondasi berbentuk trapesium memiliki lebar 65cm pada bagian dasar, dan mengecil hingga 35cm pada bagian atasnya. Pondasi memiliki ukuran ketinggian kurang lebih 80cm dan lebih dalam lagi bila lahannya miring. Pada bagian teras menggunakan pondasi dengan lebar 65cm pada bagian dasar, dan mengecil hing ga 35cm pada bagian atasnya membentuk trapesium. Namun pondasi teras memiliki ketinggian yang berbeda yaitu 60 sampai 70cm, sehingga nanti ketinggian lantai pada teras akan lebih rendah daripada ruang kelas. Untuk mempermudah konstruksi, sloof memiliki ukuran dimensi panjang dan lebar yang sama dengan kolom sehingga tidak perlu menambah ukuran pondasi di bawah kolom.

22

5. PEMBUATAN PONDASI


Pondasi dibuat dari batu besar/kali yang disusun saling s ilang, deng an perekat campuran semen dengan perbandingan 1 semen: 4 pasir (li hat ilustrasi 5.1). Gunakan pasir yang bersih dan bagus untuk campuran adukan. Gunakan volume bahan yang tepat pada adukan sesuai keperluan sampai mencapai hasil adukan yang cukup mudah untuk digunakan dalam pengerjaan. Campuran adukan semen yang ti dak tepat volumenya akan menghasilkan beton yang tidak kuat!

Ilustrasi 5.2 Penggalian lubang pondasi

Ilustrasi 5.3 Penyusunan batu kali

Ketika pengerjaan pondasi telah selesai, tutup bagian atas dari pondasi dengan adukan semen. Tingginya hingga mencapai batas pondasi, dan horizontal diukur dengan menggunakan waterpass. Diamkan pondasi selama seminggu hingga seluruh campuran adukan semennya mengeras. Keringkan sisasisa air yang tertinggal di sekitar lubang pondasi. Kemudian timbunlah sisi-sisi dari pondasi dalam lubang galian dengan tanah dari sisa galian. Timbun secara bertahap, setiap 15 cm lapisan dipadatkan. Penimbunan harus dilakukan secara bersamaan pada kedua sisinya (jangan menimbun hanya pada satu sisi karena akan menyebabkan kerusakan pada pondasi). Pastikan untuk memadatkan setiap 15 cm timbunan sebelum mengerjakan lapisan berikutnya. Sisasisa gal ian yang masih ada dapat digunak an untuk menimbun bagian bawah dari lantai. Perhatikan: . Gunakan selalu pasir dan batu besar/kali yang telah dibersihkan. Hindari penggunaan pasir laut. . Atur letak batu kali dalam pondasi sehingga saling silang seperti pada susunan bata.

Ilustrasi 5.4 Pemberian adukan pada susunan batu kali pada pondasi

23


. Dia mka n ponda si selama seminggu sampai adukan se mennya me nge ra s sebe lu m men imb un kemba li. . Timbu nlah seca ra berta hap set iap 1 5cm kemu dian dipadatkan pada kedua sisi pondasi.

Pondasi batu kali Aanstamping Pasir

Ilustrasi 5.5 Potongan perspektif pondasi

Tanah keras

24

Ilustrasi 5.6 Pemasangan batu kali pada lubang pondasi


Sebelum melanjutkan pada tahap pembuatan sloof, dimana akan diperlukan adukan beton, terdapat beberapa panduan yang harus diikuti dalam pembuatan adukan beton yang dilakukan secara manual (tanpa mesin), yang umumnya di gunak an pada pembangunan gedung sekolah.

Ilustrasi 6.1Material pasir dan kerikil

Ilustrasi 6.2 Material pasir halus dan kasar

Ada dua macam beton yang akan di gunakan untuk bangunan gedung sekolah: 1) Beton padat atau beton tanpa penguatan/tulangan atau disebut juga beton pengisi struktural/rabat beton. 2) Beton dengan penguatan atau beton bertulang, dengan tulangan besi disebut juga beton struktural. Ada beberapa masalah yang berhubungan dengan mencampur campuran/adukan beton secara manual, yaitu: 1) Bahan-bahan tidak tercampur secara baik pada saat sebelum diberi air. 2) Volume bahan yang tidak tepat pada adukan beton. 3) Adukan beton tidak terpadatkan secara merata ketika dituang ke dalam kerangka cetakannya karena tidak tersedianya mesin getar (vibrator).

6. PEMBUATAN ADUKAN BETON Ada beberapa cara yang digunakan dalam desain untuk mengatasi masalah ini: 1) Penyesuaian komposisi bahan pada adukan beton sehingga kekuatannya bertambah. 2) Ukuran dari kol om dan balok diperbesar, untuk mendapatkan kekuatan yang memadai untuk konstruksi. Campuran adukan untuk beton padat tanpa tulangan memiliki perbandingan 1 bagian semen, 3 bagian pasir, dan 5 bagian kerikil. Ilustrasi 6.3 Penyimpanan semen dengan diberi alas

Campuran adukan untuk beton bertulang memil iki perbandingan 1 bagian semen, 2 bagian pasir, dan 3 bagian

25


Bahan-bahan tersebut harus dihitung berdasarkan volume, dianjurkan dengan menggunakan wadah khusus yang cukup besar untuk menampung 1 sak semen. Bila menggunakan kereta dorong (wheelbarrow) untuk mengukur volume, kosongkan kereta dorong masukkan satu sak semen kedalamnya kemudian tandai batasnya. Gunakan tanda ini untuk kemudian mengukur volume bahan. Semen harus baru berupa semen Portland, tidak menggumpal atau keras. Semen yang menggumpal atau mengeras tidak dapat digunakan. Semen pada saat penyimpanan sebaiknya tidak ditaruh langsung diatas permukaan tanah, tutupi semen agar terhindar dari lembab. Pasir yang digunakan untuk adukan beton harus bersih, memiliki butiran yang kasar (bukan pasir halus). Hindari peng gunaan pasir laut. Kerikil yang digunakan merupakan batuan yang dipecah atau dari kerikil (split) yang berasal dari sungai. Semua kerikil (split) harus bersih dan memiliki diameter rata-rata 20mm dan maksimum 25mm atau umumnya di pasaran sering disebut split 1/2 atau 2/ 3.

26

Untuk pembuatan adukan secara manual, campur adukan beton pada wadah yang bersih dan tidak diatas tanah. Dasar wadah sebaiknya terbuat dari semen atau papan tripleks dan cukup besar untuk menampung adukan sebanyak yang dapat diaduk secara manual.

Ilustrasi 6.4 Membuat adukan beton pada suatu wadah. Campur minimal sampai tiga kali sehingga bahanbahan tercampur merata.


Buat adukan beton hanya sebanyak yang dapat dilakukan secara manual dan akan habis dipakai dalam waktu kurang dari satu jam. Campur bahanbahan adukan beton dalam keadan kering sebelum dicampur dengan air dan aduk sampai didapat warna abu-abu yang merata. Setelah warna adukan beton sudah mulai merata abu-abu, tambahkan air sedikit demi sedikit dan terus diaduk pada saat yang bersaman, jangan menyisakan adukan untuk ditambahkan air kemudian. Dan kembali campuran beton tersebut harus diaduk setidaknya 3 kali sebelum digunakan. Untuk mendapatkan kekuatan maksimal gunakan volume bahan yang tepat sampai mencapai hasil adukan yang cukup mudah untuk digunakan. Volume bahan yang tidak tepat dalam adukan beton akan mengakibatkan kekuatan beton berkurang. Bila terdapat mesin pengaduk (molen) maka dianjurkan untuk menggunakan mesin ini karena adukan yang dihasilkan akan lebih baik kualitasnya.

Tabung aduk

Motor

Roda pembalik tabung

27

Kunci roda pembalik

Kerangka Roda mesin aduk

Batang tarik mesin

Ilustrasi 6.5 Mesin pencampur adukan (molen)


Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan mesin ini, yang pertama harus dilakukan adalah memasukkan air ke dalam mesin tersebut, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pemampatan yang mengakibatkan kerusakan pada mesin tersebut, setelah itu masukkan semen sedikit demi sedikit kemudian bahan-bahan berikutnya seperti pasir, kerikil, dsb. Setelah semua bahan tercampur dalam mesin molen, yang terakhir dilakukan adalah kembali memasukkan air sedikit demi sedikit sehingga tercapai kekentalan yang diinginkan. Perlu diingat pada saat penuangan bahan dan pengadukan, tabung pengaduk beton berada dalam keadaan miring. Jika tabung dalam posisi tegak maka pengadukan tidak dapat berjalan karena tabung pengaduk beton selalu berputar dalam keadaan miring. Pada saat adukan beton dituang pada cetakkannya, tusuk-tusuklah beton dengan menggunakan batang baja tulangan atau alat lain yang menyerupai untuk memampatkan dan memastikan tidak ada gelembung-gelembung udara yang tertinggal dalam adukan yang akan mengurangi kekuatan beton.

28

Adukan beton makin lama akan mengeras dan harus dijaga kelembabannya dalam keadaan agak basah (damp) selama mungkin. Biarkan cetakan rangka paling tidak selama 21 hari untuk menjaga kelembapannya. Tutupi bagianbagian dari cetakan tersebut yang terbuka seperti pada bagian atas kolom dengan kantong semen,dsb. Dan tetaplah jaga kelembapannya karena beton yang terlalu cepat kering bukanlah beton yang baik!

Ilustrasi 6.6 Jaga kelembaban beton dengan menggunakan karung goni basah. Beton yang cepat kering bukan beton yang kuat!


Perhatikan: . Gu nakan semen yang baru dan tidak me nggu mpa l. . Gunakan pasir yang bersih dan memiliki butiran kasar, serta kerikil yang telah dibersihkan. . Gunakan alas/wadah yang bersih pada saat mengaduk campuran beton. . Ukur perbandingan bahan-bahan campuran adukan beton dengan tepat. . Pastikan bahan-bahan adukan telah tercampur dengan baik pada saat masih dalam keadaan kering maupun pada saat basah. . Gun akan volume air yang tepat pada adukan beton. . Jagalah kelembaban adukan beton pada cetakannya dalam keadaan agak basah, dan biarkan paling tidak selama 21 hari.

29


S ebelum memasuki tahap pembuatan sloof, dimana

Bekisting

diperlukan beton bertulang terdapat beberapa panduan mengenai tipe dan ukuran dari tulangan besi yang akan digunakan pada bangunan. Terdapat berbagai macam ukuran dan tipe tulangan besi yang tersedia di pasaran yaitu diameter 6, 8, 10, dan 12mm. Untuk tulangan induk pada gedung sekolah umumnya digunakan ukuran diameter 12mm, dan 6mm untuk besi pembagi (ring/ikatan/sengkang). Pastikan besi tulangan tersebut mempunyai panjang 12mm dan bentuk potongannya bundar sempurna serta memiliki kualitas besi yang baik. Pada kasus-kasus tertentu dimana tulangan besi yang dikirim ke lapangan memiliki diameter yang kurang dari 12mm (d<12mm), panjangnya kurang dari 12m, bentuk potongan besinya tidak bundar atau kualitas besinya kurang baik, jika besi tulangan jenis ini yang di kiri mkan maka tulangan ini harus dit olak.

30

Beton decking (tahu beton) Cincin (ring) 6mm Tulangan besi 12mm

15 cm

20 cm

P o t on ga n dar i t ul angan ha rus bundar sempurna.

15 cm

20 cm Ilustrasi 7.1 Susunan tulangan besi didalam bekisting

Bentuk tulangan yang tidak baik Ilustrasi 7.2

Bentuk tulangan yang baik

7. PEMILIHAN dan PENGGUNAAN TULANGAN Semua kolom dan balok yang dibuat memiliki ukuran 20x20cm sebagai standar dengan 4 buah tulangan besi (diameter 12mm) didalamnya, dan jarak antar tulangan besi ini adalah 15cm membentuk rangka segiempat sama sisi. Kemudian plesteran akan menutupinya setebal 25mm pada masing-masing sisi luarnya, sehingga ukuran kolom dan balok beton tersebut setelah selesai adalah adal ah 20 x20cm (l ihat il ustrasi 7. 1 dan 7. 3). Pada setiap jarak 15cm pada tulangan kolom diberi besi pembagi (ikatan/ring/sengkang) yang terbuat dari tulangan besi diameter 6mm berbentuk segi empat sama sisi dengan dimensi 15x15cm (lihat ilustrasi 7.3 dan

Ilustrasi 7.3 Tulangan kolom dengan besi ukuran 12mm dan 6mm


Jika batangan besi sebagai tulangan harus disambung maka besi tersebut harus bersisian tumpang tindih (overlap) sekurangkurangnya 40cm. Tekuk ujung-ujung batang tulangan besi untuk memperkuat sambungan dan juga untuk mengikat tulangan pada beton.

Ikatan kawat

Untuk mendapatkan jarak beton 25mm dari rangka tulangan kolom/balok pada sisi-sisi luarnya maka perlu digunakan tahu beton (spacers/beton decking). Buatlah cetakan spacers dengan menggunakan adukan semen dan pasir dengan perbandingan 1 semen :3 pasir dengan ketinggian 25mm, potong-potong dengan ukuran 30x30mm atau 40x40mm kemudian tusukkan 2 buah kawat pada masing-masing potongan (lihat ilustrasi).

40cm

Tahu beton ini kemudian dapat diikatkan pada sisi luar rangka tulangan besi dalam cetakannya (papan bekisting) dan akan menahan jarak antara tulangan dengan papan bekisting untuk kemudian dituang dengan adukan beton (lihat ilustrasi7.5 dan 7.6).

Ilustrasi 7.4 Sambungan pada tulangan besi

Kawat untuk mengikat pada tulangan 15 cm

31

25mm 15 cm 30mm

30mm

Tulangan induk 12mm Tahu beton/Spacers/beton decking Tulangan pembagi 6mm

Cetakan Tahu beton/Spacers/beton decking

Ikatan kawat Ilustrasi 7.5

Tulangan induk 12mm

Ilustrasi 7.6


Perhatikan: . Gunakan batang besi tulangan yang tepat ukura nnya (panjang dan diameter), bentuk potongannya bundar, serta kualitas besi yang baik. . Buatlah tulangan pembagi (ikatan/ring/sengkang) pada tulangan induk minimal setiap 15cm dengan besi berdiameter 6mm. . Pada saat tulangan perlu disambung, pastikan tulangan saling bersisian tumpang tindih (overlap) dengan jarak minimal 40cm. . Tekuk ujung-ujung batang dari tulangan untuk memperkuat ikatan antara tulangan dengan beton. . Pastikan terdapat jarak 25mm antara tulangan dengan sisisisi luar permukaan beton pada semua kolom dan balok, gu n ak a n ta h u b et on ( sp ac e rs/ be t on d e ck in g) .

32


Diamkan pondasi batu kali selama kurang lebih 1 minggu sebelum membuat sloof yang akan dicetak diatasnya. Sloof dibuat dari adukan beton dengan perbandingan 1 semen; 2 pasir; 3 kerikil diperkuat dengan 4 buah tulangan besi diameter 12mm dengan ukuran sloof 20x20cm sepanjang pondasi bangunan.

Ilustrasi 8.1 Rangka tulangan sloof diatas pondasi

Ilustrasi 8.2 Adukan beton yang telah dituang ke cetakan sloof

Periksa bagian atas dari semua bagian pondasi dan pastikan mempunyai ketinggian yang sama, kemudian buat cetakan sloof sementara (bekisting) yang terbuat dari papan kayu dengan ukuran dalam cetakan 20cmx20cm. Pastikan bahwa cetakan tersebut tegak lurus dan telah disambung dan diperkuat dengan baik sehingga pada saat penuangan adukan tidak bergeser. Cetakan (bekisting) sloof dibuat pada bagian tengah sisi atas pondasi (lihat ilustrasi 8.9 dan 8.10). Pada saat pembuatan cetakan (bekisting) telah selesai, tulangan dapat ditaruh pada posisinya. Rangka tulangan terdiri dari 4 batangan besi dengan diameter 12mm dengan jarak antar tulangan besi ini adalah 15cm membentuk

8. PEMBUATAN SLOOF Starter bars

Ilustrasi 8.3 Starter bars yang mencuat dari dalam cetakan sloof

segiempat sama sisi, serta diikat setiap 15cm dengan batangan besi pembagi diameter 6mm berbentuk segiempat dengan ukuran 15x15cm. Gunakan tahu beton (spacers) decking untuk menjaga jarak antara tulangan dengan cetakan (bekisting) sejauh 25mm di setiap sisinya. Sebelum menuang adukan beton untuk sloof, buatlah dulu stek (starter bars; 4 batangan besi yang mengarah ke atas sebagai tulangan awal kolom) untuk pembuatan kolom beton. Stek (starter bars) memiliki ukuran rangka yang sama dengan sloof 15x15cm(diameter 10mm) dan keluar sejauh minimal 50cm dari bagian atas sloof, yang diikat pada bagian horizontal terbawah dari tulangan sloof kemudian ditekuk 90â€&#x; ke atas. Bagian horizontal yang ditekuk diikat

33


bersisian tumpang tindih (overlaping) dengan tulangan sloof dengan jarak minimal 40cm (lihat ilustrasi). Batang besi tulangan pembagi (ring) pada stek (starter bars) dan sloof mempunyai diameter yang sama yaitu 6mm dan di ikat setiap 15 cm (lihat i lustrasi 8 .3 dan 8. 8). Ji ka meng gunakan kol om kayu sebagai kol om teras/beranda, sebelum menuang adukan beton pada bagian sloof dari teras depan, maka diperlukan batang pipa baja penguat yang ditanam sampai ke dalam sloof. Pipa besi ini akan berfungsi sebagai penguat kolom kayu beranda yang akan menyangga kuda-kuda atap. Pipa ini dapat dibuat dari pipa baja dengan diameter 50mm atau batang baja RHS dengan ukuran 50x50mm. Penguat ini mempunyai panjang 60cm dengan ditaruh plat baja atau dua batang tulangan yang kemudian dilas (lihat ilustrasi 8.4 dan 8.5). Penguat ini harus dibuat sebelum cetakan (bekisting) sloof dituang adukan beton.

34

Ilustrasi 8.4 Gambar potongan letak pipa baja pada bekisting sloof untuk kolom teras dari kayu

Ilustrasi 8.5 Gambar perspektif letak pipa baja pada bekisting sloof untuk kolom teras dari kayu

Ilustrasi 8.6 Sloof yang telah dibuka cetakannya


Jika menggunakan kolom beton bertulang untuk kolom teras/beranda, buat dahulu stek (starter bars; batangan besi yang mengarah ke atas sebagai tulangan awal kolom) seperti pada kolom biasa sebelum menuang adukan beton untuk sloof, dengan ukuran tulangan yang sama (tulangan terdiri dari 4 batangan besi diameter 12mm dengan jarak antar tulangan besi ini adalah 15cm membentuk segiempat samasisi, serta diikat setiap 15cm dengan batangan besi pembagi diameter 6mm berbentuk segiempat dengan ukuran 15x15cm) dan keluar sejauh minimal 50cm diukur dari bagian atas sloof. Ilustrasi 8.7 Gambar potongan letak starter bars/stek pada bekisting sloof untuk kolom teras beton

Starter bars

Tulangan ini diikat pada bagian horizontal terbawah dari tulangan sloof kemudian ditekuk 90 ke atas. Bagian horizontal tulangan kolom teras yang ditekuk diikat bersisian tumpang tindih (overlaping) dengan tulangan sloof dengan jarak minimal 40cm(lihat ilustrasi 8.8). Perhatikan: . Periksa ketinggian permukaan atas pondasi apakah sudah sejajar pada semua bagian bangunan.

40cm

Ilustrasi 8.8Gambar perspektif letak starter bars/stek pada bekisting sloof untuk kolom teras beton

. Pastikan papan cetakan (bekisting) sloof telah diikat dan disambung dengan baik sebelum adukan beton dituang. . Atur posisi stek (starter bars) pada kolom serta pipa baja penguat untuk teras supaya tegak lurus sebelum a d u ka n b e t on sloo f di t u an g.

35


Ilustrasi 8.9 Bekisting pada sloof

Ilustrasi 8.10

36

Ilustrasi 8.11 Proses pengerjaan sloof


C atatan: rangka penahan sementara (scaffolding) pada sekeliling bangunan akan diperlukan sejak tahap ini ke depan, agar tahap-tahap pekerjaan pendirian bangunan dapat dilakukan. Setelah adukan beton untuk sloof telah dituang, biarkan selama minimal 7 hari. Setelah itu tulangan dan papan cetakan (bekisting) untuk kolom dapat dikerjakan. Semua kolom harus menggunakan cetakan (bekisting) dari papan kayu dan dikerjakan sebelum pengerjaan penyusunan bata (block) untuk dinding. Dengan kata lain kolom harus selesai dikerjakan sebelum pengerjaan dinding bangunan.

40cm

Ilustrasi 9.1 Starter bars/stek tulangan awal kolom beton pada sloof

Kolom dibuat dari adukan beton dengan perbandingan 1 bagian semen; 2 bagian pasir; 3 bagian kerikil. Yang diperkuat dengan rangka tulangan terdiri dari 4 batangan besi dengan diameter 12mm dengan jarak antar tulangan besi ini adalah 15cm membentuk segiempat samasisi, serta diikat setiap 15cm dengan batangan besi pembagi diameter 6mm yang berbentuk segi empat dengan ukuran 15x15cm. Dimensi kolom keseluruhan beserta plesteran adalah 20x20cm.

9. PEMBUATAN KOLOM BETON

Ilustrasi 9.2 Kolom beton pada teras

37


Buatlah rangka kolom dengan membuat sambungan pada tulangan-tulangan kolom yang muncul dari sloof dengan jarak rangka tulangan yang sama yaitu 15cm membentuk segi empat samasisi dengan besi pembagi diameter 6mm setiap 15cm. Pada tulangan kolom yang bersambungan tersebut harus saling bersisian (overlap) sejauh mi nimal 40 cm dan pada uj ung-ujungnya dibengkokkan untuk memperkuat sambungan dan ikatan dengan beton (lihat ilustrasi 9.3). Hal ini berlaku untuk semua kolom beton bertulang yang ada pada bangunan. Rangka tulangan untuk bagian depan dan belakang bangunan dibuat keatas sejauh ketinggian kolom yaitu 3.05 m diukur dari bagian atas sloof. Untuk kolom ditengah bangunan dan dinding akhir (endwalls) memiliki ketinggian yang berbeda yaitu 4.15 m. Gunakan tahu beton (seperti pada pembuatan sloof) sebelum menuang adukan beton ke cetakan (bekisting) kolom untuk memastikan ukuran kolom yang tepat (tertutup beton 25 mm dari rangk a kolom pada si si -s isi nya).

38

Rangka kolom Starter bars 15cm

Besi pembagi Starter bars

40cm

Ilustrasi 9.3 Gambar rangka kolom teras beton

Semua kolom memiliki 4 buah batang tulangan yang disisakan (stek/starter bars) lebih panjang sekurangkurangnya 70cm pada bagian atas kolom (disisakan 70cm, memiliki tinggi 3.75m diukur dari atas sloof). Batang lebih ini nanti berguna untuk menyambung tulangan pada pembuatan kolom diatas ring balk, serta untuk menahan konstruksi kuda-kuda atap pada kolom bagian depan dan belakang bangunan. Baut untuk mendukung kantilever atap (kanopi) pada bagian belakang bangunan juga dipasang pada tahap ini. Ikat dengan kawat baut ukuran diameter 12mm dengan panjang 25cm pada tulangan kolom dan biarkan 12.5cm bagian dari baut keluar dari kolom (lihat ilustrasi 9.4). Baut dipasang pada ketinggian 2.15m diatas sloof. Baut kedua akan dipasang pada balok beton (ring balk/lintel).

Baut 12mm

Ilustrasi 9.4 Potongan kolom dengan baut pendukung kantile ver atap


Setelah pengerjaan tulangan pada kolom selesai maka pemasangan cetakan/bekisting kolom yang t erbuat dari papan dapat di lak sanak an. cetakan (bekisting) kolom

penguat(stood) 50 cm

Ilustrasi 9.5 Bekisting/cetakan kolom beton

penguat/stood papan bekisting tahu beton/spacers tulangan

Ilustrasi 9.6 Potongan bekisting kolom beton

Pastikan bagian dalam cetakan (bekisting) berukuran 2 0x20cm dengan ket inggian tepat dibawah ketinggian balok beton/ring balk (2.65m dari sloof). Periksa garis vertikal kolom dengan bandul atau waterpass untuk memastikan kolom tegak lurus, kemudian ikat sekeliling cetakan (bekisting) tersebut dengan kawat dan kuatkan (gunakan paku bila perlu). Pastikan kedudukan bekisting telah kuat dan tidak bergeser pada saat semen dituang, gunakan penguat (stood) yang terbuat daeri sisa papan bekisting setiap kurang lebih 40-50cm. Setelah cetakan (bekisting) selesai dikerjakan, pasang batang ikat tembok (tie bars/wall tie) pada kerangka kolom. Batang ikat tembok ini berfungsi untuk mengikat bata/block dinding pada kolom nantinya. Batang ikat tembok ini berupa besi tulangan diameter 10mm sepanjang 80cm yang dibor kedalam cetakan (bekisting) kolom dengan ketinggian maksimal 40cm dari sloof atau disesuaikan dengan ketinggian bata/block yang digunakan. Masukkan batang kedalam bekisting hingga pada bagian luar tersisa masing-masing 30cm pada kedua sisinya (lihat ilustrasi 9.7).

Batang ikat tembok (tie bars/wall tie)

Kolom

Kolom

Ilustrasi 9.7

39


Adukan beton untuk kolom sekarang dapat dituang kedalam cetakan (bekisting). Tuang adukan dengan hati-hati dan sekaligus dalam 1 kali pengerjaan untuk setiap kolom, tusuk-tusuklah adukan beton dengan menggunakan batang baja tulangan 12mm atau alat lain yang menyerupai untuk memampatkan dan memastikan tidak ada gelembung-gelembung udara yang tertinggal dalam adukan yang akan mengurangi kekuatan beton. Ketuk-ketuklah juga secara perlahan bagian luar cetakan (bekisting) kolom pada saat adukan dituang, supaya adukan semen merata memenuhi seluruh cetakan (bekisting) kolom (lihat ilustrasi 9.8 dan 9.9). Ilustrasi 9.8 Tusuk-tusuklah beton untuk memampatkan dan memastikan tidak Biarkan kolom dan bekistingnya sekurang-kurangnya selama 7 hari sebelum ada gelembung udara yang tertinggal

memulai pengerjaan balok beton (ring balk) agar proses pengerasan beton sempurna. Perhatikan: . Dirikan penahan sementara (scaffolding) pada sekeliling bangunan. . Pada saat tulangan perlu disambung, pastikan tulangan saling bersisian (overlap) dengan jarak minimal 40cm.

40

. Sisakan empat batang tulangan sepanjang 30cm pada tiap ujung kolom untuk memasang rangka kolom dan kaki kuda-kuda atap. . Pastikan cetakan kolom telah terpasang dan terikat dengan baik serta telah sejajar vertikal sebelum menuang adukan beton.

Ilustrasi 9.10 Kolom beton

Ilustrasi 9.9 bekisting kolom diketuk


. Pastikan pemasangan batang ikat tembok pada tulangan kolom sebelum menuang adukan beton pada cetakan kolom. . Pastikan pemasangan baut pendukung kantilever atap pada tulangan kolom sebelum menuang adukan beton pada cetakan kolom. . Pastikan untuk menusuk dan mengetuk adukan beton saat dituang ke dalam cetakan untuk memastikan adukan semen merata memenuhi seluruh cetakan kolom atau jika tersedia dapat menggunakan mesin vibrator.

41

Ilustrasi 9.11Proses pengerjaan kolom beton


Setelah kolom dan cetakannya dibiarkan mengeras dan mencapai kekuatan optimal selama satu minggu, maka cetakan kolom dapat dilepas kemudian cetak an rangka untuk bal ok beton (ri ng balk) dapat di buat. Balok beton (ring balk) dibuat dari adukan beton dengan perbandingan 1 semen: 2 pasir: 3 kerikil diperkuat dengan 4 buah tulangan diameter 12mm. Dimensi ukuran balok beton adalah 20x20cm. Buatlah cetakan (bekisting) balok beton dari lembaran papan dengan dimensi ukuran dalam cetakan haruslah 20x20cm. Buat semua cetakan untuk balok beton dari ujung atas kolom satu ke kolom yang lain pada sekeliling bangunan. Cetakan balok beton ini harus ditopang Ilustrasi 10.1 Tiang penahan sementara oleh tiang penahan sementara dibawahnya minimal setiap jarak 60cm, yang bertujuan pada saat adukan beton dituang kedalam cetakan balok beton, cetakan ini tidak melendut ke bawah. Tiang penahan sementara ini bertumpu pada sloof (lihat ilustrasi 10.1 dan 10.2).

42

10. PEMBUATAN BALOK BETON Balok beton

Tiang penahan sementara


Buat tulangan untuk balok beton (ring balk) dari 4 buah besi tulangan diameter 12mm dengan jarak antar tulangan 15cm membentuk segi empat samasisi kemudian diperkuat besi pembagi/ikatan setiap 15cm dengan batangan besi diameter 6mm yang dibentuk segi empat. Jika terdapat sambungan pada tulangan balok beton ini maka pada sambungan tersebut harus saling bersisian (overlap) sejauh minimal 40 cm dan pada ujung-ujungnya dibengkokkan untuk memperkuat sambungan dan ikatan dengan beton (lihat ilustrasi 10.3). Hal ini berlaku untuk semua balok beton bertulang yang ada pada bangunan. Panjang tulangan balok beton mengikuti jarak kolomkolom yang ada.

Ilustrasi 10.3 Besi tulangan yang bersisian pada sudut saling overlap

Pada pertemuan balok beton yang membentuk sudut, pada besi tulangan yang dibengkokan pastikan tulangan tersebut saling bersisian(overlap) dengan tulangan pada sisi sudut sebelahnya sejauh 40cm (lihat ilustrasi 10.3).

Sambung tulangan balok beton (ring balk) dengan 4 buah tulangan kolom yang menonjol dari kolom yang telah jadi dengan cara diikat dengan kawat. Pasang tahu beton (spacers) pada tulangan balok beton untuk memastikan ketebalan beton 25mm dari tulangan besi. Jika akan memasang rangka pintu/jendela setelah dinding selesai maka pasang pula potongan kayu yang bentuknya menyerupai tahu beton pada bagian bawah balok beton tersebut . Baut kedua untuk mendukung kantilever atap (kanopi) pada bagian belakang bangunan juga dipasang pada tahap ini. Ikat dengan kawat baut Baut 12mm ukuran diameter 12mm dengan panjang 25cm pada tulangan balok beton (ring balk) tepat diatas baut pertama yang terdapat pada kolom dibawahnya dan biarkan 12.5cm bagian dari baut keluar dari balok beton (lihat ilustrasi 10.4).

Ilustrasi 10.4 Baut pendukung kantilever pada balok beton

Pastikan cetakan balok beton (ring balk) telah lurus dan horizontal dengan benar, dipasang dan diikat dengan baik sehingga pada saat adukan beton dituang, cetakan ini tidak bergerak. Seluruh cetakan untuk balok beton pada sekeliling bangunan harus sudah selesai sebelum proses penuangan adukan beton, sehingga penuangan adukan beton pada semua balok beton dapat dilakukan secara bersamaan.

43


Adukan beton untuk balok beton (ring balk) dapat dituang sekarang. Mampatkan dan pastikan tidak ada gelembungge le mbung udara y ang Kolom tertinggal dalam adukan yang akan mengurangi kekuatan beton. Ketuk-ketuklah juga secara perlahan bagian luar cetakan/bekisting balok beton pada saat adukan dituang, supaya adukan semen merata memenuhi seluruh cetakan/bekisting balok beton.

Balok beton/ring balk

Sambungan balok Kolom

Ilustrasi 10.5

Jika memungkinkan tuang adukan beton pada semua cetakan balok beton (ring balk) secara bersamaan. Jika tidak memungkinkan tuang adukan hanya sampai posisi 1/3 dari panjang balok beton. Pada saat akan disambung kembali potong ujung balok beton dengan sudut kemiringan ď‚ł45Âş, pastikan kelembaban balok tersebut masih dalam keadaan basah (percikan air) kemudian adukan beton untuk menyambung balok tersebut dapat dituang (lihat ilustrasi 10.5).

44

Cetakan (bekisting) balok beton (ring balk) dapat dibuka setelah 1 minggu namun bagian bawah cetakan serta tiang penahan (scaffolding) sementara harus tetap dipasang selama 3 minggu setelah aduakn beton dituang. Perhatikan: . Pastikan ceta ka n (bekisting) dan penaha n sementa ra (scaffolding) untuk balok beton (ring balk) telah dibuat dan terpasang dengan baik dan tidak bergeser. . Pastikan cetakan sementara tersebut telah horizontal dan lurus sebelum menuang adukan. . Pastikan memasang baut pendukung atap kantilever sebelum menuang adukan beton.


. Pastikan cetakan kolom telah terpasang dan terikat dengan baik serta telah sejajar vertikal sebelum menuang adukan beton. . Pastikan pemasangan baut pendukung kantilever atap pada tulangan balok beton (ring balk) sebelum menuang adukan beton pada cetakan balok. . Pastikan meratakan dan mengetuk adukan beton sa at dituang ke dalam cetakan untuk memastikan adukan semen merata memenuhi seluruh cetakan balok beton (ring balk). . Jika memungkinkan tuang adukan beton pada semua cetakan balok beton (ring balk) secara bersamaan, jika tidak ikuti petunjuk seperti diatas. . Biarkan bagian bawah cetaka n balok beton da n tiang penahan sementara selama minimal 3minggu sebelum dilepaskan.

45


Setelah adukan balok beton (ring balk) telah dibiarkan selama 1 minggu, maka cetakan balok dapat dilepas ( kecual i untuk bagian bawah dan penahan sementaranya/scaffolding) maka cetakan untuk kolom diatas balok bet on (ri ng balk) dapat di buat. Kolom ini terdiri dari kolom pendek dengan tinggi 20cm sepanjang bagian depan dan belakang bangunan serta dua buah kolom setinggi 130cm pada bagian tengah kiri-kanan bangunan. Buat tulangan pada kolom ini dengan menyambung pada 4 tulangan yang menonjol pada kolom sebelumnya

4 batang stek/starter bars

Ilustrasi 11.1 Kolom diatas balok beton setinggi 130cm

Semua kolom menyisakan 4 buah batang tulangan (stek/star ter bars) yang lebih panjang sekurangkurangnya 30cm pada bagian atas kolom. Batang lebih ini nanti berguna untuk memasang dan menahan konstruksi kuda-kuda atap. Dianjurkan untuk memasang angkur yang akan mengikat kuda-kuda atap pada ujung atas kolom diatas

46

11. PEMBUATAN KOLOM DIATAS BALOK BETON balok beton ini. Pemasangan angkur untuk mengikat konstruksi kuda-kuda pada bagian atas kolom dapat dilakukan dengan menggunakan baut ukuran diameter 12mm dengan panjang 25cm yang kemudian diikat pada tulangan kolom. Beri dua tulangan tambahan (diameter 6mm) pada tulangan pembagi secara diagonal hingga mendapatkan titik tengah potongan kolom. Baut angkur kemudian diikat dengan kawat pada titik tengah potongan kolom tersebut. Perlu diperhatikan bahwa pengerjaan ini cukup sulit, untuk itu diperlukan ketelitian dalam memasang baut angkur tersebut sehingga pada beberapa kasus pemasangan ini tidak dilakukan dan kerangka kuda-kuda atap hanya diikat deng an stek/starter bars (l ihat il us tr as i 11. 2).

4 batang stek/starter bars

Ilustrasi 11.2 Kolom diatas balok beton setinggi 20cm


Pastikan bagian dalam cetakan (bekisting) berukuran 20x20cm yang diletakkan tepat diatas kolom dengan ketinggian seperti dijelaskan diatas (20cm dan 130cm). Periksa garis vertikal kolom dengan bandul atau waterpass untuk memastikan kolom tegak lurus, kemudian ikat sekeliling cetakan (bekisting) tersebut dengan kawat dan kuatkan (gunakan paku bila perlu). Pastikan kedudukan bekisting telah kuat dan tidak bergeser pada saat semen dituang. Setelah cetakan (bekisting) selesai dikerjakan, pasang batang ikat tembok (tie bars/wall tie) pada kerangka kolom. Batang ikat tembok ini berfungsi untuk mengikat bata/blocks dinding pada kolom nantinya. Batang ikat tembok ini berupa besi tulangan diameter 12mm sepanjang 80cm yang dibor kedalam cetakan (bekisting) kolom dengan ketinggian maksimal 40cm dari ujung atas kolom atau disesuaikan dengan ketinggian bata/block yang

47

Ilustrasi 11.3Pembuatan kolom diatas balok beton


digunakan. Masukkan batang ikat tembok kedalam bekisting hingga pada bagian luar tersisa masing-masing 30cm pada kedua sisinya (lihat ilustrasi 9.7 pada pembuatan kolom). Adukan beton (perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil) untuk kolom diatas ring balok sekarang dapat dituang kedalam cetakan (bekisting). Tuang adukan dengan hati-hati dan sekaligus dalam 1 kali pengerjaan untuk setiap kolom diatas ring balok, tusuk-tusuklah adukan beton dengan menggunakan batang baja tulangan 12mm atau alat l ain yang menyerupai untuk memampatkan dan memastikan tidak ada gelembung-gelembung udara yang tertinggal dalam adukan yang akan mengurangi kekuatan beton. Ketukketuklah juga secara perlahan bagian luar cetakan (bekisting) kolom pada saat adukan dituang, supaya adukan semen merata memenuhi seluruh cetakan (bekisting) kolom (lihat ilustrasi 9.9). Biarkan beton kolom sekurang-kurangnya selama 7 hari sebelum cetakan dilepas agar proses pengerasan beton sempurna. Perhatikan:

48

. Pastikan cetakan kolom diatas balok beton (ring balk) telah terpasang dan terikat dengan baik serta telah sejajar vertikal sebelum menuang adukan beton. . Pastikan pemasangan batang ikat tembok (tie bars/wall tie) pada tulangan kolom sebelum menuang adukan beton pada cetakan kolom. . Pastikan untuk menusuk dan mengetuk adukan beton saat dituang ke dalam cetakan (bekisting) untuk memastikan adukan beton merata memenuhi seluruh cetakan kolom.


49

Ilustrasi 11.4 Rangka bangunan (kolom dan balok) yang telah dilepas dari bekisting/cetakannya.


Ketika struktur kerangka beton telah selesai dikerjakan, maka bagian atap dapat dikerjakan. Setelah pengerjaan atap ini selesai maka akan memungkinkan pengerjaan penyelesaian bangunan dilakukan dibawah perlindungan atap, yang sangat membantu penyelesaian (finishing) terutama pada saat pembangunan dilakukan di musim hujan. Gunakan selalu kayu yang berkualitas baik untuk rangka kuda-kuda atap. Gunakan kayu yang telah cukup umur (memiliki kadar air yang rendah). Kayu yang terlalu muda akan mengalami pengerutan saat mengering dan dapat menyebabkan kerusakan pada rangka atap dan akan memiliki tampak yang kurang bagus jika diperlihatkan (exposed). Sebelum digunakan simpan kayu dalam keadaan tertutup dan tumpuk dengan hati-hati dan rapi, hindari meletakkan kayu diatas tanah langsung, gunakan bata/blok dahulu sebagai alas. Pastikan susunan kayu yang disimpan telah stabil dan sejajar rapi, supaya menghindari kayu dari lendutan, dsb. Beri penjaga jarak (spacers) diantara susunan kayu sehingga memungkinkan adanya aliran udara. Jika kayu di pasaran tidak selalu tersedia, belilah kayu lebih awal sebanyak yang diperlukan pada saat kayu banyak tersedia di pasaran, kemudian simpanlah kayu tersebut seperti telah dijelaskan diatas sehingga kebutuhan kayu untuk pelaksanaan konstruksi selalu tersedia.

50

12. PEMBUATAN RANGKA KUDA-KUDA ATAP

kaso 5/7 gor ding 6/12

reng 3/4

kaki kudakuda 8/12


Ukur dan potong kayu yang akan digunakan sebagai rangka kuda-kuda atap. Gunakan ukuran kayu yang pertama sebagai contoh untuk memotong kayu berikutnya sehingga potongan kayu untuk rangka atap tersebut memiliki ukuran yang sama. Ukur dan potong kayu untuk batang miring yang akan dipasang (8x12cm) pada kerangka atap. Pasang bagian kerangka kuda-kuda atap tersebut di bawah sebelum ditaruh pada bagian atas kolom untuk memastikan bagian kerangka kuda-kuda tersebut telah mempunyai ukuran yang tepat dan dapat dipasang dengan baik, setelah itu bongkar kembali dan simpan. Simpan bagian-bagian kayu kerangka atap tersebut dan taruhlah dalam keadaan terlindung dan tertutup. Siapkan pula tiang penahan sementara (scaffolding) untuk pembuatan atap. Penahan sementara ini dapat terbuat dari bambu, kayu, dsb (pada beberapa daerah telah terdapat scaffolding yang terbuat dari pipa besi yang dapat diatur jarak dan ketinggiannya).

Rangka kuda-kuda kayu yang mngapit balok kuda-kuda Ilustrasi 12.2

Semua bagian kayu untuk pembuatan atap harus diberi perawatan anti rayap/serangga terlebih dahulu sebelum dipasang. Penggunaan oli mesin merupakan cara yang murah dan efektif untuk perawatan kayu.

Dirikan penahan sementara (scaffolding) di dalam ruangan untuk membantu pemasangan rangka kuda-kuda atap serta langit-langit. Sebelum memasang rangka atap kuda-kuda, bersihkan bagian atas dari kolom beton dan pastikan ketinggiannya telah sejajar antara satu kolom dengan yang lain. Pastikan bagian atas antara kolom dipinggir dan tengah bangunan telah sesuai dengan ukuran rangka atap yang akan dipasang. Dirikan rangka atap dengan bantuan penahan sementara (scaffolding) yang bertumpu pada tanah. Pasang terlebih dahulu kedua batang miring kayu pada bagian kiri-kanan bangunan dan bentangkan benang (tali kecil) antara batang miring sebelah kanan dengan batang miring sebelah kiri, benang ini akan menjadi acuan bagi pemasangan batang miring lainnya yang berada di bagian tengah atap. Pada beberapa kasus pada bagian batang miring di kiri-kanan bangunan ini dapat dibuat dari beton bertulang dengan lebih dulu memasang susunan bata pada bagi an di ndi ng ki ri - k anan bangun an t erseb ut.

51


Kemudian pasang balok atap di bagian tengah bangunan yang bertumpu pada kolom, pastikan balok tersebut telah horizontal (dengan bantuan waterpass). Setelah balok ditaruh pada kolom, pasang bagian-bagian kuda-kuda atap berikutnya, pastikan letak bagian-bagian tersebut telah dapat dipasang dengan baik (batang vertikal, dsb). Sesuaikan letak dan ketinggian (dinaikkan, diturunkan, dsb) dari rangka atap bagian tengah (batang miring, dsb) dengan meng gunakan benang yang t elah dibentangkan sebelumnya sebagai acuan. Sambung bagian-bagian rangka kayu rangka atap tersebut dengan menggunakan baut baja ukuran M12 (yang dilengkapi dengan cincin/ring karet jika memungkinkan) pada kedua sisinya (lihat ilustrasi 12.2).

52

Begel

Ilustrasi 12.3

Ikat bagian kuda-kuda atap tersebut pada kolom dengan cara membengkokkan besi tulangan yang muncul dari ujung kolom beton (stek/starter bars) tersebut sehingga membentuk ikatan yang mengikat balok kayu tersebut pada kolom. Jika telah terpasang baut angkur maka bagian balok dan kaki kuda-kuda kayu dibor terlebih dahulu untuk sehingga angkur dapat menembus bagian kayu rangka kuda-kuda tersebut kemudian dipasang mur. Ilustrasi 12.4 Konsol beton pada teras

Perhatikan: . Gunakan kayu yang memiliki kualitas yang baik, dan telah memilki umur yang cukup (tingkat kekeringan kayu yang memada i) u nt uk se mu a ba gian d ari ra ngka a ta p. . Simpan dan letakkan bagian-bagian kayu tersebut dengan baik dan terlindun gi (ditu tup) sebelum digunaka n. . Pasang bagian-bagian atap tersebut diatas tanah terlebih dahulu untuk memastikan bagian-bagian tersebut memiliki ukuran yang tepat dan dapat dipasang dengan baik, dan gunakan ukuran kayu yang pertama sebagai acuan untuk memb ua t ba gi an -b a gia n ran gka k ay u beri kt nya .


. Berikan perawatan anti rayap terlebih dahulu pada semua b a g ia n k a y u ra n gk a a t a p se b el u m d ip a sa n g. . Pada saat pemasangan sesuaikan letak dan ketinggian rangka kayu atap tersebut dengan menggunakan bentangan benang yang ditarik dari bagian kiri ke kanan atap sebagai acuan. . Sambung bagian-bagian atap dengan menggunakan baut b aja u kura n M12 (de nga n ci nci n/rin g ka ret jik a memungkinkan). . Pasang rangka kuda-kuda atap pad a kolom den ga n menggunakan tulangan besi yang menonjol dari ujung atas kolom (stek/starter bars) untuk mengikat rangka atap tersebut. Jika baut angkur telah dipasang, ikat dengan rangka kuda-kuda atap menggunakan mur.

53


Ada dua jenis kolom teras yang dapat digunakan seperti dijelaskan pada bagian pembuatan sloof, yaitu kolom teras yang terbuat dari kayu kayu atau kolom teras beton bertulang. Pemilihan penggunaan jenis kolom papan 10x5cm teras ini sudah harus ditentukan sebelumnya dan melihat kondisi daerah bangunan sekolah yang akan dibangun untuk menentukan jenis mana yang lebih menguntungkan. Jika menggunakan kolom teras dari kayu, maka digunakan dua buah kayu dengan ukuran 10 x 5cm, sepanjang 2.25m. Sebelum dipasang kedua buah kayu ini disatukan terlebih dahulu dengan spacers kayu (klos) berukuran 10 x 7.5 x 5cm pada bagian tengahnya. Kemudian kolom kayu ini dipasang pada pipa besi yang telah dibuat sebelumnya yang muncul dari sloof, dengan menggunakan dua buah baut M12 berdiameter 175mm yang dilengkapi dengan cincin (ring) karet pada kedua sisinya. Kolom kayu untuk teras ini diletakkan pada pipa besi, 15cm diatas sloof untuk menghindari kelembapan dan rayap yang muncul dari tanah.

pipa besi

15cm

Buat kolom teras pada bagian ujung kiri-kanan terlebih dahulu. Bentangkan benang dari kolom teras ujung kiri ke ujung kanan sebagai acuan bagi pemasangan kolom-kolom teras lainnya agar lurus. Periksa tegak lurus kolom teras dengan menggunakan water pass dan kuatkan baut pegangannya agar tidak bergeser lagi pada saat dipasang pada rangka atap.

54

klos/spacers kayu

sloof

Ilustrasi 13.1. Detail pemasangan kolom teras kayu

13. PEMBUATAN KOLOM dan ATAP KANTILEVER TERAS

Ilustrasi 13.2.


baut M12 d 175mm

kaki kuda-kuda 8/12

Bagian atap kanti lever pada teras merupakan perpanjangan dari rangka kuda-kuda atap. Rangka kudakuda atap dan kolom kayu dari teras disambung dengan menggunakan baut baja ukuran M12 dengan diameter 175mm yang dilengkapi dengan cincin (ring) karet. Pastikan letak batang miring dari kuda-kuda atap telah sejajar kedudukannya dengan kolom teras sebelum dipasang, untuk itu dapat menggunakan tali/benang sebagai alat bantu yang dibentangkan dari puncak (nok) rangka atap ke kolom teras. Balok pengikat antar kolom teras terbuat dari kayu 6/12 yang dibaut pada kolom tersebut (lihat ilustrasi 13.4).

kolom teras kayu

Ilustrasi 13.3. Detail kantilever pada teras

Semua bagian kayu yang di gunakan harus diberi perawatan anti rayap/serangga terlebih dahulu sebelum dipasang. Balok pengikat antar kolom merupakan alternatif baik untuk memperkokoh struktur kolom

Kolom

55

Stut

Ilustrasi 13.4. Balok pengikat antar kolom teras

Ilustrasi 13.5. Pembuatan konsol beton pada teras


Penggunaan oli mesin merupakan cara yang murah dan efektif untuk perawatan kayu. Jika menggunakan kolom teras dari beton bertulang, buatlah kolom pada teras seperti pada pembuatan kolom biasa Kolom dibuat dari adukan beton dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 bagian kerikil. Yang diperkuat dengan 4 tulangan besi berdiameter 12mm dan diikat setiap 15cm dengan batangan besi diameter 6mm yang dibentuk segi empat. Dimensi kolom keseluruhan termasuk spesi adalah 15cmx15cm, sedangkan dimensi tulangannya 10x10. Buatlah rangk a kolom teras dengan membuat sambungan pada tulangan-tulangan kolom yang muncul dari sloof. Jika terdapat sambungan pada tulangan kolom teras maka pada sambungan tersebut harus saling bersisian (overlap) sejauh minimal 40 cm dan pada ujung-ujungnya dibengkokkan untuk memperkuat sambungan dan ikatan dengan beton (lihat ilustrasi 13.6.).

56

Buat konsol beton yang menghubungkan kolom bangunan dengan kolom teras dan balok pengikat antar kolom teras. Konsol beton yang menghubungkan kolom bangunan dengan teras menggunakan beton bertulang dengan 4 tulangan diameter 12cm dan dimensi keseluruhan termasuk spesi 15x15cm. Balok dibuat miring mengikuti kemiringan garis atap sebesar 30Âş (lihat ilustrasi 13.7.). Cara pembuatannya sama dengan pembuatan balok beton yaitu membuat tulangan yang disambung pada tulangan ring balok dan kolom teras (dengan menggunakan kawat) kemudian dipasang bekisting setelah itu dituang adukan beton. Cara membuat balok pengikat kolom teras sama seperti diatas namun tidak dibuat miring. Atap kantilever pada bagian belakang bangunan merupakan perpanjangan dari rangka atap utama, yang kemudian ditopang dengan balok penyangga kantilever. Gunakan kayu berukuran 10 x 5cm dengan panjang 1.2m yang dibaut ke kolom beton dibawah kuda-kuda atap dengan menggunakan baut baja ukuran M12 diameter 175mm. Pastikan letaknya telah sejajar antara kolom dengan batang miring sebelum dipasang (lihat i lustrasi 13.4).

Besi dibengkokan dan disusun bersisian sejauh 40 cm.

Ilustrasi 13.6. Sambungan tulangan besi pada kolom teras dengan ruang kelas


Dua batang kayu ukuran 10 x 5cm sepanjang 1.28m kemudian dibaut ke bagian bawah kayu yang telah dipasang tadi pada kedua sisinya. Kemudian dihubungkan dengan rangka atap membentuk sudut 45 0,dibaut dengan menggunakan 2 buah baut ukuran M12 diameter 175mm yang dilengkapi cincin (ring) karet pada batang miring rangka atap. Perhatikan: . Pastikan letak kolom-kolom teras tersebut tegak lurus vertikal dan segaris sebelum dibaut. . Pastikan sambungan rangka kuda-kuda atap tegak lurus dengan kolom teras sebelum dibaut. . Semua bagian kayu yang digunakan harus diberi perawatan anti rayap (serangga) terlebih dahulu sebelum dipasang..

30’

baut M12 kaki kuda-kuda 8/12

60cm 45’

lisplang 4/20

dua buah balok apit 10x5 balok 10x 5 dinding beton

Ilustrasi 13.7 Detail atap kantilever bagian belakang bangunan

57


Ada tiga jenis penutup atap yang umumnya digunakan di Indonesia, yaitu: Penutup atap (genteng) tanah liat Penutup atap lembaran metal berprofil (gelombang) Penutup atap lembaran asbes (fibre-cement) Gunakan penutup atap genteng tanah liat jika memungkinkan, karena penutup atap jenis ini memiliki umur yang cukup panjang dan mudah diperbaiki. Walaupun demikian perlu dilakukan pemilihan genteng tanah liat yang akan digunakan. Hindari genteng tanah liat yang mengalami proses pembakaran yang terlalu singkat pada saat pembuatannya (genteng ini biasanya berwarna lebih pucat) karena genteng ini cenderung mudah retak dan mengaki batk an kebocoran setelah t erk ena huj an. Bila genteng tanah liat tidak tersedia, alternatif lain yang paling umum digunakan adalah penutup atap metal bergelombang (seng/zinc aluminium). Gunakan lembaran atap metal yang paling tebal yang tersedia (3.5mm), karena lembaran yang tipis akan mudah berkarat dan akan memperpendek waktu pemakaian.

58

14. PEMASANGAN PENUTUP ATAP

Ilustrasi 14.1.


Alt ernatif l ai n sel ai n penutup atap met al bergelombang adalah lembaran atap asbes (fibrecement). Masalah yang dihadapi menyangkut penggunaan atap jenis ini adalah mudahnya lembaran mengalami kerusakan pada saat pengangkutan dan pemasangan. Jenis ini juga mudah mengalami keretak an serta pergeseran letak l embaranlembarannya seiring dengan waktu pemakaian, terutama pada saat terjadi perubahan cuaca. Namun jenis ini harus digunakan sebagai pengganti atap metal (bila tidak tersedia genteng tanah liat) jika lokasi bangunan terletak dekat dengan laut, karena kadar garam udara yang ada pada daerah tersebut akan mengakibatkan lembaran metal cepat sekali mengalami karat. Ilustrasi 14.2. Atap sekolah dengan penutup atap lembaran metal

Sebagai catatan tidak dianjurkan untuk menggunakan talang dan pipa air hujan pada pinggir atap. Hal ini karena talang air hujan sulit dijaga kebersihannya dan mudah mengalami pe ny u mba ta n, y a ng m engak i batk an mudah menj adi sarang nyamuk. Lebih baik menggunakan parit di at as tanah yang t er l e t a k d i s e k el i l i n g b angunan untuk m en g um p u l k a n d a n menyal urk an air huj an.

Ilustrasi 14.3 Atap sekolah dengan penutup atap lembaran asbes

59


P roses

pemasangan penutup atap lembaran metal (zinc aluminium) bergelombang dengan lembaran asbes (fibre-cement) hampir sama, oleh karena itu proses pemasangannya akan dijelaskan secara umum untuk kedua material tersebut dan jika terdapat perbedaan akan dijelaskan. Pada saat rangka kuda-kuda atap telah terpasang dengan baik, maka gording (ukuran 10 x15cm) yang akan menjadi tempat pemasangan lembaran atap dapat dipasang. Jarak maksimum antar balok gording adalah 80cm. Gording tersebut harus keluar melewati batang miring paling luar sejauh minimal 60cm, jarak yang sesungguhnya tergantung pada panjang bangunan dan jumlah lembaran penutup atap yang akan digunakan. Kayu untuk gording tersebut harus mendapat perawatan anti rayap terlebih dahulu sebelum dipasang. Penggunaan oli mesin sebagai anti rayap merupakan cara yang murah dan efektif. Ukuran standar pada masing-masing lembaran penutup atap dapat digunakan (pada ilustrasi buku ini menggunakan lembaran dengan panjang 1. 8m). Gunakan l embaran penut up atap yang terpanjang bi la memungkinkan, hal ini untuk mengurangi adanya sambungan antar lembaran atap sehingga pemasangan lebih efisien.

60

15. PEMASANGAN PENUTUP ATAP LEMBARAN METAL atau LEMBARAN ASBES Perlu diperhatikan jarak tumpang tindih (overlap) antar lembaran atap. Jarak ini harus cukup untuk menghindari kebocoran. Pada bagian atasbawah lembaran atap yang saling tumpang tindih (overlap), jaraknya minimal 20cm. Sedangkan untuk bagian sisi kiri-kanannya yang saling tumpang tindih (overlap) mempunyai jarak antara 1½ sampai 2 gelombang lembaran atap, tergantung jenis dan ukuran lembar penutup atap yang digunakan. Pada lembaran asbes (fibre-cement), lubang-lubang untuk sekrup pemasangan harus di bor terlebih dahulu, dan ujung-ujung lembaran atap yang bertumpang-tindih (overlap) dipotong 450 (lihat ilustrasi 15.1.) sehingga dapat diletakkan dan dipasang dengan baik. Hati-hati pada saat memotong dan membor lembaran asbes untuk menghindari keretakan serta gunakan selalu penutup hidung untuk menghindari debu-debu asbes masuk ke dalam paru-paru.

9

8

7

6

5

4

3

2

1

Ilustrasi 15.1. Susunan atap metal atau asbes disusun dari bawah ke atas, dari


Pasang gording bagian paling atas dan paling bawah terlebih dahulu dengan menggunakan klos (spacers) kayu. Kemudian bentangkan benang pembantu secara diagonal dari ujung kiri atas ke ujung kanan bawah, dan dari ujung kiri bawah ke ujung kanan atas untuk memeriksa atap telah rata, lurus, dan sejajar. Benang ini harus bersentuhan pada bagian tengahnya yang berarti pemasangan telah sejajar, jika belum bersentuhan maka perlu diatur lagi letak gording paling atas dan bawah tersebut dengan menggunakan klos kayu hingga letaknya benar. Gording berikutnya kemudian dapat dipasang dengan mengikuti benang acuan tadi. Semua gording dipasang dengan menggunakan klos kayu. Setelah itu tentukan garis batas pi nggir atap bagian miring dengan menggunakan bantuan benang. Pertama tentukan jarak keluar atap pada bagian miring rangka atap, setelah didapat jarak tersebut (minimum 5cm) bentangkan benang dari bagian gording paling bawah ke bagian gording paling atas pada kedua sisi kiri kanan bagian miring tersebut, benang ini akan menjadi acuan batas lembaran penutup atap pada bagian miring atap tersebut.

61

Ilustrasi 15.2. Struktur kuda-kuda yang menggunakan alumunium atau asbes sebagai bahan penutup atap.


Untuk menentukan garis atap horizontal pada bagian depan dan belakang bangunan, tentukan terlebih dahulu jarak keluar atap yang dikehendaki dari atas tanah, kemudian dengan menggunakan bandul dari atas tentukan titiknya pada atap. Setelah itu bentangkan benang dari batang miring bagian bawah sebelah kiri ke bagian bawah sebelah kanan. Benang ini ak an menjadi acuan bagi bat as pemasangan l embaran atap. Setelah mendapat garis batas atap tersebut, potong kayu gordi ng maupun batang miring yang melebihi garis benang tersebut. Pemasangan lembaran atap sekarang dapat dil ak uk an. Arah pemas ang an lembaran atap dimulai dari daerah yang berlawanan dengan datangnya angin, contohnya bila angin datang dari sebelah barat maka pemasangan atap dimulai dari sebelah timur, hal ini di lakukan untuk mencegah lembaran atap bergeser pada saat pemasangan.

62

lis penutup metal (seng/aluminium), sekrup d 2mm p 7cm galvanised steel dengan ring karet gording 6/12 flashing lembaran metal/asbes

balok 5/15

Pemasangan lembaran atap dimulai dari bagian ujung bawah bagian atap. Sebaiknya terdapat pengawas yang mengawasi dari bawah untuk melihat apakah lembaran atap yang dipasang telah lurus dan sejajar dengan garis bantu yang telah dibuat.

minimal 60cm

Dinding beton bagian luar (endwalls)

Ilustrasi 15.3 Detail potongan atap metal/asbes bagian samping

Sambungan-sambungan sekrup harus dipasang dari bagian atas lembaran atap yang telah disusun. Gunakan sekrup yang telah dilengkapi dengan cincin (ring) karet jika memungkinkan. Sekrup ini memang lebih mahal daripada paku biasa namun memberikan kualitas sambungan dan anti kebocoran yang lebih baik. Jika menggunakan paku gunakan pula paku yang memiliki cincin (ring) karet. Ilustrasi 15.4. Cara pemasangan sekrup pada atap asbes/metal


gording 6/12

lembaran atap klos

sisi telah dipasang maka penutup bubungan atap dapat dipasang. Jika memungkinkan, untuk lembaran atap metal, pasang penutup bubungan ini dengan menggunakan sekrup yang menembus hingga ke puncak rangka kuda-kuda atap daripada menggunakan paku, karena akan lebih tahan terhadap kebocoran.

kaki kuda-kuda 8/12 kolom kayu teras

Ilustrasi 15.5. Detail potongan atap metal/asbes bagian depan

Setelah itu dapat dipasang papan lebar tritisan pada ujung bagian horizontal atap, dan juga papan penutup lisplang pada bagian miring atap. Juga jika menggunakan siku penutup metal pada bagian tepi akhir atap, bagian ini dapat dipasang.

Umur pemakaian dari lembaran atap metal dapat diperpanjang dengan melakukan proses pengecatan. Gunakan cat dasar (meni besi) pada lembaran atap metal tersebut kemudian dilapisi lagi dengan dua lapisan cat mengkilat (glossy) dengan warna terang yang memantul kan sinar matahari. Pemasangan atap merupakan hal yang cukup berbahaya karena itu harus dilakukan dengan hati-hati. Gunakan selalu tangga untuk mencapai atap (dengan peng am anan pada bag ian bawahnya atau dipegangi ). Ilustrasi 15.6. Siku penutup metal pada bagian tepi akhir atap

Jika sekrup atau paku sambungan lembaran atap harus dicabut, gunakan sepotong kayu sebagai penahan agar tidak merusak lembaran atap, gunakan palu cakar dengan ukuran yang sesuai.

Ilustrasi 15.8. Overlap lembaran atap metal/asbes sebanyak 2 gelombang

Ilustrasi 15.7 Cara mencabut paku atau sekrup

Ilustrasi 15.9. Overlap lembaran atap metal/asbes sebanyak 1 1/2 gelombang

63


Perhatikan: . Berikan perawatan anti ra yap terlebih dah ulu pad a rangk a k ayu sebe lu m dipasang. . Pastikan gording terpasang telah sejajar dan lurus sebelum pemasangan lembaran atap. . Pasan g a ta p mulai da ri arah y ang berlawanan dari datangnya angin, agar pada saat pemasangan atap tidak bergeser. . Pa sa ng se la lu set ia p lembaran a tap den gan ba gian a tas le mb aran at ap bergelombang ditindih (overlap) bagian bawah lembaran a tap diat asnya, dan gunakan sekrup atau paku yang memiliki cincin (ring) karet jika memungkinkan.

Ilustrasi 15.10. Pemasangan atap lembaran metal

. Gunakan selalu tangga yang baik dan kuat untuk mencapai atap.

64

. Pada saat mengerjakan penutup atap lembaran metal atau asbes, hindari menginjak lembaran metal/asbes tersebut karena dapat menyebabkan kerusaka n pad a lemb aran at ap, b ert umpulah pa da gording. . Berha ti-hatilah selalu pada saat mengerjakan bagian atap untuk menghindari kecelakaan!


Ilustrasi 15.11. Contoh gedung sekolah dengan atap asbes

65

Ilustrasi 15.12. Aksono kuda-kuda untuk struktur atap yang menggunakan atap asbes


Ilustrasi 15.13. Proses pengecatan lembaran atap metal

Ilustrasi 15.14. Contoh gedung sekolah yang menggunakan atap alumunium

66

Ilustrasi 15.15. Aksonometri struktur bangunan yang menggunakan atap asbes


Pemasangan rangka kuda-kuda bagi penutup atap tanah liat memiliki cara yang sama dengan penutup atap lembaran metal. Bagian rangka bubungan atap dapat dipasang terlebih dahulu.

Gording

Struktur atap yang menggunakan bahan penutup genteng tanah liat terdiri dari: 1. Kuda-kuda (8/12) 2. Gording (8/12) 3. Kaso (5/7) 4. Reng (3/4) Kaso

Reng

Pasang gording bagian paling atas dan paling bawah terlebih dahulu dengan menggunakan klos (spacers) kayu. Kemudian bentangkan benang Ilustrasi 16.1. Susunan struktur atap yang pembantu secara diagonal dari ujung kiri atas ke ujung kanan bawah, dan dari menggunakan bahan penutup ujung kiri bawah ke ujung kanan atas untuk memeriksa atap telah rata, lurus, atap genteng tanah liat dan sejajar. Benang ini harus bersentuhan pada bagian tengahnya yang berarti pemasangan telah sejajar, jika belum bersentuhan maka perlu diatur lagi letak gording paling atas dan bawah tersebut dengan menggunakan klos kayu hingga letaknya benar. Gording berikutnya kemudian dapat dipasang dengan mengikuti benang acuan tadi. Semua gording dipasang dengan menggunakan klos kayu.

16. PEMASANGAN PENUTUP ATAP TANAH LIAT

Ilustrasi 16.2.

67


Setelah gording dipasang, maka selanjutnya pengerjaan pemasangan kaso (5/7) dapat dilakukan dengan jarak maksimal 40cm. Setelah kaso terpasang maka reng (3/4) dapat dipasang diatasnya. Kemudian penyusunan genteng tanah liat dapat dilakukan, jarak antar genteng tanah liat tergantung dari jenis dan ukuran genteng yang digunakan. Pilihlah genteng tanah liat yang baik mutunya. Hindari penggunaan genteng tanah liat yang kurang baik kualitasnya seperti genteng tanah liat yang kurang lama proses pembakarannya (dapat dilihat dari warnanya yang pucat), genteng yang retak,dsb. Ketika genteng tanah liat telah tersusun pada kedua sisi atap maka genteng tanah liat untuk bubungan (nok) dapat dipasang dengan menggunakan adukan semen. Genteng tanah liat ini dipasang dari kedua tepi bubungan yang saling bertumpang-tindih (overlap) dan bertemu di tengah, pada bagian tengah dipasang genteng tanah liat dengan profil khusus. Ilustrasi 16.3. Struktur kuda-kuda yang menggunakan genteng tanah liat sebagai bahan penutup atap. Konsol beton digunakan sebagai struktur penopang kanopi di bagian teras. Kuda-kuda

68

Konsol beton

Lisplang pada atap

Setelah pemasangan genteng tanah liat telah selesai dapat dipasang lisplang disekeliling pinggir atap (lihat ilustrasi 16.4.).

Ilustrasi 16.4. Lisplang disekeliling pinggir atap


Semua bagian rangka kayu dari atap (rangka kuda-kuda, gording, kaso, dsb) harus mendapatkan perawatan anti rayap terlebih dahulu sebelum dipasang, peng gunaan oli mesi n merupakan cara yang murah dan efekti f. Pemasangan atap merupakan hal yang cukup berbahaya karena itu harus dilakukan dengan hati-hati. Gunakan selalu tangga untuk mencapai atap (dengan pengamanan pada bagian bawahnya atau dipegangi), dan hindari menginjak genteng tanah liat pada saat pemasangan maupun perbaikan atap bertumpulah pada gording.

Reng (3/4)

69

Kaso (5/7) Gording (8/12)

Ilustrasi 16.5. Kuda-kuda dengan gording , kaso dan reng untuk penutup atap berbahan genteng tanah liat


Perhatikan: .

Berikan perawatan anti rayap terlebih dahulu pada rangka kayu sebelum dipasang.

.

Pastikan gording terpasang telah sejajar dan lurus sebelum pemasangan lembaran atap.

.

Gunakan selalu genteng tanah liat yang baik mutunya.

.

Gunakan selalu tangga yang baik dan kuat untuk mencapai atap.

.

Berhati-hatilah selalu pada saat mengerjakan bagian atap untuk menghindari kecelakaan!

Ilustrasi 16.6. Pemasangan genteng tanah liat

Nok Genteng tanah liat

70

Lisplang

Ilustrasi 16.7. Penutup atap menggunakan genteng tanah liat


Pada saat bagian atap telah selesai dikerjakan, pembuatan dinding bangunan dapat dilakukan. Dinding dapat dibuat dari susunan bata tanah liat atau block panel ukuran 15cm (batako, blok semen, dsb). Jika menggunakan bata tanah liat, pilihlah bata tanah liat yang baik mutunya. Hindari penggunaan bata tanah liat yang kurang baik kualitasnya seperti bata tanah liat yang kurang lama proses pembakarannya (dapat dilihat dari warnanya yang pucat), bata yang pecah, tidak sesuai ukurannya, dsb. Bata yang kurang baik akan mudah rusak jika terkena air. Ada berbagai macam block panel yang tersedia di pasaran yang dapat digunakan maupun dibuat sendiri di lokasi, diantaranya block yang dibuat dari campuran semen, pasir, dan kerikil (perbandingan 1:2:4) atau block yang semen-pasir (sandcrete) yang dibuat dari campuran semen-pasir (perbandingan 1:6). Gunakan block penyusun dinding yang padat (solid), hindari penggunaan block yang berongga (hollow). Jika melakukan pembuatan block pada lokasi, gunakan mesin getar (vibrator) untuk mendapatkan hasil block yang baik, jika tidak tersedia gunakan cetakan kayu dan padatkan dengan tangan. Pada saat pembuatan, block harus terlindung dari sinar matahari dan hujan, serta dibiarkan selama 4 minggu untuk mencapai kekuatan terbaiknya.

17. PEMASANGAN SUSUNAN BATA

Untuk lebih menghemat waktu, biasanya bata direndam dalam wadah yang lebih besar.

Ilustrasi 17.1. Cara pemasangan bata

71


Selama masa tersebut, block harus ditutupi (dengan kantong semen,dsb) dan dijaga kelembapannya dengan diperciki air setidaknya satu kali dalam sehari. Sebelum menyusun bata (block), bersihkan dan ratakan dahulu permukaan sloof sehingga permukaannya bersih dan rata. Gunakan adukan semen (perbandingan 1 semen: 4 pasir) untuk melekatkan susunan bata (lihat bab. 4 Pembuatan Adukan Semen). Rendam bata sebelum dipasang. Hal ini untuk mencegah bata menyerap air terlalu banyak dari adukan semen pelekatnya. Susunlah bata (block) mulai dari tengah dinding diantara kolom, sehingga jika terdapat retakan kecil antara kolom dengan susunan bata tidak tampak. Susunlah bata (block) dengan menggunakan bantuan benang yang ditari k antar kolom (dengan bantuan water pass) agar mendapat susunan bata (block) yang sejajar. Ketebalan adukan semen pelekat (spesi) antara bata(block) maksimum 10mm.

72

Gunakan susunan setengah bata dengan ketebalan spesi vertikal sama yaitu maksimal 10mm (lihat ilustrasi 17.2.). Permukaan susunan bata harus diratakan untuk memudahkan pengerjaan plesteran. Setelah dibersihkan, semua siar permukaan dikorek sedalam 0.5cm atau sedalam jari kelingking.

Ilustrasi 17.2. Ketebalan spesi horizontal dan vertikal maksimal 10mm

susunan bata angkur

kolom

kolom

Ilustrasi 17.3. Tie bars berfungsi untuk memperkokoh posisi bata. Tie bars disusun melintang dari kolom ke bata.


Pasang susunan bata pada semua dinding secara bersamaan, dan letak batang ikat tembok (angkur/tie bars) dari kolom diletakkan horizontal diantara susunan bata (lihat ilustrasi 17.3.). Untuk menghindari munculnya retakan pada dinding dibawah kusen jendela, letakkan tulangan besi 6mm secara horizontal sepanjang dinding yang disambung overlap dengan batang ikat tembok.

Ilustrasi 17.4. Susunan bata yang benar

Dinding pada bagian depan bangunan dibawah jendela mempunyai ketinggian 125cm dari sloof, sedangkan pada bagian belakang 85cm dari sloof. Jika ketinggian ini tidak sesuai dengan ketinggian susunan bata maka dapat diatur dengan menambah adukan semen (spesi). Tutup ruang kosong 20cm diatas lintel dengan susunan bata (blocks), sehingga tidak terdapat lubang dibawah atap yang dapat menjadi lubang masuknya debu/kotoran maupun menjadi sarang burung.

Ilustrasi 17.5. Susunan bata yang salah

Pasang susunan bata hingga dibawah rangka kuda-kuda, bentuk dinding yang memiliki kemiringan seperti dibawah batang miring kuda-kuda atap, bata yang disusun dipotong sehingga memiliki bentuk yang sesuai dengan garis kemiringan atap (lihat ilustrasi 17.7.). Perhatikan: . Gunakan selalu bata (blocks panel) yang baik kualitasnya. . Basahkan selalu bata sebelum dipasang. . Gunakan selalu benang (yang dipasang dengan bantuan waterpass) sebagai garis pembantu pemasangan susunan bata (block) agar lurus dan sejajar. . Adukan semen pelekat susunan bata (spesi) ketebalannya maksimal 10mm. . Kerjakan seluruh bagian dinding secara bersamaan. Gunakan susunan bata yang berselang-seling (lihat ilustrasi 17.4.).

73


Ilustrasi 17.6. Konstruksi atap gedung sekolah sedang dalam pengerjaan.

Sopi-sopi Potong bata sehingga mengikuti bentuk kudakuda.

74

Ilustrasi 17.7. Aksonometri struktur bangunan dengan menggunanakan batu bata. (atap tidak diperlihatkan)


Setelah bangunan telah memiliki atap dan dinding, maka pembuatan lantai dapat dilakukan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah meratakan permukaan tanah (back-filling) dimana lantai akan dibuat. Sisa-sisa tanah dari penggalian pondasi, dan tanah-tanah dari sumber lain yang sesuai dapat digunakan. Sangat penting untuk diperhatikan tanah yang digunakan tidak terdapat sisasisa vegetasi (akar pohon, sarang serangga,dsb), serta telah dipadatkan dengan baik. Penggunaan tanah yang tidak sesuai serta pemadatan tanah yang kurang baik akan menyebabkan lantai mengalami penurunan (delatasi) di kemudian hari. Sebarkan tanah uruk tersebut selapis demi selapis. Setiap lapisan tebalnya 15cm dibasahi dengan air kemudian dipadatkan, setelah itu baru lapisan berikutnya dengan cara yang sama (alat sederhana untuk memadatkan tanah dapat dibuat dari balok kayu atau balok semen). Taruh tanah uruk tersebut hingga mencapai ketinggian 50mm dibawah ketinggian permukaan sloof. Ratakan permukaan tanah uruk (back-fill) tersebut setelah itu lapisi dengan pasir kasar diatasnya setebal 50mm, ratakan dan padatkan sehingga ketinggiannya sama dengan ketinggian permukaan sloof.

18. PEMBUATAN LANTAI

Ilustrasi 18.1.

75


Jenis lantai yang sesuai untuk ruang kelas adalah lantai yang kuat dan tahan lama serta tidak mudah berdebu. Jenis yang permukaannnya tahan terhadap kegiatan sekolah sehari-hari baik terhadap pengguna maupun perabotan yang ada. Jenis yang paling sering digunakan adalah lantai ubin keramik yang dipasang dengan spesi adukan semen pasir pada lapisan pasir kasar. Keramik putih berglazur paling sering ditemui, namun jenis ini mahal dan tidak begitu efisien, karena licin bila terkena air (akan berbahaya terutama pada daerah teras), mudah tergores dan terlihat kotor. Jika menggunakan ubin untuk lantai ruang kelas, maka penggunaan ubin beton akan lebih baik dan murah karena lebi h keras dan kuat serta memili ki permukaan anti- slip. Rendam dahulu ubin dalam air sebelum dipasang agar ubin tersebut tidak menyerap air dari spesi adukan semen pelekatnya. Susun ubin pada spesi pelekat adukan semen-pasir (perbandingan 1:3) setebal minimum 30mm. Ketinggian permukaan lantai yang sudah selesai dikerjakan adalah 50mm diatas sloof.

76

Ilustrasi 18.2. Model potongan pemasangan ubin keramik


Susunlah ubin dari tengah ruangan dengan menggunakan bantuan benang yang dibentangkan dari dinding ke dinding yang berseberangan agar hasil penyusunan ubin lurus. Berilah jarak pada bagian pinggir area lantai sekeliling ruangan untuk memberikan ruang bagi pergerakan ubin (pemuaian, dsb), jarak ini nanti dapat ditutup dengan tegel plint. Alternatif lain untuk pembuatan lantai yang murah dan kuat adalah lantai beton (rabat beton). Buatlah rabat beton setebal 10cm. yang pertama dilakukan dalai pengerjaannya adalah memberi pasir kasar pada lapisan permukaan tanah keras (sampai 50mm dibawah tinggi sloof) kemudian tutupi dengan lembaran plastik (yang berguna untuk mencegah air tidak merembes sampai ke lapisan beton diatasnya). Tuang adukan rabat beton (1 semen: 2 pasir: 4 kerikil). Anyaman tulangan besi dapat ditambahkan untuk memperkuat slab lantai. Anyaman tulangan besi ini diletakkan pada bagian tengah lapisan slab dengan menggunakan tahu beton (spacers) ukuran 50mm Kemudian ratakan permukaannya dengan bilah perata untuk mendapatkan hasil permukaan lantai yang datar dan halus (lihat ilustrasi 18.3.). Penggunaan lembaran plastik dan anyaman tulangan besi hanya bila diperlukan saja (pada kondisi terentu).

77

Ilustrasi 18.4. Model potongan pemasangan rabat/slab beton


Pisahkan rabat beton tersebut perbagian; ruangan kelas dan teras sehingga memiliki slab lantai yang terpisah. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya retakan pada lantai. Sebagai sambungan kedua slab lantai tersebut gunakan sambungan „V‟ diantara slab beton (l ihat ilustrasi 18.5.). Sambungan “V”

Ilustrasi 18.5. Sambungan “V” diantara dua slab beton

Pada lantai rabat beton, untuk mencapai kekuatan maksimal sebaiknya beton dibiarkan hingga mencapai kekuatan maksimal setidaknya selama 2 minggu (proses curing). Tutupi dengan kantong semen atau lembaran plastik dan jagalah kelembapannya dengan cara diperciki air setidaknya satu kali setiap hari selama 2 minggu. Jika beton terlalu cepat kering akan mengurangi kekuatannya dan memperbesar kemungkinan terj adinya retakan.

78

Tegel plint setinggi 150mm dapat dipasang pada sekeliling pertemuan dinding dan lantai untuk memberi penampilan yang rapi pada bagian bawah dinding serta mencegah air merembes ke dinding. Untuk daerah teras sebaiknya menggunakan jenis lantai yang tidak licin (bertekstur, dsb). Hal ini dimaksudkan agar pada saat hujan dan licin, mereka yang melewati daerah teras tidak mudah terpeleset. Penggunaan jenis ubin beton atau rabat beton yang diberi tekstur cukup ekonomis dan baik.

Ilustrasi 18.6. Permukaan lantai rabat beton dengan tekstur


Perhatikan: . Penuhi area dimana lantai akan dibuat dengan tanah uruk, padatkan dengan baik, selapis demi selapis (setiap 15cm). . Jika menggunakan ubin, rendam dahulu sebelum dipasang. . Hindari penggunaan lantai ubin keramik berglazur pada area teras. . Pasang ubin mulai dari tengah ruangan, yang tegak lurus dengan dinding-dinding diseberangnya (dibantu dengan benang). . Berilah jarak pada bagian pinggir area lantai sekeliling ruangan untuk memberikan ruang bagi pergerakan ubin (pemuaian, dsb). . Jika menggunakan lantai rabat beton, berilah waktu yang cukup bagi rabat beton tersebut untuk mencapai kekuatan maksimalnya (curing).

79

Ilustrasi 18.7. Penyususnan keramik dengan bantuan benang


Pemasangan rangka (kusen) pintu dan jendela dapat dilakukan pada saat penyusunan dindi ng bata ( block) at au dapat pul a sesudahnya. Bila pemasangan rangka (kusen) pintu/jendela tersebut bersamaan dengan penyusunan dinding bata (block), maka harus dilakukan pemasangan besi angkur 100mm yang dimasukkan ke dalam rangka kayu dari sisi luar rangka (jangan sampai menembus kayu agar tidak terlihat dari luar) yang diletakkan diantara susunan bata (block)yang berfungsi memperkuat pemasangan rangka pintu/jendela tersebut pada dinding (lihat ilustrasi). Pastikan bahwa rangka tersebut telah lurus dan sejajar (dengan bantuan waterpass). Jika rangka (kusen) pintu dipasang setelah dinding selesai, dapat menggunakan potongan kayu yang telah dipasang pada kolom/ring balok. Maka rangka (kusen) pintu/jendela tersebut disekrup pada potongan kayu ini setelah itu bagian depan sekrup tersebut diberi dempul sehingga tidak tampak dari luar, pastikan dahulu bahwa rangka tersebut telah lurus dan sejajar (dengan bantuan waterpass). Jika potongan kayu tersebut belum dipasang pada kolom/ring balk, maka kolom/ring balk tersebut dapat dibor dan dipasang rumah sekrup dari plastik atau dapat pula rangka (kusen) jendela/pintu tersebut dipasang dengan menggunakan paku beton

80

19. PEMASANGAN PINTU dan JENDELA

Ilustrasi 19.2. Ada dua cara dalam pemasangan pintu dan jendela; Pertama: Susun konstruksi bata sampai selesai. Penempatan kusen pintu dan jendela sudah diperhitungkan terlebih dahulu, sehingga setelah bata selesai tersusun, kusen pin tu dan jend el a t ing gal di- fit kedala m. Kedua: Pengerjaan penyusunan bata dan kusen pintu dan jendela dikerjakan bersamaan. Cara yang kedua lebih sering digunakan di Indonesia, namun cara yang pertama lebih tepat secara teoretikal. Oleh sebab itu pada bab ini, cara penyusunan kusen


yang langsung menembus rangka (kusen) kayu dan dinding bata setelah itu diberi dempul pada bagian permukaannya untuk menutupi paku beton tersebut. Baik pintu maupun jendela dirancang memiliki bukaan ventilasi berupa jalusi yang terbuat dari kayu pada bagian atasnya. Jendela ruang kelas yang menghadap bagian muka bangunan (pada area teras) memiliki ukuran yang berbeda dari jendela pada bagian belakang bangunan. Jendela pada bagian muka bangunan memiliki ketinggian dinding dibawah jendela yang lebih tinggi daripada bagian belakang bangunan, hal ini dimaksudkan untuk menjaga privasi pada ruang kelas karena banyak orang yang melewati daerah teras (lihat ilustrasi 19.3.).

81

Ilustrasi 19.3. Detail kusen pintu dan jendela


Baik rangka (kusen) pintu maupun jendela harus dibuat di lokasi pembangunan mengikuti gambar kerja yang telah dibuat. Sesuaikan ukuran rangka tersebut dengan keadaan di lapangan. Buatlah rangka (kusen) pintu/jendela ini pada daerah yang terlindung (memiliki atap). Kerangka (kusen) pintu/jendela ini pada saat pemasangan harus menggunakan penguat (penahan) sementara pada bagian bawahnya untuk memastikan bahwa letaknya sudah benar dan ti dak berg es er l ag i pada saat di pas ang. Untuk menghindari kerusakan pada pintu, hindari memasang daun pintu sebelum bangunan selesai, hanya rangka (kusen) pintu/jendela saja yang dipasang. Pintu dirancang dengan daun pintu kayu yang mengayun ke arah luar ruangan (bukan pintu geser karena cepat rusak) dan jenis jendela ayun keluar dengan panel kaca dan rangka kayu. Semua pintu dan jendela dibuat dari bahan yang berkualitas baik, haluskan dahulu permukaan kayu untuk rangka pintu/jendela dan daun pintu dengan amplas sebelum dipasang.

82

Ilustrasi 19.4. Daun pintu setelah divernish

Kaca yang digunakan untuk jendela adalah kaca dengan ketebalan 5mm. Pada saat memesan kaca tersebut ukurlah k usen (rangka) jendela dan tambahkan 5mm pada sekeliling ukuran dimensinya agar panel kaca tersebut dapat dipasang dengan mudah dan kokoh pada rangka (kusen). Gunakan dempul untuk menutupi area-area yang terlihat kurang baik. Penggunan jenis jendela kaca nako untuk bangunan sekolah tidak dianjurkan karena jendela jenis ini membutuhkan perawatan l ebih banyak, sistem pengungkitnya cepat rusak, mudah berkarat serta uj ung- uj ung kacanya dapat membahayak an.

Ilustrasi 19.5. Jendela ayun pada sekolah

Semua sistem mekanis pada pintu (pegangan pintu, gerendel, sekrup, baut, engsel, dsb) harus menggunakan kualitas yang baik dan gunakan sekrup kayu pada pem asan gan nya ( j ang an men gg unak an pak u! ).


Komite sekolah bertanggung jawab dalam pemilihan alat-alat mekanis ini, alat-alat yang kualitasnya baik memang lebih mahal namun umur pemakaiannya lebih lama sehingga mengurangi biaya perawatan dan penggantian (lebih efisien dan ekonomis). Perhatikan: . Gunakan selalu kayu yang berkualitas baik untuk daun pi n tu , ra n gk a (k use n ) pi nt u m au p u n je nd e la . . Haluskan dahulu permukaan kayu yang akan dipasang den gan dike ta m da n d iampla s sebelum dipa sang. . Pasang ba gian-bagian pintu dan jendela (kecuali bagian rangka/kusen) setelah semua bagian bangunan selesai. Hal ini untuk mengurangi resiko kerusakan pada pintu dan jendela.

Ilustrasi 19.6. Daun pintu dengan finishing vernish

. Gunakan selalu alat-alat mekanis pintu dan jendela yang baik kualitasnya; hal ini akan mengurangi biaya perawatan.

83

Ilustrasi 19.7. Daun pintu dengan finishing cat

Ilustrasi 19.8. Jendela dengan kusen yang dicat


Ilustrasi 19.9. Salah satu contoh gedung sekolah yang menggunakan double swing doors. Dasar pemikiran penggunaan double swing doors adalah secara fungsional dan keamanan dalam bahaya kebakaran.

Ilustrasi 19.10 Penggunaan jendela type 1 pada salah satu gedung sekolah. Penggunaan empat daun jendela diantara dua kolom merupakan alter natif untuk mendapatkan fleksibilitas kontrol penghawaan. Alternatif lainnya adalah penggunaaan tiga daun jendela diantara dua kolom. Dasar pemilihan “berapa banyak jumlah daun jendela diantara dua kolom� ditentukan dari panjang bentang ruang kelas.

Jendela type 2

Jendela type 1

84

Double swing doors

Ilustrasi 19.11. Penempatan kusen pintu dan jendela dalam satu ruang kelas. (atap tidak diperlihatkan)


Langit-langit (plafond) yang terdapat di dalam ruangan akan mengurangi hawa panas dari atap yang terkena sinar matahari, oleh sebab itu layak dipasang. Ada dua cara langi t- langi t (pl af ond) t ersebut dapat di pasang, yait u: 1. Tepat dibawah gording sehingga memiliki bentuk yang miring mengikuti kemiringan atap. 2. Menggantung dibawah rangka atap dengan bertumpu pada balok penggantung (penguat) sehingga memiliki bentuk yang rata horizontal. Umumnya langit-langit (plafond) yang digunakan adalah jenis yang horizontal ter ut ama bi l a meng gunak an penutup atap genteng t anah l i at . Langit-langit (plafond) yang miring mengikuti garis atap biasanya digunakan bila menggunakan penutup atap metal atau asbes (fibre-cement) karena letak gording yang lebih rapat, hal ini sangat ekonomis karena menggunakan kayu rangka untuk menempelkan langit-langit (plafond) yang lebih sedikit daripada jenis yang horizontal. Metode ini akan memberikan jarak yang lebih besar pada bagian atas ruangan sehingga lebih sejuk. Namun ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangannya, yaitu: 1. Rangka kuda-kuda atap akan terlihat (exposed) karena itu harus dibuat lebih rapi dan hasil akhir (finishing) yang lebih baik. 2. Bagian atas dinding harus ditutup hingga ke pertemuan dengan rangka atap dan diselesaikan (finishing) dengan baik.

20. PEMASANGAN LANGIT-LANGIT RUANGAN

Ilustrasi 20.1.

85


Bila menggunakan langit-langit (plafond) yang mengikuti garis atap menempel pada gording maka gunakan kayu ukuran 5/7 yang dipasang di bawah gording untuk menempelkan panel langit-langit (plafond). Jarak antar kayu tersebut 40cm yang dipasang dari ujung atas rangka kuda-kuda hingga ke bawah. Sesuaikan panjang kayu tersebut dengan ukuran atap. Kayu untuk menempel panel langit-langit (plafond) juga dipasang pada ujung atap bagian atas dan bawahnya.

86

Bila menggunakan langit-langit (plafond) yang rata horizontal, maka pasang balok penggantung ukuran 10/5 tepat dibawah kuda-kuda atap. Kemudian pasang kayu rangka penempel langit-langit (plafond) utama ukuran 10/5 membentang dari ujung atas dinding ke ujung atas dinding diseberangnya. Setelah kayu utama tersebut dipasang, maka pasanglah kayu rangka penempel plafond ukuran 5/7 dibawah kayu utama tadi deng an j arak antar k ayu tersebut 40cm. Kayu ukuran 5/7 tadi juga dipasang pada sekeliling dinding ruangan bagian atas. Setelah rangka penempel panel langit-langit (plafond) dipasang maka lembaran panel langit-langit (plafond) dapat dipasang. Bahan yang umum digunakan adalah lembaran tri pleks (k etebal an 4 mm) at au lembaran asbes (fibre-cement). Hati -hat il ah pada saat me min dah k an dan memasang panel langit-langit ini karena baik tri pleks maupun asbes mudah rusak/retak.

Ilustrasi 20.3. Langit-langit tripleks dengan finishing cat

Ilustrasi 20.2. Langit-langit tripleks sebelum finishing


Pasang lembaran panel langit-langit tersebut dengan menggunakan paku panil kecil dengan kepala rata.

Ilustrasi 20.4. Pemasangan lembaran panel langitlangit dengan memberi jarak

Terdapat dua cara untuk pemasangan lembaran panel langit-langit tersebut. Yang pertama adalah sambungan antar lembaran panel langit-langit yang rapat. Yang kedua adalah dengan memberi jarak antar lembaran panel langit-langit tersebut sekitar 10mm. Untuk cara yang kedua pastikan untuk menghaluskan permukaan kayu rangka penempel langit-langit yang terlihat karena adanya jarak antar panel lembaran langit-l angi t tersebut. Lubang bukaan pada langit-langit (plafond) untuk menuju ruang rangka kuda-kuda atap perlu dibuat (untuk memeriksa atau memperbaiki rangka kuda-kuda atap sewaktu-waktu). Ukuran bukaan tersebut minimal 60 x 60 cm dan dapat dibuat dari kayu yang sama dengan kayu rangka penempel langit-langit dan ditutup dan mendapat penyelesaian (finishing) yang sama dengan langit-langit disekitarnya. Langit-langit (plafond) juga dapat dipasang pada daerah teras bila diperlukan. Lembaran tripleks atau asbes (fibrecement) dapat digunakan sebagai panel penutupnya dan juga dipasang dengan menggunakan rangka penempel langit-langit (plafond) yang dipasang dibawah gording.

Ilustrasi 20.5. Anyaman bambu sebagai bahan penutup langit-langit (plafond)

Jika menggunakan langit-langit (plafond) yang miring mengikuti garis atap maka daerah langit langit teras dapat merupakan terusan dari langit-langit (plafond) ruangan sehingga dapat menciptakan lubang ventilasi pada daerah antara ruang kelas dengan teras (lihat ilustrasi 20.6.). Daerah atap yang menjorok diluar bangunan pada bagian belakang bangunan serta pinggir kiri kanan bangunan tidak memerlukan pemasangan langit-langit (plafond), hal ini hanya akan menambah biaya pembangunan dan perawatan bangunan, dan mudah rusak jika terkena hujan dan panas.

87


Perhatikan: . Langit-langit (plafond) ruangan yang bentuknya mengikuti garis atap (miring) lebih ekonomis daripada langit-langit horizontal yang rata. . Pasang rangka kayu penempel panel langit-langit (plafond) mulai dari tengah ruangan agar jika ada pemotongan rangka tersebut dapat terjadi pada bagian ujung (dinding) ruangan. . Hindari pemasangan langit-langit (plafond) pada daerah diluar ruangan kecuali jika diperlukan karena mudah rusak terkena hujan dan panas. Balok kuda-kuda Plafond miring

Jalur sirkulasi udara

88 Ilustrasi 20.6. Plafond miring


Semua bagian pada bangunan yang baru dibangun akan mengalami pergerakan pada saat adukan semen/beton mulai mengering dan pondasi mulai stabil. Ini merupakan hal yang normal. Maka akan lebih baik bila memberi plesteran pada dinding setelah semua bagian bangunan selesai, sehingga memberi waktu bagi bagian-bagian bangunan tersebut untuk kuat dan stabil (tidak terjadi lagi pergerakan-pergerakan). Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya retakanretakan pada plesteran ji ka terjadi pergerakan pada bagian bangunan. Sebelum memulai pekerjaan, bersihkan dulu dinding yang akan diplester dari kotoran dan debu, dan bila terdapat lubang-lubang yang cukup besar pada susunan bata (block), tutup dengan adukan semen. Dinding tersebut harus dibasahi terlebih dahulu sebelum diplester, yang bertujuan untuk mencegah susunan bata (block) menyerap terlalu banyak air dari plesteran saat dikerjakan. Jika tidak dilakukan maka plesteran akan cepat kering hingga mengurangi k ek uatannya dan dapat menimbul kan retak an-retak an. Adukan untuk plesteran adalah 1 semen : 4 pasir, dan pasir yang digunakan adalah pasir yang bersih dan halus. Buatlah adukan pada suatu wadah dan gunakan volume air yang tepat. Buatlah adukan sebanyak yang habis dipakai dalam satu jam.

21. MEMBERI PLESTERAN PADA DINDING BANGUNAN Plesteran dapat dibuat satu lapis atau dua lapis namun tebal yang dihasilkan tetap sama yaitu 12mm. Pengerjaan plesteran dua lapis memakan waktu lebih lama namun hasilnya lebih baik. Dalam pengerjaan plesteran dengan dua lapisan, biarkan plesteran pertama (setebal kurang lebih 10mm) untuk mengering selama beberapa jam, kemudian permukaannya dibasahi dan dibuat agak kasar untuk memudahkan pengerjaan lapisan plesteran berikutnya. Hasil akhir (finishing) plesteran dapat menggunakan bilah perata dari kayu (dengan hasil yang permukaan dinding yang agak kasar) maupun bilah perata dari besi (dengan hasil permukaan dinding yang halus). Namun hanya pekerja yang benarbenar ahli yang dapat menggunakan bilah perata besi hingga menghasilkan permukaan yang halus, karena pada permukaan tersebut bila terdapat perbedaan sedikit saja akan tampak. Oleh sebab itu penggunaan bilah perata kayu lebih dianjurkan walaupun akan memerlukan cat yang lebih banyak dalam pengerjaan

89


Berikan lapisan plesteran yang merata pada semua bagian dengan ketebalan yang tepat. S alah satu cara untuk mendapat ketebalan yang tepat adalah de ng an m em b uat g a ri s - g a ri s plesteran/patok pada dinding dengan arah vertikal dari atas ke bawah dengan jarak 1 - 1.5m sepanjang dinding (lihat il us tras i 2 1.1 .) , deng an bantuan papan/bilah perata yang dipindahkan dari satu area dinding ke area, patok ini kemudian menjadi panduan bagi area plesteran seluruh dinding. Bila terdapat dinding yang tidak berakhir pada kolom, untuk meratakan plesteran pada sisi ujungnya letakkan papan pada kedua sisinya yang dijepit dengan menggunakan besi sisa tulangan ukuran 6mm.

90

1.50

1.50

1.50

Ilustrasi 21.1. Membuat garis panduan plesteran/patok

Mulailah selalu pengerjaan plesteran dari atas dinding dan terus ke bawah. Taruhlah papan kayu dibawah dindi ng yang sedang diplester untuk menampung adukan-adukan plesteran yang jatuh, adukan ini dapat digunakan kembali asalkan masih baru (belum mengering). Pada bagian sudut pengerjaan plesteran jangan dihentikan, teruskan hingga 15cm ke dinding sebelahnya. Bila memungkinkan, lakukan pengerjaan plesteran secara keseluruhan (sekaligus). Pada area dinding yang luas, dinding akan terbagi dengan adanya ko lo m maupun b alo k sehingga akan memudahkan memanfaatkan garis pengerjaan plesteran pada panduan plesteran untuk membuat permukaan daerah-daerah tersebut plesteran yang rata karena area yang diplester menjadi kecil.

Ilustrasi 21.2. garis panduan/patok


Hindari melakukan pengerjaan plesteran pada saat area yang dikerjakan terkena sinar matahari l ang sung , ker jak an pada s aat t eduh. Ketika selesai, biarkan plesteran dalam keadaan basah selama seminggu, terutama pada bagian dinding yang terkena sinar matahari. Hal ini akan memberi waktu bagi plesteran untuk mencapai bentuk terbaiknya (curing) dan mengurangi kemungkinan terjadinya retakan. Ilustrasi 21.3. Meratakan plesteran dinding dengan bilah perata kayu

Perhatikan: . Bu atlah adukan plesteran pada wada h yan g bersih. . Gunakan volume yang tepat bahan-bahan material yang digunakan pada adukan plesteran. . Campur dengan baik bahan-bahan material adukan plesteran dalam keadaan kering sebelum diberi air. . Buatlah plesteran yang rapi dan merata ketebalannya. . Gunakan bilah perata kayu untuk mera takan plestern. . Setelah selesai biarkan plesteran tersebut selama seminggu

91


Persiapan adalah kunci keberhasilan dalam pengecatan untuk mendapatkan hasil yang baik pada permukaan apapun. Untuk itu penting untuk mempersiapkan permukaan dimana proses pengecatan akan dilakukan. Bagian permukaan yang akan dicat harus dibersihkan, dicuci, dan diratakan dengan amplas sebelumnya. Bersihkan debu dan kotoran dengan air bersih dan sabun (deterjen) bila dirasa perlu. Perbaiki keadaan permukaan yang rusak sebelum dicat. Tambal bagian-bagian dinding yang berlubang atau retak hingga mendapatkan permukaan yang rata. Pada permukaan kayu ratakan paku-paku yang muncul, serta beri dempul pada bagian-bagian yang berlubang. Pastikan untuk memberi cat dasar (meni) yang diperlukan terlebih dahulu pada permukaan kayu atau metal sebelum melakukan cat akhir. Gunakan selalu dan kuas (jenis yang biasa maupun yang berbentuk roll) yang baik mutunya dan terjangkau harganya. Bersihkan kuas setelah di gunak an.

92

Bersihkan permukaan dinding yang akan dicat

Cuci permukaan dinding

Ratakan dengan amplas

Ilustrasi 22.1. Tahap sebelum pengecatan pada tembok

22. PEKERJAAN PENGECATAN Jika menggunakan cat berbahan dasar air (emulsion) gunakan air bersih untuk membersihkan kuas, jika menggunakan cat minyak (oil paint) gunakan larutan terpentine (thinner) untuk membersihkan kuas. Pengecatan dapat dilakukan dengan menggunakan rangka tumpuan maupun tangga. Hati-hati dalam mengg unakan tang ga ti tian dal am proses pengecatan. Pasti kan sudutnya membentuk perbandingan 1 : 4, contohnya jika tangga berukuran 4m, maka jarak ujung bawah tangga dari dinding adalah 1m.

Kuas cat berbentuk roll

Ilustrasi 22.2. Kuas rol dan wadahnya

Wadah cat untuk kuas roll


Jaga keamanan pada saat menggunakan tangga. Jika tangga diletakkan pada tanah yang lunak, pastikan untuk memberi penguatan. Penguatan ini dapat berupa pasak yang ditancapkan ke tanah kemudian diikat pada ujung bawah tangga.

Pastikan tangga membentuk sudut 1:4

4

Gunakan selalu pengait yang dapat digunakan untuk menggantung kaleng/wadah cat pada kaki-kaki tangga, sehingga kedua belah tangan dapat bebas melakukan pengecatan. Pengait dapat dibuat dari besi 6mm yang dibentuk huruf “s”.

1 Ilustrasi 22.3. Jaga keamanan saat menggunakan tangga

Beri pasak apabila pijakan tangga kurang kuat, lalu ikat pada kaki tangga.

Ilustrasi 22.4. Ganjalan tangga

Mulailah pengecatan dari sebelah kanan dinding dan selanjutnya mengarah ke kiri, sehingga tangga tidak akan menyentuh bagian dinding yang baru dikerjakan. Jika kidal (menggunakan tangan kiri) berlaku kebalikannya.

Beri pengait “S” pada tangga untuk menaruh kaleng cat agar memudahkan proses pengecatan

93

Ilustrasi 22.5. Pengait “S”


22.1 Pengecatan pada dinding Pada saat plesteran dinding telah selesai dikerjakan dan telah mencapai keadaan terbaiknya, proses pengecatan dinding dapat dilakukan.

Ratakan paku yang muncul di permukaan dinding

Dinding harus dicat menggunakan cat emulsion yang baik kualitasnya. Dinding yang baru akan memerlukan 3 lapisan cat yaitu 1 lapisan cat dasar, dan kemudian 2 lapisan cat akhir (finishing). Lapisan cat dasar terbuat dari cat emulsion berwarna putih yang dicampur dengan air bersih sebanyak 20%.

Beri dempul

Cat emulsion sebanyak 5 liter akan menutupi luas area dinding sekitar 30m 2 (dengan satu lapisan cat). Namun bil a dalam peng erjaan permukaan pl esteran menggunakan bilah perata kayu (sehingga permukaan dinding agak kasar) maka area yang dapat dicat akan berkurang menjadi hanya sekitar 20m2 .

94

Untuk mengurangi biaya perawatan, bagian bawah dinding (kira-kira hingga ke bagian bawah ambang j endel a s ek i tar 12 0 cm -p ada bag i an muk a bangunan/teras) dapat dilakukan pengecatan dengan menggunakan cat mengkilat (gloss paint) untuk memberi lapisan cat yang kuat dan dapat dicuci (tahan air).

Beri cat dasar (meni)

Ilustrasi 22.6. Tahap sebelum pengecatan pada kayu

Ilustrasi 22.7. Pengecatan dinding dan langit-langit dengan menggunakan kuas rol yang diikatkan pada tongkat.


2 2.2 Pen gecat an pad a langit-langit (pl afond ) Untuk menambah kualitas pencahayaan dalam ruangan, langit-langit (plafond) dalam ruangan sebaiknya dicat dengan warna putih. Jika menggunakan lembaran tripleks sebagai penutup langit-langit, maka berikan cat dasar lebih dahulu dengan cat kayu berbahan dasar air, kemudian dilapisi dengan dua lapis cat emulsion.

Ilustrasi 22.8. Pengecatan pada langit-langit teras

Jika menggunakan asbes (fibr e-cement) sebagai penutup langit-langit, beri cat dasar terlebih dahulu dengan cat emulsion yang dicampur dengan 20% air bersih, dan jika terdapat bagian kayu rangka yang ditampakkan (expose) maka cat bagian tersebut dengan cat kayu berbahan dasar air. Setelah itu cat seluruh bagian langit-langit (plafond) dengan dua lapis cat emulsion. 2 2 .3 Pen ge c a ta n p ad a pi n tu d an je n de la Jika pintu dan jendel a terbuat dari kayu yang baik kualitasnya maka untuk hasil akhir dapat ditampakkan (expose) hanya dengan menggunakan lapisan vernish (polyurethane lacquer) yang transparan. Pertama-tama bagian kayu tersebut harus diamplas untuk menghaluskan permukaannya, kemudian beri lapisan dasar berupa campuran vernish dan 10% terpentine. Setelah itu beri dua lapis vernish sebagai hasil akhir (finishing), jangan lupa untuk mengamplas permukaan setiap satu lapisan.

Ilustrasi 22.9. Pengecatan pada daun pintu

Jika kualitas kayu yang digunakan kurang baik maka gunakan cat mengkilat (gloss paint) yang baik kualitasnya untuk mengecat pintu dan jendela tersebut. Amplas terlebih dahulu untuk mendapatk an permukaan yang halus kemudian berikan cat dasar kayu (meni kayu). Setelah itu lapisi dengan dua lapisan cat mengkilat (gloss paint), jangan lupa untuk mengamplas permukaan setiap satu lapisan.

95


22.4 Pengecatan pada bagian atap Bagian-bagian atap seperti papan tritisan dan lisplang memerl uk an pengecat an untuk meli ndungi dan memperindah penampilan bangunan. Perbaiki keadaan permukaan sebelum dicat. Ratakan pakupaku yang muncul, serta beri dempul pada bagian-bagian yang berlubang, kemudian amplas permukaannya. Beri cat dasar (meni) kayu, setelah itu lapisi dengan dua lapis cat tahan air (weathershield).

Lisplang

Ilustrasi 22.10. Lisplang yang dicat putih

Perhatikan: . Hindari melakukan pengecatan pada permukaan yang kotor atau berminyak, karena akan memakan waktu lama pada saat pengeringan cat dan hasil akhir permukaan cat akan terlihat tidak bagus. . Persiapkan keadaan permukaan yang akan dicat dengan dibersihkan, dicuci, dsb.

96

. Hindari menyapu lantai sebelum atau pada saat melakukan proses pengecatan, debu dan kotoran yang timbul akan merusak hasil pengecatan. . Ja ngan men ggunaka n kua s ca t (jenis roll maupu n konvensional) yang sudah lama atau yang kurang baik karena akan mempengaruhi hasil akhir pengecatan menjadi tidak bagus. . Lakukan selalu pengamplasan permukaan setiap kali satu lapisan cat selesai dikerjakan sebelum mengerjakan lapisan berikutnya. . Hindari penggunaan bahan pengencer yang terlalu banyak pada campuran cat. . Bacalah petunjuk pengecatan yang ada pada kaleng cat yang digunakan.


Toilet/WC sekolah dirancang untuk setiap 3 ruang kelas. Terdapat 3 buah toilet, yang pertama toilet untuk siswi yang terdiri dari 2 ruangan, toilet untuk siswa terdiri dari 2 ruangan, serta toilet untuk guru terdiri dari satu ruangan. Hindari pemasangan urinoir pada toilet siswa terutama yang menggunakan keramik, hal ini karena jenis ini sulit dijaga kebersihannya (mudah menimbulkan bau tidak sedap, dsb) serta tidak ekonomis. Pemasangan wastaffel juga tidak dianjurkan jika terdapat bak air, hal ini disebabkan wastafffel tidak ekonomis dalam pembuatan dan perawatannya serta mudah mengalami kerusakan. Tiap ruang toilet terdiri dari sebuah kloset jongkok dan sebuah bak penampungan ai r ( bak mandi ) untuk menyiram toi let , mencuci t ang an, dsb. Lantai untuk toilet lebih rendah daripada lantai ruang lainnya, sementara untuk pemasangan toilet jongkok, lantai ditinggikan 150mm (dari ketinggian lantai toilet) dengan menggunakan adukan beton (perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil). Sedangkan kedalaman bak adalah 70cm dihitung dari lantai yang ditinggikan tersebut. Dengan adanya kenaikan ketinggian lantai menyebabkan kedalaman pipa pembuangan limbah padat dapat dikurangi (tidak terlalu dalam). Setiap toilet jongkok memiliki pipa saluran pembuangan menuju septic tank sendiri-sendiri. Hal ini untuk memudahkan perawatan jika terjadi penyumbatan.

23. TOILET dan INSTALASI PENYALURANPEMBUANGAN AIR Kemiringan pipa pembuangan dari toilet ke septic tank minimum 5 0(dengan menggunakan perbandingan 1:60; setiap 60cm mengalami penurunan minimal 1cm). Bagian lantai dan daerah lantai sekitar kloset ditutup dengan keramik, dan pemasangan keramik diletakkan dibawah keramik kloset, sehingga tidak dilakukan pemotongan keramik lantai setelah kloset dipasang. Ini akan membuat sambungan antara keramik kloset dengan lantai keramik lantai lebih rapi dan mudah dibersihkan. Sering terjadi masalah dengan air yang merembes dari dinding toilet (pada area bak) menuju dinding ruang kelas disebelahnya, hal ini terjadi terutama bila bak mandi dibuat menempel pada dinding.

97


Salah satu cara untuk menghindari hal ini adalah dengan menggunakan bak air yang terbuat dari plastik atau fibre-glass, namun bak ini harus ditutup rapat (sealed) dengan baik pada sambungannya dengan dinding. Gunakan silicone sealer, dinding disekitar bak air harus dilapisi ubin keramik yang ditempel dengan menggunakan adukan trasraam (perbandingan 1 semen : 3 pasir atau 1 semen : 2 pasir, tergantung kualitas pasir yang digunakan). Jika membuat bak air sendiri, lakukan pemasangan keramik pada dinding bak air tersebut baik didalam maupun diluar dinding. Buat lubang pembuangan air pada bak dengan menggunakan pipa besi diameter 50mm sepanjang 200mm dengan kedua penutup pada kedua sisinya. Letakkan menembus bak pada bagian bawah , gunakan adukan semen (1 semen : 2 pasir :4 kerikil) dengan ditambah lem PVA agar tahan air (water-proof). Penutup pipa besi kemudian dipasang putaran ker an (tap handle) pada bagian luar pipa sebagai penutup.

ulir (spindle)

ring karet (sealing washer)

Ilustrasi 23.1. Keran air

98

Keramik

keran air

beton plat besi

50mm pipa besi ditutup dengan penutup besi

pipa pembuangan air bak penampungan air

Ilustrasi 23.2. Detail dinding bak air

Bak air


Jika memungkinkan pasang keramik pada dinding toilet sampai setinggi pintu, pasang keramik dengan adukan trasraam (1:2 atau 1:3). Hal ini untuk mencegah air merembes dari dinding dan juga lebih mudah perawatannya.

Ilustrasi 23.3. Tipe KM dengan bak air dan kloset Kemiringan lantai untuk kamar mandi sekitar 10 - 5 0.

Ilustrasi 23.4. Kemiringan lantai

Jika menggunakan ubin keramik, gunakan yang memiliki tekstur (anti-slip), hindari penggunaan ubin keramik yang licin karena dapat berbahaya saat basah (menyebabkan terpeleset, dsb). Pipa air bersih harus ditanam didalam dinding dimana pipa tersebut terlindungi, gunakan pipa baja galvanised, hindari penggunaan pipa plastik karena mudah retak/bocor. Semua saluran pipa air bersih harus memiliki alat kontrol penyaluran setempat (stop-valve) . Sehing ga bi la terjadi kebocoran/kerusakan setempat, penyaluran air pada area tersebut dapat di hentikan tanpa mempengaruhi penyal uran air di area lai n. Pintu untuk toilet sebaiknya berupa daun pintu tunggal mengayun (bukan pintu geser) yang dibuat dari bahan yang tahan air. Pasang pintu dengan ambang bawahnya mem i li k i ket i ng gi an (menggantung) dari lantai sejauh minimal 10cm supaya tidak gampang terkena air.

stop cock

Ilustrasi 23.5. Alat kontrol induk penyaluran air (stop cock) pada sumber air bersih PDAM.

99


Perhatikan: . Hindari pemasangan urinoir pada toilet siswa karena jenis ini sulit perawatannya dan tidak ekonomis. . Gunakan adukan trasraam (1:2/1:3) untuk menempelkan ub in k era mi k da n p les te ra n p ad a a re a t oil et . . Gunakan ubin bertekstur (anti-slip). . Pasang alat kontrol penyaluran air setempat (stop-valve) untuk mengontrol penyaluran air dan keran-keran yang ada. . Gunakan keran dan alat-alat penyaluran air yang terjangkau dan baik mutunya. Keran ledeng

Pompa listrik

Wastafel

100

Keran saluran utama (stop cock)

Keran saluran setempat (stop valves)

Keran saluran setempat (stop valve)

Ilustrasi 23.6. Sistem instalasi penyaluran air bersih dengan menggunakan pompa listrik


Pada umumnya di Indonesia, terutama pada daerah pedesaan, kegiatan belajarmengajar berlangsung pada pagi hingga siang hari menggunakan penerangan sinar matahari sehingga penerangan listrik tidak dibutuhkan. Namun pada saatsaat tertentu diperlukan penggunaan penerangan listrik seperti pada saat hujan/langit gelap maupun bila terdapat kegiatan di sore atau malam hari. Oleh sebab itu pemasangan instalasi listrik dianggap perlu, untuk itu diperlukan tenaga ahli kelistrikan yang baik untuk pemasangannya. Gunakan kabel listrik yang dibalut dengan karet/plastik baik untuk dibalik dinding maupun langit-langit (plafond). Pergunakan titik lampu untuk penerangan yang memadai yang dapat mencakup seluruh area dalam ruangan. Untuk mendapatkan penerangan yang memadai dalam ruang kelas gunakan 4 buah titik lampu dalam 1 ruang kelas berkekuatan masing-masing minimum 1200 fluorescent (20 W untuk lampu TL/60 W untuk lampu pijar). Jika dana yang tersedia terbatas maka lebih baik untuk melengkapi beberapa kelas saja dengan penerangan yang memadai daripada semua kelas dengan penerangan yang kurang memadai.

24. PEMASANGAN INSTALASI KELISTRIKAN

Ilustrasi 24.1. Titik lampu pada langit-langit ruang lelas Pada umumnya, ruang kelas menggunakan 4 dudukan lampu yang diletakan sedemikian rupa sehingga pencahayaan dapat memenuhi ruangan secara merata. Lampu yang digunakan bisa lampu neon atau lampu pijar.

101


Jika diperlukan pemasangan stop-kontak maka gunakan stop-kotak yang baik mutunya dengan jumlah minimal 4 buah perkelas untuk masing-masing sisi dinding. Jika dana yang tersedia tidak cukup untuk pemasangan instalasi listrik namun direncanakan akan dipasang di masa yang akan datang, maka pasang sarana pemasangan alat-alat listrik yang diperlukan saja seperti lubang kabel pada dinding dan langit-langit sehingga pada saat dana tersedia cukup menambah deng an alat- al at ins talasi l is trik yang diperl uk an. Jika tidak terdapat aliran listrik pada daerah dimana sekolah dibangun namun penerangan listrik dirasa perlu maka dapat mempertimbangkan penggunaan listrik tenaga matahari. Instalasi untuk listrik dari tenaga matahari ini cukup mahal dalam pembuatan dan perawatannya, namun untuk pemakaian tidak mengeluarkan biaya. Jika terdapat instalasi listrik pada bangunan sekolah maka sekolah harus memiliki salinan denah cetak biru dari instalasi listrik tersebut (letak kabel,dsb). Denah ini berguna untuk kegiatan perawatan dan perbaikan. Titik lampu pada ruang kelas. Dalam sebuah ruang kelas gunakan minimal dua buah titik lampu yang diperhitungkan mampu menerangi keseluruhan ruang kelas.

102

Saklar lampu. Stop kontak.

Ilustrasi 24.2. Contoh gambar 3 dimensi peletakkan salah satu titik lampu pada ruangan Perletakan titik lampu, saklar,dan stop kontak variatif tergantung dengan desain masing-masing sekolah.


Perhatikan: . Pasang instalasi listrik hanya jika sekolah sanggup membiayainya. . J ika pe masa nga n inst ala si list rik se ca ra keseluruhan tidak memungkinkan, pasang dahulu sarana pemasangan alat listrik tersebut (lubang kabel, dsb) untuk pemasangan di masa datang. . Untuk pemasa nga n inst alasi listrik gunakan tenaga ahli kelistrikan yang baik. Ilustrasi 24.3. Sekering listrik pada dinding

. Pasang minimal 4 titik lampu pada ruang kelas yang masing-masing berkekuatan 1200 fluorescent (2 0W un tu k TL /60 W unt uk lampu p ijar) . Penggunaan listrik tenaga matahari untuk sekolah di daerah yang belum terdapa t aliran list rik m e ru p a k a n a lt e r n a ti f y a ng b a i k b ila memungkinkan. . Sekolah harus memiliki denah cetak biru instalasi kelistrikan, untuk pelaksanaan kegiatan perawatan maupun perbaikan sewaktu-waktu.

Ilustrasi 24.4. Saklar dan stop kontak listrik pada dinding

Matikan lsitrik

Matikan lampu Ilustrasi 24.5. Matikan aliran listrik sebelum memasang dudukan lampu

103


25.1 Pendahuluan Pada saat bangunan sekolah selesai, terdapat beberapa pekerjaan pembuatan yang harus dilakukan pada area sekitar tapak bangunan, pekerj aan ini adalah:  Saluran drainase air  Paving block dan jalan setapak  Dinding penyangga  Septic tank dan rembesannya  Persediaan air bersih  Penampungan air bersih  Sumur  Pembuangan sampah Terdapat pula beberapa pekerjaan pada tapak yang umumnya terdapat pada bangunan sekolah namun tidak vital fungsinya, seperi pagar, gerbang, dsb. Untuk hal-hal ini pembuatannya tergantung kepada komite sekolah.

10 4

Ilustrasi 25.1. Pembangunan gerbang depan dan pagar sekolah dengan menggunakan dana masyarakat

25. PEKERJAAN PADA LINGKUNGAN SEKELILING TAPAK BANGUNAN 25.2 Saluran drainase air Drainase diselili ng tapak terutama disekelil ing bangunan mempunyai fungsi penting untuk mencegah genangan air pada lingkungan sekolah pada saat musim hujan, juga mencegah tanah disekeliling bangunan mengalami erosi. Drainase pada sekelili ng bangunan dibuat tepat dibawah tepi atap pada muka dan belakang bangunan, dan saluran drainase tersebut harus cukup lebar untuk menampung air yang jatuh dari atap pada saat hujan lebat. Ilustrasi 25.2.


Saluran drainase tersebut dapat dibuat dari beton pra-cetak atau buis beton/blok beton (concrete blocks), atau drainase dapat dibuat secara sederhana dari bata tanah liat dengan spesi adukan beton.

Ilustrasi 25.3. Saluran drainase dengan bata dan plesteran

Susun 3 buah bata , dengan bata pada sisi kiri-kanannya terletak miring sehingga menghasilkan saluran yang lebar (lihat ilustrasi). Saluran drainase dibuat miring ke bawah minimal 5 (dengan menggunakan perbandingan 1:100; setiap 100cm mengalami penurunan minimal 1cm), setelah itu beri plesteran dengan adukan semen-pasir (perbandingan1:3). Buatlah drainase sehingga tidak terdapat bagian saluran yang datar atau terlalu rendah yang dapat mengaki batkan timbulnya genangan air dan menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Buatlah drainase pada sekeliling bangunan dan juga pada area dimana terdapat paving (yang menyebabkan air agak lama terserap ke tanah) seperti pada lapangan upacara, dsb (lihat ilustrasi 25.4.). Buat saluran mengalir menuju saluran pembuangan air induk diluar tapak.

Ilustrasi 25.4. Saluran drainase dengan buis beton

Perhatikan: . Bua tlah selalu drainase pa da sekeliling ba nguna n. . Saluran drainase dibuat sehingga air yang terkumpul mengalir menuju saluran pembuangan air induk di luar tapak.

Tipe saluran drainase dengan concrete blocks 1

Tipe saluran drainase dengan concrete blocks 2

Tipe saluran drainase dengan susunan bata

Ilustrasi 25.5. Macam-macam tipe saluran drainase

105


25.3 Paving dan jalan setapak Paving disekeliling bangunan terletak antara pagar luar dan saluran drainase berfungsi untuk mencegah erosi pada tapak. Untuk pemasangan paving block, pertama-tama tanah dipadatkan yang akan diberi paving dibersihkan dan dipadatkan dengan baik Kemudian beri lapisan pasir kasar diatasnya setebal kurang lebih 10cm sampai 20cm, lapisan pasir ini juga dipadatkan. Setelah itu susun paving block diatas pasir kasar tersebut.

Ilustrasi 25.5. Paving blocks

Jalan setapak pada tapak mempunyai fungsi yang cukup penting terutama pada daerah yang curah hujannya tinggi maupun pada tapak yang berkontur (untuk mengurangi erosi tanah pada tapak). Pada saat hujan dan area tapak menjadi basah, jalan setapak dapat mengurangi banyaknya tanah dan lumpur yang terbawa ke area teras maupun ke ruang kelas sehingga kebersihan bangunan terjaga.

106

Jalan setapak juga berguna sebagai penunjuk arah dan lalu lintas pergerakan orang dalam tapak. Harus diingat agar jalan setapak dibuat pada area dimana ramai terjadi lalu lintas pergerakan pengguna bangunan, jika dibuat pada area dimana jarang dilewati oleh pengguna maka pembuatannya hanya akan membuang-buang biaya. Jalan setapak juga harus memi liki lebar yang cukup untuk menampung pergerakan dari pengguna. Lebar jalan setapak yang dianjurkan minimal 1.80m dan lebih lebar pada tiap sudut persimpangan/belokan. Pembuatan j al an setapak sama seperti pada pemasangan paving, yai tu membersihkan dan memadatkan lantai kerja kemudian diberi lapisan pasir kasar yang dipadatkan setebal 10cm-20cm. Setelah itu tuang dengan adukan semen-pasir-kerikil (perbandingan 1:2:4) setebal 10cm, buatlah perbagian, dengan satu bagian maksimum panjangnya 2m (lihat ilustrasi 25.7.).

Jalan setapak rabat beton

Pasir

Ilustrasi 25.6. Potongan aksonometri jalan setapak yang menggunakan rabat beton

Ilustrasi 25.7. Jalan setapak


Tangga juga pada saat tertentu diperlukan terutama pada tapak yang berkontur. Buat tangga menggunakan adukan semenpasir keriki l (perbandingan 1 :2:4) . Setiap anak t angga memil iki ukuran jarak kaki 3 0cm dan ting gi 1 2.5 cm. Ketebalan minimal tangga pada bagian sudut adalah 15cm (lihat ilustrasi 25.8.).

rabat beton

pasir

Ilustrasi 25.8. Tangga pada tanah berkontur

Perhatikan: . Paving pada sekeliling tapak akan membantu mencegah erosi pada tanah. . Penggunaan paving block lebih baik daripada rabat beton pada area sekeliling tapak. . Adanya jalan setapak akan membantu mencegah erosi tanah serta menjaga sekolah tetap bersih. 25.4 Dinding penyangga Apabila tapak berkontur, keadaan permukaan tanah miring, maka perlu adanya dinding penyangga untuk menahan tanah disekitar tapak agar tidak longsor. Jika kemiringan tanah tinggi maka diperlukan dinding penyangga yang tinggi pula. Jika pada tapak terjadi perubahan ketinggian tanah, maka perlu dibuat dinding penyangga untuk menahan tanah yang berada pada area yang lebih tinggi.

Ilustrasi 25.9. Dinding penyangga

Dinding penyangga dibuat dari batu kali yang berukuran besar. Bagian belakang dari dinding (yang menahan tanah) memiliki permukaan vertikal, sedang bagian mukanya memiliki permukaan miring dengan bagian bawah lebih tebal (lihat ilustrasi 25.9.).

107


Dal am pembuatannya pertama-tama ratakan tanah lantai kerja dan dipadatkan dengan baik lalu diberi lapisan pasir yang dipadatkan setebal 5 cm, diatasnya diberi lapisan batu besar/kali yang dipadatkan setebal 10 cm. Kemudian pada bagian paling atas diberi lapisan batu kali dalam ad uk a n s e m en /p as i r d en g a n perbandingan 1:4 hingga mencapai ketinggian yang diinginkan. Pasang pipa plastik diameter 50mm atau batang bambu (pastikan lubang bambu tidak tersumbat) kedalam dinding penyangga kurang lebih 20cm diatas permukaan tanah bagian bawah (lihat ilustrasi). Lubang ini berfungsi untuk mengalirkan air yang terdapat pada tanah di bagian belakang dinding. Jika air pada tanah di bagian belakang dinding tidak dialirkan maka hal ini dapat menyebabkan dinding tersebut runtuh. Pada saat dinding penyangga telah selesai dikerjakan, isi bagian belakang dinding tersebut dengan material tanah yang tidak larut (lihat ilustrasi 25.10.), padatkan material tersebut.

108

Jika tapak memerlukan dinding penyangga yang tingginya lebih dari1.2m atau tapak memiliki lahan yang mudah longsor, mintalah dahulu pendapat ahli konstruksi untuk desain dan pembuatannya. Dinding penyangga dengan ketinggian lebih dari 1.2m harus memiliki pagar pengaman untuk mencegah pengguna sekolah jatuh.

Dinding penyangga

Ilustrasi 25.10. Dinding penyangga

Sulingan air tanah pada dinding penyangga

Ilustrasi 25.10. Detail dinding penyangga


Perhatikan: . Buat dinding penyangga bila kemiringan tanah lebih besar dari 60 0. . Pastikan dinding penyangga bertumpu pada tanah yang telah dipadatkan seperti pada pembuatan pondasi bangunan. . Buat selalu pipa saluran untuk menyalurkan air dari tanah pada bagian belakang dinding. . Minta pendapat ahli konstruksi bila memerlukan dinding penyangga yang tingginya lebih dari 1.2m. . Pasang selalu pengaman bila ketinggian dinding penyangga lebih dari 1.2m berupa pagar, dsb. 25.5 Septic tank dan rembesannya Jarak terlalu dekat

Pada situasi normal, septic tank dan rembesannya dibuat mengikuti standar yang ada (lihat ilustrasi 25.12.).

Septic tank Sumur air

Ilustrasi 25.11. Air kotor dapat merembes ke sumber air bersih (sumur) jika jaraknya terlalu dekat

Ilustrasi 25.12. Septik tank untuk daerah normal

Septic tank dan rembesannya harus memiliki jarak minimal 3 meter dari bangunan sekolah sehingga jika terjadi kebocoran septic tank, keadaan tanah pada bagian pondasi bangunan tidak mengalami kelembapan yang dapat menyebabkan penurunan pondasi. Akan sangat berguna bila septic tank memiliki akses bukaan pada tanah diatas pipa saluran air kotor dari toilet sebelum masuk ke septic tank, untuk memudahkan pekerjaan perbai kan bila terjadi penyumbatan. Akses bukaan ini juga harus ada setiap jarak 6m (jika septic tank jauh letaknya) atau pada pipa yang membelok (jika ada). Semua bukaan ini harus memiliki tutup yang dapat dibuka terbuat dari semen.

109


Pada kondisi tapak yang basah terutama pada daerah rawa, septic tank biasa dan rembesannya tidak akan bekerja dan perlu dilakukan cara-cara yang khusus untuk menanganinya. Pada situasi seperti ini septic tank harus tahan air untuk mencegah air dari tanah masuk ke dalam septic tank maupun sebaliknya. Dan septic tank harus diletakkan pada posisi yang paling tinggi yang memungkinkan dengan mempertimbangkan ketinggian toilet dan kemiringan pipa air kotor yang dibutuhkan. Buat bagian dasar (horizontal) septic tank setebal 150mm dengan adukan beton (perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil) yang diperkuat dengan tulangan besi. Gunakan adukan yang sama untuk membuat bagian dinding septic tank dan bila memungkinkan beri tulangan besi juga. Perlu diperhatikan pada bagian sambungan antara dinding dengan dasar septic tank agar sambungannya rapat. Bila terdapat cairan anti air (water-proofing agent) dapat dimasukkn ke dalam adukan beton untuk dasar dan dinding septic tank (bila tidak tersedia dapat menggunakan lem PVA).

110

Jika menggunakan bata tanah liat untuk pembuatan dinding septic tank gunakan susunan satu bata. Jika menggunakan block semen, dsb, haruslah jenis yang solid dengan ketebalan minimal 20cm. Gunakan spesi dan plesteran berupa adukan semen (dengan perbandingan 1 semen : 3 pasir) pada kedua sisi dinding (luar dan dalam) dan bila tersedia campurkan cairan anti air (water-proofing agent) atau dapat pula mencampurkan lem PVA. Tipe rembesan yang digunakan pada situasi seperti ini adalah tipe dengan alas evapo-transpiration. Gali lubang untuk rembesan kemudian beri lapisan kerikil setinggi 1m diatas lapisan tanah. Pipa penguapan plastik 50mm kemudian ditaruh diatas kerikil. Pipa 50mm tersebut dihubungkan dengan pipa 100mm ke septic tank, kemudian tutupi dengan lapisan atas tanah (lihat ilustrasi 25.13.). Tanah diatas rembesan ini kemudian ditanami dengan tumbuhan (jenis rumput-rumputan) yang cepat tumbuh dan dan bernafas dengan cepat (menguapkan air) sehingga air pada tanah yang ada dibawahnya dapat menguap dengan cepat. Rawat dan potonglah tanaman diatas rembesan ini secara teratur.


Pada area rembesan, tanah disekelilingnya ditinggikan untuk mengantisipasi bila terjadi banjir pada musim hujan. Rembesan untuk bangunan dengan 6 ruang kelas mempunyai ukuran sekitar 20m x 20m (lihat ilustrasi). Perhatikan: . Jarak minimum antara bangunan dengan septic tank dan rembesannya adalah 3m. . Ikuti gambar cetak biru dari rancangan dengan benar pada saat pembuatan septik tank. . Jika jarak pipa saluran septic tank cukup panjang buat akses bukaan untuk memeriksa atau memperbaiki pipa tersebut. . Pada daerah yang basah (rawa,dsb) perlu dilakukan caracara pembuatan septic tank khusus yang berbeda dengan septic tank biasa.

111 6.00

4.00

4.00

6.00

Pipa berongga diameter 50mm Soil pipe

6.00 4.00 4.00

Sebaiknya pipa dikubur untuk melindungi pipa tersebut

6.00 Parit dengan kerikil yang berfungsi sebagai penyerapan 1.00 Tanami rumput yang mempunyai kemampuan menyerap yang baik disekitar septik tank

Ilustrasi 25.13. Septik tank untuk daerah yang sangat lembab atau berbatu


25.6 Persediaan air Semua bangunan sekolah baik yang berada di kota maupun daerah terpencil memerlukan sumber air bersih yang dapat diandalkan. Pada beberapa sekolah, terutama di kota dan desa yang cukup besar biasanya memiliki akses air bersih dari perusahaan air setempat atau dari sumur dan mata air. Jika jarak sumber air cukup jauh maka diperlukan pipa dari sumber air ke bangunan sekolah. Pipa yang digunakan dapat berupa plastik (polyethylene) atau baja galvanised. Pipa plastik yang tipis memang murah namun cepat rusak. Jenis pipa apapun yang digunakan pastikan diameternya minimal 32mm (dianjurkan 35mm) dan ditanam di tanah dengan kedalaman minimal 60cm untuk melindungi pipa tersebut dari beban diatasnya dan sebaiknya diberi lapisan pasir disekelilingnya.

112

Jika sekolah mendapatkan akses penyaluran air bersih dari perusahaan air setempat, maka harus dipasang meteran air. Alat kontrol penyaluran air induk (stop-cock) harus dipasang pada area yang mudah dicapai sehingga jika sewaktu-waktu terjadi kebocoran dan sebagainya penyaluran air dapat dihentikan dengan mudah. Bila terdapat meteran air maka alat kontrol induk harus berada didekatnya dan berada di dalam area sekolah. Keduanya harus terlindung dengan meng gunakan kotak dari seng, dsb, yang dapat dibuka-tutup. Diperlukan pula pemasangan alat kontrol penyaluran air setempat (stopvalve) untuk menghentikan aliran air bila terjadi kebocoran, dsb, sehingga dapat diperbaiki pada area dimana terjadi kebocoran tanpa mempengaruhi aliran air di area lain.

Ilustrasi 25.14. Sumur air bersih


25.7 Tempat penyimpanan air Jika sekolah mendapatkan persediaan air yang tidak lancar, maka diperlukan pemasangan tangki penyimpanan air. Jika permukaan tanah pada tapak sekolah berkontur dan aliran air datang dari arah yang tinggi, dapat menggunakan tangki air yang berada di atas tanah. Tangki air dapat dibuat menggunakan adukan semen untuk dasarnya dan bata atau block semen untuk dindingnya (pembuatannya sama dengan septic tank, lihat bagian sebelumnya). Ukuran dari tangki tergantung pada jumlah siswa dan kelancaran dari ketersediaan air. Pipa yang menyalurkan air ke dalam tangki harus berada di bagian atas tangki dan harus dilengkapi dengan alat kontrol penyaluran air setempat (stop valve) untuk menghentikan aliran air bila tangki sudah penuh. Pipa yang menyalurkan air keluar dari tangki harus berada pada bagian bawah tangki dan dapat disalurkan ke bangunan sekolah hanya dengan menggunakan tenaga gravitasi. Ilustrasi 25.15. Dudukan tangki berupa menara

Jika permukaan tanah pada tapak datar, dan tekanan air cukup kuat maka dapat tangki dapat diletakkan di atas dengan menggunakan dudukan tangki berbentuk menara. Buat menara tersebut dari baja galvanised, jika menggunakan besi biasa pastikan untuk memberi lapisan cat dasar (meni) besi dan dua lapis cat tahan cuaca (weathershields). Mintalah petunjuk dari ahli bangunan untuk membuat menara air tersebut. Gunakan tangki air GRP (Glass Reinforced Plastic) yang mempunyai umur pemakai an cukup panjang. Tangki tersebut harus cukup besar untuk menampung kebutuhan air sekolah dalam jangka waktu 1 hari (minimum 7.500 lt sehari untuk bangunan sekolah dengan 6 kelas).

Ilustrasi 25.16. Tangki penyimpanan air GRP

113


Pipa aliran air keluar dan masuk tangki sebaiknya terbuat dari baja galvanised dan keduanya dilengkapi dengan al at kontrol setempat (stop-val ve). Jika tekanan air kurang kuat maka perlu dibuat tangki penampungan air pada tanah dan air kemudian dipompa ke tangki atas yang kemudian disal urkan ke bangunan sekolah di bawah. Untuk memompa ai r ke tangki atas dapat menggunakan pompa air listrik. Namun jika daerah dimana bangunan sekolah terdapat belum tersedia aliran listrik maka dapat menggunakan pompa manual (dengan tangan) unt uk memompa. Memompa air secara manual akan cukup memakan tenaga oleh sebab itu buatlah jadwal bergilir untuk melakukan hal ini setiap hari.

Ilustrasi 25.17. Pompa air listrik

Jika menggunakan pompa air listrik, pastikan kemampuannya cukup kuat dengan mempertimbangkan tinggi menara dan kapasitas tangki. Pompa air listrik ini juga perlu diperiksa secara berkala dan dipelihara dengan baik.

114

25.8 Sumur Pada beberapa sekolah terutama yang berada di daerah terpencil biasanya mengandal kan sumur sebag ai sumber persedi aan ai r bers ih. Sumur-sumur tradisional yang biasa terdapat di Indonesia pada bagian dindingnya kurang mendapat perkerasan dan bagian atasnya tidak tertutup dengan baik sehingga rawan terhadap pencemaran baik dari samping maupun dari atas. Bila akan membuat sumur baru untuk bangunan sekolah, dinding sumur haruslah mendapat pengerasan yang baik dan memiliki alat pompa manual (dengan tangan) yang berdiri pada tutup sumur yang terbuat dari semen, atau hanya berupa sumur yang ditutup dengan semen dan memiliki bukaan dengan penutup yang terbuat dari semen atau kayu.


Penggalian sumur baru harus dilakukan pada akhir musim kering dan harus memiliki kedalaman minimal 3m dibawah garis permukaan air pada saat itu sehingga di dalam sumur selalu tersedia air. Jika melakukan penggalian sumur baru pada saat musim hujan biasanya sumur akan mengering pada saat musim kering karena kedalamannya kurang. Karena harus digali 3m dibawah batas permukaan air tanah maka mungkin akan diperlukan penggunaan pompa sementara untuk memompa air keluar dan menjaga sumur tetap kering pada saat dikerjakan.

115

Ilustrasi 25.18. Potongan pompa tangan dengan menggunakan sistem ring beton


Sumur tidak boleh diletakkan berdekatan dengan septic tank dan rembesannya atau bila Jarak minimal antara sumur air dengan septic tank pada tapak berkontur ditaruh minimal 10m pada area yang rendah karena Sumur air Septic tank ha l te r se bu t a k a n menyebabkan sumur rawan pencemaran. Jarak antara sumur dengan septic tank minimal 10m (dianjurkan 30m). Pada daerah tapak Ilustrasi 25.19. Jarak minimal antara sumur yang basah (daerah rawa), maka jarak mini mal adal ah 3 0m.

air dengan septic tank minimal 10m

Dinding sumur dapat dibuat dari susunan bata atau beton pre-cast (dibuat dan dicetak lebih dahulu). Jika menggunakan dinding sumur dari bata, maka lubang sumur digali terlebih dahulu kemudian dindingnya diberi pengerasan dengan bata dan spesi trasraam (perbandingan 1 semen : 3 pasir atau 1 semen : 4 pasir). Penggunaan beton pre-cast lebih baik dan lebih cepat karena tinggal disusun ke bawah (lihat ilustrasi 25.18.).

116

Dinding dari sumur harus tahan air setidaknya setinggi batas air pada saat musim hujan. Hal ini akan mencegah pencemaran dari tanah disekeliling sumur. Dinding bagian dasar dari sumur yang berada dibawah garis permukaan air tanah harus dibuat jarak antar ring dan jarak tersebut diisi pasir kasar atau kerikil kecil sebagai spesi. Jika menggunakan bata, beri susunan bata dengan spesi sama yaitu berupa pasir kasar atau kerikil kecil. Pada dasar sumur diberi lapisan pasir kasar atau kerikil kecil yang bersih setebal 15mm. Hal ini memungkinkan air masuk ke dalam lubang sumur dari dinding dan dasar yang bersih. Bila lubang sumur dan dindingnya telah selesai dikerjakan, bila menggunakan sistem katrol dengan menggunakan ember maka buatlah dinding setinggi minimal 1m dari permukaan tanah pada sekeliling lubang sumur. Jika menggunakan sumur pompa tangan, buat dinding sumur hingga ketinggian 30cm diatas permukaan tanah. Pada bagian bawah sekeliling dinding sumur diberi pengerasan lantai dengan diameter kurang lebih 1,5m (platform/apron). Buat permukaannya menurun ke bawah sehingga jika ada air di permukaan tanah tidak akan menggenang tapi turun menjauhi lubang sumur. Sambungan antara platform dengan dinding sumur harus diberi sambungan rapat (seals) sehingga air dari permukaan tanah tidak dapat merembes ke dalam sumur.


Air yang pertama kali keluar pada saat lubang sumur digali biasanya kotor, cara terbaik untuk membersihkannya adalah dengan menguras semua air sumur tersebut sebanyak tiga kali. Jika sumur cepat terisi kembali maka diperlukan bantuan pompa. Jika menggunakan ember untuk mengeringkan sumur gunakan katrol sehingga pengurasan dapat dilakukan dengan cepat dan bersih. Perhatikan: . Hindari membuat sumur air bersih di permukaan tanah yang lebih re ndah dari permukaan ta nah se ptic tank dan rembesannya. . Hindari jarak yang terlalu dekat antara sumur air bersih denga n septic tank da n re mbesannya (minimal 10m). . Galilah lubang sumur sampai kedalaman minimal 3m dibawah garis permukaan air tanah pada saat akhir musim kering. . Tutuplah selalu lubang sumur.

25.9 Pembuangan sampah Pada saat bangunan sekolah telah selesai dikerjakan, area lingkungan sekolah perlu dijaga kebersihan dan kerapiannya untuk menjaga penampilan sekolah serta mencegah berbagai penyakit yang dapat timbul dari kuman yang bersarang pada tumpukan sampah yang membusuk. Pengguna sekolah baik guru maupun siswa-siswi perlu mengetahui pentingnya menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan sekolah. Dan perlu dibuat peraturan sekolah untuk melaksanakan hal ini. Buatlah jadwal bergilir yang memungkinkan seluruh pengguna sekolah ikut berpartisipasi dalam menjaga lingkungan sekolah. Ilustrasi 25.20. Tong sampah yang terbuat dari drum bekas berbahan seng/besi

117


Jagalah kebersihan sekolah. Sediakan selalu bak sampah pada sekeliling area sekolah dan buatlah alat untuk membakar sampah yang sederhana. Lakukan pembakaran sampah jauh dari area sekolah serta tidak mengganggu lingkungan disekitarnya. Sampah-sampah yang ada harus dikumpilkan setiap hari atau setiap minggu tergantung pada banyaknya sampah kemudian bakarlah sampah yang telah terkumpul tersebut. Alat pembakaran sampah yang sederhana dapat dibuat dari drum bekas yang telah dibuka bagian atasnya. Berilah lubang-lubang pada badan dan alas dari drum tersebut. Letakkan drum tersebut pada alas berupa bata atau block. Abu yang dihasilkan dari proses pembakaran harus ditimbun pada lokasi dekat pembakaran samapah tersebut. Tiap lapisan abu tersebut dilapisi dengan tanah dan pada saat lubang penuh tutuplah bagian atasnya dengan tanah dan galilah lubang baru untuk abu selanjutnya.

Tempat untuk membakar sampah bisa menggunakan tong bekas material. Lihat ilustrasi disebelah kiri (ilustrasi 25.21.). Bersihkan, kemudian beri lubang pada sisi-sinya untuk tempat pembuangan pembakaran, masukan sampah melalui sisi atas tong kemudian dibakar. Lihat ilustrasi disebelah kanan (ilustrasi 25.22.)..

118

Ilustrasi 25.21. Drum air.

Ilustrasi 25.22. Tong pembakaran sampah yang terbuat dari drum air..


DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

MANUAL PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH

Untuk Digunakan Sekolah dan Masyarakat

Pengarah: Dirjen Dikdasmen Direktur PLP Direktur Pendidikan TK dan SD

Penanggung Jawab: Nono Adya S.

Tim Penyusun: Nigel Wakeham, AADipl. RIBA Dana Obera Robert L. Tenggara

Diperbanyak Oleh: Proyek Peningkatan Pendidikan Dasar I (BEP I – Loan 4308 IND) Departemen Pendidikan Nasional Jakarta



Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.